• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN FASHION BRANDED TERHADAP PERSEPSI KELAS SOSIAL PADA KALANGAN MAHASISWA (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN FASHION BRANDED TERHADAP PERSEPSI KELAS SOSIAL PADA KALANGAN MAHASISWA (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE USE OF BRANDED FASHION AGAINST THE PERCEPTION OF SOCIAL CLASS AMONG THE STUDENTS

By

FETIA IRTAMA REZA

This research aims to know the factors, impact, and how great the influence of use of branded fashion against the perception of social class among the students majoring in Sociology, Faculty of social and political sciences of the University of Lampung. The approach used in this study was the quantitative approach using questionnaire. Respondents in this research totalled 76 people, determination of the sample in this study using random sampling techniques. The analysis of the data used in this study uses regression and correlation. The results showed: (1) cultural and lifestyle Factors triggers high levels of use of goods as well as the impact of branded fashion students more consumerist, wasteful, being arrogant, and prestige led to a pattern of hedonism, and creates social class differences between one another (2) there was significant influence between the variable use of branded fashion against the perception of social classes, the magnitude of influence between the variable use of branded fashion with social class of 46.5% (3) based on the results of the correlation analysis , there is a significant relationship between use of branded fashion against the perception of social class among the students and the results of this correlation positive relationship that is of 0.682 means that the higher the level of use of branded fashion then the stronger one's perception of one's social class.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN FASHION BRANDED TERHADAP PERSEPSI KELAS SOSIAL PADA KALANGAN MAHASISWA

Oleh

FETIA IRTAMA REZA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor, dampak, dan seberapa besar pengaruh penggunaan fashion branded terhadap persepsi kelas sosial pada kalangan mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Responden pada penelitian ini berjumlah 76 orang, penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Faktor gaya hidup dan budaya memicu tingginya tingkat penggunaan barang fashion branded serta menimbulkan dampak mahasiswa lebih konsumtif, boros, menjadi gengsi sombong, serta berujung pada pola hedonisme, dan menciptakan perbedaan kelas sosial antar satu dengan yang lain (2) Ada pengaruh yang signifikan antara variabel penggunaan fashion branded terhadap persepsi kelas sosial, besarnya pengaruh antar variabel penggunaan fashion branded dengan kelas sosial sebesar 46,5 % (3) Berdasarkan hasil analisis korelasi, ada hubungan yang signifikan antara penggunaan fashion branded terhadap persepsi kelas sosial pada kalangan mahasiswa dan hasil korelasi ini memiliki hubungan yang positif yaitu sebesar 0,682 Artinya bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan fashion branded maka semakin kuat persepsi seseorang terhadap kelas sosial orang tersebut.

(3)

PENGARUH PENGGUNAAN FASHION BRANDED TERHADAP PERSEPSI KELAS SOSIAL PADA KALANGAN MAHASISWA (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung)

Oleh

FETIA IRTAMA REZA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN FASHION BRANDED TERHADAP PERSEPSI KELAS SOSIAL PADA KALANGAN MAHASISWA

( Studi Pada Mahasiswa Sosiologi Fisip Universitas Lampung )

(Skripsi )

OLEH

FETIA IRTAMA REZA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR ISI

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

1. Konsep Mengenai fashion ... 10

a. Fashion Sebagai Komunikasi ... 11

b. Fashion Sebagai Kelas Sosial. ... 12

2. Konsep Mengenai Brand... 12

B.Persepsi Kelas Sosial ... 14

1. Tinjauan Tentang Persepsi ... 14

2. Tinjauan Tentang Kelas Sosial ... 16

(7)

D.Status Sosial ... 18

F. Jenis Pengumpulan Data ... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

H. Teknik Pengolahan Data ... 32

I.Teknik Analisis Data ... 33

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 35

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 35

B. Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas ISIP Universitas Lampung ...37

C. Gambaran Mahasiswa Sosiologi terkait dengan Fashion Branded ... 39

V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Identitas Responden ... 41

2. Pengaruh Penggunaan Fashion Branded ... 45

3. Persepsi Kelas Sosial ... 51

B. Pembahasan ... 55

1. Hubungan Antar Variabel yang diteliti ... 57

2. Hubungan Penggunaan Fashion Branded Terhadap Persepsi Kelas Sosial di Kalangan Mahasiswa ... 58

(8)

VI. PENUTUP ... 65 A.Kesimpulan ... 65 B.Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.Operasionalisasi Konsep Penelitian ... 26

Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Aktif Sosiologi Angakatn 2012,2013,2014 ... 28

Tabel 3. Jumlah Sampel Pada Sstiap Subpopulasi ... 30

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 5. KarakteristikRespondenBerdasarkan angkatan. ... 43

Tabel 6.Tingkat Pengeluarantiapbulandantempattinggal. ... 44

Tabel 7. Desainmenarikmenentukanpilihan dalam memilih sebuah brand ... 45

Tabel 8.Penawaran hargasepadandengankualitasbrand tersebut ... 46

Tabel 9.Keputusan membeli barang branded karena brand tersebut sesuai dengan Keinginan ... 46

Tabel 10. Keputusan membeli barang brandedkarena brand tersebut sesuai dengan kebutuha... 47

Tabel 11. Perbandingan dengan brandlain ... 47

Tabel12.Keinginanmenjadi yang pertama dalam membeli barang fashion branded ... 48

Tabel 13. Pembelian brand terkenal dapat menaikkan derajat hormat dan status sosial ... 49

Tabel 14. Percaya diri dengan menggunakan Fashion Branded ... 49

Tabel 15-Kepastian mengeluarkan uang sesuai dengan nilai Barangnya ... 50

(10)

