• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK DALAM KELUARGA PERANTAU MUSLIM DI DESA GUWO KEC. KEMUSU KAB. BOYOLALI 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK DALAM KELUARGA PERANTAU MUSLIM DI DESA GUWO KEC. KEMUSU KAB. BOYOLALI 2018 - Test Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROBLEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK DALAM KELUARGA PERANTAU MUSLIM

DESA GUWO KEC.KEMUSU KAB.BOYOLALI

2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Tutik Mutmainah

NIM : 111-14-196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PROBLEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK DALAM KELUARGA PERANTAU DESA GUWO

KEC KEMUSU KAB BOYOLALI TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

TUTIK MUTMAINAH

NIM : 111-14-196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

ْسُعْلا َعَم نِإ

اًرْسُي ِر

“Sesungguhnya, sesu

dah kesulitan itu ada kemudahan". (Q.S

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayan-Nya dalam menyelesaikan karya ini. Kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Harno dan Bu Sadiyem). Terima kasih atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta pengorbanan tanpa pamrih.

2. Kakak-kakakku dan juga sepupuku (Rofiah, Martiah, Sri Widarto, Siti Khotijah dan Anis Maya S) yang telah memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepadaku.

4. Ibu Dr, Muna Erawati, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman terbaikku Nurma’ruf Setya Aji yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan do’a.

6. Sahabat-sahabatku (Rika, Uky, Tabaini, Eka, Rini, Tari ) yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014. Farida,

Nely, Endah, Hani, Puri teman-teman satu bimbingan zum, okta dan lain-lain yang telah memberikan semangat.

8. Kepala Desa Guwo yang telah mengizinkan melakukan penelitian di Guwo.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah menuntun manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu. Siti Rukhayati M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Dosen Pembimbing Ibu DR. Muna Erawati, S. Psi, M.Si yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Dosen pembimbing Akademik Pak Sutrisna yang telah membantu

penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Kepada Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan pengalaman dengan penuh kesabaran.

(10)

x

(11)

xi ABSTRAK

Mutmainah, Tutik. 2018. Problem Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi Anak Dalam Keluarga Perantau Muslim , Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, S.Psi, M.Si.

Kata Kunci: Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, Keluarga Perantau

Pendidikan Agama Islam adalah unsur yang sangat penting dalam pendidikan moral dan mental. Untuk memperoleh hasil yang baik harus dimulai dari unit terkecil yaitu, keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam mewujudkan anak yang religius. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksaaan pendidikan agama Islam bagi anak dalam keluarga peratau di Desa Guwo tahun 2018. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi anak dalam keluarga perantau yang ada di lingkungan Guwo? (2) Apa sajakah problem yang dihadapi dalam pelaksanaaan Pendidikan Agama Islam bagi anak? (3) Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan orang tua perantau dalam mengatasi problem tersebut?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Keterlibatan secara langsung dan aktif dengan informan dan sumber data lainnya di sini diperlukan, sedangkan langkah analisis data dilakukan dengan display data, reduksi data dan verifikasi data. Karakteristik data yang diteliti adalah orang tua baik ayah maupun ibu dari anak keluarga perantau dan anak dalam keluarga perantau. Usia putra-putri berkisar 6 sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari orang tua dan anak dalam 3 keluarga perantau.

(12)

xii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Sistematika Penulisan... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pendidikan Agama Islam... 11

a. Pengertian Pendidikan ... 11

b. Pengertian Agama ... 12

c. Pengertian Islam ... 13

d. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 13

e. Pendidikan Agama Islam yang harus ditanamkan terhadap Anak ... 15

f. Metode yang harus diterapkan dalam proses pendidikan anak dikeluarga ... 20

g. Tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam ... 22

2. Keluarga ... 24

(13)

xiii

b. Jenis Keluarga ... 25

c. Fungsi Keluarga ... 28

d. Pengasuhan Anak ... 31

B. KAJIAN PUSTAKA ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Pendekatan Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 38

D. Sumber Data ... 38

E. Metode Pengumpulan Data... 39

F. Teknik Analisis Data... 40

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 42

H. Tahap-tahap Penelitian ... 42

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 45

A. Paparan Data ... 45

1. Keadaan Penduduk ... 45

2. Data Informan... 49

3. Profil Subyek Penelitian ... 49

a. Profil Keluarga Ibu SD ... 49

b. Profil Keluarga Bapak MH ... 50

c. Keluarga Ibu TR ... 51

4. Temuan Penelitian ... 51

a. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau ... 51

b. Problem pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau ... 57

c. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam mengatasi problem tersebut ... 60

5. Analisis Data ... 63

a. Cara mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau ... 63

b. Problem dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau ... 67

c. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan orang tua perantau dalam mengatasi problem tersebut... 69

BAB V PENUTUP ... 72

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 45

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 47

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 48

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Setelah Penelitian Lampira 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Verbatim Wawancara Lampiran 7 Dokumentasi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Pendidikan Agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan Agama juga menjadi tanggung jawab keluarga dan pemerintah (Zakiah Darajat, 2011:86).

Jadi pada hakikatnya pendidikan bertujuan untuk membimbing anak menuju kedewasaan. Selain itu pendidikan juga mengajarkan pada anak tentang tugas kehidupannya, sehingga anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.

Menurut Ditbinpasiun “Pendidikan Agama Islam adalah suatu

(18)

2

akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran Agama Islam yang dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dan akhiratnya kelak”. Berkaitan dengan

pendidikan maka Islam telah memerintahkan menuntut ilmu sejak dari kandungan sampai keliang kubur. Artinya sejak anak dalam kandungan sikap ibu, amal perbuatan ibu akan dapat mempengaruhi anak yang dikandungnya.

Dengan demikian, anak yang kurang latihan-latihan keagamaan sejak kecil, kurang teladan langsung dari orang tua, atau kurang perhatian dan kontrol langsung dari orang tua, ia akan menjadi tidak terbiasa untuk menjalankan ajaran agamanya, misal sholat, sehingga kurang tertanamlah dalam jiwa pada anak tentang nilai-nilai atau keyakinanan tentang agama.

