• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong Karya Tjahja Gunawan Diredja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong Karya Tjahja Gunawan Diredja"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WACANA PESAN MORAL

DALAM BUKU CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG

KARYA TJAHJA GUNAWAN DIREDJA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh:

KARTIKA SARI NIM: 108051000194

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Analisis Wacana Pesan Moral

Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong Karya Tjahja Gunawan Diredja

Buku sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi banyak mengandung pesan, baik pesan sosial, pesan moral, maupun pesan keagamaan. Buku yang mengandung nilai-nilai moral adalah buku yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung ajaran tentang tingkah laku yang baik, buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong merupakan salah satu buku biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Setiap bab selalu ada hal yang membuat peneliti merenung memikirkan isi buku ini. Karena tak hanya sekedar cerita tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup.

Moral dan akhlak dilihat dari arti kebahasaan mengandung pengertian yang sama yakni budi pekerti, kelakuan atau kebiasaan tetapi dilihat dari landasan kebahasaan moral berarti adat atau kebiasaan yang bertumpu pada etika, sedangkan akhlak berarti budi pekerti (khuluq) yang bertumpu pada nilai-nilai Illahiyah dan Rabbaniyah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis wacana Model analisis wacana yang digunakan adalah model Teun A Van Dijk, modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Tjahja Gunawan Diredja selaku penyusun buku biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pesan moral yang terkandung dalam buku tersebut.

Penelitian ini melakukan observasi teks yaitu pengamatan untuk menganalisis makna pesan moral yang terdapat dalam teks tersebut, pengolahan data akan disesuaikan dengan kerangka analisis wacana model Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis pesan moral dilihat dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya.

Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, bukan hanya karena kerja keras

dan doa penulis, namun banyak pihak yang turut serta berjuang dan berdoa di

dalamnya. Jazakumullah khoirul jaza’, karena tanpa adanya bantuan dari orang-orang tercinta tersebut, skripsi ini mungkin tidak akan selesai. Ucapan terima

kasih ini penulis hanturkan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H.

Arief Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H.

Mahmud Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rijal LK, MA. yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal.

2. Drs. Jumroni, M. Si, Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam dan Dra. Umi Mussyarofah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan

(6)

iii

3. Bapak DR. H. Sunandar, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi serta dapat meluangkan

waktunya untuk membenahi hal-hal yang salah di dalam bimbingan.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis

dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta staffnya.

6. Terimakasih kepada Bapak Tjahja Gunawan Diredja selaku penyusun

buku biografi Chairul Tanjung sekaligus sebagai narasumber yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan bantuan

yang dibutuhkan kepada penulis.

7. Kedua orang tua penulis yang tercinta: Ayahanda dan Ibu, yang selalu

mendidik, melindungi menjaga dan mendo’akan ananda dengan kasih

sayang yang tidak terhingga dan tidak ternilai dengan apapun. Semoga

allah selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan dunia maupun

akhirat.

8. Saudara-saudari sekandung penulis: (kaka), (adik) yang selalu mendukung,

menghibur dan memberikan masukan bagi penulis.

9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan KPI 2008: beserta teman-teman lainnya yang belum

tersebut, kakak dan adik-adik kelas yang telah memberikan semangat dan

bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tercinta dan terbaik yang selalu penulis sayangi dan

(7)
(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pesan Moral ... 18

1. Pengertian Pesan ... 18

2. Pengertian Moral, Etika, dan Akhlak ... 20

B. Analisis Wacana ... 25

1. Pengertian Analisis Wacana ... 25

2. Wacana Model Teun A. Van Dijk ... 29

3. Varian Analisis Wacana ... 32

C. Ruang Lingkup Biografi ... 34

(9)

vi

2. Jenis-jenis Biografi ... 36

3. Langkah-langkah Mengulas Buku Biografi ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung ... 40

B. Gambaran Umum Penyusun Tjahja Gunawan Diredja ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Teks Wacana Pesan Moral ... 46

B. Analisis Kognisi Sosial Wacana Pesan Moral ... 69

C. Analisis Konteks Sosial Wacana Pesan Moral ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran-saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(10)

1

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran keanekaragaman media komunikasi adalah salah satu yang dapat

dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan

takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik

yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh

karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif

dalam menyampaikan nilai moral kepada masyarakat dan kebenaran Islam. Pesan

moral hendaknya dikemas secara komprehensif seperti halnya buku biografi. Buku

merupakan salah satu dari sekian banyak media komunikasi, yang sangat berperan

dalam kegiatan komunikasi, dalam skripsi ini lebih dikhususkan kepada buku

Biografi.

Di antara hadirnya media tersebut, yang banyak diminati masyarakat adalah

buku, karena buku bisa dibaca berulang-ulang sesuka pembacanya. Selain itu juga

buku merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan yang kehadirannya saat ini

akrab dengan keseharian manusia. Oleh karena itu buku adalah medium komunikasi

yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan

(edukatif) secara penuh (media yang komplit). Karena dalam penyampaian

pesan-pesan kepada masyarakat disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa

merasa digurui.

(11)

2

Buku sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses

komunikasi banyak mengandung pesan, baik pesan sosial, pesan moral, maupun

pesan keagamaan. Buku adalah alat untuk pengajaran moral dan pendidikan, yang

mengkritik tentang kepincangan moral bangsa. Buku yang mengandung nilai-nilai

moral adalah buku yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial,

mengandung ajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan mudah diterima oleh

khalayak pembaca karena buku memberi ruang pikir bagi khalayak untuk menerima

atau menolak pesan maupun gagasan yang disampaikan.

Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai pesan, amanat atau

message. Bahkan unsur amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari

penulisan karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai

pendukung pesan. Hal itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang

disampaikan lewat cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan lewat cerita

nonfiksi. Karya sastra fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan

dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan harkat dan martabat manusia.

Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada dasarnya bersifat universal.

Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh seluruh manusia. Ia

tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walau pada praktiknya

memang terdapat ajaran moral kesusilaan yang berlaku dan diyakini oleh kelompok

tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan pesan moral yang bersifat universal,

(12)

3

Chairul Tanjung si anak Singkong, menurut peneliti adalah salah satu buku

biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Setiap bab selalu ada hal yang

membuat peneliti merenung memikirkan isi buku ini. Karena tak hanya sekedar cerita

tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup. Buku ini mengisahkan kisah perjalanan

Chairul Tanjung yang berhasil mengubah hidupnya dari no body menjadi somebody,

from zero to hero.

Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah

keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, Chairul Tanjung mampu melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik

anak-anaknya termasuk Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa

keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh

dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak

mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa

depan.

Itulah masalah Chairul Tanjung muda, jalan hidupnya ternyata penuh

perjuangan untuk menggapai sukses. Dan bagaimana seorang Chairul Tanjung,

berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya

sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.

Dalam buku ini, Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu

adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

“Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan

kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung

(13)

4

Buku ini juga menjadi perbincangan yang sangat seru di berbagai situs

jejaring sosial karena sarat akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan

penulisannya yang cukup unik yakni alurnya yang maju-mundur, yang membuat

pembaca benar-benar harus berpikir dalam menginterpretasikannya.

Berkaitan dengan pemaknaan atau interpretasi teks (wacana) mengenai pesan

moral dalam buku Chairul Tanjung si Anak Singkong, pada penelitian ini peneliti

akan menggunakan analisis wacana dengan teori Teun A. Van Dijk dengan analisis

wacana kritis, guna mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan elemen wacana

Van Dijk dan dapat melahirkan kritikan yang menjadikan karya sastra ini sesuatu

yang patut untuk diperbincangkan serta di kritisi karena nilai-nilai yang terkandung

di dalamnya.

Semakin banyak buku-buku yang bermunculan di penerbit yang kian

menghadirkan banyak pilihan, namun ada satu buku yang mencuri hati peneliti, ini

adalah sebuah buku yang sedang diganderungi masyarakat ibukota saat ini yaitu buku

autobiografi dari seorang tokoh yang sekarang menjadi konglomerat.

Buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” diluncurkan bertepatan dengan

usia Chairul Tanjung (CT) setengah abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah

pengusaha Indonesia yang sukses dalam wirausahanya dan memperluas usahanya.

Buku setebal 382 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini

disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Diredja. Buku ini diberi kata

(14)

5

Buku Chairul Tanjung si anak Singkong, dilihat dari perspektif komunikasi

sebagai salah satu karya sastra yang juga membawa nilai-nilai moral Islam sebagai

bentuk dakwahnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam mengenai buku "Chairul Tanjung Si Anak

Singkong" karya Tjahja Gunawan Diredja, yang mengemas pesan moral dengan

kehidupan duniawi sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian

wacana yang ditampilkan dalam buku tersebut.

Dalam pengantar buku itu, Jakob Oetama menulis bahwa ia kagum dan

mengapresiasi anak muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan,

dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit banyak

digerakkan ambisi. Menurut Jakob, Chairul Tanjung telah membuktikan bahwa

entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.

Buku ini selain menarik untuk diteliti juga menarik untuk dibaca dan

bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang Chairul

Tanjung berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil

(15)

6

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih dalam mengenai buku "Chairul Tanjung Si Anak Singkong" karya

Tjahja Gunawan Diredja, yang mengemas pesan moral dengan kehidupan duniawi

sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian wacana yang

ditampilkan dalam buku tersebut. Dengan demikian berdasarkan permasalahan di atas

maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai pesan moral apa saja yang

terkandung di dalam buku tersebut dengan memberi judul “ Analisis Wacana Pesan

Moral Dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan

Diredja ’’

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka ruang lingkup yang akan

diteliti dibatasi pada pesan moral yang terdapat pada “tagline” masing-masing bab dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja,

terdiri dari 40 bab, 382 halaman, yang diterbitkan oleh Kompas.

Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat dalam

buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong?

2. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Kognisi sosial yang terdapat

dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong?

3. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang terdapat

(16)

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang

menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan analisis Teks

yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.

2. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Kognisi

Sosial yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.

3. Dan Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Konteks

Sosial yang terdapat dalam buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan

komunikasi, terutama studi tentang analisis wacana, dengan fokus kepada

analisis wacana karya sastra, sehingga secara umum dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi bagi kajian komunikasi penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan

bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan memberikan

masukan serta inspirasi bagi para peminat peminat karya sastra dengan

muatan dakwah dan pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia

(17)

8

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik

analisis wacana terhadap buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya

Tjahja Gunawan Diredja. Model analisis wacana yang digunakan adalah

model Teun A Van Dijk, modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial

terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks.

Menurutnya penelitiannya atas wacana tidak cukup hanya hasil dari suatu

praktek produksi yang harus diamati.1

Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari analisis isi selain

kuantitatif yang dominan dan banyak digunakan dalam sebuah penelitian. Jika

analisis kuantitatif lebih memfokuskan pada sisi komunikasi yang tampak

(tersurat/tampak/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang tersirat

(latent), misalnya ideologi apa yang ada di balik suatu berita, maka dilakukan riset analisis isi kualitatif. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, metode

analisis isi kualitatif berkembang menjadi beberapa varian metode, analisis

wacana salah satunya di samping analisis framing dan semiotik.2 Pretensi analisis wacana adalah pada muatan, nuansa dan makna yang latent

(tersembunyi) dalam teks media.3

1

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LKis, 2001), h. 221

2

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis : Riset Komunikasi. (Jakarta :Kencana, 2006), h. 62

3

(18)

9

Berdasarkan level konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai

domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang

mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara dalam

konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat

dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Pengertian ini

menekankan pada upaya untuk mengidentifikasi struktur tertentu dalam

wacana, yaitu kelompok ujaran yang diatur dengan suatu cara tertentu,

misalnya wacana imprealisme dan wacana feminisme. Sedangkan dilihat dari

metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk

menjelaskan sejumlah pertanyaan.4

Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi, yaitu: Teks,

kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk menggunakan

pendekatan kritis dimana pandangan ini memiliki dasar teoritis dalam

memandang hubungan timbal balik antara peristiwa mikro (peristiwa verbal)

dan struktur-struktur makro yang mengondisikan dan menghasilkan peristiwa

mikro. Bila digambarkan maka skema penelitian dan metode yang bisa

dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah sebagai berikut:

4

(19)

10

Tabel 1. Skema dan Metode Penelitian Van Dijk

Struktur Metode

Teks

Menganalisa bagaimana strategi wacana yang

dipakai untuk menggambarkan seseorang atau

peristiwa tertentu

Struktur makro:

 Tematik

Super struktur:

 Skematik

Struktur mikro:

 Semantik

 Sintaksis

 Stilistik

 Retoris

Kognisi Sosial

Menganalisa bagaimana peritiwa dipahami,

didefinisikan dan ditafsirkan dengan

memasukkan informasi yang digunakan untuk

menulis dari suatu wacana tertentu. (alasan

penulis)

Konteks Sosial

Menganalisa bagaimana wacana

menggambarkan teks dan konteks secara

(20)

11

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam menganalisis data menggunakan

deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu teknik yang objektif, sistematik

dengan menggunakan metode observasi serta menggambarkan secara

kualitatif pernyataan komunikasi yang diungkapkan.5 3. Objek dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Tjahja Gunawan Diredja selaku

penyusun buku biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah pesan moral yang terkandung dalam buku

tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Research Document, yaitu analisis pada buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja. Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara

penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan

dengan sistematis fenomena yang diselidiki.6 Penelitian ini melakukan observasi teks yaitu pengamatan untuk menganalisis makna pesan moral yang

terdapat dalam teks tersebut. Peneliti menghimpun data-data dan literatur,

5

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215

6

(21)

12

baik buku-buku, internet, yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini melalui

penelitian kepustakaan.

Pengolahan data akan disesuaikan dengan kerangka analisis wacana

model Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis pesan moral dilihat dari analisis

teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam dimensi teks yang diteliti

adalah struktur dari teks yang masing-masing bagian saling mendukung,

dalam dimensi kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks diproduksi,

sedangkan konteks sosial melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih

jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik

atas suatu wacana. Kemudian dari ketiga dimensi di atas peneliti akan

melakukan interpretasi berdasarkan temuan data yang terdapat dalam teks,

kognisi sosial, dan konteks sosial.

b. Wawancara

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan dan menguatkan data

dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada penulis buku Chairul

Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja, dan juga kepada

beberapa pembacabuku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.

5. Analisis Data

a. Proses Penafsiran data

Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada

penjumlahan unit kategori. Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi,

(22)

13

mengandalkan interpretasi dan penafsiran penulis. Setiap teks pada dasarnya

dapat dimaknai secara berbeda, dan dapat ditafsirkan secara beragam7. Dalam tahap ini, penulis akan memperhatikan data-data yang terdapat dalam buku

Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja, kemudian

akan ditafsirkan penulis dengan disesuaikan pada kerangka analisis wacana

yang dikemukakan oleh Van Dijk.

b. Penyimpulan Hasil Penelitian

Kesimpulan hasil penelitian diambil berdasarkan pada interpretasi

peneliti atas obyek yang diteliti dan data yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa skripsi yang dijadikan

tinjauan pustaka, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. “Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel (Analisis Wacana

Teun A. Van Dijk Mengenai Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis

Dalam Novel Indiana Chronicles "Blues" Karya Clara Ng)”. Skripsi ini ditulis

oleh mahasiswi Universitas Indonesia bernama Khairia Rahmatika, Fakultas

Ilmu Komunikasi. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Indiana

Chronicles "Blues" Karya Clara Ng menggambarkan gaya hidup wanita

metropolis dengan bahasa yang ektreem namun pesan yang tersampaikan sangat menarik, dan novel ini merupakan salah satu novel best seiler di dunia.

7

(23)

14

2. “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di

Wajahmu Karya Tere Liye”. Skripsi ini di tulis oleh mahasiswi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Fakultas Dakwah dan Komunikasi, skripsi

ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Karya Tere Liye menggambarkan nilai moral yang terkandung dalam novel

tersebut.

3. “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye” oleh Heni Sintawati, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulllah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini secara umum menyajikan tentang

kuantitas pesan dakwah yang terkandung dalam Novel Hafalan Solat Delisa

yang ditulis oleh Tere Liye.

4. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Novel ‘Ketika Cinta Bertasbih‟ Karya

Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Fatma Irmawati,

mahasiswi fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam. Skripsi ini menggunakan model analisis wacana klasik Van

Djik dengan mengelompokkan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam

novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburahman El-Shirazy. Novel yang sangat fenomenal beberapa tahun lalu dan juga salah satu Novel bernuansa

islami dengan penjualan terbaik di Indonesia dan Timur Tengah.

Dari keempat tinjauan pustaka tersebut, perlu ditekankan bahwa penelitian

yang akan dilakukan mempunyai ciri khas tersendiri yang merupakan karakter dari

(24)

15

antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Novel pada kajian pustaka nomor satu merupakan novel yang menceritakan tentang

kehidupan metropolis jauh dari nilai-nilai keislaman, dan penjabarannya lebih

menekankan pada penggunaan bahasa yang dikomunikasikan dalam novel tersebut

yang dinilai ekstreem sedangkan pada penjabaran skripsi ini lebih mendetail pada wacana pesan moral yang disajikan dan dianalisis menurut teori Van Dijk.

Sementara pada kajian pustaka kedua, memiliki kesamaan kaitannya dengan

penulis novel namun judul dan hal yang dibahas berbeda, jika pada skripsi yang

terdahulu dibahas seputar analisis isi (content analyze) pesan dakwah dan pada skripsi ini mengenai analisis wacana pesan moral. Dan terakhir pada kajian pustaka ketiga

yang ditulis oleh Fatma Irmawati memiliki kesamaan pada objek yang diteliti yakni

novel, namun berbeda pada spesifikasi penelitiannya. Jika pada skripsi yang diajukan

Fatma mengenai analisis wacana pesan dakwah sementara skripsi ini diajukan

mengenai analisis wacana pesan moral.

Keempat penelitian yang disebutkan di atas hanya digunakan oleh penulis

sebagai referensi dalam mengembangkan tahapan demi tahapan dalam penulisan

(25)

16

F. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Karya Hamid Nasuhi dkk yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk memudahkan susunan penyusunan laporan akhir (skripsi) maka

dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut

memiliki beberapa sub-bab, yakni sebagai berikut:

BAB I : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Berisi Tinjauan Teori yang terdiri dari Analisis Wacana yang

meliputi: Pengertian Analisis Wacana, Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, Kerangka

Analisis Wacana: Teks, Kognisis Sosial, dan Konteks Sosial, Varian Analisis

Wacana, Ruang Lingkup Buku Biografi meliputi: Pengertian Biografi, Unsur-Unsur

dalam Biografi, Jenis-Jenis Biografi, Pesan Moral meliputi Pengertian Pesan,

Pengertian Moral, Etika dan Akhlaq.

BAB III : Berisi Gambaran Umum tentang Biografi (Riwayat Hidup) Tjahja

Gunawan Diredja dan Chairul Tanjung yang meliputi sejarah singkat mereka, Visi

Misi hidup mereka serta Visi Misi Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya

Tjahja Gunawan Diredja dan Ringkasan Cerita Buku Chairul Tanjung Si Anak

Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja.

(26)

17

Si Anak Singkong dilihat dari Aspek-aspek Moral, Analisis Wacana Pesan Moral

dilihat dari Kognisis Sosial, Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Konteks

Sosial, dan Bentuk-Bentuk Pesan Moral dalam Buku Chairul Tanjung Si Anak

Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja.

BAB V : Berisi Penutup yang memuat tentang Kesimpulan dari keseluruhan

penelitian dan juga Saran-saran yang bisa bermanfaat.

Bagian paling akhir dari susunan skripsi ini memuat antara lain seperti: Daftar

(27)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pesan Moral

Sebelum peneliti menjelaskan mengenai pengertian pesan moral, peneliti

akan menguraikan terlebih dahulu tentang definisi pesan dan definisi moral secara

umum, diantaranya sebagai berikut :

1. Pengertian Pesan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pesan diartikan sebagai perintah,

nasehat permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang

lain. Menurut Onong Uchjana pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

Dalam suatu kegiatan komunikasi, pesan merupakan isi yang disampaikan

oleh komunikator, atau juga keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh

komunikator terhadap komunikannya. Pesan dapat disampaikan secara langsung

dengan lisan atau tatap muka, bisa juga dengan menggunakan media atau saluran.

H.A.W. Widjaja dalam bukunya: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

menjelaskan bentuk pesan yang dapat bersifat informatif, persuasif; dan coersif.

a. Informatif, berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

b. Persuasif, atau bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan rupa pendapat

atau sikap sehingga ada perubahan.

(28)

19 c. Coersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dengan penyampaian cara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang

menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan

kalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan sebagainya.1

Pesan adalah keseluruhan dan apa yang disampaikan oleh komunikator.

Pesan mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha

mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara

panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan

selalu mengarah kepada tujuan akhir komuniikasi itu.2 Adapun bentuk pesan adalah:

a. Pesan verbal adalah pesan dengan menggunakan symbol-symbol verbal.

b. Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.3

Melalui berbagai pengertian pesan di atas, maka penulis berpendapat bahwa

novel maupun buku merupakan media komunikasi penyampaian pesan yang

memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan kesadaran bagi

pembacanya melalui pesan-pesan dalam novel maupun bukunya tersebut.

1

H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003), cet. Ke-5 h. 14-15

2

Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineke Cipta, 1988) h. 32

3

(29)

20 2. Pengertian Moral, Etika, dan Akhlak

Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik dan

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan

sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila.4

Kata moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu mores jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau

perbuatan yang secara layakdapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.5 Moral menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh

manusia di dalam perbuatannya dan menunjukkan jalan untuk melakukan jalan

tentang hal yang harus diperbuat.6 Sumber dan ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, segi batiniah dan segi

lahiriah. Orang-orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap yang batin

yang baik dan melakukan perbuatan yang baik pula. Dengan kata lain moral hanya

dapat diukur secara tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau secara

bersama.7

Gambaran tentang moral dalam pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan

pengertian moral dalam Islam. Dalam agama Islam kata moral lebih dikenal

dengan istilah akhlak.8

4

Widjaya, Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.14-15

5

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2003) cet. Ke-5, h. 94

6

Ahmad Amin, ETIKA:Ilmu Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), cet. Ke-8 h. 8

7

Purwa Hadiwardoyo, Moral dan Masalahnya, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), cet. Ke-9, h. 13

8

(30)

21 Moral dan akhlak dilihat dari arti kebahasaan mengandung pengertian yang

sama yakni budi pekerti, kelakuan atau kebiasaan tetapi dilihat dari landasan

kebahasaan moral berarti adat atau kebiasaan yang bertumpu pada etika,

sedangkan akhlak berarti budi pekerti (khuluq) yang bertumpu pada nilai-nilai Illahiyah dan Rabbaniyah.

Dalam hal ini Zakiah Daradjat mendefinisikan moral adalah kelakuan sesuai

dengan ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari hati bukan paksaan dari

lkhtiar yang disertai pula dengan tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan

itu haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.9 Moral merupakan unsur isi, gagasan inti yang yang ingin disampaikan oleh

penulis biografi kepada pembaca. Biasanya mengenai pandangan yang

bersangkutan, pandangan-pandangannya mengenai nilai-nilai kebenaran. Moral

dapat dipandang sebagai amanat, message, atau pesan. Bahkan unsur amanat itu merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra itu, gagasan yang

mendasari diciptakannya karya sastra adalah sebagai pendukung pesan. Hal itu

didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan melalui

cerita fiksi tentulah berbeda efeknyadibandingkan lewat tulisan nonfiksi.10

9

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Islam dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : Haji Masagung, 1993) h. 63

10

(31)

22 Kategori pesan moral, meliputi:

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri, seperti ambisi, harga

diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian,

keterombang-ambingan dalam pilihan.

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial, termasuk hubungannya dengan alam.11

Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadilandasan bagi penulis dalam

menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalam buku biografi Charul

Tanjung karya Tjahja Gunawan Diredja.

Moral dalam karya sastra atau hikmah selalu dalam pengertian yang baik.

Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku

tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis

maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada

pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian, namun sikap dan tingkah laku

tersebut hanyalah model yang sengaja ditampilkan pengarang agar pembaca dapat

mengambil hikmah dari cerita yang berkaitan. Karena biasanya eksistensi sesuatu

yang baik akan lebih mencolok jika dikonfrontasikan dengan sebaliknya.

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos, yang berarti adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.

Etika juga merupakan ajaran tentang keseluruhan budi baik dan buruk.12

11

Ibid, h. 323

12

(32)

23 Menurut Frans Margin Suseno, etika adalah sarana orientasi bagi usaha

manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental tentang

bagaimana manusia bertindak.

Dalam buku Communicate yang ditulis Rudolph F. Verderber sebagaimana dikutip Richard L. Johansen dalam bukunya Ethics in Human Communications,

yang diterjemahkan oleh Dedy Djamaluddin dan Deddy Mulyana dalam buku

Etika Komunikasi dinyatakan bahwa etika adalah standar-standar moral yang mengatur perilaku kita, bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain

bertindak.13

Etika pada dasarnya merupakan dialekika antara kebebasan dan tanggung

jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mendapat tujuan itu. la

berkaitan dengan penilaian tentang perilaku benar atau tidak benar, yang baik atau

tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna, yang

harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.14

Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala soal

kebaikan dalam hidup manusia semuanya, mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa

yang merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuannya yang

merupakan perbuatan.

Dari beberapa definisi di atas tentang moral, peneliti menyimpulkan bahwa

moral merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dan menjadi

pedoman bagi suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu dalam

mengatur segala tingkah laku. Sedangkan etika merupakan ilmu yang membahas

suatu upaya dalam menentukan ukuran nilai baik-buruknya tingkah laku manusia

13

Ibid, h. 11

14

(33)

24 yang dihasilkan oleh akal manusia.

Selain etika yang mempunyai kesamaan makna dengan moral yaitu akhlak.

Akhlak menurut Imam Al-Ghazali merupakan suatu sifat yang tetap pada jiwa,

yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak

membutuhkan kepada pikiran.15

Ahmad Amin mengatakan dalam kitabnya Al-Akhlaq, sebagaimana yang

dikutip Rachmat Djatnika bahwa Akhlaq merupakan ilmu yang menjelaskan arti

baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilaksanakan oleh sebagian manusia

terhadap sebagiannya, menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia

dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan yang lurus yang harus

diperbuat.16

Untuk ukuran baik dan buruk, sejarah menunjukkan bahwa agama lah yang

lebih banyak berpengaruh, karena bagi orang beragama apapun yang

diperintahkan oleh agama ditangkap sebagai sesuatu yang pasti akan membawa

kebaikan, bagi kehidupan individu, maupun sosial. Kebaikan individu (diri

sendiri) pun diyakini bukan hanya membawa kebaikan dalam persoalan dunia

tetapi juga untuk kehidupan akhirat.

Dari berbagai pengertian pesan dan moral di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa pesan moral merupakan pesan yang isinya mengandung muatan moral atau

nilai-nilai kebaikan, baik itu nilai kebaikan terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun

hubungan sosial.

15

Rachmat Djantika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia, (Jakart : Pustaka Panjimas, 1996) h. 27

16

(34)

25 Nilai-nilai kebaikan tersebut bersumber dari akal manusia dan budaya yang

tumbuh dan dilestarikan dalam masyarakat. Namun, nilai moral juga banyak yang

diadopsi dari agama. Karena mengenai agama ini dasarnya adalah keyakinan,

maka keyakinan itu berkekuatan untuk menjadi dasar moral bagi pemeluknya

yang mengimani. Orang beragama yakin bahwa agamanya itu benar dan datang

dari Tuhan sebagai sang Pencipta, bukan dari hasil pemikiran manusia.

B. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Analisis wacana berasal dari dua kata yakni analisis dan wacana. Kata

analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat dalam beberapa pengertian yakni:

a. Kata analisis sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab musabab, duduk perkaranya, dsb).

b. Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang

tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

c. Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya.17

Sedangkan istilah wacana secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta

wac/wak/vak, artinya 'berkata' atau ‘berucap'. Kata tersebut mengalami perkembangan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para

17

(35)

26 linguis di Indonesia sebagai terjemahan istilah dari bahasa Inggris discourse. Kata ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari).18

Makna istilah di atas berkembang sehingga kemudian memiliki arti sebagai

pertemuan antar bagian yang membentuk satu kepaduan. Analisis wacana

menekankan bahwa wacana adalah juga bentuk interaksi. Analisis wacana adalah

ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini, aliran-aliran

linguistik selama ini membatasi penganalisisannya hanya pada soal kalimat, dan

barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatian kepada

penganalisisan wacana.19

Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail

Maharimin, yakni sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut

urutan-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan

maupun tulisan, yang resmi dan teratur.20

Dari definisi ini, wacana harus mempunyai dua unsur penting, yaitu

kesatuan (unity) dan kepaduan (cohérence). Alex Sobur berupaya merangkum pengertian wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai

rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal

(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang

koheren, dibentak oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.21

18

Dede Oetomo, Kelahiran dan perkembangan analisis wacana, (Yogyakarta : Kanisius, 1993), h. 3

19

Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik. (Bandung : Angkasa, 1993), h. 121

20

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002)h. 10

21

(36)

27 Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam

masyarakat (rule of use - menurut Winowson).

b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam

konteks, teks dan situasi (Firth).

c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui

intepretasi semantik (Beller).

d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak

berbahasa (what is said front what is done - menurut Labov).

e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara

fungsional (functional use language –menurutCoulyhard).22

Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan

pertama diwakili kaum positivism-empisris, menurutnya analisis wacana menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa, dan pengertian bahasa. Pandangan

kedua disebut sebagai kontruktivisme, yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.

Pandangan ketiga, disebut sebagai pandangan kritis yang menekankan pada

konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna,

dimana bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk

subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya

22

(37)

28 Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van Dijk

(1985), yaitu tahun 1970-an dengan menunjukkan dua kecenderungan.

Kecenderungan pertama, analisis struktural teks atau analisis percakapan menjadi

kajian abstrak dan terlepas dari penggunaan bahasa yang aktual (formal).

Kecenderungan kedua, kajian bahasa dalam konteks sosial mengambil

perhatianpada contoh-contoh penggunaan bahasa dalam komunikasi. Analisis

wacana ini mendapat pengaruh dari teori linguistik kritis, teori kritis Frankfurt,

dan teori pascastrukturalisme yang berkembang di Perancis23.

Dalam hal ini, ada berbagai varian teori analisis wacana kritis yang

dilahirkan oleh para ahli di dunia, di antaranya analisis wacana Michel Foucault,

Roger Fowler, dkk., Théo Van Leeuwen, Sara Mills yang mengendepankan

feminisme, dan lainnya.

Riyono Pratiknyo sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media menjelaskan bahwa wacana adalah sebuah proses berpikir seseorang yang mempunyai ikatan dengan ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi

dalam tulisan yang disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir

seseorang, maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.24

Alex Sobur dalam bukunya tersebut menggambarkan wacana dalam

berbagai aspek makna kebahasaan, di antaranya:

a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau

gagasan-gagasan konversasi atau percakapan

b. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau

pokok telaah

23

Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung : Yrama Widya, 2009), Cet. Ke-I. h. 68-69.

24

(38)

29 c. Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.25

Dari berbagai pengertian analisis dan wacana di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa analisis wacana merupakan suatu kegiatan mengkaji dan menelaah suatu

produk komunikasi dari perspektif kebahasaan dengan melihat teks kemudian

dikaitkan dengan ideologi di balik terbentuknya teks tersebut dengan melihat

kognisi dan konteks sosial.

2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan

dikembangkan oleh para ahli, model yang paling banyak digunakan adalah model

Teun A. Van Dijk. Inti analisis Van Dijk menghubungkan tiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi sosial,

(analisis) konteks.26 Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung.27

Menurut Van Dijk, sebagaimana yang dikutip Eriyanto penelitian atas

wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks atas teks semata, karena

teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang juga harus diamati, dan

harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa semacam itu.28 Berikut ini analisis wacana sesuai dengan model Van Dijk:

25

Ibid, h. 10

26

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LkiS, 2006), h. 224.

27

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.77

28

(39)

30 a. Kognisi Sosial

Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,

tetapi bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam pandangan Van Dijk perlu ada

penelitian mengenai kognisi sosial yang meneliti kesadaran mental wartawan,

dalam hal karya sastra maka bisa dikatakan kesadaran mental pengarangnya

dalam membentuk teks dalam karyanya.

Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur

wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan

ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, maka

dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai

makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Kognisi sosial itu penting

dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk memahami teks media.29 b. Konteks Sosial

Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi dan hal yang berada di

luar teks dan memperngaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis

wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam

suatu proses komunikasi, konteks sangat penting untuk menentukan makna dari

suatu tujuan.

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Dan untuk memperoleh gambaran ihwal

elemen-elemen struktur wacana (teks) tersebut, berikut adalah penjelasan singkat:

29

(40)

31 1) Tematik, secara harfiah tema berarti "sesuatu yang diuraikan", kata ini

berasal dari kata Yunani 'tithenai' yang berarti meletakkan. Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.30 2) Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan

sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan

masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik memberikan

tekanan: bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa

dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi

penting.

3) Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan

lingual, baik makna leksikal (unit semantik terkecil) maupun makna

gramatikal (makna yang terbentuk dari gabungan satuan-satuan

kebahasaan).31

4) Sintaksis, secara etologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata

menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian dari ilmu

bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan

frase.32

5) Stilistik, pusat perhatiannya adalah style (gaya bahasa) yaitu cara yang digunakan penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan

bahasa sebagai sarana.

6) Retoris, adalah gaya bahasa yang diungkapkan ketika seseorang berbicara

atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan

30

Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende-Flores : Nusa Indah, 1980) h. 107

31

Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta : ANDI. 1996), h. 1

32

(41)

32 (hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan

berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada

khalayak.33

3. Varian Analisis Wacana

Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli

melalui pendekatan yang beragam, di antara para ahli yang mengembangkan

model analisis wacana adalah:

a. Michel Foucault

Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis

dan ideologis. Michel Foucault (1990) menjelaskan definisi fenomenal dari

wacana beserta potensi politis dan kitannya dengan kekuasaan 'Diskursus atau

wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kuncah relasi kekuasaan'.

Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik, seperti yang dikatakan

Michel Foucault, 'elemen taktis' yang sangat terkait dengan kajian strategis dan

poilitis. Dari definisi yang diberikan Foucault, terungkap bahwa wacana adalah

alat bagi kepentingan kekuasaam, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu

pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era postmodern ini

dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media cetak maupun

elektronik.

33

(42)

33 b. Roger Fowler, dkk.

Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai

dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979. Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang bahwa bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa

dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial, dan

kultural. Impilikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang baik

sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke dalam

dikotomi34.

Atasan-bawahan, superior-inferior melalui strategi sosial yang

melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi,

antagonism, kesenangan, dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian

integral dari sistem kontrol masyarakat Critical Linguistics terutama dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa

(grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan ideologi tertentu.35

34

Dikotomi: pembahagian (pemisahan) antara dua kumpulan (kelompok dan lain-lain) dalam sesuatu hal yang saling bertentangan.

35

(43)

34

C. Ruang Lingkup Biografi

1. Pengertian Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah

biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan

data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat

dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan

secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai

meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau

dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga di dalam biografi tersebut.

Menurut Lytton Strachey berpendapat bahwa biografi adalah penafsiran

terhadap sebuah kehidupan, dan blak-blakan adalah syarat utamanya. Ia

mengibaratkan penulis biografi sebagai seseorang yang mengayuh perahu di

lautan fakta yang maha luas dan mencemplungkan ember kecil untuk menciduk

satu contoh kehidupan, lalu mengulitinya habis-habisan. Biografi adalah yang

paling pelik dan manusiawi dari semua cabang seni menulis, sesuatu yang sangat

relevan dalam hidup kita.36

Sedangkan menurut Leon Edel, mengumpamakan pekerjaan menulis

biografi seperti mencari figur di bawah karpet, pola yang terpapar di sisi

tersembunyinya kehidupan. Ia mengatakan bahwa biografi terlihat tak relevan

jika ia tak menemukan tumpang tindih antara apa yang dilakukan oleh seseorang

dan kehidupan, yang menjadikan hal itu mungkin. Tanpa menemukan itu, Anda

hanya punya kejadian-kejadian tanpa bentuk dan gosip.