Tabel 17. Kebanggaan tersendiri menggunakan Fashion Branded ... 51

Tabel 18. Kenyamanan dalam menggunkan Fashion Branded ... 51

Tabel 19. Kepuasan memiliki Fashion branded karena kualitas baik ... 52

Tabel 20. Semakin Trendy karena modelnya menarik ... 53

Tabel 21. Penggunaan Fashion branded karena mengikuti zaman ... 53

Tabel 22. Penggunaan Fashion barnded karena awet ... .. 54

Tabel 23. Perilaku sombong dan gengsi... 54

Tabel 24. Konsumtif dan Boros ... ... 55

Tabel 25. Perilaku Hedonis ... ... 55

Tabel 26. Perbedaan Kelas sosial bagi pemakainya... 56

Tabel 27. Korelasi penggunaan Fashion branded terhadap persepsi kelas sosial ... 59

Tabel28.Nilai R dan R Square PadaKategoriRespondenPenelitian ... 60

Tabel 29. Coefficients ... 61

(11)
(12)
(13)

MOTO

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(Q.S Al-Baqarah :286)

Ketenangan adalah sumber kekuatan yang luar biasa

(14)
(15)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

Ayahanda dan Ibunda tersayang Firmansyah dan Rosmasitoh

Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran, motivasi, keikhlasan, dan do’a yang tiada henti

dalam menanti keberhasilanku

Para pendidik yang telah membimbing dan mendidik dengan ketulusannya

Sahabat, teman, dan almamater tercinta yang mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak serta

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fetia Irtama Reza. Lahir di Metro, pada tanggal 17 Juli 1993. Penulis merupakan anak pertama, dari pasangan Bapak Firmansyah dan Ibu Rosmasitoh. Penulis merupakan anak tunggal (tidak memiliki adik dan kakak).

Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Penulis beralamat di Jalan Batam, 22 Hadimulyo Barat, Metro Pusat, Kota Metro. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :

1. Sekolah Dasar Negeri 1Metro Pusat yang diselesaikan pada tahun 2005. 2. SMP Negeri 4 Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2008.

3. SMA Negeri 3 Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2011.

(17)

SANWACANA

Bismilahirrahmannirahim,

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dah hidayat-Nya, Tuhan semesta alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil dihari akhir kelak. Berkat daya dan upaya serta kekuatan yang dianugerahkan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Fashion Branded

Terhadap Persepsi Kelas Sosial Pada Kalangan Mahasiswa”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(18)

Saya bisa menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih atas semua ilmu yang bapak berikan, semoga dapat berguna kelak.

5. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku dosen Pembahas. Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam skripsi ini. Terima kasih atas kritik dan saran yang bapak berikan sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.

6. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan.

7. Seluruh Dosen di Jurusan Sosiologi FISIP Unila. Terimakasih atas semua ilmu yang sudah Bapak dan Ibu Dosen berikan, semoga ilmu yang diberikan selama penulis berkuliah di FISIP Sosiologi bermanfaat di masa depan serta bermanfaat bagi banyak orang.

8. Seluruh Staf Administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang telah membantu melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

9. Terima kasih kepada seluruh mahasiswa Jurusan Sosiologi Angkatan 2012 - 2013 – 2014 yang sangat baik hati telah bersedia menjadi responden penelitian skripsi ini.

10. Kedua orangtuaku, papi dan mami, terima kasih telah memberikan nasihat, motivasi, cinta dan kasih sayang yang tiada duanya untuk tia. Semoga ini menjadi langkah awal mencapai tujuan hidup tia dan untuk menepati janji tia, membuat papi dan mami bahagia. Jangan pernah berhenti mendoakan suksesnya anak mu ini ya.

(19)

pendengar yang setia dikala penat dan disaat benar dibutuhkan sebagai teman curhat walaupun terkadang menyebalkan.

12. Angga Wirdana Putra, terima kasih untuk semua dukungan dan sabar mendengar keluh kesah saat pembuatan skripsi ini dan terimaa kasih sudah menemani sampai detik ini.

13. Woman From the star, Makasih buat semuanyaa meskipun sekarang sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing, tapi terima kasih sudah membantu, menemani, mendukung aku dan selalu menyemangati untuk menyelesaikan skripsi ini, untuk Wilfrida Oktaviaa si cici yang baik hati fokus selalu kerjanyaa, Nora Maharani walaupun kamu jauh selalu mengingat kami dsini dan semangat untuk melayani masyarakatnya, Ratna Situmorang yang sampai saat ini menjadi partner yang baik dan sama-sama kita saling berjuang bersama dan saling membantu yaa, buat Jeje semangat je cari kerjanyaa pasti dapet yang terbaik, dan teruntuk Aya, ayo aya kejer skripsi mu tanggung aya selangkah lagi yang pasti aku berterimakasih pada kalian, Semoga kita kedepannya sukses bersama amiin ya allah.

14. Teman-teman Sosiologi angkatan 2011, Suspa, Cece, Yuliatika, Meiga, Siti, Nova, Yossi, Eri, Eka, Fitri, Yani, Eva, Widya, Nia, Monica, Tiara, , Hengki, Fachri, Andre, Angga, Dimas, Faxy, Gede, Hafiz, Aris, Mahardika, Tomi, Windu, Yoga, Marlina, Anis, Mimi, Desi, Dina, Annisa, Siska, Monik, Alpek, Agung, David dan semua teman-teman Sosiologi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk kebersamaanya selama ini.

(20)

16. Terima kasih untuk mba tya yang sudah bersedia memberikan tempat bagi aku untuk menunggu para dosen, dan sudah menjadi penolong di saat – saat urgent. Pokoknya aku tidak akan lupa semua jasa kamu mba, semoga cepat dapet dedek bayi ya mba tya.

17. Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih. Semoga kesuksesan bersama kita dan senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman beberapa pergeseran pola kehidupan semakin berubah pada kalangan muda khususnya remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini,2004).

Penampilan remaja khususnya fashion merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam menunjang penampilan. Remaja menyadari bahwa fashion

penting karena mereka memiliki keinginan untuk selalu tampil menarik dan terkesan mewah di tengah– tengah kelompok sosialnya. Salah satu bentuk perilaku remaja dalam mencari perhatian di mata kelompoknya adalah dengan mengikuti mode yang diminati oleh kelompok sebayanya (Mappiare,1982). Menurut Mappiare (1982: 27), remaja berada pada rentang usia 12 sampai 21 tahun bagi perempuan dan 13 sampai 22 tahun bagi laki – laki.

