• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

4. Temuan Penelitian

Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga perantau di Desa Guwo Kecamatan Kemusu ditemukan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam keluarga perantau sebagai berikut:

51

a. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perantau

Dalam setiap keluarga mempunyai cara yang beragam dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak, hal itu juga terjadi pada keluarga perantau. Jarak antara orang tua dan anak menjadi faktor yang berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak. Di bawah ini penulis paparkan cara penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak dalam keluarga perantau berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis:

1. Keluarga Ibu SD

Ibu SD mengajarkan anak tentang pendidikan agama sejak kecil dan yang bertanggungjawab dalam mengajarkan pendidikan agama Islam yaitu Ibu SD, karena yang mengasuh AD sejak kecil. Seperti yang dituturkan oleh Ibu SD:

“sejak kecil anak saya mpun tak ajarkan pendidikan agama

Islam mba, orang tua mba khususnya saya karena yang dirumahkan saya, kalo sholat masih harus diingatkan mba” nek udah main mesti sok lupa sholate mba”.( W, SD 07082018).

Dalam hal keimanan Ibu SD mengajarkannya secara langsung tetapi juga melalui mengaji di TPQ sesuai yang diutarakan oleh Ibu SD :

“saya mengajarkan tentang keimanan secara langsung ya walupun sebisane saya mba, kalau sore tak suruh TPQ tapi sekarang susah sok wegah kalau di suruh TPQ dan kadang-kadang sekarang ngajinya sama saya”. Di sekolahannya

52

juga ada pembiasaan ngaji juz’ama mba sebelum pelajaran”.(W, SD 07082018).

Pertanyaan Ibu SD juga diutarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD) sebagai berikut:

“biasanya kalo sore TPQ mba tapi sekarang udah jarang

paling kalo habis maghrib ngaji diajari ibu”.(W, AD 12082018)

Dalam hal syariat ibu SD juga mengajarkan tentang tata cara berwudhu dan hukum Islam. Seperti yang diutakan ibu SD sebagai berikut:

“ paling kalo saya lagi wudhu gitu dia ngeliat, terus tak ajari

niat wudhu kaleh rukun-rukun e, terus tak suruh praktek. Pertanyaan ibu SD juga utarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD )

“liat ibu pas wudhu ,terus disuruh praktek mba”

Dengan berkembangnya teknologi yang membuat anak semakin mudah menyerap berbagai budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya indonesia pada umumnya dan agama pada khususnya yang membuat anak asal mengikuti berbagai hal yang sedang tren di masyarakat tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu apakah yang sedang mereka ikuti adalah hal baik dan bermafaat atau justru sesuatu yang hanya akan semakin merusak moral mereka sendiri. Sebagai orang tua harus mendidik anaknya dengan cara mencontohan perbuatan yang baik sebagimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW. Dalam hal ini untuk melindungi anak-anak dari hal-hal yang tidak di inginkan keluarga Ibu SD dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anaknya tidak berbeda dengan keluarga pada umumnya. Keluarga Ibu SD mengajarkan anaknya untuk

53

sopan, menghormati orang yang lebih tua dan bersikap baik dengan orang lain. Seperti yang diturukan oleh Ibu SD:

“Anak saya selalu tak ajarkan untuk sopan, menghormati dengan orang yang lebih sepuh dan yang paling penting anak saya harus selalu berbuat baik kepada orang lain. pelan-pelan dibilangi mba kalo salah, kadang-kadang ya harus keras biar dia manut mba”.(W, SD 07082018)

Ibu SD menuturkan agar AD takut berbohong dan terbuka dengan Ibu SD dengan cara ditanya-tanya dan diawasi.

“caranya ditanya-tanya mba, diawasi. Saya itu cukup tegas

mba jadi orang tua, “kalo kamu ndak terbuka sering

bohong, nanti tak bilang ke bapakmu” gitu mba. Soale dia

ki takut sama bapak e mbk” (W, AD 12082018)

Pertanyaan Ibu SD juga diutarakan oleh AD (anak dari Bapak JK dan Ibu SD) sebagai berikut:

“pernah mba tapi sekarang udah ndak, takut sama Ibu” (W,

AD 12082018) 2. Keluarga Bapak HM

Semenjak Istrinya merantau Bapak MH mendidik anak seorang diri. Bapak MH mengajarkan sedikit tentang pendidikan agama Islam. Karena bapak MH Pun menyadari begitu minimnya pengetahuan tentang agama karena Bapak MH hanya lulusan SD. Walaupun Pendidikan keagamaannya kurang tetapi Bapak MH tetap mengajarkan pendidikan keagamaan seperti mengajarkan shalat, mengaji, dan puasa. Seperti yang dituturkan Bapak MH:

“Yang penting anak mau shalat dan ngaji mba sore tak anter TPA,kalo pas puasa gitu juga puasa walaupun ndak full seharian mba”. (W, MH, 08082018)

54

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH dan Ibu S ):

“Saya setiap hari disuruh bapak untuk mengaji ke TPA tapi

ndak tiap hari berangkat,sejak kecil saya sudah diajarkan tentang agama ”.(W, AM, 09082018)

Bapak MH mengajarkan anak tetang akhlak , karena akhlak adalah paling utama dibandingkan mengejar pendidikan agar pintar. Kalau pendidikan bisa dikejar target tapi lebih bagus akhlak yang mulia dulu, karena pondasi pertama orang hidup itu akhlak yang mulia. Pendidikan akhlak jangan sampai terlambat diajarkan ke anak , pendidikan ahklak harus diajarkan sejak dini dari dalam keluarga dahulu, terutama orang tua memberikan contoh akhlak yang baik. Seperti yang dituturkan bapak MH sebagai berikut:

“Yang paling penting anak saya harus patuh kepada orang tua dan tidak membantah ketika orang tua memberikan nasehat, ketika anak saya melakukan kesalahan hanya memberikan peringatan dan saya belum pernah memukul anak saya mba, ndak baik juga mba kalo menasehati anak menggunakan kekerasan”.(W, MH 08082018)

Bapak MH selalu membiasakan untuk melakukan perbuatan yang baik agar anaknya juga selalu berbuat baik dan mematuhi perintah Bapaknya.

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH Dan ibu S):

“Saya dimarai bapak kalo nakal, kadang kalo maen ga pulang-pulang juga dimarahin. kalo aku salah bapak selalu

55

marah tetapi ndak pernah mukul saya paling cuma dinasehati”.(W, AM 09082018)

Bapak MH menuturkan AM sering terbuka dengan Bapak MH dan diajarkan biar tidak suka berbohong,seperti yang diutarakan Bapak MH :

“anak saya itu suka cerita-cerita ke saya mb, tak bilangi

jangan berbohong gitu mba

Pertanyaan untuk Bapak MH juga diutarakan oleh AM (Anak dari Bapak MH Dan ibu S):

“pernah, sering cerita mba” (W, AM 12082018)

3. Keluarga Ibu TR

Mengenai pendidikan keagamaan, Ibu TR sudah mulai mengenalkan pendidikan Islam kepada anaknya sejak masih kecil, meskipun sesuai kemampuan Ibu TR. sesuai dengan yang diutarakan Ibu TR:

“Saya selalu mengajarkan agama Islam pada anak saya, menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus diajarkan tentang agama islam meskipun sedikit demi

sedikit”.(W, TR 11082018)

Ibu TR dalam ibadah selalu mengajarkan anaknya sholat dengan cara diajak sholat dan menirukan gerakan sholat, selain itu sejak kecil Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan melatihnya sholat.. Sebagaimana yang diutarakan Ibu AR:

“kalo ngaji saya suruh ngaji di mushola sekalian sholat

maghrib mb, Dari kecil memang sering nirukan gerakan sholat kalo saya lagi sholat,tapi ya namanya anak-anak pasti ya kadang malesan kalo tak ajak sholat kadang meskipun ndak tak suruh sholat berangkat sendiri ke mushola sama temen-temen e”. (W, TR 11082018)

Ibu TR selain melatih anaknya sholat juga selalu menyuruh anaknya untuk ke mushola mengaji. Sebagaimana yang diutarakan ibu TR:

56

“kalo sore tak suruh ke mushola sekalian ngaji mba, biar

bisa ngaji mba , tapi kadang ya tak ajari dirumah mba” Peran orang tua juga menjadi penentu dalam pendidikan akhlak anak. Sebagai orang tua harus mendidik dengan menjadi tauladan yang baik bagi anaknya. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Ibu SP berikut ini.

“saya selalu mengajarkan anak untuk rukun dan kompak

dengan saudara dan keluarga. Berbuat adil, dan tidak membeda-bedakan dengan kakaknya. Jika anak saya melakukan kesalahan cukup tak tegur aja agar ndak diulangi lagi”. (W, TR 11082018)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti atau akhlaq pada keluarga Ibu TR ditanamkan sejak kecil dengan cara keteladanan. Dengan cara mencontohkan perbuatan yang baik dan menasehati perbuatan yang kurang baik.

b. Problem dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga perantau

Dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam pasti ada problem didalamnya. Setiap anak yang dididik tidak akan lepas dari masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tua. Namun juga ada usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut. Akan tetapi orang tua yang dominan dalam proses pelaksanaan pendidikan Agama pada anak keluarga muslim. Orang tua harus dapat memperhatikan hal-hal atau faktor-faktor yang menjadi pendukung agar mendidik tentang Pendidikan Agama Islam pun lebih efektif.

57

Faktor penghambat merupakan hal yang menjadikan anak tidak dapat menerima Pendidikan Agama Islam dan lebih berfokus dengan hal yang lainnya. Faktor penghambat harus sebisa mungkin dikondisikan oleh orang tua agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetap berjalan dengan baik.

1. Keluarga Ibu SD

Faktor penghambat dalam pendidikan keagamaan anak pada keluarga Ibu SD di sebabkan faktor internal yang berupa anak malas dalam melaksanakan Ibadah, keinginan bermain yang berlebihan dan sikap melawan yang tidak ingin dididik. Sesuai yang di tuturkan Ibu SD berikut ini:

“Anak saya paling malas malasan jika saya suruh sholat dan ngaji, maksudnya menunda nunda, namun jika ada bapaknya dirumah anak saya langsung mau sholat maupun mengaji”.(W,SD 07082018)

Dapat disimpulkan bahwa faktor pengambat Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu SD adalah keberadaan bapak sangat mempengaruhi dalam proses pendidikan agama Islam.

2. Keluarga Bapak MH

Faktor rendahnya pemahaman agama orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai keagamaan pada anak. Dengan keterbatasan pengetahuan atau wawasan tentang nilai-nilai keagamaan yang diajarkan pada anak menjadi salah satu

58

kelemahan orang tua. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak MH berikut ini :

“Anaku ki kadang susah nak di kon ngaji mbak, tapi saiki nak

angel angel pengennya main terus kadang ya langsung tak kerasi, masalahe nak bab agama ki aku kudu tegas yo, nek

aku ndak bisa ngaji anakku kudu iso ngaji mba.”(W, MH, 08082018)

Dapat disimpulkan bahwa problem yang dihadapi keluarga dalam Pendidikan Agama Islam adalah kurangnya pengetahuan orang tua dalam pendidikan agama Islam, dan anak tidak dapat stabil untuk mengerjakan sesuatu karena faktor usia anak yang masih anak-anak.

3. Keluarga Ibu TR

Problem pelaksanaan pendidikan agama Islam anak pada keluarga Ibu SD di sebabkan faktor eksternal yang berupa anak lebih mempentingkan bermain dengan teman-teman sebayanya daripada mengaji. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu TR, bahwa:

“anakku ki susah kalo disuruh ngaji mba, pengene mainan terus, dadi nek magrib ngono kae tak ajak sholat magrib neng musola karo sisan ngaji di musola” terus kalo minta apa-apa harus cepet kalo ndak ya rewel mba.(W, TR 11082018)

Dapat disimpulkan bahawa problem dalam Pendidikan Agama Islam dari keluarga Ibu TR adalah ketika anak lebih mempentingkan bermain dengan teman-temannya daripada mengaji, tetapi ibunya mempunyai cara tersendiri dengan

59

mendidik anaknya tersebut dengan cara mengajak sholat berjama’ah di musola setelah itu mengaji.

Menurut pendapat bapak MJ terkait keluarga perantau, peneliti juga mengambil pendapat dari tokoh masyarakat keluarga perantau, dimana nantinya akan lebih memperjelas tentang apa yang sudah peneliti ajukan dengan keluarga perantau tersebut. Berikut pendapat tokoh masyarakat sekitar:

Bapak MJ (Ketua RT)

“menurut saya, ya anak-anaknya manut-manut mba, paling ya itu sering sulit dikendalikan mba, waktu bermaine terlalu banyak sampe ke sorean, jadi ngajine keteteran”.“dalam memndidik anaknya sudah baik, anaknya juga pendiem kok ndak banyak tingkah, setau

saya kalo di suruh orangtuanya nurut”.“ya setau saya

perilakunya biasa seperti anak yang lain, ndak pernah buat masalah. Namanya juga anak kecil pasti ada nakalnya tapi masih wajar”.

c. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan orang tua perantau dalam mengatasi problem tersebut

Pendidikan agama Islam harus seimbang di lingkungan sekolah dan rumah, apabila hanya salah satu akan mengakibatkan penyimpangan dalam perilaku, maka orangtua harus memberikan contoh-contoh dalam mendidik anak yang telah diatur dalam pendidikan Islam.

1. Keluarga Ibu SD

Usaha yang dilakukan oleh Ibu SD dengan menyekolahkan anaknya di MI dan TPA, karena pendidikan Agama

60

Islamnya lebih memadai. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu SD, bahwa:

“ Tak suruh TPA dan saya sekolahkan di MI, biar anak iku duwe pondasi yang kuat nek udah besar nanti, ben pinter dalam mengajine, rajin ibadah. Nek bapakke muleh juga dinasehati mba, dalam pendidikan Agama Islam” (W,SD 07082018)

Dapat dilihat bahwa usaha yang dilakukan oleh keluarga Ibu SD yaitu,dengan menyekolahkan anaknya di MI dan TPA supaya anak menjadi sholeh. Dan tidak hanya itu ketika bapaknya yang merantau pulang, bapak AD juga diberikan nasehat-nasehat kepada anaknya agar perilakunya sesuai dengan syariat Islam.

2. Keluarga Bapak MH

Keterbatasan pengetahuan atau wawasan tentang nilai-nilai keagamaan yang diajarkan pada anak menjadi salah satu kelemahan orang tua dengan keterbatasannya dalam pendidikan Agama Islam. Dengan adanya keterbatasan tersebut, keluarga bapak MH mengikutsertakan anak pada Taman Pendidikan Qur’an. Sebagaimana yang dituturkan oleh bapak MH:

“Saya itu sudah berusaha mengajarkan anak saya seperti sholat dan lain-lain ya sebisane saya. Karena saya juga menyadari kalau pengetahuan atau wawasan saya mengenai sholat, mengaji tidak begitu tahu karena saya hanya lulusan sekolah dasar dan saya tidak pernah mondok” jadi anak tak suruh

TPQ biar bisa ngaji mba”.(W, MH 08082018)

61

. Dalam keluarga Ibu TR memilih cara yang mudah yaitu dengan cara mencari apa saja yang termasuk kesukaan anaknya, kemudian hal tersebut dijadikan untuk memberikan dorongan atau semangat ketika anak merasa malas. Seperti yang diutarakan oleh Ibu AT berikut ini :

“Tak kasih pengertian, misalnya itu ndak baik. Pokoknya tak kasih tau mana yang baik dan mana yang tidak baik. Di nasehatin juga kalo misalnya bandel. biasanya kalo minta jajan banyak banget. tak suruh nabung biar nggak jajan terus. kalo ndak mau ngaji kadang saya cari sesuatu yang bisa buat dia mau rajin lagi ngaji, kayak hadiah ato apa.”(W, TR 11082018)

Dapat disimpulkan dalam keluarga Ibu TR untuk menumbuhkan semangat pada anak terkadang Ibu TR memberikan hadiah kepada anaknya agar semangat dalam melakukan nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan orang tua.

Pendidikan keagamaan sangat tergantung pada peran orang tua dalam mendidik anaknya karena pada dasarnya pendidikan pertama yang diperoleh anak di lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat besar dalam pendidikan anak untuk membentuk karater yang baik dalam perkembangan anak, apabila orang tua memberi motivasi atau dukungan dalam kebaikan dan memeperhatikan agama Islamnya maka anak akan berperilaku sesuai dengan

62

perilaku terpuji dengan tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Dokumen terkait