ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Oleh:
LATIF
Oleh:
LATIFA AGUSTIN NIM: 205082000266
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
LATIFA AGUSTIN NIM: 205082000266
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rahmawati., SE., MM NIP. 196902032001121003 NIP. 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Senin, Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Latifa Agustin NIM:205082000266
dengan judul Skripsi
“
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati., SE., MM Yulianti., SE., M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS
Penguji Ahli
Hari ini Jumat Tanggal 17 September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Latifa Agustin NIM: 205082000266 dengan judul Skripsi
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rahmawati., SE., MM
Penguji I Penguji II
Yusro Rahma, SE., M.Si Dr. Yahya Hamja, MM
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Latifa Agustin
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1986
Alamat : Jl. Sunan Giri No. 78 Rt/Rw 02/02
Pondok Bahar Karang Tengah Tangerang
Telepon : (021) 55746097/085691864066
PENDIDIKAN
TK Pertiwi Brebes Tahun 1991-1993
MI Muhammadiyah Brebes Tahun 1993-1999
SMP 1 Wanasari Brebes Tahun 1999-2002
MAN 1 Cipondoh Tangerang Tahun 2002-2005
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Azminah Gustin
Ibu : Takiman
Alamat : Jl. Sunan Giri No. 78 Rt/Rw 02/02
Pondok Bahar Karang Tengah Tangerang
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of audit competence and independence of the audit of the effectiveness of internal audit in achieving good corporate governance. In this study used primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Jakarta with the internal auditor respondents who worked in banking. determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed amounted to 45 but again only 40 and 37 which can be processed. Analyzing the data for hypothesis testing was done by multiple regression.
The result of research indicates that audit competence, audit independence, and relationship between internal auditor have significantly influence to audit efectiveness in good corporate governance .
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kompetensi audit dan independensi audit terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal yang bekerja pada perbankan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. kuesioner yang disebarkan berjumlah 45 tetapi kembali hanya 40 dan yang bisa diolah 37. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kompetensi audit dan independensi audit berpengaruh signifikan terhadap efektivitas peran audit internal dalam mewujudkan good corporate governance.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbill ’Aalamiin, segala puji dan syukur kepada sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang maha cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya, Allah SWT. Berkat limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua serta nenekku yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Do’a yang kalian panjatkan dan kepercayaan yang kalian berikan disetiap langkahku. Semangat yang kalian berikan disetiap putus asa ku.
2. Terimakasih untuk kakakku dan kedua adikku yang telah memberikan warna begitu indah dalam hidupku.
3. Untuk Hambali terimakasih buat semuanya. Semua yang indah dan tak terlupakan. Semua jadi serba jadi manis karena ada kamu... tetap jadi kismis manis yach...
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Rahmawati SE., MM selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
9. Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen penguji ahli I yang telah memberikan masukan dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran.
10. Yusro Rahma, SE., M.Si, selaku dosen penguji ahli II yang telah memberikan
masukan dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran 11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
12. Teman-teman akuntansi B, ’wahyu’ thanks ya bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, teman seperjuanganku ’muthe, veris, dewi dan adi’ dan semua teman-temanku di akuntansi B 2005, terimakasih atas silaturrahmi yang telah terjalin selama ini. Waktu yang telah kita lewati bersama akan menjadi kenangan tak terlupakan. Tetap semangat untuk kalian.
13. Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2005 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Agustus 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas ... 8
1. Pengertian Efektivitas ... 8
B. Audit Intern ... 8
1. Definisi Audit Intern ... 11
2. Fungsi Audit Intern ... 12
4. Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern ... 15
C. Kompetensi Auditor ... 23
D. Independensi Auditor ... 27
F. Good Corporate Governance (GCG) ... 30
G. Keterkaitan antar Variabel ... 34
1. Kompetensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance... 34
2. Independensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance... 35
3. Kompetensi dan Independensi Audit terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance……….. .. 36
H. Penelitian Terdahulu ... 37
I. Model Penelitian ... 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39
B. Metode Penentuan Sampel ... 39
C. Metode Pengumpulan Data ... 40
1. Data Primer ... 40
2. Data Sekunder ... 41
D. Metode Analisis Data ... 42
1. Statistik Deskriptif ... 42
2. Uji Kualitas Data ... 42
a. Uji Reliabilitas ... 42
3. Uji Asumsi Klasik ... 43
a. Uji Multikolonieritas ... 43
b. Uji Normalitas ... 44
c. Uji Heteroskedastisitas ... 45
4. Uji Hipotesis ... 45
a. Koefisien Determinasi ... 47
b. Uji Statistik t ... 47
c. Uji Statistik F ... 48
E. Operasional Variabel Penelitian ... 49
1. Efektivitas Audit Intern dalam Mewujudkan Good Corporate Governance ... 49
2. Kompetensi Audit ... 50
3. Independensi Audit ... 51
BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ... 54
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54
2. Karakteristik Responden ... 55
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 56
1. Hasil Uji Kualitas Data ... 56
a. Hasil Uji Validitas ... 56
b. Hasil Uji Reliabilitas ... 60
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 62
a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 62
b. Hasil Uji Normalitas ... 62
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 63
3. Hasil Uji Hipotesis ... 64
a. Hasil Koefisien Determinasi ... 64
b. Hasil Uji Statistik t ... 65
c. Hasil Uji Statistik F ... 68
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern 15
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 37
3.1 Operasional Variabel Penelitian 52
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 54
4.2 Data Sampel Penelitian 55
4.3 Deskripsi Responden 55
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Audit 57
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel setelah Kompetensi Audit dikeluarkan
58
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Audit 58 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Good
CorporateGovernance
59
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel setelah Good Corporate Governance (GCG) 2 dan 13 dikeluarkan
60
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Audit 60 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi Audit 61 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Good Corporate
Governance
61
4.12 Hasil UjiMultikolonieritas 62
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi 65
4.14 Hasil Uji Secara Individual (Uji Statistik t) 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Perumusan Masalah 38
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot 63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
1 Daftar Kuesioner Penelitian 2 Daftar Jawaban Responden 3 Hasil Uji Data SPSS
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya
Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1987, isu mengenai
Corporate Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka
mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil
di masa yang akan datang (Herwidayatmo, 2003:25). Beberapa dekade
terakhir, Corporate Governance menjadi topik bahasan penting para pelaku
usaha, akademisi, dan regulator. Tercermin dari pernyataan Presiden World
Bank, James D. Wolfensohn:
“Bahwa bagi perekonomian dunia tata kelola perusahaan yang tepat (The proper governance of companies) sama krusialnya dengan tata kelola Negara yang tepat (The proper governing of countries). Bank Dunia juga
menyadari bahwa Corporate Governance yang kuat akan menghasilkan
kemajuan sosial yang baik”
Tidak berlebihan jika abad ke-19 disebut sebagai “century of the
enterpreneur” setelah abad ke-20 merupakan “century of management” dan
abad ke-21 disebut akan menjadi “century of governance” (Danu Febrianto,
2007:98). Organisasi dunia seperti Bank Dunia dan The Organization for
economic Cooperation and Development (OECD) telah dikembangkan
Principles of Corporate Governance yang dijadikan acuan oleh banyak
Negara dalam menyusun pedoman Corporate Governance. Kajian OECD
Governance (GCG) yang berlaku universal, yaitu kewajaran (fairness),
keterbukaaan (transparency), akuntabilitas (accountability), dan pertanggung
jawaban (responsibility) (Akhmad Syakhroza, 2003:13)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan sarana bagi pemerintah
untuk melayani kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan peran tersebut, BUMN
senantiasa diawasi pemerintah khususnya di bawah pengawasan Kementrian
Badan Usaha Milik Negara mempunyai karakteristik khusus, tidak hanya
menyangkut kepemilikannya oleh Negara tetapi juga peran yang diembannya
sebagai pelaku bisnis yang melaksanakan fungsi komersial, dan sekaligus
sebagai “Agent of Development” yaitu sebagai lembaga yang bertujuan
mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional, mempunyai
kegiatan utama menghimpun dana (fanding), dan menyalurkan dana (lending)
(Gusnardi, 2006:5)
Salah satu pihak yang terkait dalam pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
adalah Audit Intern. Audit Intern pada BUMN dilaksanakan guna membantu
manajemen agar mereka dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
dan efesien. Dengan adanya mekanisme Audit Intern, diharapkan manajemen
dapat mencurahkan perhatiannya pada tugas pengelolaan, sedangkan tugas
pengendalian sehari-hari atas perubahan milik Negara (BUMN) tersebut dapat
dilaksanakan secara lebih intensif dan efektif tanpa mengurangi tanggung
jawabnya. Hubungan Audit Intern dengan Good Corporate Governance di
sebutkan oleh Organisasi Profesi Internal Auditor Indonesia yaitu: “Fungsi
menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses Corporate
Governance, pengelola risiko, dan pengendalian manajemen”. “Internal
Auditor merupakan dukungan penting bagi komisaris, komite audit, direksi,
dan manajemen senior dalam membentuk fondasi bagi pengembangan
Corporate Governance”. Di Indonesia, kurang efektifnya pelaksanaan
Corporate Governance merupakan akar permasalahan krisis ekonomi. Annual
Report Bapepam tahun 2004 mencatat beberapa kasus sehubungan dengan
tidak berperan dan sangat lemahnya Pengadilan Intern dan Audit Intern
sehingga tidak mampu mendeteksi terjadinya kesalahan dalam tubuh
perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan-perusahaan tersebut tidak
dijalankan dengan prinsip tata kelola yang baik (Good Corporate
Governance). Pengendalian Intern yang memadai harus dapat dipercaya,
kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan, pengamatan
aset, pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien, pencapaian
tujuan yang ditetapkan (Gusnardi, 2006:11).
Baik buruknya Good Corporate governance BUMN di Indonesia memiliki
keterkaitan dengan pelaksanaan Pengendalian Intern pada BUMN tersebut.
Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada
organisasi. Kondisi ini sebagian terbesar ditentukan oleh pimpinan organisasi,
dimana lingkungan pengendalian meliputi nilai integritas dan etika, komitmen
terhadap kompetensi, partisipasi dewan pengawas, filosofi manajemen dan
gaya operasi, struktur organisasi, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab,
Karena sangat mendasarnya komponen lingkungan pengendalian sebagai
aspek Pengendalian Intern, jenis perusahaan merupakan salah satu aspek
lingkungan pengendalian yang dapat memiliki keterkaitan dengan Good
Corporate Governance BUMN. Dengan berfungsinya Pengendalian Intern
dan Audit Intern serta terwujudnya transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektifitas maka terwujudlah prinsip GoodCorporate Governance.
Menyadari pentingnya Good Governance sebagai salah satu agenda
reformasi untuk merehabilitasi perekonomian nasional yang terpuruk akibat
krisis ekonomi, maka sejak ditanda tanganinya Letter Of Intent pertama
dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997 Pemerintah telah mencanangkan
rencana untuk memperbaiki praktek Governance di Indonesia yang dimulai
dari sektor perbankan dan terus berlanjut ke sektor-sektor lain.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian
yang telah dilakukan oleh Herlianti Utami dan Puji Handayati (2007). Adapun
yang membedakannya antara lain dalam hal:
1. Populasi penelitian
Pada penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah auditor internal
pada bank, sedangkan pada penelitian sebelumnya, populasi penelitian
yang digunakan adalah Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di
Malang dan Surabaya.
2. Periode penelitian
Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2010, sedangkan pada
3. Variabel penelitian
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor
kompetensi audit dan faktor independensi audit, sedangkan pada penelitian
sebelumnya memasukan 4 variabel, yaitu variabel komposisi komite audit,
variabel keberadaan pernyataan secara tertulis misi dan tugas komite audit,
variabel kepemimpinan komite audit, dan variabel evaluasi kinerja.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan tinjauan penulis
terhadap peneliti sebelumnya, penulis tertarik untuk mengetahui Faktor-faktor
yang mempengaruhi audit intern dalam mewujudkan GCG serta membahas
peran Audit Internal perusahaan dalam mendukung pengembangan dan
implementasi Good Corporate Governance. Untuk itu penulis mencoba
menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Efektivitas Audit Internal Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas
peran auditor internal dalam mewujudkan good corporate governance?
2. Apakah independensi berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas
3. Apakah kompetensi dan independensi berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap efektivitas peran auditor internal dalam mewujudkan
good corporate governance?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal dalam mewujudkan good
corporate governance adalah sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh kompetensi terhadap efektivitas audit internal dalam
mewujudkan good corporate governance
2. Menguji pengaruh independensi terhadap efektivitas audit internal dalam
mewujudkan good corporate governance
3. Menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap efektivitas audit
internal dalam mewujudkan good corporate governance
D. Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti
a. Memunculkan kesadaran dan kepekaan terhadap isu-isu yang dihadapi
bisnis, dan profesi auditor.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis berkaitan dengan
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Audit Internal
2) Bagi Perusahaan
a. Mendorong Perusahaan terutama personil yang ada di dalam Audit
Intern untuk mengenali dan peka terhadap permasalahan yang terjadi.
b. Praktek, implikasi dan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
mutu dari Audit Intern agar mampu menjalankan fungsinya dalam
perusahaan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang
terkait dengan mewujudkan Good Corporate Governance dalam
sebuah perusahaan.
3) Bagi Masyarakat
Sebagai sarana informasi tentang faktor-faktor auditor internal serta dapat
menambah wawasan pada bidang akuntansi serta dapat dimanfaatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Menurut (Mardiasmo, 2004:132) mendefinisikan efektivitas
adalah:
“Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan (Spending wisely) Indikator efektivitas
menggambarkan jangkauanya akibatnya dan dampak (outcome) dari
keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program semakian
besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi”.
Menurut (N. Anthony, 2004:14) mendefinisikan efektivitas:
“Efektivitas adalah hubungan antar output yang dihasilkan oleh pusat pertanggung jawaban dengan tujuan jangka pendek (objektivitas), semakin besar output yang dikontribusikan terhadap jangka pendek perusahaan, maka semakin efektiflah unit tersebut “.
Jadi, efektivitas adalah hubungan antar variabel satu dengan yang lainnya yang saling berkaitan dan berpengaruh untuk mencapai tujuan atau hasil akhir sasaran.
B. Audit Intern
1. Definisi Audit Intern
Pengertian menurut Institute of Internal Auditor dalam penelitian
Muh. Arief Effendi (2006:1)
It help an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk manajement, control and governance process” (Intern Auditing adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Intern Auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi).
American Accounting Association mendefinisikan Audit Intern sebagai,
“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”. (Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner, 2005:8)
Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang
dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian
ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi. Audit intern
sendiri dapat di definisikan sebagai “suatu fungsi penilaian independen
yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi
aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi”.
(Muh. Arief Effendi, 2006:1)
Dewan direksi Institute of Internal Auditors dalam Sawyer
(2005:9-10) memberikan definisi:
“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.”
Selain itu definisi untuk menggambarkan ruang lingkup audit
internal modern dan tak terbatas adalah:
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima dan telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”
“Istilah Intern Auditor terdiri dari dua kata yaitu internal (intern) dan auditing (audit). Bila di artikan secara sederhana adalah suatu audit yang dilakukan oleh pihak intern dalam arti oleh perusahaan dengan menggunakan pegawai perusahaan itu sendiri” (Sucipto, 2007:2)
Internal Audit adalah Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijaksanaan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. (Agoes, 2004:2)
Menurut Sawyer, et al (2003:10) mengartikan Audit Intern adalah
sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor
internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi
untuk menentukan apakah:
a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
b. Resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti
d. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis
e. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan
tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu
anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.
Menurut Assegaf (2001:233) pengertian Internal Auditing adalah:
“Pemerikasaan yang dilakukan oleh auditor internal yang merupakan karyawan perusahaan tersebut, untuk menilai dan mendapatkan bukti ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan, keyakinan pelaksanaan pengendalian intern yang baik, menghindari penyimpangan, mengungkapkan penyelewengan serta meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Internal Auditing pada umumnya di anggap sebagai bagian dari sistem pengendalian intern (internal control)”.
Jadi, auditor Internal memberikan informasi yang diperlukan
manajer atau dewan direksi dalam menjalankan tanggung jawab mereka
secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk
menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi
sistem kontrol secara efisien dan efektivitas terhadap kinerja perusahaan.
2. Fungsi Audit Intern
Fungsi audit Internal menurut Hiro Tugiman (2000:11):
“Fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen, agar tanggung jawab dapat dilaksanakan secara efektif”.
Tanggung jawab auditor internal menurut Amin Widjaja Tunggal
a. Tanggung jawab direktur audit internal adalah merupakan program
audit internal perusahaan. Direktur audit internal mengarahkan
personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal, juga
menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit
perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk
persetujuan.
b. Tanggung jawab auditing supervisor adalah membantu direktur audit
internal dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor
independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa
duplikasi usaha.
c. Tanggung jawab senior adalah menerima program audit dan instruksi
untuk era audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior
auditor memimpin staf auditor dalam pekerjaan laporan audit.
d. Tanggung jawab staf auditor adalah melaksanakan tugas audit pada
suatu lokasi audit.
Di dalam Standar Profesi Audit Internal (2004), ruang lingkup audit
internal adalah sebagai berikut:
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian dan
governance dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan
a. Pengelolaan risiko
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara
mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pengelolaan dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern.
b. Pengendalian
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem
pengendalian intern.
1) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.
2) Keandalan informasi.
3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Pengaman aset organisasi.
c. Proses governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang
sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai
tujuan-tujuan berikut:
1) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai dalam
organisasi.
2) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan
3) Secara efektif mengkomunikasikan resiko dan pengendalian
kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.
4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari dan
mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan
pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen.
Lebih lanjut penulis lain menyebutkan bahwa fungsi Auditor Intern
adalah:
a. Menentukan baik tidaknya internal auditor dengan memperhatikan
pemisahan fungsi dan apakah prinsip akuntansi benar-benar telah
dilaksanakan
b. Bertanggung jawab dan menentukan apakah pelaksanaannya mentaati
peraturan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan sampai menilai
apakah hal-hal tersebut perlu diperbaiki atau tidak
c. Memverifikasi dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem
akuntansi (accounting system) dan pelaporan
d. Menilai kehematan, efisiensi dan efektivitas kegiatan
e. Melaporkan secara obyektif apa yang diketahuinya kepada manajemen
disertai rekomendasi perbaikannya (Sucipto, 2007:4)
3. Misi dan Peran Auditor Intern
Auditor Intern memberikan informasi yang diperlukan manajer
dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor Intern
perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta
efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor Intern memiliki
peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.
4. Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern Tabel 1.1.
Perbedaan Auditor Intern dengan Auditor Ekstern
Auditor Intern Auditor Ekstren
a. Merupakan karyawan
perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen. b. Melayani kebutuhan organisasi,
meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan. c. Fokus pada kejadian-kejadian
di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.
d. Langsung berkaitan dengan
pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau
perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.
e. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.
f. Menelaah aktivitas secara terus-menerus
a. Merupakan orang yang
independen di luar perusahaan.
b. Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.
c. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.
d. Sekali-kali memperhatikan
pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara material.
e. Independen terhadap
manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.
f. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik, biasanya setahun sekali.
Menurut sawyer, et al (2003:10) teknik-teknik audit internal terdiri
dari 6 tahap pendekatan, diantaranya :
1) Penentuan risiko
Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi
manajemen dan auditor internal. Auditor internal harus memiliki
pemahaman mengenai proses penentuan resiko dan sarana yang
digunakan untuk melakukannya. Selain itu, auditor internal harus
memasukkan hasil penentuan risiko kedalam program audit untuk
memastikan bahwa pengendalian yang dibutuhkan memang survei
pendahuluan diterapkan untuk mengurangi resiko. Resiko audit terdiri
atas:
a) Risiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu asersi atas
terjadinya salah saji material, dengan mengasumsikan bahwa tidak
ada kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal terkait
yang ditetapkan.
b) Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa salah saji
material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan atau
prosedur pengendalian internal suatu entitas. Resiko ini ditentukan
saat mengevaluasi pengendalian dan strategi entitas yang diaudit.
c) Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu
2) Survei pendahuluan
Survei pendahuluan berguna untuk memperoleh gambaran lebih
dahulu mengenai aktifitas yang akan direview dimana seorang auditor
bisa mendapatkan keadaan perusahaan secara umum baik kekuatan
maupun kelemahannya. Terdapat 6 langkah dasar dalam melakukan
survei pendahuluan, yaitu :
a) Melakukan studi awal
Studi awal yang dilakukan mencakup penelahaan atas kerja tahun
sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan, organisasi dan
dokumen-dokumen yang akan membantu untuk lebih memahami
subjek audit.
b) Mendokumentasikan
Auditor akan melakukan beberapa langkah yang akan mengarah
pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien, seperti
pembuatan daftar pengingat dan daftar isi untuk kertas kerja dan
pembuatan kuesioner untuk wawancara dan diskusi dengan
manajer klien.
c) Bertemu klien
Pertemuan auditor dengan manajer klien memberi peluang bagi
auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan
dijelaskan. Pada kesempatan ini, auditor menjelaskan tujuan,
sasaran dan standar operasi serta mengenali gaya manajemen yang
d) Mendapatkan informasi. Informasi yang diperlukan dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 fungsi dasar manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
e) Mengamati
Pengamatan yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran lebih nyata mengenai kegiatan yang direview. Observasi
dapat memberikan gambaran dan kesan tersendiri atas aktivitas
yang diamati.
f) Membuat bagan alir
Bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor.
Bagan alir memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana
untuk menganalisis operasi yang kompleks.
g) Melaporkan
Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan
audit seharusnya mencakup langkah-langkah audit yang disarankan
dan rasional. Auditor juga harus mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya.
Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus
dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan
fase pelaporan.
3) Program audit
Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei
menyiapkan program audit segera setelah survei pendahuluan program
audit harus menunjukkan lingkup pekerjaan audit. Program tersebut
harus memperjelas hal-hal apa yang akan tercakup dalam audit dan
yang tidak.
Program audit harus mencakup estimasi waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan setiap segmen audit. Estimasi ini memang
merupakan estimasi awal, tetapi membantu penanggung jawab audit
dan supervisor audit mengontrol dan menelaah kemajuan audit,
penyesuaian-penyesuaian terhadap estimasi mungkin dilakukan, sesuai
kemajuan audit, jika keadaan berbeda dari yang diantisipasi.
4) Pekerjaan lapangan
Pekerjaan lapangan merupakan suatu proses sistematis untuk
mendapatkan keyakinan dengan mengumpulkan bukti mengenai
kegiatan suatu aktivitas operasi, termasuk pula penilaian atas bukti
yang terkumpul dan temuan yang didapat, apakah operasi dilaksanakan
sesuai standar yang telah ditetapkan.
Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk melengkapi prosedur audit
yang tertuang dalam audit program, dalam rangka mencapai tujuan
audit.
Auditor dapat mencapai tujuan audit melalui proses yang disebut
pengujian. Pengujian dilaksanakan dengan memilih beberapa transaksi
auditor suatu dasar opini untuk pembentukan opini audit.
Langkah-langkah pengujian pokok adalah :
a) Penentuan standar
b) Perumusan populasi
c) Pemilihan sampel transaksi
d) Pengujian atas transaksi yang telah dipilih
Pada prinsipnya terdapat dua jenis bukti, yaitu bukti hukum dan
bukti audit. Bukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan.
Keduanya memiliki tujuan yang sama untuk memberikan bukti, yang
mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap
pernyataan atas suatu masalah. Namun bukti hukum sangat
mengandalkan pengakuan lisan, sedang bukti audit lebih
mengandalkan bukti-bukti dokumen.
5) Temuan Audit
Selama pelaksanaan pekerjaan, Auditor Intern mengidentifikasi
akan kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan.
Penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang
dapat diterima disebut temuan audit (audit findings).
Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil dan tidak
membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang
dilaporkan haruslah:
b) Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti
yang memadai, kompeten, dan relevan
c) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka
d) Relevan dengan masalah-masalah yang ada
e) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada
manajemen. Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin
dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang
salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol.
Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung
jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab
manajemen. Lebih disukai Auditor Intern mengusulkan metode
tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen.
Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit
adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan
audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan
mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk
memperbaiki kekurangan.
6) Kertas Kerja
Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang
disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor
menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit.
Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini
dalam proses audit:
a) Rencana audit, termasuk program audit.
b) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol
internal.
c) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh,
dan kesimpulan yang dicapai.
d) Penelaahan kertas kerja.
e) Laporan audit.
f) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Audit intern menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang
berbeda, yaitu:
a) Untuk mendukung laporan audit.
b) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,
penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses,
pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.
c) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan
audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan
terjadi dan luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan
e) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang
melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi.
f) Untuk menjadi sarana bagi auditor ekstern dalam mengevaluasi
pekerjaan Audit Intern dan kemudian menggunakannya dalam
penilaian audit ekstern atas sistem kontrol internal organisasi.
g) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan
selanjutnya.
h) Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor ekstern
atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas Audit Intern.
i) Menjadi bagian dokumentasi.
C. Kompetensi Auditor
Menurut Webster’s Ninth Collegiate Dictionary (1983) dalam Rani
Widyastuti (2009:21) kompetensi atau keahlian adalah keterampilan dari
seorang ahli.
Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu:
“Competence is definined as the ability to adequately perform a task, duty of role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing.”
Berdasarkan definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai
kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran atau tugas, kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan
keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang
dilakukan.
Menurut Mahrissa Kusumamelati (2007:18) kompetensi dapat diartikan
sebagai kemampuan, keterampilan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, dan
wawasan seseorang terhadap suatu bidang. Secara awam kompetensi juga
dapat diartikan sebagai tingkat latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang yang mungkin akan dapat memberikan pengaruh terhadap orang itu
sendiri dalam menjalankan tugasnya.
Kualifikasi audit internal menurut Amin W. Tunggal (2000:22-27) antara
lain :
1. Audit Internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang memadai
karena Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan. Oleh karena
itu, Audit Internal harus mengerti catatan keuangan dan Akuntansi
sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik.
2. Selain pendidikan dan pelatihan seorang Auditor Internal juga harus
berpengalaman dibidangnya. Apabila ia seorang Auditor yang baru, ia
harus dibimbing oleh Auditor yang kompeten.
Seorang Auditor dikatakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Auditor Internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi,
selain itu juga harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan
persoalan karyawan perusahaan mulai dari tingkat bawah sampai
tingkat atas.
c) Auditor Internal harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu
yang harus diselesaikan dan kesalahan yang telah dibuat sebisa
mungkin harus bisa dihindari.
d) Auditor Internal menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap
Profitabilitas dan Efesiensi kegiatan perusahaan.
e) Mempertimbangkan Audit sebagai mitra, karena tujuan dari Audit
Internal bukanlah mengkritik tetapi untuk meningkatkan operasi
perusahaan.
f) Seorang Auditor Internal harus mempunyai ide-ide cemerlang untuk
membangun organisasi.
Konsorsium organisasi Profesi Audit Internal (2004:9), menyatakan
bahwa penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan
kecermatan profesional.
1. Keahlian
Ada lima komponen-komponen keahlian seperti yang dikemukakan oleh
Abdolmohammadi, Searfoss, dan Seanteau (1992) dalam Rani Widyastuti
(2009) yaitu:
a) Komponen Pengetahuan
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian.
Komponen-kompunen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta,
prosedur, dan pengalaman.
Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi,
kreativitas, kerjasama, dan percaya pada keahlian.
c) Kemampuan Berpikir
Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan
mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukan ke
dalam unsur kemampuan berpikir seperti kemampuan untuk
beradaptasi pada situasi baru dan abigius, keamampuan untuk
memfokuskan pada fakta-fakta relevan dan kemampuan untuk
mengabaikan fakta yang tidak relevan, dan kemampuan untuk
menghindari tekanan.
d) Strategi Penentuan Keputusan
Kemampuan seorang dalam membuat keputusan secara sistematis baik
formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi
keterbatasan manusia.
e) Analisis Tugas
Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan analisis tugas
ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Audit
Internal harus memiliki keahlian, ketrampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.
2. Kecermatan Profesional
Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan layaknya
dilakukan oleh seorang Auditor internal yang bijaksana dan kompeten,
kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, kecukupan
dan Efektifitas manajemen resiko, pengendalian dan proses governance,
biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan,
penggunaan teknik-teknik Audit berbasis komputer dan teknik-teknik
analisis lainnya.
Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008), audit internal yang kompeten
dapat dilihat dari:
a. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh audit internal merupakan
orang-orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan
pengalaman dibidang audit.
b. Setiap orang yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk
mengembangkan diri melalui peningkatan-peningkatan pengetahuan di
bidang audit, akuntasi dan bidang-bidang lainnya yang berkaitan
dengan aktivitas perusahaan.
c. Setiap staf audit internal diwajibkan untuk mengikuti pelatihan
pendidikan keahlian dalam bidang audit internal.
D. Independensi Auditor
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan,
Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit
(PSA) No. 04 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan auditor bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan
auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak
memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang
justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.
The Indonesian Institite of Corporate Governance (IIGC) dalam Forum
for Good Corporate Governance (2001:8) menyebutkan bahwa independensi
profesional adalah suatu bentuk sikap mental yang sulit untuk dapat
dikendalikan karena berhubungan dengan integritas seseorang. Melakukan fit
and proper test terhadap kandidat yang akan menduduki jabatan tertentu di
perusahaan merupakan salah satu usaha mengetahui independensi profesional.
Akan tetapi, integritas independensi seseorang lebih ditentukan oleh apa yang
sebenarnya diyakininya dan dilaksanakannya dalam kenyataan (in fact) dan
bukan oleh apa yang terlihat (in appereance).
Auditor Intern yang professional harus memiliki independensi objektif,
tidak bias, dan tidak dibatasi, serta melaporkan masalah apa adanya, bukan
melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Audit Intern harus bebas
dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu Auditor
Seperti yang dikemukakan IIA (1999:97), sebagai berikut :
“ Internal auditor should Be independent of the objective of the activities they audit. Internal auditors are independen when they carry out their work freely and objectively. Independence permits internal auditor to render to impartial and unbiased judgments and essential to the proper conduct of audits. It is achieved throught organization status and objectivity.” (Independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif juga dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independensi dapat dicapai melalui status organisasi dan objektifitas).
Menurut Hiro Tugiman (2003:16), status organisasi dan objektifitasnya
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
a. Status Organisasi
Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara
keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan
keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan
dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan
pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas
dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar
pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus
mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif.
b. Objektifitas
Objektifitas adalah sikap mental yang independen yang harus
dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan
pemeriksaannya. Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan
dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan
berdasarkan penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah
melakukan tugasnya secara objektif. Independensi merupakan standar
umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam
Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 04 (SA Seksi 220), standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai
auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan
siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.
E. Good Corporate Governance (GCG)
Akhmad Syakhroza (2003:14) mendefinisikan Corporate Governance
sebagai berikut:
“Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board” untuk
mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis, dan produkif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparan,
Definisi corporate governance menurut Forum for Corporate Governance
in Indonesia (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan
definisi Cadbury Committee, yaitu:
"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."
Selanjutnya Finance Committee On Corporate Governance Malaysia
mendefinisikan,
“Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Definisi ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur Corporate Governance namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai” (Herwidayatmo, 2000:25)
Corporate governance mempunyai tujuan untuk menciptakan nilai tambah
bagi pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci terminologi
corporate governance dapat digunakan untuk menjelaskan peranan dan
perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengelola perusahaan, dan
pemegang saham (Forum for Corporate Governance, 2001:1).
Jadi, Corporate Governance merupakan proses yang diterapkan dalam
menjalankan suatu perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya. Jadi yang dimaksud dengan stakeholder lainnya adalah
dan eksternal perusahaan seperti kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan,
pemerintah dan masyarakat.
Good corporate governance pada lembaga keuangan, khususnya bank
memiliki keunikan bila dibandingkan good corporate governance pada
lembaga keuangan non-bank. Hal ini lebih disebabkan oleh kehadiran deposan
sebagai suatu kelompok stakeholders yang kepentingannya harus diakomodir
dan dijaga. Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil
dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga
otoritas, norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan
diadopsi oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan
tugas dan peran yang jelas untuk mendorong disiplin, dan melaksanakan
fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk pembentukan good corporate governance pada perbankan antara lain: sistem
pengendalian intern, manajemen risiko, ketentuan yang mengarah pada
peningkatan keterbukaan informasi, sistem akuntansi, dan audit ekstern.
Ditinjau secara yuridis bank bertanggung jawab kepada banyak pihak
(stakeholders). Pihak dimaksud antara lain terdiri dari nasabah penabung,
pemegang saham, investor obligasi, bank koresponden, regulator, pegawai
perseroan, pemasok serta masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian
penerapan good corporate governance merupakan suatu kebutuhan bagi setiap
bank (Sekar Ayu, 2009).
Di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI 2009 ruang lingkup
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi.
b. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
c. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern.
d. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas audit intern dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengandalian intern, mengidentifikasi dan
mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pengelolaan resiko.
1. Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance
a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan
transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang
cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Selanjutnya jika prinsip
transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan
terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak
dalam manajemen.
b. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif. Bila prinsip accountability ini diterapkan secara efektif,
maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang dan
Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari
kondisi agency problem (benturan kepentingan peran).
c. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan
bank dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
d. Independensi (independency) yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain.
e. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
F. Kerterkaitan antar variabel
1. Kompetensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Audit internal harus memiliki keahlian, ketrampilan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab
perorangan. Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008) dalam penelitiannya
dimiliki oleh audit internal merupakan orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang memadai dan pengalaman dibidang audit, Setiap orang
yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk mengembangkan
diri melalui peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntansi dan
bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki
Nurfajri (2009) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas komite audit. Kompetensi dianggap
merupakan faktor penting untuk menunjang tugas dari komite audit yang
memiliki peranan strategis dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan
pengendalian perusahaan secara efektif. Pengalaman dan pengetahuan di
bidang keuangan, bisnis, akuntansi, maupun audit akan sangat
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh komite audit. Dan dari
penelitian tersebut hasilnya kompetensi sangat berpengaruh terhadap
efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate
Governance.
Ha1 = Kompetensi berpengaruh terhadap efektifitas audit internal dalam
mewujudkan good corporate governance
2. Independensi terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Penelitian yang dilakukan
oleh Mahrisa Kusumamelati (2008). Independensi juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit (Rizki Nurfajri,
2009). Aspek independensi komite audit merupakan hal yang sering
dipersoalkan. Dalam hal ini anggota komite audit dirangkap oleh orang
yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, jelas hal ini akan menjadi
permasalahan, karena hal tersebut akan mengurangi kemandirian komite
dalam menyatakan sikap atau pendapat. Independensi menjadi alasan
utama untuk meme lihara integritas dan penilaian yang objektif dari
komite audit dalam laporan dan rekomendasi yang dibuat. Untuk itu dalam
melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka
seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan
bertindak secara objektif. Dan dari penelitian tersebut hasilnya
independensi sangat berpengaruh terhadap efektivitas audit internal dalam
mewujudkan Good Corporate Governance.
Ha2 = Independensi berpengaruh terhadap efektifitas audit internal dalam
mewujudkan good corporate governance
3. Kompetensi dan Independensi Audit terhadap Efektivitas Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Kualifikasi audit internal menurut Amin W. Tunggal (2000:22-27)
antara lain Audit Internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang
Oleh karena itu, Audit Internal harus mengerti catatan keuangan dan
Akuntansi sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik.
Menurut Mahrisa Kusumamelati (2008) dalam penelitiannya audit internal
yang kompeten dapat dilihat dari Sumber daya manusia yang dimiliki oleh
audit internal merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang
memadai dan pengalaman dibidang audit, Setiap orang yang menjadi
seorang auditor internal diwajibkan untuk mengembangkan diri melalui
peningkatan-peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntansi dan
bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Audit
intern dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dituntut untuk
selalu mempertahankan sikap independen karena setiap kali melaksanakan
audit, audit internal berkewajiban untuk memberikan laporan mengenai
pelaksanaan serta hasil auditnya kepada pimpinan dan audit internal tidak
mudah dipengaruhi dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan
siapapun untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Dan dari
penelitian tersebut hasilnya kompetensi sangat berpengaruh terhadap
efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate
Governance.
Ha3 = Kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap efektifitas audit
G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Alat
analisis Hasil
H. Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Standar Uji
1. Normalitas Data
2. Asumsi Klasik
3. Validitas
4. Reliabilitas
5. Uji Statistik t
6. Uji Statistik F
Efektivitas audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance
Independensi
1. Kompetensi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance
2. Independensi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efektivitas audit internal dalam mewujudkan good corporate governance
3. Kompetensi dan independensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas audit internal
dalam mewujudkan good
corporate governance
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
adalah Deskriptif Kualitatif, yakni dengan cara menggambarkan atau
menjelaskan secermat mungkin suatu hal dari data-data yang tersedia, setelah
itu kemudian peneliti menganalisis data-data tersebut kedalam rumusan
masalah yang akan dijadikan objek analisis oleh peneliti.
Penelitian ini dibatasi pada pengungkapan masalah yang akan dikaji
oleh peneliti terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit
internal dalam mewujudkan good corporate governance. Populasi penelitian
ini adalah auditor internal pada perbankan di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode convinience sampling. Menurut Hamid (2007:30)
convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif.
Metode ini dipilih untuk menentukan sampel penelitian dengan
objek penelitian atau sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan
yaitu pegawai yang bekerja di bagian internal audit pada bank yang terdapat di
Jakarta. Para pegawai tersebut dipilih tanpa adanya kriteria-kriteria tertentu
seperti tingkat pendidikan, lamanya bekarja, atau jabatan tertentu.
C. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan suatu keterangan yang dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau persoalan. Data yang baik adalah data yang penuh
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi serta tepat waktu melalui penjajakan
dalam observasi.
Menurut Sugiono (2008:139) bila dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
“ Sumber primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misal melalui orang lain atau melihat dokumen”.
Dalam pengumpulan data yang akan di analisis, penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
1. Data Primer (Primery Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa
persepsi (opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil
observasi suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data