(22)

2

akan kasih sayang, serta kebutuhan untuk mendapatkan perhatian keluarga maupun orang-orang di sekelilingnya.

Mahasiswa suka dengan sesuatu yang mencolok, terkadang mereka menilai temannya berdasarkan image barang yang mereka gunakan terlebih lagi dengan menggunakan fashion branded. Secara umum fashion branded bisa dikatakan sebagai suatu tanda atau simbol yang membedakan dengan yang lain karena harga yang relatif mahal, sehingganya status seseorang yang memakai fashion branded

pun terlihat berbeda juga dengan yang lain.

Menurut Schiffman & Kanuk (2004) bahwa konsumen dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat pribadi atau subyektif seperti status, harga diri, perasaan cinta dan lain sebagainya. Konsumen yang dipengaruhi oleh motif emosional tidak mempertimbangkan apakah barang yang dibelinya sesuai dengan dirinya, sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan kemampuannya, dan sesuai dengan standar atau kualitas yang diharapkannya. Hal inilah yang menyebabkan individu dapat berperilaku konsumtif.

Berkaitan dengan penampilan fisik pun, mahasiswa melakukan berbagai usaha agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntunan komunitas sosial mereka, maka tak hayal mahasiswa sekarang berusaha mencari, menentukan, bahkan membeli barang – barang apa saja yang dapat menunjang penampilan mereka terutama dengan membeli fashion branded. Ini tidak hanya satu barang saja melainkan juga beberapa barang yang mereka perlukan seperti pakaian, tas, sepatu, celana,

(23)

3

Menurut Sarwono (dalam Kusumaningtyas, 2009), Mahasiswa cenderung membeli produk fashion bukan karena alasan kebutuhan, tetapi hanya untuk berpenampilan agar lebih dihargai dan dapat diterima oleh kelompoknya atau teman sebayanya. Perilaku ini lebih dipengaruhi oleh faktor emosi dari pada rasio, karena pertimbangan – pertimbangan dalam membuat keputusan untuk membeli suatu produk lebih menitikberatkan pada status sosial, mode dan kemudahan, dari pada pertimbangan ekonomis. Pilihan emosional biasanya didasarkan atas rasa salah, rasa takut, kurang percaya diri, dan keinginan bersaing serta menjaga penampilan diri.

Jatman (dalam Lina dan Rosyid, 1997) mengatakan bahwa remaja sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak lepas dari pengaruh konsumtivisme ini, sehingga tidaklah aneh jika remaja menjadi sasaran berbagai produk perusahaan.

Sejumlah produk mewah terutama barang fashion berlabel dunia sudah menjadi

trend saat ini, bahkan menjadi incaran dan buruan bagi kalangan kelas atas. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kelas menengah pun ikut juga untuk memburu produk fashion branded ini. Mengapa tidak? Karena orang – orang pun akan siap mengantre agar bisa jadi bagian dari apa yang sedang trend saat ini. Sebagian besar mahasiswa merupakan remaja yang sensitif dan labil terhadap perubahan gaya hidup hedonis, perilaku konsumtif serta munculnya gaya hidup yang serba praktis dan penyerapan besar - besaran terhadap kebudayaan barat tanpa terfilterisasi. Akibatnya mereka cepat terpengaruh gaya hidup yang mengedepankan kemewahan, Salah satunya ialah penggunaan fashion branded

(24)

4

Akibatnya mahasiswa senang berbelanja barang yang berlabel fashion branded, karena menurut mereka dengan cara mengunakan barang-barang fashion brand

dapat menyebabkan mobilisasi kelas sosial secara vertikal di hadapan lingkungan sekitar. Mereka tidak akan membeli dan menggunakannya apabila bukan barang

fashion branded, karena yang mereka perhatikan sekarang untuk pamer, gengsi, dan menunjukkan kelas sosial mereka.

Ada beberapa faktor yang meyebabkan remaja terutama mahasiswa berperilaku konsumtif yang pada intinya dibedakan menjadi 2 faktor yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal (Kotler, 2006) yaitu:

1. Faktor eksternal a. Kebudayaan

Manusia dengan kemampuan akal budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem perilaku demi keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah determinan yang paling fundamental dan keinginan dan perilaku seseorang (Kotler, 2006).

b. Kelas sosial

Pada dasarnya manusia dikelompokkan dalam 3 golongan (Mangkunegara, 2002): yaitu golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. perilaku konsumtif antar kelas sosial satu dengan yang lain akan berbeda, dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif, mangkunegara (2002) mengkarakteristikkan antara lain: 1. Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli

(25)

5

dan lengkap, konservatif dalam konsumsinya, barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan dalam keluarganya.

2. Kelas sosial menengah cenderung membeli barang untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan perabotan rumah tangga. 3. Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan

mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya mereka membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan perjualan barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.

Pengelompokkan masyarakat diatas dibuat berdasarkan kriteria kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Unsur pokok dalam pembagian kelas dari masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan.

2. Faktor Internal a. Motivasi

(26)

6

b. Harga diri

Harga diri berpengaruh pada perilaku membeli, semakin tinggi harga diri seseorang maka akan semakin tinggi pula keinginan untuk menunjukkan status.

c. Gaya hidup

Gaya hidup merupakan fungsi dari karakterstik individu yang telah terbentuk melalui interaksi sosial.

Berdasarkan observasi dan pengamatan penulis di lingkungan kampus Fisip Unila ada beberapa fashion branded seperti Logo Jeans, Levi’s, Peter Says Denim,

Adidas, Nike, Hammer, Channel, Gucci, Samsung dan Iphone, yang dinilai sebagian besar mahasiswa sebagai fashion branded yang sesuai dengan selera dan

trend saat ini. Beberapa fashion branded diatas merupakan brand yang memiliki

image kuat untuk menunjukan kelas sosial golongan atas bagi penggunanya. Selain itu, brand fashion di atas merupakan produk yang biasa dipakai selebriti dan atlit papan atas dunia sehingga para mahasiswa untuk terpengaruh mengimitasi fashion dari mereka.

