(Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh:
RATIH RATNASARI
NIM : 103046128239
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
(Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh :
RATIH RATNASARI
NIM. 103046128239
Pembimbing
DR. EUIS AMALIA, M. AG
NIP. 197107011998032002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi berjudul Pola Grameen Syariah Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi Terhadap Program Pendampingan Kelompok
Pembiayaan Bagi Perempuan Miskin Oleh Koperasi Baitul Ikhtiar) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 16 September 2010 Dekan,
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001
Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
Penguji I : Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan (...) NIP. 150185438
oleh pemerintah tetapi menjadi tanggungjawab bersama baik pemerintah, swasta, lembaga profesi, perguruan tinggi maupun masyarakat itu sendiri. Untuk itu, diperlukan alternatif-alternatif baru yang dapat menjamin agar seluruh anggota masyarakat menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendekatan holistik pada setiap aspek pembangunan yang berupa pemberdayaan. Pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha untuk mengembangkannya.
Metode Grameen Bank merupakan program penyaluran kredit mikro yang ditujukan bagi golongan masyarakat miskin (terutama perempuan miskin) di pedesaan. Sejak diluncurkan pertama kali di Bangladesh, telah banyak memberikan dampak positif bagi pemanfaatnya, sehingga mengundang banyak negara untuk mengadopsi program ini termasuk Indonesia. Saat ini upaya penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan baik oleh lembaga yang dibentuk pemerintah maupun swasta dengan cara memberikan pelayanan dalam bentuk bantuan kredit kepada golongan masyarakat miskin khususnya di pedesaan. Upaya pengentasan kemiskinan tidak akan berjalan optimal bila tidak disertai usaha penghapusan diskriminasi gender. Karena ada kecenderungan pembangunan selama ini terfokus pada laki-laki dan perempuan, tetapi jarang sekali yang melibatkan keduanya sekaligus.
Sebagai lembaga keuangan mikro, Koperasi Baitul Ikhtiar dalam kegiatannya menerapkan metode Grameen Bank dalam menyalurkan bantuan kredit modal usaha kepada masyarakat kecil dan sektor informal, dengan menerapkan prinsip syariah dengan nama Grameen Syariah. Atas dasar hal tersebut penelitian ini memfokuskan permasalahan pada tiga hal yaitu; (1)Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar, (2)Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin terutama kelompok perempuan.
Koperasi Baitul Ikhtiar, pada dasarnya sama dengan apa yang ada pada Grameen Bank, namun yang membedakan adalah prinsip yang mendasarinya yaitu pelarangan riba dan pengembangan transaksi syariah. Dalam hal ini instrumen bunga yang dikembangkan dalam ekonomi konvensional sebagai satu-satunya parameter dalam sistem keuangannya merupakan hal yang bertolak belakang dengan sistem ekonomi Islam. Penerapan metode Grameen Syariah oleh kopersai Baitul Ikhtiar juga telah mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, baik manfaat secara ekonomi yakni adanya peningkatan usaha dan pendapatan anggota, maupun manfaat bagi kehidupan sosial masyarakat seperti adanya perubahan sikap para anggota khususnya dalam bentuk solidaritas antar sesama dan munculnya kebiasaan menabung di kalangan anggota, meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, atau merupakan hasil jiplakkan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 2010
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mengingat keterbatasan dan kekurangan, penulis menyadari yang penulis
sajikan dengan judul : POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH
TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor) mungkin masih jauh dari sempurna, tetapi penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dari pengetahuan yang penulis miliki.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat Perbakan Syariah Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
skripsi ini.
4. Ibu Titin Prasetyawati selaku manajer Koperasi Baitul Ikhtiar yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian.
5. Rekan-rekan Koperasi BAIK yang telah membantu memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mahfud Hamdani & Ibu Titin Suhartini yang tak henti-hentinya berdoa dan memberikan kasih sayang dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Suamiku R. Yudhi Kurnia Hidayat & Putraku tersayang Muhammad Wijdan Firdaus yang selalu menghadirkan semangat di kala penat mulai menghampiri.
8. Untuk seluruh keluargaku, kakak-kakakku A Darwis, Teh Ira, Teh Melva, Teh Maria, dan adik-adikku Soni, Indah, R. Yan serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu (Aa Rizal, Teh Naila, Neng Elsa, Aa Arkan, Ghinal, Nanda, Dwi, De Ibnu). Serta Mama (mertua), terimakasih atas doa dan pengertiannya untuk selalu menjaga Wijdan saat penulis disibukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar KBMT Khidmatul Ummah tempat penulis bekerja. Kepada Bapak Ir. Dudin Fahrudin (Manajer) dan Mba Erna Indriastuti,SE (Ka Oprs)
viii
ix
10. Untuk teman-teman PS A angkatan 2003, terima kasih atas dukungan dan doa dari tema-teman semua.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas segala amal kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi materi maupun sistematikanya yang jauh dari sempurna yang disebabkan oleh pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Ciputat, September 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Metode Penelitian ... 10
G. Review Kajian Terdahulu ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KERANGKA TEORI ... 18
A. Pemberdayaan Ekonomi... 18
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ... 18
2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ... 20
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 24
4. Kemiskinan dan Klasifikasinya... 29
B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi ... 33
C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 35
1. Pengertian Kelompok ... 36
2. Manfaat Kelompok Bagi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 36
BAB III GAMBARAN UMUM ... 40
A. Gambaran Umum Grameen Bank ... 40
1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin ‘Gramen Bank’ ... 40
2. Pola Pinjaman Kelompok dalam Program Grameen Bank .... 45
3. Produk daan Layanan Keuangan Grameen Bank ... 50
B. Gambaran Umum Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ... 55
1. Profil Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ... 56
2. Laporan Kinerja Keuangan Koperasi Baitul Ikhtiar ... 68
3. Laporan Tingkat Pengembalian Pembiayaan pada Anggota Koperasi BAIK / Kolektabilitas / PAR ... 70
C. Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi BAIK ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75
A. Deskripsi Data Responden ... 75
xii
1. Tingkat Pendidikan Responden ... 75
2. Pendapatan Rumah Tangga ... 76
B. Pola Grameen Syariah sebagai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ... 77
1. Rekrutment Anggota ... 77
a. Assement Wilayah ... 77
b. Uji Kelayakan (UK) ... 79
c. Latihan Wajib Kelompok (LWK) ... 79
2. Pendampingan Kelompok ... 81
3. Konsep Tanggung Renteng ... 85
C. Dampak Pendampingan bagi Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar .... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA
1. Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank ... 15
Tabel 4.2 endapatan Rumah Tangga Responden ... 77
ngan Usaha ... 87 abel
Pendapatan ... 88 abel
Tabel 4.6 Menabung dalam setiap Pertemuan Mingguan ... 91 abel
Tabel 4.8 Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan ... 93
abel n
3. Tabel 3.2 Gambaran atas Produk Pinjaman dalam Sistem Klasik Versus Sis
4. T 3.3 Tinjauan atas Produk Tabungan dalam Sistem klasik
Versus Sistem Generalisasi ... 54
5. Pengatego
6. T 3.5 Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah ....
T Tingkat Pendidikan Responden ... 76
8. Tingkat P
9. Tabel 4.3 Pengaruh Pembiayaan yang didapat terhadap Perkemba
10. T 4.4 Pengaruh Pembiayaan yang di dapat terhadap Peningkatan
11. T 4.5 Peningkatan Pendapatan Anggota ... 88
12. Insensitas
13. T 4.7 Besar Tabungan Anggota Perminggu ... 92
14. Pengaruh
15. T 4.9 Pengaruh Pendampingan Terhadap Peningkata
1
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat miskin selama ini belum terjangkau oleh lembaga keuangan
formal. Padahal, banyak usaha produktif pada usaha mikro yang digeluti oleh
orang-orang miskin yang potensial untuk dibiayai. Kalau usaha-usaha tersebut
mendapatkan pembiayaan sekaligus bantuan teknis berupa pendampingan, tentu
akan terbuka peluang untuk lebih berkembang, sehingga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat yang akhirnya lepas dari jeratan kemiskinan.
Secara nasional pemerintah berupaya melakukan berbagai tindakan dalam
menanggulangi masalah kemiskinan di antaranya melalui program jaring
pengaman sosial (JPS) atau social safety net (SSN) dan program kompensasi (CP) yang dipadu dengan Program Penanggulangan Kemiskinan atau Poverty Allevation (PA), Program Modal Awal dan Padanan (MAP) bagi UKMK serta P2KP dalam hal ini kaum miskin di perkotaan yang mempunyai usaha produktif,
diberikan bantuan pembiayaan berupa dana bergulir, sekaligus diberikan
pendampingan agar dana tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal bagi
pengembangan usahanya.1
Pada upaya penanganan masalah kemiskinan di tahun 2009, pelaksanaan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) telah menjangkau 3.362 KK dengan guliran
dana sebesar Rp 500.000,-/ KK atau meningkat 1.112 KK dari jumlah penerima
di tahun 2008 sebanyak 2.150 KK. Total dana guliran pun meningkat sebesar
Rp506.000.000,00 dari Rp1.075.000.000,00 di tahun 2008 menjadi
Rp1.681.000.000,00 di tahun 2009. Pelaksanaan KUBE pun telah berjalan relatif
baik karena tingkat pengembalian dana guliran hampir mencapai 100 %. Selain
itu, juga telah diselenggarakan serangkaian pelatihan bagi gakin yang menjadi
sasaran program dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan,
seperti potong rambut, sablon, menjahit, budi daya sayuran, dan pasca panen
sayuran. Penyaluran beras gakin yang di tahun 2009 telah mencapai 7.936.785 kg
atau sekitar 99 % dari target sebesar 8.017.200 kg dan telah disalurkan kepada
44.540 KK miskin yang terdiri dari 42.328 KK layak dan 2.212 KK tambahan.2
Pada urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah (KUKM), ada
beberapa indikator positif yang di antaranya tergambar dari peningkatan rata-rata
omset KUKM sebesar 160,9% atau Rp 226.427.662,00 dari target yang
ditetapkan sebesar Rp 140.871.525,00. Begitu pun dengan jumlah UKM yang
2Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari
http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0
mencapai 32.256 unit, atau sekitar 139 % dari target jumlah UKM sebanyak
25.326 unit.3
Pada saat yang sama, jumlah koperasi di tahun 2009 telah memenuhi
target yaitu sebesar 100,01% atau 758 unit koperasi dari 757 koperasi yang
ditargetkan. Namun dari jumlah tersebut, koperasi yang aktif hanya mencapai 32
% atau sekitar 243 koperasi.4
Sedangkan dalam upaya pemberdayaan Koperasi Pembiayaan Ekonomi
Kelurahan (KPEK) telah dilakukan diberikan bantuan permodalan kepada 9
KPEK sebesar Rp10.000.000,00 per KPEK. Jadi, sampai dengan tahun 2009,
jumlah KPEK yang telah menerima bantuan sampai dengan tahun 2009, ada
sebanyak 35 KPEK dari 68 KPEK se-Kota Bogor.5
Keberhasilan Muhamad Yunus – seorang dosen Ekonomi di Universitas
Chittagong, Banglades – melalui proyek percontohan Grameen Bank ’bank
pemberdayaan kaum miskin’ memberikan banyak inspirasi bagi para pelaku
ekonomi mikro serta lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di
berbagai belahan dunia untuk mengadopsi program tersebut sebagai alternatif
baru dalam pengembangan serta pemberdayaan keuangan mikro masyarakat
3 Ibid.,
4Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari
http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0
miskin untuk mengeluarkannya dari garis kemiskinan serta meningkatkan kualitas
hidupnya.
Menarik bahwa fokus ataupun objek yang menjadi sasaran dalam program
ini adalah para perempuan-perempuan yang sebelumnya dianggap inferior dalam
pembangunan ekonomi dan sosial yang pada akhirnya mendapat kesempatan
untuk turut berkiprah secara mandiri.
Kaum perempuan pun masih menghadapi masalah dengan properti yang
dapat dijadikan jaminan mendapatkan dana bagi usaha mereka. Pada umumnya
properti yang dapat diterima bank sebagai jaminan adalah tanah, rumah, dan
kendaraan yang terdaftar atas nama suami. Sehingga pihak istri tidak memiliki
akses atas bukti kepemilikan properti tersebut. Persyaratan ini sungguh tidak
menguntungkan perempuan karena mereka dengan sendirinya tidak mempunyai
posisi tawar yang baik dalam keluarga, apalagi bila dia sudah hidup terpisah dari
suami.
