• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Ips Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di Smp Nusantara Plus Kelas Viii-4 Ciputat Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Ips Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di Smp Nusantara Plus Kelas Viii-4 Ciputat Tangerang Selatan"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

PLUS KELAS VIII-4 CIPUTAT TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Muhammad Nurul Fajri NIM : 108015000018

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA DI SMP NUSANTARA PLUS KELAS VIII-4

CIPUTAT TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diaj u kan Untu k Memenu hi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan (s.Pd.) Bidang rlmu Pengetahuan sosiar

Di Susun OIeh

Muhammad Nurul Fairi r MM: 108015000018

JIIRUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISI,AM NEGERI SYARIF HMAYATULLAH

JAI(ARTA 1433H..t2013M.

i

I

I
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas vrrl-4 ciputat Tangerang selatan disusun oleh MUHAMMAD NURUL FAJRI Nomor Induk Mahasiswa 108015000018, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal16 Mei 2ol3 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana sl (s.pd) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi Sosiologi-Antropologi.

Jakarta,l6 Mei 2013

Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Drs. H. Nurochim" MM N I P . 1 9 5 9 0 7 1 5 1 9 8 4 0 3 I 0 0 3

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NrP. 19730424200801 1 012

Penguji I

Dr. Muhammad Arif, M.Pd. NIP. 19700606t99702 | 002

Penguji II

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NIP. 19730424 200801 1

Rifla

Tanggal

%u'v

4:{'Pl}

2.(-6

- ur|

9+- t-Nt)

1=---) <--- --<-/

Tanda rungunl

--/,lfU

&

(4)

SURAT PERNYATAAN KAR.YA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

NIM Jurusan

Angkatan Tahun Alamat

Muhammad Nurul Fairi 1 0 8 0 1 s 0 0 0 0 1 8

Pendidikan IPS (Sosiologi) 2008

JL.Nanas I Blok E-7 RT A05103 Keluruhan Utan Kayu Selatan Kecamatan Matraman Jakarta Timur I3lZ0

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahra,a skripsi yang berjudul "peningkatan Hasil Belajar Ips siswa hlenggunakan Metode Sosiodrama Di SMp Nusantara plus Kelas VIII-4

Ciptrtat Tangerang Selatan" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama :Drs. H. Nurochim, MM N I P :19590715198403 I 0 0 3

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,l9 April 2013

Yang Menyatakan

{$}

(5)

i

Muhammad Nurul Fajri, 108015000018: "Efforts to Improve Learning Outcomes Through Sociological Methods Sociodrama On Nusantara Plus Junior High School Ciputat South Tangerang", Sociology-Anthropology Program. IPS Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Sharif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2013.

Keywords : Classroom Action Research, Sociodrama Method, Student Results.

The method used by the researchers is classroom action research (CAR). conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. Then using a test instrument in the form of pretest and posttest, as well as non-test instruments such as questionnaires, observation sheets and field notes. Subjects in the study were students of class VIII-4 Nusantara Plus Junior High School Ciputat South Tangerang academic year 2012/2013 the number of students a total of 40 students consisting of 19 male students and 21 female students. This study aims to determine the improvement of learning outcomes of sociology at the Nusantara Plus Junior High School using Sociodrama is by observing the role playing.

(6)

ii

Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat Tangerang Selatan”, Program Studi Sosiologi-Antropologi. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Metode Sosiodrama, Hasil Belajar Siswa Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kemudian menggunakan instrumen tes berupa pretest dan posttest, serta instrumen non tes berupa lembar wawancara, lembar observasi dan catatan lapangan. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII-4 SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS di SMP Nusantara Plus dengan menggunakan metode Sosiodrama yaitu dengan cara bermain peran.

(7)

iii

limpahannikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang agung tak terhitung dari IllahiRabbi, karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsiini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjunganumat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasacinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dariberbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yangtak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Nurochim MM, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidakterhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.

4. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

iv penelitian.

8. Bapak Drs. Syaefudin, selaku guru IPS Terpadu SMP Nusantara Plus Ciputat yang telah memberikan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian di kelas VIII.

9. Sahabat dan adik-adik penulis yaitu Anggi Tyas Arifiany, Rino Anggara, Mochammad Iqbal, Sopiyan Hadi, Al Masih,Rany, Liza Umami, Siti Aisyah Fauziah, Mariah Ulfah, Nurhasanah dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allahs.w.t. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatankepada-Nya, Amin.

