• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekek pemberian berbagai level clenbuterol terhadap performans pertumbuhan, karakteristik karkas dan kualitas daging babi jantan grower

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekek pemberian berbagai level clenbuterol terhadap performans pertumbuhan, karakteristik karkas dan kualitas daging babi jantan grower"

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)

EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL'CLENBUTEROL TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN

,

KARAKTERlSTlK KARKAS DAN

/- KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER.

Oleh

,

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(159)

THE EFFECT OF CLENBUTEROL ON GROWTH

PERFORMANCE, CARCASS CHARACTERISTICS AND MEAT

QUALITY OF GROWING MALE PIG

ABSTRACT

The objective of this research was to study the effect of clenbuterol on growth performance, carcass characteristics and quality of meat of growing male pig. This study was conducted as a factorial experiment with a completely randomized design. This study used three clenbuterol levels, i.e. 0 mg, 0.2 mg and 0.4 mglkg feed respectively and two breeds of pig i.e. local pig and crossbred pig. The total pigs used which twenty four male pigs consisting of 12 heads of local pig and 12 heads of cross bred, with the average of initial live weight of 52.5

*

28.26 kg. Pigs were given ad libitum access to a 14.96% crude protein and ME 2400 Kcalkg diet. The diet was formulated according to NRC. All pigs were slaughtered following 6 weeks of experimental period and data on carcass characteristics were collected.

The parameters observed were growth performance, carcass characteristics, proximate analysis, carcass measurements, commercial component of carcass, cholesterol, physical component of carcass and analysis of fatty acids. The data obtained were analyzed by analysis of covariance.

(160)

EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL CLENBUTEROL

TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN, KARAKTERISTIK

KARKAS DAN KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER

Oleh

I Wayan Sukarya D.

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(161)

Judul : EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL CLENBUTEROL TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN, KARAK- TERlSTlK KARKAS DAN KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER

Nama Mahasiswa : I Wayan Sukarya Dilaga

Nomor Pokok : PTK92511

Program Studi : llmu Ternak

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr.0.T.H

.

sihombifig, MSc Ketua

\ / \ \

Prof. I$,/H. Harimurti Martojo Anggota

Prof.

.

Ir. oeparno

A

Anggota

2. Ketua Program Studi

llmu Ternak

Prof. Dr. H. Eddie Gurnadi Anggota

Dr. Ir. H. Tantan R. Wiradarya, MSc Anggota

3. Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto,MSc.

(162)

Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Nopember 1950 di desa Grokgak

Tengah, Kabupaten Tabanan (Bali), dari pasangan ayah I Wayan Kerai dan

Ibu Ni Wayan Leser. Merupakan anak keenam dari enam bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Rakyat Negeri,

Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri

semuanya di Tabanan, Bali, masing-masing tamat tahun 1963, 1966 dan

1969. Setamat SMA penulis pemah melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi

UNTAG, Semarang, sampai tahun 1972 tetapi terhenti. Kemudian

melanjutkan ke Fakultas Petemakan, Universitas Diponegoro Sernarang,

lulus tahun 1978. Kemudian melanjutkan ke Program Pendidikan

Pascasarjana S2 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1989, dan

lulus pada tahun 1991. Selanjutnya September 1992 terdaftar sebagai

mahasiswa S3 Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor, pada

Program Studi llmu Temak.

Penulis menikah dengan Dra. K. Narmi Sukarya pada tanggal 9

Desember 1981, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu I Gede Ananta Wijaya

Putra dan I Made Arya Suganda Putra.

(163)

RINGKASAN

I WAYAN SUKARYA DILAGA. Efek Pemberian Berbagai Level Clenbuterol Terhadap Performans Pertumbuhan, Karakteristik Karkas dan

Kualitas Daging Babi Jantan Grower (Di bawah bimbingan D.T.H.

SlHOMBlNG sebagai ketua, H. HARlMURTl MARTOJO, H. R. EDDIE GURNADI, SOEPARNO dan H. TANTAN R. WIRADARYA, sebagai anggota).

Dalam upaya meningkatkan sumber protein hewani khususnya daging,

disamping ternak sapi dan unggas ternak babi juga mempunyai masa depan

yang baik. Mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus

reproduksinya yang relatip pendek, banyak anak dalam satu kelahiran,

tingkat pertumbuhan cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat

memanfaatkan sisa pakan yang tidak lagi dimanfaatkan oleh manusia (Pond

dan Maner, 1974). Disamping itu ternak' babi juga mempunyai potensi

sebagai penghasil daging dengan kenaikan persentase daging tiap tahunnya

terus meningkat (Statistik Petemakan, 1996). Di Indonesia babi mempunyai

kontribusi sebesar 21% dari jumlah produksi daging keseluruhan dengan

kecendenrngan naik 7,7% setiap tahunnya (Buckle, et a/., 1987).

Dewasa ini, permintaan daging di .dalam negeri jauh lebih besar

dibandingkan dengan ketersediaan yang ada, sehingga impor daging dan I

produksi daging di dalam negeri akan terus ditingkatkan baik kualitas maupun

(164)

S

asal temak per-kapita dari penduduk Indonesia masih tergolong rendah 3,39

glkapitalhari. Karena itu perlu dilakukan upaya

-

upaya kearah peningkatan

produksi daging temak, antara lain dengan cara memacu pertumbuhannya

untuk dapat meningkatkan produksi, dan kualitas deposisi daging karkasnya

secara efisien dengan lebih singkat. Dalam ha1 ini, pemberian clenbuterol

yang tergolong obat

P-

adrenergic agonist pada temak babi memberi harapan

untuk memenuhi maksud itu. Karena senyawa ini dapat meningkatkan

deposisi daging dan menurunkan kandungan lemak karkas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh respon

-

pemberian P-adrenergic agonist clenbuterol pada ternak babi, dan untuk

memperoleh informasi seberapa jauh respon clenbuterol terhadap

performans pertumbuhan, karakteristik karkas dan kualitas daging pada babi

jenis lokal dan babi keturunan impor.

Penelitian lapangan dilakukan di desa Langensari Ungaran,

Kabupaten Semarang, tempat pemotongan hewan dilakukan di rumah

pemotongan hewan (RPH) Kodya Semarang dan tempat uji daging dilakukan

di laboratorium PAU, MIPA, LAKFIP, histologi, dan laboratorium teknologi

pengolahan daging (THT) semuanya di Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor babi grower jantan yang

terdiri dari 12 ekor babi lokal dan 12 ekor babi keturunan impor dengan bobot

badan awal 52,5 f 28,27 kg, dan jumlah ulangan adalah 4 ekor untuk tiap

.

kelompok perlakuan. Jumlah perlakuan clenbuterol adalah

0

mglkg pakan
(165)

(kontrol); 0,20 mglkg pakan (Tl) dan 0,40 mglkg pakan (T2). Babi dipelihara

di dalam kandang individual selama 6 minggu yaitu 2 minggu masa adaptasi

dan 4 minggu pengambilan data penelitian, dengan pakan yang sama yang

terdiri dari bekatul 27,8%, jagung 55,5% dan konsentrat 16,7%. Pakan dan

minum disediakan a d libitum 2 kali sehari. Pada akhir masa penelitian

dilakukan penyembelihan semua babi penelitian untuk melakukan

pengukuran-pengukuran karkas, karakteristik fisik karkas, analisis fisik

daging, analisis kimia daging, potongan-potongan karkas komersial, analisis

persentase relatif asam-asam lemak, dan hasil sampingan karkas (komponen

non-karkas).

.

Data dianalisis ragam faktorial 2 X 3, yang diikuti dengan uji analisis

polinomial orthogonal. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

clenbuterol tidak memberi efek nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan,

performans pertumbuhan, konversi pakan, karakteristik fisik, komponen

karkas, komposisi fisik dan kimia karkas. ~eskipun demikian ada

kecenderungan bahwa komposisi fisik karkas diperbaiki oleh clenbuterol

masing-masing dengan adanya peningkatan dan penurunan jumlah otot dan

lemak karkas (P<0,01). Penurunan tejadi masing-masing pada setiap

perlakuan untuk tebal lemak punggung adalah sebagai berikut ; kontrol

(29,43 mm); 0,2 mg clenbutrol (28.22 mm) dan 0,4 mg clenbuterol (26,42

mm). Untuk b r a t total lemak internal (abdominal fat), kontrol (1 131,25 g); 0.2

(166)

komposisi kimia daging persentase lemaknya mengalami penurunan untuk

kontrol (21,14%); 0,2 mg clenbuterol (15,83%) dan 0,4 mg clenbuterol

b

(16,28%). Sedang yang mengalami peningkatan untuk setiap perlakuan pada

luas urat daging mata rusuk (UDMR) masing-masing; kontrol(26,76 cm2); 0,2

mg clenbuterol (29,91 cm2) dan 0,4 mg clenbuterol 27,41 crn2), untuk

persentase komponen karkas daging kontrol (31,88%); 0,2 mg clenbuterol

(36,9%) dan 0,4 mg clenbuterol (44,04%). Sedang untuk masing-masing

bangsa babi lokal dan keturunan impor (K) pada tebal lemak punggung babi

lokal (L) lebih tinggi masing-masing 28,59 mm dan 27,45 mm. Pada tebal

lemak internal (abdominal fat) babi lokal (L) lebih tinggi dari pada babi

1

keturunan impor (K) masing-masing 11 12,91 g dan 860,83 g, begitu juga

pada komposisi kimia daging persentase lemak babi lokal lebih tinggi dari

babi keturunan impor masing-masing 40,32% dan 35,33%. Untuk luas urat

daging mata rusuk (UDMR) babi impor lebih luas dari babi lokal masing-

masing 29,45 cm2 dan 26,06 cm2. Analisis relatif asam-asam lemak babi

untuk asam lemak jenuh terbanyak adalah asam heksanoat, caproat, palmitat

dan stearat, sedang asam lemak tidak jenuh yang terbanyak adalah asam

palmitoleat dan oleat. Pada bangsa babi keturunan impor lebih tinggi jumlah

,

asam lemak tidak jenuhnya pada babi lokal masing-masing 61,21 mg1100 g

dan 55, 10 mg1100 g. Pemberian clenbuterol pada ternak babi lokal asam

lemak jenuhnya semakin menurun paralel dengan meningkatnya level

(167)

II clenbuterol (37,48 mg/100 g) dan 0,4 mg clenbuterol (34,64 mg/lOO g).

Sedang pa& asam lemak tidak jenuh justru semakin meningkat paralel

dengan meningkatnya level clenbuterol masing-masing yaitu; kontrol (37,49

mg/100 g); 62,49 mg/100 g dan 65,37 mgI100g. Pemberian clenbuterol

dalam pakan babi berpengaruh sangat nyata (P<O,Ol) terhadap persentase

abu dan lemak. Persentase abu semakin meningkat paralel dengan

meningkatnya clenbuterol. Sedang persentase lemak menurun dengan

meningkatnya clenbuterol masing-masing ' 21,14%; 15,82% dan 17,75%.

Persentase air dan protein secara kuantitatif bervariasi sangat kecil, tetapi

-

masih dalam batas normal dan tidak berbeda nyata

.

(168)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Hyang Widi Wasa, Tuhan '

yang Maha Esa atas rahmat, petunjuk dan IindunganNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan Disertasi ini, dengan selamat lahir dan

bathin.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang ikhlas dan sedalam-

dalamnya kepada Bapak Rektor, Dekan dan Staf Fakultas Petemakan,

Universitas Diponegoro Semarang,

.

atas segala bantuan dan

diperkenankannya penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana Program

-

Doktor

(S3)

di lnstitut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada Bapak pimpinan

Program beasiswa S UDR (Six Universities Development and

Rehabilitation Project), Departernen Pendidikan dan Kebudayaan yang

telah memberikan beasiswa untuk pendidikan ini.

Demikian pula kepada Bapak Prof. Dr. D.T.H. Sihombing,MSc. selaku

ketua, Bapak Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, MSc., Bapak Prof. Dr. H. R.

Eddie Gumadi, Bapak Prof. Dr. Ir. Soepamo dan Bapak Dr. Ir. H. Tantan

I Rustandi, MSc. selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak

* memberikan petunjuk, saran-saran sehingga Disertasi ini dapat diselesaikan,

(169)

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.lr. Ketut Saka,

MAgSc. atas bantuannya ikut memberikan saran-saran pemotongan temak,

di rumah pemotongan hewan (RPH) Kodya Semarang, serta Bapak Ir. Made

Sumerta Jaya, MSi., selaku kolsultan statistik dari staf pengajar MIPA lnstitut

Pertanian Bogor (IPB).

Kepada yang terhormat almarhum ayahnda I Wayan Kerai, dan Ibu Ni

Wayan Leser, kakak-kakak, keponakan-keponakan dengan keluarganya

masing-masing atas segala dorongan, bantuan serta doa restunya yang tulus

-

iklas, sebagai pegangan menambah , semangat dalam menyelesaikan

penulisan disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Demikian pula penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa

kepada istriku yang tercinta Dra. K. Narrni Sukarya, serta anak-anakku yang

tersayang I Gede Ananta Wijaya Putra dan I Made Arya Sugandha Putra atas

segala pengertian, pengorbanan, kesabaran, ketabahan serta doa restunya

yang tulus ikhlas dan suci yang tidak henti-hentinya, yang diperlihatkan

selama penulis tidak berada di tengah-tengah mereka.

Akhimya semoga Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa

memberikan Wasung KertanugrahaNya kepada kita semua.

xii

Bogor; 31 Agustus 1998

(170)

DAFTAR IS1

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

...

ix

KATA PENGANTAR

...

xi

DAFTAR IS1

...

xiii

DAFTAR TABEL

...

xvi

DAFTAR GAMBAR

...

xvii

BAB I PENDAHULUAN

...

1

1.2 Tujuan

...

;

...

4

1.3 Manfaat

...

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11.1 Beberapa Bangsa Babi di Indonesia

...

5 1.1 Babi asli lndonesia

...

5 1.2 Babi-babi Import

...

5 1.3 Babi Persilangan

...