Namun lain halnya di Grameen Bank, sebagaimana dikatakan Yunus
bahwa dalam perbincangannya dengan manajer kantor cabang Janata Bank
“Orang paling miskin diantara kaum miskin bekerja dua belas jam sehari. Mereka
perlu menjual sesuatu guna memperoleh penghasilan buat dimakan. Mereka
sangat punya alasan untuk membayar kembali, yakni untuk mendapat pinjman
dapatkan: nyawa mereka”.6 Pembayaran kembali pinjaman oleh para peminjam
tanpa agunan ini terbukti jauh lebih baik ketimbang mereka yang pinjamannya
dijamin oleh asset. Lebih dari 98 % pinjaman dilunasi. Kaum miskin tahu bahwa
ini adalah satu-satunya peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.7
Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil membuktikan
bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa
berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah pola pemberian kreditnya
yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu
kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses
income generating ini.8
Filsafat manusia yang menopang Grameen Bank cukup menarik yaitu
bahwa kemiskinan menurut filosofi itu bukan disebabkan absennya keterampilan
(skill), karena keterampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup seseorang. Dengan kata lain, keterampilan bukan ukuran posisi sosio-ekonomi
seseorang. Filosof Rawls menyebutnya sebagai hasil lotre alam. Keterampilan pun memerlukan dana untuk menatanya. Sementara orang miskin tidak memiliki
cukup dana untuk itu. Kalaupun ada, dana itu berupa sumbangan yang tidak
menuntut pertanggungjawaban, bahkan menciptakan ketergantungan. Padahal,
6 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h. 53
7
Ibid., h. 57
menurut filosofi Grameen Bank, keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut
inisiatif dan kreativitas.9
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah :
ﺪﻋﺮ ا
:
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Keberhasilan Grameen Bank di Bangladesh ini selayaknya menjadi bahan
pembelajaran bagi kita. Selama ini yang menjadi fokus pembangunan adalah
bagaimana menarik modal asing dan seakan melupakan potensi ekonomi kaum
miskin pedesaan di Indonesia. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia
tinggal di pedesaan, mereka tidak selayaknya menjadi kelompok yang dilupakan
dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. Sudah lama mereka
dilupakan dan sudah saatnya mereka dibantu untuk bangun.
Namun Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehersip dan kaffah mewajibkan para pemeluknya untuk menjadikannya sebagai sumber pedoman dan
referensi utama dalam setiap aspek kehidupan dari mulai urusan Aqidah, Syariah,
Sosial dan Ekonomi. Wahyu ilahi yang terwujud dalam al-Quran dan Sunnah
menjadi sumber kajian ekonomi Islam yang syarat dengan nilai-nilai dan
⌧
☺
☺
ةﺪﺋﺎ ا
:
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Al-Maidah: 8)
Dari uraian tersebut maka penelitian ini ingin mengambarkan pola
pemberdayaan masyarakat miskin serta dampaknya bagi kaum miskin dengan
mengaplikasikan program ”Grameen Bank” bank pemberdayaan kaum miskin di
Bangladesh namun dalam prakteknya tetap berada dalam jalur nilai-nilai dan
Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk membahas permasalahan tersebut
ke dalam suatu penelitian sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul
”POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program
Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dapat dirumuskan masalah penelitian perlu dibuat identifikasi
masalah. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang
diteliti antara lain:
1. Banyak LKM / LKMS yang tidak dapat menjangkau dan melanyani lebih
banyak orang miskin.
2. Bank tidak memberikan kredit maupun pembiayaan bagi mereka yang
tidak memiliki agunan (collateral).
3. Keterbatasan akses masyarakat miskin untuk menjangkau lembaga
keuangan.
4. Kultur ketergantungan yang masih menjadi habitus masyarakat yang
menghalangi tertanamnya karakter kemandirian (self-reliance) dalam benak sosial masyarakat.
5. Semakin tinggi tingkat kebutuhan hidup dengan penghasilan yang masih
para suami untuk mencari sumber kehidupan / nafkah untuk membantu
menunjang penghasilan para suami.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah maka penelitian ini dibatasi menjadi:
1. Gambaran pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok
pembiayaan bagi perempuan miskin pada Koperasi Baitul Ikhtiar.
2. Dampak pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok terhadap
kualitas hidup perempuan dalam rumah tangga.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Agar
penelitian lebih terarah maka diperlukan rumusan masalah untuk memperoleh
jawaban terhadap masalah tersebut. Perumusan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar?
2. Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat miskin terutama kelompok perempuan?
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah agar
hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam upaya memberdayaan masyarakat
miskin sesuai nilai-nilai ekonomi Islam serta meningkatkan penghargaan
terhadap posisi kaum perempuan dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan
lingkungan sosial ekonomi sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah,
mawahdah, warahmah.
Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai tambahan pengetahuan tentang pendekatan
program-program untuk pemberdayaan dengan pendekatan keuangan mikro
syariah/Grameen Syari’ah.
2. Manfaat praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan tambahan tentang program-progran pengembangan serta
pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan Grameen Syari’ah.
Lebih jauh, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam strategi pemberdayaan
ekonomi perempuan bagi institusi pemerintah.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan
pendekatan kualitatif merupakan studi eksplorasi untuk mencari kejelasan
terhadap subjek langsung.
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) yang beralamat
di Jalan Gagak Blok EE Komplek Taman Pagelaran Ciomas Bogor.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrument peneliti sederhana, yang diharapkan
dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara.
Adapun intrumen lain yang dapat digunakan untuk melengkapi
operasional penelitian yaitu buku catatan, alat perekam, dan camera.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yaitu anggota
yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari enam majlis di wilayah
fasilitas pembiayaan dari koperasi BAIK sebanyak tiga kali (tiga tahun) dengan
Jatuh tempo pada semester pertama di tahun 2010.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi dalam penelitian ini adalah data primer sebagian data
utama dan data-data sekunder sebagai data penunjang. Data primer tersebut
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
a. Observasi
Dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematis
terhadap semua yang dibutuhkan nantinya dalam membahas dan
mengolah data. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi proses
rekrutmen anggota (CHI, LWK, UK), kegiatan pertemuan mingguan,
meliputi aktivitas yang dilakukan dalam peretemuan mingguan dan isi dari
kegiatan pendampingan. Termasuk di dalamnya penelitian terhadap
dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan maksud dan tujuan
penelitian berupa data awal anggota kelompok (mencakup informasi
tentang profil keluarga dan keuangan rumah tangga anggota). Observasi
yang digunakan yaitu observasi nonpartisipan, dimana peneliti tidak
mengamati dengan mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan dari aktivitas orang-orang yang sedang diamati.10
b. Wawancara (Interview)
Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak yang berperan dalam
lembaga yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Wawancara
dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur, berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan.