Jakarta, 03 Februari 2013

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

1. Pembatasan Masalah ... 6

2. Perumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DISKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Deskripsi Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Prinsip-Prinsip Belajar ... 10

3. Teori-Teori Belajar ... 12

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar .. 15

5. Hasil Belajar ... 16

B. Deskripsi Metode Sosiodrama ... 20

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 23

D. Kerangka Berpikir ... 26

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 29

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 34

E. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 34

F. Data Dan Sumber Data ... 34

G. Tekhnik Pengumpulan Data ... 35

H. Instrumen Penelitian ... 36

I. Tekhnik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ...38

J. Tekhnik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ...41

K. Tindak Lanjut ...42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A.Deskripsi Data ... 42

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

1. Penelitian Pendahuluan ... 44

2. Analisis Refleksi Awal dan Rencana Tindakan ... 47

a.Analisis Refleksi Awal ... 47

b.Rencana Tindakan ... 48

3. Penelitian Siklus I ... 48

a. Rencana Tindakan Siklus I ... 48

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 49

1). Kegiatan Pendahuluan ... 49

2). Kegiatan Inti ... 50

3). Kegiatan Penutup ... 51

c. Tahap Observasi ... 51

1). Catatan Lapangan ... 51

2). Wawancara ... 52

3). Hasil Belajar ... 53

(11)

e. Keputusan Siklus I ... 57

4. Penelitian Siklus II ... 57

a. Rencana Tindakan Siklus II ... 57

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 58

1). Kegiatan Pendahuluan ... 58

2). Kegiatan Inti ... 58

3). Kegiatan Penutup ... 59

c. Tahap Observasi ... 60

1). Catatan Lapangan ... 60

2). Wawancara ... 60

3). Hasil Belajar ... 61

d. Tahap Refleksi ... 64

e. Keputusan Siklus ... 64

C. Pembahasan Hasil Temuan ... 65

D. Keterbatasan Peneliti ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A.Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR UJI REFERENSI SURAT-SURAT

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 29 Tabel 4.1 Tabel N-Gain Siklus I ... 54 Tabel 4.2 Tabel N-Gain Siklus II ... 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Pelaksanaan PTK Kemmis dan Taggrat ... 30 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Sosiodrama ... 32

(14)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 3 Hasil Observasi Awal

Lampiran 4 Hasil Proses Belajar Mengajar di Kelas Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen

Lampiran 6 Soal Instrumen Validitas

Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrumen Validitas Lampiran 8 RPP Pertemuan Pertama

Lampiran 9 RPP Pertemuan Kedua Lampiran 10 RPP Pertemuan Ketiga Lampiran 11 RPP Pertemuan Keempat Lampiran 12 Uraian Materi Siklus I & II Lampiran 13 Naskah Sosiodrama Siklus I Lampiran 14 Naskah Sosiodrama Siklus II Lampiran 15 Soal Pretest & Posttest Siklus I Lampiran 16 Soal Pretest & Posttest Siklus II Lampiran 17 Aktifitas Guru Siklus I

Lampiran 18 Aktifitas Guru Siklus II

Lampiran 19 Catatan Lapangan Siklus I dan II Lampiran 20 Wawancara Siswa Setelah Penelitian Lampiran 21 Anatest

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan “merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan kegiatan belajar yang berlangsung secara terus menerus. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.”1

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu suatu keberhasilan pembangunan nasional, baik untuk meningkatkan sumberdaya manusia dalam hal ini pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dala rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berian dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1

(16)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggungjawab.2

Pendidikan nasional juga berfungsi memberi arah pada sesuai kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya meskipun satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun semua itu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi peranannya dalam masyarakat di masa datang. Usaha tersebut dilaksanakan melalui aktivitas pembelajaran, bimbingan dan pelatihan.

Berbicara mengenai pendidikan, khususnya pendidikan formal maka akan selalu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Hal ini dikaitkan dengan belajar yang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan yaitu terjadinya suatu perubahan dari dalam individu, dari tidak tahu menjadi tahu dan seterusnya. Bertitik tolak dari dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi jelas bahwa manusia Indonesia yang hendak dibentuk melalui proses pendidikan bukan sekedar manusia yang berilmu pengetahuan semata tetapi sekaligus membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian sebagai warganegara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab. Namun kondisi Pendidikan Indonesia masih kurang, hal ini dapat dilihat masih banyak warganegara yang belum dapat menyelesaikan pendidikan secara maksimal, yaitu dari fakta tingkat pendidikan warga negara Indonesia masih rendah dan banyak anak yang putus sekolah. Sehingga pendidikan nasional di Indonesia masih perlu disempurnakan.

Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Metode pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru harus relevan dan sesuai dengan rencana dan tidak boleh asal-asalan. Di dalam proses belajar mengajar menuntut

2

Diknas, Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004,

(17)

guru dan siswa bersikap toleran, menjunjung tinggi prinsip kebersamaan serta berfikir terbuka. Dengan demikian guru dan siswa bersama-sama menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal.

Pelajaran IPS merupakan bahan pelajaran di sekolah pada tingkat lanjutan. Terkenal sebagai pelajaran yang membosankan bagi siswa. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang tentu akan berpengaruh hasil belajar siswa baik pada pelajaran IPS maupun pada pelajaran lainya. Rendahnya hasil belajar IPS siswa dikarenakan siswa enggan untuk belajar IPS, karena dianggap membosankan atau pendekatan guru yang dilakukan guru kurang tepat ketika mengajar.

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang terarah dan efektif diperlukan Metode pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar. Salah satunya adalah metode pembelajaran Sosiodrama. Metode Sosiodrama adalah “metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan degan fenomena sosial, permaslahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya”3

.

Metode Sosiodrama “pada dasarnya mendramatisasikan tingkahlaku dalam hubungannya dengan masalah sosial”.4

Metode pembelajaran ini sangat tepat digunakan dalam pelajaran IPS. Karena Ilmu yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam semesta merupakan bahasan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan ilmu pengetahuan yang meneliti dan membahas segala hal yang menyangkut dengan manusia, tingkah lakunya, proses penghidupannya, hubungannya antara manusia dengan manusia lain, hubungan antara manusia sebagai individu dengan masyarakat sekitarnya, atau hubungan antara manusia dengan benda sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan.

3

Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran Beroreantasi Standar Proses Pendidikan, (Jakrata: Kencana, 2006) ha.. 159

4

(18)

Selama ini dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru terbiasa dengan pembelajaran konvensional, dimana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif dan sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pembelajaran konvensional dalam belajar mengajar terkesan kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis dan guru cenderung menggunakan satu metode (one way method). Selama ini pembelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran kurang menyenangkan. Sehingga mata pelajaran IPS tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang dapat membina siswa agar memiliki kecakapan, kreatif, kritis untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya tetapi cenderung pelajaran yang menjenuhkan dan membosankan. Penilaian pembelajaran konvensional hanya mencerminkan kemampuan siswa melalui isi materi tes.

Berkaitan dengan mata pelajaran IPS banyak persepsi negatif yang berkembang dikalangan sebagian siswa, berdasarkan pengamatan penulis, persepsi tersebut antara lain: mata pelajaran IPS tidak menarik, tidak menyenangkan, menjenuhkan, dan membosankan. Meski demikian, terdapat pula sebagian siswa yang mempunyai persepsi positif bahwa mata pelajaran Sosiologi sangat penting karena banyak yang beranggapan mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi sekalipun.

(19)

kegiatan pembelajaran, sehingga peluang untuk interaksi antara guru dan murid kuran terjadi. Dari hal yang tersebut diatas membuat nilai hasil evaluasi akhir belajar yaitu hasil belajar siswa rendah.

Inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. “Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tecapai jika anak didik berusaha secara aktif mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkianan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai”.5

Seorang pengajar tidak dapat menjadikan kerja mental peserta didik karena mereka harus secara bersama-sama mengerti apa yang mereka dengar dan lihat kekesatuan makna. Ketidakmampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan penerapan metode pengajaran yang bervariatif sehingga tidak mampu menciptakan keaktifan anak didik pembelajaran, dan juga terciptanya kegiatan pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi setiap anak didik. Guru masa depan yakni “guru yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya memlalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai dengan kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, kooperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehdupan sehari-hari”.6

Untuk menanggapi anggapan di atas diperlukan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan kreatif sebagai alternatif yaitu pembelajaran dengan metode Sosiodrama. Guru harus mampu sebagai pemegang kunci harus mempunyai idi-ide kreatif dan inovasi agar pembelajaran tidak membosankan. Sosiodrama merupakan salah satu model pembelajaran melibatkan siswa langsung untuk memahami materi-materi yang terkandung dalm mata pelajaran IPS. Dalam pembelajaran dengan metode Sosiodrama mendekatkan pada objek yang dibahas

5

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zaid, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 38

6

(20)

sehingga siswa tidak merasa bosan dan lebih memahami materi yang diberikan guru.

Pembelajaran dengan metode Sosiodrama diharapkan mampu melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Sehingga siswa mampu berfikir, aktif, dan kreatif. Sehingga hasil dari pembelajaran IPS yang diharapkan tercapai. Dengan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat Tangerang Selatan”

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diajukan identifikasi asah sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran IPS terlalu abstrak, teoritis dan terkesan membosankan. 2. Metode yang guru terapkan sangat monoton dan didominasi ceramah satu arah. 3. Siswa malas bertanya kepada guru ketika menemui kesulitan dalam belajar. 4. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran IPS.

