ABSTRAK
POTENSI EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) DALAM BENTUK LOTION SEBAGAI ZAT PENOLAK
(REPELLENT) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti
Oleh Yunita Lestari
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat yaitu melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya agar terhindar dari gigitan nyamuk Ae. aegypti, salah satunya adalah dengan menggunakan lotion anti nyamuk berbahan dasar alami, dalam hal ini adalah daun cengkeh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun cengkeh dalam bentuk lotion sebagai zat penolak terhadap nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Lampung Pada Januari – Februari 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat kali ulangan yang melibatkan 16 orang relawan yang dipilih secara acak dalam penggunaan lotion ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Lotion ekstrak daun cengkeh terdiri dari konsentrasi 0% (kontrol), 4%, 16%, 36%, 64%, dan 100%. Analisis ragam dilakukan dengan program SPSS 16 For Windows pada taraf nyata 5%, dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lotion ekstrak daun cengkeh konsentrasi 4%-100% berpotensi sebagai zat penolak terhadap nyamuk Ae. aegypti.
POTENSI EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) DALAM BENTUK LOTION SEBAGAI ZAT PENOLAK (REPELLENT)
TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti
(Skripsi)
Oleh Yunita Lestari
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Yunita Lestari dilahirkan di Gisting pada tanggal 1 Januari 1993, anak ketiga dari lima besaudara dari pasangan Bapak Supat Mardi Suwito dan Ibu Sunarti. Penulis mengawali pendidikan di sekolah Dasar Negeri 3 Margoyoso yang diselesaikan pada tahun 2004.
Seanjutnya Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Sumberejo tahun 2007. Tahun 2010 Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
praktikum Metodologi Penelitian Jurusan Biologi FMIPA UNILA pada tahun 2014.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kedaton, Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan, kemudian penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga Jawa Tengah dengan judul
“Kemampuan Predasi Larva Nyamuk Toxorhinchytes splendens Instar III terhadap Berbagai Variasi Instar Larva Nyamuk Aedes aegypti”
Sesungguhnya setelah kesulitan
itu ada kemudahan.
Sesungguhnya setelah kesulitan
itu ada kemudahan.
Dibalik kesuksesan seorang anak,
orangtua adalah yang berperan
didalamnya. Mereka tak hanya memberi
materi, tapi juga doa
(Supat Mardi Suwito)
Saat engkau sukses, usai sudah tugas
orangtuamu. Tinggal tugasmu
membahagiakan mereka. InsyaAllah
engkau tak lupa
Kupersembahkan karya
sederhanaku ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta,
keluargaku, sahabat-sahabatku,
para pendidikku, dan almamater
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dalam
Bentuk Lotion Sebagai Zat Penolak (Repellent) terhadap Nyamuk Aedes aegypti”
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah membimbing, membagikan ilmu, memberikan perhatian dan
meluangkan waktunya untuk memberikan ide, nasihat, kritik dan saran dengan penuh kesabaran selama penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku Pembahas yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan ide, kritik, saran dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Lampung atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis.
8. Kedua orang tuaku tercinta, terkasih, dan tersayang yang tiada henti mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat dan perhatiannya selama ini.
9. Kakakku-kakakku, Mbak Nini, Mbak Yamti, Mas Tri, Mas Masik serta adik-adikku, Mey dan Teguh yang selalu memberikan semangat, doa, dan keceriaan.
10.Keluargaku Bulek Eni, Bulek Rita, Om Nardi dan Om Ramli atas doa dan dukungan yang diberikan selama penulisan skripsi ini.
12.Teman-teman Biologi 2010, Billi Andreas, Sasono Handito, Gigih Janotama Putra, Dwi Oktarina, Nurul Maulida, Shofia Rodiah, Aris Indriawan, Novaria Situmorang, Ana Sulastri Sirait, Rizki. F. M. Handayani, Aulia Murti Novita Sari, Annisa Mulia Anasis, Devi Gusneta Mala. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaanya. 13.Sahabat-sahabatku tersayang Annisa Yangis Savitri, Annisa Maulidya,
Elvia Anggraini, Chici Aryono dan Evin Listarini Windiarti. Terima kasih atas dukungan, semangat, canda dan tawa yang diberikan. 14.Mbak Lita Afrisia yang senantiasa memberikan semangat, dukungan
serta hiburan selama penulisan skripsi ini.