Teknik wawancara terstruktur digunakan pada informan yang menjadi
objek penelitian.Sedangkan wawancara tidak terstruktur diberikan kepada
praktisi atau pihak lembaga.
c. Studi Dokumentasi
Mengadakan studi kepustakaan melalui pengkajian buku, majalah, surat
kabar, jurnal dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Selanjutnya adalah analisa data yang merupakan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
bahan tersebut agar dapat dipresentasikan kepada orang lain. Dalam penelitian
kualitatif ini, analisis dilakukan sebelum di lapangan, selama di lapangan, saat
pengumpulan data, dan setelah selesai pengumpulan data.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistik
Deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi kemudian ditarik
kesimpulan. Data akan diolah dengan membuat dan memasukan data ke dalam
tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori
dengan langsung membuat presentase, sehingga akan langsung diketahui
jumlahnya (sesuai proporsi jawaban sampel) dengan rumus:
P = F/N x 100 %
Dimana : P = Presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya
N = Number of case (banyaknya sampel)
G. Review Kajian Terdahulu
Kajian penelitian tentang Grameen Bank telah banyak dilakukan,
diantaranya penelitian dengan judul ”Grameen Bank Sebagai Upaya
Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank
oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten
Bekasi)”11. Dalam penelitian yang ditulis oleh Rahman Nidi Burhan, objek yang
di teliti lebih kepada bagaimana penerapan methode Grameen Bank serta manfaat
yang dirasakan oleh para anggotanya. Lebih jauh, penelitian yang dilakukan di
desa cibarusah ini dilengkapi dengan kendala-kendala yang dihadapinya.
Tabel 1.1
Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank
No Judul Penelitian Penulis
1
Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan
(Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi
Rahman Nidi Burhan
2
Analisa pemanfaatan dana proyek pola grameen bank
terhadap masyarakat miskin di pedesaan (Di Desa Bangoan
Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulung Agung)
Endah Purwanti/2002
Pada dasarnya penelitian tersebut hampir sama dengan kajian yang
penulis angkat. Adapun yang membedakan yaitu bagaimana penerapan nilai-nilai
ekonomi Islam pada methode Grameen Bank.
Endah Purwanti, “Analisa pemanfaatan dana proyek pola Grameen Bank terhadap masyarakat miskin di pedesaan”.12 Penelitian yang dilakukan Endah Purwanti merupakan penerapan dari jenis penelitian survei melalui observasi yang
dilakukan pada P2KP Pola Grameen Bank. Adapun tujuan yang ingin dicapai
kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi)” diakses pada 22 Juni 2008 dari http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/abstrak.jsp?id=80030&lokasi=lokal
12 Endah Purwanti, “Analisa Pemanfaatan dana proyek pola Grameen Gank terhadap masyarakat miskin di pedesaan” diakses tanggal 29 Oktober 2008 dari
pada penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan pada
objek penelitian, ditinjau dari faktor: permodalan dan faktor rentabilitas.
Sedangkan untuk mengetahui perubahan pendapatan anggota binaan (nasabah)
P2KP Pola Grameen Bank, teknik yang digunakan adalah wawancara dan
quisioner pada responden. Alat analisa yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik analisa statistik Uji-t untuk didapat kesimpulan apakah
menerima hipotesis atau menolak hipotesis.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini merujuk pada Buku
Pedoman Penulisan Skipsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. Untuk mengetahui gambaran
secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan
secara singkat sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan antara lain latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu
dan sistematika penulisan.
Pada bab ini diuraikan definisi pemberdayaan ekonomi, perempuan
dalam pemberdayaan ekonomi serta kelompok sebagai upaya
pemberdayaan ekonomi perempuan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini mengemukakan gambaran umum Grameen Bank dan
Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) dengan praktek Grameen Syariahnya
serta Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syari’ah yang
dijalankan Koperasi BAIK.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan deskripsi data responden, pola Grameen
Syariah sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, dampak
pendampingan bagi anggota Koperasi Baitul Ikhtiar.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.
Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu
sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata
pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.13
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon
pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat, untuk memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.14
13 Lili Bariadi, Muhamad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cet 1 Jakarta: CED, 2005, h.53
Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh atau kuat. Menurut Rappaport (1985), praktek dan
kegiatan yang berbasiskan pemberdayaan adalah bahasa pertolongan yang
diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut kemudian
mengkomunikasikan kekuatan yang tangguh untuk mengubah hal-hal yang
terkandung dalam diri kita (inner space), orang-orang lain yang kita anggap penting, serta masyarakat yang di sekitar kita. Elaborasi dari pemikiran
tersebut, secara keseluruhan, akan dapat memperkaya dan menjiwai
pemahaman global mengenai pemberdayaan sehingga akan membawa
dampak yang sangat luas baik terhadap kecenderungan primer maupun
sekunder dari makna pemberdayaan.15
Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yaitu
kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. 16
a. Kecenderungan primer; merupakan proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset
15 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat,(Bandung : Humaniora Utama Press), Cet. Kedua, h.43.
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui
organisasi (Oakley dan Marsden, 1984).
b. Kecenderungan sekunder; menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog sesungguhnya di antara kedua proses
tersebut.
Jadi pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya
dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan
kondisi ekonomi di masa mendatang.
