• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA IPA BERBASIS TEKNOLOGI MURAH MATERI TEKANAN DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT PERAGA IPA BERBASIS TEKNOLOGI MURAH MATERI TEKANAN DI SMP"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA IPA BERBASIS TEKNOLOGI MURAH MATERI TEKANAN DI SMP

(Skripsi)

Oleh:

FATHIN IRINA DIATRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA IPA BERBASIS TEKNOLOGI MURAH MATERI TEKANAN DI SMP

Oleh

FATHIN IRINA DIATRI

Berdasarkan data hasil observasi di SMPT N 15 TKBM Bandar Lampung, sekolah belum memiliki media pembelajaran berupa alat peraga dikarenakan keterbatasan dana. Selain itu, berdasarkan angket analisis kebutuhan, guru dan siswa sangat memerlukan alat peraga untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, terutama pada materi tekanan yang bersifat abstrak. Melihat masalah tersebut, penulis melakukan pengembangan dengan tujuan untuk menghasilkan alat peraga menggunakan alat dan bahan dari lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran konsep tekanan untuk memenuhi ketidaktersediaan alat peraga, mengetahui bagaimana alat peraga berbasis teknologi murah untuk pembelajaran IPA fisika materi tekanan yang disertai LKS, dan mengetahui efektivitas alat peraga pembelajaran materi tekanan yang dibuat.

Model pengembangan yang digunakan mengacu pada model pengembangan Borg dan Gall. Prosedur pengembangan ini meliputi sepuluh langkah, yaitu: penelitian dan pengumpulan data (observasi sarana prasarana dan analisis kebutuhan), perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba awal (uji ahli dan uji LKS), revisi produk utama, uji lapangan utama (uji satu lawan satu), revisi produk operasional, uji lapangan operasional (uji kelompok kecil), revisi produk akhir, serta diseminasi dan implementasi produk. Produk akhir yang diperoleh berupa alat peraga tekanan disertai LKS panduan praktikumnya.

(3)
(4)
(5)
(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Fathin Irina Diatri

NPM : 0813022008

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Perum. Wana Asri, C7, No.1, Kemiling, Bandar Lampung

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 12 Juni 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Muniful Hamid dan Ibu Zuraida.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartika Yudha Sungai Penuh, Kerinci diselesaikan tahun 1996. Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SDN I/III Sungai Penuh, Kerinci sampai tahun 1999 dan diselesaikan di SDN 3 Kuripan, Kotaagung pada tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di tempuh di SMPN 1 Kotaagung sampai tahun 2004 dan diselesaikan di SMPN 14 Bandar Lampung pada tahun 2005. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2008.

(8)

MOTO

Be your self (jadilah dirimu sendiri).

Tidak perlu takut, sutradaranya Allah. Manusia hanya pemain dan hanya bisa berencana.

Lakukan apa yang bisa Anda lakukan.

Allah yang akan melakukan apa yang tidak bisa Anda lakukan.

Selalu bersyukur.

(9)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberi limpahan rahmat dan karunia-Nya. Penulis persembahkan karya ini kepada:

1. Ayah Muniful Hamid, ibu Zuraida, kakak Muhalla Mirza Primanda, dan adik Muhammad Reztri Irfanni.

2. Keluarga besarku yang selalu mendukung, dan mendoakan keberhasilanku. 3. Sahabat dan teman-teman yang selalu membantu dan menyemangatiku. 4. Guru dan dosen yang telah mendidik dan mengajariku.

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga IPA Berbasis Teknologi Murah Materi Tekanan di SMP”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku ketua program studi P. Fisika. 4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku dosen pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. 7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

(11)

xi

8. Bapak Supardi, S.Pd. dan Bapak Arif Surtono, M.Si, M.Eng. selaku evaluator uji ahli, terima kasih atas waktu dan masukannya.

9. Ibu Yufrariana, S.P. selaku pengelola sekaligus guru IPA SMPT N 15 TKBM Bandar Lampung yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian. 10.Bapak dan ibu dewan guru SMPT N 15 TKBM Bandar Lampung yang

membantu dan menyemangati penulis dalam melakukan penelitian.

11.Siswa SMPT N 15 TKBM Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya. 12.Ayah, ibu, kakak, adik, dan keluarga besar yang selalu memberi dorongan

material maupun spiritual.

13.Sahabat-sahabatku: Bengkel Xpatu (Ulein, Herlin, dkk), SMP N 1 Kotaagung angkatan ’02, Ikhsan, Andi, dan SMP N 14 Bandar Lampung angkatan ’02. 14.Sahabat-sahabat P. Fisika angkatan ’08 Reguler dan Mandiri (Anna, Salva,

Hervin, Naufal, Sarah, dkk).

15.Kakak tingkat, adik tingkat, dan teman-teman keluarga besar P. Fisika Unila. 16.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuannya mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL LUAR ... i

ABSTRAK ... ii

JUDUL DALAM ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pengembangan ... 3

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 4

E. Pentingnya Pengembangan ... 5

(13)

xiii

G. Definisi Istilah ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan ... 9

B. Media Pembelajaran... 11

C. Alat Peraga ... 15

D. LKS ... 17

E. Evaluasi Media Pembelajaran ... 21

F. Tekanan ... 25

III. METODE PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan ... 31

B. Prosedur Pengembangan ... 31

C. Uji Coba Produk ... 36

1. Desain Uji Coba ... 36

2. Subjek Uji Coba ... 36

3. Jenis Data ... 37

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 38

5. Teknik Analisis Data ... 39

IV. HASIL PENGEMBANGAN A. Penyajian Data ... 41

B. Analisis Data ... 60

C. Revisi Produk ... 62

V. KAJIAN DAN SARAN A. Kajian Produk yang Telah Direvisi... 66

B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Sarana dan Prasarana ... 72

2. Kisi Instrumen Analisis Kebutuhan ... 74

(14)

xiv

4. Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan ... 78

5. Skenario Pengembangan ... 80

6. Perangkat Pembelajaran 1) Halaman Judul Perangkat Pembelajaran ... 92

2) Silabus ... 93

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 98

4) LKS Panduan Praktikum ... 107

5) Kunci LKS Panduan Praktikum ... 140

6) Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 159

7) Lembar Penilaian (LP) ... 162

7. Angket Uji Ahli ... 190

8. Angket Uji LKS ... 193

9. Hasil Uji Ahli ... 197

10. Hasil Uji LKS ... 200

11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ... 204

12. Angket Uji Lapangan ... 206

13. Hasil Uji Lapangan Utama ... 210

14. Hasil Uji Lapangan Operasional ... 212

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Konversi Nilai Kualitas ke Pernyataan Nilai Kualitas ... 23

3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 38

3.2 Skor Penilaian Uji Ahli dan Uji Lapangan terhadap Contoh Pilihan Jawaban ... 40

3.3 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kemenarikan dan Kualitas ... 40