Menurut mereka dengan menggunakan fashion branded ini membuat mereka menjadi lebih percaya diri, meningkatkan harga diri dan terlihat gengsi diantara mahasiswa lain, selain mengikuti trend saat ini tetapi dengan menggunakan dan membeli fashion branded ini dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.

(27)

7

Mahasiswa yang tergolong menengah dan sederhana pun tak mau ketinggalan dan tak mau dianggap rendah justru mereka ingin terlihat kelas sosial mereka lebih tinggi.

Inilah beberapa fashion branded yang menjadikan banyaknya kelas bawah yang mencoba untuk meniru segala aspek agar menjadikan kelas sosial mereka berubah sementara. Seperti halnya kalangan mahasiswi yang kelas menengah maupun kelas bawah mencoba untuk meniru dan menggunakan fashion branded agar terlihat kelas sosial mereka seperti menengah ke atas sehingga menjadi elit dan terlihat gengsi.

Hubungan gaya hidup dan kelas sosial ini sangat berdekatan, karena terlihat sekali semakin tinggi kelas sosialnya, maka semakin mereka mengoleksi dan membeli benda dan aktivitas yang berhubungan dengan gaya hidup mereka yang glamour, sehingganya konsumsi pun ditunjukkan pada barang – barang dengan merek terkenal (Prisma, Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi 01/Vol.31/2012: 15).

(28)

8

menggunakan barang – barang yang bermerek esklusif demi menunjang penampilannya serta lebih memperlihatkan kelas sosial mereka di masyarakat, akan tetapi tak hanya bagi mahasiswa kalangan atas saja. Mahasiswa yang tergolong kelas menengah maupun kelas bawah pun tak mau kalah meskipun mereka tak mampu membeli barang yang bermerek yang original dari outlet resmi dengan harga mahal tapi mereka bisa membelinya dengan harga yang murah walaupun dengan barang palsu. Inilah kenyataan yang terjadi dalam lingkungan kampus Fisip Unila antara mahasiswa yang berkelas tinggi dengan kelas menengah maupun bawah sangat berbeda, akan tetapi karena simbol dan status justru ingin terlihat sama.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian berbagai masalah di atas penulis hanya mengkaji dan mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan fashion branded terhadap kelas sosial mereka, serta ingin mengkajifaktor dan dampak apa saja terhadap penggunaan fashion branded ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan fashion branded? 2) Apakah dampak yang ditimbulkan akibat pengunaan fashion branded? 3) Seberapa besar pengaruh penggunaan fashion branded terhadap pergaulan

(29)

9

D. TujuanPenelitian

1) Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan fashion branded.

2) Untuk mengetahui dampak yang dtimbulkan akibat pengaruh penggunaan

fashion branded.

3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan fashion branded

terhadap pergaulan mahasiswa. E. Manfaat Penelitian

1) Bagi peneliti

Dengan penelitian ini dapat mengetahui manfaaat dan pengaruh penggunaan

fashion branded dalam menunjang kelas sosial di masyarakat. 2) Bagi institusi pendidikan

(30)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fashion Branded

1. Konsep Mengenai Fashion

Menurut (Malcolm Barnard: 2007) etimologi kata fashion terkait dengan bahasa Latin, factio artinya "membuat" Karena itu, arti asli fashion adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang. Sekarang terjadi penyempitan makna dari

fashion. Fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang, khususnya pakaian beserta aksesorinya. Fashion didefinisikan sebagai sesuatu bentuk dan jenis tata cara atau cara bertindak. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya, dan busana.

Menurut wikipedia diakses tanggal 02 maret 2015 pukul 22.56, Mode atau fesyen (Inggris: fashion) adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara umum fashion termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur.

Menurut Troxell dan Stone dalam bukunya Fashion Merchandising, fashion

(31)

11

Fashion erat kaitannya dengan gaya yang digemari, kepribadian seseorang, dan rentang waktu. Maka bisa dimengerti mengapa sebuah gaya yang digemari bulan ini bisa dikatakan ketinggalan jaman beberapa bulan kemudian.

Bahasan tentang fashion ini, kita dapat melihat bagaimana fashion system

mengkonstruksikan nilai-nilai budaya.. Para remaja mengidentifikasikan budaya yang mereka anut melalui bagaimana cara mereka berpakaian. Merujuk kepada teori fashion system dari Roland Barthes (1990), fashion adalah sebuah sistem tanda (signs). Cara kita berpakaian merupakan sebuah tanda untuk menunjukan siapa diri kita dan nilai budaya apa yang kita anut. Maka cara berpakaian tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang netral dan sesuatu yang lumrah, Akan tetapi beberapa indikator yang termasuk sebuah fashion tidak hanya dari pakaian saja melainkan ada beberapa item yang menunjang penampilan seseorang dan sudah menjadi fashion secara umum yakni: model rambut, pakaian, celana, tas, sepatu,

make up, bahkan hal kecil lainnya seperti topi maupun kacamata.

a) Fashion sebagai komunikasi

(32)

12

Fashion dan pakaian dapat mengkomunikasikan identitasseseorang. Dengan cara seseorang mengenakan atribut fashion disitulah mereka mencoba menunjukkan identitas diri mereka.

b) Fashion sebagai kelas sosial

Fashion dan pakaian merupakan bagian dari proses yang didalamnya dikonstruksi pengalaman kelompok-kelompok sosial atas tatanan sosial. Status sosial seseorang tidak bisa lepas dari yang namanya status ekonomi. Menurut Roach dan Eicher(dalam Barnard, 2011) menghias seseorang bisa merefleksikan hubungan dengan sistem produksi yang merupakan karakteristik ekonomi tertentu dimana orang itu tinggal. Fashion dan pakaian merefleksikan bentuk organisasi ekonomi tempat seseorang hidup di samping merefleksikan statusnya dalam ekonomi itu. Aspek pakaian dan fashion bisa digambarkan sebagai penandaan ekonomi.