2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin
Menurut Departemen Sosial RI, terdapat perbedaan paradigma
pemberdayaan fakir miskin masa lalu dan masa kini, di antaranya sebagai
berikut.17
a. Pembangunan menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan yang
memposisikan fakir miskin sebagai pelaku aktif dan memberikan apresiasi
yang layak terhadap potensi dan sumber yang dimilikinya. Paradigma
pembangunan pada masa lalu menempatkan fakir miskin sebagai objek
pembangunan yang memposisikan fakir miskin sebagai penerima bantuan
sosial yang pasif dan diberikan atas dasar belas kasihan (charity).
b. Hasil pembangunan selayaknya dinikmati oleh seluruh masyarakat
sehingga rakyat miskin mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk dapat
akses terhadap sumber daya pembangunan. Paradigma pembangunan
pada masa lalu, hasil-hasil pembangunan lebih dinikmati oleh sebagian
kecil kelompok masyarakat yang mampu.
c. Pembangunan mengaktualisasikan potensi dan budaya lokal sehingga
nilai-nilai sosial budaya, seperti kesetiakawanan sosial dan gotong royong,
dioptimalkan sebagai modal dasar dalam menciptakan tanggung jawab
sosial. Paradigma pembangunan pada masa lalu cenderung
menyeragamkan model pembangunan dan mengabaikan potensi dan
budaya lokal, sehingga beresiko ketergantungan fakir miskin terhadap
bantuan-bantuan yang datang dari luar dan pengabaian potensi sosial
ekonomi yang dimiliki.
d. Pelayanan sosial dasar disediakan untuk semua warga negara sehingga
aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar seharusnya terbuka bagi
semua pihak (universal approach), termasuk fakir miskin yang selama ini termarginalkan. Paradigma pembangunan pada masa lalu, pelayanan sosial
dasar relatif hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mampu atau
e. Pemberdayaan fakir miskin menjadi komitmen bersama antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah, maka kebijakan, strategi dan program
pemberdayaan fakir miskin menjadi kewenangan bersama antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta adanya pembagian
peran yang jelas. Paradigma pembangunan pada masa lalu, terutama pada
masa sentralistik, penanganan kemiskinan menjadi kewenangan
pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah cenderung sebagai
pelaksana.
f. Pendekatan pemberdayaan fakir miskin dilakukan secara individual,
keluarga, kelompok, dan komunitas secara terpadu dengan variasi fasilitas
yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan fakir miskin,
termasuk memberikan akses pada sumber modal usaha dalam wujud uang.
Paradigma pembangunan pada masa lalu, penanganan fakir miskin lebih
ditekankan pada pendekatan kelompok. Jenis bantuannya seragam dan
berwujud barang/peralatan.
Dalam melaksanakan pemberdayaan tentu banyak konsep dan cara
dengan berbagai bentuk pendekatan yang dilakukan. Korten Carner (1993)
menyatakan: “ konsep pembangunan berpusat pada rakyat memandang
utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai
tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan”.18
Oleh karena itu menurut Erik Syehabudin, dalam konsep
pemberdayaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.19
a. Kepercayaan (trust) dari masyarakat diyakini secara benar (objektif) dan tidak bersifat semu (kamuplase) pada pelaku-pelaku pemberdayaan.
Sehingga terbentuk suatu image positif dalam setiap tindakan atau
aktivitas yang dilakukan.
b. Substansi program atau kegiatan selalu mengedepankan kebutuhan
masyarakat dengan cara bottom-up (usulan dari bawah) dengan realisasi kegiatan bertahap sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki.
c. Koordinasi sektor dan lintas sektor artinya bahwa suatu program yang
akan dilaksanakan idealnya dapat diterima oleh semua pihak dan adanya
rasa memiliki yang utuh dan tidak ada lagi istilah egosektoral yang hanya
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak tertentu yang dianggap lebih
menguntungkan (profit oriented) secara sepihak. Secara harfiah koordinasi lebih luas daripada kebersamaan dan tidak setiap kebersamaan
adalah koordinasi.
18 Erik Syehabudin, “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”, Artikel diakses pada 29 oktober 2008 dari http://www.radarbanten.com
d. Penilaian awal dan akhir kegiatan, maksudnya di awal (pra kegiatan)
harus dapat mempersiapkan dengan matang segala hal yang dibutuhkan,
sedangkan di akhir kegiatan yakni melaksanakan evaluasi secara
menyeluruh perihal tepat-tidaknya kegiatan tersebut pada sasaran yang
direncanakan.
e. Pembinaan lanjutan (pasca kegiatan) dengan selalu dilakukan jadwal
pembinaan rutin. Sehingga pekerjaan tersebut dapat diukur tingkat
keberhasilannya serta efektivitas capaian kegiatan tidak sekedar
melakasanakan kegiatan saja.
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Secara umum, pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dibagi
menjadi empat strategi, yaitu sebagai berikut.20
a. The Growth Strategy: Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan
pendapatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan
pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, sektor pertanian,
permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan
konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi itu di
anggap efektif. Tetapi karena economic oriented sementara kaidah-kaidah
b. The welfare strategy: Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Tetapi karena
tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam
diri masyarakat, maka yang terjadi adalah tingginya sikap ketergantungan
masyarakat kepada pemerintah.
c. The responsive strategy: Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang
sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Namun, hal itu tidak
diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan
mengfungsikan teknologi itu sendiri, akibatnya teknologi yang dipakai
dalam penerapan strategi ini menjadi disfungsional.
d. The Integrated or Holistic Strategy: Dalam strategi ini, terdapat tiga prinsip dasar sebagai konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok ketiga
strategis di atas, yaitu :
1) Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan bantuan
yang secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh, maka badan
publik yang ditugasi untuk melaksanakan harus;
a) Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya.
b) Intervensi dilakukan untuk memperkokoh kemampuan masyarakat
mengambil langkah-langkah instrumental yang membutuhkan
kemampuan aparatur untuk melakukan intervensi sosial.
2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam komitmen
maupun dalam gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum
memiliki kemampuan intervensi sosial akan memerlukan pemimpin
yang kuat komitmen pribadinya terhadap tercapainya tujuan dari
strategi holistik tersebut yakni untuk:
a) Menentukan arah nilai organisasi, energi dan proses menuju
strategi.
b) Memelihara integritas organisasi yang didukung oleh institusional
leadership.
3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu, maka
memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi yang
bertugas antara lain:
a) Membangun dan memelihara perspektif menyeluruh
b) Melaksanakan rekrutmen dan pengembangan pimpinan
kelembagaan, dan
c) Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling keterkaitan
(interdependensi) antara organisasi formal dan informal melalui
Sedangkan pendekatan yang digunakan Islam dalam pemberdayaan
masyarakat miskin secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai berikut.21
a. Pendekatan parsial kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat
miskin yang dilakukan secara langsung hal ini diberikan terutama kepada
yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia,
orang buta dan lain-lain.
b. Pendekatan struktural yaitu pemberian pertolongan secara kontinu agar
masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu
diharapkan dapat turut membantu. Terutama diberikan kepada mereka
status melalui perwujudan dan komitmen kemitraan yang memiliki potensi
skill untuk dikembangkan.