15.Teman-teman KKN Desa Kedaton, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan: Ferdian Retta, Febriyanti, Funda Elisiya, Devi Yulianti, M. Yusuf Tamtomi, Akhmad Harry S., M. Jerry Jeliandra S., Okta Tri Handoko, Sulistyo Ariwibowo, Angga Wijaya, Fahmi A.U. Harahap, M. Yuli Atra Fatrin, Imam Mubaroq, Rifky Alfauzi, Aviy
Ryshadiyanta, Sunarto, dan Galuh Addy P.
17.Adik-adik Biologi Dany, Fenida, Rila, Dewi, Anggi reza, Wendy, Robith, Rangga, Edel, Sobran dan Fadil. Terima kasih atas dukungan, hiburan, dan keceriaan yang telah diberikan.
18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan keluasan ilmu dan pahala yang terbaik bagi semua pihak yang telah membantu penulis selama ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, 22 Mei 2014 Penulis
DAFTAR ISI
1.1.1 Klasifikasi Tanaman Cengkeh ... 7
1.1.2 Deskripsi Tanaman Cengkeh ... 7
1.2Manfaat Tanaman Cengkeh ... 9
1.3Kandungan Kimia Cengkeh ... 10
1.4Ekstraksi ... 11
1.5Nyamuk Aedes aegypti ... 12
1.5.1 Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ... 12
1.5.2 Penyebaran Kasus DBD karena Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektornya ... 14
1.5.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti ... 16
1.6Zat Penolak (Repellent) ... .20
1.7Lotion ... .21
II. METODE PENELITIAN ...22
2.1Waktu dan Tempat ...22
2.2Alat dan Bahan ...22
2.2.1 Alat-alat yang Digunakan ...22
2.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan ...23
2.3Rancangan Penelitian ...23
2.4Prosedur Penelitian ...23
2.4.1 Ekstraksi ...23
2.4.2 Pembuatan Lotion ...24
2.4.2.1Formulasi Pembuatan Dasar Lotion ...24
2.4.2.2Formulasi Pembuatan Lotion Ekstrak Daun Cengkeh ...24
2.4.3 Uji Keamanan Lotion dengan Metode Patch Test ...25
3.4.5 Pengujian Zat Penolak terhadap Nyamuk Aedes aegypti ...25
3.5 Analisis Data ...26
3.6 Diagram Alir Penelitian ...27
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
4.1 Hasil Pengamatan Uji Keamanan Lotion Ekstrak Daun Cengkeh Dengan Metode Patch Test ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah dan Penyebaran Kasus DBD Tahun 1968-2009 ... 15 Tabel 2. Uji Keamanan Lotion Ekstrak Daun Cengkeh (Patch Test)
terhadap Lima Orang Relawan Wanita ...28 Tabel 3. Rata-Rata Persentase Daya Proteksi Lotion Ekstrak Daun Cengkeh
terhadap Gangguan nyamuk Ae. aegypti ...30 Tabel 4. Rata-rata persentase daya proteksi lotion ekstrak daun cengkeh
terhadap gangguan nyamuk Ae. aegypti pada konsentrasi dan waktu pengamatan yang berbeda ...34 Tabel 5. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi
lotion ekstrak daun cengkeh 100% ...43 Tabel 6. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi
lotion ekstrak daun cengkeh 64% ...44 Tabel 7. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi
lotion ekstrak daun cengkeh 36% ...45 Tabel 8. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi
lotion ekstrak daun cengkeh 16% ...46 Tabel 9. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi lotion ekstrak daun cengkeh 4% ...47 Tabel 10. Jumlah angka hinggap nyamuk Aedes agypti dengan konsentrasi lotion ekstrak daun cengkeh 0% ...48 Tabel 11. Hasil uji analisis varian (ANOVA) pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun cengkeh dalam bentuk lotion dan lama waktu
pengamatan daya proteksi terhadap gangguan nyamuk
Aedes aegypti ... 49 Tabel 12. Hasil uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Diagram alir penelitian ...27
Gambar 6. Korelasi antara konsentrasi lotion ekstrak daun cengkeh dengan daya proteksi terhadap gangguan nyamuk Aedes aegypti ... 30
Gambar 7. Korelasi antara waktu pengamatan dengan daya proteksi lotion ekstrak daun cengkeh terhadap gangguan nyamuk Aedes aegypti ... ...33
Gambar 8. Proses penetasan telur Aedes aeegypti ...58
Gambar 9. Nyamuk Aedes aegypti dewasa ...58
Gambar 10. Kandang uji lotion ekstrak daun cengkeh terhadap nyamuk Aedes aegypti ... ...59
Gambar 11. Lotion ekstrak daun cengkeh dengan lima tingkatan konsentrasi yang berbeda ... ...59
Gambar 12. Pengujian lotion ekstrak daun cengkeh terhadap nyamuk Aedes aegypti ...60
Gambar 13. Pengujian lotion ekstrak daun cengkeh terhadap nyamuk Aedes aegypti ...60
Gambar 14. Pengujian lotion ekstrak daun cengkeh terhadap nyamuk Aedes aegypti ...61
Gambar 16. Vaseline putih ...62
Gambar 17. Daun cengkeh tua yang sudah dikering anginkan. ...63
Gambar 18. Perendaman daun cengkeh dengan etanol ...63
Gambar 19. Penyaringan ekstrak daun cengkeh ...64
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya diperantarai oleh nyamuk, salah satunya nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk jenis ini penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) karena adanya virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti (Supartha, 2008).
Selanjutnya Supartha (2008) mengatakan bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah
penyebarannya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk .
Menurut Yudhastuti dan Vidiyani (2005) Ae. aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit DBD dibandingkan dengan nyamuk Aedes albopictus. Hal ini karena nyamuk Ae. aegypti hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Ae. albopictus hidupnya di kebun, sehingga jarang kontak dengan manusia.
2
meninggal dunia. Peningkatan penyakit ini terjadi setiap tahunnya, yakni tercatat sebanyak 158.912 kasus pada tahun 2009 (Depkes RI, 2009).
Menurut Lestari dkk, (2010) penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol agar penyakit tersebut mendapat penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol penyebaran penyakit yaitu dengan melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Obat dan vaksin untuk mengatasi DBD belum ditemukan efektif dan efesien sehingga perlu dilakukan pengendalian vektor penyakit tersebut.
Menurut Cavalcanti dkk, (2004) penggunaan insektisida kimia sebagai salah satu pengendalian vektor penyakit DBD saat ini banyak menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan, kematian serangga bukan target, resistensi serangga sasaran, mematikan hewan piaraan bahkan juga manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida alternatif yang dapat mematikan serangga sasaran namun tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Insektisida alternatif yang dapat dicoba adalah tanaman cengkeh.
3
Selanjutnya Riyanto (2012) mengungkapkan bahwa tanaman cengkeh dapat digunakan sebagai anti nyamuk karena didalam ekstrak daun cengkeh
terdapat senyawa eugenol. Eugenol merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan didalam ekstrak cengkeh karena senyawa ini memberikan bau dan aroma yang khas, dan mempunyai rasa pedas (Wahyudi, 2008). Eugenol mempunyai sifat neurotoksik, yang bekerja dalam proses penekanan terhadap sistem saraf serangga, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh terasa lunak dan lemas (Sanjaya dan Safaria, 2006). Oleh sebab itu eugenol yang terdapat didalam ekstrak daun cengkeh memungkinkan dapat dijadikan sebagai zat penolak terhadap nyamuk Ae. aegypti.
1.2Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun cengkeh (S. aromaticum ) dalam bentuk lotion sebagai zat penolak (repellent) terhadap nyamuk Ae. aegypti.
1.3Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan
mengenai pemanfaatan daun cengkeh dan sebagai kajian teori untuk penelitian selanjutnya.
2. Aspek Aplikatif
4
zat penolak (repellent) untuk pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sehingga diharapkan dapat membantu menurunkan angka penyebarannya di Indonesia.