4.1 Hasil Uji Coba Awal Alat Peraga Beserta LKS ... 56

4.2 Hasil Uji Lapangan Utama Alat Peraga Beserta LKS ... 58

4.3 Hasil Uji Lapangan Operasional Alat Peraga Beserta LKS ... 60

4.4 Revisi Produk Utama Berdasarkan Hasil Uji Coba Awal ... 62

L.1 Observasi Sarana dan Prasarana di SMPT N 15 TKBM ... 72

L.2.1 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ... 74

L.2.2 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 74

L.3.1 Contoh Pengisian Angket ... 75

L.3.2 Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 75

L.3.3 Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 77

L.4.1 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 78

L.4.2 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 78

(16)

xvi

L.6.1 Silabus Tekanan ... 80

L.6.2 Hasil Pengamatan LKS 1 ... 114

L.6.3 Hasil Pengamatan LKS 2 ... 118

L.6.4 Hasil Pengamatan LKS 3 ... 124

L.6.5 Hasil Pengamatan LKS 4 ... 128

L.6.6 Hasil Pengamatan LKS 5 Percobaan 1 ... 133

L.6.7 Hasil Pengamatan LKS 5 Percobaan 2 ... 133

L.6.8 Hasil Pengamatan LKS 6 ... 138

L.6.9 Kunci Hasil Pengamatan LKS 1 ... 142

L.6.10 Kunci Hasil Pengamatan LKS 2 ... 144

L.6.11 Kunci Hasil Pengamatan LKS 3 ... 149

L.6.12 Kunci Hasil Pengamatan LKS 4 ... 151

L.6.13 Kunci Hasil Pengamatan LKS 5 Percobaan 1 ... 154

L.6.14 Kunci Hasil Pengamatan LKS 5 Percobaan 2 ... 154

L.6.15 Kunci Hasil Pengamatan LKS 6 ... 157

L.6.16 Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 159

L.6.17 Rubrik Penilaian LP 1: Produk LKS 1 dan 2 ... 166

L.6.18 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 1 ... 167

L.6.19 Format Asesmen Kinerja Psikomotor LKS 1 ... 168

L.6.20 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 2 ... 169

L.6.21 Format Asesmen Kinerja Psikomotor LKS 2 ... 170

L.6.22 Rubrik Penilaian LP 1: Produk LKS 3 dan 4 ... 175

L.6.23 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 3 ... 176

(17)

xvii

L.6.25 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 4 ... 178

L.6.26 Format Asesmen Kinerja Psikomotor LKS 4 ... 179

L.6.27 Rubrik Penilaian LP 1: Produk LKS 5 dan 6 ... 183

L.6.28 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 5 ... 184

L.6.29 Format Asesmen Kinerja Psikomotor LKS 5 ... 185

L.6.30 Format Asesmen Kinerja Proses LKS 6 ... 186

L.6.31 Format Asesmen Kinerja Psikomotor LKS 6 ... 187

L.6.32 Format Pengamatan Perilaku Berkarakter ... 188

L.6.33 Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... 189

L.7.1 Contoh Pengisian Angket ... 190

L.7.2 Angket Kesesuaian Desain dengan Spesifikasi yang Direncanakan ... 190

L.7.3 Angket Evaluasi dalam Perencanaan Pembelajaran ... 192

L.8.1 Contoh Pengisian Angket ... 193

L.8.2 Angket Uji Kelayakan Isi ... 193

L.8.3 Angket Uji Kesesuaian Isi ... 194

L.8.4 Angket Uji Kelayakan Penyajian... 195

L.8.5 Angket Uji Kelayakan Bahasa ... 196

L.9.1 Analisis Hasil Angket Kesesuaian Desain dengan Spesifikasi yang Direncanakan ... 197

L.9.2 Analisis Hasil Angket Evaluasi dalam Perencanaan Pembelajaran .... 199

L.10.1 Analisis Hasil Angket Uji Kelayakan Isi ... 200

L.10.2 Analisis Hasil Angket Uji Kesesuaian Isi ... 201

L.10.3 Analisis Hasil Angket Uji Kelayakan Penyajian ... 202

L.10.4 Analisis Hasil Angket Uji Kelayakan Bahasa ... 203

(18)

xviii

L.12.1 Contoh Pengisian Angket ... 206 L.12.2 Angket Uji Lapangan Alat Peraga Beserta

LKS Panduan Praktikum ... 207 L.13.1 Hasil Angket Uji Lapangan Utama terhadap Penggunaan

Alat Peraga Tekanan ... 210 L.13.2 Hasil Angket Uji Lapangan Utama terhadap Penggunaan

LKS Panduan Praktikum Tekanan ... 210 L.13.3 Hasil Penilaian Kognitif Pengguna Uji Lapangan Utama ... 211 L.13.4 Komentar dan Saran Perbaikan Produk dari Pengguna

Hasil Uji Lapangan Utama ... 211 L.14.1 Hasil Angket Uji Lapangan Operasional terhadap Penggunaan

Alat Peraga Tekanan ... 212 L.14.2 Hasil Angket Uji Lapangan Operasional terhadap Penggunaan

LKS Panduan Praktikum Tekanan ... 213 L.14.3 Hasil Penilaian Kognitif Pengguna Uji Lapangan Operasional ... 214 L.14.4 Komentar dan Saran Perbaikan Produk dari Pengguna

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Posisi media pembelajaran dalam sistem pembelajaran

menurut Santyasa ... 13

3.1 Model research and development Borg dan Gall ... 32

3.2 Desain penelitian one-shot case study... 34

4.1 Hasil percobaan tekanan hidrostatik ... 44

4.2 Selang pada alat peraga Hartl yang dimodifikasi ... 45

4.3 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 0 cm di dalam air: (a) di titik A; (b) di titik B ... 46

4.4 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 3 cm di dalam air: (a) di titik A; (b) di titik B ... 46

4.5 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 6 cm di dalam air: (a) di titik A; (b) di titik B ... 47

4.6 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 0 cm di dalam spirtus: (a) di titik A; (b) di titik B ... 47

4.7 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 3 cm di dalam spirtus: (a) di titik A; (b) di titik B ... 48

4.8 Hasil percobaan alat peraga Hartl pada kedalaman 6 cm di dalam spirtus: (a) di titik A; (b) di titik B ... 49

4.9 (a) Selang U dijepit di bagian tengah, (b) Selang U yang dijepit bagian tengahnya diisi dengan zat cair sejenis dengan jumlah yang berbeda pada masing-masing sisi ... 51

(20)

xx

4.11 Selang U berisi zat cair tidak sejenis... 52

4.12 Respon siswa terhadap kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan alat peraga tekanan pada uji lapangan operasional ... 59

4.13 Produk akhir: (a) tampak dari depan; (b) tampak dari belakang. ... 64

L.5.1 Desain KIT bagian depan ... 81

L.5.2 Desain KIT bagian belakang ... 81

L.5.3 Desain alat peraga percobaan Hartl yang dimodifikasi ... 82

L.5.4 Desain alat peraga percobaan tekanan berhubungan ... 82

L.5.5 Desain alat peraga percobaan tekanan hidrostatik ... 82

L.5.6 Desain alat peraga percobaan terapung, melayang, dan tenggelam .... 82

L.5.7 Desain alat peraga hukum Pascal yang dimodifikasi ... 82

L.5.8 Desain alat peraga tekanan udara ... 82

L.5.9 Bentuk dan ukuran triplek ke-15 ... 84

L.5.10 Rangkaian triplek tahap 1 ... 85

L.5.11 Rangkaian triplek tahap 2 ... 85

L.5.12 Rangkaian triplek tahap 3 ... 85

L.5.13 Rangkaian triplek tahap 4 ... 86

L.5.14 Rangkaian triplek tahap 5 ... 86

L.5.15 Rangkaian triplek tahap 6 ... 86

L.5.16 Rangkaian triplek tahap 7 ... 86

L.5.17 Gabungan pipa, stop kran, dan wadah bekas minyak rambut... 88

L.5.18 Wadah bersekat ... 88

L.5.19 Selang U ... 89

L.5.20 Skala milimeter block pada selang U ... 89

(21)

xxi

L.5.22 Wadah botol ... 89

L.5.23 Skala milimeter block pada triplek ke-15 ... 90

L.6.1 Bagian-bagian alat peaga tekanan: (a) sisi depan; (b) sisi belakang ... 111

L.6.2 Perbedaan tekanan zat cair pada air dan minyak ... 112

L.6.3 Alat peraga tekanan percobaan tekanan hidrostatik ... 113

L.6.4 Alat peraga tekanan percobaan alat peraga Hartl yang telah dimodifikasi ... 117