6 11.2 Pertumbuhan Babi

...

6 11.3FasePertumbuhanBabi

...

10

1

11.4

13-

Adrenergic Agonist (Clenbuterol)

... ...

. ... .

1 1

11.5 Residu dan Keamanan Konsumen

...

11.6 Struktur dan Komposisi Daging

...

11.7 Kolesterol

...

11.8 Karkas dan Non Karkas

...

;

...

11.9 Asam-asam Lemak dan Lemak Daging

...

BAB Ill MATERI DAN METODE PENELlTlAN

(171)

Halaman

111.4 Tempat Penelitian

...

43

...

111.5 Metoda Penelitian 43

111.6 Tahap Penelitian

...

44

6.1. Pengacakan Ternak

...

45 6.2. Rancangan Percobaan

...

45

6.3. Analisis Statistik

...

45

...

111.7. Parameter yang Diukur 46

...

7.1. Performans Pertumbuhan 46

...

7.2. Pertambahan Berat Badan 46

...

7.3. Konsumsi Bahan Kering 47

...

...

7.4. Konversi Pakan 2 47

...

111.8. Rataan U kuran-ukuran Karkas 47

...

8.1. Rataan Tebal Lemak Punggung 47

...

8.2. Luas Urat Daging Mata Rusuk 47

8.3. Panjang Karkas

...

48

...

8.4. Lemak Total Internal (Abdominal fat) 48

111.9. Karakteristik Fisik dan Komponen Karkas

...

48

9.1. Berat Potong

...

48 9.2. Berat Karkas

...

48

9.3. Persentase Karkas

...

48

9.4. Perbandingan Persentase Daging. Lemak dan Tulang

(meat. bone and fat ratio (%)

...

48

...

.

111.1 0 Persentase Potongan Karkas Komersial 49

...

III.ll. Uji Fisik dan Kimia daging 50

...

1 1.1. Nilai Keempukan (Shear force) 50

...

1 1.2. Susut Masak (Cooking loss) 50

(172)

Halaman

...

11.3. Daya Mengikat Air (WHC)

11.4. pH Daging

...

...

1 1.5. Kadar Air

...

11.6. Kadar Protein

1 1.7. Kadar Lemak

...

11.8. Kadar Abu

...

11 1.1 2

.

Komposisi Asam-asam Lernak

...

11 1.1 3

.

Kolesterol

...

BAB tV HASlL DAN PEMBAHASAN

...

IV.l Pertambahan Bobot Badan. Konsumsi Pakan dan

...

Konversi Pakan (Growth Performance )

IV.2 Konsumsi Pakan

...

IV.3 Konversi pakan

...

IV.4 Ukuran-ukuran Kaeas

...

IV.5 Karakteristik Fisik Karkas

...

IV.6 Analisis Proksimat Daging

...

...

...

IV.7 Analisis Fisik Daging

...

IV.8 Rataan Bobot Potongan-potongan' Karkas Kornersial

IV.9 Komponen Non-Karkas

...

...

IV.10 Data Analisis Kandungan Kolssted IV.11 Komposisi relatif asam-asam lemak jenuh

...

dan tidak jenuh

IV.12 Uji Organoleptik Daging

...

...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAF TAR PUSTAKA

...

...

I

(173)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Otot Kerangka Mammalia Berdasarkan

Persentase Berat Segar

...

28

2. Jumlah Lemak dan Kandungan Kolesterol Beberapa

Bahan Makanan

...

32

3. Asam-asam Lemak Alam yang Urnum Terdapat Dalam

Lipida

...

38

4. Komposisi Asam Lemak Jenuh dan Tiiak Jenuh dari

Depot Lemak Beberapa Spesies Temak

.

...

40

5. Rataan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Kon

versi Pakan Babi

...

58

6. Rataan U kuran-ukuran Karkas

...

. .

.

. .

69

7. Rataan Karakteristik Fisik dan Komponen Karkas

...

76

8. Komposisi Kimia Daging Babi

...

80

9. Analisis Fisik Dan Kimia Otot Longissirnus Dorsi

...

85

10. Analisis Fisik Otot Biceps Fernoris (BF)

...

86

1 1. Rataan Bobot Potongan-potongan Karkas (retail cut)

Ternak Babi

...

.

95

12. Rataan Bobot Komponen Non-Karkas

... ...

...

...

.

.

.

.

.

.

101

13. Data Analisis Kolesterol Daging Babi

...

...

. .

.

. .

.

. .

103

14. Data Analisis Persentase Relatif Asam-asam

LemakDaging

...

106

15. Hasil Penilaian Panelis terhadap Preferensi

(174)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

...

.

1 Kurve Pertumbuhan Normal pada Temak Babi 8

...

.

2 Stwktur Nor.epinephrin. Epinephrin dan Clenbuterol 13

.

...

3 Struktur Prekursor. Metabdit. dan

13-

Adrenergic Agonist 14

4

.

Skema Cara Ke ja 13-Agonist (13-AA) dalam Merubah

...

...

Deposisi Otot dan Lemak : 16

...

5

.

Skema Mekanisme Te rjadinya Proses Glikogenolisis 18

...

6

.

Diagram Struktur Otot 25

...

7

.

Penampang Lintang Otot 26

8

.

Diagram Potongan Primal Karkas Babi (Pork) Hu bungannya Dengan

...

Skelton Atau Kerangka

.

49

9

.

Pengaruh Perlakuan Clenbuterol Terhadap Bobot badan. Konsumsi.

dan Konversi Pakan

...

67

l o

.

Tebal Lemak Punggung. Luas UDMR dan Berat Lemak Abdominal

...

73

11

.

Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Persentase Komponen Karkas.78

12

.

Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Persentase

Lemak dan Abu

...

84

13

.

Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Kolesterol Lemak babi

...

104

14

.

Pengaruh perlakuan Clenbuterol terhadap Persentase Relatif Asam-

asam Lemak

...

110
(175)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sub-sektor peternakan dalam Pelita V diutamakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rnanusia melalui usaha pembinaan

daerahdaerah produksi temak yaw sudah ada pembangunan daerah-

daerah baru, sedangkan dalam pembangunan jangka panjang tahap II (PJPT

11) akan mengarah kepada perkembangan agribisnis dan agroindustri. Dalam

Pelita VI pembangunan peternakan diharapkan dapat berperan dalam

penyediaan pangan dan gizi, sumber devisa, peningkatan pendapatan dan

memberi peluang untuk lapangan keja serta kesempatan untuk berusaha

dalam bidang peternakan (Soehadji, 1990).

