• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax sumatrana) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax sumatrana) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Joapri Saputra Saragih 081203027 Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax sumatrana) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik

Nama : Joapri Saputra Saragih NIM : 081203027

Program studi : Kehutanan

Disetujui oleh Komisi pembimbing

Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si

Ketua Anggota

Ridwanti Batubara, S Hut, MP

Mengetahui

(3)

ABSTRACT

JOAPRI SAPUTRA SARAGIH: Utilization Study of Frankincense (Styrax sumatrana) for Producing Electric Aromatherapy. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA

Used as aromatherapy frankincense had a benefits for human life.Therefore,

study on electric aromatherapy based frankincense plus vetiver and jasmine

aroma and without reducing the efficacy of frankincense. The purpose of this

research was to Identify the characteristics of frankincense (S. sumatrana),

making the combination of the best raw material formulation and analyze the

level of consumer preference towards burning aromatherapy through electrically

test and organoleptic tests. Result showed, by using of toba’s frankincense

(S. sumatrana) with quality 1 or quality trading is often called the market with

quality frankincense eyes that had a sharp flavor and soft vanilla scent. The

results obtained 5 best combination of raw material formulations with category A,

B, C, D and E. The most preferred combination is based on the level of fragrance

by the respondent through organolaptik test with the largest average value is the

product E with a combination of a mixture of all three raw materials with the

percentage of 40%: 30%: 30% by weight of 0.2 g: 0.15 g: 0, 15g.

(4)

4

ABSTRAK

JOAPRI SAPUTRA SARAGIH : Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax

Sumatrana) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik. Di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA

Kemenyan sebagai aromaterapi yang digunakan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan manusia. Untuk itu perlu dilakukan suatu pengujian mengenai aromaterapi elektrik dengan berbahan dasar kemenyan dan berbahan tambahan akar wangi dan melati tanpa mengurangi aroma dan khasiat dari kemenyan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk identifikasi karakteristik kemenyan (S. sumatrana), membuat kombinasi formulasi bahan baku terbaik dan menganalisis tingkat kesukaan konsumen terhadap aromaterapi melalui uji pembakaran secara elektrik dan uji organoleptik. Penelitian yang saya lakukan menggunakan kemenyan toba (Styrax sumatrana) dengan kualitas perdagangan kualitas 1 atau yang sering disebut dipasaran dengan kemenyan kualitas mata yaitu memiliki aroma yang lebih tajam dan lembut berupa aroma vanili. Hasil penelitian diperoleh 5 kombinasi formulasi bahan baku terbaik dengan kategori A, B, C, D dan E. Kombinasi yang paling disukai berdasarkan tingkat wangi oleh responden melalui uji organolaptik dengan nilai rata-rata terbesar adalah produk E dengan kombinasi campuran dari ketiga bahan baku dengan persentase 40% : 30% : 30% dengan bobot 0,2g : 0,15g : 0,15g.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Saribudolok (Sumatera Utara) pada tanggal 6 April 1990 dari Ayah Jon Willem Saragih dan Ibu Santianna Girsang. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yanmg telah ditempuh penulis yaitu pendidikan dasar di SD DON BOSCO Saribudolok lulus tahun 2002, pendidikan lanjutan di SLTP BUNDA MULIA Saribudolok lulus tahun 2005, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Pematang Siantar lulus tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian.

Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Lau Kawar dan Deleng Lancuk Kabupaten Karo pada tahun 2010. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di ITCI HUTANI MANUNGGAL (IHM) Estate Terunen Kecamatan Penajam Pasir Utara Kalimantan Timur pada bulan Januari 2012. Selama mengikuti kuliah penulis menjadi anggota himpunan mahasiswa sylva (HIMAS).

(6)

6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga hasil penelitian yang berjudul “Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax spp) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik” berhasil diselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, MP selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan hasil penelitian ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua yang telah banyak membantu baik dari segi moril maupun materil. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna sebagai dasar untuk penelitian-penelitian berikutnya dan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu, khususnya bidang kehutanan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan hasil penelitian ini. Semoga hasil ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI Pengertian Aromaterapi ... 5

Kemenyan (Styrax spp) ... 8

Prosedur Penelitian... 15

Ekstraksi kemenyan ... 15

Penelitian Pendahuluan ... 17

Produksi dan Analisis aromaterapi Kemenyan ... 18

Metode pengumpulan data ... 19

Penentuan responden ... 19

Teknik dan tahapan pengambilan data ... 19

Analisis data ... 19

Uji Organoleptik... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Observasi Terhadap Kemenyan (Styrax sumatrana) ... 22

Obsevasi Awal Formula Aromaterapi ... 26

(8)

8

Lama Pembakaran ... 30

Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Uji pendahuluan kombinasi formula yang diduga memiliki

tingkat wangi terbaik ... 17

2. Uji organoleptik ... 21

3. Komposisi sifat fisika-kimia kemenyan ... 24

4. Kombinasi formula terbaik ... 26

5. Bobot kombinasi produk aromaterapi ... 29

6. Nilai kuisioner berdasarkan uji organoleptik ... 31

(10)

10

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Flowsheet isolasi sinamil alkohol dari kemenyan ... 16

2. Flowsheet proses produksi aromaterapi kemenyan... 18

3. Kemenyan toba mentah ... 24

4. Alat elektrik nyamuk ... 24

5. Pencucian limbah mat elekrik nyamuk ... 28

6. Penjemuran limbah mat elektrik nyamuk ... 28

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Karakteristik Responden Terhadap Analisis Tingkat Kesukaan ... 39 2. Kuisioner Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Aromaterapi

(12)

3

ABSTRACT

JOAPRI SAPUTRA SARAGIH: Utilization Study of Frankincense (Styrax sumatrana) for Producing Electric Aromatherapy. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA

Used as aromatherapy frankincense had a benefits for human life.Therefore,

study on electric aromatherapy based frankincense plus vetiver and jasmine

aroma and without reducing the efficacy of frankincense. The purpose of this

research was to Identify the characteristics of frankincense (S. sumatrana),

making the combination of the best raw material formulation and analyze the

level of consumer preference towards burning aromatherapy through electrically

test and organoleptic tests. Result showed, by using of toba’s frankincense

(S. sumatrana) with quality 1 or quality trading is often called the market with

quality frankincense eyes that had a sharp flavor and soft vanilla scent. The

results obtained 5 best combination of raw material formulations with category A,

B, C, D and E. The most preferred combination is based on the level of fragrance

by the respondent through organolaptik test with the largest average value is the

product E with a combination of a mixture of all three raw materials with the

percentage of 40%: 30%: 30% by weight of 0.2 g: 0.15 g: 0, 15g.