2. Konsep Mengenai Brand

Kotler dan Amstrong (1999) juga Keller (2001) berpendapat bahwa brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi keseluruhannya, yang ditunjukkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk.

(33)

13

Sementara Keegan et al. berpendapat bahwa brand adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu (dalam Ferrinadewi, 2008).

Beberapa definisi ini menekankan bahwa brand erat kaitannya dengan alam pikir manusia. Alam pikir manusia meliputi semua yang eksis dalam pikiran konsumen terhadap merek seperti perasaan, pengalaman, citra, persepsi, keyakinan, sikap sehingga dapat dikatakan merek adalah sesuatu yang sifatnya imaterial. Brand

merubah atau mentransformasi hal yang sifatnya tangiable menjadi sesuatu yang bernilai. Proses transformasi berjalan dengan menyediakan sesuatu yang bernilai. Proses transformasi ini sepenuhnya untuk melanjutkan atau menghentikannya.

Selain itu, Keller juga berpendapat bahwa untuk menciptakan brand yang kuat, diperlukan brand knowledge. Brand knowledge terdiri dari brand awarness dan

brand image. Brand knowledge yang baik dalam benak kosumen inilah yang nantinnya akan menciptakan ekuitas merek (brand equity), dan mengarahkannya. (Keller, 2002).

Brand awarness sendiri dapat diartikan sebagai gabungan dari brand recognition

(suatu kondisi dimana konsumen dapat mengenali dan mengidentifikasi suatu

brand, karena konsumen pernah melihat atau mendengar brand tersebut) dan

brand recall (suatu kondisi dimana konsumen dapat menyebutkan suatu brand,

(34)

14

Sedangkan brand image merupakan asosiasi konsumen terhadap suatu brand yang didapat dari ; pengalaman langsung menggunakan merek tersebut, informasi yang didapat konsumen dari brand itu sendiri maupun media komersil/non komersil,

word of mouth, dari unsur – unsur simbolis brand tersebut (nama dan logo), maupun identifikasi brand berdasarkan negara asal, perusahaan induk, saluran distribusi, endorser, dan lain sebagainya. (Keller, 2002).

Jadi bisa disimpulkan bahwa fashion branded adalah gaya berpenampilan yang digemari seseorang dengan barang yang bernilai tinggi. Melihat fashion sebagai gaya hidup dan brand adalah salah satu bagian dari fashion, maka brand dianggap adalah gaya hidup masa kini.

B. Persepsi Kelas sosial 1) Tinjauan tentang persepsi

Woodworth (1957), mendefinisikan persepsi sebagai proses tentang obyek-obyek dan fakta-fakta obyektif atas dasar rangsang dari obyek-obyek tersebut yang mempengaruhi indera. Harvey dan Smith (1977) dan juga Wrigtnsman dan Deaux (1981) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang (Hartoyo, 2011).

(35)

15

Menurut Walgito (2010), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensorik. Menurut Moskowitz (dalam Walgito, 2010), persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya.

Menurut Walgito (2010), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

c. Perhatian

(36)

16

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek atau stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, kepribadian, sikap atau motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya (Walgito, 2010).

2) Tinjauan tentang kelas sosial

Kelas sosial menurut Max weber bahwasanya ia mengadakan pembedaan anatara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Dengan adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi kedalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyrakat dan dinamakannya stand.

Joseph Schumpter mengatakan bahwa kelas – kelas dalam masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan – keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala – gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya

(37)

17

1. Besar atau ukuran jumlah anggota – anggtanya,

2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak – hak dan kewajiban – kewajiban warganya,

3. Kelangengan,

4. Tanda- tanda / lambang-lambang yang merupakan ciri-ciri khas, 5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain) 6. Antogonisme tertentu.

Sehubungan dengan kriteria diatas, kelas menyediakan kesempatan atau fasiitas-fasilitas hidup tertentu (life chances) bagi anggotanya. Selain itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laku hidup masing - masing warganya (life style)

karena kelas – kelas yang ada dalam lapisan masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatan – kesempatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu (Soekanto,1982).

(38)

18

C) Kelas sosial sebagai identitas

Kelas sosial adalah golongan dalam masyarakat. Kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Bagi Karl Marx, sebuah kelas baru dianggap kelas yang sebenarnya apabila dia bukan hanya secara objektif merupakan golongan kelas sosial dengan menyadari diri sebagi kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya. (Suseno,1999).

Kelas dipahami dalam kaitannya dengan ranah ekonomi, politis dan ideologis. Pada posisi ini mengakui tempat dimana subjektivitas lain berada pada konstruksi identitas dan memindahkan narasi besar kaum modernis mengenai kelas (Hartley, 2010). Dengan ekonomi, politik dan ideologi yang dimiliki seseorang membawa pada identitas sosial orang tersebut.

D) Status sosial

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudkan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak – hak serta kewajiban-kewajibannya. Kedua istilahtersebut diatas akam dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan

dengan istilah “kedudukan” (status) saja (Soekanto, 1982).

(39)

19

baik terhadap sesamanya, bahkan banyak dalam pergaulan sehari – hari seseorang tidak mengenal orang lain secara individu, melainkan hanya mengenal statusnya saja (Syani 2007).

Seperti diketahui bahwa status sosial ada tiga macam yaitu sebagai berikut:

1. Ascribed Status, status ini diperoleh atas dasar keturunan. Pada umunya status ini banyak dijumpai pada masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup, misalnya masyarakat feodal.

2. Achieved Status, status ini diperoleh atas dasar usaha yang disengaja. Status ini bersifat lebih terbuka, yaitu atas dasar cita – cita yang direncanakan dan diperhitungkan dengan matang. Individu dan segenap anggota masyrakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuannya sendiri. 3. Assigned Status, status ini merupakan status yang diberikan. Status ini

mempunyai hubungan erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang dianggap telah berjasa

E) Landasan Teori A. Theory Leisure Class

(40)

20

conspicious consumption (mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang yang dinilainya tak sepadan dengan pengeluaran tersebut).Dalam perilaku konsumsi yaitu ingin memperoleh manfaat atau utilitas yang sebesar-besarnya dari tiap barang yang di konsumsinya, dan ada tidak wajar pula kalau konsumsi ditunjukan untuk hal pamer, hal inilah yang disebut Conspicuous consumption. Kelas – kelas sosial lainnya dipengaruhi oleh contoh – contoh tersebut dan berusaha menyamainya, baik secara langsung maupun tak langsung. Akibatnya adalah muncul masyarakat yang dicirikan oleh pemborosan waktu dan uang ( Ritzer, 2005).