Dewasa ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi tidak

hanya terjadi di negara-negara industri maju, tetapi juga telah terjadi di

banyak negara berkembang terrnasuk Indonesia. Dampak dari kemajuan

tersebut antara lain ditandai dengan meningkatnya standar hidup dan rata-

rata usia harapan hidup manusia serta perubahan kesadaran akan

pentingnya gizi. lndustri pangan telah dan sedang menerapkan ilmu dan

teknologi untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan gizi

I

dan mengubah pola hidup konsumen serta meningkatkan kualitas sumber

(176)

Permintaan akan daging untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat

dari tahun ke tahun, tetapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan

produktivitas temak penghasil daging (Soehadji, 1991 ). Meningkatnya

perrnintaan daging disebabkan meningkatnya jumlah penduduk lndonesia

dengan laju pertambahan 2.32 persen pertahun, meningkatnya pendapatan,

dan arus wisatawan manca negara ke lndonesia serta bertambahnya

kesadaran gizi masyarakat, menunhrt penanganan yang lebih serius di

bidang peternakan guna meningkatkan sumber protein hewani berupa

daging, telur dan susu yang lebih berkualitas, sehingga akan tercapai angka

target minimal. Konsumsi protein hewani di Amerika Serikat rata-rata

mencapai sekitar 120 g/kapita/hari dan di Jerrnan lebih kurang 90

glkapitdhari. Sedangkan konsumsi daging untuk sebagian besar populasi di

lndonesia yang baru mencapai 3.39 gkapitalhari masih jauh lebih rendah

dari target 4.5 glkapitalhari setara dengan 7.6 kg daging/kapita/tahun

t

(Soehadji, 1990).

Untuk meningkatkan produksi daging, selain melalui budidaya temak

sapi dan unggas, temak babi juga mempunyai masa depan yang baik,

mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus reproduksinya

yang relatip pendek, banyak anak setiap satu kelahiran, tingkat pertumbuhan

cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat memanfaatkan sisa

pangan yang tidak lagi hmanfaatkan oleh manusia (Pond dan Maner, 1974).

Buckle et a1.,(1987) menyatakan bahwa di lndonesia babi mempunyai

(177)

kecenderungan naik 7.7% setiap tahunnya. Penerapan ilmu dan teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memproduksi daging yang berkualitas

(Soepamo, 1 994).

Salah satu senyawa yang rnampu meningkatkan kualitas dan kuantitas

daging adalah dengan clenbuterol yaitu senyawa kimia yang mempengaruhi

reseptor fi atau 13-agonist. Senyawa ini juga mempunyai rnanfaat lain yaitu

mampu mendegradasi cadangan lemak dan rneningkatkan laju sintesis

protein, sehingga diperoleh daging sedikii berlemak (lean meat) yang

merupakan kecenderungan konsumsi pangan masyarakat modem.

Penelitian-penelitian mengenai penggunaan persenyawaan-persenyawaan

kimia pemacu pertumbuhan seperti clenbuterol, cimaterol, fumeterol atau

13-

adrenergic agonist yang lain secara sendiri-sendiri telah banyak dilakukan

pada berbagai jenis temak daging di negara subtropis dan dapat

meningkatkan produksi lean meat dan efisiensi penggunaan pakan pada

sapi, domba dan babi, mengakibatkan jumlah lemak karkas rnenurun, ini

adalah karena meningkatnya laju metabolisme di &lam tubuh hewan

tersebut.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas penulis tertarik untuk penelitian

mengenai pengaruh pemberian berbagai level clenbuterol terhadap

performans pertumbuhan dan karakteristik karkas serta kualitas daging pada

(178)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon performans

pertumbuhan, karakteristik karkas, serta kualitas daging babi yang diberi

berbagai level denbuterol dalam pakannya. Serta untuk memperoleh

informasi seberapa jauh respon clenbuterd untuk memacu metabolisme,

dalam kaitannya dengan peningkatan produksi temak.

Hasil-hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat memberi

t

penjelasan mengenai performans pertumbuhan, karakteristik karkas serta

kualitas daging babi yang diberi clenbuterol dalam pakannya. Dari informasi

yang diperoleh ini maka akan dapat diketahui manfaat serta besar peranan

pemaw pertumbuhan tersebut untuk perkembangan industri petemakan

rakyat dan petemakan komersial di negara kita, yang dikaitkan dengan

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi daging serta konsumsi protein

(179)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sub-sektor peternakan dalam Pelita V diutamakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rnanusia melalui usaha pembinaan

daerahdaerah produksi temak yaw sudah ada pembangunan daerah-

daerah baru, sedangkan dalam pembangunan jangka panjang tahap II (PJPT

11) akan mengarah kepada perkembangan agribisnis dan agroindustri. Dalam

Pelita VI pembangunan peternakan diharapkan dapat berperan dalam

penyediaan pangan dan gizi, sumber devisa, peningkatan pendapatan dan

memberi peluang untuk lapangan keja serta kesempatan untuk berusaha

dalam bidang peternakan (Soehadji, 1990).

Dewasa ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi tidak

hanya terjadi di negara-negara industri maju, tetapi juga telah terjadi di

banyak negara berkembang terrnasuk Indonesia. Dampak dari kemajuan

tersebut antara lain ditandai dengan meningkatnya standar hidup dan rata-

rata usia harapan hidup manusia serta perubahan kesadaran akan

pentingnya gizi. lndustri pangan telah dan sedang menerapkan ilmu dan

teknologi untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan gizi

I

dan mengubah pola hidup konsumen serta meningkatkan kualitas sumber

(180)

Permintaan akan daging untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat

dari tahun ke tahun, tetapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan

produktivitas temak penghasil daging (Soehadji, 1991 ). Meningkatnya

perrnintaan daging disebabkan meningkatnya jumlah penduduk lndonesia

dengan laju pertambahan 2.32 persen pertahun, meningkatnya pendapatan,

dan arus wisatawan manca negara ke lndonesia serta bertambahnya

kesadaran gizi masyarakat, menunhrt penanganan yang lebih serius di

bidang peternakan guna meningkatkan sumber protein hewani berupa

daging, telur dan susu yang lebih berkualitas, sehingga akan tercapai angka

target minimal. Konsumsi protein hewani di Amerika Serikat rata-rata

mencapai sekitar 120 g/kapita/hari dan di Jerrnan lebih kurang 90

glkapitdhari. Sedangkan konsumsi daging untuk sebagian besar populasi di

lndonesia yang baru mencapai 3.39 gkapitalhari masih jauh lebih rendah

dari target 4.5 glkapitalhari setara dengan 7.6 kg daging/kapita/tahun

t

(Soehadji, 1990).

Untuk meningkatkan produksi daging, selain melalui budidaya temak

sapi dan unggas, temak babi juga mempunyai masa depan yang baik,

mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus reproduksinya

yang relatip pendek, banyak anak setiap satu kelahiran, tingkat pertumbuhan

cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat memanfaatkan sisa

pangan yang tidak lagi hmanfaatkan oleh manusia (Pond dan Maner, 1974).

Buckle et a1.,(1987) menyatakan bahwa di lndonesia babi mempunyai

(181)

kecenderungan naik 7.7% setiap tahunnya. Penerapan ilmu dan teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memproduksi daging yang berkualitas

(Soepamo, 1 994).

Salah satu senyawa yang rnampu meningkatkan kualitas dan kuantitas

daging adalah dengan clenbuterol yaitu senyawa kimia yang mempengaruhi

reseptor fi atau 13-agonist. Senyawa ini juga mempunyai rnanfaat lain yaitu

mampu mendegradasi cadangan lemak dan rneningkatkan laju sintesis

protein, sehingga diperoleh daging sedikii berlemak (lean meat) yang

merupakan kecenderungan konsumsi pangan masyarakat modem.

Penelitian-penelitian mengenai penggunaan persenyawaan-persenyawaan

kimia pemacu pertumbuhan seperti clenbuterol, cimaterol, fumeterol atau

13-

adrenergic agonist yang lain secara sendiri-sendiri telah banyak dilakukan

pada berbagai jenis temak daging di negara subtropis dan dapat

meningkatkan produksi lean meat dan efisiensi penggunaan pakan pada

sapi, domba dan babi, mengakibatkan jumlah lemak karkas rnenurun, ini

adalah karena meningkatnya laju metabolisme di &lam tubuh hewan

tersebut.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas penulis tertarik untuk penelitian

mengenai pengaruh pemberian berbagai level clenbuterol terhadap

performans pertumbuhan dan karakteristik karkas serta kualitas daging pada

(182)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon performans

pertumbuhan, karakteristik karkas, serta kualitas daging babi yang diberi

berbagai level denbuterol dalam pakannya. Serta untuk memperoleh

informasi seberapa jauh respon clenbuterd untuk memacu metabolisme,

dalam kaitannya dengan peningkatan produksi temak.

Hasil-hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat memberi

t

penjelasan mengenai performans pertumbuhan, karakteristik karkas serta

kualitas daging babi yang diberi clenbuterol dalam pakannya. Dari informasi

yang diperoleh ini maka akan dapat diketahui manfaat serta besar peranan

pemaw pertumbuhan tersebut untuk perkembangan industri petemakan

rakyat dan petemakan komersial di negara kita, yang dikaitkan dengan

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi daging serta konsumsi protein

(183)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

11.1. Bebrapa Bangsa Babi di lndonesia

Pada umumnya babi-babi yang ada di lndonesia dibagi menjadi 3

bagian bangsa yaitu;

1.1. Babi asli lndonesia yang berasal dari babi-babi hutan yang sudah

dijinakkan. Babi-babi ini terkenal dengan nama celeng. Beberapa bangsa

babi asli lndonesia yang telah banyak dikenal adalah babi Nias, babi Bali,

I

babi Sumba, babi Krawang dan lain-lain.

Kemungkinan nama babi-babi itu disesuaikan dengan jasa daerah

tersebut, dimana babi-babi itu dipelihara, ditemakkan atau dipersilangkan

dengan babi-babi yang masuk ke daerah itu, sehingga babiibabi itu dapat

dianggap merupakan suatu bangsa daerah itu. Mengenai babi Bali ada

dugaan bahwa nenek rnoyangnya berasal dari Tingkok Selatan (Wahyu

dan Supandi, 1969).

1.2. Babi-babi impor adalah babi-babi terkenal yang telah didatangkan ke

lndonesia diantaranya saddleback babi yang mempunyai wama hitam

dengan punggung atau dekat pundaknya berwarna putih. Yorkshire babi

yang mempunyai warna putih dengan telinga lurus. Veredelde nederlandse

,

(184)

bergantung. Tamworfh babi berasal dari lnggris dengan rnoncong agak

panjang lurus, telinga tegak dengan wama merah tua atau kecoklatan (Wahju

dan Supandi, 1969), ditambahkan oleh Sihombing (1 997) babi-babi impor

yang pemah didatangkan ke lndonesia adalah Landrace, Yorkshire,

Tamworth, Berkshire dan Poland China.

1.3. Babi Persilangan

Untuk menentukan salah satu bangsa babi, sering masih mengalami

kesulitan. Hal ini disebabkan adanya babi dari luar yang sudah banyak

persilangan dengan babi-babi asli Indonesia. Sehingga sering bangsa yang

satu dengan yang lain menjadi kacau atau sulit untuk dibedakan. Pada

umumnya hasil persilangan antara babi lndonesia dengan babi yang berasal

dari luar negeri, pertumbuhan badannya lebih cepat dan penggunaan

pakannya lebih baik.

11.2. Pertumbuhan Babi

Menurut Williams (1982) bahwa pertumbuhan adalah perubahan ukuran

tubuh yang dapat diukur yaitu dalam panjang, volume atau massa.

Perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linear

dan komposisi tubuh, terrnasuk pula perubahan pada komponen-komponen

tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ

serta

komponen kimia terutama

air, lemak, protein dan abu (Maynard dan Loosli, 1969 ; Soeparno, 1992).

Menurut ~ a m r i o n d yang disitasi oleh Goodwin (1980) pertumbuhan adalah

(185)

Menurut Lloyd et al., (1978).te tjadi dua ha1 dasar pada pertumbuhan hewan,

yaitu pertambahan bobot badan yang disebut pertumbuhan dan perubahan

bentuk yang disebut perkembangan.

Pertumbuhan temak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-

bagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut

berlangsung dengan laju atau kecepatan yang berbeda, sehingga perubahan

ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perbedaan karakteristik

individual sel dan organ. Ada tiga proses utama di dalam pertumbuhan yaitu;

(1) proses dasar pertumbuhan selular yang meliputi perbanyakan sel

(hyperplasia), pembesaran sel (hypertrophy) dan akresi atau pertambahan

material struktur non-selular (non-protoplasmik) misalnya deposisi lemak,

glikogen, plasma darah dan kartilago. Mula-mula sel tumbuh secara

hyperplasia, kemudian secara hypertmphy sampai mencapai u kuran

karakteristik individual organ; (2) diferensiasi sel-sel induk di dalam embrio

menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm. Diferensiasi selanjutnya

menghasilkan sel-sel khusus antara lain sel-sel syaraf dan epidermal berasal

dari ektoderm, sel-sel otot dan jaringan ikat berasal dari mesoderm dan seb

set penyusun saluran p e n m a a n atau gastmintestinal beserta b ~ e i i j a i - kelenjar atau glandula, sekresinya berasal dari endoderm dan (3) kontrol

terhadap pertumbuhan dan differensiasi yang melibatkan banyak proses

(186)

8

Pertumbuhan yang diukur dengan bobot badan bila diplot pada grafik

[image:186.603.41.544.34.841.2]

terhadap umumya merupakan kurva bentuk sigmoid (bentuk huruf S) seperti

Gambar 1.