Pendekatan pertama dan kedua ini baru berada pada tahap inisial. Dimana
diharapkan akan melahirkan perubahan sikap masyarakat yang sadar dan
bersemangat memacu diri untuk tidak terbenam dalam kondisi
kemiskinannya dan adanya perubahan tingkah laku melalui pendidikan
ketrampilan, stimulan, informasi, pengetahuan, dan keteladanan.
c. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infak dan shadaqah)
secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam
megembangkan usaha baik skala kecil dan menengah. Pemberdayaan pada
level ini telah mencapai tahap partisipasipatoris.
Kemudian ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat
menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas
dan penyantun sesama.
Adapun pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai
ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut.22
a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
b. Mempunyai wadah kegiatan yang teroganisir.
c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya setempat.
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan.
f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
khususnya dalam wirausaha.
g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan khususnya masyakat lapisan
bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit dicapai.
h. Akan lebih efektif jika program pengembangan masyarakat pada awalnya
memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber
dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan.
4. Kemiskinan dan Klasifikasinya
Departemen Sosial RImembagi kemiskinan dalam dua kategori, yaitu:
a. Kemiskinan kronis (chronic poverty) adalah kemiskinan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun, atau disebut
juga sebagai kemiskinan struktural.
b. Kemiskinan sementara (transient poverty) adalah kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota
masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi
normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti
korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat
menjadi kemiskinan kronis.
Menurut para pemerhati kemiskinan, kemiskinan dapat
dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu:23
a. Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
minimum (pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan);
b. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan
masyarakat sekitarnya. Seseorang yang tergolong miskin relatif
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di
bawah kemampuan masyarakat sekitarnya;
c. Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan;
d. Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang
rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak
mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia,
hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering
mengkritik kebijakan pembangunan yang selalu terfokus pada pertumbuhan
ketimbang pemerataan.24
Selain itu kemiskinan perempuan disebabkan banyak faktor yang
cukup komplek. Tetapi ia dapat ditelaah dalam dua hal. Pertama, perspektif
ekonomi. Secara gamblang kemiskinan dan pemiskinan perempuan ini terlihat
dalam sektor ekonomi. Seorang perempuan yang ikut mencari penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin dari
laki-laki dari kategori yang sama. Perempuan yang tidak memiliki
penghasilan, jauh lebih buruk situasinya dibanding perempuan yang
mempunyai penghasilan dalam keluarga dengan tingkat ekonomi subsisten.25
Namun ketika perempuan ikut mencari peghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, sebagian penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga, dan lebih meningkatkan kebutuhan dasar
keluarganya dibanding laki-laki.26
Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini, perempuan tidak terwakili secara proporsional diantara kelompok miskin dan tidak punya
kekuasaan. Kemiskinan perempuan ini antara lain kerentanan hidup
(vulnerability), kesempatan dan suara (voicelessnessa and powerlessness), serta didukung pemerintah yang sangat bias gender (male-biased governance system). Dimensi kemiskinan gender, bias gender juga mudah ditemui dalam kebijakan struktural, perbedaan efek kebijakan dan dana yang tidak memadai
25 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”,
untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum perempuan. Jadi,
diskriminasi terhadap perempuan sangat kental.27
Menurut Marguiret Robinson, pinjaman dalam bentuk micro kredit merupakan salah satu upaya ampuh dalam mengatasi kemiskinan. Hal tersebut
didasarkan bahwa pada masyarakat miskin, sebenarnya terdapat perbedaan
klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat sangat miskin (the extrim poor), yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif. Kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor). Ketiga, masyarakat berpenghasilan rendah (lower income), yakni mereka yang memiliki pengahsilan meskipun tidak banyak. Pendekatan yang dipakai dalam
rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk ketiga kelompok
masyarakat tersebut. Kelompok pertama akan lebih tepat jika digunakan
pendekatan langsung berupa program pangan, subsidi, atau penciptaan
lapangan kerja sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika
digunakan pendekatan tidak langsung, misalnya penciptaan iklim yang
kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau mensinergikan UKM dengan para pelaku usaha menengah maupun
besar.28
27 Ibid., h. 13
Namun menurut Muhammad Yunus dalam bukunya Bank Kaum
Miskin ”kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan
diciptakan oleh struktur masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan
oleh masyarakat”. Pengalaman Grameen menunjukan bahwa sekecil apapun
dukungan modal keuangan yang diberikan, kaum miskin sepenuhnya mampu
meningkatkan kehidupan mereka.29
B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi
Program pendampingan yang mengarah pada penanggulangan kemiskinan
yang dilakukan Grameen Bank mengutamakan kelompok kaum perempuan
(dalam keluarga) miskin sebagai “kelompok sasaran” (target grup). Hal ini sesuai
kenyataan bahwa:30
1. Dari segi ketenaga-kerjaan, umumnya perempuan dipandang bukan sebagai produktif, sehingga dengan bantuan kredit dan tabungan, mereka dapat
melakukan usaha produktif di sela-sela kegiatan mengurus rumah tangga
sehari-hari, sebagai ibu rumah tangga.
2. Secara kultural, perempuan telah terbiasa mengurus rumah tangga, karena merekalah yang secara langsung bertanggungjawab terhadap konsumsi
keluarga.
29 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h. 198
30 M. Amin Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT,
3. Secara emosional, dalam praktek kehidupan perempuan (ibu) lebih dekat dengan anak-anak. Oleh karena itu, perempuan menjadi kunci penentu
terhadap pembentukan kualitas Sumber Daya Insani anak-anak bangsa
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan, baik dalam hal
perbaikan nutrisi, kesehatan maupun pendidikan. Maka tidak berlebihan jika
perempuan perlu di berdayakan, dengan perbaikan kualitas anak-anaknya pun
secara langsung dapat ditingkatkan.
4. Akses kredit untuk kaum perempuan merupakan jembatan emas menuju
kesetaraan hak-hak (perbaikan ketimpangan Gender).
Sasaran kepada kelompok kaum perempuan yang merupakan golongan
masyarakat paling menderita sebagai akibat dari kejamnya keadaan kemiskinan,
terutama ketika terjadi kerawanan ekonomi dalam keluarga.
Kemiskinan dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan keluarga dapat
menjadi salah satu cara laki-laki melepaskan tanggungjawab atas keluarganya dan
menceraikan istrinya. Dalam berbagai kasus perceraian, perempuan cendenrung
mengambil beban terbesar dalam untuk membesarkan anak-anak, dengan atau
tanpa sumbangan mantan suami.31 Dalam keadaan ini seorang ibu akan berjuang
hingga detik terakhir untuk mempertahankan kelangsungan hidup dirinya dan
demi mempertahankan hidup anak-anaknya.
31 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”,
Seperti dikatakan oleh Muhammad Yunus dalam bukunya “Menciptakan
Dunia Tanpa Kemiskinan” bahwa meminjamkan uang kepada perempuan
bermanfaat lebih banyak kepada keluarga ketimbang lelaki. Bila uang
dipinjamkan kepada lelaki, mereka cenderung menggunakan untuk diri sendiri.
Namun, bila dipinjamkan kepada perempuan, uang itu diinvestasikan untuk
membuat usaha yang bermanfaat bagi seluruh keluarga. Dengan begitu,
meminjamkan kepada perempuan menciptakan efek air terjun (cascading effect) yang bermanfaat bagi seluruh keluarga dan akhirnya kepada seluruh komunitas.32
C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Sebagai makhluk sosial, seseorang mustahil dapat berkembang menjadi
pribadi yang berbudaya jika hidup sendiri. Sejak lahir, seseorang disayangi,
dididik dan dikembangkan dalam (kelompok) keluarga. Kemudian, dilanjutkan
dalam (kelompok) sekolah, (kelompok) pergaulan dan (kelompok) pekerjaan.
Sepanjang hidupnya seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan
hubungan antarmanusia dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan atau
organisasi.
1. Pengertian kelompok
Tidak semua kumpulan orang disebut kelompok. Sekumpulan orang
disebut kelompok jika;33
1. Saling kenal dan memiliki ikatan batin satu sama lain;
2. Memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama;
3. Keanggotaannya relatif stabil untuk jangka waktu yang lama:
4. Ada batas jelas yang membedakan anggota dengan bukan anggota;
5. Ada struktur, yaitu pembagian kewenangan, fungsi, peranan dan tugas
yang jelas di antara anggotanya;
6. Ada aturan kelompok yang disepakati dan ditaati oleh para anggotanya;
7. Ada kegiatan yang dilakukan secara teratur untuk tujuan kelompok.
2. Manfaat kelompok bagi pemberdayaan ekonomi perempuan
Kelompok yang sudah ada maupun yang dibentuk baru diantara
pengusaha mikro/petani dan memenuhi sebagian besar persyaratan sebagai
kelompok, memberikan banyak manfaat dalam rangka perluasan pasar usaha
UPK maupun efisiensi pelayanan kepada peminjam pengusaha mikro/petani.
Adapun manfaat berkelompok bagi pemberdayaan ekonomi
perempuan di antaranya:34
1. Kelompok adalah wahana belajar bagi pengusaha mikro,
33 Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin, (T.tp.,t.t.,: 2002), h.15
2. Dasar untuk tindakan kearah perubahan,
3. Fondasi bagi organisasi yang besar,
4. Kelompok mengendalikan sikap dan perilaku anggotanya,
5. Kelompok mengefisienkan pekerjaan UPK,
6. Kelompok mempromosikan dan membangun citra UPK.
Untuk itu, pemberdayaan wanita di bidang ekonomi mutlak dilakukan.
Kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas wanita di
bidang ekonomi dapat dilakukan dengan melaksanakan program yang
menekankan pada 5 aspek, yaitu:35
1. Pengembangan Kapasitas dan Karakter
Dalam program ini dilakukan kegiatan-kegiatan pelatihan wirausaha secara
komprehensif, mulai dari motivasi berusaha, manajemen usaha, dan hal
lainnya seputar kewirausahaan untuk wanita.
2. Konsultasi dan Pendampingan
Setelah face pelatihan, para wanita kemudian mendapatkan konsultasi dan pendampingan usaha untuk bisa menguatkan dan meng-upgrade kapasitas serta kualitas usahanya di masa depan.
3. Organisasi
Sebagai individu ataupun kelompok usaha, wanita sangat membutuhkan
penguatan di bidang organisasi bisnisnya. Di tahapan ini diharapkan para
wanita yang berwirausaha mampu menjalankan bisnisnya dengan aturan yang
berlaku dan memiliki visi yang jelas.
4. Pasar
Wanita mendapatkan pengetahuan mengenai upaya membuka dan
membangun pasar untuk produk-produk yang telah dimiliki.
5. Jejaring
Diharapkan wanita dan kelompok usaha wanita mampu menemukan,
membuat, dan menguatkan jaringan sosial untuk usahanya.
Selain 5 aspek penguatan yang telah dibahas diatas, ada hal pada diri wanita
yang harus dibangun agar pemberdayaan ekonomi wanita bisa berhasil, yaitu mental
positif. Perlu dibangun terus menerus mental positif wanita untuk mau dan mampu
berwirausaha, bahwa mereka bisa dan mampu memainkan peran-peran ekonomi,
serta berkontribusi bagi keluarga dan pembangunan sekitarnya.
Pemberdayaan perempuan pada dasarnya dapat dibagi dalam dua tahapan,
yaitu: (1). Pemberdayaan personal dengan memberikan informasi akan hak-hak,
kesetaraan dan sebagainya, dimana bertujuan untuk menanamkan nilai internal
dan organisasi sehingga target memiliki otoritas, kekuasaan dan peluang dalam
mengelola organisasi atau kelompoknya.36
Konsep pemberdayaan yang tersusun secara sistematis dan sebagai strategi
dalam pembangunan masih relatif baru, semakin relevan untuk dibincangkan dalam
era reformasi dan otonomi daerah yang merupakan kata kunci dari pemberdayaan.
Istilah pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan
motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha
untuk mengembangkannya.
36 GAPRI (Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia), ”Perempuan Sangat Rentan Terhadap Kemiskinan”, diakses pada tanggal 2 juni 2010 dari
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Grameen Bank
1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin
‘Grameen Bank’
Grameen berasal dari kata gram atau “desa”. Bentuk adjektifnya Grameen berarti “pedesaan”, atau “ berasal dari desa”.37 Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit
kepada keluarga termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan
kebendaan atau jaminan orang.38
Proyek percontohan Grameen Bank lahir di desa Jobra, Bangladesh
pada tahun 1976, dimana Yunus berhasil memperoleh pinjaman sebesar
10.000 taka (AS$300) dari Janata Bank setelah melalui 6 bulan
surat-menyurat untuk memperoleh persetujuan pinjaman. Selama tahun 1977
Yunuslah yang menandatangani setiap permohonan pinjaman.