L.6.5 Grafik hubungan antara kedalaman corong dengan selisih ketinggian zat cair dalam selang U ... 119

L.6.6 Prinsip Pascal pada alat semprot ... 122

L.6.7 Alat peraga tekanan percobaan hukum Pascal... 123

L.6.8 Alat peraga tekanan percobaan bejana berhubungan ... 127

L.6.9 Alat peraga tekanan percobaan terapung, melayang, dan tenggelam .. 132

L.6.10 Alat peraga tekanan percobaan tekanan udara ... 137

L.6.11 Grafik hubungan antara kedalaman selang dengan selisih ketinggian zat cair dalam selang U ... 145

L.6.12 Bejana berhubungan berisi air dan spirtus ... 151

L.6.13 Ikan pada beberapa kedalaman ... 162

L.6.14 Ikan di dalam akuarium ... 162

L.6.15 Ikan pada beberapa kedalaman ... 164

L.6.16 Ikan di dalam akuarium ... 164

L.6.17 Pipa U ... 172

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya berupa penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi IPA juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya diharapkan menekankan pada pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pemberian pengalaman secara langsung, sehingga siswa memperoleh pemahaman ilmiah yang lebih berkesan dan lebih mendalam.

Salah satu hal penting yang mendukung pembelajaran IPA agar penyampaian konsep dapat lebih baik yaitu dengan menggunakan media pembelajaran, salah satunya berupa alat peraga. Alat peraga merupakan media

(23)

2 alat peraga juga akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit.

Berdasarkan hasil observasi di SMPTN 15 TKBM Bandar Lampung, penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran masih sangat jarang dilakukan. Guru IPA biasanya hanya menggunakan media pembelajaran berupa buku dan papan tulis sedangkan percobaan hanya dilakukan pada materi tertentu dan hanya menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan belum tersedianya KIT praktikum di sekolah. Alat peraga IPA yang dimiliki hanya rangka dan torso, sedangkan alat peraga IPA untuk materi fisika masih belum tersedia. Minimnya fasilitas alat peraga ini menyebabkan kurangnya tingkat pemahaman siswa pada materi IPA yang bersifat abstrak, khususnya pada materi tekanan.

Keterbatasan alat peraga pembelajaran ini dikarenakan mahalnya harga alat peraga dan minimnya dana untuk membeli alat peraga tersebut. Pada pembelajaran IPA khususnya materi tekanan, keterbatasan alat peraga ini dapat diatasi dengan mengembangkan alat peraga pembelajaran yang berbasis teknologi murah. Teknologi murah yang dimaksud di sini adalah penggunaan alat dan bahan yang sederhana, murah, dan mudah didapatkan dari

lingkungan sekitar.

(24)

3 melakukan pengembangan alat peraga dengan berbasis teknologi murah pada materi tekanan di SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Diperlukan pengembangan alat peraga IPA menggunakan alat dan bahan dari lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran konsep tekanan untuk memenuhi ketidaktersediaan alat peraga.

2. Bagaimana alat peraga berbasis teknologi murah untuk pembelajaran IPA fisika materi tekanan yang disertai LKS?

3. Bagaimana efektivitas alat peraga pembelajaran materi tekanan?

C. Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Menghasilkan alat peraga menggunakan alat dan bahan dari lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran konsep tekanan untuk memenuhi ketidaktersediaan alat peraga.

(25)

4 3. Mengetahui efektivitas alat peraga pembelajaran materi tekanan yang

dibuat.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Pengembangan alat peraga memiliki spesifikasi produk sebagai berikut: 1. Menghasilkan media pembelajaran berupa alat peraga IPA pada konsep

tekanan, khususnya yaitu pada konsep tekanan zat cair dan tekanan udara di SMP.

2. Pengembangan alat peraga dibuat dengan berbasis teknologi murah, yaitu dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana, murah, dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

3. Alat peraga yang dikembangkan lebih berupa KIT (Kumpulan Instrumen Terpadu), karena dapat digunakan untuk beberapa percobaan, yaitu percobaan tekanan hidrostatik, percobaan alat peraga Hartl yang

dimodifikasi, percobaan hukum Pascal, percobaan bejana berhubungan, percobaan terapung, melayang, dan tenggelam, serta percobaan tekanan udara.

(26)

5 E. Pentingnya Pengembangan

Pengembangan ini sangat penting karena dapat memberikan banyak manfaat, diantaranya:

1. Memberi alternatif pemecahan masalah ketidaktersediaan media pembelajaran yang dikarenakan minimnya dana sekolah.

2. Membantu sekolah yang masih kekurangan media pembelajaran, terutama alat peraga IPA materi tekanan di SMP.

3. Menambah alat peraga IPA fisika di sekolah.

4. Menyediakan media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung kepada siswa melalui percobaan.

5. Memberikan motivasi bagi guru untuk lebih kreatif dalam

mengembangkan media pembelajaran, khususnya dengan memanfaatkan teknologi murah.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Penelitian pengembangan ini dilandasi dengan asumsi:

1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Penelitian pengembangan ini berorientasi pada pengembangan produk. 3. Penelitian pengembangan yang penulis lakukan mengacu pada research

(27)

6 Pengembangan yang dilakukan penulis dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Alat peraga ditujukan untuk siswa SMP, sehingga tujuan percobaan dan penggunaan alat peraga tergolong masih sederhana.

2. Alat peraga yang dikembangkan hanya untuk beberapa percobaan tekanan zat cair dan percobaan tekanan udara.

3. Alat peraga hanya digunakan untuk enam jenis percobaan, yaitu percobaan tekanan hidrostatik, percobaan alat peraga Hartl yang

dimodifikasi, percobaan hukum Pascal, percobaan bejana berhubungan, percobaan terapung, melayang, dan tenggelam, dan percobaan tekanan udara.

G. Definisi Istilah

Definisi istilah sangat penting untuk menghindari perbedaan pengertian makna. Agar tidak terjadi kesalahpahaman maksud judul, maka penulis perlu menjelaskan makna istilah-istilah berikut:

1. Pengembangan: usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif digunakan di sekolah.

2. Alat peraga: media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu untuk memperagakan materi pelajaran.

3. Teknologi murah: menggunakan alat dan bahan yang sederhana, murah, dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

(28)

7 memperagakan materi tekanan di SMP dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana, murah, dan mudah didapat.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian pengembangan ini mengadaptasi sitematika dari Dwiyogo (2003: 18-23), yaitu:

1. Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya

pengembangan, asumsi dan keterbatasan pengembangan, definisi istilah, serta sistematika penulisan.

2. Kajian Pustaka

Bab kedua ini berisi uraian mengenai pengembangan, media pembelajaran, alat peraga, LKS, evaluasi media pembelajaran, dan tekanan.

3. Metode Pengembangan

Bab ini menguraikan model pengembangan yang digunakan, prosedur pengembangan, dan uji coba produk. Uji coba produk mencakup desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis data.

4. Hasil Pengembangan

(29)

8 uji satu lawan satu, dan uji kelompok kecil. Data uji coba tersebut

kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimana hasil dari penelitian pengembangan yang telah dilakukan.

5. Kajian dan Saran

Kajian dan saran berisi kajian produk yang telah direvisi serta saran pemanfaatan, diseminasi, dan pengembangan produk lebih lanjut. 6. Daftar pustaka

Bagian ini berisi daftar rujukan yang dikutip dan diambil dalam penulisan skripsi.