1.4Kerangka Pikir
Penyakit DBD merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat yaitu melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus dengue.
Penggunaan insektisida kimia sebagai salah satu pemberantasan vektor penyakit DBD saat ini banyak menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan, kematian serangga bukan target, resistensi serangga sasaran bahkan membunuh hewan piaraan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida alternatif yang dapat dijadikan zat penolak terhadap serangga sasaran namun tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Salah satu insektisida alternatif yang dijadikan sebagai repellent serangga adalah tanaman cengkeh (S. aromaticum L.) khususnya daun cengkeh digunakan sebagai insektisida alternatif yang dapat dijadikan zat penolak terhadap nyamuk dengan cara diekstrak terlebih dahulu.
5
tersebut. Sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai zat penolak terhadap nyamuk Ae. aegypti. Penggunaan daun cengkeh sebagai zat penolak
dilakukan dalam bentuk lotion.
Lotion anti nyamuk selain mudah cara menggunakannya juga terbukti ampuh dalam mengendalikan DBD. Pembuatan lotion ekstrak daun cengkeh
6
1.5Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dalam bentuk lotion mempunyai potensi sebagai zat penolak (repellent) terhadap nyamuk Aedes aegypti
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun cengkeh yang digunakan maka akan semakin besar daya proteksinya terhadap gangguan nyamuk Ae. aegypti.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Cengkeh
Menurut Bulan (2004) klasifikasi dari tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub-Kelas : Choripetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S. aromaticum
2.1.2 Deskripsi Tanaman Cengkeh
8
tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas
mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua
(Kardinan, 2003).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).
9
2.2 Manfaat Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh (Nurdjannah, 2004).
Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu
khas India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih (Waluyo, 2004). Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak, sebagai anti nyamuk, dan lain-lain (Riyanto 2012).
10
2.3 Kandungan Kimia Cengkeh
Nurdjannah (2004) menyatakan bahwa di dalam daun cengkeh mengandung eugenol, saponin, flavonoid dantanin. Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alkil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol (Gambar 1). Eugenol dapat
dikelompokkan dalam keluarga alkilbenzena dari senyawa-senyawa fenol.
Gambar 1. Struktur kimia eugenol Sumber : Iswari (2007)
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/alelopati, merupakan persenyawaan dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid mempunyai sifat khas yaitu bau yang sangat tajam, rasanya pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah terurai pada temperatur tinggi. Struktur kimia senyawa flavonoid seperti Gambar 2.
11
Dinata (2008) menambahkan bahwa flavonoid merupakan senyawa
pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik. Mannfaat flavonoid bagi tumbuhan yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, serta sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus. Bagi manusia flavonoid bermanfaat sebagai antioksidan terhadap penyakit kanker dan ginjal. Kegunaan flavonoid lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati.
2.4Ekstraksi
12
2.5Nyamuk Aedes aegypti
2.5.1 Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Ae. aegypti
a. Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti menurut Judarwanto (2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Family : Culicidae Genus : Aedes Species : Ae. aegypti
b. Morfologi
Lestari dkk. (2010) mengatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan (Gambar 3a) berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina
13
(a) (b)
Gambar 3. Morfologi nyamuk Aedes aegypti dewasa (a) jantan dan (b) betina
Sumber: Judarwanto (2007)
Selanjutnya Lestari dkk. (2010) menerangkan bahwa nyamuk betina memiliki sepasang antena berbentuk filiform panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Antena pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose.
14
Sementara skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya.
2.5.2 Penyebaran Kasus DBD karena Nyamuk Ae. aegypti sebagai Vektornya
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan penyebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah dan penyebaran kasus DBD dari tahun 1968 sampai dengan tahun 2009 (Tabel.1) (Depkes RI, 2009).
15
Tabel 1. Jumlah dan penyebaran kasus DBD tahun 1968 – 2009
16
Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari. Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang dikandungnya, setelah menghisap darah nyamuk ini akan mencari tempat hinggap (beristirahat). Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang tergantung, seperti pakaian, kelambu atau tumbuh-tumbuhan di dekat berkembang biaknya dan biasanya di tempat yang sedikit gelap dan lembab (Depkes RI, 2007).
Setelah masa istirahat selesai, nyamuk akan meletakkan telurnya pada dinding bak mandi atau WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas, dan lain-lain. Biasanya sedikit di atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya untuk menghisap darah dan seterusnya (Depkes RI, 2007).
2.5.3 Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa dan
17
Gambar 4. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti Sumber: Bulan (2004)
a. Telur
Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 – 2 jam berubah menjadi hitam. Telur Aedes berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur tidak berpelampung dan diletakkan satu persatu terpisah di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya (Depkes RI, 2004).
18
habitat bertelur Aedes aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari berbagai negeri.
Selanjutnya dinyatakan oleh Saryono (2008) bahwa telur Ae. aegypti dapat bertahan pada kondisi kering. Jika air tergenang beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain mugkin membutuhkan waktu lama terbenam dalam air, kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu.
Seekor nyamuk betina meletakkan telurnya rata-rata sebanyak 100 butir setiap kali bertelur. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2-24°C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada kelembaban rendah. Telur diletakkan di air menetas menjadi larva dalam waktu 2-7 hari pada suhu 16°C (Depkes RI, 2004).
b. Larva atau Jentik
19
c. Pupa
Menurut Nadesul (2007) pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air. Lama fase pupa bergantung pada suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah melewati waktu itu maka pupa membuka dan
melepaskan kulitnya, kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang. Pupa sangat sensitif terhadap pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara jantan dan betina.
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru saja keluar dari pupa akan istirahat di permukaan air untuk sementara waktu menunggu sayapnya kering dan tubuhnya menjadi lebih kuat. Nyamuk akan segera melakukan
perkawinan dan yang betina akan menghisap darah untuk
perkembangan telur yang akan dihasilkannya sedangkan nyamuk jantan akan mencari nektar. Pada umumnya umur nyamuk adalah 7-20 hari (Sayono dan Sumanto, 7-2012).
2.5.4 Habitat Nyamuk Ae. aegypti
20
banyak ditemukan di bawah meja, bangku, kamar yang gelap, atau dibalik baju-baju yang digantung. Nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09.00-10.00) dan sore hari (pukul 16.00-17.00).
Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak di tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari dan barang-barang lain yang
memungkinkan air tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minum burung, vas
bunga/pot tanaman air, kaleng bekas dan ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang sembarang tempat (Depkes RI, 2007).
2.6Zat Penolak (Repellent)
Menurut Satroutomo (1992) Repellent adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menjauhkan serangga dari manusia, sehingga manusia terhindar dari gangguan atau gigitan serangga. Bagi manusia dan hewan, zat penolak digunakan untuk mencegah serangan nyamuk yang dapat menyebarkan agen-agen penyakit, terutama pada tempat-tempat yang tidak memungkinkan untuk digunakan insektisida.
Mekanisme kerja zat penolak sampai saat ini belum diketahui secara pasti atau belum diungkapkan seluruhnya, tetapi ada teori lama yang
21
2.7 Lotion
Lotion adalah sediaan farmasi yang digolongkan menjadi dua sediaan, yaitu sediaan cair dan sediaan setengah padat baik berupa suspensi atau dispersi. Dalam pembuatannya, lotion dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet, dan zat pewangi yang cocok ( Depkes RI,1997).
Menurut Pangestu (2013) lotion adalah sedian kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat kulit tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan.
22
III. METODE PENELITIAN
3.1Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Ekstraksi daun cengkeh dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
3.2Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
23
dimasukkan kedalam kandang uji, dan stopwatch berfungsi sebagai alat pencatat waktu pengamatan.
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cengkeh tua yang sudah dikeringkan yang kemudian dihaluskan, nyamuk Ae. aegypti sebagai serangga uji, etanol yang berfungsi sebagai pelarut, akuades berfungsi untuk mengencerkan ekstrak, dan vaseline sebagai bahan dasar pembuat lotion.
3.3Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancagan Acak Kelompok dengan skala Laboratorium. Sebanyak 16 orang relawan yang dipilih secara acak dalam penentuan pemakaian lotion dengan konsentrasi tertentu.
3.4Prosedur Penelitian 3.4.1 Ekstraksi
24
perendaman dilakukan selama 24 jam dengan tujuan untuk memisahkan senyawa yang kita inginkan dengan residunya. Rendaman tersebut disaring dengan kertas saring guna mendapatkan ekstrak yang
diinginkan. Ekstrak yang sudah disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan alat vacum rotary evaporator. Hasil ekstraksi yang pekat kemudian diencerkan dengan akuades sebanyak lima kali pengenceran dengan masing-masing konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%.
3.4.2 Pembuatan Lotion
3.4.2.1Formulasi Pembuatan Dasar Lotion
Sebanyak 240 ml vaseline putih dimasukkan kedalam wadah plastik berukuran 100 ml yang sudah disediakan, kemudian vaseline tersebut dimasukkan kedalam enam botol plastik masing-masing berisi sebanyak 40 ml.
3.4.2.2Formulasi Pembuatan Lotion Ekstrak Daun Cengkeh
25
cengkeh dengan konsentrasi sebesar 4%, 16%, 36%, 64%,100% dan 0% (kontrol).
3.4.3 Uji Keamanan Lotion dengan Metode Patch Test
Uji ini dilakukan dengan cara mengoleskan lotion ekstrak daun cengkeh dengan lima tingkatan konsentrasi yang berbeda-beda pada lima orang relawan wanita yang masing-masing berumur 21 tahun. Lotion dioleskan dipunggung tangan kemudian dibiarkan diudara terbuka dan diamati selama 15 menit.
3.4.4 Pengujian Zat Penolak terhadap Nyamuk Ae. aegypti
Pengujian dilakukan di dalam kandang uji yang berukuran 40x50x60 cm yang dindingnya terbuat dari kain kassa nilon, ke dalam setiap kandang uji dimasukkan 20 ekor nyamuk Ae. aegypti yang sama sekali belum menghisap darah.
Kemudian lengan masing-masing relawan dioleskan sebanyak 10 ml lotion ekstrak daun cengkeh dari setiap konsentrasi yang telah ditentukan. Dalam hal ini digunakan sebanyak lima konsentrasi dan satu kontrol, yaitu 0% (kontrol), 4%, 16%, 36%, 64% dan 100%.
26
satu jam sampai jam ke 6 dengan lama pengamatan 15 menit setiap jamnya. Masing-masing perlakuan diberi empat kali pengulangan. Menurut Nunik, dkk (2007) daya proteksi terhadap gangguan nyamuk dapat ditentukan dengan rumus:
Dp = K-P x 100% K
Keterangan: Dp : Daya proteksi
K : Angka hinggap pada lengan kontrol
P : Angka hinggap pada lengan yang terolesi lotion
3.5 Analisis Data
Hasil yang diperoleh dianalisa dengan mengguanakan analisis varian (ANOVA) dengan program SPSS 16 for Windows, agar dapat
27
3.6 Diagram Alir Penelitian
Disaring menggunakan
Disiapkan sebanyak 20 ekor nyamuk Aedes aegypti pada setiap kandang menit setiap jam nya sampai jam ke enam
Dihitung berapa
Ekstraksi Pembuatan lotion anti
nyamuk Pengujianzat penolak
Disiapkan 1,5 kg
alat vacum rotary evaporator
240 ml vaseline putih diaduk rata
Dilakukan dengan empat kali pengulangan
Didapatkan ekstrak lotion yang efektif sebagai zat penolak (repellent) terhadap nyamuk Ae. aegypti
Gambar 5. Diagram alir penelitian
8 ml ekstrak daun
Lotion anti nyamuk ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 4%, 16%,
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Lotion ekstrak daun cengkeh memiliki potensi sebagai zat penolak (repellent) terhadap nyamuk Ae. aegypti.
2. Daya efektivitas lotion sebagai zat penolak berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak daun cengkeh yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun cengkeh yang diberikan, maka semakin besar daya proteksinya terhadap gangguan nyamuk Ae. aegypti.
3. Semakin bertambahnya waktu penggunaan lotion maka keefektivitasan lotion ekstrak daun cengkeh sebagai zat penolak terhadap gangguan nyamuk Ae. aegypti semakin menurun.
37
5.2Saran
1. Melakukan penelitian mengenai potensi repellent dari lotion ekstrak daun cengkeh terhadap spesies nyamuk yang lain.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D.S. 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor. Cita Insan Madani
Bulan, R. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=reaksi+asetilasi+eugenol+dan+ oksidasi+metil+eugenol&meta=&aq=f&oq. Diakses tanggal 3 Oktober 2013.
Cavalcanti E.S.B., S.M. de Morais, A.M.A. Lima, E.W.P. Santana. 2004.
Larvacidal Activity of Essential Oil from Brazilian Plants agains Aedes aegypti L. http://www.scielo.br/pdf/mioc/v99n5a15.pdf.
Diakses tanggal 3 Oktober 2013.
DepKes RI.1997. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI. 2000. Inventarisasi Tanaman Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian. Hal : 25 – 29
Depkes RI. 2004. Perilaku Hidup Nyamuk Aedes aegypti Sangat Penting
Diketahui Dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk Pemantauan Jentik Berkala.Buletin Jendela.
Depkes RI .2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta. Dirjen PP&PL
Depkes RI 2007.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.Jakarta.Depkes RI.
39
Dinata, A. 2008. Atasi Jentik DBD dengan Kulit Jengkol.
http://www.pikiran rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=54735. (9 Oktober 2009).
Djakaria, 2000. Vektor penyakit virus, riketsia, spiroketa dan bakteri. Dalam: Srisasi G, Herry DI, Wita P, penyunting. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarata: 235-237.
Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta). http://www.indonesian-publichealth.com/2014/01/fogging-aedes-aegypti.html. Diakses tanggal 6 Maret 2014.
Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L) terhadap Aedes aegypti. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.Surakarta
Iswari, T. R, (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Penerbit. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Judarwanto, W. 2007. Profil nyamuk Aedes dan pembasmiannya.
http://medicastore.com/artikel/184/ProfilNyamukAedesdanPembasmiann ya.html
Kardinan, A. 2003. Tanaman dan Pembunuh Nyamuk. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lestari, B., Rahardi, dan Z. Gama. 2010. Identifikasi Nyamuk di Kelurahan Sawojajar Kota Malang.
http://biologi.ub.ac.id/files/2010/12/BSS2010ZPGBR.pdf. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.
Mustofa, E. F. 2012. Uji ekfektivitas etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai insentisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan metoda elektrik. Jurnal. FKUB
Nadesul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta : Penerbit BukuKompas.
40
Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan Cengkeh.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=divertifikasi+penggunaan+ cengkeh&meta . Diakses tanggal 3 Oktober 2013.
Pangestu, A. 2013. Pengertian Lotion.
http://hioelann.blogspot.com/2013/02/pengertian-lotion.html.Diakses tanggal 11 November 2013.
Prijanto. 2000. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Riyanto, R. 2012. Mengenal Cengkeh dan Manfaatnya.
http://aspal-putih.blogspot.com/2012/12/mengenal-cengkeh-dan-manfaatnya.html Diakses tanggal 9 Oktober 2013.
Sanjaya, Y., Safaria, T. 2006. Toksisitas Racun Laba – laba Nephila sp. pada Larva Aedes aegypti L.
http://www.unsjournal.com/D?D0702/D70221.pdf. Diakses tanggal 6 Maret 2014
Saryono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Junlah Nyamuk Aedes yang Tertangkap. Tesis: UNDIP Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayono.pdf. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.
Sastroutomo, SS.1992. Pestisida: Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya. Gramedia. Jakarta.
Sayono, S. D., & Sumanto, D. 2012. Distribusi resistensi nyamuk aedes aegypti terhadap insektisida sipermetrin di semarang. http://Jurnal. unimus.ac.id
Soedarto. 1995. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 59-61 & 102.
Soegijanto S. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.
41
Suryani, A. 2000. Teknologi Emulsi. Teknologi Industri Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta.Kanisus.
Wahyudi T. 2008. Biokompatibilitas Semen Zinc Oxide Eugenol. USU Library. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option= com_journal_review&id=4649&task=view. Diakses tanggal 6 Maret 2014
Waluyo S., 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran. Jakarta.Elex Media.