Teori leisure class dari Veblen dipilih karena membahas tentang kelas penikmat yang menghabiskan waktu luangnya untuk mencari kenikmatan atas apa yang dikonsumsinya dan menunjukkan kepemilikan waktu luang yang mencolok, sehingga semakin membedakan diri dengan kelas sosial lainnya. Relevansi dengan penelitian ini bahwa mayoritas konsumen fashion branded adalah mahasiswa, dimana mahasiswa memiliki banyak waktu luang dari pada kelas sosial lainnya.Kebanyakan mahasiswa mengkonsumsi waktu luangnya seperti (kuliner, spa, fotografi, travel, nonton konser dan sebagainya), yang tujuan utamanya untuk bersenang-senang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori

leisure class relevan dengan penelitian ini yang mengangkat tentang penggunaan

fashion branded yang dilakukan mahasiswa.

(41)

21

mereka menggunakan waktu tersebut untuk melakukan berbagai bentuk aktivitas gaya hidup dengan cara membeli barang – barang fashion branded seperti tas, sepatu, pakaian, handphone, bahkan make up yang sesuai dengan uang sakunya (harga yang terjangkau) mengingat anak muda masih bergantung kepada orang tuanya.

Tak hanya itu saja melainkan berbagai aktivitas gaya hidup yang lainnya seperti nongkrong, hangout, nonton bioskop, makan direstoran, dan traveling tersebut membuang waktu mengingat aktivitas gaya hidup tersebut hanyalah menawarkan kesenangan semata sebagai kelas penikmat. Dalam situasi seperti ini akan tumbuh dan berkembangnya suatu lapisan masyarakat yang disebut Thorstein Veblen sebagai leisure class.

Konsumsi yang mencolok (conspicuous consumption) adalah pengeluaran yang sia-sia untuk kesenangan semata dan hasrat untuk menunjukkan suatu posisi atau status sosial yang lebih terpandang dibandingkan dengan kalangan-kalangan lain (Damsar. 2011). Dengan ini kaum leisure class hidup dalam aliran hedonisme yang lebih mengedepankan pada kesenangan dan kenikmatan semata dan cenderung untuk melakukan pemborosan (perilaku konsumtif). Manakala semua itu, menurut Veblen, merupakan bahagian dari roh animalistik dan memperkuat hasrat barbarian untuk mendominasi (Damsar. 2011).

F) Hipotesis

(42)

22

Ha : Ada pengaruh antara penggunaan fashion branded terhadap kelas – kelas sosial di kalangan mahasiswa Fisip Unila.

(43)

23

Bagan Kerangka Pikir

Bagan.2.1.Bagan kerangka pikir Faktor Eksternal:

1. Kebudayaan 2. Kelas sosial

Faktor Internal: 1. Motivasi 2. Harga diri 3. Gaya hidup Mahasiswa

Perilaku Konsumtif

1. Leisure Class 2. Budaya

konsumerisme

Fashion Branded  Pakaian  Tas

 Sepatu

(44)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagi proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Pelaksanaan penelitian deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan intrepretasi tentang data tersebut. Data dan informasi dalam penelitian dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

(45)

25

B. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dalam penafsiran berbagai teori yang ada dalam penelitian ini, maka akan ditentukan beberapa definisi konsep yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti, antara lain:

1. Fashion Branded

Fashion branded adalah gaya berpenampilan yang digemari seseorang dengan sesuatu yang bernilai tinggi karena untuk melihat fashion sebagai gaya hidup dan merek adalah salah satu bagian dari fashion, maka merek dianggap adalah gaya hidup masa kini.

2. Persepsi Kelas Sosial

Persepsi kelas sosial bisa dikatakan sebagai bentuk penilaian dan pemikiran seseorang maupun kelompok atas suatu pembedaan kelas sosial di masyarakat baik kelas menengah maupun kelas atas terhadap berbagai macam hal yang telah mereka lakukan.

C. Definisi Operasional

(46)

26

Tabel 1. Operasionalisasi Konsep Penelitian

Variabel Indikator Skala

Pengaruh Penggunaan

Fashion Branded

Faktor yang mempengaruhi penggunaan Fashion Branded

Faktor Eksternal Likert a. Kebudayaan

b. Kelas sosial Faktor Internal

a. Motivasi b. Harga diri c. Gaya Hidup

Persepsi Kelas Sosial Dampak penggunaan Fashion Branded

Likert

a. Positif atau negatif terhadap diri pribadi b. Positif atau negatif

terhadap lingkungan pergaulan

(47)

27

D. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lingkungan Kampus Fisip Unila karena sebagian besar mahasiswa menggunakan fashion branded walaupun bukan yang asli serta jarak yang mudah dijangkau oleh peneliti.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(48)

28

Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Aktif Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Tahun Angkatan 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti menganggap populasi dalam penelitian ini adalah homogen yaitu keseluruhan populasi adalah mahasiswa.

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Sudrajat

(49)

29

d : presisi (tingkat kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir (diinginkan), yaitu sebesar 10% atau 0,1)

72

Berdasarkan rumus tersebut (dengan jumlah populasi sebanyak 312 mahasiswa), maka jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 75,72 yang dibulatkan menjadi 76 mahasiswa. Setiap subpopulasi akan ditentukan jumlah sampel berdasarkan rumus:

Keterangan :

(50)

30

Tabel 3. Jumlah Sampel pada Setiap Subpopulasi

NO

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam data primer dan sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, seperti dari individu atau perseorangan yang merupakan responden penelitian, dengan menggunakan data kuisioner terstruktur. Data primer diperoleh melalui: kuisioner yaitu sejumlah data pertayaaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

2. Data sekunder

(51)

31

penelitian dan untuk mencari teori-teori mana yang relevan dengan kenyataan di lapangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan 3 cara yakni: 1. Metode Kuesioner (Angket)

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebar kepada responden (orang-orang yang akan menjawab atau orang yang akan diselediki), terutama pada penelitian survei ( Rianse Usman dan Abdi, 2009 ). Alternatif pilihan jawaban dari setiap pertanyaan biasanya memuat point.