5. Hasil belajar yang rendah.

6. Belum diketahui apakah metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.Pembatasan Masalah Peningkatan hasil belajar. 2. Perumusan Masalah

(21)

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui pembelajaran IPS dengan metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar di kelas VIII-4 SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang Selatan”

E.

Manfaat Penelitian

Adapaun Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagaimana cara mengatasi permaslahan yang ada dalam proses pembelajaran IPS, terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui metode Sosiodrama.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif membuat pembelajaran agar dapat terciptanya suasana pembelajaran yang efektif.

(22)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Deskripsi Belajar

1. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar yang pertama menurut James O. Whittaker, belajar adalah “proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman.”7

John Dewey seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioral Approach, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience). Definisi belajar menurut Lee J. Croubach adalah “belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.”8

7

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) , h. 99

8

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 212

(23)

Pengertian belajar yang lain adalah menurut Slameto yang mengemukakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”9

Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa belajar harus menunjukan adanya perubahan perilaku yang disebabkan karena interaksi dengan lingkungan.

Menurut Slameto, belajar merupakan “suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.”10

Sedangkan menurut Winkel belajar adalah “suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan yang terjadi tersebut bersifat secara relatif konstant.”11

Hamalik mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru yang disebabkan pengalaman dan latihan. Menurut Hamalik pengertian belajar “merupakan proses suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.”12 Sedangkan pengertian belajar menurut Ahmad Sabri adalah “

perilaku berkat pengalaman dan latihan.”13

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang perubahan tersebut berupa perubahan pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan nilai sikap,

9Ridwan, Kegiatan Belajar dan prestasi, artikel diakses dari http://ridwan202.wordpress.com/2008/04/23/kegiatan-belajar-dan-prestasi/, Pada 16 Juni 2010.

10

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Bina Aksara, 1998) , h. 2

11

Pengertian Belajar Menurut Ahli. Artikel diakses pada 15 Juni 2011 dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/

12

Pengertian Belajar Mengajar, artikel diakses dari http://www.scribd.com/doc/56617565/20/Pengertian-Belajar-Mengajar, pada 03 Juni 2011.

13

(24)

perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan (pengalaman dan latihan), perubahan-perubahan tersebut bersifat tetap. Dari berbagai pendapat tersebut ada elemen-elemen penting yang menjadi ciri seseorang disebut belajar. Elemen-elemen tersebut adalah perubahan tingkah laku, adanya interaksi dengan lingkungan, dan adanya perubahan yang relatif tetap.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain).

Keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua, ketiga dan keempat. Empat pilar tersebut di atas akan membentuk peserta didik yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu menyelesaikan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan yang ada di masyarakat. Keempat pilar tersebut yakni learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, serta sosial.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

(25)

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto adalah sebagai berikut:

Dalam belajar peserta didik harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungannya.14 Untuk menertibkan diri dalam belajar seseorang harus mempunyai prinsip. Seperti yang diketahui prinsip belajar memang kompleks, tetapi dapat juga dianalisis dan dirinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi belajar adalah suatu proses aktif dalam hal ini terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan. Belajar harus memiliki tujuan yang jelas bagi peserta didik. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Selalu ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu peserta didik harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat. Belajar memerlukan bimbingan baik itu dari guru atau panduan dari buku pelajaran itu sendiri. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, daripada hanya pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan penyelesaian masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan, agar materi pelajaran yang dipelajari dapat dikuasai. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah dalam belajar, peserta didik harus terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pelajaran sendiri. Adanya peningkatan minat dan

14

(26)

bimbingan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam belajar harus ada hubungan yang dinamis antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga dapat memahami materi pelajaran yang terkait dengan hal-hal yang kontekstual. Belajar perlu latihan dan pengulangan, sehingga pemahaman yang diperoleh selalu diingat oleh peserta didik. Belajar yang paling efektif adalah belajar yang berpikiran kritis, daripada hanya menghafal materi.

3. Teori-Teori Belajar

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan para ahli. Berikut ini adalah beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran dalam sistem pendidikan. a. Teori Belajar yang dikemukakan oleh Ausubel.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ausubel, belajar akan menghasilkan manfaat bila peserta didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Ausubel, ”belajar bermakna merupakan suatu proses menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui peserta didik.”15

Dalam hal ini belajar akan bermanfaat jika ada hubungan antara pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan seseorang tersebut. Jika seseorang mendapatkan pengetahuan baru tanpa ada pengetahuan sebelumnya, maka akan sulit untuk memahami pengetahuan baru tersebut. Sebaliknya pengetahuan lama yang tidak dihubungkan dengan pengetahuan baru maka tidak akan berkembang.

b. Teori Belajar yang dikemukakan oleh Piaget.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui beberapa tahapan, yaitu sensorimotor (sampai dengan usia 2 tahun), Concreteoperations (usia 2-11 tahun), dan formal–operations (setelah usia 11 tahun). Pada tahap sensorimotor pengetahuan yang diperoleh masih sangat terbatas sejalan dengan perkembangan fisik dari anak tersebut. Pada tahap Concrete-operations anak sudah mulai belajar

(27)

simbol yang merupakan representasi dari obyek tertentu. Anak mulai belajar menghubungkan suatu obyek dengan simbol tertentu. Sedangkan pada tahap formal–operations pengetahuan yang diperoleh anak semakin kompleks, karena anak telah banyak perbendaharaan kata dan memahami arti serta dapat mengasosiasikan dengan kata-kata lainnya. Dalam tahap ini anak sudah dapat merangkum atau mengkombinasikan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan. Menurut Piaget, ”pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting untuk perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.”16 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif berkembang sesuai dengan pertambahan usia sehingga dalam memberikan materi pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia individu dan metode yang digunakan juga harus disesuaikan.

c. Teori Conditioning.

Menurut Baharuddin ”Teori Conditioning dikembangkan oleh Pavlov, yang mengemukakan teori bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi.”17 Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga memperoleh pemahaman dan tidak mudah dilupakan tentang materi pelajaran. Berdasarkan teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.

d. Teori Connectinism (Thorndike).

Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yakni Trial and error (mencoba dan gagal), dalam hal ini Thorndike mengembangkan hukum Law of effect, yaitu ”segala tingkah laku manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di

16 Trianto, Metode-Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, h. 14.

17

(28)

lingkungan sehingga menimbulkan respons secara refleks, dan stimulus yang terjadi mempengaruhi perilaku selanjutnya.”18

Dalam teori ini dapat dipahami bahwa sebuah tindakan jika menghasilkan perubahan yang memuaskan maka ada kemungkinan tindakan tersebut diulang kembali, namun jika suatu tindakan menimbulkan ketidakpuasan maka tindakan tersebut cenderung dihentikan. Dalam proses belajar juga, jika seseorang mempelajari suatu materi pelajaran dan merasa bahwa materi pelajaran tersebut penting untuk dipelajari maka seseorang tersebut akan mempelajari materi pelajaran tersebut. Oleh sebab itu pendidik harus membuat kondisi bahwa materi pelajaran yang disampaikan merupakan materi yang penting, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar.

e. Teori Psikology Gestalt.

Faktor penting dalam belajar adalah pemahaman. Dengan belajar dapat memahami hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Menurut Anwar Kholil ”belajar dilaksanakan dengan sadar dan memiliki tujuan.”19

f. Teori Vygotsky.

Berdasarkan pendapat Vygotsky, hasil belajar dapat berkembang ketika para peserta didik mendapatkan ide baru, dan berinteraksi dengan individu lainnya sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Selama proses interaksi terjadi, baik interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi sehingga pendapat dapat berkembang. Pendapat Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran

18 Baharuddin Dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 65

19http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01b7/f5610c3c.dir/doc.pdf,

(29)

utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.20

Berdasarkan beberapa teori belajar yang sudah dikemukakan di atas, seharusnya pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Dalam hal ini materi pelajaran akan bermanfaat jika ada interaksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka guru harus menerapkan metode yang dapat menerapkan pengetahuan peserta didik, sehingga tidak hanya menjadi pengetahuan yang abstrak. Dalam teori belajar pengalaman sangat penting untuk perkembangan pengetahuan, maka dalam penerapan metode seharusnya lebih menekankan aspek melihat dan mengalami langsung tentang materi pelajaran. Teori belajar yang lain adalah adanya latihan, setelah mendapatkan pengetahuan seharusnya langsung ada penerapan. Yang tidak kalah penting adalah dalam belajar seharusnya ada interaksi dan kerjasama antara individu yang menjadi komponen proses pembelajaran, sehingga saling bertukar informasi dan ide antar individu.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada yang berasal dari luar diri orang yang belajar. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajar adalah waktu, udara, letak tempat belajar yang bising, alat-alat peraga yang digunakan dalam belajar sebagai media belajar sehingga belajar tidak bersifat memperkenalkan materi saja. Menurut Sumadi Suryabrata, ”faktor-faktor tersebut disebut faktor nonsosial dalam belajar.”21

Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar merupakan cara dalam menyampaikan materi belajar. Muhibin

20Anwar Kholil, “Teori Vygotsky tentang Pentingnya Strategi Belajar,” artikel diakses pada

26 Februari 2011 dari http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-vygotsky-tentang-pentingnya.html

(30)

Syah berpendapat bahwa ”pendekatan belajar merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang mempengaruhi belajar.”22

Pendekatan belajar dapat berupa penyampaian materi secara berulang-ulang, melibatkan siswa dalam penelitian ilmiah, atau melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Sumadi Suryabrata, ”faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia adalah faktor fisiologis dan psikologis.”23

Faktor fisiologis berupa kondisi jasmani yang sehat dalam hal ini dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi dan kondisi kesehatan. Kondisi fisiologis juga termasuk kondisi fungsi-fungsi pancaindera. Faktor lain yang berasal dari dalam diri pembelajar adalah keadaaan psikologis pembelajar seperti motivasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan aktivitas belajar, minat, cita-cita, sifat manusia yang ingin mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang berupa kondisi fungsi pancaindera, motivasi, minat, cita-cita, dan sifat manusia yang ingin mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah kondisi tempat belajar, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, lingkungan belajar, dan pendidik.

5. Hasil Belajar

Ada beberapa definisi hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, antara lain adalah pengertian hasil belajar menurut Kunandar yakni ”kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar, hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap.”24

Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono adalah, ”hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari

22Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2009), h.136

23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 235.

(31)

sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.”25

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Poerwanto hasil belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar seperti yang dinyatakan dalam rapor.

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai peserta didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut berdasarkan pada hal-hal yang dipelajari oleh para peserta didik. Jika peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep, atau jika mempelajari tentang sebab akibat tentang suatu peristiwa, maka perubahan tingkah lakunya adalah kemampuan menganalisis tentang sebab akibat suatu peristiwa.

Pada proses pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh para peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

25Indra Munawar, “ Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi),” artikel diakses pada Senin 25

(32)

Istiqomah mengutip beberapa pendapat tentang pengertian tujuan pembelajaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Robert F. Mager tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Sementara itu, berdasarkan Standar Proses dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.26

Tujuan pembelajaran adalah gambaran tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dijelaskan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik setelah mengalami pengalaman belajar.

Perumusan tujuan pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan karena adanya beberapa alasan. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut yang pertama adalah memberikan arah kegiatan pembelajaran. Bagi guru, tujuan pembelajaran akan mengarahkan pemilihan strategi, metode dan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan bagi peserta didik, tujuan itu mengarahkan para peserta untuk melakukan kegiatan belajar yang diharapkan dan mampu mengunakan waktu dengan baik. Yang kedua adalah untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu atau tidak perlu pemberian pembelajaran pembinaan bagi para peserta didik. Dengan tujuan pembelajaran itu guru akan mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran tertentu dan tujuan pembelajaran mana yang belum dikuasai. Yang ketiga sebagai bahan komunikasi. Dengan tujuan pembelajaran guru dapat

26 Istiqomah,”

Taksonomi Dan Tujuan Pembelajaran,”artikel diakses pada 26 Februari

(33)

mengkomunikasikan tujuan pembelajarannya kepada para peserta didik sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Gagne perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk:

1. Informasi verbal: yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan pengertian tentang suatu konsep.

2. Kecakapan intelektual: yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan, memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi kognitif: yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara–cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

4. Sikap: yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

5. Kecakapan motorik: ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.27

Menurut Benjamin S. Bloom hasil belajar dikelompokkam dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).”28

27 “Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar,” artikel diakses pada 26

(34)

Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan yang bersifat tetap dalam bentuk penguasaan informasi, penguasaan ketrampilan pemecahan masalah dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan peran individu tersebut di masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua kemampuan yang dicapai peserta didik berupa perubahan perilaku, pemahaman dan pengetahuan, dan ketrampilan yang bermanfaat setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, perubahan perilaku dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih terarah.

B.

Deskripsi Metode Sosiodrama

1. Pengertian Sosiodrama

Sosiodrama adalah “metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan degan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluraga yang otoriter, dan lain sebagainya”29

.

Metode Sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosiodrama “pada dasarnya mendramatisasikan tingkahlaku dalam hubungannya dengan masalah sosial”.30 Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama adalah suatu metode pembelajaran yang berusaha memberikan peran siswa untuk memainkan

28http://spesialis-torch.com/content/view/20/32/, Akses 16 Juni 2010

29 Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran Beroreantasi Standar Proses Pendidikan, (Jakrata: Kencana, 2006) ha.. 159

(35)

atau mendramatisir suatu masalah atau kondisi sosial tertentu. Bermain peran “memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut memungkinkan cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebgaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, siswa dilengkapi dengan cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan mempertunjukan maslah-masalah diantara kelompok/individu-individu”.31

2. Karakteristik Sosiodrama

Terdapat 5 karakteristik metode Sosiodrama, yaitu:

1. Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak

2. Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri

3. Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya

4. Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental

5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah,

kemampuan berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.32

3. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama a. Kelebihan Sosiodrama

Kelebihan metode pembelajaran Sosiodrama antara lain:

1). Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.

2). Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

3). Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehinggadimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.

4). Kerjasama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

5). Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

31

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2004) hal. 214 32

(36)

6). Bahan lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang mudah dipahami orang lain.33

b. Kelemahan Sosiodrama

Adapun kelemahan metode Sosiodrama, yaitu:

1). Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi tidak aktif.

2). Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan. 3). Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas.

4). Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.34

Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah:

1 Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2 Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab

3 Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.

4 Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.35 4. Penerapan Metode Sosiodrama

Dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran didalam kelas, guru mengukti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan

1). Menetapakan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh bermain drama ini.

2). Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan didramakan. 3). Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam pertunjukan, peranan yang

harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

4). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pertunjukan.

33 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) hal. 89-90

(37)

b. Pelaksanaan

1) Bermain peran mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemerannya yang mendapat kesulitan.

4) Bermain peran hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang didramakankan.

c. Penutup

1) Melakukan diskusi balik tentang jalannya drama maupun materi cerita yang didramakan. Guru harus mendorong agar sisiwa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pembelajaran.

2) Merumuskan kesimpulan.36

C.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian IPS

IPS merupakan ilmu pengetahuan yang meneliti dan membahas segala hal yang menyangkut dengan manusia, tingkah lakunya, proses penghidupannya, hubungannya antara manusia dengan manusia lain, hubungan antara manusia sebagai individu dengan masyarakat sekitarnya, atau hubungan antara manusia dengan benda sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Menurut buku karangan Sapriya, yang berjudul Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Ada beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian IPS, diantaranya :

Charles R Keller, yang mengatakan bahwa “IPS adalah suatu paduan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan

(38)

yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan, dan memajukan hubungan kemanusiaan dan masyarakat”.37

Maksudnya adalah IPS adalah disiplin ilmu sosial yang erat kaitan nya dengan hubungan bermasyarakat atau dengan kata lain IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dari masalah dasar hingga masalah kompleks dalam masyarakat.

Selanjutnya, Muhammad Nu’man Somantri mengatakan bahwa “IPS merupakan penyederhanaan displin ilmu-ilmu social, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya”.38

Maksudnya IPS mengkaji masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan di sekolah baik tingkat pendidikan dasar, menengah, dan atas.

Berbeda dengan A. Kosasih Djahiri, yang mengemukakan bahwa “IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu dan ilmu lainnya kemudian di olah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan”.39

Pengertian IPS “merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehiduan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS”.40

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan penyederhanaan dari sekelompok ilmu-ilmu sosial yang diajarkan

37 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, ( Bandung : UPI Press, 2006), hal.11

38 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS ( Bandung : UPI Press, 2006), hal.11

39 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan ..., hal.11

(39)

pada tingkat sekolah, baik tingkat pendidikan dasar, menengah, dan atas yang mempelajari tentang serba-serbi manusia sebagai mahluk sosial.

Melalui pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan didalam masyarakat tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial. IPS adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu soial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya, dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran tingkat sekolah.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang

bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari

berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum, dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan

realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan

studi-studi sosial.41

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Adapun ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

c. Sistem sosial dan budaya

(40)

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan42

4. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa/siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat, serta mengembangkan keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

5. Fungsi Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS pada hakekatnya berfungsi untuk membantu perkembangan peserta didik global dan komposisi budaya, sosialisasi proses sosial.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut. Pembelajaran IPS Terpadu merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran IPS dalam mengajarkan IPS Terpadu kepada para peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik tentang IPS Terpadu yang beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPS. Dengan demikian setiap guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan namun peserta didik dapat memahami konsep atau materi yang disampaikan oleh guru salah satunya adalah dengan memilih metode pembelajaran yang lebih memperdayakan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik akan lebih baik.

Pembelajaran IPS adalah untuk membentuk peserta didik yang dapat berpikir dan menyelesaikan masalah dan memiliki ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial dalam hal ini seperti memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di

(41)

lingkungan sekitarnya pada khususnya dan lingkungan nasional sebagai lingkungan yang lebih luas. Pembelajaran IPS juga untuk membentuk peserta didik yang dapat bekerjasama dalam masyarakat yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS, maka metode pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para peserta didiknya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik sangat diperlukan. Metode pembelajaran Sosiodrama, pembelajarannya menitikberatkan pada kemampuan mengingat, bekerja sama dan interaksi antar peserta didik. Proses pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga bisa memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga hasil belajarpun meningkat.

E. Hipotesis Penelitian

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2012/2013. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Adapun waktu penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

No Tanggal Kegiatan

1 Maret 2012 Pembuatan Proposal Penelitian

2 25 Oktober 2012 Persiapan penyusunan instrument wawancara awal

3 28 Oktober 2012 Menyerahkan surat Penelitian kepada kepala SMA SMP Nusantara Plus

4 1 November 2012 Observasi dan Wawancara 5 4 s/d 29 November

2012

Membuat RPP, Instrument tes, Panduan observasi.

6 5 dan 12 November 2012

Pelaksanaan siklus I

7 19 November 2012 & Pelaksanaan siklus II

(43)

26 Desember2012.

8 16 April 2013 Penyususunan laporan penelitian

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di SMP Nusantara Plus yang beralamat jalan Tarumanegara Dalam No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Tempat penelitian ini diambil karena jarak yang dekat dengan tempat lokasi kampus. Kepala sekolah memberikan dukungan dan apresiasi yang baik terhadap penelitian ini.

B.

Metode Penelitian Dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reaseach). Penelitian tindakan kelas adalah “penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.43

Menurut Kemmis, “penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.44

Adapun McNiif memandang “Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian refleftik yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan koloboratif antara peneliti dengan kelompok sasaran”.45

43 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 9 44 Ibid, hal. 24

(44)

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (refleksi). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat46

a. Tahap I : Menyusun Rencana Tindakan (Planing)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaiman tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Tahap II : Pelaksanaan Tindakan (Akting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat

46

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas( Teori dan Praktik ), ( Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011 ), hal. 30

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Refleksi Pelaksanaan

(45)

dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancngan, tetapi pula harus berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, berkaitan antara pelaksana dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sikron dengan maksud semula.

c. Tahap III : Pengamatan (observation)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya meyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang status sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balaik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Tahap IV : Refleksi

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mediskusikan implementasi rancangan tindakan. Apabia guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang msaih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada diri sendiri apabila akan melakukan pada kesemptan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaik rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.47

(46)
[image:46.595.148.548.141.546.2]

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Sosiodrama

Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penggunaan Metode Sosiodrama yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS.

Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Fokus masalah

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya Metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada Materi “Peristiwa Sekitar Kemerdekaan Indonesia“.

Penelitian pendahuluan

1. Observasi 2. Wawancara guru 3. Wawancara

siswa

Kegiatan Persiklus

Sosialisasi pembelajaran dengan menggunakan Metode Sosiodrama

Siklus I

Siklus II

Planing

Acting Observing

Reflecting

Planing

ng

Acting

Gambar

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Sosiodrama
Tabel 4.1 Nilai N-Gain Siklus I
gambar yang telah dibagikan.
gambar yang telah dibagikan.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir. Dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak tidak diaudit oleh

Kelompok yang akan terbentuk pada program aplikasi memiliki jumlah yang sama dengan perhitungan jumlah kelompok yang terbentuk secara manual yang terdapat pada dasar teori...

Dari material yang diangkut pada feeder station ini, maka desain yang paling tepat digunakan adalah konveyor sabuk karena benda kerja yang diangkut permukaannya

Artinya semua instrumen dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu variabel kredibilitas merek, kesan kualitas, resiko yang diterima, biaya

We have seen previously that the real part of an analytic function is harmonic and that if the domain is simply-connected every real-valued harmonic function u admits a

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah berdasarkan ketentuan Pasal 29 sampai

4002173010, judul “ Evaluasi Program Kurikulum Tahfizh Alquran di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Sumatera Utara, ” perlu diatur ketentuan tentang pelaksanaan

r) Rok kain hitam polos span panjang ukuran pas mata kaki (jika ada belahan tidak boleh lebih dari 7 cm).. s) Bagi yang berjilbab wajib memakai jilbab warna putih polo