7. Lampiran

(30)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Borg dan Gall (1989: 772), mengemukakan bahwa:

Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Selanjutnya Richey dan Klein (2007: 1) menyatakan:

Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik dan proses evaluasi dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk

mengkreasikan produk pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan agar dapat berfungsi di masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

(31)

10 Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada pengembangan produk. Langkah-langkah penelitian pengembangan terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. (Setyosari, 2010: 314)

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penelitian pengembangan dilakukan melalui serangkaian langkah yang sistematik, setiap langkah yang dilakukan selalu mengacu pada hasil dari langkah sebelumnya hingga akhirnya

diperoleh suatu produk yang baru.

Borg dan Gall (1989: 784-785) menyatakan terdapat sepuluh langkah yang dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan, yaitu:

1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data yang meliputi analisis kebutuhan, kajian pustaka).

2) Planning (perencanaan) yaitu merumuskan tujuan, penentuan urutan dan langkah-langkah pengembangan.

3) Develop preliminary form of product (pengembangan produk awal).

4) Preliminary field testing (melakukan uji coba awal).

5) Main product revision (melakukan revisi terhadap produk utama). 6) Main field testing (melakukan uji lapangan utama).

7) Operational product revision (melakukan revisi terhadap produk operasional).

8) Operational field testing (melakukan uji lapangan operasional). 9) Final product revision (melakukan revisi terhadap produk akhir). 10) Disemination and implementation (mendiseminasikan dan

(32)

11 Sedangkan prosedur pengembangan menurut Suyanto (2009: 322) adalah sebagai berikut:

Tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: uji spesifikasi dan uji operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) Produksi.

Berdasarkan prosedur pengembangan tersebut, terlihat bahwa prosedur pengembangan dari Borg dan Gall memiliki langkah-langkah yang lebih tersusun, revisi dilakukan setiap setelah melakukan uji, hingga diperoleh produk yang sesuai dengan tujuan pengembangan. Hal inilah yang medasari penulis melakukan pengembangan alat peraga dengan mengacu pada

prosedur pengembangan dari Borg dan Gall.

B. Media Pembelajaran

(33)

12 Namun demikian, media pembelajaran bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah juga merupakan media pembelajaran, seperti dalam pernyataan Musfiqon (2012: 28):

Media pembelajaran meliputi segala alat, bahan, peraga, serta sarana dan prasarana di sekolah yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Sesuai dengan beberapa pengertian di atas, secara umum media pembelajaran adalah segala bentuk perantara yang dapat menyampaikan pesan atau

informasi. Media pembelajaran mencakup alat, bahan, peraga, manusia, dan segala sesuatu yang dapat membantu tercapainya tujuan yang diharapkan.

Terdapat beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran. Namun, secara teoritik setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh pada efektifitas

pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat perlu dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media dengan menggunakan beberapa kriteria umum seperti yang dituliskan oleh Sanjaya (2009: 224) sebagai berikut :

(1) kesesuaian dengan tujuan, (2) kesesuaian dengan materi dan teori, (3) kesesuaian dengan karakteristik siswa, (4) kesesuaian dengan fasilitas, lingkungan dan waktu, serta (5) kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

(34)

13 proses pembelajaran tersebut. Selain itu, faktor lain yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan sumber, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber yang ada, maka media harus dibeli atau dibuat sendiri. Ketersediaan dana, tenaga, fasilitas, keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media juga harus diperhatikan, artinya media diusahakan dapat digunakan dimanapun dan kapanpun, serta mudah dipindahkan.

[image:34.595.130.522.459.647.2]

Santyasa (2007: 4) menjelaskan bahwa media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen dari sistem pembelajaran. Media pembelajaran memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Posisi media pembelajaran dalam sistem pembelajaran menurut Santyasa (2007: 4)

Dari gambar tersebut diketahui bahwa media pembelajaran merupakan perantara untuk menafsirkan sebuah ide atau konsep dari sumber belajar ke

ide pengkodean media

penafsiran

kode mengerti

gangguan

umpan balik

Sumber Penerima

(35)

14 penerima agar ide atau konsep tersebut dapat dimengerti melalui pengalaman yang dialaminya. Selain itu media pembelajaran juga dapat digunakan oleh siswa sebagai sarana belajar mandiri, atau bersama dengan siswa lainnya tanpa kehadiran seorang guru. Riyana (2008: 25-26) menjelaskan,

Media dapat digunakan sebagai alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang abstrak dan memepertinggi daya serap atau retensi belajar.

Rohani (1997: 7) menyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi: 1) Membangkitkan motivasi belajar.

2) Mengulang apa yang telah dipelajari. 3) Menyediakan stimulus belajar. 4) Mengaktifkan respon siswa.

5) Memberikan balikan dengan segera. 6) Menggalakkan latihan dengan serasi.

Fungsi media pembelajaran yang utama juga sebagai alat bantu yang dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar. Dengan demikian,

penggunaan media pembelajaran sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pesan pembelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Secara umum Sadiman, dkk. (2010: 16)

mengungkapkan kegunaan media pembelajaran sebagai berikut: 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, dan daya indra. 3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

(36)

15 Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan beberapa manfaat yang dapat diambil dari penggunaan media dalam proses

pembelajaran, antara lain dapat memperjelas penyajian informasi, meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar, menimbulkan interaksi secara langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan dapat meningkatkan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan semakin lancar sehingga hasil belajar dapat meningkat. Atas dasar pertimbangan inilah penulis memilih mengembangkan media pembelajaran, yaitu berupa alat peraga.

C. Alat Peraga

Beberapa definisi tentang alat peraga menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1) Ruseffendi (1993: 141) menyatakan definisi alat peraga yaitu alat yang digunakan untuk menerangkan atau mewujudkan konsep. 2) Menurut Estiningsih (1994: 7), alat peraga merupakan media

pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.

3) Menurut Anshari (2000: 59) alat peraga adalah alat-alat pelajaran yang tampak secara pengindraan dan dapat diamati.

4) Menurut Arsito (2004: 36), alat peraga sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar termasuk alat yang digunakan dalam proses pembelajaran.

(37)

16 Dengan menggunakan alat peraga, hal yang abstrak dapat disajikan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang sehingga dapat lebih mudah dipahami.

Jamzuri (2007: 1.32) mengklasifikasikan alat peraga menjadi dua bagian, yaitu alat peraga tiga dimensi dan alat peraga dua dimensi. Sedangkan dari segi pengadaannya, alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri,

sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya yang cukup tinggi. Berdasarkan klasifikasi ini, maka alat peraga yang dikembangkan oleh penulis termasuk dalam alat peraga tiga dimensi yang sederhana.

Menurut Jamzuri (2007: 1.9), alat peraga mempunyai peranan penting bagi guru maupun bagi siswa, antara lain sebagai berikut:

(1) Membantu siswa mempermudah memahami suatu konsep. (2) Membantu guru dalam proses belajar mengajar

(3) Memberi motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat. (4) Membantu siswa lebih aktif belajar.

(38)

17 merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga

mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

Alat peraga tidak hanya terpaku untuk digunakan pada satu jenis percobaan saja, tetapi alat peraga juga dapat berupa KIT (Kumpulan Instrumen Terpadu) yang dapat digunakan untuk beberapa percobaan, sehingga alat peraga

menjadi lebih fungsional. Keberadaan alat peraga KIT dapat menjadikan siswa lebih memahami kegunaan dari bagian-bagian alat tersebut dan siswa juga akan menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkan alat peraga.

D. LKS

Majid (2007: 176) menyatakan bahwa lembar kerja siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Sedangkan menurut Kusnandiono (2009: 1),

LKS adalah suatu lembaran kerja bagi siswa yang disusun secara terprogram yang berisi tugas untuk mengamati dan mengumpulkan data dan tersaji untuk didiskusikan atau untuk dijawab sehingga siswa dapat menguji diri seberapa jauh kemampuannya dalam bahasa yang disajikan guru.