Setiap alternatif jawaban, memiliki point-point yang nantinya akan memberikan skor akhir terhadap penelitian. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam kuesioner akan dibuat pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing variabel X dan Y dengan 5 alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan akan diberikan penilaian atau skor yaitu sebagai berikut:

1. untuk jawaban yang diharapkan yaitu SS (Sangat setuju) diberikan skor 5 2. untuk jawaban yang diharapkan yaitu S (Setuju) diberikan skor 4

(52)

32

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan langsung tentang objek yang akan menjadi topik kajian penelitian. Teknik observasi dimaksudkan untu mengungkapkan fenomena yang tidak diperoleh dari angket/kuesioner. 3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dari buku, media online atau sumber tertulis lainnya sebagai acuan guna mendapatkan pengertian dari topik permasalahan dalam melakukan penelitian dan untuk mencari teori-teori mana yang relevan dengan kenyataan di lapangan.

H. Teknik Pengolahan Data 1. Tahap Editing

Pada tahap ini diperiksa kembali alat pengumpul data (kuesioner) apabila terdapat hal yang salah atau meragukan, hal ini menyangkut : Lengkapnya pengisian, Kejelasan jawaban, Konsistensi antar jawaban, Relevansi jawaban, Keseragaman satuan data

2. Tahap Koding

(53)

33

Tahap ini mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh respondenmenurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan centang pada kode SS, S, CS, KS dan TS pada setiap jawaban. Setelah dilakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian diberikan kode pada masing-masing pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut. KodeSS, S, CS, KS dan TS pada jawaban mewakili nilai yang diinginkan, seperti SS bernilai 5 atau mempunyai skor 5 dan berkurang 1 pada kode selanjutnya.

3. Tahap Tabulasi

Tahap memasukan data ke dalam tabel sesuai dengan kategorinya masing-masing sehingga hasil penelitian dapat lebih mudah dibaca dan dipahami. Tabulasi dilakukan dengan menyusun dan menghitung data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar lebih mudah terbaca.

4. Tahap Interpretasi

Pada tahap ini yang berupa data diinterpretasikan agar lebih mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.Tahapini, setelah data-data tersebut selesai dijadikan tabel dan dihitung kemudian diinterpretasikan hasil tabel dan perhitungan dari SPSS 17 lalu diambilkesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

I. Teknik Analisis Data

(54)

34

besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami (Singarimbun & Effendi, 1987).

Untuk menghitung frekuensi dan membuat persentasi maka digunakan rumus:

n

Keterangan : P = persentasi

F = frekuensi pada klasifikasi atau kategori variasi yang bersangkutan N = jumlah frekuensi dari seluruh klarifikasi atau kategori variasi.

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif yakni analisa deskriptif. Analisa deskriptif merupakan data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel tunggal dan silang untuk dihitung frekuensi dan presentasinya. Dalam hal ini, analisa deskriptif akan disajikan guna mengetahui distribusi frekuensi skor jawaban masing – masing pertanyaan untuk setiap variabel yang diteliti.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan statistik inferensial. Adapun penggunaan statistik inferensial

(55)

35

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, khususnya pada mahasiswa Program Studi Sosiologi. Sosiologi merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila, yang pada awalnya masih berupa program studi di bawah koordinasi Persiapan Fisip pada tahun 1983. Program Studi Sosiologi sebagai Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mulai melaksanakan kegiatannya setelah keluar Surat Keputusan Rektor Universitas Lampung No. 90/KPTS/R/983 tanggal 28 Desember 1983 tentang Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(56)

36

Sebagian besar ruang kuliah telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana proses pembelajaran yang relative memadai, seperti wireless, white board, dan OHP. Bahkan mulai semester genap tahun akademik 2005/2006, Jurusan Sosiologi telah memiliki sebuah ruang kuliah bermutu yang nyaman ( ber-AC) dengan ukuran yang relatif memadai (tidak terlalu besar) dan dilengkapi berbagai alat pembelajaran, antara lain : papan tulis, OHP, Slide Projector, LCD, dan seperangkat komputer.

Jurusan Sosiologi telah memiliki ruangan sendiri (ruang jurusan) sebagai pusat operasional dan pengendalian kegiatan akademik dan administrasi. Selain itu, Jurusan Sosiologi juga memiliki beberapa ruang kerja dosen.

Fasilitas lain yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi adalah laboratorium. Terdapat dua laboratorium yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi, yakni Laboratorium Sosial dan Laboratorium Komputer Sosiologi. Kedua laboratorium tersebut telah memiliki ruang tetap.

(57)

37

B. Gambaran Umum Mahasiswa Fisip Universitas Lampung

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014/2015 mempunyai 3159 mahasiswa aktif yang terdiri dari 9 jurusan dan 11 program Studi yaitu Sosiologi, Komunikasi, Administrasi Negara, Administrasi Bisnis, Ilmu Pemerintahan, Hubungan Internasional, Perpustakaan, Hubungan Masyarakat, Sekretari, Magister Pemerintahan dan Magister Administrasi Negara (Akademik Unila, 2014).

Hal yang mudah mengenali bahwa mahasiswa ini jurusan apa yakni dengan wilayah di mana mahasiswa tersebut melakukan kegiatan perkuliahan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada tanda khusus yang dipakai mahasiswa, seperti seragam untuk kegiatan perkuliahan sehari-hari, kecuali untuk mahasiswa Fkip yang memang diharuskan untuk memakai rok bagi mahasiswi dan celana dasar bagi mahasiswanya.

