• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep pendidikan agama islam untuk anak dalam keluarga muslim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep pendidikan agama islam untuk anak dalam keluarga muslim"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM

KELUARGA MUSLIM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah da Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

FITRI NURIA RIVAH

NIM:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

Nama : Fitri Nuria Rivah Nim : 206011000042

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak dalam Keluarga Muslim

(4)

hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk, serta lingkungannya.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelktual pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

KATA PENGANTAR

ّ ا

ّ ا ا

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang

Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam,

zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat

serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah

SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga

Muslim ” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan

(5)

dari pendidikan merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam

keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak. Melalui Pendidikan Islam inilah seorang anak

kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat

yang baik, produktif dan memiliki kepribadian yang Islami. Lebih dari itu, sebagai manusia,

para anak pun memiliki tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi untuk melaksanakan

tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya serta bersosialisasi dengan etika-etika dan

norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya sebagai bekal kehidupan di

akhirat kelak.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan

terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril

maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.

. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

. Drs. Sapiudin Shiddiq, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.

. Prof. Dr. Armai Arief selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Darmawan yang selalu ada buat penulis, baik suka maupun duka. Love you so much…

. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam Non-Reg angkatan . khususnya Semi, Dedes, Avni, Nurul, Astrid selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.

.Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta Januari

Fitri Nuria Rivah

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Identifikasi Masalah ...

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

E. Metode Penelitian ...

BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...

B. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ...

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...

D. Metode Pendidikan Agama Islam...

E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...

BAB III ANAK DAN KELUARGA MUSLIM

(7)

B. Pengertian Perkembangan anak ...

C. Ciri-ciri perkembangan anak ...

D. Fase-fase perkembangan anak ...

E. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ...

F. Pengertian keluarga muslim ...

G. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga ...

H. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga muslim ...

BAB IV KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM

A. Pengertian Pendidikan Menurut Al-Quran...

B. Tipologi Pendidikan Luqman Al-hakim ...

. Pendidikan Aqidah ...

. Pendidikan Ibadah ...

. Pendidikan Akhlak ...

C. Upaya-upaya Keluarga Muslim dalam Menumbuhkan

Pendidikan Agama Islam Pada Anak...

. Menanamkan nilai-nilai Aqidah pada anak ...

. Pembinaan Ibadah pada anak ...

. Menanamkan nilai Moral pada anak ...

. Membina Kepribadian anak ...

. Menanamkan Intelektual pada anak ...

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Saran ...

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan

utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan,

berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di

dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya

watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.1

Selain itu keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan

dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan

menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu

akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam

keluarga amat penting, terutama ibu. Dia lah yang mengatur, membuat rumah

tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang

saling menyayangi dengan suaminya.2

Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan

keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga,

masyarakat, agama, bangsa dan negara. Orang tua merupakan pendidik

utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak

mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari

1

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Cet. Ke-5, h. 57

2

(9)

2

pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting

yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain

pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.

Dalam pendidikan yang modern saat ini, kedua orang tua harus sering

berjumpa dan berdialog dengan anak-anaknya. Pergaulan dalam keluarga

harus terjalin secara mesra dan harmonis. Kekurangan kerabaan kedua orang

tua dengan anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiwaan yang

dapat menjerumus kepada kerenggangan secara jasmaniah misalnya akan

kurang betah dirumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan

teman-temannya. Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberi

pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan kepribadiannya, karena

kedua orang tuanya jarang memberi pengarahan dan nasehat.3

Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa

mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan

kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa

meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian

hari.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿ ﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﹺﺑﹶﺍ ﻦﻋ ﺩﻮﻟﻮُﻣ ﱡﻞﹸﻛ ،ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ

ﻪﹺﻧﺎﺴﺠﻤﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼ ﻨﻳ ﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ ﻩﺍﻮﺑﹶﺄﹶﻓ ﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺪﹶﻟﻮﻳ )

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ (

“Dari Abu Hurairah R.A sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda, tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR.Muslim)

Hadits ini menjelaskan tentang peran, tugas dan kewajiban orang tua

dalam membimbing aqidah seorang anak. Disamping itu juga menjelaskan

bahwa perkembangan mental dan kepribadian anak dipengaruhi oleh suasana

kehidupan (segala yang mereka dengar dan mereka perhatikan) dirumah

tempat tinggal. Dengan demikian dirumah yang tidak henti-hentinya

3

(10)

3

disemarakan dengan dzikir, maka aktifitas tersebut akan sangat membantu

dalam membimbing bacaan kalimat tauhid

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh

Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan

memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak

menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus

mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada

Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga,

dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10.

5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai

budaya, nilai moral dan keterampilan.4

Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta

keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan

institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan

pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam

keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga

adanya dorongan keluarga.

Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan

sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-

anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan

amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan

dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam

pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama

dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru,

pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga

khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Quran

surat At Tahrim (66) ayat :

4

Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam. ( Bandung: Angkasa Bandung,

(11)

4

$

p

κ

š

r

'

t

ƒ

t



Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ζ

t

Β#

u

(

#

þ

θ

è

%

ö

/

ä

3

|

¡

à

Ρ

r

&

ö

/

ä

3‹

Î

=

÷

δ

r

&

u

ρ

#

Y

‘$

t

Ρ

$

y

δ

ß

Šθ

è

%

u

ρ

â

¨$

¨

Ζ9

$

#

ä

ο

u

‘$

y

f

Ï

t

ø

:

$

#

u

ρ

$

p

κ

ö

Ž

n

=

t

æ

î

π

s

3

Í

×

n

=

t

Β

Ô

â

Ÿ

ξ

Ï

î

×

Š#

y

Ï

©

ā

ω

t

βθ

Ý

Á

÷

è

t

ƒ

©

!

$

#

!

$

t

Β

ö

Ν

è

δ

t



t

Β

r

&

t

βθ

è

=

y

è

ø

t

ƒ

u

ρ

$

t

Β

t

βρ

â

÷

s

÷

σ

ã

ƒ

∩∉∪

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Al-Tahrim: 6)5

Dengan demikan pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat

memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan watak serta

kepribadian anak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan

membahas tentang hal yang berkaitan dengan “KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang masalah

tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai

berikut :

1. Belum Efektifnya Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim?

2. Kurangnya Perhatian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skiripsi ini penulis merasa perlu membatasi

permasalahan yang akan dibahas mengingat keterbatasan kemampuan, waktu

dan biaya, maka penulis batasi pada:

1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak

5

(12)

5

2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan Aqidah, Ibadah dan pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat

Al-Luqman 12-19

3. Anak yang dimaksud disini adalah anak pada usia Sekolah Dasar

Perumusan masalah

Maka penulis merumuskan masalah ini, yaitu:

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam untuk anak dalam keluarga muslim?

2. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan pendidikan Agama Islam pada anak?

D. Tujuan Peneliti dan Manfaat . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Agama Islam pada

anak dalam keluarga muslim.

b) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh

keluarga Muslim dalam Pendidikan Agama Islam pada anak.

. Manfaat Penelitian

a) Sebagai pedoman bagi orang tua dalam mendidik anak yang

berkonsepkan Islam

b) Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang membutuhkan

tentang konsep dan teori Pendidikan Agama Islam untuk anak

dalam keluarga muslim.

c) Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui Pendidikan

(13)

6

E. Metode Penelitian . Jenis penelitian.

Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatif memproses pencarian

gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya

melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelbagai

kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di

dalam pelbagai kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam

menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya.6 Dengan demikian,

pendekatan kualitatif menekankan analisanya pada data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekata-katan

kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis tentang Konsep Pendidikan

Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim. Maka dengan sendirinya

penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library

Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan

sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Sedangkan dipilihnya metode deskriptif karena data yang dikumpulkan

berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan

apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.7 Selain itu, semua

yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal

dari naskah atau dokumen lainnya.

. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

6

Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), ed. 1, h. 29-30

7

(14)

7

a. Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

sumber-sumber informasi milik objek yang ditulis secara langsung

tanpa perantara penulis lainnya.

b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan

mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan seperti teks book,

jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini

guna mendapatkan landasan teoritis.

. Teknik analisis data.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis dekriptif yang

bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek

penelitian dengan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.8 Analisis

data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis

dan diformulasikan sedemikian rupa hingga diperoleh kesimpulan yang

komprehensif.

. Sumber data penulisan.

Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data

penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer.

Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari obyek yang diteliti.

2. Sumber Data Sekunder

Yang dimaksud data sekunder adalah data-data yang mendukung data

primer, yaitu buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan

penelitian ini.

8

(15)

8

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum menguraikan tentang pengertian pendidikan agama Islam,

perlu kiranya penulis mengemukakan terlebih dahulu tentang pendidikan dan

agama Islam. Pendidikan pengertiannya dapat ditinjau dari segi bahasa dan

dari segi istilah. Dari segi bahasa “Pendidikan merupakan bentuk kata turunan

yang bentuk kata dasarnya didik dengan awalan pe dan akhiran an yang

mengandung arti cara-cara mendidik, memelihara, dan memberi latihan”.9

Sedangkan kata pendidikan yang umum di gunakan sekarang dalam

bahasa arab adalah “tarbiyah” ( ) dengan kata kerjanya Rabba ( ر) yang berarti mendidik, mengasuh”.10 Dalam bentuk kata benda masdar, kata Rabba

digunakan pula untuk pengertian Tuhan, karena Tuhan yang bersifat

memelihara, mengasuh bahkan mencipta. Hal ini dapat dilihat dalam Quran

yang berbunyi :

Éb

>

§

$

y

ϑ

ß

γ

÷

Η

x

q

ö

$

#

$

y

ϑ

x

.

Î

Τ$

u

/

u

#

Z

Ž

É

ó

|

¹

∩⊄⊆∪

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(QS. Al-Isra, 17:24)11

9

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Cet. Ke-1, h. 204

10

Ahmad Zuhri Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarya : Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996). Cet. Ke-1, h. 952

11

(16)

9

Prof H. M. Arifin Mengatakan bahwasannya “Pendidikan itu adalah

sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan

manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan

tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, dan menumbuhkan

personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.”12

Sedangkan menurut D. Marimba pada kata pendidilkan adalah

“Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama”.13

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah ”Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.14

Dari berbagai definisi di atas, pada dasarnya menunjukan bahwa

pendidikan adalah usaha mengembangkan dan mengarahkan potensi yang

dimiliki peserta didik untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta

terbentuknya kepribadian yang utama memiliki pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sesuai bidangnya. Dan usaha tersebut dilakukan secara sadar dan

sengaja ini membawa konsekuensi bahwa usaha itu harus dilaksanakan secara

teratur dan sistematis.

Kata Agama dikenal pula kata lainnya seperti Ad-din dari bahasa Arab

dan religi dari bahasa Inggris. Pengertian Din seperti yang dikemukakan oleh

Moenawar Chalil yang dikutip oleh Prof. Dr. Abudin Nata mengungkapkan

kata Din dalam masdar dari kata kerja “Dana Yadinu” yang antara lain seperti

12

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-3, h.10

13

Ahmad D. marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung : PT. Al-Ma’rifat, 1989), Cet. Ke-8, h. 19

14

(17)

10

“cara” atau “adap”, kebiasaan, peraturan, perhitungan, hari kiamat, nasihat,

dan Agama.15 Pengertian-pengertian tersebut seluruhnya memperlihatkan

muatan, sifat, fungsi, dan kedudukan agama yang secara umum dapat

dimengerti dan dipahami dari misi dan perhatian itu sendiri.

Dapat kita lihat bahwa perkataan religi menurut Harun Nasution

berasal dari bahasa latin yang asal katanya adalah relage yang berarti

“Mengumpulkan, membaca” kemudian diinterprestasikan dari sudut muatan

yang terkandung didalam agama, yaitu agama merupakan kumpulan cara

mengabdi Tuhan yang terdapat didalam kitab suci. Adapula yang berpendapat

lain bahwa religi berasal dari sifat ajaran agama yang berarti mengikat para

pengikutnya.16 Fakta menunjukan bahwa dalam ajaran agama terdapat aspek

yang amat dominan berupa ikatan antara roh dan manusia dengan Tuhan.

Dari definisi di atas kata agama mempunyai pengertian yaitu suatu

peraturan atau norma-norma yang di tetapkan Allah melalui para Nabi yang

harus diyakini kebenarannya dan diamalkan perintahnya untuk dijadikan

sebagai pedoman hidup dan mengatur segala aspek kehidupan serta

membimbing manusia agar tunduk dan patuh terhadap peraturan Allah guna

mencapai kehidupan di dunia dan akhirat baik lahir dan batin.

Selanjutnya yang akan penulis uraikan adalah kata Islam. Islam berasal

dari bahasa Arab yaitu Aslama (

ا

) yang berarti selamat. Jadi seluruh

manusia yang dalam kehidupannya memeluk agama Islam berarti manusia

yang selamat atau yang terbaik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ali

Imran ayat 110.

15

Abudin Nata Al-quran dan Hadist, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.

Ke-7, h.2 16

(18)

11

ö

Ν

ç

ä

.

u

Ž

ö



y

z

>

π

¨

Β

é

&

ô

M

y

_

Ì



÷

z

é

&

Ä

¨$

¨

Ψ=

Ï

9

t

βρ

â

÷

ß ù

'

s

?

Å

∃ρ

ã



÷

è

y

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

š

χ

ö

θ

y

γ

÷

Ψ

s

?

u

ρ

Ç

t

ã

Ì



x

ß

ϑ

ø

9

$

#

t

βθ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

è

?

u

ρ

«

!

$

$

Î

/

3

ö

θ

s

9

u

ρ

š

t

Β#

u

ã

÷

δ

r

&

É

=≈

t

G

Å

6

ø

9

$

#

t

β%

s

3

s

9

#

Z

Ž

ö



y

z

Ν

ß

γ

©

9

4

ã

Ν

ß

γ

÷

Ζ

Ïi

Β

š

χθ

ã

Ψ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

ã

Ν

è

δ

ç

Ž

s

Y

ò

2

r

&

u

ρ

t

βθ

à

)

Å

¡≈

x

ø

9

$

#

∩⊇⊇⊃∪

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110)17

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi Islam, di bawah ini

akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya pendapat

Drs. Salahudin Sanusi yang dikutip oleh H. Endang Syaifudin mengatakan

“Islam adalah bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin selain itu

Islam berarti perdamaian dan keamanan serta menyerahkan diri, tunduk, dan

taat.”18

Sementara itu Mahmud Syaltut yang masih dikutip oleh H. Endang

Syaifuddin mengemukakan “Islam adalah agama Allah yang diperintahkannya

untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok serta peraturannya kepada Nabi

Muhammad SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut

kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluk agama

Islam”.19

Dari pendapat-pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

Islam adalah agama Allah yang diturunkan oleh umat manusia melalui Nabi

Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi manusia untuk mendapatkan

kehidupan yang damai, tentram, dan aman di dunia, dan mendapatkan

kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.

Menggabungkan ketiga pengertian di atas yakni “Pendidikan Agama

Islam itu adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94 18

Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam ( Jakarta : CV Rajawali Pers, 1989), h.73

19

(19)

12

untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber

utamanya adalah Al-quran dan Al-Hadist”.

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling

utama karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak

dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup

dan pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa serta

mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan baik dan

mendorong mereka untuk memperkuat pekerjaan yang mulia

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak

menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke

lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak

supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu

mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan

teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-mencintai,

tolong-menolong dan nasehat-menasehati.20 Oleh sebab itu pendidikan agama

harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam

memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan

jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya.

Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti

akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti

aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

B. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setelah penulis membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam

yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya penulis bahas adalah dasar

pendidikan agama Islam itu sendiri. Menurut Ahmad D. Marimba dasar-dasar

20

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta :PT Hidakarya Agung,

(20)

13

pendidikan agama Islam adalah “Semua ketentuan dan ajaran yang

berasal dari firman Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya”.21

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam

adalah “ Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam

Al-Quran dan Hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan

pendidikan Agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan

Ibadah kepadanya”.22

Al-quran dan Sunnah merupakan sumber hukum dan ajaran Islam

yang menjadi pedoman hidup. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada

orang yang beriman untuk mengikuti petunjuk Al-quran dan Sunnah.

Sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 59.

$

p

κ

š

r

'

t

ƒ

t



Ï

%

©

!

$

#

(

#

þ

θ

ã

Ψ

t

Β#

u

(

ã

è‹

Ï

Û

r

&

©

!

$

#

(

ã

è‹

Ï

Û

r

&

u

ρ

t

Αθ

ß

§

9

$

#

ç

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya)…” (QS.An-Nisa 59)23

Hal ini cukup beralasan karena Al-quran diturunkan kepada umat

manusia untuk memberi petunjuk kearah hidup yang lurus dalam arti memberi

bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT. Diantara sifat

orang mukmin adalah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah

SWT yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan.

Demikian pula sunnah Rasulullah yang mengandung ajaran-ajaran dan

perilaku Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung

didalam Al-Quran. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup

manusia. Semua kehidupan Rasul semata-mata untuk menjadi teladan bagi

umatnya. Ia adalah seorang guru dan pendidik utama.

Al-Quran maupun sunnah rasulullah adalah pedoman hidup yang

bersifat global, keduanya selalu membuka kemungkinan penafsiran yang

berkembang. Untuk itu diperlukan ijtihad sebagai lapangan untuk menggali

21

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 41

22

Zuhairini, MetodikKhusus Islam, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983). Cet. Ke-8, h. 23

23

(21)

14

nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam al-Quran

dan sunnah Rasulullah.

Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari pendidikan

agama Islam ialah Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah

dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa

yang sudah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam

pelaksanaannya.

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Apakah

kegiatan tersebut dalam proyek besar maupun kecil. Tujuan harus

dirancangkan agar sebuah rencana atau kegiatan dapat berjalan secara terarah

dan menghasilkan sesuatu.

“Pendidikan agama merupakan pendidikan yang bertujuan untuk

merealisasi idealitas Islami yaitu mengandung nilai prilaku manusia yang

didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber

kekuasaan mutlak yang harus ditaati”.24

Selain itu tujuan pendidikan agama Islam dikemukakan oleh M. Arifin

beliau mengatakan “Esensi tujuan pendidikan agama Islam yang sejalan

dengan tuntutan Al-Quran adalah sikap penyerahan diri secara total kepada

Allah”.25

Dan tujuan pendidikan Agama Islam lebih lanjut menurut Prof. Dr.

Abudin Nata adalah “Membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang

bertaqwa kepada Allah SWT yakni melaksanakan segala perintahnya dan

menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan”.26

Tujuan ini tampaknya di dasarkan pada salah satu sifat dasar yang

cenderung menjadi orang yang baik, yakni kecenderungan untuk

24

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT Bina Aksara, 1987) Cet. Ke-1, h.

119

25

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta : Golden Terayon, tth), h. 80

26

Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, (Jakarta : UIN Pres Jakarta,

(22)

15

melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya, di samping

kecenderungan untuk menjadi orang yang jahat.

Jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan agama Islam identik

dengan tujuan hidup seseorang muslim, yaitu manusia yang selalu beribadah

setiap gerak hidupnya. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam adalah

menghasilkan manusia muslim yang mempunyai kepribadian sempurna

dengan pola taqwa yang berarti bahwa pendidikan agama Islam diharapkan

menghasilkan manusia yang berguna baik untuk dirinya maupun untuk

masyarakat, serta senang dan gemar mengamalkan ajaran agama Islam dalam

hubungan dengan pencipta, manusia sesamanya dengan lingkungan dan

dengan dirinya sendiri agar tercapai kebahagiaan dan keselamatan hidup

didunia dan di akhirat.

D. Metode Pengajaran Agama Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani

metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu ”metha” yang berarti

melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. sehingga

dapat dipahami metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan

bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.27

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan

Islam, dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan

pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek

dan sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain inti metode dapat pula berarti sebagai

cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga

terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu

pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan

fungsinya adalah memberikan cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan

operasional dan ilmu pendidikan tersebut.

27

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

(23)

16

Penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam

pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:

1) Metode pembiasaan

Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan

anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan

ajaran agama Islam.28

2) Metode Keteladanan

Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” yang

berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik).

Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam

upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Bila dicermati historis

pendidikan di zaman Rasulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah

satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan

adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberi

keteladanan dalam mendidik para sahabat.

3) Metode Pemberian Ganjaran

Yaitu penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas

prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran

dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak

didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.

4) Metode Pemberian Hukuman

Hukuman dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan “siksa”

dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar

undang-undang. Dalam istilah bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan

iqab”. Perinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman

yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan

secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari

pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari

kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.

28

(24)

17 5) Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara

penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan

kepada siswa atau khlayak ramai. Sejak zaman Rasulullah metode

ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah

Saw dalam menyampaikan wahyu kepada umat.

6) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara

guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam sejarah

perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode

ini sering dipakai oleh Nabi Saw dan Rasul Allah.

Firman Allah Swt:

!

$

t

Β

u

ρ

$

u

Ζ

ù

=

y

ö

r

&

Ï

Β

y

7

Î

=

ö

6

s

%

ā

ω

Î

)

Z

ω%

y

`

Í

û

Ç

œ

Ρ

ö

Ν

Í

κ

ö

Ž

s

9

Î

)

4

(

#

þ

θ

è

=

t

ó

¡

s

ù

Ÿ

÷

δ

r

&

Ì



ø

.

Ïe

%!

$

#

β

Î

)

ó

Ο

ç

ä

.

Ÿ

ω

t

βθ

ç

Η

s

>

÷

è

s

?

∩⊆⊂∪

“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Nahl 12: 43)29

7) Metode Diskusi

Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk

memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban

alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar

mengajar. Metode ini bila digunakan dalam proses belajar mengajar

akan dapat merangsang murid untuk berfikir sistematis, kritis dan

bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk

memecahkan sebuah masalah.

8) Metode Sorogan

Metode sorogan adalah metode individual dimana murid

mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan guru

29

(25)

18

membimbingnya secara langsung. Pada prakteknya si santri diajari dan

dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalnya, atau lebih

jauh lagi menterjemahkan atau mentafsirkannya.

9) Metode Bandongan

Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran

dalam pendidikan islam, dimana siswa/santri tidak menghadap

guru/kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru

dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru

membacakan, menterjemahkan menerangkan kalimat demi kalimat

dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti

penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan

catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di

pesantren-pesantren tradisional.

10)Metode Mudzakarah

Metode mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar (PMB) dengan jalan mengadakan suatu

pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah

agama saja. Metode ini banyak digunakan oleh lembaga-lembaga

pendidikan yang disebut pesantren. Diantara tujuan dari metode ini

adalah untuk melatih santri agar terlatih dalam memecahkan

masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik

yang ada.

11)Metode Kisah

Metode kisah adalah suatu penyampaian materi pelajaran

dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik

benar atau berbentuk fiktif belaka saja.

12)Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam

penyajian bahan pelajaran kepada siswa. Guru memberikan sejumlah

tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian

(26)

19 13)Metode karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu cara pengajaran yang

dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik ke luar kelas untuk

dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya

dengan bahan pelajaran.

14)Metode Eksprimen

Metode eksperimen adalah suatu metode dimana murid

melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan

menggunakan media laboratorium.

15)Metode Drill/Latihan

Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan

pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai

anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

16)Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk metode

belajar-mengajar dengan jalan mendramakan atau memerankan sejumlah aksi.

Metode ini bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang

lain, mengambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah serta

melukiskan bagaimana seharusnya seseorang bertindak atau bertingkah

laku dalam situasi social tertentu.

17)Metode Simulasi

Metode simulasi adalah salah satu dari sekian banyak cara

penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan

berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat

sesuatu. Metode ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat

memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan

bertindak sesuai dengan situasi yang dicapai.

18)Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan adalah suatu metode penyampaian

(27)

20

memegang bahan dimaksud sehingga anak didik faham benar tentang

bahan tersebut.

19)Metode Demonstrasi

Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan

menggunkan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bahan

memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan

tertentu kepada siswa.

20)Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak

metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran

kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa

ke dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok

besar.30

E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Nur Uhbiyati mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam

adalah mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia

mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang

buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai

amaliah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana

dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah

ilmu pengetahuan kependidikan.31

Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegitan

kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam

bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:

1. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.

30

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 195 31

(28)

21

3. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.

4. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah SWT.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.

6. lapangan hidup seni budaya, agar menjadi hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.

7. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh

iman.32

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup

materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan

ilmu pengetahuan. Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan

di sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan

bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Berbudi pekerti

luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, agama, bangsa dan

negara.

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat bertolak belakang

dengan ilmu pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah

upaya mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik

dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan

semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.

32

(29)

22

BAB III

ANAK DAN KELUARGA MUSLIM

F. Pengertian anak

Anak dalam bahasa Inggris disebut child. Dalam kamus lengkap

psikologi karangan J.P. Chaplin, child (anak; kanak-kanak) adalah seorang

anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan bergantung pada sifat

referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran

dan masa puberitas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa

pertumbuhan, masa kecil dan masa puberitas)33

Anak adalah keturunan yang kedua manusia, orang yang lahir dari

rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau khuntsa, sebagai hasil dari

persetubuhan antara dua lawan jenis.34

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang

masih kecil yang belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan. 35 Sebagai manusia kecil yang belum dewasa, ia membutuhkan

bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan pendidiknya dalam

perkembangannya menuju kedewasaan.

Muhammad Sa’id Mursi menjelaskan bahwa, anak-anak memiliki

karakteristik; banyak bergerak dan tidak mau diam, sangat sering meniru, suka

menentang, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah,

33

J.P. Chaplin Kamus lengkap Psikologi, terj dari Dictionary of psychology, oleh Kartini Kartono, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004). Cet. Ke-9, h. 83

34

Tim Penyusun Ensiklopedia Hukum Islam, Ensklopedi Hukum Islam , (Jakarta : PT Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet. 1, h. 112

35

(30)

23

banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai

dorongan semangat, suka bermain dan bergembira, suka bersaing, berfikir

khayal, senang mendapatkan ketrampilan, perkembangan bahasanya cepat,

suka membuka dan menyusun kembali, berperasaan tajam.36

Beberapa ahli psikologi membagai tentang anak menjadi dua

kelompok yaitu anak awal dan anak akhir. Masa awal anak-anak adalah masa

secara umum kronologis ketika seseorang berumur antara 2-6 tahun. Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena

hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak,

yakni antara usia 6-12 tahun, di mana masa ini sering disebut sebagai masa sekolah.37

Berikut pengertian anak yang peneliti batasi pada fase usia 6 sampai 12

tahun atau fase anak sekolah dasar. Elizabeth B. Hurlock menyebutkan “ akhir

masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun

sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan

akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat

mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.38

G. Pengertian Perkembangan Anak

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang

terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang

dikatakan oleh Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara

kualitatif” ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan

beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemauan

seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak sturktur dari fungsi

yang kompleks.39

36

Muhammad Said Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, terj. Dari Fan Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam Oleh Ali Yahya, (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 16

37

Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sedolah Dasar,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.2, h. 6 38

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 146 39

(31)

24

Perkembangan dapat juga diartikan sebagai The Progressive and

Continous change in the organism from brith to death (suatu perubahan yang

progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati)

Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang

dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan

berkesinambungan.40

Jadi, perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan

perubahan yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling

berhubungan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan ini

bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi.

Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat

huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis

akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat

otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami

bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu

memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan

berkembang, dan akan mampu mempelajari hal hal yang baru. Perkembangan

akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh

pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.

Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa

pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada

suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan

kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan

fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis.

H. Ciri-ciri perkembangan anak

Perkembangan yang penulis maksud disini adalah pada akhir masa

kanak-kanak yaitu masa sekolah :

40

Netty Hartati. Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2004) cet.

(32)

25

1. Masa yang menyulitkan, yaitu suatu masa dimana ia lebih banyak di pengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang tua

2. Usia yang tidak rapih, suatu masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan atau ceroboh dalam penampilan, meskipun peraturan

keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya.

3. Usia bertengkar, yaitu suatau masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua

anggota keluarga41

4. Usia penyesuaian diri karena anak-anak pada masa ini ingin meyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara

dan prilaku lainnya penyesuaian ini dirasakan anak, sehingga apabila ia

tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir,

menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti

dibandingkan dengan teman anak-anak lainnya yang popular.

Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badanya sudah cukup berkembang, telah banyak

pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah biasa menguasai

hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari

kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian

anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkesinambungan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru

dalam perkembangannya.

I. Fase-fase perkembangan anak

Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di

timang-timang dan di perlakukan seperti anak balita. Karena sekarang mereka

telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain42 :

41

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 147 42

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (PT: Remaja Rosdakarya,

(33)

26 1. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang

menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti,

membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini yaitu masa pra

sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan

(berhayal) sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang

kepada cara berfikir konkrit dan rasional (dapat diterima akal) walau

sifatnya masih sangat sederhana. Periode ini ditandai dengan tiga

kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan

(mengelompokan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan

atau menghitung angka-angka atau bilangan). Kemampuan yang berkaitan

dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan

dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki

kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

2. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam

pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran

dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak

dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau

lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama

manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

3. Perkembangan sosial

Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian kematangan

dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral

(agama). Perkembangan social pada anak-anak sekolah dasar ditandai

(34)

27

dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, teman sekelas,

sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.43

Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri

sendiri (egosentris) kepada sifat yang kooperatif (bekerja sama) atau

sosiosentris (mau memperlihatkan kepentingan orang lain). Anak dapat

berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya. Dan bertambah

kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok, dia merasa

tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

4. Perkembangan Emosi

Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa

pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dalam masyarakat.

Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol

ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui

peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan

orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila

anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana

emosionalnya stabil, maka perkembangan keluarga cenderung stabil. Akan

tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya

kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan

dengan sikap agresif, mudah mengeluh kecewa atau pesimis dalam

menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang

stabil.

Untuk itu seyogyanya orang tua senantiasa menciptakan suasana

yang tenang, tentram dengan kasih sayang. Walaupun masalah tidak dapat

dijelaskan dari kehidupan ini, namun penyelesaiannya haruslah dengan

sikap yang tenang dan mencari solusinya dengan kepala dingin

5. Pengembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar-salah atau

baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada umumnya,

mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak

43

(35)

28

akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini

(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan, karena informasi

yang diterima anak mengenali benar-salah atau baik-buruk akan menjadi

pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau

tuntutan dari orang tua dan lingkungan sekolahnya, pada akhir usia ini,

anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan.

Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku

dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang

atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada

orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan

jujur, adil, dan bersikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan

suatu yang benar

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

Perkembangan tiap-tiap anak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan

atas tiga faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.

Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan individu adalah:

a. Bakat atau pembawaan, anak dilahirkan dengan membawa bakat

tertentu. Bakat ini diumpamakan dengan bibit. Misalnya bakat musik,

seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya. Dengan demikian

jelaslah bahwa bakat atau pembawaan mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan individu.

b. Sifat-sifat keturunan, sifat-sifat keturunan yang individu dipusatkan

dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.

c. Dorongan dan instink, dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong

manusia melakukan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan

(36)

29

menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimanan cara-cara

melakasanakan dorongan batin.44

2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu

Di antara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan

individu adalah:

a. makanan, makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan individu.

b. Iklim, iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap

perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim, alam dan udara

mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada di

iklim yang bersangkutan.

c. Kebudayaan, latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banyak juga

mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang

budaya desa keadaan jiwanya masih murni. Lain halnya dengan

seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi

oleh kebudayaan asing.

d. Ekonomi, latar belakang ekonomi juga mempengaruhi perkembangan

anak. Orang tua yang ekonominya lemah, yang tidak sanggup

memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik, sehingga

menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak.

e. Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga. Kedudukan anak dalam

lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangan anak. Bila

anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua

tercurah kepadanya, sehingga ia cendrung memiliki sifat-sifat seperti,

manja, kurang biasa bergaul dengan teman-teman sebaya.

44

Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(37)

30 3. Faktor-faktor Umum

Faktor-faktor umum maksudnya unsur-unsur yang dapat digolongkan

dalam kedua penggolongan tersebut diatas, yaitu faktor dari dalam dan dari

luar diri individu.45

Diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan

individu adalah:

a. Intelegensi, intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perkemabagan anak. Tingakat intelegensi yang erat

kaitannya dengan kecepatan perkembangan, misalnya anak yang

cerdas sudah dapat berbicara pada usia 11 bulan, anak yang rata-rata kecerdasannya pada usia 16 bulan, bagi kecerdasan yang sangat rendah pada usia 34 bulan, sedangkan bagi anak-anak idiot baru bisa bicara pada usia 52 bulan.

b. Jenis kelamin, jenis kelamin juga memegang peranan yang penting

dalam perkembangan fisik dan metal seseorang. Dalam hal anak yang

baru lahir misalnya. Anak laki-laki sedikit lebih besar dari pada anak

perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat dari

pada anak laki-laki.

c. Kesehatan, kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang

mempengaruhi perkembangan individu mereka, kesehatan mental dan

fisiknya baik dan sempurna akan mengalami perkembangan dan

pertumbuhan yang memadai.

d. Ras, ras juga turut mempengaruhi perkembangan seseorang, misalnya

anak-anak dari ras Mediterranean (sekitar laut tengah) mengalami

perkembangan fisik lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari

bangsa-bangsa Eropa Utara.46

Jadi, ketiga faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan

perkembangan anak untuk mencapai tingkat kematangan tergantung pada

sikap ibu dan ayah dalam menjaga dan memelihara anak dengan baik sesuai

45

Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), cet.2, h. 32 46

(38)

31

kebutuhan dan perkembangannya. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan baik

jika orang tuanya tidak memiliki pengetahuan dan tidak mengetahui hikmah

dari anak itu sendiri sebagai orang tuanya.

K. Pengertian Keluarga Muslim

Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kerabat

yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) implementasi model aktualisasi kegiatan kepramukaan kurikulum 2013 pada penanaman karakter disiplin dan kerjasama

Walaupun istilah tukang timbal tidak terdapat didalam kamus Melayu, tetapi ianya diketahui oleh masyarakat di Terengganu sebagai tukang yang membina perahu bersaiz

Sampel yang digunakan adalah Quota sampling yaitu sampel dikumpulkan sampai mencapai jumlah yang diinginkan, jumlah sampel yang diinginkan adalah 50 responden persalinan

Ikan yang memiliki nama lokal sebagai ikan Baung, ikan ini berwarna coklat gelap dengan pita tipis memanjang yang jelas berawal dari tutup insang hingga pangkal

Titi Purwandari dan Yuyun Hidayat – Universitas Padjadjaran …ST 57-62 PENDEKATAN TRUNCATED REGRESSION PADA TINGKAT. PENGANGGURAN TERBUKA PEREMPUAN Defi Yusti Faidah, Resa

Kedu a elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada

H3a pengambilan buruh dilakukan oleh pegawai di negara China yang dilantik oleh sesebuah rumah kongsi. H3b pegawai akan membiayai segala perbelanjaan buruh sehingga mereka tiba

Secara umum permasalahan yang dialami oleh 3 lokasi kegiatan (Kelurahan Tappanjeng, Letta, dan Lamalaka) khususnya dalam bidang infrastruktur permukiman, yakni,