(13)

ABSTRAK

JOAPRI SAPUTRA SARAGIH : Kajian Pemanfaatan Kemenyan (Styrax

Sumatrana) Untuk Pembuatan Aromaterapi Elektrik. Di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA

Kemenyan sebagai aromaterapi yang digunakan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan manusia. Untuk itu perlu dilakukan suatu pengujian mengenai aromaterapi elektrik dengan berbahan dasar kemenyan dan berbahan tambahan akar wangi dan melati tanpa mengurangi aroma dan khasiat dari kemenyan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk identifikasi karakteristik kemenyan (S. sumatrana), membuat kombinasi formulasi bahan baku terbaik dan menganalisis tingkat kesukaan konsumen terhadap aromaterapi melalui uji pembakaran secara elektrik dan uji organoleptik. Penelitian yang saya lakukan menggunakan kemenyan toba (Styrax sumatrana) dengan kualitas perdagangan kualitas 1 atau yang sering disebut dipasaran dengan kemenyan kualitas mata yaitu memiliki aroma yang lebih tajam dan lembut berupa aroma vanili. Hasil penelitian diperoleh 5 kombinasi formulasi bahan baku terbaik dengan kategori A, B, C, D dan E. Kombinasi yang paling disukai berdasarkan tingkat wangi oleh responden melalui uji organolaptik dengan nilai rata-rata terbesar adalah produk E dengan kombinasi campuran dari ketiga bahan baku dengan persentase 40% : 30% : 30% dengan bobot 0,2g : 0,15g : 0,15g.

(14)

12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi Sumatera Utara yang menghasilkan berbagai macam jenis komoditi komersial baik berupa kayu maupun hasil hutan non kayu (HHNK). Potensi hasil hutan non kayu di Sumatera Utara cukup tinggi antara lain berupa kulit kayu, minyak atsiri, rotan, arang maupun getah-getahan. Getah kemenyan merupakan komoditas khas Sumatera Utara yang dihasilkan dari penyadapan pohon kemenyan (Styrax spp) (Sasmuko, 1999).

Kemenyaan biasanya diidentikkan pada hal yang berbau mistik. Hal tersebut dikarena kemenyan terutama di Pulau Jawa dan Bali digunakan sebagai pelengkap sesaji dan ritual yang berhubungan dengan dunia gaib. Kegunaan kemenyan tidak sekedar ritual beberapa suku tertentu. Di sektor industri, kemenyan digunakan sebagai bahan baku dalam bahan pengikat parfum agar keharumannya tidak cepat hilang. Aroma yang dihasilkan oleh kemenyan sangatlah khas.

(15)

sebagai bahan baku pembuatan asam sinamat atau asam benzoat, industri farmasi dan kosmetika.

Penelitian untuk mencari manfaat kemenyaan harus terus digalakkan karena banyaknya masyarakat khususnya masyarakat Tapanuli Utara yang merupakan petani kemenyan terbesar. Pengembangan tanaman kemenyan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani kemenyan. Usaha pelestarian tanaman penghasil senyawa bioaktif, terutama tanaman penghasil obat, di Indonesia perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu tanaman yang sangat potensial adalah tanaman kemenyaan (Styrax benzoin Dryander). Tanaman kemenyan termasuk divisio Spermathopytha, sub divisio angiospermai, kelas Dicotyledonae.

(16)

14

berbahan alami lebih aman jika dibandingkan dengan pengharum ruangan sintetis. Pengharum ruangan yang memiliki efek aromaterapi dapat dibuat dengan minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sistem syaraf sehingga dapat mempengaruhi pikiran dan emosi. Sifat minyak atsiri sebagai anti virus, anti bakteri dan anti jamur dapat membuat ruangan terhindar dari berbagai macam penyakit. Dalam pengaplikasiannya sebagai pengharum ruangan, minyak atsiri harus diuapkan sehingga uapnya yang berbau wangi dapat memenuhi ruangan. Terdapat banyak cara untuk mendifusikan uap minyak atsiri ke ruangan. Alat-alat yang digunakan untuk mendifusikan uap minyak sangat beragam. Alat yang mudah dan murah tentunya akan menjadi pilihan. Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai difuser minyak atsiri adalah peralatan elektrik. Pada prinsipnya penguapan minyak atsiri dilakukan dengan pemberian panas secukupnya sehingga minyak menguap dan komponen di dalamnya tidak mengalami perubahan. Alat-alat elektrik dapat digunakan untuk menguapkan minyak atsiri, yang tentunya lebih praktis daripada pemanasan dengan api langsung. Alat elektrik akan merubah energi listrik menjadi energi panas yang dapat menguapkan minyak atsiri. Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan minyak atsiri sehingga uapnya dapat memenuhi ruangan.

(17)

ribuan kilometer. Namun pada proses penggunaan aromaterapi kemenyan yang digunakan dengan cara membakar, tidak semua manusia dapat menggunakan pemanfaatan aroma terapi kemenyan tersebut. Manusia ada yang rentan terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran kemenyan tersebut. Untuk itu perlu suatu pengujian untuk menghasilkan aromaterapi elektrik dengan berbahan dasar kemenyan dan berbahan tambahan akar wangi dan melati tanpa mengurangi aroma dan khasiat dari kemenyan tersebut.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Identifikasi karakteristik kemenyan (Styrax sumatrana) sebagai bahan baku aromaterapi elektrik.

2. Membuat kombinasi formulasi bahan baku terbaik sebagai bahan aromaterapi elektrik.

3. Analisis tingkat kesukaan konsumen terhadap aromaterapi melalui uji pembakaran secara elektrik dan uji organoleptik.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat menjadi informasi terapan terbaru mengenai pengolahan kemenyan sebagai aromaterapi secara elektrik.

2. Aromaterapi kemenyan secara elektrik dapat digunakan oleh seluruh masyarakat luas .

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Aromaterapi

Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis dikenal sebagai yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan. Aromaterapi dikenal sebagai salah satu terapi kesehatan yang aman dan nyaman dengan menggunakan minyak esensial (sari pati) hasil ekstraksi bunga, daun, buah dan bagian lain tumbuh-tumbuhan (Balkam, 2001).

Aromaterapi didefinisikan sebagai perlakuan dengan menggunakan bau-bauan atau wangi-wangian, biasanya minyak tumbuhan (essential oil) sering digunakan untuk membantu pemijatan. Pengujian secara ilmiah aromaterapi dan analisis kemungkinan senyawa aktifnya menggunakan minyak atsiri dari tumbuhan aromatik asli Indonesia. Menurut Tuhana Taufik (2007), teknik penyulingan minyak esensial dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penyulingan dengan air (direbus), penyulingan dengan air dan uap (dikukus), dan penyulingan dengan uap (diuapkan).

1. Penyulingan dengan air (direbus)

(19)

bersamaan, sehingga disebut teknik penyulingan langsung (direct distilation). Uap air yang keluar dialirkan melalui kondensor (alat pendingin) agar menjadi cair (terkondensasi). Selanjutnya, cairan tersebut (campuran minyak dengan air) ditampung dan dibiarkan beberapa saat sampai cairan terpisah menjadi bagian air dan minyak. Bahan yang berat jenisnya lebih besar akan berada di bawah. Lalu, dengan membuka keran pada alat penampung, minyak dan air dapat dipisahkan. Teknik ini adalah yang paling sederhana dan tidak memerlukan banyak modal, namun teknik ini lebih cocok terhadap bahan yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Ada beberapa kelemahan dari teknik ini, yaitu kualitas minyak yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyak sedikit, dan produk minyak bercampur dengan hasil sampingan.

2. Penyulingan dengan air dan uap (dikukus)

(20)

18

petani untuk mendapatkan minyak dengan kualitas baik untuk diekspor dan alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh petani.

3. Penyulingan dengan uap (diuapkan)

(21)

Aromaterapi bermanfaat untuk mempercepat peremajaan kulit melalui minyak esensial yang meresap ke dalam kulit sehingga meningkatkan aliran darah, mencegah timbulnya berbagai penyakit karena bersifat anti bakteri, menetralisir ketegangan, mengurangi stress dan memberi kenyamanan (relaxing) melalui minyak aroma esensial yang terhirup, meminimalisasi metabolisme dan pernafasan seluler, meningkatkan vitalitas dan membantu pembakaran produk lemak yang berlebihan, melembabkan dan meningkatkan kandungan oksigen serta menghilangkan racun pada kulit, membantu mengatur keseimbangan tubuh dan menstimulasi proses terapi (Primadiati, 2002).

Kemenyan (Styrax sumatrana)

Tanaman kemenyan (Styrax sumatrana) dalam sistematika tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Ebeneles Family : Styraceae Genus : Styrax

Spesies : Styrax sumatrana (Oetomo, 1974)

(22)

20

coklat maupun putih yang biasa di bakar mengiringi ritual ritual baik personal ataupun umum.

Banyak sekali pertanyaan maupun anggapan bahwa kemenyan adalah sebuah benda yang sangat terkait dengan mistik, digunakan untuk memberi makan demit, untuk campuran rokok lintingan, maupun pewangi ruangan. Kemenyan ada berbagai macam jenis, ada yang getah (mata) nya banyak dan ada yang sedikit, hal ini juga menjadi salah satu yang membedakan kemenyan mahal atau kemenyan murah. Kemenyan mahal kalau dibakar biasanya berbau seperti madu dan tahan lama daya bakarnya, serta semerbak baunya sangat menyengat dan menyegarkan sangat menunjang untuk sebuah situasi yang khidmat dan sakral, walau sebenarnya bisa juga digunakan untuk situasi apapun dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan kemenyan murah biasanya matanya sedikit dan sulit terbakar, dan baunya juga tidak terlalu menyengat . Karena bahan yang ada di dalamnya bukan getah kemenyan asli biasanya damar dicampur lilin. Dan biasanya disebut kemenyan palsu. Jadi soal bau memang tidak bisa dipungkiri yang kemenyan asli tahan sangat lama dan berbau khas madu, sedang kalau palsu tentu saja mudah menguap dan bahkan sebentar sudah tidak berbau (Sasmuko, 2003).

(23)

yang berporositas tinggi sehingga mudah meresapkan air (Majalah Kehutanan Indonesia, 2007).

Kemenyan adal

batang sumatrana, sS.

benzoin Dryand. dan S. paralelloneurus Perkins). Penyadapan resin kemenyaan dilakukan dengan membalut luka pada kulit batang berbentuk persegi empat dilanjutkan dengan memukul berulang kali bagian kulit batang tersebut hingga agak rusak atau remuk. Resin yang kering berupa keping-keping putih atau keputihan, yang terbenam dalam massa coklat bening keabuan atau kemerahan, keras namun rapuh, dan berbau harum enak. Kemenyan ini dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kemenyan sumatera; yang lainnya adal

S. tonkinensis dari

(Siregar, 1999).