0 4 8 12

Waktu ( bulan )

Gambar 1. Kuwa pertumbuhan nonnal pada ternak babi (Whittemore, 1980)

Bentuk kurva ini merupakan hasil interaksi antara dua kekuatan yang

berlawanan, yaitu kekuatan tumbuh dipercepat (a growth accelerating force)

dan kekuatan tumbuh diperlambat (a growth retarding force). Pertumbuhan

dipercepat dihasilkan oleh peningkatan bobot karena perbanyakan sel,

pembesaran sel dan ditambah dengan material yang diambil dari

(187)

lndividu sel mempunyai tendensi tumbuh dengan kecepatan konstan

sehingga massa sel dari seluruh tubuh, tumbuh dipercepat, saat ini disebut

fase dipercepat. Setelah fase ini pertumbuhan mempunyai tendensi dibatasi

oleh faktor pembatas yaitu terbatasnya gizi dan ruang. Fase ini disebut

pertumbuhan diperlambat, batas kedua fase disebut titik infleksi (Pomeroy,

1955). Pada waktu kecepatan pertumbuhan mendekati konstan, slope kuwa

pertumbuhan otot, tulang, dan organ-organ penting rnulai berhenti,

sedang kan fattening mulai dipercepat (Forrest st a/., 1975). Terdapat dua

gelombang pertumbuhan tubuh selama hewan tumbuh. Pertama gelombang

pertumbuhan dimulai dari kepala, kemudian ke bagian muka dan menuju ke

arah punggung sampai daerah lumbal. Gelombang kedua, di mulai dari

bagian distal kaki (metacarpal dan metatarsal) turun ke digit atau jari dan naik

sepanjang kaki dan tubuh kebagian lumbat. Daerah lumbal merupakan

bagian tubuh terakhir yang mempunyai laju pertumbuhan maksimun dan

merupakan bagian terakhir rnencapai dewasa. Pola yang sama diikuti oleh

jaringan tubuh, tulang, otot dan lernak. Tulang pertama tumbuh memanjang

kemudian membesar. Berdasarkan laju pertumbuhan umumnya yaitu

jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Lemak menumpuk diperbagai depot

yang berbeda dan dengan umur mempunyai urutan sebagai berikut; lemak

mesenterium, lemak ginjal, lemak intermuskuler, lemak subkutan (Palsson,

1955). Dengan bertambahnya umur serta konsumsi energi deposisi lemak

juga terjadi diantara otot (lemak intermuskuler), lapisan bawah kulit (lemak

(188)

10

atau marbling (Soepamo, 1992 dan Ngadiono, 1995). Eusebio (1 974)

menyatakan bahwa pertumbuhan babi relatif cepat pada umur 3-5 bulan,

sedang menurut Parakkasi (1983), pertumbuhan paling cepat terjadi pada

umur 5-6 bulan. Perbedaan pendapat tentang kecepatan periode

pertumbuhan sangat di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Temak

babi yang berasal dari induk besar, pada saat lahir dan disapih mempunyai

bobot badan rata-rata lebih besar bila dibandingkan dengan anak babi yang

berasal dari induk kecil. Keadaan lingkungan yang sesuai dengan kehidupan

temak merupakan kondisi yang sangat membantu kelangsungan hidup dan

proses pertumbuhan yang terjadi (Aritonang, 1995).

11.3. Fase Pertumbuhan Babi

Menurut Pond dan Maner (1974). pertumbuhan babi dibagi menjadi

beberapa fase yaitu :

a. Fase prestarter, merupakan fase kehidupan anak babi sejak dilahirkan hingga berumur 3 minggu dan pada fase ini anak babi sepenuhnya

tergantung pada air susu induknya.

b. Fase starter, merupakan fase kehidupan anak babi sejak berumur 3 minggu sampai 8 minggu saat anak babi tersebut disapih. Pada fase ini

ransum disusun dari bahan pakan yang mudah dicema dan kandungan

serat kasarnya rendah.

c. Fase grower, merupakan fase kehidupan anak babi mulai umur 2-8 bulan

(189)

d. Fase fattening, merupakan fase terakhir dari penggernukan babi dan siap

untuk dipotong. Fase ini dimulai pada umur 6 bulan dengan bobot badan

40

-

50 kg dan siap dipotong pada bobot badan 100 kg. Pada setiap fase

pertumbuhan pada ternak babi, akan mempunyai kecepatan pertumbuhan

yang berbeda-beda. Temak babi akan mengalami kecepatan

pertumbuhan tertinggi pada fase grower, sedang pada awal fase

pertumbuhan cenderung meningkat secara perlahan-lahan (Whittemore,

-

11.4. R-Adrenerg ic Agonist (Clenbuterol)

a Beta-adrenergic agonist (&AA) mempunyai struktur analog dengan

katekolamin, epinephrin dan nor-epinephrin (Muir, 1988 dan Soepamo,

1994). Epinephrin dan nor-epinephrin sama dalam struktur dan keduanya

mempunyai 4 ikatan sel yang berbeda yang disebut admnoceptors dengan

f

perincian alpha 1, alpha 2, beta 1 dan beta 2 reseptor (Muir, 1988).

Penekanan efek utamanya dari 13- adrenergic agonist pada jaringan adiposa

dan jaringan otot. Ini berbeda dengan hormon pertumbuhan (somatotropin),

yang menghasilkan suatu peningkatan pertumbuhan jaringan dan organ

secara umum. Bahkan tejadi bahwa meskipun suatu p-AA tidak

meningkatkan pertambahan jumlah protein keseluruhan, tetapi tampak ada

suatu efek perangsangan terhadap peningkatan bobot otot Reeds dan

(190)

mempengaruhi efek-efek repartitioning adalah pengaruh p-AA terhadap bebasnya berbagai hormon metabolik. Homn-horrnon adrenergic

menghambat bebasnya insulin pada mamalia, termasuk babi sehingga suatu

mekanisme potensial untuk P-AA untuk mengurangi peningkatan lemak,

mungkin menghambat bebasnya insulin dan dengan demikian menurunkan

lipogenesis dan meningkatkan lipolisis Mersmann dan Hu (1 987). Soepamo

(1994) mengemukakan bahwa P-AA efektif dalam mengaktifkan p-reseptor.

Jaringan adiposa sebagian besar spesies terdiri dari t3-reseptor, apabila

diaktivasi akan menstimulir lipolisis. Sebagian besar jaringan otot terdiri dari

R1 atau 132 reseptor, apabila diaktivasi akan menyebabkan fungsi spesifik

pada otot. Sedangkan otot kerangka mernpunyai

132

reseptor, tetapi respon

dari kegunaannya tidak diketahui dengan baik. Di samping itu senyawa ini

juga efektif dalam membagi aktivitas agensia tertentu, misalnya mengubah

atau membelokkan nutrien yang tersedia untuk pembentukan lemak kearah

akresi protein. Mengenai stnrMur 8-agonist seperti; isoproterenol, clenbuterd,

cimaterol, L-640-033 dan BRL-35135 terlihat pada Gambar 3. Apabila 13-

agonist diberikan per-oral akan memperlihatkan stimulan pada pertumbuhan

hewan dan terjadi perubahan karakteristik karkas (Dalrymple et a/., 1984 ;

Muir et a/., 1985 dan Ricks et al., 1984). Temak domba, babi, sapi dan

/ unggas yang menerima senyawa ini akan menghasilkan karkas dengan

.

ukuran otot afau total protein karkas yang meningkat dan jumlah lemak

(191)

Inti katekol Rantai Samping Amina

Nor-epinephrin

[image:191.602.73.503.37.806.2]

Clenbuterol

Gambar 2. Struktur Norepinephrin, Epinephdn dan

(192)

Agolirst

coo- 110

1 I t

Fcnilrlotdt~ ,MN-I IC-~

,

I

,

,

I+O Dq8atuiti IIO-Q-CH~-CII-NII,

CQO-

I + t

lrin

coo-

l12-Cll-Nil3 I ~ o - , 110- lcrcnol

t

McubolL

Wetapre -CIl-CH2-NII2-Cll-( CHI ) 2

Mclrksi- . H,c-O rrenol

~iramio I t T I OH

H O C ) ~ . ~ -~ I ~ ~ -N I I , + +

r r o l n , y - a c I *n2-=-tol, -!it-cti, 1,

HjC-O 011 NsC 011

Nurmea- t +

ncfrin

"b

- ? ~ - C l l ~ - N l l ~ cima- II-CI12-NH2-CK-(CH, )

lcrol

Mclrnc- t

[image:192.612.23.549.27.819.2]

rr in

(193)

Skema cara kerja

p-

adrenergic agonist (f3-AA) dalam merubah

deposisi otot dan lemak dalam tubuh hewan menurut Ricks et a/., 1984.

Terlihat pada Gambar 4. Asam-asam lemak bebas yang terbebas via

stimulasi p-AA terhadap jaringan lemak, dipakai sebagai sumber energi

alternatif oleh asam-asam amino untuk membentuk protein otot. Reeds dan

Mersmann (1991) menjelaskan bahwa dari perspektif repartitioning

(pernilahan kembali) senyawa-senyawa karbon hanya mempunyai dua nasib,

disimpan atau dioksidasi. Jadi pada suatu jumlah konsumsi pakan yang

konstan, terjadi peningkatan dalam penyimpanan setiap rnolekul yang

mengandung karbon, misalnya peningkatan penggunaan asam-amino untuk

deposisi protein, akan membatasi ketersediaannya sebagai suatu sumber

untuk sintesis adenosin trifosfat (ATP), dan terjadi suatu perubahan dalam

penggunaan energi keseluruhan, akan menuntut beberapa senyawa lain

dioksidasi. Karena itu pada jumlah konsumsi protein, konsumsi energi dan

f

penggunaannya yang konstan, deposisi protein yang meningkat, tidak akan

dapat dihindari mengurangi jumlah deposisi lemak tanpa memerlukan

[image:193.603.34.555.12.824.2]

beberapa tidakan yang khusus terhadap metabolisme lemak, seperti pada

Gambar 4.

Ditambahkan oleh Rick, et a/. 1984 apabila diberikan aktif melalui

mulut 13-agonist akan memperiihatkan rangsangan terhadap lipolisis. Di

bidang kedokteran manusia

p-

AA dikenal dengan nama spiropent sebagai
(194)
[image:194.603.41.552.63.807.2]

Gambar 4. Skema Cam Ke j a

-

Agonist ( -AA ) dalam Merubah Deposisi Otot dan Lemak ( Ricks et a/., 1984 ) +

=

Pemacuan,

-

Penghambatan, ?= diduga, ABS NUT

=

Absorbsi Nutrient, REP

=

Repartitioning Nutrient, NUTR

=

Nutrient

Komposisi clenbuterol terdiri dari 4

-

amino

-

a [{ter

-

butylamino

-

methyl]

-

3.5)

dichlorobenzyl alkoholhydro-chloride (Clenbuterol hydro
(195)

Khasiat spiropent pada manusia adalah merupakan preparat bronkos

pasmoljtjk yang bekerja secara selektif melalui rangsangan pada C3-2

reseptor. Spiropent berbeda secara spesifik dengan 8-2 simpatometik lainnya

karena spiropent mempunyai dosis efektif yang rendah dan dengan cepat

dan sempuma diserap setelah pemberian pe-oral. Sedangkan efek samping

yang diketemukan di bidang kedokteran manusia seperti halnya semua

preparat betamimetik, spiropent dapat menyebabkan tremor terutama pada

permulaan pengobatan, kadang-kadang pada dosis terapi dapat terjadi

kegelisahan ekstra sistol dan tahikordia (Boehringer, 1995). Beta agonist

yang telah dipergunakan dalam percobaan pertumbuhan dan perubahan

karakteristik karkas temak antara lain adalah isoproterend, clenbuterol,

cimaterol, L-640-033 dan BRL-35135 (Muir, 1988).

Banyak 8- adrenergic agonist mampu mereduksi lemak karkas dengan

menstimulir lipolisis dan memblok lipogenesis pada jaringan adipose temak.

Pada tikus beta 2 adrenergic agonist clenbuterol dan epinephrin secara

kuantitatif mempunyai aktivitas atau keja yang serupa terhadap adiposit

dalam menstimulir lipolisis dan menghambat lipogenesis in vitro (Orcutt et

a/., 1988). Dalam menguraikan masalah metabolisme lipolisis maka tidak

terlepas hubungannya dengan peranan c-AMP epinephrin merangsang

metabolisme seluler dan mempunyai efek kalorigenik yang kuat. Bila hewan

diberi p-AA (analog epinephrin atau lainnya) maka P-AA akan diikat oleh

p-

I

adrenoseptor (R) yang ada pada membran sel otot. Bagaimana pengaruh

P-

(196)

Gambar 5. Skema Mekanisme Terjadinya Proses Gli kogenolisis (Lehninger, 1975)

lkatan ini akan mengaktivasi protein G yang ada dalam sel otot yang

selanjutnya mengaktifkan adenylate cyclase (AC) pada membran sel. AC

kemudian merangsang pembentukan c-AMP dari defosforilase ATP. Cyclic

AMP (c-AMP) mengaktifkan protein kinase yang tidak aMif (RC) menjadi

protein kinase aktif (C) dan yang terakhir ini mengaktivasi bersama-sama c-

AMP inaktif homon sensitive lipase (I HS-lipase) menjadi a ktif (aktif homon

/

-

sensitive lipase (AHS-lipase), kemudian AHS-lipase ini yang memecahkan

triglicerida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) (Vernon, 1992 yang

[image:196.612.24.543.46.839.2]
(197)

lemak karkas, bekerja secara langsung melalui beta adrenoreseptor pada

.

permukaan adiposit ternak domba, babi, sapi dan hepatosit unggas (Muir,

1988).

Penambahan 13-AA dalam pakan menghasilkan peningkatan

pertumbuhan otot dan penurunan keempukan daging (Koohmaraie et a/.,

1991 ). Karena 13-agonist mempunyai suatu efek negatif terhadap kualitas

daging sensoris, suatu efek peningkatan kealotan daging atau penurunan

keempukan daging telah diteliti pada sapi (Schiavetta et a/., 1990), domba

(Kretchmer et a/., 1990), babi (Jones et a/., 1985) dan ayam (Morgan et a/.,

1988 dan Gwartney et a/., 1991). t

-

Keadaan ini adalah karena menurunnya aktivitas enzim proteolitik

cathepsin 13, hingga sebanyak 45% (Forsberg et a/., 1987 yang dikutip oleh

Gwartney et a/., 1991) dan 30% (Kretchmar et a/., 1990) yang telah

dilaporkan pada domba. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa 13-

adrenergic agonist (13-AA) pada pakan menyebabkan otot mengalami hiper-

trophy dan meningkatnya pertambahan protein karena adanya penurunan

degradasi protein dan memungkinkan untuk rneningkatkan sintesis protein

pada jaringan otot (Koohmaraie

et

a/., 1991). Senyawa 8-agonist bersifat

simpatometrik yaitu senyawa yang dapat merangsang sistem saraf simpatis

dengan melibatkan epinephrin sebagai neurotransmittemya. Senyawa 13-

agonist yang paling populer ini adalah melepaskan adrenalin ke darah oleh

7.

kelenjar adrenal, sedangkan nor-adrenalin dilepaskan dari saraf. Hormon-

(198)

20

pengaruh yang ditimbulkan adalah naiknya detak jantung dan tekanan darah.