(58)

38

Berdasar dari penelitian Kusuma (2014) bahwasannya Mahasiswa Fisip lebih banyak dari golongan mampu yang orang tuanya mampu memfasilitasi mahasiswa dengan kendaraan pribadi. Banyak dari mahasiswa Fisip juga berpenampilan modis (fashionista) yang mengikuti perkembangan zaman. Bukan lagi hal yang baru untuk melihat mahasiswa menggunakan sepatu bermerek luar negeri (Nike, Adidas, New Balance) dengan harga yang tidak murah karena bisa dilihat bahwa sepatu tersebut bukan merupakan barang replika (original). Tidak berbeda dengan para mahasiswinya yang memakai tas dan sepatu bermerek terkenal meskipun tas dan sepatu tersebut merupakan barang replika tetapi harganyanya tidak bisa dibilang murah, mencapai ratusan ribu untuk satu tas atau satu sepatu.

(59)

39

Mahasiwa Fisip Unila pun lebih banyak yang menggunakan celana yang berbahan Jeans, hanya sedikit sekali yang menggunakan celana bahan, karena bagi mereka ketika menggunakan celana bahan seperti mahasiswa Fkip dan ini yang membuat mereka tidak mau menggunakannya karena bentuk dan modelnya begitu saja. Tas, sepatu, serta telepon seluler pun menjadi sebuah fashion bagi mahasisswa Fisip, mereka berbondong-bondong untuk selalu membeli dan menggunakan barang-barang yang branded walaupun bisa dibilang hanya barang replika saja namun bisa terbilang mahal. Beberapa brand yang digunakan oleh mahasiswa Fisip Unila seperti Hermes, Channel, Kickers, Polo, Wrangler, Adidas, Louis Vitton. Inilah yang menjadikan bahwasannya fashion branded sudah menjadi kebutuhan lagi bagi mahasiswa bukan hanya keinginan semata.

C. Gambaran Mahasiswa Sosiologi terkait dengan Fashion Branded

(60)

40

(61)

65

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan fashion branded berdasarkan karakteristik responden menunjukkan bahwa faktor gaya hidup dan budaya memicu tingginya tingkat penggunaan barang-barang fashion branded yang dilakukan mahasiswa sehingga munculnya persepsi – persepsi kelas sosial di kalangan mahasiswa. 2. Persepsi kelas sosial berdasarkan karakteristik responden menunjukkan

bahwa responden setuju jika dengan banyaknya mahasiswa yang menggunakan fashion branded maka semakin tinggi pula persespsi orang terhadap kelas social mereka.

3. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya penggunaan fashion branded ini antara lain: dapat menjadikan lebih konsumtif, meningkatkan genggsi seseorang, munculnya sifat sombong, berujung pada pola hedonisme, serta menciptakan perbedaan kelas sosial antar satu dengan yang lain.

(62)

66

semakin tinggi tingkat penggunaan fashion branded maka semakin luas persepsi seseorang terhadap kelas sosial.

5. Adapun hasil perhitungan pengaruh antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,465 atau 46,5 persen. Angka tersebut memiliki angka bahwa 46,5 persen variabilitas persepsi kelas sosialyang terjadi dapat dijelaskan dengan variabel penggunaan fashion branded.

6. Berdasarkan hasil korelasi dan regresi yang didapat, penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan

(63)

67

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa

Pada penelitian inifaktor gaya hidup dan budaya lah yang memicu tingginya tingkat penggunaan barang-barang fashion branded yang dilakukan mahasiswa sehingga munculnya persepsi – persepsi kelas sosial di kalangan mahasiswa. Sebagai saran untuk mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan fashion branded, sebaiknya mencari faktor-faktor lain baik eksternal dan internal yang belum disinggung pada penelitian ini dan seberapa besar pengaruhnya.

2. Buat peneliti lain

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Malcolm. 2007. Fashion sebagai komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek & Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Gronow, Jukka. 1997. Sociology Of Taste. London : Routledge.

Hartoyo. 2011. Psikologi Sosial Pendekatan Sosiopsikologis dan Psikososiologis. Bandar Lampung : Penerbit Universitas Lampung.

Keller, Kevin Lane. 2002. Building, Measuring, And Managing Brand Equity 2nd

Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, P.& Keller, K.L., (2006) Marketing Management, 12th Edition/ International Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Lina & Rosyid, H.F., (1997). Perilaku Konsumtif Berdasar Locus Of Control Pada Remaja Putri, dalam Jurnal Psikologika No.4 tahun.II 1997. Machfoeds, Ircham. 2006. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: Fitramaya.

Mangkunegara, A.P., (2002). Perilaku Konsumen. Bandung: PT. Refika Aditama. Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mowen .C. John & Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(65)

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Tatik. 2012. Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Tjiptono, Fandy. 2011. Manajemen & Strategi Merek. Yogyakarta : Penerbit Andi Sumber lain:

Prisma, Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi 01/ Vol. 31/ 2012

Nofita Megasari. 2007. Perilaku Membeli Pakaian Bermerek Terkenal Pada Remaja Putri di Tinjau Dari Gaya Hidup Experiencers. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

Rorie Asyari. 2010. “Persepsi Publik Terhadap Positioning The Body Shop. Studi Kasus Persepsi Media, Saluran Distribusi, dan Konsumen Terhadap Brand Positioning The Body Shop di Indonesia”.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

www.wikipedia.org/wiki/Mode diakses 02 maret 2015 pukul 22.56 WIB

http://anthropologymeetssomething.tumblr.com/post/5634170619/fashion

Gambar

Tabel 1. Operasionalisasi Konsep Penelitian
Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Aktif Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Tabel 3. Jumlah Sampel pada Setiap Subpopulasi

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti mengamati sejumlah mahasiswa yang sedang online disekitar fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sebelas maret yang menggunakan laptop, peneliti

Berdasarkan penegasan judul di atas dapat penulis jelaskan bahwa penelitian ini merupakan pengumpulan pendapat yang ditujukan kepada mahasiswa jurusan Komunikasi dan