Pengertian lain diungkapkan oleh Triyanto (2010: 111) yang menyatakan bahwa lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif

(39)

18 Tugas yang diberikan dalam LKS dapat berupa tugas praktik dan teoritis. Tugas-tugas dalam LKS tidak akan dapat dikerjakan tanpa dilengkapi dengan buku lain atau referensi yang terkait dengan materi tugas. Dengan bantuan LKS siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat, melakukan kerja, praktik, berdiskusi, dan mampu membuat kesimpulan serta menguji kemampuan dan pemahamannya.

LKS juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Digunakannya LKS dapat melatih kemandirian siswa dan juga mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran. Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, LKS memiliki dua fungsi, yaitu:

1) Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk

mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya. 2) Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar sudah menerapkan metode “membelajarkan siswa” dengan kadar SAL (Student Active Learning) yang tinggi.

Selanjutnya Alfad (2010: 2) menambahkan bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1) Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

(40)

19 melakukan penyelidikan berbentuk tulisan dan berfungsi untuk meningkatkan aktifitas siswa. LKS tidak hanya berisi pertanyaan-pertanyaan, tugas, atau petunjuk teknis (misalnya praktikum) tetapi juga berisi alur pemahaman konsep yang menuntun siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari secara utuh.

Pembelajaran IPA fisika dengan menggunakan metode eksperimen juga menjadikan LKS berfungsi sebagai penuntun siswa untuk melakukan

eksperimen. Siswa memperoleh data dan menarik suatu hukum atau konsep atau formulasi serta menarik suatu kesimpulan, sehingga LKS membantu siswa mengemukakan pendapat secara sistematis. Suyanto (2009: 23) juga telah mengembangkan suatu model pembelajaran yang memperhatikan bekal ajar awal siswa dengan prinsip eksplicitisme dan ketuntasan, serta

menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk mengembangkan suatu LKS. Model pembelajaran tersebut disajikan secara tercetak dalam bentuk LKS dengan format sebagai berikut:

1) Judul: Berupa judul suatu topik pembelajaran

2) Tujuan Pembelajaran: Berupa tujuan pembelajaran khusus (TPK), yang pengembangannya melalaui analisis materi pelajaran (AMP) . 3) Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagai

pengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat berupa kemampuan konseptual fisika atau keterampilan-keterampilan dasar laboratoris. 4) Wacana Utama yang sesuai dengan topik pembelajaran. Wacana ini

dapat berupa bahan ceramah, tuntunan menggunakan bahan kepustakaan atau tugas-tugas laboratories, contoh permasalahan, pemecahkan masalah dengan prosedur ilmiah, atau latihan menyelesaikan tugas memecahkan masalah secara laboaratoris. 5) Kegiatan pralaboratorium: Berupa penyajian masalah yang harus

disampaikan guru untuk dipecahkan oleh siswa dengan prosedur ilmiah. Berisi pula tuntunan merumuskan hipotesis, tuntunan

(41)

20 6) Kegiatan Laboratorium: Berupa instruksi untuk melaksanakan

kegiatan kerja yang telah direncanakan dan telah diperiksa guru, bimbingan pengumpulan data, bimbingan analisis data, dan bimbingan penarikan kesimpulan. Semua bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya merupakan tuntunan melakukan setiap langkah prosedur ilmiah.

LKS yang dikembangkan berisi komponen-komponen yang terstruktur untuk membantu proses pemahaman konsep siswa secara utuh. Komponen tersebut misalnya: (1) informasi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa beserta indikatornya, (2) masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari sebagai informasi awal pembuka untuk menarik minat, perhatian dan arah pemikiran siswa (seperti apersepsi dalam kegiatan

pembelajaran), (3) penugasan awal prapraktikum dan studi literatur untuk menuntaskan bekal awal dan memulihkan retensi belajar siswa sebelum melakukan praktikum, (4) praktikum menggunakan KIT praktikum dengan panduan dan soal-soal pembangun konsep untuk menarik kesimpulan, (5) tindak lanjut hasil praktikum, dan (6) evaluasi, berisi soal-soal untuk menguji pemahaman konsep siswa yang telah diperoleh melalui praktikum.

(42)

21 Kusnandiono (2009: 2) secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut :

1) Desainnya menarik atau indah.

2) Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti. 3) Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya.

4) LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis.

5) Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa.

6) LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara. merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan. 7) Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data,

pertanyaan, dan kesimpulan).

8) LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum.

9) LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa LKS tidak hanya berisi petunjuk praktikum tetapi memuat pertanyaan-pertanyaan yang menggiring siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari. Untuk itu, dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta

keterampilan yang memadai, karena LKS harus memenuhi kriteria-kriteria yang nantinya dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan

pembelajaran.

E. Evaluasi Media Pembelajaran

(43)

22 membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Selain dari pada itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu.

Kekuatan dan kelemahan media pembelajaran yang telah dibuat oleh guru biasanya dapat diketahui dengan jelas setelah media tersebut digunakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi kelas dan kelompok, interviu perorangan, observasi mengenai perilaku siswa, dan evaluasi media yang telah tersedia. Hasil evaluasi yang diperoleh akan memberi petunjuk tentang bagian-bagian media pembelajaran tersebut yang sudah baik dan yang belum baik. Atas dasar hasil evaluasi tersebut, dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, baik pada saat media tersebut sedang digunakan maupun setelah media tersebut digunakan. Perbaikan akan berguna untuk menyempurnakan media pada kegiatan pembelajaran selanjutnya sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(44)

23 kemenarikan bahan-bahan pembelajaran (termasuk media pembelajaran) terhadap aktivitas belajar siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil evaluasi formatif untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi media hasil pengembangan menurut Uno (2007: 32) selanjutnya dijadikan dasar untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat dicapai, efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Evaluasi semacam inilah yang disebut dengan evaluasi sumatif. Namun demikian, kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif.

Menurut Suyanto (2009: 227), media pembelajaran dikatakan baik atau efektif jika telah dilakukan tiga uji penting (pada kondisi tertentu) yaitu uji isi materi, uji desain media, dan uji efektivitas media. Rentang nilai yang

[image:44.595.136.432.586.662.2]

digunakan dari penilaian uji isi materi dan uji desain media dapat dianalisis menggunakan rentang nilai pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Konversi Nilai Kualitas ke Pernyataan Nilai Kualitas

Sumber: Suyanto (2009: 227)

Efektivitas media tidak dianalisis menggunakan rentang seperti yang terdapat pada Tabel 2.1, melainkan menggunakan persentase ketuntasan. Apabila

Skor kualitas Pernyataan kualitas

3,26 - 4,00 Sangat Baik

2,51 - 3,25 Baik

1,76 - 2,50 Kurang Baik

(45)

24 75% siswa dapat mencapai tujuan pembelajarannya maka media dikatakan efektif. (Nugroho, 2001: 18)

Tahapan evaluasi media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Evaluasi Satu Lawan Satu

Evaluasi media tahap satu lawan satu yang disebut dengan istilah one to one evaluation dilaksanakan dengan memilih dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat, hendaknya terdiri dari siswa yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan yang di atas rata-rata. Jumlah dua orang untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Media tersebut disajikan secara individual. Jika media didesain untuk belajar mandiri, siswa mempelajari sendiri kemudian hasil pembelajaran tersebut diamati. Setelah selesai, bisa juga mencobakannya kepada beberapa orang siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Peneliti juga dapat mencobakannya kepada ahli bidang studi (context expert) untuk mendapatkan umpan balik yang bermanfaat. Atas dasar data dan informasi dari hasil kegiatan tersebut, kemudian dilakukan revisi sebelum media dicobakan ke kelompok kecil.