Akibatnya cadangan energi yang berupa gula dan lemak akan dimobilisir

untuk memenuhi kebutuhan energi cekaman ini. Clenbuterol dan cimaterol

merupakan senyawa 13-agonist buatan dan apabila diinjeksikan ke hewan-

hewan akan mengakibatkan berkurangnya kandungan lemak dan tingginya

protein karkas atau yang di masyarakat maju di kenal dengan nama daging

bersih atau sedikit berlemak (lean meat). Mengingat bahwa laju

pertumbuhan dan efisiensi pakan adalah sifat-sifat penting dalam produksi

temak, lagi pula karena permintaan-penintaan konsumen akan daging yang

lebih lean (daging sedikit lemak) belakangan ini telah meningkat, maka lebih

banyak penekanan diletakkan pada komposisi karkas, lemak yang lebih

sedikit dan otot yang lebih banyak. Dalam hubungan ini pemakaian f3-

agonist seperti clenbuterol, cimaterol atau lainnya adalah memberi harapan

karena dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan. Pada saat

yang bersamaan komposisi karkas diubah dengan mengurangi penimbunan

lemak dan meningkatkan deposisi lean pada berbagai jenis ternak (Geesink

et a/., 1993). Karena itu senyawa ini mungkin bermanfaat dalam memenuhi

permintaan konsumen dewasa ini.

Dalam pemakaian p-AA untuk rnemacu pertumbuhan dan memanipulasi

komposisi karkas haws diingat bahwa senyawa ini hanya memberi respon

yang baik jika, protein ransum, bukan merupakan faktor pembatas untuk

deposisi protein. Jadi kalau k i a mulai dengan suatu pakan dengan

(199)

protein hanya bila lebih banyak protein dipasok kedalam pakan (Saka, 1997).

Hewan-hewan yang diberi P-AA menggunakan protein pakan dengan nilai

biologis penuh, ini tidak demikian halnya dengan hewan-hewan yang tidak

diberi perlakuan P-AA. Proposisi ini didukung oleh hasil-hasil penelitian

Anderson et a/., (1987) yang dikutif oleh Reeds dan Mersmann (1991) yang

menyarankan bahwa jumlah kandungan protein pakan berinteraksi dengan

keaktifan p-AA dalam meningkatkan retensi nitrogen, senyawa ini lebih efektif

bila intake protein pakan tinggi.

11.5. Residu dan Keamanan Konsumen.

t

Biasanya pemberian obat dan sejenisnya sebagai feed additive pada

temak, selalu menimbulkan kekuatiran masyarakat konsumen tentang

dampak negatif dari obat tersebut terhadap kesehatan dan kelangsungan

hidupnya. Sebagaimana pada manusia, hewanpun rnemerlukan obat untuk

mengobati dan mencegah penyaki yang menimpanya,. Obat yang diberi kan

kepada seekor hewan, setelah masuk ke dalam tubuh hewan tersebut, obat

akan disebarkan kesegenap bagian tubuh hewan, dan setelah bekerja obat

ini pada umumnya akan dikebarkan kembali (diekresikan) bersama dengan

feses, win, keringat dan sebagainya.

Obat yang dieksresikan dalam keadaan utuh atau setelah mengalami

perubahan kimiawi (metabolisme) dalam tubuh obat dieksresikan I

berfangsung secara bertahap, sehingga untuk sementara masih ada

(200)

beberapa bagian tubuh hewan itu. Sisa obat dalam tubuh inilah yang disebut

sebagai residu (Budiman, 1992). Perrnasalahan yang muncul dalam

penggunaan l3-adrenergic agonist seperti (clenbuterol, cimaterol atau lainnya)

sebagai pemacu pertumbuhan adalah residunya yang ada di dalam jaringan

hewan yang dapat dimakan atau air susu yang membahayakan kesehatan

konsumen. Ini karena dosis yang diperlukan untuk menimbulkan efek-efek

anabolik ini dalam metabolisme temak adalah 5-10 kali lebih tinggi dari pada

dosis yang dipakai untuk pengobatan penyakit-penyakit bronchus.

Untuk produksi daging pedet (veal calves) misalnya penggunaan

clenbuterol menyebabkan terjadinya akumulasi residu dalam semua jaringan

dalam jumlah cukup besar untuk menimbulkan efek-efek farrnakologis yang

potensial terhadap konsumen jika tidak ada masa penarikan setelah

pemakaiannya (Staffel dan Meyer, 1993). Bagaimana residu suatu obat

terdapat dalam tubuh manusia, apabila hewan temak disembelih dan

dagingnya dimakan oleh manusia, maka obat itu akan masuk kedalam tubuh

orang yang memakan daging itu. Dengan demikian obat tersebut dapat

memberikan pengaruh terhadap tubuh orang. Pengaruh yang ditimbulkan

oleh residu obat pada orang yang memakan daging yang mengandung residu

obat itu bisa bermacam-macam tergantung pada jenis obatnya (Budiman,

1992). Secara tradisional

P-

agonist (clenbuterol) adalah obat-obat antiasma

dan tokolitik. Jika dipakai untuk tujuan-tujuan anabolik pada terna k akan

Gambar

Gambar 1. 0
Gambar 2. Struktur Norepinephrin, Epinephdn dan
Gambar 3. Struktur Prekursor, Metabolit, dan B-Adrenergic Agonist (Campion,Hausman dan Martin, 1989)
Gambar 4. Ditambahkan oleh Rick, et a/. 1984 apabila diberikan aktif melalui
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkuliahan ini dibahas pengukuran dan penilaian pendidikan, ruang lingkup penilaian hasil belajar, pendekatan interpretasi hasil penilaian, tes dan penyusunan

This conference, which is organized by the Faculty of Science and Mathematics, Satya Wacana Christian University Salatiga, is held at Laras Asri Resort and

At certification processes according to Annex 6 accepted flame retardant products do not contain any of the banned flame retardant substances listed in Annex 7 as active agent

Sistem iklim bumi dan penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya terhadap kondisi iklim masa datang, penggunaan model GCM untuk menduga dampak pemanasan

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembelajaran matematika yang mulai tidak memperhatikan pentingnya proses dalam belajar,

Ingatlah bahwa waktu melakukan partisi yang kedua pada proses instalasi Windows XP, di mana sistem secara otomatis memberikan Drive E untuk partisi kedua, kita menginginkan

Sekolah menjadi tempat yang penting untuk menciptakan dan melaksanakan sebuah sistem pembelajaran pentingnya pemeliharaan alam. Disinilah berbagai pembelajaran

South East Asian Conference on Mathematics and Its Applications or abbreviated SEACMA is a seminar which organized by the Department of Mathematics, Institut

[r]