Kemenyan merupakan salah satu bahan yang mengandung minyak atsiri, sehingga kemenyaan memiliki wangi khas. Fungsi lain dari kemenyaan ialah sebagai zat fixative (pengikat wangi) sehingga dapat digunakan sebagai campuran pada pembuatan parfum. Menurut Sasmuko (1995) komponen-komponen kimia yang terkandung dalam kemenyan antara lain:

1. Asam Sinamat

Asam sinamat adalah asam organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, kosmetika dan parfum.

2. Asam benzoat

(24)

22

3. Komponen kimia lainnya

Resin kemenyan juga mengandung bahan seperti styrol, vanilin, stirasin, koniferil benzoat, koniferil sinamat, benzoresinol dan suma resitanol. Setiap minyak atsiri mempunyai bau yang khas dan golongan yang paling menentukan bau wangi tersebut adalah senyawa terpen-o, sedangkan golongan senyawa terpen hanya mempunyai pengaruh yang kecil (Waluyo dkk, 2006).

Kemenyan tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara dan menjadi salah satu sumber penghasilan di beberapa desa, yang dikenal dengan getah kemenyan. Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industri rokok, batik dan upacara ritual. Lebih dari itu tanaman kemenyan mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai aromaterapi dan obat-obatan. Kemenyan (Styrax sumatrana) memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan obat-obatan (Elimasni, 2005)

(25)

Tanaman Akar Wangi (Vativera zizanoides)

Tanaman akar wangi (Vetivera zizanoides) dalam sistematika tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio

Sub divisio : Angiospermae

Kelas

Ordo

Family

Genus : Vetiveria

Spesies : Vetivera zizanoides (Leupin, 2001)

Bahan tambahan yang digunakan untuk pembuatan aromaterapi elektrik berbahan dasar kemenyan yaitu tanaman akar wangi, tanaman melati dan arang tempurung. Tanaman akar wangi (Vativera zizanoides) adalah tumbuh berumpun lebat, akar tinggalnya bercabang banyak dengan warna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Daunnya tampak kaku, berwarna hijau sampai kelabu, panjangnya 75-100 cm dan tidak mengandung minyak. Tanaman ini termasuk famili Graminae atau Poaceae, kelas Monochotyledonae, phylum Angiospermae, dan divisi Antophyta (Luthony dan Rahmawati, 1994).

(26)

24

sepanjang tahun, dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Tumbuhan ini termasuk dalam famili atau pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti da akar. Tumbuhan ini merupakan luas penggunaan minyaknya dalam industri wangi-wangian (Santoso, 1993).

Minyak akar wangi bersumber dari tanaman akar wangi yang tumbuh secara liar, setengah liar atau ditanam didaerah-daerah subtropika maupun tropika. Minyak akar wangi dapat diekstrak dengan cara menyuling bagian akar yang mengandung minyak berbau wangi, oleh karena itu bagian akar tersebut sering dipergunakan untuk mengharumkan pakaian secara langsung ataupun dikantongi (Nurzaman, 1999).

Tanaman Melati (Jasminum spp)

Tanaman melati (Jasminum spp) dalam sistematika tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio

Sub divisio : Angiospermae

Kelas

Ordo

Family

Genus : Jasminum

(27)

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa hidup menahun. Di bangsa" atJasminum spp), karena bunga putih kecil yang harum ini melambangkan kesucian dan kemurnian, serta dikaitkan dengan berbagai tradisi dari banyak suku di negara ini. Melati merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi, kegunaannya tidak hanya sebagai tanaman hias pot dan taman, tetapi juga sebagai pengharum teh, bahan baku industri parfum, kosmetik, obat tradisional, bunga tabur pusara, penghias ruangan, dekorasi pelaminan, dan pelengkap dalam upacara adat (Wuryaningsih, 1994).

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian in dimulai dari bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu timbangan, rotary evaporator, gravimeter, erlenmeyer 100 ml dan 300 ml, tanur, cawan porselen, kertas saring, gelas piala, oven, plastik kemasan, alat elektrik. Bahan yang digunakan yaitu mat elektrik, kemenyan toba, minyak melati dan minyak akar wangi, etanol, KOH 40%, n-heksan, isopropil alkohol, metanol.

Ekstraksi Kemenyan

Kemenyan yang digunakan adalah kemenyan toba (Styrax sumatrana) yang diperoleh dari pedagan kemenyan yang berada di Kota Tarutung. Kemenyan tersebut dijemur di panas matahari hingga kering dan getas kemudian digiling dengan mortir sampai berbentuk serbuk yang halus. Serbuk tersebut dijemur kembali hingga betul-betul kering.

(29)

dikeringkan pada temperatur 50-600C sehingga didapatkan padatan yang kemudian ditumbuk sampai halus dan diekstraksi dengan campuran pelarut n-heksan: isopropil alkohol (60:40) (v/v). Ekstrak yang diperoleh dipekatkan, kemudian rendemen sinamil alkohol ditentukan dengan gravimeter, residu yang tersisa kemudian dikeringkan seperti tampak pada gambar 1.

Dilarutkan dalam 1,5 etanol

Disaring

Diuapkan hingga volume 700 ml Ditambah 400 ml KOH 40% Direfluks pada suhu 650C Destilasi pelarut

Dikeringkan

Diekstraksi dengan pelarut n-heksan : isopropil alkohol (60:40)

Diuapkan pelarut

Dikeringkan padatan yang terbentuk

Gambar 1. Flowsheet isolasi sinamil alkohol dari kemenyan 140 g Kemenyan

Filtrat Residu

Destilat Residu

Ekstrak

(30)

28

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan formulasi aromaterapi terbaik berdasarkan titik kritis yaitu tingkat kekuatan aroma yang baik dan daya bakar yang kontinyu sebelum diaplikasikan langsung melalui uji organoleptik kepada para panelis/responden. Beberapa kombinasi formula yang diuji ialah tingkat wangi dengan kriteria pencampuran seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Uji pendahuluan kombinasi formula yang diduga memiliki tingkat wangi terbaik

Kombinasi Formula (%)

A Minyak kemenyan = 100 % B Minyak kemenyan = 50 %

(31)

Pencampuran

Pengadukan

Pembuatan Media Campuran

Produk Aromaterapi Kemenyan Pencelupan dan Perendaman Produksi dan Analisis Aromaterapi Kemenyan

Analisis aromaterapi kemenyan meliputi tingkat kekuatan aroma, bentuk produk, uji organoleptik, dan lama bakar.