Bulan November 1982, keanggotaan Grameen Bank tumbuh mencapai
28.000 hampir separuhnya perempuan. Ini adalah lompatan yang sangat
37 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, h. 90.
pantastis sejak tahun 1979 dimana keanggotaannya hanya 500 anggota di
Jobra.
Pada Bulan Oktober 1983, Grameen Bank (GB) berdiri sebagai
institusi keuangan independent dengan menggelar upacara pembukaan di
sebuah lapangan terbuka yang luas di desa Jamurki, Tangail.39
Tahun 2001 Grameen meluncurkan program untuk mengkonversi
metode operasinya ke versi baru bernama Grameen Generalised System (GGS) atau Grameen Bank II. Dan mereka menyebut Grameen sebelumnya sebagai Grameen Classic System atau GCS. Program GGS mulai dirancang
pada April 2000 dengan partisipasi aktif dari seluruh 12.000 anggota staf di
semua tahap pengembangan produk ini.40
Perpindahan dari GCS ke GGS di 41.000 desa dilakukan dengan
hati-hati agar tidak menyebabkan kekagetan luar bisa bagi ratusan ribu peminjam
yang buta huruf dan tanpa mengacaukan rekening di 1.175 cabang.
Perpindahan dilaksanakannya bulan Maret 2001 secara bartahap. April 2002,
dua tahun setelah dimulai, Grameen Bank II berjalan. Cabang terakhir
Grameen Bank yang beralih ke Grameen II terjadi 7 Agustus 2002.41 Kini
39 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin. h.119.
40 Ibid., h.227.
Grameen II yang baru sudah berfungsi nyata sebagai sebuah lembaga dengan
peralatan yang lebih lengkap dibanding versi terdahulu.
a. Filosofi Grameen Bank
Adapun yang menjadi filosofi dari Grameen Bank adalah:42
1) Orang tidak datang ke bank, tetapi bank yang mendatangi mereka;
2) Memperluas fasilitas perbankan bagi pria dan wanita miskin, tanpa
adanya jaminan;
3) Menghilangkan explorasi bagi masyarakat miskin oleh para lintah
darat;
4) Menciptakan kesempatan bagi pekerja mandiri diantara banyak
pengangguran yang banyak jumlahnya di wilayah pedesaan
Bangladesh
5) Membawa para pihak yang dirugikan, sebagian besar wanita dari
rumah tangga termiskin kedalam format organisasi yang mereka
mengerti dan
6) laksanakan; dan
7) Membalikan lingkaran jahat yang telah berlangsung lama mengenai
”pendapatan rendah, nilai tabungan rendah, nilai investasi rendah,
42 A. S. M. Mohiuddin “Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesi Reaching MDGs” International Seminar On The Microfinance Institution, Jakarta, 1 Desember 2005 h. 31.
penghasilan rendah”, Menjadi sebuah sistem progresif dan lebih
tentang ”penghasilan, kredit dan investasi rendah, penghasilan lebih
banyak, tabungan dan investasi lebih besar, penghasilan lebih besar”.
b. Prinsip-Prinsip Grameen Bank
Adapun prinsip-prinsip dari program perkreditan Grameen Bank
adalah sebagai berikut:43
1) Hanya orang-orang yang sangat miskin yang memenuhi tolok ukur
yang ditetapkan oleh bank dapat menjadi anggota/nasabah dan
memperoleh pinjaman dari bank.
2) Pinjaman diberikan tanpa agunan ataupun penjamin.
3) Prosedur pinjaman dibuat sederhana.
4) Pinjaman digunakan untuk kegiatan produktif.
5) Pinjaman yang diberikan adalah relative kecil dengan angsuran
mingguan selama satu tahun.
6) Pinjaman diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari 5
orang.
7) Pinjaman diberikan secara berurutan, yaitu mula-mula 2 orang
anggota paling membutuhkan diberi prioritas pertama untuk
menerima pinjaman, kemudian menyusul dua anggota lainnya
menerima pinjamannya dan yang terakhir menerima pinjaman
anggota kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri oleh kelompok.
8) Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman
9) Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah
pinjamannya lunas.
10) Setiap peminjam dipotong 5% untuk Dana Tabungan Kelompok,
dan setiap minggu anggota menabung 1 Taka (kira-kira Rp. 50,-
tahun 1996) yang dimasukan kedalam Dana Tab Kelompok.
11) Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25% dari bunga
yang dibayar untuk disetor kedalam Dana Darurat. Pada dasarnya
dana ini merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan
peminjam, kematian, cacat tubuh dan kecelakaan.
12) Bunga pinjaman ditarik menjelang akhir masa pinjaman sebagai
dua angsuran terakhir.
13) Sejumlah kelompok di desa yang sama terdiri dari 6 sampai 8
kelompok mengadakan rapat mingguan bersama. Pertemuan atau
rapat ini dikenal sebagai rapat pusat atau “centre”.
14) Semua transaksi Grameen Bank dengan anggota kelompok
dilaksanakan pada waktu rapat mingguan dari pusat. Petugas
Grameen Bank menghadiri rapat tersebut untuk menerima
dan Dana Darurat untuk disimpan di bank. Semua urusan
pinjaman dibahas dengan petugas dalam rapat tersebut.
c. Suku Bunga Grameen Bank
Grameen Bank menawarkan bunga yang sangat menarik untuk
deposito. Bunga minimun yang ditawarkan adalah 8.5%. Bunga
maksimum sebesar 12%. Bunga pinjaman bervariasi dari 0 persen hingga
10 persen, dengan perhitungan bunga tetap (Flat).44
Tabel 3.1
Suku Bunga Grameen Bank
Loan Savings Income Generating Loans: Flat rate-10%
Housing Loans: 8% Higher Education Loan: On Study – 0%
After Study – 5%
For Stuggling Members (Beggars): 0% Center House Construction: 0%
Savings: 8.5%
Fixed Deposit: 8.45-9.50% Double in Seven Years: 10.40%
Fixed Deposit (5 years) with mounthly income: 10.04%
Fixed Deposit (10 years) with mounthly income: 10.67%
Grameen Pension Savings (five Years): 10% Grameen Pension Savings (Ten Years): 12%
2. Pola Pinjaman Kelompok dalam program Grameen Bank / Cara Kerja
Grameen Bank
Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil
membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi
masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah