KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM
KELUARGA MUSLIM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah da Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
FITRI NURIA RIVAH
NIM:
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Nama : Fitri Nuria Rivah Nim : 206011000042
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak dalam Keluarga Muslim
hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk, serta lingkungannya.
Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.
Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelktual pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.
KATA PENGANTAR
ّ ا
ّ ا ا
Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang
Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam,
zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.
Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga
Muslim ” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan
dari pendidikan merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam
keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak. Melalui Pendidikan Islam inilah seorang anak
kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat
yang baik, produktif dan memiliki kepribadian yang Islami. Lebih dari itu, sebagai manusia,
para anak pun memiliki tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi untuk melaksanakan
tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya serta bersosialisasi dengan etika-etika dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya sebagai bekal kehidupan di
akhirat kelak.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.
. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.
. Drs. Sapiudin Shiddiq, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.
. Prof. Dr. Armai Arief selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.
. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Darmawan yang selalu ada buat penulis, baik suka maupun duka. Love you so much…
. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam Non-Reg angkatan . khususnya Semi, Dedes, Avni, Nurul, Astrid selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.
.Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jakarta Januari
Fitri Nuria Rivah
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Identifikasi Masalah ...
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
E. Metode Penelitian ...
BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...
B. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ...
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...
D. Metode Pendidikan Agama Islam...
E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...
BAB III ANAK DAN KELUARGA MUSLIM
B. Pengertian Perkembangan anak ...
C. Ciri-ciri perkembangan anak ...
D. Fase-fase perkembangan anak ...
E. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ...
F. Pengertian keluarga muslim ...
G. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga ...
H. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga muslim ...
BAB IV KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM
A. Pengertian Pendidikan Menurut Al-Quran...
B. Tipologi Pendidikan Luqman Al-hakim ...
. Pendidikan Aqidah ...
. Pendidikan Ibadah ...
. Pendidikan Akhlak ...
C. Upaya-upaya Keluarga Muslim dalam Menumbuhkan
Pendidikan Agama Islam Pada Anak...
. Menanamkan nilai-nilai Aqidah pada anak ...
. Pembinaan Ibadah pada anak ...
. Menanamkan nilai Moral pada anak ...
. Membina Kepribadian anak ...
. Menanamkan Intelektual pada anak ...
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Saran ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan
utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan,
berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di
dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.1
Selain itu keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan
dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu
akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam
keluarga amat penting, terutama ibu. Dia lah yang mengatur, membuat rumah
tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang
saling menyayangi dengan suaminya.2
Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan
keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga,
masyarakat, agama, bangsa dan negara. Orang tua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari
1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Cet. Ke-5, h. 57
2
2
pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting
yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain
pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.
Dalam pendidikan yang modern saat ini, kedua orang tua harus sering
berjumpa dan berdialog dengan anak-anaknya. Pergaulan dalam keluarga
harus terjalin secara mesra dan harmonis. Kekurangan kerabaan kedua orang
tua dengan anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiwaan yang
dapat menjerumus kepada kerenggangan secara jasmaniah misalnya akan
kurang betah dirumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan
teman-temannya. Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberi
pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan kepribadiannya, karena
kedua orang tuanya jarang memberi pengarahan dan nasehat.3
Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa
mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan
kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa
meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian
hari.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿ ﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﹺﺑﹶﺍ ﻦﻋ ﺩﻮﻟﻮُﻣ ﱡﻞﹸﻛ ،ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ
ﻪﹺﻧﺎﺴﺠﻤﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼ ﻨﻳ ﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ ﻩﺍﻮﺑﹶﺄﹶﻓ ﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺪﹶﻟﻮﻳ )
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ (
“Dari Abu Hurairah R.A sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda, tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR.Muslim)
Hadits ini menjelaskan tentang peran, tugas dan kewajiban orang tua
dalam membimbing aqidah seorang anak. Disamping itu juga menjelaskan
bahwa perkembangan mental dan kepribadian anak dipengaruhi oleh suasana
kehidupan (segala yang mereka dengar dan mereka perhatikan) dirumah
tempat tinggal. Dengan demikian dirumah yang tidak henti-hentinya
3
3
disemarakan dengan dzikir, maka aktifitas tersebut akan sangat membantu
dalam membimbing bacaan kalimat tauhid
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan
memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak
menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus
mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada
Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga,
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10.