Gambar 2. Flowsheet proses produksi aromaterapi kemenyan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah nilai tingkat wangi yang dirasakan responden dari kombinasi produk yang diujikan/ tingkat kesukaan responden

Minyak kemenyan

Minyak akar wangi Minyak

melati

(32)

30

terhadap produk. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data jenis kelamin, umur dan pekerjaan responden.

Penentuan Responden

Pengambilan resonden dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu dilakukan secara bertujuan (teknik yang digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus / sengaja berdasarkan tujuan penelitiannya). Jumlah responden yang dibutuhkan minimal 30 orang. Kriteria responden yaitu perbandingan antara pria dan wanita yang seimbang dalam cakupan tidak terlatih terhadap produk yang diujikan.

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan, tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan lembar kuisioner kepada responden.

b. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Analisis Data

(33)

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dan kuisioner dianalisis secara kualitatif. Nilai dari setiap jenis produk diperoleh dengan cara:

1. Data primer dan sekunder dianalisis berdasarkan tingkat wangi yang diperoleh dari responden.

2. Menghitung nilai total jumlah nilai numerik uji organoleptik yang diambil per jenis kombinasi produk.

Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai/tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran (BPPK, 2003).

(34)

32

- Nilai 5 : sangat suka - Nilai 4 : suka - Nilai 3 : biasa - Nilai 2 : tidak suka - Nilai 1 : sangat tidak suka Tabel 2. Uji Organoleptik

Responden Kombinasi

A B C D E F

(35)

Observasi terhadap Kemenyan (Styrax sumatrana)

Pemanfaatan kemenyan untuk industri dalam negeri belum banyak diketahuai kecuali untuk kepentingan ritual keagamaan dan tolak bala sehingga dilakukan penelitian pemanfaatan kemenyan sebagai bahan baku aromaterapi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Faktor utama yang digunakan dalam bahan kemenyan ini ialah mendapatkan formulasi aromaterapi terbaik berdasarkan titik kritis yaitu tingkat kekuatan aroma yang baik dan daya bakar yang kontinyu.

Penelitian dilakukan menggunakan kemenyan toba (Styrax sumatrana) dengan kualitas perdagangan kualitas 1 atau yang sering disebut dipasaran dengan kemenyan kualitas mata. Kemenyan toba dihasilkan dari penyadapan pohon kemenyan setelah umur 10-13 tahun, alasan menggunakan getah kemenyan toba kualitas 1 sebagai bahan pada penelitian ini dikarenakan memiliki tekstur yang halus, hanya terdapat sedikit sekali kandungan kotoran di dalamnya. Getah kemenyan toba kualitas 1 cenderung memiliki warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan kualitas lain yang umumnya rendah dan bercampur dengan kulit dan kotoran lainnya. Untuk tingkat aroma yang di hasilkan dari getah kemenyan toba kualitas 1 memiliki aroma yang lebih tajam dan lembut berupa aroma vanili.

(36)

34

Pengolah merupakan industri yang mengolah getah kemenyan dari kemenyan mentah menjadi kemenyan tampangan. Kemenyan yang dibeli pedagang berupa sam-sam, mata, tahir dan juror, disortir dengan memakai ayakan sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :

a. Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi adalah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.

b. Kualitas II

Kemenyan mata halus, merupakan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.,

c. Kualitas III

Kemenyan tahir, yakni jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna cokelat dan kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

d. Kualitas IV

Kemenyan juror atau jarir, biasanya mutunya dianggap sama dengan jenis tahir dan warnanya merah serta ukurannya lebih kecil dari mata halus. e. Kualitas V

Kemenyan barbar, adalah kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

f. Kualitas VI

(37)

Gambar 3. Kemenyan Mentah Gambar 4. Alat Elektrik Nyamuk Ahli biologi dari Universitas Johns Hopkins dan Universitas Ibrani di Yerusalem menemukan bahwa membakar kemenyan memiliki khasiat untuk menangani saraf dan akan mengaktifkan saluran ion di otak yang mengurangi kecemasan, depresi, mengurangi ketegangan otot, memberikan perasaan hangat dan nyaman, seperti obat yg diresepkan untuk obat depresi.

Kemenyan merupakan salah satu bahan yang mengandung minyak atsiri, yakni senyawa yang berbau wangi dan mudah menguap pada suhu kamar. Kemenyan banyak mengandung sinamil alkohol yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan parfum. Senyawa-senyawa berbau harum (fragrance) dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah terbukti dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor (Sinaga, 1985) sehingga sangat baik jika dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan aromaterapi. Secara umum komposisi kemenyan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi sifat fisika-kimia kemenyan

Komponen Keterangan

Kadar Air (%) 2.30

Kadar Abu (%) 0.06

Kadar Kotoran (%) 3.05

Titik Lunak (Co) 57.00

Kadar Asam Balsamat (%) 33.73

(38)

36

Tabel 3 menunjukkan bahwa komponen kemenyan memiliki persentase asam balsamat yang tinggi yaitu sekitar 33,73 persen, hal ini menunjukkan tingkat kemurnian dari kemenyan tersebut yang mempengaruhi kadar asam sinamat yang umumnya digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, kosmetik dan parfum. Sagala dkk (1980) menyatakan bahwa kemenyan mengandung senyawa-senyawa asam sinamat, asam benzoat, stirol, vanilin, styracin, koniferil benzoat dan resin yang terdiri dari nenziresinol dan resinotanol yang berfungsi sebagai zat fixatif (pengikat wangi) sehingga dapat digunakan sebagai campuran pada pembuatan parfum.

Komposisi yang terkandung dalam kemenyan yakni asam sinamat bebas 10%, sedikit asam benzoat 2-3%, dan koniferil sinamat, koniferil benzoat bersama sinamil sinamat sekitar 70-80%. Selain itu, kemenyan mengandung senyawa-senyawa turunan yaitu fenilpropanoid seperti sinamil alkohol, asam sinamat dan derivatnya asam benzoat, benzaldehid, vanilin, fenilpropil sinamat; juga mengandung ester benzosirenol, esterkoniferil alkohol dari asam sinamat dan asam benzoat (Bonor, 1999).

(39)

Observasi Awal Formula Aromaterapi

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan formulasi aromaterapi kemenyan yang terbaik. Beberapa kali percobaan dilakukan dalam pencarian kombinasi formula dengan cara mencampurkan minyak kemenyan sebagai bahan baku utama dengan bahan campuran lain berupa minyak melati dan minyak akar wangi pada wadah pencampuran kemudian dicium aromanya hingga benar-benar padu, tidak menyengat tanpa mengesampingkan aroma darikemenyan tersebut. Setelah diuji coba dan dilihat faktor kritis berupa tingkat kekuatan aroma dan daya bakar yang kontinyu sebelum diujikan langsung kepada panelis/ responden sehingga didapatkan formula terbaik untuk diproduksi berikutnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kombinasi formula terbaik

Kombinasi Formula (%)

(40)

38

yang lainnya, selain karena bahan baku utama pada penelitian ini adalah getah kemenyan juga dimungkinkan adanya responden yang menyukainya. Kombinasi B yaitu kombiasi campuran antara minyak kemenyan dan minyak melati dengan perbandingan 60% : 40%. Pada kombinasi ini persentase kemenyan lebih tinggi dari melati, hal ini dikarenakan tingkat wangi/ aroma yang dihasilkan oleh minyak melati lebih tinggi dan menyengat dibandingkan minyak kemenyan sehingga persentasenya dikecilkan agar tidak menyaingi atau bahkan mengalahkan wangi dari kemenyan itu sendiri. Pada kombinasi C yakni campuran antara minyak kemenyan dan minyak akar wangi dengan perbandingan 50% : 50%, merupakan kombinasi yang padu karena wangi yang dihasilkan oleh minyak akar wangi tidak menyaingi wangi dai kemenyan itu sendiri, tingkat wangi yang dihasilkan enak dicium. Aroma khas dari kemenyan yang menyengat berkurang dengan ditambahkannya minyak akar wangi, tetapi tanpa menghilangkan aroma dan khasiat dari kemenyan tersebut. Pada kombinasi D dengan perbandingan 45% : 20% : 35% dan kombinasi E dengan perbandingan 40% : 30% : 30% campuran antara ketiga bahan baku yakni minyak kemenyan, minyak melati dan minyak akar wangi merupakan tingkat wangi yang terbaik dari beberapa campuran yang telah dilakukan. Dimana pada kombinasi tersebut mengasilkan wangi yang sedap dan tidak mengesampingkan aroma dari minyak kemenyan sebagai bahan baku utama.

(41)

Selain sebagai bahan yang menghasilkan wangi, kemenyan juga berfugsi sebagai zat pengikat wangi (fixatif) yakni memiliki daya menyerap yang lebih rendah dari zat pewangi dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi yang mempunyai titik uap lebih tinggi dari titik uap zat pewangi. Selain mengurangi daya menyerap parfum juga menghasilkan kombinasi wangi yang harmonis yang enak untuk dinikmati serta menghasilkan daya bakar yang lama dan wangi yang kontinyu (Welld dan Billot, 1995).

Bentuk Produk

Bentuk produk dalam skala penelitian ini berupa limbah mat elektrik yang telah dibersihkan secara berkala menggunakan metanol dengan cara direndam kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan kimia yang masih tertinggal sehingga hanya campuran aromaterapi yang terkandung di dalam limbah mat elektrik tersebut. Limbah mat elektrik yang siap digunakan kemudian direndam dengan campuran aromaterapi sesuai kombinasi yang telah disiapkan dan dibungkus dalam kemasan kedap udara agar aromanya tetap terjaga.

Gambar 5. Pencucian limbah mat elektrik Gambar 6. Penjemuran limbah mat elektrik

(42)

40

berkaitan langsung dengan fungsi aromaterapi kemenyan, namun parameter ini harus ditentukan. Hal ini dikarenakan parameter bobot produk ini erat kaitannya dalam biaya produksi dari aromaterapi kemenyan.

Pada penelitian ini bobot campuran bahan baku sebesar 0,5g pada setiap produk aromaterapi sehingga kombinasi yang dilakukan terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot kombinasi produk aromaterapi

Kombinasi Kemenyan Melati Akar Wangi

A 0,5g - -

B 0,3g 0,2g -

C 0,25g - 0,25g

D 0,25g 0,1g 0,15g

E 0,2g 0,15g 0,15g

Bobot campuran aromaterapi yang dimasukkan ke dalam media mat elektrik sesuai dengan hasil persentase pada penelitian pendahuluan yang telah dilakukan. Penentuan bobot produk ini juga berkaitan dengan parameter mekanis aromaterapi kemenyan yaitu lama bakar produk.