2) Evaluasi Kelompok Kecil

(46)

25 3) Evaluasi Lapangan

Evaluasi lapangan atau field evaluation adalah tahap akhir dari evaluasi formatif. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas, media yang dibuat telah mendekati kesempurnaan, kemudian melalui evaluasi lapangan kebolehan media yang dibuat akan benar-benar teruji. Pilih sekitar 30 siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.

Evaluasi yang digunakan pada pengembangan alat peraga ini hanya evaluasi satu lawan satu dan evaluasi kelompok kecil. Setelah melewati tahap-tahap evaluasi tersebut sudah dapat terbukti kebenaran, efektifitas, dan efesiensi media yang dikembangkan.

F. Tekanan

1. Tekanan Zat Cair

Tekanan merupakan besaran skalar, karena tidak memiliki arah. Tekanan pada zat cair memiliki sifat:

a) Bergantung pada gravitasi. b) Bergantung pada kedalaman.

(47)

26 Menurut Sumarwan, dkk (2007: 98-99) pernyataan ini dikenal dengan sebutan “hukum utama hidrostatika”. Ini juga berarti bahwa kedalaman, gravitasi, dan massa jenis berbanding lurus dengan tekanan sehingga dapat dirumuskan:

Ph=ρ x g x h Di mana: P = tekanan (N/m2 atau Pa)

ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (N/kg)

h = kedalaman benda di dalam zat cair (m)

Tekanan juga dinyatakan dengan satuan Pascal (Pa) untuk menghormati Blaise Pascal. Pa digunakan sebagai satuan internasional (SI) tekanan.

1 N/m2 = 1 Pa

a) Hukum Pascal

Sumarwan, dkk (2007: 101) menyatakan bahwa Hukum Pascal yang dikemukakan oleh Blaise Pascal berbunyi:

Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam suatu ruang tertutup akan diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar (sama kuat).

Selanjutnya Sumarwan, dkk (2007: 102-104) menyatakan: Dalam kehidupan sehari-hari, Hukum Pascal banyak dimanfaatkan dan sering disebut sebagai “Prinsip Pascal”. Prinsip Pascal digunakan pada:

1) Dongkrak hidrolik

Cara kerja dongkrak hidrolik: tekanan yang diberikan pada pengisap tekan lebih kecil diteruskan oleh zat cair (minyak) ke pengisap yang penampangnya lebih besar sehingga

menghasilkan gaya angkat yang besar. Sesuai dengan hukum Pascal, tekanan yang dikerjakan pada pengisap kecil sama dengan tekanan pada pengisap besar. Karena� = �, maka didapat rumus P1 = P2

�1

�1

(48)

27 Di mana: F1 = gaya pada pengisap kecil (N)

F2 = gaya pada pengisap besar (N)

A1=luas penampang pengisap kecil (cm2 ; m2) A2 = luas penampang pengisap besar (cm2 ; m2)

2) Pasta Gigi

Jika kamu menekan bagian bawah kemasan pasta gigi, maka pasta gigi akan keluar dari bagian atas kemasan. Keluarnya pasta gigi jika kemasannya ditekan terjadi berdasarkan prinsip Pascal.

3) Mesin Hidrolik Pengangkat mobil

Alat ini sering dijumpai di bengkel pencucian mobil. Untuk mencuci bagian bawah mobil dengan leluasa, digunakan mesin yang dapat mengangkat mobil.

4) Pompa Hidrolik Ban Sepeda 5) Mesin Pengepres Hidrolik 6) Rem Piringan Hidrolik

b) Konsep Bejana Berhubungan

Konsep bejana berhubungan menurut Sumarwan, dkk (2010: 106-107) adalah:

Permukaan zat cair dalam suatu bejana berhubungan akan selalu menyamakan dengan permukaan zat cair sejenis yang ada pada bejana-bejana yang saling berhubungan tersebut. Konsep bejana berhubungan ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep bejana berhubungan tidak berlaku jika:

1) Bejana berhubungan diisi dua zat cair yang tidak sejenis. 2) Zat cair dalam bejana berhubungan digoncang-goncang

(tidak tenang).

3) Salah satu bejana terdiri dari pipa kapiler.

4) Bejana berhubungan diberi tekanan yang tidak sama.

Perhitungan Prinsip Pascal dapat diaplikasikan pada bejana berhubungan. Jika sebuah pipa U diisi dua jenis zat cair yang berbeda, maka permukaan kedua zat cair dalam pipa tersebut tidak sama. Tekanan zat cair pada pipa tersebut sama besar, sehingga dapat dituliskan persamaan berikut:

(49)

28

ρ1 x g x h1 = ρ2 x g x h2

ρ1 x h1 = ρ2 x h2 �1 =

ℎ2

ℎ1�2 �2 =

ℎ1 ℎ2�1

ℎ1 =

�2

�1ℎ2 ℎ2 =

�1 �2ℎ1

Di mana: P1 = tekanan pada zat cair pertama P2 = tekanan pada zat cair kedua

ρ1 = massa jenis zat cair pertama

ρ2 = massa jenis zat cair kedua h1 = ketinggian zat cair pertama h2 = ketinggian zat cair kedua g = gaya gravitasi di tempat tersebut

c) Hukum Archimedes

1) Mengapung, Melayang, dan Tenggelam a. Mengapung

Benda mengapung ketika:

1) Hanya sebagian benda yang tercelup di dalam zat cair. 2) Gaya apung lebih besar daripada berat benda.

3) Massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair. 4) Volume zat cair yang didesak benda sama dengan volume

benda yang tercelup dalam zat cair (yang tercelup saja). b. Melayang

Benda dikatakan melayang jika:

1) Benda seluruhnya tercelup ke dalam zat cair. 2) Gaya apung sama dengan berat benda.

3) Massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.

4) Volume air yang didesak benda sama dengan volume benda. c. Tenggelam

Benda tenggelam ketika:

1) Benda seluruhnya tercelup ke dalam zat cair. 2) Gaya apung lebih kecil dari berat benda.

3) Massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair. 4) Volume zat cair yang didesak benda lebih kecil dari volume

(50)

29 2) Penerapan Hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari

a. Jembatan Ponton

Jembatan ponton adalah jembatan yang terbuat dari drum-drum kosong yang tertutup rapat, disusun sejajar, dan di atasnya diberi papan. Drum kosong akan mengapung karena drum kosong itu berongga sehingga makin banyak air yang didesak. Ini

menyebabkan gaya apung mampu mengimbangi berat drum beserta orang yang menyebrang di atasnya.

b. Kapal Laut

Kapal laut terbuat dari besi dan baja yang sangat berat tetapi dapat terapung di laut, Pratiwi (2008: 248) menyatakan:

Misalkan kamu membentuk balok baja menjadi mangkok besar dan berongga. Saat mangkok ini di letakkan di atas permukaan air, ia akan mendesak lebih banyak air

daripada baja berbentuk balok. Mangkuk itu mendesak cukup banyak air untuk mengimbangi berat mangkuk baja tersebut, dan mangkuk-mangkuk itu terapung.

c. Galangan Kapal

Galangan kapal adalah sebuah alat besar yang digunakan untuk mengangkat bagian bawah kapal. Ketika air laut masih

terperangkap dalam dinding rangkap di dalam galangan,

sebagian kapal masih tenggelam. Setelah diberi topangan yang kuat, air laut di dalam dinding rangkap dikeluarkan perlahan-lahan. Setelah air keluar seluruhnya, kapal terangkat.

d. Kapal Selam

(51)

30 tangki pemberat diisi air. Kapal akan mengapung jika air

dikeluarkan dari tangki pemberat.

2. Tekanan Udara (Gas)

Udara memiliki tekanan karena adanya gravitasi bumi. Tekanan udara juga dihasilkan dari gerakan partikel-partikel udara yang sangat cepat dan bertumbukan satu sama lain. Makin dekat dengan permukaan laut,

tekanan udara makin besar dan semakin tinggi suatu tempat, semakin kecil kerapatan udaranya. Tekanan udara di permukaan laut adalah 76 cmHg atau 1 atmosfer (atm) atau 1,013 bar atau 1,013 x 105 Pa. Perlu

diperhatikan bahwa tekanan 1 Pa sangat kecil, besarnya kira-kira sama dengan gaya selembar uang kertas yang bekerja di atas meja.

Peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan tekanan udara: a) Mengisap minuman dengan sedotan

b) Mengeluarkan susu kental dari kaleng c) Alat suntik

(52)

III. METODE PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Desain (model) pengembangan yang digunakan mengacu pada research and development dari Borg dan Gall yang meliputi sepuluh langkah. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media pembelajaran berupa alat peraga konsep tekanan (IPA kelas VIII, SK 5, KD 5.5) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) panduan praktikum. Alat peraga yang dikembangkan dibuat menggunakan alat dan bahan dari lingkungan sekitar agar lebih efektif dan efisien dalam proses pembuatannya. Alat peraga yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengamati fenomena tekanan dengan metode eksperimen atau demonstrasi.

B. Prosedur Pengembangan

(53)

32 lapangan operasional, (9) revisi produk akhir, (10) diseminasi, dan

implementasi produk.

[image:53.595.179.470.191.557.2]

Secara umum, prosedur pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1 Model research and development Borg dan Gall

1) Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian pendahuluan dan pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan informasi sehingga masalah dapat teridentifikasi. Penelitian dan pengumpulan data ini menggunakan observasi sarana dan prasarana sekolah dan angket analisis kebutuhan. Observasi sarana dan prasarana meliputi ketersediaan fasilitas pendukung yang menunjang

Penelitian dan Pengumpulan Data

Uji Ahli Materi

Pengembangan Produk Awal

Uji Coba Awal Perencanaan

Uji Ahli Desain

Revisi Produk Utama

Uji Lapangan Utama

Uji Lapangan Operasional Revisi Produk Operasional

(54)

33 proses pembelajaran IPA dan sumber daya sekolah. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan sekolah pada umumnya, serta untuk mengetahui apakah guru dan siswa membutuhkan alat peraga

pembelajaran dalam pembelajaran materi tekanan. Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dan latar belakang dalam pengembangan alat peraga yang dibuat.

2) Perencanaan

Perencanaan ini mencakup merumuskan tujuan, penentuan urutan dan langkah-langkah pengembangan. Pengembangan yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengatasi kekurangan media alat peraga yang dimiliki sekolah dengan membuat alat peraga dari alat dan bahan yang mudah dijumpai dan harganya terjangkau.

3) Pengembangan Produk Awal

Perwujudan dari skenario pengembangan alat peraga yang dikembangkan yaitu membuat produk awal yang berupa alat peraga tekanan. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini berupa alat peraga tekanan untuk SMP yang disertai dengan LKS panduan praktikumnya. 4) Uji Coba Awal

Pada tahap keempat pengembangan alat peraga ini dilakukan uji coba awal berupa uji kualitas produk dan validasi ahli sebelum alat peraga

(55)

34 desain (kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan) dan uji ahli media (evaluasi dalam perencanaan pembelajaran), serta dilakukan juga uji LKS panduan praktikum. Evaluasi ini dilakukan oleh dua orang pakar fisika, yaitu Bapak Supardi, S.Pd. (guru fisika SMA Al-Kautsar Bandar Lampung) dan Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. (dosen fakultas MIPA fisika Universitas Lampung).

5) Revisi Produk Utama

Setelah uji coba awal kepada pada ahli, produk direvisi dan diperbaiki lagi agar lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya.

6) Uji Lapangan Utama

Tujuan uji lapangan produk utama adalah untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan telah memenuhi tujuan. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian quasi experimental (eksperimen semu) dengan menggunakan desain penelitian one-shot case study, yaitu memberikan perlakuan tertentu pada subjek, kemudian dilakukan

pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal. Desain penelitian ini mempunyai pola seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Desain penelitian one-shot case study

Dimana X adalah perlakuan terhadap alat yang diuji, dan O adalah hasil dari perlakuan tersebut.

Perlakuan pada uji lapangan utama dilakukan dengan uji satu lawan satu (one to one evaluation). Uji satu lawan satu dilakukan kepada empat

(56)

35 orang siswa pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui kekurangan dari alat peraga.

7) Revisi Produk Operasional

Apabila hasil uji lapangan produk utama belum memenuhi tujuan, maka perlu dilakukan revisi produk dan dilakukan uji lapangan utama lagi, siklus uji lapangan dan revisi akan terus dilakukan sampai dicapai tujuan minimal dari pengembangan produk ini.

8) Uji Lapangan Operasional

Tujuan uji lapangan produk operasional adalah untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran (mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan alat peraga yang diciptakan) serta untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan telah siap digunakan di sekolah (keefektifan alat peraga dalam pembelajaran). Uji lapangan operasional dilakukan menggunakan uji kelompok kecil kepada siswa kelas VIII SMPTN 15 TKBM sebagai subjek penelitian.

9) Revisi Produk Akhir

Setelah uji operasional lapangan selesai dan data telah dianalisis, dilakukan revisi produk akhir.

10) Diseminasi dan Implementasi Produk

(57)

36 C. Uji Coba Produk

Uji coba produk merupakan proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambil keputusan untuk meningkatkan kualitas produk. Uji coba produk mencakup desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

1. Desain Uji Coba

Desain atau rancangan uji coba produk ini terdiri dari uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu (one to one evaluation) dilakukan saat uji lapangan produk utama. Uji satu lawan satu diberikan kepada empat orang siswa pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui apakah alat peraga yang dikembangkan telah memenuhi tujuan. Uji kelompok kecil dilakukan pada saat uji lapangan produk operasional. Uji kelompok kecil diberikan kepada siswa kelas VIII SMPTN 15 TKBM sebagai subjek penelitian untuk mengetahui tingkat kemenarikan,

kemudahan penggunaan, kemanfaatan, dan keefektifan alat peraga dalam pembelajaran.

2. Subjek Uji Coba

(58)

37 diketahui bahwa guru dan siswa sangat membutuhkan alat peraga

pembelajaran yang dapat digunakan untuk lebih memudahkan siswa memahami konsep tekanan.

Objek penelitian ini adalah alat peraga pembelajaran IPA materi tekanan SMP dan subjek penelitian adalah para ahli dan penguji produk yang menguji kevalidan alat peraga. Para ahli penguji kevalidan alat ini terdiri pakar fisika (dosen fisika MIPA Unila) sebagai ahli materi dan guru fisika SMA Al-Kautsar Bandar Lampung sebagai ahli materi dan desain, dan siswa kelas VIII SMPTN 15 TKBM sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan, dan kemudahan alat peraga tersebut.

3. Jenis Data

Berdasarkan sifatnya, jenis data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh pada data sarana dan prasarana sekolah, tingkat

(59)

38 4. Instrumen Pengumpulan Data

[image:59.595.151.508.404.746.2]

Data dalam penelitian pengembangan ini dikumpulkan menggunakan instrumen berupa lembar observasi, angket, dan tes. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis tehadap gejala-gejala yang diteliti. Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Penulis lebih banyak menggunakan angket tertutup untuk memudahkan dalam menganalisis data daripada angket terbuka yang jawaban pertanyaannya dibebaskan kepada responden. Secara lengkap instrumen dapat dilihat pada lampiran. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

Jenis Subjek Kisi-Kisi Instrumen

Prapenelitian Guru IPA dan siswa SMPT N 15 TKBM

1. Lembar observasi sarana dan prasarana sekolah

2. Angket analisis kebutuhan Uji Ahli Pakar Fisika

dan Guru Fisika

1. Angket kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan

Guru Fisika 2. Evaluasi dalam perencanaan pembelajaran

Uji LKS Pakar Fisika dan Guru Fisika

1. Angket uji kelayakan isi 2. Angket uji kesesuaian isi Guru Fisika 3. Angket uji kelayakan penyajian

4. Angket uji kelayakan bahasa Uji Lapangan Siswa SMPT N

15 TKBM kelas VIII

1. Angket kemenarikan,

kemudahan, dan kemanfaatan alat peraga

(60)

39 5. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya yang digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang dikembangkan.

Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji ahli atau validasi ahli produk. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui uji lapangan kepada pengguna secara langung. Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat

efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

(61)
[image:61.595.150.509.116.195.2]

40 Tabel 3.2 Skor Penilaian Uji Ahli dan Uji Lapangan terhadap Contoh

Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2 Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1

Skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

skor penilaian =jumlah skor pada instrumen jumlah nilai skor tertinggi × 4

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kemenarikan dan Kualitas

Skor Penilaian Pernyataan Penilaian Kemenarikan

Peryataan Penilaian Kualitas 3,26 - 4,00 Sangat menarik Sangat baik

2,51 – 3,25 Menarik Baik

1,76 – 2,50 Kurang menarik Kurang baik 1,01 – 1,75 Tidak menarik Tidak baik

(Suyanto, 2009: 227)

[image:61.595.150.510.483.577.2]
(62)

V. KAJIAN DAN SARAN

A. Kajian Produk yang Telah Direvisi

Kajian dari produk KIT alat peraga tekanan yang telah direvisi ini adalah: 1. Dihasilkan KIT alat peraga tekanan berbasis teknologi murah yang

dilengkapi LKS panduan praktikum untuk pembelajaran IPA fisika kelas VIII SMP.

2. KIT alat peraga tekanan dapat digunakan untuk enam percobaan, yaitu percobaan tekanan hidrostatik, percobaan alat peraga Hartl yang

dimodifikasi, percobaan hukum Pascal, percobaan bejana berhubungan, percobaan terapung, melayang, dan tenggelam, dan percobaan tekanan udara.

3. Berdasarkan hasil uji lapangan operasional yang telah dilakukan, alat peraga tekanan dinyatakan menarik, mudah, dan sangat bermanfaat. 4. Berdasarkan hasil uji lapangan operasional yang telah dilakukan, LKS

panduan praktikum tekanan dinyatakan sangat menarik, sangat mudah, dan sangat bermanfaat.

(63)

67 TKBM Bandar Lampung dengan persentase ketuntasan belajar siswa pada uji lapangan operasional sebesar 95%.

B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Saran pemanfaatan dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Lakukan percobaan menggunakan alat peraga tekanan hasil

pengembangan sesuai dengan langkah percobaan di dalam LKS panduan praktikum.

2. Pada percobaan tekanan hidrostatik, baca hasil pengukuran jarak pancuran air pada milimeter block dengan seksama.

3. Pada percobaan alat peraga Hartl yang dimodifikasi dan percobaan bejana berhubungan, baca hasil pengukuran posisi air di dalam pipa U pada

milimeter block dengan seksama.

4. Pastikan tidak terjadi kebocoran udara pada alat peraga tekanan percobaan hukum Pascal, karena jika terdapat kebocoran maka hasil percobaan tidak dapat diperoleh dengan benar.

5. Berhati-hati saat menggunakan alat yang terbuat dari bahan yang mudah pecah seperti pipet tetes.

6. Berhati-hati saat menggunakan benda yang dapat berbahaya seperti gunting penjepit dan paku penahan papan dongkrak.

(64)

68 Diseminasi dan pengembangan produk lebih lanjut:

1. Menggiatkan pengujian penggunaan alat peraga beserta LKS hasil

pengembangan dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui kelebihan dan tingkat efesiensi penggunaan alat peraga dan LKS sebagai media dan sumber belajar bagi siswa.

2. Mengembangkan alat peraga tekanan lebih lanjut dengan mengusahakan memperkecil faktor kebocoran dan faktor eksternal lain yang

mempengaruhi hasil percobaan.

3. Mengubah sistem-sistem manual yang ada pada alat peraga menjadi sistem otomatis sehingga lebih mempermudah penggunaan dan

pengoprasian alat peraga, seperti mengganti sistem penekan dari plastik dengan menggunakan sistem pompa yang dimodifikasi.

4. Memperbaiki kekurangan alat peraga pada pembuktian hukum Pascal dengan menunjukkan bahwa tekanan pada ruangan tertutup diteruskan sama besar ke segala arah.

5. Menggiatkan penelitian lanjutan berupa pengembangan KIT alat peraga beserta LKS panduan praktikum dengan menerapkan metode

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. (Online), (http://haritsah.ifastnet.com/home/38/50-lks.html, diakses 19 Februari 2012).

Anshari, Hafi. 2000. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: PT Usaha Nasional.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsito, R. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Borg, W.R. & Gall, M.D. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP/MTs dan SMA/MA. Jakarta: BSNP.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Dwiyogo, Wasis D. 2003. Pelaksanaan & Pelaporan Penelitian Pengembangan.

Pelatihan Metodologi Penelitian Pendidikan di Universitas Lampung. Bandar Lampung: Unila.

Estiningsih, Elly. 1994. Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajar Matematika SD.

Yogyakarta: PPPG Matematika.

Jamzuri. 2007. Desain dan Pembuatan Alat Peraga IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kusnandiono. 2009. Lembar Kerja Siswa. (Online), (http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html, diakses 16 Mei 2012).

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.

Jakarta: PT Prestasi Pustaka Publisher.

(66)

70 Pratiwi, Rinie. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Kelas

VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto. 2002. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Richey, Rita C. & Klein. 2007. Design and Development Research. London: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.

R

Gambar

Tabel
Gambar 2.1  Posisi media pembelajaran dalam sistem pembelajaran menurut Santyasa (2007: 4)
Tabel 2.1  Konversi Nilai Kualitas ke Pernyataan Nilai Kualitas
Gambar 3.1   Model research and development Borg dan Gall
+3

Referensi

Dokumen terkait

Produk alat peraga papan perkalian Matematika Montessori kemudian divalidasi terlebih dahulu kepada para ahli. Validasi produk dilakukan dengan maksud untuk memberikan

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini berupa prototype alat peraga papan perkalian berbasis Metode Montessori1. Produk yang dikembangkan telah divalidasi oleh ahli di

Kelebihan alat peraga secara eksternal yaitu: (1) produk hasil pengembangan dapat digunakan sebagai penuntun belajar bagi siswa secara mandiri atau kelompok, baik

Uji coba ini bertujuan untuk menguji kelayakan dan mengetahui pendapat tentang kesesuaian materi terhadap alat peraga momentum dengan sistem sensor yang

Berdasarkan data hasil penilaian instrumen uji coba produk terhadap kualitas tingkat kemu- dahan, kemenarikan dan kemanfaatan produk mendapatkan hasil dari uji coba produk masuk

Dan alasan peneliti memilih mengembangkan alat peraga sistem peredaran darah yaitu untuk mengembangkan suatu media alat peraga yang terbuat dari limbah plastik yang bisa dimanfaatkan

Begitu juga penelitian Permatasai yang berjudul “Pengembangan Lampu Sensor Berbasis Arduno Uno Sebagai Alat Peraga Fisika” mendapatkan hasil uji coba lapangan dengan 54 peserta didik

Uji kepraktisan dilakukan di SMP Negeri 12 Kota Bengkulu dengan hasil uji kepraktisan alat peraga adalah 93 % respon guru IPA dengan kategori “sangat layak” digunakan dilapangan, hasil