5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral dan keterampilan.4
Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta
keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan
institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan
pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga
adanya dorongan keluarga.
Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan
sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-
anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan
amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan
dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam
pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama
dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru,
pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga
khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Quran
surat At Tahrim (66) ayat :
4
Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam. ( Bandung: Angkasa Bandung,
4
$
p
κ
š
‰
r
'
‾
≈
t
ƒ
t
Ï
%
©
!
$
#
(
#θ
ã
Ζ
t
Β#
u
(
#
þ
θ
è
%
ö
/
ä
3
|
¡
à
Ρ
r
&
ö
/
ä
3‹
Î
=
÷
δ
r
&
u
ρ
#
Y
‘$
t
Ρ
$
y
δ
ß
Šθ
è
%
u
ρ
â
¨$
¨
Ζ9
$
#
ä
ο
u
‘$
y
f
Ï
t
ø
:
$
#
u
ρ
$
p
κ
ö
n
=
t
æ
î
π
s
3
Í
×
‾
≈
n
=
t
Β
Ô
â
Ÿ
ξ
Ï
î
×
Š#
y
‰
Ï
©
ā
ω
t
βθ
Ý
Á
÷
è
t
ƒ
©
!
$
#
!
$
t
Β
ö
Ν
è
δ
t
t
Β
r
&
t
βθ
è
=
y
è
ø
t
ƒ
u
ρ
$
t
Β
t
βρ
â
÷
s
÷
σ
ã
ƒ
∩∉∪
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Al-Tahrim: 6)5
Dengan demikan pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat
memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan watak serta
kepribadian anak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan
membahas tentang hal yang berkaitan dengan “KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang masalah
tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Belum Efektifnya Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim?
2. Kurangnya Perhatian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skiripsi ini penulis merasa perlu membatasi
permasalahan yang akan dibahas mengingat keterbatasan kemampuan, waktu
dan biaya, maka penulis batasi pada:
1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak
5
5
2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan Aqidah, Ibadah dan pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat
Al-Luqman 12-19
3. Anak yang dimaksud disini adalah anak pada usia Sekolah Dasar
Perumusan masalah
Maka penulis merumuskan masalah ini, yaitu:
1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam untuk anak dalam keluarga muslim?
2. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan pendidikan Agama Islam pada anak?
D. Tujuan Peneliti dan Manfaat . Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Agama Islam pada
anak dalam keluarga muslim.
b) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh
keluarga Muslim dalam Pendidikan Agama Islam pada anak.
. Manfaat Penelitian
a) Sebagai pedoman bagi orang tua dalam mendidik anak yang
berkonsepkan Islam
b) Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang membutuhkan
tentang konsep dan teori Pendidikan Agama Islam untuk anak
dalam keluarga muslim.
c) Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui Pendidikan
6
E. Metode Penelitian . Jenis penelitian.
Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatif memproses pencarian
gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya
melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelbagai
kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di
dalam pelbagai kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam
menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya.6 Dengan demikian,
pendekatan kualitatif menekankan analisanya pada data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekata-katan
kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis tentang Konsep Pendidikan
Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim. Maka dengan sendirinya
penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library
Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan
sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Sedangkan dipilihnya metode deskriptif karena data yang dikumpulkan
berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan
apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.7 Selain itu, semua
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal
dari naskah atau dokumen lainnya.
. Teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
6
Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), ed. 1, h. 29-30
7
7
a. Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari
sumber-sumber informasi milik objek yang ditulis secara langsung
tanpa perantara penulis lainnya.
b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari
literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan
mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan seperti teks book,
jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini
guna mendapatkan landasan teoritis.
. Teknik analisis data.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis dekriptif yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek
penelitian dengan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.8 Analisis
data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis
dan diformulasikan sedemikian rupa hingga diperoleh kesimpulan yang
komprehensif.
. Sumber data penulisan.
Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data
penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu:
1. Sumber Data Primer.
Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari obyek yang diteliti.
2. Sumber Data Sekunder
Yang dimaksud data sekunder adalah data-data yang mendukung data
primer, yaitu buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan
penelitian ini.