36

(44)

35 Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat

hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja (singkat),

namun juga dapat berupa lebih dari satu buku (panjang). Perbedaannya adalah,

biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang

dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya,

informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan

tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup

seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari

tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan

mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi seringkali bercerita mengenai

seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup.

Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut

dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa

awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang

lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan

utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping

koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain,

buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang

yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction/kisah nyata). Sebuah biografi

lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data

(45)

36 dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan

perwatakan termasuk pengalaman pribadi.

2. Jenis-jenis Biografi

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang

yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi

lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data

pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat

dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan

perwatakan termasuk pengalaman pribadi. Jenis-jenis biografi yaitu:

a. Berdasarkan Sisi Penulis, dibedakan dari :

1. Autobiografi: Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan

hidupnya

2. Biografi: Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi

atas:

a. Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuan tokoh didalamnya.

b. Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena

(46)

37 b. Berdasarkan Isinya, dibagi atas :

1. Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap

atau sebagian paling berkesan.

2. Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal

karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam

mencapai sukses tertentu.

c. Berdasarkan Persoalan yang dibahas, dibagi atas:

1. Biografi politik, yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut

politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan

biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak

lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

Intelektual biografi yang juga disusun melalui riset dan segenap

temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.

2. Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra, yaitu materi penulisan

biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan

ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini

(47)

38 d. Berdasarkan Penerbitannya, dibagi atas:

1. Buku Sendiri, bahwa penerbitan buku kategori ini dilakukan atas

inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan,

danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya

memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik

perhatian publik.

2. Buku Subdisi, bahwa biaya pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai

oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang

diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa

dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.

3. Langkah-langkah dalam Mengulas Sebuah Biografi

Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam membuat ulasan

buku biografi yaitu:

a. Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh dalam biografi

b. Mencatat gagasan dan sikap atau tindakan yang mengagumkan atau

mengharukan dari tokoh.

c. Memilih sikap atau tindakan tokoh yang dapat dicontoh dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Menyusun kerangka ulasan dengan memanfaatkan ringkasan, catatan,

(48)

39 Dari beberapa jenis-jenis biografi diatas, jenis buku biografi yang peneliti

gunakan yaitu Authorized biography dengan kata lain biografi yang didasarkan kepada sisi penulis dan telah mendapat izin dari tokoh yang akan diulas sejarah

hidupnya, dalam hal ini sejarah tentang kehidupan Chairul Tanjung. Pada bab

selanjutnya akan dibahas lebih dalam sesuai dengan metode dan model penelitian

(49)

40

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong

Buku Chairul Tanjung si anak Singkong, menurut peneliti adalah salah

satu buku biografi luar biasa karya Tjahja Gunawan Diredja. Karena tak hanya

sekedar cerita tapi lebih menganggapnya pelajaran hidup. Buku ini mengisahkan

kisah perjalanan Chairul Tanjung yang berhasil mengubah hidupnya dari orang

kecil menjadi orang yang luar biasa besar.

Buku ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit

Buku Kompas pada Juni 2012 bertepatan pada usia Chairul Tanjung ke 50, buku

setebal 382 halaman ini bernomor ISBN 978-979-709-650-2 dengan panjang 15

(50)

41 Buku Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah

keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, Chairul Tanjung mampu melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik

anak-anaknya, termasuk Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip,

“Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang

harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan

agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama

kehidupan masa depan.

Itulah masalah Chairul Tanjung muda, jalan hidupnya ternyata penuh

perjuangan untuk menggapai sukses. Dan bagaimana seorang Chairul Tanjung,

berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil

keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.

Buku Chairul Tanjung si anak Singkong adalah buku karya Tjahja

Gunawan Diredja yang diluncurkan bertepatan usia Chairul Tanjung setengah

abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah pengusaha Indonesia yang sukses

dalam wirausahanya dan memperluas usahanya. Sang ibunda, Halimah,

mengatakan bahwa uang kuliah Chairul Tanjung pertama yang diberikan

kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.

Bab-bab berikutnya masih menceritakan kehidupan masa muda Chairul

Tanjung, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha.

Tahun 1987, Chairul Tanjung menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di

(51)

42 Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga Chairul

Tanjung, ketika Chairul Tanjung bertemu dengan perempuan Jawa, Anita

Ratnasari, yang tegas dan tegar.

Dalam buku ini, Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu

adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

“Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga

akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung

berpendapat.

Chairul Tanjung juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang

persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha. Chairul

Tanjung mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya

menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding

yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp adalah

perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor

perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal.

Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya

hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans

TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu

juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro

perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan

induk yang fokus pada bisnis perkebunan.

Melalui buku biografi ini, Chairul Tanjung ingin berbagi kisah dan cerita

Gambar

Tabel 1. Skema dan Metode Penelitian Van Dijk
Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong
Gambaran Umum Riwayat Hidup Tjahja Gunawan Diredja
tabel untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian Berger dan Luckman tidak memasukkan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.. Teori dan

Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.. Analisis