(43)

Lama Pembakaran

Pada penelitian ini, lama pembakaran mat elektrik aromaterapi dilakukan dengan cara pembakaran/ pemanasan menggunakan alat elektrik nyamuk dengan produksi asap yang sangat rendah sehingga tidak berdampak terhadap gangguan pernafasan. Nilai rata-rata lama bakar aromaterapi kemenyan adalah sebesar 60 menit/produk hanya saja pada produk dengan kandungan kemenyan yang lebih banyak memiliki lama bakar yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan kemenyan sebagai bahan yang menghasilkan wangi, kemenyan juga berfugsi sebagai zat pengikat wangi (fixatif) yakni memiliki daya menyerap yang lebih rendah dari zat pewangi dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi yang mempunyai titik uap lebih tinggi dari titik uap zat pewangi. Selain mengurangi daya menyerap parfum juga menghasilkan kombinasi wangi yang harmonis yang enak untuk dinikmati serta menghasilkan daya bakar yang lama dan wangi yang kontinyu (Welld dan Billot, 1995).

Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen

(44)
(45)

Berdasarkan tabel hasil uji organolaptik di atas didapatkan nilai signifikan pada kombinasi yakni kombinasi A (92), B (113), C (110), D (125), dan E (130) terhadap parameter tingkat wangi produk aromaterapi. Kombinasi yang paling disukai berdasarkan tingkat wangi oleh responden melalui uji organolaptik dengan nilai rata-rata terbesar adalah produk E dengan kombinasi campuran dari ketiga bahan baku dengan persentase 40% : 30% : 30% dengan bobot 0,2g : 0,15g : 0,15g. Hal tersebut dikarenakan campuran ini memiliki aroma kompleks yang di dalamnya terdapat ketiga aroma minyak essensial merata tanpa mengesampingkan aroma kemenyan yang merupakan bahan baku utama.

Faktor jenis kelamin mempengaruhi tingkat kesukaan responden terhadap produk aroma terapi yang diujikan tampak pada tabel berikut:

Tabel 7. Nilai kuisioner berdasarkan jenis kelamin

(46)

44

Berdasarkan kuisioner di atas menunjukkan faktor jenis kelamin memiliki pengaruh besar dalam penilaian tingkat wangi aromaterapi. Pada faktor jenis kelamin pria memiliki nilai kombinasi A, B, C, D dan E secara berturut yakni 44, 54, 52, 62, dan 65, sedangkan jenis kelamin wanita 48, 58, 58, 63, dan 65. Tampak faktor jenis kelamin wanita memiliki nilai kuisioner yang lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini disebabkan perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dan lebih sensitif dibanding dengan laki-laki yang lebih aktif, eksploratif, dan lebih rileks. Wanita dianggap memiliki rasa yang lebih besar daripada pria, bau yang cukup menarik karena sebagian besar ‘hidung’ atau wewangian profesional adalah perempuan. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi perempuan lebih memperhatikan artefak beraroma daripada bayi laki-laki. Tampaknya bahkan dari lahir, wanita memiliki sensitivitas penciuman yang lebih besar. Ketajaman bau perempuan biasanya paling tajam di pagi hari, menurun sebagai hari berlangsung. Sebaliknya, laki-laki kemampuan penciuman adalah konstan sepanjang hari dan sore (Myers, 1983).

(47)

masa dewasa, individu akan semakin tidak emosional dan cemas, individu pada usia dua puluhan (dewasa awal) akan lebih emosional dibandingkan dengan individu pada usia-usia yang lebih tua.

Indra penciuman memiliki peran yang sangat penting dalam kemampuan kita untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup kita. Dalam sehari kita bisa mencium lebih kurang 23.040 kali. Bau-bauan dapat memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek menenangkan (relaksasi). Tubuh dikatakan dalam keadaan relaksasi adalah apabila otot-otot di tubuh kita dalam keadaan tidak tegang. Keadaan relaksasi dapat dicapai dengan menurunkan tingkat stres, baik stres fisik maupun psikis, serta siklus tidur yang cukup dan teratur.

(48)

46

rasa lapar, dan haus. Amygdala sebagai bagian dari sistem limbic bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap aroma. Hipocampus bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori otak kita terhadap pengenalan bau-bauan.

Penelitian lain yang dilakukan terhadap manusia mengenai efek aromaterapi kemenyan untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan gelombang alpha di

daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk (Harry, 2000).

(49)

1. Karakteristik dari Kemenyan toba (S. sumatrana) yang digunakan dengan kualitas mata I dengan warna putih kekuningan, tekstur dan tingkat kekuatan aroma yang baik.

2. Penentuan kombinasi aromaterapi terbaik didasarkan pada tingkat wangi yang menenangkan tanpa mengesampingkan kemenyan sebagai bahan baku utama.

3. Berdasarkan hasil uji organolaptik, tingkat kesukaan konsumen terhadap aromaterapi tertinggi yakni pada kombinasi E dengan total nilai numerik 130 baik terhadap wanita maupun pria.

Saran

(50)

48

DAFTAR PUSTAKA

Balkam, (2001). Aromaterapi Penuntun Praktis untuk Pijat Minyak Astiri dan Aroma.Semarang: Dahara Prize.

Bonor, S. 1999. Data Spektroskopi Derivat Flavanoid Hasil Ekstraksi Akar Kemenyan Sumatera. Laporan Penelitian. Medan: FMIPA-IKIP.

Harry, S. W. 2000, “Jalan Penyembuhan Bernama Aroma Terapi”. Trubus No. 364. (XXXI).

Indrawanto, Chandra, ”Analisis Finansial Agroindustri Penyulingan Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat”, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Leupin, R.E., (2001), “Vetiveria zizanioides: An Approach To Obtain Essential Oil Variants Via Tissue Culture”, Ph D. Dissertation, Swiss Federal Institute Of Technology Zürich, Swiss Federal Institute Of Technology Zürich

Luthony, T. L. Dan Rahmawati. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Aksiri. Jakarta : Penebar Swadaya.

Majalah Kehutanan Indonesia, 2007.

htm [Diakses: Januari 2012]

Mikail, B. 2012. Khasiat Melati Sebagai Obat. [Diakses: Januari 2013]

Myers, E. G. 1983. Social Psychology. Tokyo. McGraw Hill.

Oetomo, M.S.Styrax benzoin dryand. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Pitman, V., (2004). Aromatherapy: A practical approach. United Kingdom: Nelson Thornes Ltd.

Primadiati, Dr. Rachmi. 2002. Aromaterapi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sagala, M.; E. Tarmiji dan H, Harja.1980. Percobaan Pembuatan Asam Sinamat. Komunikasi Bagian Perindustrian. Balai Penelitian Kimia. Medan.

(51)

Sasmuko, Karyaatmaja B. 1995. Sifat Fisis dan Kimia Getah Kemenyan. Buletin Penelitian Kehutanan. Balai Penelitian Aek Nauli Pematang Siantar: Volume 11 Nomor 2. Hlm 57-67.

Sasmuko, Karyaatmaja B. 2000. Strategi Pengembangan Kemenyan di Sumatera Utara. Makalah Utama Seminar Prospek pengembangan Usaha Hutan Kemenyan. Pematang Siantar: Buletin Penelitian Kehutanan.

Sasmuko, Karyaatmaja B. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera. Aek Nauli. Setyopratomo, Puguh. 2001, “Kajian Awal Proses Ekstraksi Minyak Bunga

Melati (jasminum sambac) Dengan Metode Enfleurasi”. Tesis Teknik Kimia: Institut Teknologi Bandung.

Sinaga, E. 1985. “Hubungan Klasifikasi Mutu dengan Komponen Kimia Kemenyan”. Medan.

Siregar, H. 1999. Upaya-upaya Konservasi Dalam Pengelolaan dan Pola Pemanfaatan Hutan Rakyat Kemenyan dan Hasilnya di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB press.

Tarigan, D. 1995. “Pembuatan Bahan Pewangi Sinamil Asetat dari Hasil Reaksi Transformasi Sinamil Sinamit yang Dikandung Kemenyan Sumatera (Styrax benzoin)”, Skripsi Jurusan Kimia FMIPA-USU, Medan.

Taufiq T. 2007. Menyuling Minyak Atsiri. PT. Citra Pramana: Yogyakarta.

Waluyo, Totok, K., P. Hastoeti dan T. Prihatiningsih. 2006. Karakteristik dan Sifat Fisika-Kimia Berbagai Kualitas Kemenyan di Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 (1) : 47-61. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Wells, T. V, and M. Billot.1975.”Perfumery Tecnology”, 2-nd edition, Jhon Wiley and Sons, New York

(52)

50

LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Responden Terhadap Analisis Tingkat Kesukaan No Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan

1 Ferry Simatupang 24 Pria Mahasiswa

2 Nando Siregar 28 Pria P. Swasta

3 Adil Sembiring 20 Pria Mahasiswa

4 Bp. Rexy Telaumbanua 43 Pria Wiraswasta

5 Mikael Ginting 20 Pria Mahasiswa

6 Ridwan Harianja 24 Pria Mahasiswa

7 Septo Sembiring 21 Pria Mahasiswa

8 Robert Panjaitan 22 Pria Mahasiswa

9 Jekson Purba 28 Pria P. Swasta

17 Eliser Barus 22 Wanita Mahasiswa

18 Tina Silalahi 29 Wanita PNS

19 Veronika Simanjuntak 24 Wanita Mahasiswa 20 Karolina Sinuhaji 36 Wanita P. Swasta

21 Astrida Malau 37 Wanita P. Swasta

22 Elfimaria Saragih 39 Wanita Wiraswasta 23 Ibu Rexy Sipayung 41 Wanita Wiraswasta 24 Helena Telaumbanua 19 Wanita Mahasiswa 25 Agnes Telaumbanua 16 Wanita Pelajar

26 Hartati Sinaga 21 Wanita Mahasiswa

27 Novita Sitepu 23 Wanita P. Swasta

28 Martha Saragih 35 Wanita P. Swasta

29 Rohani Sihombing 65 Wanita Petani

(53)

Lampiran 2. Kuisioner Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap

Instruksi : Pilihlah jawaban pada setiap pertanyaan dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih atau tuliskan jawaban anda pada bagian yang disediakan.

Daftar Pertanyaan

1. Usia anda pada saat ini :

( ) < 20 tahun ( ) 36 tahun – 50 tahun ( ) 20 tahun - 35 tahun ( ) > 50 tahun

2. Pernahkah anda mengkonsumsi produk aromaterapi sebelumnya: ( ) Ya ( ) Tidak

3. Bagaimana pendapat anda mengenai produk aromaterapi elektrik tersebut: ( ) Sangat baik

KUISIONER RESPONDEN

KAJIAN PEMANFAATAN KEMENYAN (Styrax sumatrana) UNTUK PEMBUATAN

AROMATERAPI ELEKTRIK

Hari, Tanggal :

Nama :

Jenis kelamin :

(54)

52

( ) baik ( ) biasa ( ) tidak baik

( ) Sangat tidak baik

4. Jika dalam waktu dekat akan dikeluarkan produk aromaterapi kemenyan yang baru, apakah anda akan menerimanya:

( ) Ya ( ) Tidak

5. Berikan penilaian anda mengenai aroma / tingkat wangi terhadap masing-masing atribut pada kolom dengan skala penilaian sebagai berikut :

1 = Sangat tidak suka

• Membaui harum produk dekat dengan hidung responden.

• Berikan waktu pengujian antar sampel.

6. Apa saran anda untuk perbaikan produk aromaterapi yang paling anda sukai

tersebut... ... ...

(55)

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Kemenyan (Styrax sumatrana) Pencucian Mat dengan Metanol

Penumbukan Kemenyan Serbuk Dilarutkan Dengan Etanol

(56)

54

Proses Ekstraksi Kemenyan

Gambar

Gambar 1. Flowsheet isolasi sinamil alkohol dari kemenyan
Tabel 1. Uji pendahuluan kombinasi formula yang diduga memiliki tingkat wangi terbaik
Gambar 2. Flowsheet proses produksi aromaterapi kemenyan
Tabel 2. Uji Organoleptik
+7

Referensi

Dokumen terkait