Anak merupakan anugrah, karunia, dan amanat Allah SWT sebagai hasil pernikahan yang dijaga, dibina, dan dibimbing. Anak adalah buah hati belahan jiwa, tempat tempat bergantung dan generasi penerus dan cita-cita orang tua. Dengan demikian orang tua mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anaknya dalam situasi dan kondisi apapun juga. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab orang tua pada anaknya adalah membimbing anak agar menjadi hamba yang taat menjalankan ajaran agama (Fatah Yasin, 2008:206).

(19)

3

memiliki kewajiban untuk membimbing dan mendidik anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah berpengaruh terhadap anak kedepannya. anak akan berpegang teguh pada keyakinannya tergantung pada didikan orangtuanya. Karena sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi orang tua untuk mendidik anaknya. Orang tua adalah pendidik utama dan terutama sebelum anak mengenal dunia luar. Kewajiban ini dipertegas dengan Q.S At-Tahrim: 6

ةَكِئ َلََم اَهْ يَلَع ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

َنوُرَمْؤُ ي اَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأ اَم َهَّللا َنوُصْعَ ي َلَ داَدِش ظ َلَِغ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim 6).

Keluarga merupakan tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota-anggota keluarga lainnya ( Zuhairini, 2004: 177). Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah, oleh karena itu melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara “benar” sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara

(20)

4

Jadi tugas utama keluarga bagi anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.

Lingkungan Guwo merupakan dukuh dari Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Kebanyakan dari penduduk warganya adalah perantau. Penduduk merantau ke luar daerah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Pekerjaan merantau ini begitu banyak menyita waktu dan perhatian, sehingga dapat mengurangi perhatian orang tua terhadap pendidikan agama bagi anaknya.

Dengan banyak tersitanya waktu dan perhatian mereka itu, maka banyak anak-anak yang ditinggal di rumah, kurang mendapat perhatian, terutama dalam pendidikan agama Islamnya. Padahal anak merupakan bibit-bibit generasi muda penerus keluarga dan bangsa yang butuh perhatian dan bimbingan untuk mencapai cita-cita keluarga dan bangsa tersebut. Secara psikologis peran dan perhatian orang tua sangat terhadap pendidikan anaknya memiliki daya dorong yang kuat untuk menciptakan anak yang berjiwa baik. Oleh karena itu peran orang tua memang menentukan sekali dalam pendidikan Islam bagi anak-anaknya. Beberapa contoh interaksi antara orang tua dan anaknya yang bisa dilakukan dalam bimbingan keagamaan adalah semisal:

1. Menciptakan suasana yang agamis dan spiritual yang sesuai, baik di rumah maupun di luar rumah.

(21)

5

Namun contoh interaksi tersebut tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh beberapa keluarga perantau di Dusun Guwo, karena mereka tidak berkumpul dengan anak-anaknya setiap harinya. Walaupun demikian, ada beberapa keluarga perantau yang hidup harmonis walaupun mereka berjauhan. Artinya orang tua dapat memantau anak-anak mereka, meskipun hanya lewat telepon. Anak-anak mereka dapat menjadi orang sukses yang memiliki pendidikan agama Islam seperti anak-anak yang didampingi secara langsung orang tuanya.

Berdasarkan uraian di atas dan melihat fenomena yang telah dikemukakan maka peneliti ingin mengadakan penelitian tentang

“Problem Pelaksanaaan Pendidikan Agama Islam bagi Anak dalam

Keluarga Perantau Muslim di Desa Guwo Kec Kemusu Kab

Boyolali”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak dalam keluarga perantau yang ada di lingkungan Guwo?

2. Apa sajakah problem yang dihadapi dalam pelaksanaaan Pendidikan Agama Islam bagi anak?

(22)

6 C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak dalam keluarga perantau yang ada di lingkungan Guwo.

2. Mengetahui problem-problem yang dihadapi dalam pelaksanaaan Pendidikan Agama Islam bagi anak.

3. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan orang tua perantau dalam mengatasi problem tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pendidikan agama Islam bagi anak-anak dalam keluarga perantau. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Secara Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini memberi sumbangan pemikiran pelaksanaan Pendidikan Agama Islam khususnya lembaga informal (keluarga) dalam menghadapi perkembangan zaman.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu pendidik dan orang tua dalam mendidik anak khususnya bagi keluarga dengan tipe perantau.

E. Penegasan Istilah

(23)

7

penulis merasa perlu untuk memberikan penegasan terlebih dahulu pada istilah-istilah yang terdapat dalam judul, dan pembatasan misalnya sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Implementasi dari pengertian ini, pendidikan Agama Islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan dikatakan bahwa pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi yang lain. Implementasi lebih lanjut, pendidikan Agama Islam harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum peserta didik memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu yang lain (Muhaimin, 2001:76). Bahkan sejak dalam kandungan anak sudah bisa diajarkan PAI.

Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha orang tua dalam menyiapkan anaknya untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.

2. Anak

(24)

8

setiap orang tua. Sejak lahir anak telah diberikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya di masa depan (Khorida & Fadillah, 2014:44). Yang penulis maksudkan adalah anak dari keluarga para perantau di Dusun Guwo yang berumur antara 6-12 tahun, atau anak usia sekolah. Sebagai individu anak, secara psikologis masih membutuhkan bimbingan dan didikan dari kedua orang tuanya, dan secara ekonomis mereka masih bergantung atau menjadi tanggung jawab kedua orang tua sepenuhnya.

3. Keluarga Perantau

Keluarga adalah lingkungan yang pertama berinteraksi dengan anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama karena anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan ( Hasbullah, 2009:38).

Dalam kaitannya dengan pendidikan agama Islam, keluarga yang dimaksud disini adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak dalam kelurga perantau.

Perantau, berasal dari kata “rantau” yang artinya daerah

(tanah,negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah di luar kampung halaman. Mendapat awalan pe- menjadi perantau yang artinya “orang yangmencari penghidupan, ilmu dan sebagainya di negeri orang, atau pengembara atau orang asing” (Daryanto, 1997: 503).

(25)

9

beberapa saat di daerah rantau kemudian pulang ke kampung halaman, dan setelah itu kembali lagi ke daerah rantau mereka, begitu seterusnya. Ketika mereka di daerah rantau, anak-anak mereka ditinggalkan di rumah atau di kampung halaman.

Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “Problem Pendidikan Agama Islam bagi Anak dalam Keluarga

Perantau Muslim adalah Problem apa saja yang dihadapi oleh keluarga perantau dalam melaksanakan pendidikan Agama Islam bagi anak (sebagai wujud dari pendidikan informal) dan bagaimana upaya pemecahan yang dilakukan para perantau di Lingkungan Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali”.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi anak dalam keluarga perantau di Desa Guwo kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali .

(26)

10

Islam , keluarga, jenis keluarga, fungsi keluarga,dan pengasuhan anak.

BAB III bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali, sumeber data, analisis data, dan pengecekan keabsahan

BAB IV bagian ini berisi tentang paparan dan analisis data tentang gambaran umum lokasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali yang mencakup profil setiap keluarga, mata pencaharian, dan jumlah keluarga yang di tinggal merantau. Berisi tentang bagaimana cara oang tua mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada anaknya.

(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa (Hasbullah, 2009:1). Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Sudirman, 1992:4).

(28)

12

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang diberikan orang dewasa dalam menanamkan, membina dan mengembangkan potensi setiap anak didik agar menjadi manusia utama yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan mempunyai ketrampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

b. Pengertian Agama

Agama secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”.

(29)

13

mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun (Jalaluddin, 1996:12).

c. Pengertian Islam

Secara Etimologi kata barasal dari bahasa Arab yaitu: Salam

yang artinya selamat, aman, setosa, yaitu aturan hidup yang menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Aslama yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang menyerahkan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawarmenawar. Silmun yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni Agama yang mengajarkan hidup yang damai dan selamat. Sulamun yang artinya tangga, kendaraan yakni peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada kehidupan yang bahagia.

Secara terminologi Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

d. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam menurut para ahli juga beragam, sebagaimana yang dikemukakan berikut ini:

Menurut H. M. Arifin: “Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang

(30)

14

dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan”.

Menurut Abdurrahman Shaleh: “Pendidikan agama Islam

adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadi dasar Way Of Life

Menurut Ahmad D. Marimba: “Pendiidkan Islam adalah usaha

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.

Menurut Kamrani Buser. “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang merajuk kepada Alquran dan Sunnah”. Sebagai instrumen

kehidupan pendidikan adalah upaya manusia untuk mengembangkan kualitas hidup untuk dunia dan akhirat. Dengan kata lain, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia (Masdub, 2015:2-3).

(31)

15

e. Pendidikan Agama Islam yang harus ditanamkan terhadap Anak Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah, syariat, dan akhlak. Ketiga ajaran pokok ini selengkapnya akan dijeskan sebagai berikut:

1). Akidah

Secara etomologis, akidah adalah berasal dari kata „aqada yang berarti ikatan atau keterkaitan, dua utas tali dalam satu

buhul yang bersambung.Aqad berarti pula “janji”, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Secara terminologi, akidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan (Ahamd Taufiq & Muhammad Rohmadi, 2011:15). Pendidikan Islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah Islamiyah, di mana akidah itu merupakan inti dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan firman Allah:

ميِظَع ٌمْلُظَل َكْرِّشلا َّنِإ ۖ ِ َّللَّاِب ْكِرْشُت َلِ َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُهَو ِهِنْب ِلِ ُناَمْقُل َلاَق ْذِإَو

ٌٌ

Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku janganlah kamu

(32)

16

benar-benar merupakan kedlaliman yang besar,” (QS.

Luqman:13).

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoaman hidup seorang muslim. Dengan demikian pendidikan agama dalam keluarga menurut Islam hendaknya dikembalikan kepada pola pendidikan yang dilaksanakan Luqman dan anaknya. Dapat dikatakan bahwa Islam bukan hanya sekedar agama ritual belaka, dan bukan sekedar ide-ide teologi atau kepasturan, akan tetapi Islam adalah suatu kehidupan tertentu, di mana setiap muslim dan seluruh kaum muslim wajib menjalani kehidupan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam hukum syar’i (Mansur, 2005:325-326).

Pokok bahasan Akidah Islam dibagun atas enam dasar keimanan yang disebut Arkanul Iman (rukun iman), yang tersimpul dalam syahatain (dua kalimat syahadat). Rukun iman merupakan pokok bahasan aqidah Islam, terdiri dari iman kepada: Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhirat, dan ketentuan Alla (qadha dan qadar).

b). Syariat

(33)

17

baik, yaitu nilai-nilai agama yang diungkapkan secara fungsional dan dalam makna yang konkret, yang ditunjukan untuk mengarahkan kehidupan manusia(Nina Aminah,2014:66). Firman Allah SWT dalam al-Qur’an menyebutkan:

َنوُمَلْعَ ي َلَ َنيِذَّلا َءاَوْهَأ ْعِبَّتَ ت َلََو اَهْعِبَّتاَف ِرْمَْلْا َنِم ٍةَعيِرَش ٰىَلَع َكاَنْلَعَج َّمُث

Kemudian kami jadikan kamu (Muhammad) berada di atas

suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka

ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu

orang-orang yang tidak mengetahui (QS. Al-Jatsiyah[45]:18).

Ada tujuh kata yang seakar dengan syariat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Sementara itu syariat berarti aturan hidup, pedoman hidup, dan jalan, yang harus diikuti untuk kebahagiaan hidup.

Syariat Islam pada dasarnya terbagi atas dua bagian besar; 1. Ibadah, yaitu tata cara aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya, dendan cara yang diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah. Ibadah yang dimaksud ialah merupakan pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam Arkanul Islam (rukun-rukun Islam), antara lain: Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji.

(34)

18

oleh Nabi SAW. Beliau hanya meletakkan prinsip-prinsip dasar, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat. Ibadah ini mencakup aturan-aturn keperdataan. Seperti hubungan yang menyangkut ekonomi, bisnis, jual-beli, utang-piutang, perbankan, perkawinan, pewarisan dan sebagainya. Juga aturan-aturan hukum atau hukum publik, seperti pidana, tata negara (Ahmad Taufiq & Muhammad Rohmadi, 2011:20-24). c). Akhlak

perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab, “khuluqun

artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Persesuaian dengan “khalqun” yang berarti: kejadian, erat

hubungannya dengan “khaliq” dan makhlauq yang berarti

diciptakan.

(35)

19

manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah) (Mansur, 2005:221-222). Dilihat dalam kehidupan sehari-hari akhlak Islam dibagi

menjadi tiga pokok, yaitu: 1. Akhlak terhadap Allah

Akhlak kepada Allah adalah tidak menyekutukan Allah,bertaqwa kepada Allah mencintai Allah dan yang paling penting adalah percaya bahwa Allah itu ada dan abadi.

2. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak ini bisa dilakukan dengan siapa saja seperti, kepada diri sendiri, teman, orang tua, keluarga, dan masyarakat. Akhlak terbagi menjadi dua jenis yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah ialah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik), yang biasa juga dinamakan fadlilah (kelebihan/keutamaan). Sedangkan akhlak

madzmumah adalah segala tingkah laku yang tercela/jelek. Diantara akhlak mahmudah yang dikemukakan ahli akhlak dan tasawuf meliputi. Setia (al-amanah), pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil (adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya‟), berani (saja‟ah).

(36)

20

(albuhtan), minum khamar (al-khamru) khianat (al-khianat), aniaya (ad-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fayahisy), amarah (al-ghadhab).

3. Akhlak terhadap Lingkungan

Ahklak terhadap lingkungan di antaranya akhlak kepada tumbunhan, hewan, benda-benda tidak bernyawa. Dalam hal ini manusia harus selalu menjaga dan tidak boleh merusak apa yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini (Nina Aminah, 2014:69-73).

f. Beberapa Metode yang harus diterapkan dalam proses pendidikan bagi anak di keluarga:

1. Metode Keteladanaan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan berbakti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos kerja. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan siswa.

2. Metode Pembiasaan

(37)

21

orang tua memberikan hak dan kewajiban kepada anak dengan pengajaran, pembiasaan, dan pendidikan akhlak.

3. Metode kisah

Metode kisah atau cerita mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal. Kisah tentang sejarah atau kejadian di masa lalu dapat diambil hikmahnya. Misalnya kisah tentang kaum atau orang yang durhaka kepada Allah. Dengan menanyakan kembali setelah bercerita kepada anak apa akibat dari orang tentang kaum yang tidak mengikuti jalan yang benar dapat berpengaruh pada jiwa dan akal.

4. Metode Nasihat

Orang tua memberikan nasihat kepada anaknya, sebab metode nasihat dapat membukakan mata hati anak tentang sesuatu dan mendorongnya kepada situasi yang lebih baik, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta memberikan dengan prinsip-prinsip keteladanan islam.

5. Metode Ganjaran dan Hukuman

(38)

22

Langkah-langkah yang dilakukan seperti pengamalan berupa gambaran yang jelas perihal yang akan dipelajari, pembiasaan keutamaan dapat membentuk sikap kepribadian anak yang dilaksanakan dalam ruang lingkup proses pengaruh mempengaruhi dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Keteladaan dengan memperkenalkan dan memebri tempat yang utama kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan yang baik. Penghayatan nilai-nilai Islam dengan memberi motivasai seseorang untuk mengamalkan nilai-nilai tertentu dalam wujud perbuatan dan tingkah laku terpuji (Helmawati, 2001:57).

Dalam pendidikan agama Islam bagi anak ada hal pokok yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya yaitu pendidikan Akhlak yang diterapkan untuk usia anak 6 tahun ke atas.

g. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

(39)

23

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2012:134-135).

Menurut Muhammad Hafidz dan Kastolani (2009:28) tujuan pendidikan Agama Islam adalah mewujudkan seorang

mu’min yang takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya,

memperbaiki ibadahnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam bertujuan agar siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia (Muhaimin, 2004:78).

Jadi tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali anak dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhakul karimah.

(40)

24 2. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Secara bahasa adalah ibu bapak dengan Anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggungjawabnya, sanak saudara, kaum kerabat, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Dengan demikian, berkeluarga adalah berumah tangga, menikah dan bersanak saudara.

Adapun batasan keluarga menurut ilmu kesehatan masyarakat adalah sebagaimana dijelaskan dalam beberapa poin berikut ini. 1). Sub Dit perawatan kesehatan Masyarakat Dep. Kes. RI (1983)

Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusian yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil, dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, mereka hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal), biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk.

2). Departemen Kesehatan RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang kumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 3). Salvicion G. Bailon dan Aracelis Magiaya (1989)

(41)

25

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Nina Aminah, 2014:143-144).

Dari ketiga batasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah unit kecil masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memliki hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah tangga dibawah asuhan kepala rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan setiap amggota kelurga menjalankan peranannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.

b. Jenis Keluarga

` Ada dua jenis utama dari keluarga yaitu: keluarga inti (nuclear family) dan keluarga batih (extended family).

1). Keluarga Inti

(42)

26

pada orang tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.

2). Keluarga Batih

Keluarga batih adalah keluarga yang di dalamnya menyertakan posisi lain selain ketiga posisi di atas (Lee, 1982). Dalam hal ini keluarga batih juga digunakan untuk menyebut anggota jaringan yang masih memiliki kedekatan karena hubungan perkawinan, misalnya keluarga besan, atau karena kesamaan pengalaman historis, misalnya seperantauan, sepondokan. Bentuk pertama dari keluarga batih yang banayk ditemui di masyarakat adalah keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi manakala seorang anak, dan hanya seorang, yang sudah menikah masih tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari keluarga batih adalah keluarga berumpun (lineal family). Bentuk ini terjadi maanakala lebih dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Bentuk ketiga dari keluarga batih adalah keluarga beranting (fully extended). Bentuk ini terjadi manakala di dalam suatu keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan tetap tinggal bersama.

(43)

27

4). Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami

dan istri tanpa anak.

5). Single Parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

6). Commuter family, yaitu suami istri/ keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tetentu, keduanya saling mencari waktu-waktu tertentu.

7). Keluarga Single Adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

8). The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

9). Blended family, yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya(Wahid Iqbal, 2006:6-7)

c. Fungsi Keluarga

(44)

28 1. Fungsi Keagamaan (religius)

Sebagai sarana awal memperkenalkan nilai-nilai religius kepada anggota kelurga baru. Dalam proses sosialisai ini, interaksi antar anggota keluarga berlangsung secara intens. 2. Fungsi Sosial-Budaya

Keluarga merupakan latihan proses sosialisai nilai yang berlaku dalam masyarakat kepada para anggotanya, sekaligus keluarga juga memberikan prestise dan status kepada anggota-anggotanya. Fungsi ini ditanamkan bertujuan untuk memberikan identitas sosial kepada keluarga itu, termasuk anggota keeluarga baru . budaya diwariskan awalnya dalam institusi ini.

3. Fungsi cinta kasih

Fungsi ini telah digarisbawahi secara amat jelas dan populer oleh Al-Qur’an yang diistilahkannya dengan mawaddah dan rahmah dan terhadap anak qurrata a‟yun (penyejuk mata).

4. Fungsi Rekreatif

(45)

29 5. Fungsi Melindungi (protektif)

Keluarga melindungi anggota-anggotanya dari rasa takut, khawatir ancaaman fisik, ekonomis dan lainnya. Artinya keluarga merupakan tempat pemecahan masalah-masalah tersebut.

6. Fungsi Reproduksi

Keberlangsungan keluarga dilanjutkan melalui proses

regenerative, dalam hal ini keluarga adalah wadah yang sah dalam melanjutkan proses regenerasi itu.

7. Fungsi Edukasi

Keluarga memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anggotanya, terutama anak-anak. Orang tua biasanya merupakan figur sentral dalam proses pendidikan dalam keluarga.

8. Fungsi Ekonomi

Kesejahteraan keluarga akan tercapai dengan berfungsinya dengan baik fungsi ekonomi ini. Keluarga yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.

9. Fungsi Pembinaan Lingkungan

(46)

30

dan positif, sehingga lahir nilai dan norma luhur yang sesuai dengan nilai ajaran agama dan budaya masyarakat( Ahmad Taufiq & Muhammad Rohmad,2011,88-96).

d. Pengasuhan Anak

Pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua menurut Hurlack yang dikutip oleh Chabib Thoha, yaitu:

1. Pola asuh otoriter

(47)

31

Tipe otoriter dan ini mempunyai ciri-ciri seperti berikut di bawah (Lestari & Ngatini, 2010:6);

a) Umumnya dianut oleh masyarakat kelas bawah/pekerja

b) Didominasi oleh hukum fisik dan kata-kata kasar. c) Menuntut kepatuhan semata

d) Terlalu banyak aturan

e) Orang tua bersikap mengharuskan anak melakukan sesuatu tanpa kompromi

f) Bersikap kaku dan keras

g) Cenderung emosional dan bersikap menolak Kelebihan dari model ini adalah sebagai berikut;

a) Anak menjadi disiplin dan teratur

b) Anak menguntungkan jika orang tua dan pondasi agamanya kuat

Tipe anak yang dihasilkan adalah sebagai berikut; a) Mudah tersinggung

b) Penakut

c) Pemurung dan tidak bahagai d) Mudah terpengaruh

e) Mudah stres

(48)

32 2. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, kemudian anak diberi kesempatn untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua.

Ciri umum dari tipe ini adalah :

a) Umumnya memprioritaskan pengembangan IQ dan EQ

b) Identik dengan model Barat tetapi masih mengindahkan nilai budaya dan budaya ketimuran c) Hukuman lebih condong kepada hukuman

psikologis

d) Mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya Kelebihan dari tipe pola asuh ini adalah sebagai berikut:

a) Pendapat anak menjadi tertampung b) Anak belajar menghargai perbedaan c) Pikiran anak menjadi optimal d) Pola hidup anak menjadi dinamis Kelemahannya adalah sebagai berikut:

a) Lebih kompleks, sehingga rawan konflik

(49)

33 3. Pola asuh laisses fire/permisif

Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikenhendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya.

Tipe laisses fire/permisif ini mempunyai ciri-ciri seperti: a) Umumnya dianut oleh masyarakat tingkat

menengah ke atas/sibuk

b) Biasanya melanda keluarga yang dasar agamanya kurang

c) Keluarga yang berpaham liberal

d) Identik dengan gaya hidup Barat yang tidak mengindahkan nilai-nilai ketimuran

e) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya

f) Membuat anak merasa diterima dan kuat g) Toleran dalam memahami kelemahan anak h) Suka memberi daripada menerima

Anak yang dihasikan biasanya adalah sebagai berikut; a) Penuntut dan tidak sabaran

(50)

34

d) Sukar mengendalikan diri e) Pandai mencari solusi f) Prestasi rendah

g) Anak kreatif dan mandiri

h) Mempunyai jiwa kepemimpinan yang lebih baik Kelemahannya adalah sebagai berikut;

a) Akibat fatal adalah anak menjadi rusak badan dan akhlaknya

b) Anak menjadi overacting

c) Anak menjadi penentang dan suka diatur d) Anak menjadi sombong

B. Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil kajian penulis, penelitian semacam yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di antaranya:

1. Faiz Khuzaimah (IAIN SALATIGA, 2016), dalam skripsi yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Nelayan Rawa Pening

(51)

35

Desa Rowoboni? 3) Bagaimana upaya orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam anak nelayan di Desa Rowoboni?

2. Ernawati (UMS, 2002), dalam tesisnya yang berjudul “Hubungan

Pendidikan Agama di Keluarga dengan Pergaulan Anak di Desa

Bayam Kecamatan Weru”, menyimpulkan tentang pokok-pokok

Pendidikan Agama pada masa puber, yaitu:

a. Orang tua harus mengerti perasaan dan gagasan anaknya. b. Orang tua harus tegar dan jujur dalam mendidik anak mereka. c. Bergaul dengan anak sesuai dengan perasaan dan pengetahuan

mereka.

d. Orang tua harus dapat menahan diri apabila melihat anaknya mengalami kesalahan.

3. Anang Fared Wahyudi (UMS, 2008), dalam skripsinya yang berjudul“Hubungan antara Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

dengan Kenakalan Remaja pada Siswa SMA Al-Islam Surakart Tahun

Pelajaran 2007/2008”, menyimpulkan bahwa ada hubungan antara

pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan kenakalan remaja. Artinya, jika pendidikan agama Islam dalam keluarga sangat kurang, maka kenakalan remaja akan bermakna negatif. Namun sebaliknya, jika pendidikan agama Islam dalam keluarga meningkat, maka kenakalan remaja semakin berkurang.

(52)

36

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis pendekatan penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Hasan, 2002:33). Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menyajikan gambaran tentang pendidikan Agama Islam bagi anak dalam keluarga perantau.

B. Lokasi penelitian dan Waktu Peneltian

Lokasi penelitian yang sebagai obyek kajian dalam penyusunan skripsi ini adalah desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Adapum peneliti memilih lokasi di Desa Guwo ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh.

(54)

38 C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini yaitu orang tua baik ayah maupun ibu dari anak yang ditinggal merantau dan anak dalam keluarga perantau. Usia putra-putri berkisa antara 6-12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali.

D. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : 1. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Problem Pelaksanaan Pendidikan Agama bagi anak dalam Keluarga Perantau . Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari warga yang merantau di Desa Guwo Kecamatan Kemusu.

Peneliti akan mendapatkan data tersebut melalui wawancara dari keluarga yang merantau salah sataunya yaitu Ayah atau Ibu dan Anak. Selain itu informan juga dari masyarakat setempat yang berada diruang lingkupnya, seperti tetangga.

2. Data sekunder

(55)

39

hasil-hasil studi, hasil survei. Peneliti mengunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan keluarga perantau.

Data yang diperoleh peneliti yaitu dari beberapa buku diperpustakaan yang memuat tentang pendidikan keluarga khusunya pendidikan agama Islam. Selain itu juga tentang jenis keluarga.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode-metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Metode obsevasi yaitu pencatatan sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian (Afifudin, 2009:134).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang pelaksanaan pendidikan Agama Islam di lingkungan keluarga perantau yang dilaksanakan pada waktu orang tua perantau berada di rumah maupun pada waktu mereka di perantauan.

2. MetodeWawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,2012:231).

(56)

40

berhadapan langsung secara face to face, dan untuk menjaga agar dapat terarah pada sasaran, maka dipergunakan wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah disiapkan sebelumnya. Namun daftar pertanyaan tersebut tidak terlalu meningkat dan hanya merupakan garis besarnya saja, sehingga pertanyaan bisa ditambah atau dikurangi dengan selalu mengingat situasi wawancara atau interview. Dengan demikian diharapkan wawancara dapat berjalan dengan lancar serta data yang diperoleh dapat representatif.

Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pendidikan Agama Islam bagi anak oleh kelurga perantau, serta untuk mengetahui masalah apa saja yang mereka hadapi dan bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel, baik itu berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Dengan metode dokumentasi penulis gunakan untuk melengkapi data penelitian.

F. Teknik analisis data

(57)

41

untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi anak dalam kelurga perantau muslim di desa Guwo.

Di sini data yang sudah ada dijabarkan secara naratif dan lebih kompleks, disertai dengan pendapat dari peneliti, didukung oleh referensi terkait. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:15-19) yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan, perhatian pada penyedarhanaan, transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dilakukan pemilihan,mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat disimpulkan.

2. Display Data

Upaya menampilkan, memeparkan atau menyajikan data. sebagai sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.

(58)

42

Sejak mulanya penelitian berusaha untuk mencara makna data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.

G. Pengecekan keabsahan data

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan

(credibility). Kriterian kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti mengunakan teknik trigulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:

1. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antara narasumber terkait dan membandingkan data hasil penulisan antar dokumen.

H. Tahap-tahap Penelitian

(59)

43

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga dalam keluarga perantau di Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Data yang telah ada tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau di Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

(60)

44

(61)

45 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data

1. Keadaan penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Guwo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari data Monografi pada bulan Maret 2018 di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan

tabel-Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 141 149 290

(62)

46

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Agama

No. Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 1559 1657 3216

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Guwo) Mayoritas penduduk di Desa Guwo beragama Islam yaitu 3216 jiwa.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ( Bagi Umur 10 tahun ke atas )

No. Jenis Pendidikan Jumlah

1. Tidak Sekolah 100

(63)

47

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk 3217 jiwa hanya 50 jiwa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi . mayoritas tingkat pendidikan di Desa Guwo yaitu tamat SLTP yaitu 850 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Guwo masih kurang, penduduk Desa Guwo harus diberitahu kesadaran pentingnya sebuah pendidikan.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. PNS 46

2. Pensiunan 295

4. Pengangkutan 31

4. Pedagang 568

6. Pengusaha 4

7. Buruh Bangunan 607

8. Buruh Industri 222

9. Buruh Tani 678

10. Petani 699

12. Nelayan 0

13. Lain-lain 40

Jumlah 3217

(64)

48

sebagai buruh tani sebanyak 678 jiwa. Sedangkan diurutan ketiga sebanyak 607 bekerja sebagai buruh bangunan .

2. Daftar Informan

3. Profil Subyek Penelitian

a. Profil keluarga Ibu SD

Ibu SD berumur 30 tahun merupakan penduduk asli Guwo. Beliau menikah dengan Bapak JK berumur 36 tahun, dan mempunyai satu anak laki-laki AD yang kini berumur 11 tahun yang kini berada dibangku kelas 6 MI di Guwo, dan satu anak perempuan yang bernama NL yang kini berusia 4,5 tahun yang kini duduk dibangku TK di Desa Guwo. Pendidikan akhir Ibu US adalah SLTP sedangkan Bapak JK juga SLTP.

(65)

49 b. Profil AD anak ibu SD

AD berumur 11 tahun yang kini duduk dibangku MI Guwo, AD merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. AD merupakan anak yang cukup menurut kepada orangtua meskipun kadang susah untuk di atur oleh ibunya.

Setiap harinya AD mencari ilmu dengan belajar di TPA. AD merupakan anak yang cukup rajin ketika di suruh berangkat TPA meskipun begitu dia merupakan anak yang cukup rajin. c. Profil Keluarga Bapak MH

Bapak MH berumur 46 tahun mempunyai istri yang bernama S berumur 35 tahun. Dulunya sebelum bapak MH menikah dengan ibu S mereka pernah berumah tangga semua. Namun karena ada suatu hal mereka bercerai dengan pasanagn mereka. Setelah beberapa tahun kemudian mereka memutuskan untuk membina rumah tangga.

bapak HM dan Ibu S dikaruniai satu anak perempuan bernama AM berumur 8 tahun yang kini duduk dibangku MI kelas3. Bapak HM memliki warung kecil untuk mata pencahariannya sedangkan istrinya kerja di jakarta sebagai Ibu Rumah tangga.

d. AM anak dari Bapak MH

(66)

50

juga sering TPA, anaknya rajin. Dari dulu memang AM lebih dekat dengan Bapak MH daripada ibunya. AM merupakan anak satu-satunya. Karena adiknya meninggal saat proses kelahiran adeknya. e. Keluarga Ibu RT

Ibu RT berumur 35 tahun, beliau mempunyai suami bernama BD berusia 36 tahun mereka mempunyai dua anak laki-laki. Anak yang pertama bernama AL yang berusia 15 tahun yang kini duduk dibangku SMA. Sedangkan anak kedua mereka bernama AF berusia 5 tahun tepatnya kini berada di bangku TK di Guwo.

Ibu RT dulu sebelum memiliki anak ke dua, beliau ikut suaminya di jakarta membantu suaminya berjualan. Setelah kelahiran anak kedua Ibu RT kembali ke rumah untuk mengasuh ke dua anaknya.

f. AF anak dari Ibu TR

AF berumu 6 tahun, yang kini duduk di bangku TK Guwo. AF merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. AF merupakan anak yang nurut kalo dikasih tau. AF juga kadang rajin kalo disuruh ngaji apalagi kalo sama teman-temannya. AF juga kadang rajin berjamaah.

4. Temuan Penelitian

(67)

51

a. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perantau

Dalam setiap keluarga mempunyai cara yang beragam dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak, hal itu juga terjadi pada keluarga perantau. Jarak antara orang tua dan anak menjadi faktor yang berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak. Di bawah ini penulis paparkan cara penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak dalam keluarga perantau berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis:

1. Keluarga Ibu SD

Ibu SD mengajarkan anak tentang pendidikan agama sejak kecil dan yang bertanggungjawab dalam mengajarkan pendidikan agama Islam yaitu Ibu SD, karena yang mengasuh AD sejak kecil. Seperti yang dituturkan oleh Ibu SD:

“sejak kecil anak saya mpun tak ajarkan pendidikan agama

Islam mba, orang tua mba khususnya saya karena yang dirumahkan saya, kalo sholat masih harus diingatkan mba” nek udah main mesti sok lupa sholate mba”.( W, SD 07082018).

Dalam hal keimanan Ibu SD mengajarkannya secara langsung tetapi juga melalui mengaji di TPQ sesuai yang diutarakan oleh Ibu SD :

(68)

52

juga ada pembiasaan ngaji juz’ama mba sebelum pelajaran”.(W, SD 07082018).

Pertanyaan Ibu SD juga diutarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD) sebagai berikut:

“biasanya kalo sore TPQ mba tapi sekarang udah jarang

paling kalo habis maghrib ngaji diajari ibu”.(W, AD 12082018)

Dalam hal syariat ibu SD juga mengajarkan tentang tata cara berwudhu dan hukum Islam. Seperti yang diutakan ibu SD sebagai berikut:

“ paling kalo saya lagi wudhu gitu dia ngeliat, terus tak ajari

niat wudhu kaleh rukun-rukun e, terus tak suruh praktek. Pertanyaan ibu SD juga utarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD )

“liat ibu pas wudhu ,terus disuruh praktek mba”

(69)

53

sopan, menghormati orang yang lebih tua dan bersikap baik dengan orang lain. Seperti yang diturukan oleh Ibu SD:

“Anak saya selalu tak ajarkan untuk sopan, menghormati dengan orang yang lebih sepuh dan yang paling penting anak saya harus selalu berbuat baik kepada orang lain. pelan-pelan dibilangi mba kalo salah, kadang-kadang ya harus keras biar dia manut mba”.(W, SD 07082018)

Ibu SD menuturkan agar AD takut berbohong dan terbuka dengan Ibu SD dengan cara ditanya-tanya dan diawasi.

“caranya ditanya-tanya mba, diawasi. Saya itu cukup tegas

mba jadi orang tua, “kalo kamu ndak terbuka sering

bohong, nanti tak bilang ke bapakmu” gitu mba. Soale dia

ki takut sama bapak e mbk” (W, AD 12082018)

Pertanyaan Ibu SD juga diutarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD) sebagai berikut:

“pernah mba tapi sekarang udah ndak, takut sama Ibu” (W,

AD 12082018) 2. Keluarga Bapak HM

Semenjak Istrinya merantau Bapak MH mendidik anak seorang diri. Bapak MH mengajarkan sedikit tentang pendidikan agama Islam. Karena bapak MH Pun menyadari begitu minimnya pengetahuan tentang agama karena Bapak MH hanya lulusan SD. Walaupun Pendidikan keagamaannya kurang tetapi Bapak MH tetap mengajarkan pendidikan keagamaan seperti mengajarkan shalat, mengaji, dan puasa. Seperti yang dituturkan Bapak MH:

(70)

54

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH dan Ibu S ):

“Saya setiap hari disuruh bapak untuk mengaji ke TPA tapi

ndak tiap hari berangkat,sejak kecil saya sudah diajarkan tentang agama ”.(W, AM, 09082018)

Bapak MH mengajarkan anak tetang akhlak , karena akhlak adalah paling utama dibandingkan mengejar pendidikan agar pintar. Kalau pendidikan bisa dikejar target tapi lebih bagus akhlak yang mulia dulu, karena pondasi pertama orang hidup itu akhlak yang mulia. Pendidikan akhlak jangan sampai terlambat diajarkan ke anak , pendidikan ahklak harus diajarkan sejak dini dari dalam keluarga dahulu, terutama orang tua memberikan contoh akhlak yang baik. Seperti yang dituturkan bapak MH sebagai berikut:

“Yang paling penting anak saya harus patuh kepada orang tua dan tidak membantah ketika orang tua memberikan nasehat, ketika anak saya melakukan kesalahan hanya memberikan peringatan dan saya belum pernah memukul anak saya mba, ndak baik juga mba kalo menasehati anak menggunakan kekerasan”.(W, MH 08082018)

Bapak MH selalu membiasakan untuk melakukan perbuatan yang baik agar anaknya juga selalu berbuat baik dan mematuhi perintah Bapaknya.

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH Dan ibu S):

(71)

55

marah tetapi ndak pernah mukul saya paling cuma dinasehati”.(W, AM 09082018)

Bapak MH menuturkan AM sering terbuka dengan Bapak MH dan diajarkan biar tidak suka berbohong,seperti yang diutarakan Bapak MH :

“anak saya itu suka cerita-cerita ke saya mb, tak bilangi

jangan berbohong gitu mba

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH Dan ibu S):

“pernah, sering cerita mba” (W, AM 12082018)

3. Keluarga Ibu TR

Mengenai pendidikan keagamaan, Ibu TR sudah mulai mengenalkan pendidikan Islam kepada anaknya sejak masih kecil, meskipun sesuai kemampuan Ibu TR. sesuai dengan yang diutarakan Ibu TR:

“Saya selalu mengajarkan agama Islam pada anak saya, menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus diajarkan tentang agama islam meskipun sedikit demi

sedikit”.(W, TR 11082018)

Ibu TR dalam ibadah selalu mengajarkan anaknya sholat dengan cara diajak sholat dan menirukan gerakan sholat, selain itu sejak kecil Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan melatihnya sholat.. Sebagaimana yang diutarakan Ibu AR:

“kalo ngaji saya suruh ngaji di mushola sekalian sholat

maghrib mb, Dari kecil memang sering nirukan gerakan sholat kalo saya lagi sholat,tapi ya namanya anak-anak pasti ya kadang malesan kalo tak ajak sholat kadang meskipun ndak tak suruh sholat berangkat sendiri ke mushola sama temen-temen e”. (W, TR 11082018)

(72)

56

“kalo sore tak suruh ke mushola sekalian ngaji mba, biar

bisa ngaji mba , tapi kadang ya tak ajari dirumah mba” Peran orang tua juga menjadi penentu dalam pendidikan akhlak anak. Sebagai orang tua harus mendidik dengan menjadi tauladan yang baik bagi anaknya. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Ibu SP berikut ini.

“saya selalu mengajarkan anak untuk rukun dan kompak

dengan saudara dan keluarga. Berbuat adil, dan tidak membeda-bedakan dengan kakaknya. Jika anak saya melakukan kesalahan cukup tak tegur aja agar ndak diulangi lagi”. (W, TR 11082018)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti atau akhlaq pada keluarga Ibu TR ditanamkan sejak kecil dengan cara keteladanan. Dengan cara mencontohkan perbuatan yang baik dan menasehati perbuatan yang kurang baik.

b. Problem dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau

(73)

57

Faktor penghambat merupakan hal yang menjadikan anak tidak dapat menerima Pendidikan Agama Islam dan lebih berfokus dengan hal yang lainnya. Faktor penghambat harus sebisa mungkin dikondisikan oleh orang tua agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetap berjalan dengan baik.

1. Keluarga Ibu SD

Faktor penghambat dalam pendidikan keagamaan anak pada keluarga Ibu SD di sebabkan faktor internal yang berupa anak malas dalam melaksanakan Ibadah, keinginan bermain yang berlebihan dan sikap melawan yang tidak ingin dididik. Sesuai yang di tuturkan Ibu SD berikut ini:

“Anak saya paling malas malasan jika saya suruh sholat dan ngaji, maksudnya menunda nunda, namun jika ada bapaknya dirumah anak saya langsung mau sholat maupun mengaji”.(W,SD 07082018)

Dapat disimpulkan bahwa faktor pengambat Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu SD adalah keberadaan bapak sangat mempengaruhi dalam proses pendidikan agama Islam.

2. Keluarga Bapak MH

(74)

58

kelemahan orang tua. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak MH berikut ini :

“Anaku ki kadang susah nak di kon ngaji mbak, tapi saiki nak

angel angel pengennya main terus kadang ya langsung tak kerasi, masalahe nak bab agama ki aku kudu tegas yo, nek

aku ndak bisa ngaji anakku kudu iso ngaji mba.”(W, MH,

08082018)

Dapat disimpulkan bahwa problem yang dihadapi keluarga dalam Pendidikan Agama Islam adalah kurangnya pengetahuan orang tua dalam pendidikan agama Islam, dan anak tidak dapat stabil untuk mengerjakan sesuatu karena faktor usia anak yang masih anak-anak.

3. Keluarga Ibu TR

Problem pelaksanaan pendidikan agama Islam anak pada keluarga Ibu SD di sebabkan faktor eksternal yang berupa anak lebih mempentingkan bermain dengan teman-teman sebayanya daripada mengaji. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu TR, bahwa:

“anakku ki susah kalo disuruh ngaji mba, pengene mainan terus, dadi nek magrib ngono kae tak ajak sholat magrib neng musola karo sisan ngaji di musola” terus kalo minta apa-apa harus cepet kalo ndak ya rewel mba.(W, TR 11082018)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perbaikan dari sisi metode adalah dengan mengatur kembali jadwal perawatan mesin dan peralatan produksi sebaik mungkin agar proses produksi dapat berjalan dengan baik

Keluarga buruh yang memiliki pendidikan yang terbatas membuat mereka kesusahan melakukan pembelajaran pada anak (Praditta, 2017:50).. Hal ini lambat laun membuat orang

Ada perkuliahan secara khusus (Metode Penelitian Sosio-Legal), sebagaimana dimulai dari Fakultas Pascasarjana di Universitas Airlangga dalam program Magister Sains Hukum

Peneliti dalam melakukan penelitian dan pengembangan menggunakan langkah yang sesuai dengan penilaian dari para ahli media dan ahli materi dalam mengukur tingkat kelayakan

Berdasarkan penelitian tentang Prevalensi Skoliosis Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas pada Sekolah Dasar Negeri Sumber

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tukar menukar kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan tanah negara bebas (GG) Pemerintah Kabupaten Pekalongan

Titi Purwandari dan Yuyun Hidayat – Universitas Padjadjaran …ST 57-62 PENDEKATAN TRUNCATED REGRESSION PADA TINGKAT. PENGANGGURAN TERBUKA PEREMPUAN Defi Yusti Faidah, Resa

Usulan anggaran biaya produksi harus disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran sebelum disahkan menjadi anggaran.. Anggaran biaya produksi