8
8
BAB II
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum menguraikan tentang pengertian pendidikan agama Islam,
perlu kiranya penulis mengemukakan terlebih dahulu tentang pendidikan dan
agama Islam. Pendidikan pengertiannya dapat ditinjau dari segi bahasa dan
dari segi istilah. Dari segi bahasa “Pendidikan merupakan bentuk kata turunan
yang bentuk kata dasarnya didik dengan awalan pe dan akhiran an yang
mengandung arti cara-cara mendidik, memelihara, dan memberi latihan”.9
Sedangkan kata pendidikan yang umum di gunakan sekarang dalam
bahasa arab adalah “tarbiyah” ( ) dengan kata kerjanya Rabba ( ر) yang berarti mendidik, mengasuh”.10 Dalam bentuk kata benda masdar, kata Rabba
digunakan pula untuk pengertian Tuhan, karena Tuhan yang bersifat
memelihara, mengasuh bahkan mencipta. Hal ini dapat dilihat dalam Quran
yang berbunyi :
Éb
>
§
‘
$
y
ϑ
ß
γ
÷
Η
x
q
ö
‘
$
#
$
y
ϑ
x
.
’
Î
Τ$
u
‹
−
/
u
‘
#
Z
É
ó
|
¹
∩⊄⊆∪
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(QS. Al-Isra, 17:24)11
9
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Cet. Ke-1, h. 204
10
Ahmad Zuhri Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarya : Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996). Cet. Ke-1, h. 952
11
9
Prof H. M. Arifin Mengatakan bahwasannya “Pendidikan itu adalah
sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, dan menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.”12
Sedangkan menurut D. Marimba pada kata pendidilkan adalah
“Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.13
Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah ”Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.14
Dari berbagai definisi di atas, pada dasarnya menunjukan bahwa
pendidikan adalah usaha mengembangkan dan mengarahkan potensi yang
dimiliki peserta didik untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta
terbentuknya kepribadian yang utama memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai bidangnya. Dan usaha tersebut dilakukan secara sadar dan
sengaja ini membawa konsekuensi bahwa usaha itu harus dilaksanakan secara
teratur dan sistematis.
Kata Agama dikenal pula kata lainnya seperti Ad-din dari bahasa Arab
dan religi dari bahasa Inggris. Pengertian Din seperti yang dikemukakan oleh
Moenawar Chalil yang dikutip oleh Prof. Dr. Abudin Nata mengungkapkan
kata Din dalam masdar dari kata kerja “Dana Yadinu” yang antara lain seperti
12
M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-3, h.10
13
Ahmad D. marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung : PT. Al-Ma’rifat, 1989), Cet. Ke-8, h. 19
14
10
“cara” atau “adap”, kebiasaan, peraturan, perhitungan, hari kiamat, nasihat,
dan Agama.15 Pengertian-pengertian tersebut seluruhnya memperlihatkan
muatan, sifat, fungsi, dan kedudukan agama yang secara umum dapat
dimengerti dan dipahami dari misi dan perhatian itu sendiri.
Dapat kita lihat bahwa perkataan religi menurut Harun Nasution
berasal dari bahasa latin yang asal katanya adalah relage yang berarti
“Mengumpulkan, membaca” kemudian diinterprestasikan dari sudut muatan
yang terkandung didalam agama, yaitu agama merupakan kumpulan cara
mengabdi Tuhan yang terdapat didalam kitab suci. Adapula yang berpendapat
lain bahwa religi berasal dari sifat ajaran agama yang berarti mengikat para
pengikutnya.16 Fakta menunjukan bahwa dalam ajaran agama terdapat aspek
yang amat dominan berupa ikatan antara roh dan manusia dengan Tuhan.
Dari definisi di atas kata agama mempunyai pengertian yaitu suatu
peraturan atau norma-norma yang di tetapkan Allah melalui para Nabi yang
harus diyakini kebenarannya dan diamalkan perintahnya untuk dijadikan
sebagai pedoman hidup dan mengatur segala aspek kehidupan serta
membimbing manusia agar tunduk dan patuh terhadap peraturan Allah guna
mencapai kehidupan di dunia dan akhirat baik lahir dan batin.
Selanjutnya yang akan penulis uraikan adalah kata Islam. Islam berasal
dari bahasa Arab yaitu Aslama (
ا
) yang berarti selamat. Jadi seluruhmanusia yang dalam kehidupannya memeluk agama Islam berarti manusia
yang selamat atau yang terbaik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ali
Imran ayat 110.
15
Abudin Nata Al-quran dan Hadist, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.
Ke-7, h.2 16
11
ö
Ν
ç
GΖ
ä
.
u
ö
y
z
>
π
¨
Β
é
&
ô
M
y
_
Ì
÷
z
é
&
Ä
¨$
¨
Ψ=
Ï
9
t
βρ
â
÷
ß ù
'
s
?
Å
∃ρ
ã
÷
è
y
ϑ
ø
9
$
$
Î
/
š
χ
ö
θ
y
γ
÷
Ψ
s
?
u
ρ
Ç
t
ã
Ì
x
6Ζ
ß
ϑ
ø
9
$
#
t
βθ
ã
Ζ
Ï
Β
÷
σ
è
?
u
ρ
«
!
$
$
Î
/
3
ö
θ
s
9
u
ρ
š
∅
t
Β#
u
ã
≅
÷
δ
r
&
É
=≈
t
G
Å
6
ø
9
$
#
t
β%
s
3
s
9
#
Z
ö
y
z
Ν
ß
γ
©
9
4
ã
Ν
ß
γ
÷
Ζ
Ïi
Β
š
χθ
ã
Ψ
Ï
Β
÷
σ
ß
ϑ
ø
9
$
#
ã
Ν
è
δ
ç
s
Y
ò
2
r
&
u
ρ
t
βθ
à
)
Å
¡≈
x
ø
9
$
#
∩⊇⊇⊃∪
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110)17
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi Islam, di bawah ini
akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya pendapat
Drs. Salahudin Sanusi yang dikutip oleh H. Endang Syaifudin mengatakan
“Islam adalah bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin selain itu
Islam berarti perdamaian dan keamanan serta menyerahkan diri, tunduk, dan
taat.”18
Sementara itu Mahmud Syaltut yang masih dikutip oleh H. Endang
Syaifuddin mengemukakan “Islam adalah agama Allah yang diperintahkannya
untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok serta peraturannya kepada Nabi
Muhammad SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut
kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluk agama
Islam”.19
Dari pendapat-pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Islam adalah agama Allah yang diturunkan oleh umat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi manusia untuk mendapatkan
kehidupan yang damai, tentram, dan aman di dunia, dan mendapatkan
kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.
Menggabungkan ketiga pengertian di atas yakni “Pendidikan Agama
Islam itu adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94 18
Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam ( Jakarta : CV Rajawali Pers, 1989), h.73
19
12
untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber
utamanya adalah Al-quran dan Al-Hadist”.
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling
utama karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak
dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup
dan pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan baik dan
mendorong mereka untuk memperkuat pekerjaan yang mulia
Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak
menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke
lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak
supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu
mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan
teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-mencintai,
tolong-menolong dan nasehat-menasehati.20 Oleh sebab itu pendidikan agama
harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.
Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam
memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan
jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya.
Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti
akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti
aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
B. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setelah penulis membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam
yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya penulis bahas adalah dasar
pendidikan agama Islam itu sendiri. Menurut Ahmad D. Marimba dasar-dasar
20
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta :PT Hidakarya Agung,
13
pendidikan agama Islam adalah “Semua ketentuan dan ajaran yang
berasal dari firman Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya”.21
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam
adalah “ Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam
Al-Quran dan Hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan
pendidikan Agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan
Ibadah kepadanya”.22
Al-quran dan Sunnah merupakan sumber hukum dan ajaran Islam
yang menjadi pedoman hidup. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada
orang yang beriman untuk mengikuti petunjuk Al-quran dan Sunnah.
Sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 59.
$
p
κ
š
‰
r
'
‾
≈
t
ƒ
t
Ï
%
©
!
$
#
(
#
þ
θ
ã
Ψ
t
Β#
u
(
#θ
ã
è‹
Ï
Û
r
&
©
!
$
#
(
#θ
ã
è‹
Ï
Û
r
&
u
ρ
t
Αθ
ß
™
§
9
$
#
ç
…
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya)…” (QS.An-Nisa 59)23
Hal ini cukup beralasan karena Al-quran diturunkan kepada umat
manusia untuk memberi petunjuk kearah hidup yang lurus dalam arti memberi
bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT. Diantara sifat
orang mukmin adalah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah
SWT yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan.
Demikian pula sunnah Rasulullah yang mengandung ajaran-ajaran dan
perilaku Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung
didalam Al-Quran. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup
manusia. Semua kehidupan Rasul semata-mata untuk menjadi teladan bagi
umatnya. Ia adalah seorang guru dan pendidik utama.
Al-Quran maupun sunnah rasulullah adalah pedoman hidup yang
bersifat global, keduanya selalu membuka kemungkinan penafsiran yang
berkembang. Untuk itu diperlukan ijtihad sebagai lapangan untuk menggali
21
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 41
22
Zuhairini, MetodikKhusus Islam, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983). Cet. Ke-8, h. 23
23
14
nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam al-Quran
dan sunnah Rasulullah.
Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari pendidikan
agama Islam ialah Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah
dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa
yang sudah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam
pelaksanaannya.
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Apakah
kegiatan tersebut dalam proyek besar maupun kecil. Tujuan harus
dirancangkan agar sebuah rencana atau kegiatan dapat berjalan secara terarah
dan menghasilkan sesuatu.
“Pendidikan agama merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
merealisasi idealitas Islami yaitu mengandung nilai prilaku manusia yang
didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber
kekuasaan mutlak yang harus ditaati”.24
Selain itu tujuan pendidikan agama Islam dikemukakan oleh M. Arifin
beliau mengatakan “Esensi tujuan pendidikan agama Islam yang sejalan
dengan tuntutan Al-Quran adalah sikap penyerahan diri secara total kepada
Allah”.25
Dan tujuan pendidikan Agama Islam lebih lanjut menurut Prof. Dr.
Abudin Nata adalah “Membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang
bertaqwa kepada Allah SWT yakni melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan”.26
Tujuan ini tampaknya di dasarkan pada salah satu sifat dasar yang
cenderung menjadi orang yang baik, yakni kecenderungan untuk
24
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT Bina Aksara, 1987) Cet. Ke-1, h.
119
25
M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta : Golden Terayon, tth), h. 80
26
Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, (Jakarta : UIN Pres Jakarta,
15
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya, di samping
kecenderungan untuk menjadi orang yang jahat.
Jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan agama Islam identik
dengan tujuan hidup seseorang muslim, yaitu manusia yang selalu beribadah
setiap gerak hidupnya. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam adalah
menghasilkan manusia muslim yang mempunyai kepribadian sempurna
dengan pola taqwa yang berarti bahwa pendidikan agama Islam diharapkan
menghasilkan manusia yang berguna baik untuk dirinya maupun untuk
masyarakat, serta senang dan gemar mengamalkan ajaran agama Islam dalam
hubungan dengan pencipta, manusia sesamanya dengan lingkungan dan
dengan dirinya sendiri agar tercapai kebahagiaan dan keselamatan hidup
didunia dan di akhirat.
D. Metode Pengajaran Agama Islam
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
”metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu ”metha” yang berarti
melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. sehingga
dapat dipahami metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.27
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan
Islam, dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan
pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek
dan sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain inti metode dapat pula berarti sebagai
cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu
pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan
fungsinya adalah memberikan cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dan ilmu pendidikan tersebut.
27
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
16
Penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam
pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:
1) Metode pembiasaan
Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama Islam.28
2) Metode Keteladanan
Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” yang
berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik).
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam
upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Bila dicermati historis
pendidikan di zaman Rasulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah
satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan
adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberi
keteladanan dalam mendidik para sahabat.
3) Metode Pemberian Ganjaran
Yaitu penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas
prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran
dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak
didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.
4) Metode Pemberian Hukuman
Hukuman dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan “siksa”
dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar
undang-undang. Dalam istilah bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan
“iqab”. Perinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman
yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan
secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari
pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.
28
17 5) Metode Ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara
penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan
kepada siswa atau khlayak ramai. Sejak zaman Rasulullah metode
ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah
Saw dalam menyampaikan wahyu kepada umat.
6) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam sejarah
perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode
ini sering dipakai oleh Nabi Saw dan Rasul Allah.
Firman Allah Swt:
!
$
t
Β
u
ρ
$
u
Ζ
ù
=
y
™
ö
‘
r
&
∅
Ï
Β
y
7
Î
=
ö
6
s
%
ā
ω
Î
)
Z
ω%
y
`
Í
‘
û
Ç
rθ
œ
Ρ
ö
Ν
Í
κ
ö
s
9
Î
)
4
(
#
þ
θ
è
=
t
↔
ó
¡
s
ù
Ÿ
≅
÷
δ
r
&
Ì
ø
.
Ïe
%!
$
#
β
Î
)
ó
Ο
ç
GΨ
ä
.
Ÿ
ω
t
βθ
ç
Η
s
>
÷
è
s
?
∩⊆⊂∪
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Nahl 12: 43)29
7) Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk
memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban
alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar
mengajar. Metode ini bila digunakan dalam proses belajar mengajar
akan dapat merangsang murid untuk berfikir sistematis, kritis dan
bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk
memecahkan sebuah masalah.
8) Metode Sorogan
Metode sorogan adalah metode individual dimana murid
mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan guru
29
18
membimbingnya secara langsung. Pada prakteknya si santri diajari dan
dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalnya, atau lebih
jauh lagi menterjemahkan atau mentafsirkannya.
9) Metode Bandongan
Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran
dalam pendidikan islam, dimana siswa/santri tidak menghadap
guru/kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru
dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru
membacakan, menterjemahkan menerangkan kalimat demi kalimat
dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti
penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan
catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di
pesantren-pesantren tradisional.
10)Metode Mudzakarah
Metode mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar (PMB) dengan jalan mengadakan suatu
pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah
agama saja. Metode ini banyak digunakan oleh lembaga-lembaga
pendidikan yang disebut pesantren. Diantara tujuan dari metode ini
adalah untuk melatih santri agar terlatih dalam memecahkan
masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik
yang ada.
11)Metode Kisah
Metode kisah adalah suatu penyampaian materi pelajaran
dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik
benar atau berbentuk fiktif belaka saja.
12)Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam
penyajian bahan pelajaran kepada siswa. Guru memberikan sejumlah
tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian
19 13)Metode karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu cara pengajaran yang
dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik ke luar kelas untuk
dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya
dengan bahan pelajaran.
14)Metode Eksprimen
Metode eksperimen adalah suatu metode dimana murid
melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan
menggunakan media laboratorium.
15)Metode Drill/Latihan
Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan
pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai
anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.
16)Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk metode
belajar-mengajar dengan jalan mendramakan atau memerankan sejumlah aksi.
Metode ini bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang
lain, mengambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah serta
melukiskan bagaimana seharusnya seseorang bertindak atau bertingkah
laku dalam situasi social tertentu.
17)Metode Simulasi
Metode simulasi adalah salah satu dari sekian banyak cara
penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan
berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat
sesuatu. Metode ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat
memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan
bertindak sesuai dengan situasi yang dicapai.
18)Metode Kerja Lapangan
Metode kerja lapangan adalah suatu metode penyampaian
20
memegang bahan dimaksud sehingga anak didik faham benar tentang
bahan tersebut.
19)Metode Demonstrasi
Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan
menggunkan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bahan
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.
20)Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak
metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa
ke dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok
besar.30
E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Nur Uhbiyati mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam
adalah mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia
mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang
buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai
amaliah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana
dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah
ilmu pengetahuan kependidikan.31
Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegitan
kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam
bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:
1. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
2. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.
30
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 195 31
21
3. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.
4. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah SWT.
5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.
6. lapangan hidup seni budaya, agar menjadi hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.
7. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh
iman.32
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup
materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan
di sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Berbudi pekerti
luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, agama, bangsa dan
negara.
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat bertolak belakang
dengan ilmu pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah
upaya mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik
dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan
semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.
32
22
BAB III
ANAK DAN KELUARGA MUSLIM
F. Pengertian anak
Anak dalam bahasa Inggris disebut child. Dalam kamus lengkap
psikologi karangan J.P. Chaplin, child (anak; kanak-kanak) adalah seorang
anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan bergantung pada sifat
referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran
dan masa puberitas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa
pertumbuhan, masa kecil dan masa puberitas)33
Anak adalah keturunan yang kedua manusia, orang yang lahir dari
rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau khuntsa, sebagai hasil dari
persetubuhan antara dua lawan jenis.34
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang
masih kecil yang belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. 35 Sebagai manusia kecil yang belum dewasa, ia membutuhkan
bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan pendidiknya dalam
perkembangannya menuju kedewasaan.
Muhammad Sa’id Mursi menjelaskan bahwa, anak-anak memiliki
karakteristik; banyak bergerak dan tidak mau diam, sangat sering meniru, suka
menentang, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah,
33
J.P. Chaplin Kamus lengkap Psikologi, terj dari Dictionary of psychology, oleh Kartini Kartono, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004). Cet. Ke-9, h. 83
34
Tim Penyusun Ensiklopedia Hukum Islam, Ensklopedi Hukum Islam , (Jakarta : PT Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet. 1, h. 112
35
23
banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai
dorongan semangat, suka bermain dan bergembira, suka bersaing, berfikir
khayal, senang mendapatkan ketrampilan, perkembangan bahasanya cepat,
suka membuka dan menyusun kembali, berperasaan tajam.36
Beberapa ahli psikologi membagai tentang anak menjadi dua
kelompok yaitu anak awal dan anak akhir. Masa awal anak-anak adalah masa
secara umum kronologis ketika seseorang berumur antara 2-6 tahun. Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena
hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak,
yakni antara usia 6-12 tahun, di mana masa ini sering disebut sebagai masa sekolah.37
Berikut pengertian anak yang peneliti batasi pada fase usia 6 sampai 12
tahun atau fase anak sekolah dasar. Elizabeth B. Hurlock menyebutkan “ akhir
masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun
sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan
akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.38
G. Pengertian Perkembangan Anak
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang
dikatakan oleh Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara
kualitatif” ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan
beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemauan
seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak sturktur dari fungsi
yang kompleks.39
36
Muhammad Said Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, terj. Dari Fan Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam Oleh Ali Yahya, (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 16
37
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sedolah Dasar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.2, h. 6 38
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 146 39
24
Perkembangan dapat juga diartikan sebagai The Progressive and
Continous change in the organism from brith to death (suatu perubahan yang
progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati)
Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan.40
Jadi, perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan
perubahan yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling
berhubungan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan ini
bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat
huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis
akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat
otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami
bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu
memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan
berkembang, dan akan mampu mempelajari hal hal yang baru. Perkembangan
akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh
pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa
pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada
suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan
kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan
fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis.
H. Ciri-ciri perkembangan anak
Perkembangan yang penulis maksud disini adalah pada akhir masa
kanak-kanak yaitu masa sekolah :
40
Netty Hartati. Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2004) cet.
25
1. Masa yang menyulitkan, yaitu suatu masa dimana ia lebih banyak di pengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang tua
2. Usia yang tidak rapih, suatu masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan atau ceroboh dalam penampilan, meskipun peraturan
keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya.
3. Usia bertengkar, yaitu suatau masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua
anggota keluarga41
4. Usia penyesuaian diri karena anak-anak pada masa ini ingin meyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara
dan prilaku lainnya penyesuaian ini dirasakan anak, sehingga apabila ia
tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir,
menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti
dibandingkan dengan teman anak-anak lainnya yang popular.
Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badanya sudah cukup berkembang, telah banyak
pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah biasa menguasai
hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari
kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian
anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkesinambungan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru
dalam perkembangannya.
I. Fase-fase perkembangan anak
Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di
timang-timang dan di perlakukan seperti anak balita. Karena sekarang mereka
telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain42 :
41
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 147 42
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (PT: Remaja Rosdakarya,
26 1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti,
membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini yaitu masa pra
sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan
(berhayal) sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang
kepada cara berfikir konkrit dan rasional (dapat diterima akal) walau
sifatnya masih sangat sederhana. Periode ini ditandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan
(mengelompokan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan
atau menghitung angka-angka atau bilangan). Kemampuan yang berkaitan
dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan
dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak
dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau
lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama
manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
3. Perkembangan sosial
Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan social pada anak-anak sekolah dasar ditandai
27
dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, teman sekelas,
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.43
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
sendiri (egosentris) kepada sifat yang kooperatif (bekerja sama) atau
sosiosentris (mau memperlihatkan kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya. Dan bertambah
kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok, dia merasa
tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dalam masyarakat.
Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan
orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila
anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana
emosionalnya stabil, maka perkembangan keluarga cenderung stabil. Akan
tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya
kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan
dengan sikap agresif, mudah mengeluh kecewa atau pesimis dalam
menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang
stabil.
Untuk itu seyogyanya orang tua senantiasa menciptakan suasana
yang tenang, tentram dengan kasih sayang. Walaupun masalah tidak dapat
dijelaskan dari kehidupan ini, namun penyelesaiannya haruslah dengan
sikap yang tenang dan mencari solusinya dengan kepala dingin
5. Pengembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar-salah atau
baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada umumnya,
mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
43
28
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan, karena informasi
yang diterima anak mengenali benar-salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua dan lingkungan sekolahnya, pada akhir usia ini,
anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan.
Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku
dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang
atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada
orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan
jujur, adil, dan bersikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan
suatu yang benar
J. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
Perkembangan tiap-tiap anak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan
atas tiga faktor, yaitu:
1. Faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.
Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah:
a. Bakat atau pembawaan, anak dilahirkan dengan membawa bakat
tertentu. Bakat ini diumpamakan dengan bibit. Misalnya bakat musik,
seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya. Dengan demikian
jelaslah bahwa bakat atau pembawaan mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan individu.
b. Sifat-sifat keturunan, sifat-sifat keturunan yang individu dipusatkan
dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.
c. Dorongan dan instink, dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong
manusia melakukan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan
29
menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimanan cara-cara
melakasanakan dorongan batin.44
2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu
Di antara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan
individu adalah:
a. makanan, makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu.
b. Iklim, iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap
perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim, alam dan udara
mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada di
iklim yang bersangkutan.
c. Kebudayaan, latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banyak juga
mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang
budaya desa keadaan jiwanya masih murni. Lain halnya dengan
seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi
oleh kebudayaan asing.
d. Ekonomi, latar belakang ekonomi juga mempengaruhi perkembangan
anak. Orang tua yang ekonominya lemah, yang tidak sanggup
memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik, sehingga
menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak.
e. Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga. Kedudukan anak dalam
lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangan anak. Bila
anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua
tercurah kepadanya, sehingga ia cendrung memiliki sifat-sifat seperti,
manja, kurang biasa bergaul dengan teman-teman sebaya.
44
Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
30 3. Faktor-faktor Umum
Faktor-faktor umum maksudnya unsur-unsur yang dapat digolongkan
dalam kedua penggolongan tersebut diatas, yaitu faktor dari dalam dan dari
luar diri individu.45
Diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan
individu adalah:
a. Intelegensi, intelegensi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkemabagan anak. Tingakat intelegensi yang erat
kaitannya dengan kecepatan perkembangan, misalnya anak yang
cerdas sudah dapat berbicara pada usia 11 bulan, anak yang rata-rata kecerdasannya pada usia 16 bulan, bagi kecerdasan yang sangat rendah pada usia 34 bulan, sedangkan bagi anak-anak idiot baru bisa bicara pada usia 52 bulan.
b. Jenis kelamin, jenis kelamin juga memegang peranan yang penting
dalam perkembangan fisik dan metal seseorang. Dalam hal anak yang
baru lahir misalnya. Anak laki-laki sedikit lebih besar dari pada anak
perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat dari
pada anak laki-laki.
c. Kesehatan, kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang
mempengaruhi perkembangan individu mereka, kesehatan mental dan
fisiknya baik dan sempurna akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan yang memadai.
d. Ras, ras juga turut mempengaruhi perkembangan seseorang, misalnya
anak-anak dari ras Mediterranean (sekitar laut tengah) mengalami
perkembangan fisik lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari
bangsa-bangsa Eropa Utara.46
Jadi, ketiga faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk mencapai tingkat kematangan tergantung pada
sikap ibu dan ayah dalam menjaga dan memelihara anak dengan baik sesuai
45
Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), cet.2, h. 32 46
31
kebutuhan dan perkembangannya. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan baik
jika orang tuanya tidak memiliki pengetahuan dan tidak mengetahui hikmah
dari anak itu sendiri sebagai orang tuanya.
K. Pengertian Keluarga Muslim
Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kerabat
yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu