EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL'CLENBUTEROL TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN
,
KARAKTERlSTlK KARKAS DAN/- KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER.
Oleh
,
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
THE EFFECT OF CLENBUTEROL ON GROWTH
PERFORMANCE, CARCASS CHARACTERISTICS AND MEAT
QUALITY OF GROWING MALE PIG
ABSTRACT
The objective of this research was to study the effect of clenbuterol on growth performance, carcass characteristics and quality of meat of growing male pig. This study was conducted as a factorial experiment with a completely randomized design. This study used three clenbuterol levels, i.e. 0 mg, 0.2 mg and 0.4 mglkg feed respectively and two breeds of pig i.e. local pig and crossbred pig. The total pigs used which twenty four male pigs consisting of 12 heads of local pig and 12 heads of cross bred, with the average of initial live weight of 52.5
*
28.26 kg. Pigs were given ad libitum access to a 14.96% crude protein and ME 2400 Kcalkg diet. The diet was formulated according to NRC. All pigs were slaughtered following 6 weeks of experimental period and data on carcass characteristics were collected.The parameters observed were growth performance, carcass characteristics, proximate analysis, carcass measurements, commercial component of carcass, cholesterol, physical component of carcass and analysis of fatty acids. The data obtained were analyzed by analysis of covariance.
EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL CLENBUTEROL
TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN, KARAKTERISTIK
KARKAS DAN KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER
Oleh
I Wayan Sukarya D.
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : EFEK PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL CLENBUTEROL TERHADAP PERFORMANS PERTUMBUHAN, KARAK- TERlSTlK KARKAS DAN KUALITAS DAGING BABl JANTAN GROWER
Nama Mahasiswa : I Wayan Sukarya Dilaga
Nomor Pokok : PTK92511
Program Studi : llmu Ternak
Menyetujui
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr.0.T.H
.
sihombifig, MSc Ketua\ / \ \
Prof. I$,/H. Harimurti Martojo Anggota
Prof.
.
Ir. oeparnoA
Anggota2. Ketua Program Studi
llmu Ternak
Prof. Dr. H. Eddie Gurnadi Anggota
Dr. Ir. H. Tantan R. Wiradarya, MSc Anggota
3. Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto,MSc.
Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Nopember 1950 di desa Grokgak
Tengah, Kabupaten Tabanan (Bali), dari pasangan ayah I Wayan Kerai dan
Ibu Ni Wayan Leser. Merupakan anak keenam dari enam bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Rakyat Negeri,
Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri
semuanya di Tabanan, Bali, masing-masing tamat tahun 1963, 1966 dan
1969. Setamat SMA penulis pemah melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi
UNTAG, Semarang, sampai tahun 1972 tetapi terhenti. Kemudian
melanjutkan ke Fakultas Petemakan, Universitas Diponegoro Sernarang,
lulus tahun 1978. Kemudian melanjutkan ke Program Pendidikan
Pascasarjana S2 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1989, dan
lulus pada tahun 1991. Selanjutnya September 1992 terdaftar sebagai
mahasiswa S3 Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor, pada
Program Studi llmu Temak.
Penulis menikah dengan Dra. K. Narmi Sukarya pada tanggal 9
Desember 1981, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu I Gede Ananta Wijaya
Putra dan I Made Arya Suganda Putra.
RINGKASAN
I WAYAN SUKARYA DILAGA. Efek Pemberian Berbagai Level Clenbuterol Terhadap Performans Pertumbuhan, Karakteristik Karkas dan
Kualitas Daging Babi Jantan Grower (Di bawah bimbingan D.T.H.
SlHOMBlNG sebagai ketua, H. HARlMURTl MARTOJO, H. R. EDDIE GURNADI, SOEPARNO dan H. TANTAN R. WIRADARYA, sebagai anggota).
Dalam upaya meningkatkan sumber protein hewani khususnya daging,
disamping ternak sapi dan unggas ternak babi juga mempunyai masa depan
yang baik. Mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus
reproduksinya yang relatip pendek, banyak anak dalam satu kelahiran,
tingkat pertumbuhan cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat
memanfaatkan sisa pakan yang tidak lagi dimanfaatkan oleh manusia (Pond
dan Maner, 1974). Disamping itu ternak' babi juga mempunyai potensi
sebagai penghasil daging dengan kenaikan persentase daging tiap tahunnya
terus meningkat (Statistik Petemakan, 1996). Di Indonesia babi mempunyai
kontribusi sebesar 21% dari jumlah produksi daging keseluruhan dengan
kecendenrngan naik 7,7% setiap tahunnya (Buckle, et a/., 1987).
Dewasa ini, permintaan daging di .dalam negeri jauh lebih besar
dibandingkan dengan ketersediaan yang ada, sehingga impor daging dan I
produksi daging di dalam negeri akan terus ditingkatkan baik kualitas maupun
S
asal temak per-kapita dari penduduk Indonesia masih tergolong rendah 3,39
glkapitalhari. Karena itu perlu dilakukan upaya
-
upaya kearah peningkatanproduksi daging temak, antara lain dengan cara memacu pertumbuhannya
untuk dapat meningkatkan produksi, dan kualitas deposisi daging karkasnya
secara efisien dengan lebih singkat. Dalam ha1 ini, pemberian clenbuterol
yang tergolong obat
P-
adrenergic agonist pada temak babi memberi harapanuntuk memenuhi maksud itu. Karena senyawa ini dapat meningkatkan
deposisi daging dan menurunkan kandungan lemak karkas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh respon
-
pemberian P-adrenergic agonist clenbuterol pada ternak babi, dan untukmemperoleh informasi seberapa jauh respon clenbuterol terhadap
performans pertumbuhan, karakteristik karkas dan kualitas daging pada babi
jenis lokal dan babi keturunan impor.
Penelitian lapangan dilakukan di desa Langensari Ungaran,
Kabupaten Semarang, tempat pemotongan hewan dilakukan di rumah
pemotongan hewan (RPH) Kodya Semarang dan tempat uji daging dilakukan
di laboratorium PAU, MIPA, LAKFIP, histologi, dan laboratorium teknologi
pengolahan daging (THT) semuanya di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor babi grower jantan yang
terdiri dari 12 ekor babi lokal dan 12 ekor babi keturunan impor dengan bobot
badan awal 52,5 f 28,27 kg, dan jumlah ulangan adalah 4 ekor untuk tiap
.
kelompok perlakuan. Jumlah perlakuan clenbuterol adalah
0
mglkg pakan(kontrol); 0,20 mglkg pakan (Tl) dan 0,40 mglkg pakan (T2). Babi dipelihara
di dalam kandang individual selama 6 minggu yaitu 2 minggu masa adaptasi
dan 4 minggu pengambilan data penelitian, dengan pakan yang sama yang
terdiri dari bekatul 27,8%, jagung 55,5% dan konsentrat 16,7%. Pakan dan
minum disediakan a d libitum 2 kali sehari. Pada akhir masa penelitian
dilakukan penyembelihan semua babi penelitian untuk melakukan
pengukuran-pengukuran karkas, karakteristik fisik karkas, analisis fisik
daging, analisis kimia daging, potongan-potongan karkas komersial, analisis
persentase relatif asam-asam lemak, dan hasil sampingan karkas (komponen
non-karkas).
.
Data dianalisis ragam faktorial 2 X 3, yang diikuti dengan uji analisis
polinomial orthogonal. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
clenbuterol tidak memberi efek nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan,
performans pertumbuhan, konversi pakan, karakteristik fisik, komponen
karkas, komposisi fisik dan kimia karkas. ~eskipun demikian ada
kecenderungan bahwa komposisi fisik karkas diperbaiki oleh clenbuterol
masing-masing dengan adanya peningkatan dan penurunan jumlah otot dan
lemak karkas (P<0,01). Penurunan tejadi masing-masing pada setiap
perlakuan untuk tebal lemak punggung adalah sebagai berikut ; kontrol
(29,43 mm); 0,2 mg clenbutrol (28.22 mm) dan 0,4 mg clenbuterol (26,42
mm). Untuk b r a t total lemak internal (abdominal fat), kontrol (1 131,25 g); 0.2
komposisi kimia daging persentase lemaknya mengalami penurunan untuk
kontrol (21,14%); 0,2 mg clenbuterol (15,83%) dan 0,4 mg clenbuterol
b
(16,28%). Sedang yang mengalami peningkatan untuk setiap perlakuan pada
luas urat daging mata rusuk (UDMR) masing-masing; kontrol(26,76 cm2); 0,2
mg clenbuterol (29,91 cm2) dan 0,4 mg clenbuterol 27,41 crn2), untuk
persentase komponen karkas daging kontrol (31,88%); 0,2 mg clenbuterol
(36,9%) dan 0,4 mg clenbuterol (44,04%). Sedang untuk masing-masing
bangsa babi lokal dan keturunan impor (K) pada tebal lemak punggung babi
lokal (L) lebih tinggi masing-masing 28,59 mm dan 27,45 mm. Pada tebal
lemak internal (abdominal fat) babi lokal (L) lebih tinggi dari pada babi
1
keturunan impor (K) masing-masing 11 12,91 g dan 860,83 g, begitu juga
pada komposisi kimia daging persentase lemak babi lokal lebih tinggi dari
babi keturunan impor masing-masing 40,32% dan 35,33%. Untuk luas urat
daging mata rusuk (UDMR) babi impor lebih luas dari babi lokal masing-
masing 29,45 cm2 dan 26,06 cm2. Analisis relatif asam-asam lemak babi
untuk asam lemak jenuh terbanyak adalah asam heksanoat, caproat, palmitat
dan stearat, sedang asam lemak tidak jenuh yang terbanyak adalah asam
palmitoleat dan oleat. Pada bangsa babi keturunan impor lebih tinggi jumlah
,
asam lemak tidak jenuhnya pada babi lokal masing-masing 61,21 mg1100 g
dan 55, 10 mg1100 g. Pemberian clenbuterol pada ternak babi lokal asam
lemak jenuhnya semakin menurun paralel dengan meningkatnya level
II clenbuterol (37,48 mg/100 g) dan 0,4 mg clenbuterol (34,64 mg/lOO g).
Sedang pa& asam lemak tidak jenuh justru semakin meningkat paralel
dengan meningkatnya level clenbuterol masing-masing yaitu; kontrol (37,49
mg/100 g); 62,49 mg/100 g dan 65,37 mgI100g. Pemberian clenbuterol
dalam pakan babi berpengaruh sangat nyata (P<O,Ol) terhadap persentase
abu dan lemak. Persentase abu semakin meningkat paralel dengan
meningkatnya clenbuterol. Sedang persentase lemak menurun dengan
meningkatnya clenbuterol masing-masing ' 21,14%; 15,82% dan 17,75%.
Persentase air dan protein secara kuantitatif bervariasi sangat kecil, tetapi
-
masih dalam batas normal dan tidak berbeda nyata
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Hyang Widi Wasa, Tuhan '
yang Maha Esa atas rahmat, petunjuk dan IindunganNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Disertasi ini, dengan selamat lahir dan
bathin.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang ikhlas dan sedalam-
dalamnya kepada Bapak Rektor, Dekan dan Staf Fakultas Petemakan,
Universitas Diponegoro Semarang,
.
atas segala bantuan dandiperkenankannya penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana Program
-
Doktor
(S3)
di lnstitut Pertanian Bogor.Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada Bapak pimpinan
Program beasiswa S UDR (Six Universities Development and
Rehabilitation Project), Departernen Pendidikan dan Kebudayaan yang
telah memberikan beasiswa untuk pendidikan ini.
Demikian pula kepada Bapak Prof. Dr. D.T.H. Sihombing,MSc. selaku
ketua, Bapak Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, MSc., Bapak Prof. Dr. H. R.
Eddie Gumadi, Bapak Prof. Dr. Ir. Soepamo dan Bapak Dr. Ir. H. Tantan
I Rustandi, MSc. selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak
* memberikan petunjuk, saran-saran sehingga Disertasi ini dapat diselesaikan,
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.lr. Ketut Saka,
MAgSc. atas bantuannya ikut memberikan saran-saran pemotongan temak,
di rumah pemotongan hewan (RPH) Kodya Semarang, serta Bapak Ir. Made
Sumerta Jaya, MSi., selaku kolsultan statistik dari staf pengajar MIPA lnstitut
Pertanian Bogor (IPB).
Kepada yang terhormat almarhum ayahnda I Wayan Kerai, dan Ibu Ni
Wayan Leser, kakak-kakak, keponakan-keponakan dengan keluarganya
masing-masing atas segala dorongan, bantuan serta doa restunya yang tulus
-
iklas, sebagai pegangan menambah , semangat dalam menyelesaikanpenulisan disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih.
Demikian pula penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa
kepada istriku yang tercinta Dra. K. Narrni Sukarya, serta anak-anakku yang
tersayang I Gede Ananta Wijaya Putra dan I Made Arya Sugandha Putra atas
segala pengertian, pengorbanan, kesabaran, ketabahan serta doa restunya
yang tulus ikhlas dan suci yang tidak henti-hentinya, yang diperlihatkan
selama penulis tidak berada di tengah-tengah mereka.
Akhimya semoga Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa
memberikan Wasung KertanugrahaNya kepada kita semua.
xii
Bogor; 31 Agustus 1998
DAFTAR IS1
Halaman HALAMAN PENGESAHAN
...
ixKATA PENGANTAR
...
xiDAFTAR IS1
...
xiiiDAFTAR TABEL
...
xviDAFTAR GAMBAR
...
xviiBAB I PENDAHULUAN
...
11.2 Tujuan
...
;...
41.3 Manfaat
...
4BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11.1 Beberapa Bangsa Babi di Indonesia
...
5 1.1 Babi asli lndonesia...
5 1.2 Babi-babi Import...
5 1.3 Babi Persilangan...
6 11.2 Pertumbuhan Babi...
6 11.3FasePertumbuhanBabi...
101
11.4
13-
Adrenergic Agonist (Clenbuterol)... ...
. ... .
1 111.5 Residu dan Keamanan Konsumen
...
11.6 Struktur dan Komposisi Daging...
11.7 Kolesterol...
11.8 Karkas dan Non Karkas...
;...
11.9 Asam-asam Lemak dan Lemak Daging
...
BAB Ill MATERI DAN METODE PENELlTlAN
Halaman
111.4 Tempat Penelitian
...
43...
111.5 Metoda Penelitian 43
111.6 Tahap Penelitian
...
446.1. Pengacakan Ternak
...
45 6.2. Rancangan Percobaan...
456.3. Analisis Statistik
...
45...
111.7. Parameter yang Diukur 46
...
7.1. Performans Pertumbuhan 46
...
7.2. Pertambahan Berat Badan 46
...
7.3. Konsumsi Bahan Kering 47
...
...
7.4. Konversi Pakan 2 47
...
111.8. Rataan U kuran-ukuran Karkas 47
...
8.1. Rataan Tebal Lemak Punggung 47
...
8.2. Luas Urat Daging Mata Rusuk 47
8.3. Panjang Karkas
...
48...
8.4. Lemak Total Internal (Abdominal fat) 48
111.9. Karakteristik Fisik dan Komponen Karkas
...
489.1. Berat Potong
...
48 9.2. Berat Karkas...
489.3. Persentase Karkas
...
489.4. Perbandingan Persentase Daging. Lemak dan Tulang
(meat. bone and fat ratio (%)
...
48...
.
111.1 0 Persentase Potongan Karkas Komersial 49
...
III.ll. Uji Fisik dan Kimia daging 50
...
1 1.1. Nilai Keempukan (Shear force) 50
...
1 1.2. Susut Masak (Cooking loss) 50
Halaman
...
11.3. Daya Mengikat Air (WHC)
11.4. pH Daging
...
...
1 1.5. Kadar Air
...
11.6. Kadar Protein1 1.7. Kadar Lemak
...
11.8. Kadar Abu...
11 1.1 2
.
Komposisi Asam-asam Lernak...
11 1.1 3.
Kolesterol...
BAB tV HASlL DAN PEMBAHASAN
...
IV.l Pertambahan Bobot Badan. Konsumsi Pakan dan
...
Konversi Pakan (Growth Performance )
IV.2 Konsumsi Pakan
...
IV.3 Konversi pakan...
IV.4 Ukuran-ukuran Kaeas...
IV.5 Karakteristik Fisik Karkas...
IV.6 Analisis Proksimat Daging...
...
...
IV.7 Analisis Fisik Daging
...
IV.8 Rataan Bobot Potongan-potongan' Karkas Kornersial
IV.9 Komponen Non-Karkas
...
...
IV.10 Data Analisis Kandungan Kolssted IV.11 Komposisi relatif asam-asam lemak jenuh
...
dan tidak jenuhIV.12 Uji Organoleptik Daging
...
...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAF TAR PUSTAKA
...
...
I
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Otot Kerangka Mammalia Berdasarkan
Persentase Berat Segar
...
282. Jumlah Lemak dan Kandungan Kolesterol Beberapa
Bahan Makanan
...
323. Asam-asam Lemak Alam yang Urnum Terdapat Dalam
Lipida
...
384. Komposisi Asam Lemak Jenuh dan Tiiak Jenuh dari
Depot Lemak Beberapa Spesies Temak
.
...
405. Rataan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Kon
versi Pakan Babi
...
586. Rataan U kuran-ukuran Karkas
...
. .
.
. .
697. Rataan Karakteristik Fisik dan Komponen Karkas
...
768. Komposisi Kimia Daging Babi
...
809. Analisis Fisik Dan Kimia Otot Longissirnus Dorsi
...
8510. Analisis Fisik Otot Biceps Fernoris (BF)
...
861 1. Rataan Bobot Potongan-potongan Karkas (retail cut)
Ternak Babi
...
.
9512. Rataan Bobot Komponen Non-Karkas
... ...
...
...
.
.
.
.
.
.
10113. Data Analisis Kolesterol Daging Babi
...
...
. .
.
. .
.
. .
10314. Data Analisis Persentase Relatif Asam-asam
LemakDaging
...
10615. Hasil Penilaian Panelis terhadap Preferensi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
...
.
1 Kurve Pertumbuhan Normal pada Temak Babi 8
...
.
2 Stwktur Nor.epinephrin. Epinephrin dan Clenbuterol 13
.
...
3 Struktur Prekursor. Metabdit. dan
13-
Adrenergic Agonist 144
.
Skema Cara Ke ja 13-Agonist (13-AA) dalam Merubah...
...
Deposisi Otot dan Lemak : 16
...
5
.
Skema Mekanisme Te rjadinya Proses Glikogenolisis 18...
6
.
Diagram Struktur Otot 25...
7
.
Penampang Lintang Otot 268
.
Diagram Potongan Primal Karkas Babi (Pork) Hu bungannya Dengan...
Skelton Atau Kerangka
.
499
.
Pengaruh Perlakuan Clenbuterol Terhadap Bobot badan. Konsumsi.dan Konversi Pakan
...
67l o
.
Tebal Lemak Punggung. Luas UDMR dan Berat Lemak Abdominal...
7311
.
Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Persentase Komponen Karkas.7812
.
Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap PersentaseLemak dan Abu
...
8413
.
Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Kolesterol Lemak babi...
10414
.
Pengaruh perlakuan Clenbuterol terhadap Persentase Relatif Asam-asam Lemak
...
110BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sub-sektor peternakan dalam Pelita V diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rnanusia melalui usaha pembinaan
daerahdaerah produksi temak yaw sudah ada pembangunan daerah-
daerah baru, sedangkan dalam pembangunan jangka panjang tahap II (PJPT
11) akan mengarah kepada perkembangan agribisnis dan agroindustri. Dalam
Pelita VI pembangunan peternakan diharapkan dapat berperan dalam
penyediaan pangan dan gizi, sumber devisa, peningkatan pendapatan dan
memberi peluang untuk lapangan keja serta kesempatan untuk berusaha
dalam bidang peternakan (Soehadji, 1990).
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi tidak
hanya terjadi di negara-negara industri maju, tetapi juga telah terjadi di
banyak negara berkembang terrnasuk Indonesia. Dampak dari kemajuan
tersebut antara lain ditandai dengan meningkatnya standar hidup dan rata-
rata usia harapan hidup manusia serta perubahan kesadaran akan
pentingnya gizi. lndustri pangan telah dan sedang menerapkan ilmu dan
teknologi untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
I
dan mengubah pola hidup konsumen serta meningkatkan kualitas sumber
Permintaan akan daging untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat
dari tahun ke tahun, tetapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan
produktivitas temak penghasil daging (Soehadji, 1991 ). Meningkatnya
perrnintaan daging disebabkan meningkatnya jumlah penduduk lndonesia
dengan laju pertambahan 2.32 persen pertahun, meningkatnya pendapatan,
dan arus wisatawan manca negara ke lndonesia serta bertambahnya
kesadaran gizi masyarakat, menunhrt penanganan yang lebih serius di
bidang peternakan guna meningkatkan sumber protein hewani berupa
daging, telur dan susu yang lebih berkualitas, sehingga akan tercapai angka
target minimal. Konsumsi protein hewani di Amerika Serikat rata-rata
mencapai sekitar 120 g/kapita/hari dan di Jerrnan lebih kurang 90
glkapitdhari. Sedangkan konsumsi daging untuk sebagian besar populasi di
lndonesia yang baru mencapai 3.39 gkapitalhari masih jauh lebih rendah
dari target 4.5 glkapitalhari setara dengan 7.6 kg daging/kapita/tahun
t
(Soehadji, 1990).
Untuk meningkatkan produksi daging, selain melalui budidaya temak
sapi dan unggas, temak babi juga mempunyai masa depan yang baik,
mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus reproduksinya
yang relatip pendek, banyak anak setiap satu kelahiran, tingkat pertumbuhan
cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat memanfaatkan sisa
pangan yang tidak lagi hmanfaatkan oleh manusia (Pond dan Maner, 1974).
Buckle et a1.,(1987) menyatakan bahwa di lndonesia babi mempunyai
kecenderungan naik 7.7% setiap tahunnya. Penerapan ilmu dan teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memproduksi daging yang berkualitas
(Soepamo, 1 994).
Salah satu senyawa yang rnampu meningkatkan kualitas dan kuantitas
daging adalah dengan clenbuterol yaitu senyawa kimia yang mempengaruhi
reseptor fi atau 13-agonist. Senyawa ini juga mempunyai rnanfaat lain yaitu
mampu mendegradasi cadangan lemak dan rneningkatkan laju sintesis
protein, sehingga diperoleh daging sedikii berlemak (lean meat) yang
merupakan kecenderungan konsumsi pangan masyarakat modem.
Penelitian-penelitian mengenai penggunaan persenyawaan-persenyawaan
kimia pemacu pertumbuhan seperti clenbuterol, cimaterol, fumeterol atau
13-
adrenergic agonist yang lain secara sendiri-sendiri telah banyak dilakukan
pada berbagai jenis temak daging di negara subtropis dan dapat
meningkatkan produksi lean meat dan efisiensi penggunaan pakan pada
sapi, domba dan babi, mengakibatkan jumlah lemak karkas rnenurun, ini
adalah karena meningkatnya laju metabolisme di &lam tubuh hewan
tersebut.
Atas dasar pemikiran tersebut diatas penulis tertarik untuk penelitian
mengenai pengaruh pemberian berbagai level clenbuterol terhadap
performans pertumbuhan dan karakteristik karkas serta kualitas daging pada
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon performans
pertumbuhan, karakteristik karkas, serta kualitas daging babi yang diberi
berbagai level denbuterol dalam pakannya. Serta untuk memperoleh
informasi seberapa jauh respon clenbuterd untuk memacu metabolisme,
dalam kaitannya dengan peningkatan produksi temak.
Hasil-hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat memberi
t
penjelasan mengenai performans pertumbuhan, karakteristik karkas serta
kualitas daging babi yang diberi clenbuterol dalam pakannya. Dari informasi
yang diperoleh ini maka akan dapat diketahui manfaat serta besar peranan
pemaw pertumbuhan tersebut untuk perkembangan industri petemakan
rakyat dan petemakan komersial di negara kita, yang dikaitkan dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi daging serta konsumsi protein
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sub-sektor peternakan dalam Pelita V diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rnanusia melalui usaha pembinaan
daerahdaerah produksi temak yaw sudah ada pembangunan daerah-
daerah baru, sedangkan dalam pembangunan jangka panjang tahap II (PJPT
11) akan mengarah kepada perkembangan agribisnis dan agroindustri. Dalam
Pelita VI pembangunan peternakan diharapkan dapat berperan dalam
penyediaan pangan dan gizi, sumber devisa, peningkatan pendapatan dan
memberi peluang untuk lapangan keja serta kesempatan untuk berusaha
dalam bidang peternakan (Soehadji, 1990).
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi tidak
hanya terjadi di negara-negara industri maju, tetapi juga telah terjadi di
banyak negara berkembang terrnasuk Indonesia. Dampak dari kemajuan
tersebut antara lain ditandai dengan meningkatnya standar hidup dan rata-
rata usia harapan hidup manusia serta perubahan kesadaran akan
pentingnya gizi. lndustri pangan telah dan sedang menerapkan ilmu dan
teknologi untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
I
dan mengubah pola hidup konsumen serta meningkatkan kualitas sumber
Permintaan akan daging untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat
dari tahun ke tahun, tetapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan
produktivitas temak penghasil daging (Soehadji, 1991 ). Meningkatnya
perrnintaan daging disebabkan meningkatnya jumlah penduduk lndonesia
dengan laju pertambahan 2.32 persen pertahun, meningkatnya pendapatan,
dan arus wisatawan manca negara ke lndonesia serta bertambahnya
kesadaran gizi masyarakat, menunhrt penanganan yang lebih serius di
bidang peternakan guna meningkatkan sumber protein hewani berupa
daging, telur dan susu yang lebih berkualitas, sehingga akan tercapai angka
target minimal. Konsumsi protein hewani di Amerika Serikat rata-rata
mencapai sekitar 120 g/kapita/hari dan di Jerrnan lebih kurang 90
glkapitdhari. Sedangkan konsumsi daging untuk sebagian besar populasi di
lndonesia yang baru mencapai 3.39 gkapitalhari masih jauh lebih rendah
dari target 4.5 glkapitalhari setara dengan 7.6 kg daging/kapita/tahun
t
(Soehadji, 1990).
Untuk meningkatkan produksi daging, selain melalui budidaya temak
sapi dan unggas, temak babi juga mempunyai masa depan yang baik,
mengingat sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti siklus reproduksinya
yang relatip pendek, banyak anak setiap satu kelahiran, tingkat pertumbuhan
cepat, keefisienan penggunaan pakan tinggi dan dapat memanfaatkan sisa
pangan yang tidak lagi hmanfaatkan oleh manusia (Pond dan Maner, 1974).
Buckle et a1.,(1987) menyatakan bahwa di lndonesia babi mempunyai
kecenderungan naik 7.7% setiap tahunnya. Penerapan ilmu dan teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memproduksi daging yang berkualitas
(Soepamo, 1 994).
Salah satu senyawa yang rnampu meningkatkan kualitas dan kuantitas
daging adalah dengan clenbuterol yaitu senyawa kimia yang mempengaruhi
reseptor fi atau 13-agonist. Senyawa ini juga mempunyai rnanfaat lain yaitu
mampu mendegradasi cadangan lemak dan rneningkatkan laju sintesis
protein, sehingga diperoleh daging sedikii berlemak (lean meat) yang
merupakan kecenderungan konsumsi pangan masyarakat modem.
Penelitian-penelitian mengenai penggunaan persenyawaan-persenyawaan
kimia pemacu pertumbuhan seperti clenbuterol, cimaterol, fumeterol atau
13-
adrenergic agonist yang lain secara sendiri-sendiri telah banyak dilakukan
pada berbagai jenis temak daging di negara subtropis dan dapat
meningkatkan produksi lean meat dan efisiensi penggunaan pakan pada
sapi, domba dan babi, mengakibatkan jumlah lemak karkas rnenurun, ini
adalah karena meningkatnya laju metabolisme di &lam tubuh hewan
tersebut.
Atas dasar pemikiran tersebut diatas penulis tertarik untuk penelitian
mengenai pengaruh pemberian berbagai level clenbuterol terhadap
performans pertumbuhan dan karakteristik karkas serta kualitas daging pada
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon performans
pertumbuhan, karakteristik karkas, serta kualitas daging babi yang diberi
berbagai level denbuterol dalam pakannya. Serta untuk memperoleh
informasi seberapa jauh respon clenbuterd untuk memacu metabolisme,
dalam kaitannya dengan peningkatan produksi temak.
Hasil-hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat memberi
t
penjelasan mengenai performans pertumbuhan, karakteristik karkas serta
kualitas daging babi yang diberi clenbuterol dalam pakannya. Dari informasi
yang diperoleh ini maka akan dapat diketahui manfaat serta besar peranan
pemaw pertumbuhan tersebut untuk perkembangan industri petemakan
rakyat dan petemakan komersial di negara kita, yang dikaitkan dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi daging serta konsumsi protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11.1. Bebrapa Bangsa Babi di lndonesia
Pada umumnya babi-babi yang ada di lndonesia dibagi menjadi 3
bagian bangsa yaitu;
1.1. Babi asli lndonesia yang berasal dari babi-babi hutan yang sudah
dijinakkan. Babi-babi ini terkenal dengan nama celeng. Beberapa bangsa
babi asli lndonesia yang telah banyak dikenal adalah babi Nias, babi Bali,
I
babi Sumba, babi Krawang dan lain-lain.
Kemungkinan nama babi-babi itu disesuaikan dengan jasa daerah
tersebut, dimana babi-babi itu dipelihara, ditemakkan atau dipersilangkan
dengan babi-babi yang masuk ke daerah itu, sehingga babiibabi itu dapat
dianggap merupakan suatu bangsa daerah itu. Mengenai babi Bali ada
dugaan bahwa nenek rnoyangnya berasal dari Tingkok Selatan (Wahyu
dan Supandi, 1969).
1.2. Babi-babi impor adalah babi-babi terkenal yang telah didatangkan ke
lndonesia diantaranya saddleback babi yang mempunyai wama hitam
dengan punggung atau dekat pundaknya berwarna putih. Yorkshire babi
yang mempunyai warna putih dengan telinga lurus. Veredelde nederlandse
,
bergantung. Tamworfh babi berasal dari lnggris dengan rnoncong agak
panjang lurus, telinga tegak dengan wama merah tua atau kecoklatan (Wahju
dan Supandi, 1969), ditambahkan oleh Sihombing (1 997) babi-babi impor
yang pemah didatangkan ke lndonesia adalah Landrace, Yorkshire,
Tamworth, Berkshire dan Poland China.
1.3. Babi Persilangan
Untuk menentukan salah satu bangsa babi, sering masih mengalami
kesulitan. Hal ini disebabkan adanya babi dari luar yang sudah banyak
persilangan dengan babi-babi asli Indonesia. Sehingga sering bangsa yang
satu dengan yang lain menjadi kacau atau sulit untuk dibedakan. Pada
umumnya hasil persilangan antara babi lndonesia dengan babi yang berasal
dari luar negeri, pertumbuhan badannya lebih cepat dan penggunaan
pakannya lebih baik.
11.2. Pertumbuhan Babi
Menurut Williams (1982) bahwa pertumbuhan adalah perubahan ukuran
tubuh yang dapat diukur yaitu dalam panjang, volume atau massa.
Perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linear
dan komposisi tubuh, terrnasuk pula perubahan pada komponen-komponen
tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ
serta
komponen kimia terutamaair, lemak, protein dan abu (Maynard dan Loosli, 1969 ; Soeparno, 1992).
Menurut ~ a m r i o n d yang disitasi oleh Goodwin (1980) pertumbuhan adalah
Menurut Lloyd et al., (1978).te tjadi dua ha1 dasar pada pertumbuhan hewan,
yaitu pertambahan bobot badan yang disebut pertumbuhan dan perubahan
bentuk yang disebut perkembangan.
Pertumbuhan temak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-
bagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut
berlangsung dengan laju atau kecepatan yang berbeda, sehingga perubahan
ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perbedaan karakteristik
individual sel dan organ. Ada tiga proses utama di dalam pertumbuhan yaitu;
(1) proses dasar pertumbuhan selular yang meliputi perbanyakan sel
(hyperplasia), pembesaran sel (hypertrophy) dan akresi atau pertambahan
material struktur non-selular (non-protoplasmik) misalnya deposisi lemak,
glikogen, plasma darah dan kartilago. Mula-mula sel tumbuh secara
hyperplasia, kemudian secara hypertmphy sampai mencapai u kuran
karakteristik individual organ; (2) diferensiasi sel-sel induk di dalam embrio
menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm. Diferensiasi selanjutnya
menghasilkan sel-sel khusus antara lain sel-sel syaraf dan epidermal berasal
dari ektoderm, sel-sel otot dan jaringan ikat berasal dari mesoderm dan seb
set penyusun saluran p e n m a a n atau gastmintestinal beserta b ~ e i i j a i - kelenjar atau glandula, sekresinya berasal dari endoderm dan (3) kontrol
terhadap pertumbuhan dan differensiasi yang melibatkan banyak proses
8
Pertumbuhan yang diukur dengan bobot badan bila diplot pada grafik
[image:186.603.41.544.34.841.2]terhadap umumya merupakan kurva bentuk sigmoid (bentuk huruf S) seperti
Gambar 1.
0 4 8 12
Waktu ( bulan )
Gambar 1. Kuwa pertumbuhan nonnal pada ternak babi (Whittemore, 1980)
Bentuk kurva ini merupakan hasil interaksi antara dua kekuatan yang
berlawanan, yaitu kekuatan tumbuh dipercepat (a growth accelerating force)
dan kekuatan tumbuh diperlambat (a growth retarding force). Pertumbuhan
dipercepat dihasilkan oleh peningkatan bobot karena perbanyakan sel,
pembesaran sel dan ditambah dengan material yang diambil dari
lndividu sel mempunyai tendensi tumbuh dengan kecepatan konstan
sehingga massa sel dari seluruh tubuh, tumbuh dipercepat, saat ini disebut
fase dipercepat. Setelah fase ini pertumbuhan mempunyai tendensi dibatasi
oleh faktor pembatas yaitu terbatasnya gizi dan ruang. Fase ini disebut
pertumbuhan diperlambat, batas kedua fase disebut titik infleksi (Pomeroy,
1955). Pada waktu kecepatan pertumbuhan mendekati konstan, slope kuwa
pertumbuhan otot, tulang, dan organ-organ penting rnulai berhenti,
sedang kan fattening mulai dipercepat (Forrest st a/., 1975). Terdapat dua
gelombang pertumbuhan tubuh selama hewan tumbuh. Pertama gelombang
pertumbuhan dimulai dari kepala, kemudian ke bagian muka dan menuju ke
arah punggung sampai daerah lumbal. Gelombang kedua, di mulai dari
bagian distal kaki (metacarpal dan metatarsal) turun ke digit atau jari dan naik
sepanjang kaki dan tubuh kebagian lumbat. Daerah lumbal merupakan
bagian tubuh terakhir yang mempunyai laju pertumbuhan maksimun dan
merupakan bagian terakhir rnencapai dewasa. Pola yang sama diikuti oleh
jaringan tubuh, tulang, otot dan lernak. Tulang pertama tumbuh memanjang
kemudian membesar. Berdasarkan laju pertumbuhan umumnya yaitu
jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Lemak menumpuk diperbagai depot
yang berbeda dan dengan umur mempunyai urutan sebagai berikut; lemak
mesenterium, lemak ginjal, lemak intermuskuler, lemak subkutan (Palsson,
1955). Dengan bertambahnya umur serta konsumsi energi deposisi lemak
juga terjadi diantara otot (lemak intermuskuler), lapisan bawah kulit (lemak
10
atau marbling (Soepamo, 1992 dan Ngadiono, 1995). Eusebio (1 974)
menyatakan bahwa pertumbuhan babi relatif cepat pada umur 3-5 bulan,
sedang menurut Parakkasi (1983), pertumbuhan paling cepat terjadi pada
umur 5-6 bulan. Perbedaan pendapat tentang kecepatan periode
pertumbuhan sangat di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Temak
babi yang berasal dari induk besar, pada saat lahir dan disapih mempunyai
bobot badan rata-rata lebih besar bila dibandingkan dengan anak babi yang
berasal dari induk kecil. Keadaan lingkungan yang sesuai dengan kehidupan
temak merupakan kondisi yang sangat membantu kelangsungan hidup dan
proses pertumbuhan yang terjadi (Aritonang, 1995).
11.3. Fase Pertumbuhan Babi
Menurut Pond dan Maner (1974). pertumbuhan babi dibagi menjadi
beberapa fase yaitu :
a. Fase prestarter, merupakan fase kehidupan anak babi sejak dilahirkan hingga berumur 3 minggu dan pada fase ini anak babi sepenuhnya
tergantung pada air susu induknya.
b. Fase starter, merupakan fase kehidupan anak babi sejak berumur 3 minggu sampai 8 minggu saat anak babi tersebut disapih. Pada fase ini
ransum disusun dari bahan pakan yang mudah dicema dan kandungan
serat kasarnya rendah.
c. Fase grower, merupakan fase kehidupan anak babi mulai umur 2-8 bulan
d. Fase fattening, merupakan fase terakhir dari penggernukan babi dan siap
untuk dipotong. Fase ini dimulai pada umur 6 bulan dengan bobot badan
40
-
50 kg dan siap dipotong pada bobot badan 100 kg. Pada setiap fasepertumbuhan pada ternak babi, akan mempunyai kecepatan pertumbuhan
yang berbeda-beda. Temak babi akan mengalami kecepatan
pertumbuhan tertinggi pada fase grower, sedang pada awal fase
pertumbuhan cenderung meningkat secara perlahan-lahan (Whittemore,
-
11.4. R-Adrenerg ic Agonist (Clenbuterol)
a Beta-adrenergic agonist (&AA) mempunyai struktur analog dengan
katekolamin, epinephrin dan nor-epinephrin (Muir, 1988 dan Soepamo,
1994). Epinephrin dan nor-epinephrin sama dalam struktur dan keduanya
mempunyai 4 ikatan sel yang berbeda yang disebut admnoceptors dengan
f
perincian alpha 1, alpha 2, beta 1 dan beta 2 reseptor (Muir, 1988).
Penekanan efek utamanya dari 13- adrenergic agonist pada jaringan adiposa
dan jaringan otot. Ini berbeda dengan hormon pertumbuhan (somatotropin),
yang menghasilkan suatu peningkatan pertumbuhan jaringan dan organ
secara umum. Bahkan tejadi bahwa meskipun suatu p-AA tidak
meningkatkan pertambahan jumlah protein keseluruhan, tetapi tampak ada
suatu efek perangsangan terhadap peningkatan bobot otot Reeds dan
mempengaruhi efek-efek repartitioning adalah pengaruh p-AA terhadap bebasnya berbagai hormon metabolik. Homn-horrnon adrenergic
menghambat bebasnya insulin pada mamalia, termasuk babi sehingga suatu
mekanisme potensial untuk P-AA untuk mengurangi peningkatan lemak,
mungkin menghambat bebasnya insulin dan dengan demikian menurunkan
lipogenesis dan meningkatkan lipolisis Mersmann dan Hu (1 987). Soepamo
(1994) mengemukakan bahwa P-AA efektif dalam mengaktifkan p-reseptor.
Jaringan adiposa sebagian besar spesies terdiri dari t3-reseptor, apabila
diaktivasi akan menstimulir lipolisis. Sebagian besar jaringan otot terdiri dari
R1 atau 132 reseptor, apabila diaktivasi akan menyebabkan fungsi spesifik
pada otot. Sedangkan otot kerangka mernpunyai
132
reseptor, tetapi respondari kegunaannya tidak diketahui dengan baik. Di samping itu senyawa ini
juga efektif dalam membagi aktivitas agensia tertentu, misalnya mengubah
atau membelokkan nutrien yang tersedia untuk pembentukan lemak kearah
akresi protein. Mengenai stnrMur 8-agonist seperti; isoproterenol, clenbuterd,
cimaterol, L-640-033 dan BRL-35135 terlihat pada Gambar 3. Apabila 13-
agonist diberikan per-oral akan memperlihatkan stimulan pada pertumbuhan
hewan dan terjadi perubahan karakteristik karkas (Dalrymple et a/., 1984 ;
Muir et a/., 1985 dan Ricks et al., 1984). Temak domba, babi, sapi dan
/ unggas yang menerima senyawa ini akan menghasilkan karkas dengan
.
ukuran otot afau total protein karkas yang meningkat dan jumlah lemak
Inti katekol Rantai Samping Amina
Nor-epinephrin
[image:191.602.73.503.37.806.2]Clenbuterol
Gambar 2. Struktur Norepinephrin, Epinephdn dan
Agolirst
coo- 110
1 I t
Fcnilrlotdt~ ,MN-I IC-~
,
I,
,
I+O Dq8atuiti IIO-Q-CH~-CII-NII,CQO-
I + t
lrin
coo-
l12-Cll-Nil3 I ~ o - , 110- lcrcnol
t
McubolL
Wetapre -CIl-CH2-NII2-Cll-( CHI ) 2
Mclrksi- . H,c-O rrenol
~iramio I t T I OH
H O C ) ~ . ~ -~ I ~ ~ -N I I , + +
r r o l n , y - a c I *n2-=-tol, -!it-cti, 1,
HjC-O 011 NsC 011
Nurmea- t +
ncfrin
"b
- ? ~ - C l l ~ - N l l ~ cima- II-CI12-NH2-CK-(CH, )lcrol
Mclrnc- t
[image:192.612.23.549.27.819.2]rr in
Skema cara kerja
p-
adrenergic agonist (f3-AA) dalam merubahdeposisi otot dan lemak dalam tubuh hewan menurut Ricks et a/., 1984.
Terlihat pada Gambar 4. Asam-asam lemak bebas yang terbebas via
stimulasi p-AA terhadap jaringan lemak, dipakai sebagai sumber energi
alternatif oleh asam-asam amino untuk membentuk protein otot. Reeds dan
Mersmann (1991) menjelaskan bahwa dari perspektif repartitioning
(pernilahan kembali) senyawa-senyawa karbon hanya mempunyai dua nasib,
disimpan atau dioksidasi. Jadi pada suatu jumlah konsumsi pakan yang
konstan, terjadi peningkatan dalam penyimpanan setiap rnolekul yang
mengandung karbon, misalnya peningkatan penggunaan asam-amino untuk
deposisi protein, akan membatasi ketersediaannya sebagai suatu sumber
untuk sintesis adenosin trifosfat (ATP), dan terjadi suatu perubahan dalam
penggunaan energi keseluruhan, akan menuntut beberapa senyawa lain
dioksidasi. Karena itu pada jumlah konsumsi protein, konsumsi energi dan
f
penggunaannya yang konstan, deposisi protein yang meningkat, tidak akan
dapat dihindari mengurangi jumlah deposisi lemak tanpa memerlukan
[image:193.603.34.555.12.824.2]beberapa tidakan yang khusus terhadap metabolisme lemak, seperti pada
Gambar 4.
Ditambahkan oleh Rick, et a/. 1984 apabila diberikan aktif melalui
mulut 13-agonist akan memperiihatkan rangsangan terhadap lipolisis. Di
bidang kedokteran manusia
p-
AA dikenal dengan nama spiropent sebagaiGambar 4. Skema Cam Ke j a
-
Agonist ( -AA ) dalam Merubah Deposisi Otot dan Lemak ( Ricks et a/., 1984 ) +=
Pemacuan,-
Penghambatan, ?= diduga, ABS NUT=
Absorbsi Nutrient, REP=
Repartitioning Nutrient, NUTR=
NutrientKomposisi clenbuterol terdiri dari 4
-
amino-
a [{ter-
butylamino-
methyl]-
3.5)
dichlorobenzyl alkoholhydro-chloride (Clenbuterol hydroKhasiat spiropent pada manusia adalah merupakan preparat bronkos
pasmoljtjk yang bekerja secara selektif melalui rangsangan pada C3-2
reseptor. Spiropent berbeda secara spesifik dengan 8-2 simpatometik lainnya
karena spiropent mempunyai dosis efektif yang rendah dan dengan cepat
dan sempuma diserap setelah pemberian pe-oral. Sedangkan efek samping
yang diketemukan di bidang kedokteran manusia seperti halnya semua
preparat betamimetik, spiropent dapat menyebabkan tremor terutama pada
permulaan pengobatan, kadang-kadang pada dosis terapi dapat terjadi
kegelisahan ekstra sistol dan tahikordia (Boehringer, 1995). Beta agonist
yang telah dipergunakan dalam percobaan pertumbuhan dan perubahan
karakteristik karkas temak antara lain adalah isoproterend, clenbuterol,
cimaterol, L-640-033 dan BRL-35135 (Muir, 1988).
Banyak 8- adrenergic agonist mampu mereduksi lemak karkas dengan
menstimulir lipolisis dan memblok lipogenesis pada jaringan adipose temak.
Pada tikus beta 2 adrenergic agonist clenbuterol dan epinephrin secara
kuantitatif mempunyai aktivitas atau keja yang serupa terhadap adiposit
dalam menstimulir lipolisis dan menghambat lipogenesis in vitro (Orcutt et
a/., 1988). Dalam menguraikan masalah metabolisme lipolisis maka tidak
terlepas hubungannya dengan peranan c-AMP epinephrin merangsang
metabolisme seluler dan mempunyai efek kalorigenik yang kuat. Bila hewan
diberi p-AA (analog epinephrin atau lainnya) maka P-AA akan diikat oleh
p-
I
adrenoseptor (R) yang ada pada membran sel otot. Bagaimana pengaruh
P-
Gambar 5. Skema Mekanisme Terjadinya Proses Gli kogenolisis (Lehninger, 1975)
lkatan ini akan mengaktivasi protein G yang ada dalam sel otot yang
selanjutnya mengaktifkan adenylate cyclase (AC) pada membran sel. AC
kemudian merangsang pembentukan c-AMP dari defosforilase ATP. Cyclic
AMP (c-AMP) mengaktifkan protein kinase yang tidak aMif (RC) menjadi
protein kinase aktif (C) dan yang terakhir ini mengaktivasi bersama-sama c-
AMP inaktif homon sensitive lipase (I HS-lipase) menjadi a ktif (aktif homon
/
-
sensitive lipase (AHS-lipase), kemudian AHS-lipase ini yang memecahkantriglicerida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) (Vernon, 1992 yang
[image:196.612.24.543.46.839.2]lemak karkas, bekerja secara langsung melalui beta adrenoreseptor pada
.
permukaan adiposit ternak domba, babi, sapi dan hepatosit unggas (Muir,
1988).
Penambahan 13-AA dalam pakan menghasilkan peningkatan
pertumbuhan otot dan penurunan keempukan daging (Koohmaraie et a/.,
1991 ). Karena 13-agonist mempunyai suatu efek negatif terhadap kualitas
daging sensoris, suatu efek peningkatan kealotan daging atau penurunan
keempukan daging telah diteliti pada sapi (Schiavetta et a/., 1990), domba
(Kretchmer et a/., 1990), babi (Jones et a/., 1985) dan ayam (Morgan et a/.,
1988 dan Gwartney et a/., 1991). t
-
Keadaan ini adalah karena menurunnya aktivitas enzim proteolitikcathepsin 13, hingga sebanyak 45% (Forsberg et a/., 1987 yang dikutip oleh
Gwartney et a/., 1991) dan 30% (Kretchmar et a/., 1990) yang telah
dilaporkan pada domba. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa 13-
adrenergic agonist (13-AA) pada pakan menyebabkan otot mengalami hiper-
trophy dan meningkatnya pertambahan protein karena adanya penurunan
degradasi protein dan memungkinkan untuk rneningkatkan sintesis protein
pada jaringan otot (Koohmaraie
et
a/., 1991). Senyawa 8-agonist bersifatsimpatometrik yaitu senyawa yang dapat merangsang sistem saraf simpatis
dengan melibatkan epinephrin sebagai neurotransmittemya. Senyawa 13-
agonist yang paling populer ini adalah melepaskan adrenalin ke darah oleh
7.
kelenjar adrenal, sedangkan nor-adrenalin dilepaskan dari saraf. Hormon-
20
pengaruh yang ditimbulkan adalah naiknya detak jantung dan tekanan darah.
Akibatnya cadangan energi yang berupa gula dan lemak akan dimobilisir
untuk memenuhi kebutuhan energi cekaman ini. Clenbuterol dan cimaterol
merupakan senyawa 13-agonist buatan dan apabila diinjeksikan ke hewan-
hewan akan mengakibatkan berkurangnya kandungan lemak dan tingginya
protein karkas atau yang di masyarakat maju di kenal dengan nama daging
bersih atau sedikit berlemak (lean meat). Mengingat bahwa laju
pertumbuhan dan efisiensi pakan adalah sifat-sifat penting dalam produksi
temak, lagi pula karena permintaan-penintaan konsumen akan daging yang
lebih lean (daging sedikit lemak) belakangan ini telah meningkat, maka lebih
banyak penekanan diletakkan pada komposisi karkas, lemak yang lebih
sedikit dan otot yang lebih banyak. Dalam hubungan ini pemakaian f3-
agonist seperti clenbuterol, cimaterol atau lainnya adalah memberi harapan
karena dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan. Pada saat
yang bersamaan komposisi karkas diubah dengan mengurangi penimbunan
lemak dan meningkatkan deposisi lean pada berbagai jenis ternak (Geesink
et a/., 1993). Karena itu senyawa ini mungkin bermanfaat dalam memenuhi
permintaan konsumen dewasa ini.
Dalam pemakaian p-AA untuk rnemacu pertumbuhan dan memanipulasi
komposisi karkas haws diingat bahwa senyawa ini hanya memberi respon
yang baik jika, protein ransum, bukan merupakan faktor pembatas untuk
deposisi protein. Jadi kalau k i a mulai dengan suatu pakan dengan
protein hanya bila lebih banyak protein dipasok kedalam pakan (Saka, 1997).
Hewan-hewan yang diberi P-AA menggunakan protein pakan dengan nilai
biologis penuh, ini tidak demikian halnya dengan hewan-hewan yang tidak
diberi perlakuan P-AA. Proposisi ini didukung oleh hasil-hasil penelitian
Anderson et a/., (1987) yang dikutif oleh Reeds dan Mersmann (1991) yang
menyarankan bahwa jumlah kandungan protein pakan berinteraksi dengan
keaktifan p-AA dalam meningkatkan retensi nitrogen, senyawa ini lebih efektif
bila intake protein pakan tinggi.
11.5. Residu dan Keamanan Konsumen.
t
Biasanya pemberian obat dan sejenisnya sebagai feed additive pada
temak, selalu menimbulkan kekuatiran masyarakat konsumen tentang
dampak negatif dari obat tersebut terhadap kesehatan dan kelangsungan
hidupnya. Sebagaimana pada manusia, hewanpun rnemerlukan obat untuk
mengobati dan mencegah penyaki yang menimpanya,. Obat yang diberi kan
kepada seekor hewan, setelah masuk ke dalam tubuh hewan tersebut, obat
akan disebarkan kesegenap bagian tubuh hewan, dan setelah bekerja obat
ini pada umumnya akan dikebarkan kembali (diekresikan) bersama dengan
feses, win, keringat dan sebagainya.
Obat yang dieksresikan dalam keadaan utuh atau setelah mengalami
perubahan kimiawi (metabolisme) dalam tubuh obat dieksresikan I
berfangsung secara bertahap, sehingga untuk sementara masih ada
beberapa bagian tubuh hewan itu. Sisa obat dalam tubuh inilah yang disebut
sebagai residu (Budiman, 1992). Perrnasalahan yang muncul dalam
penggunaan l3-adrenergic agonist seperti (clenbuterol, cimaterol atau lainnya)
sebagai pemacu pertumbuhan adalah residunya yang ada di dalam jaringan
hewan yang dapat dimakan atau air susu yang membahayakan kesehatan
konsumen. Ini karena dosis yang diperlukan untuk menimbulkan efek-efek
anabolik ini dalam metabolisme temak adalah 5-10 kali lebih tinggi dari pada
dosis yang dipakai untuk pengobatan penyakit-penyakit bronchus.
Untuk produksi daging pedet (veal calves) misalnya penggunaan
clenbuterol menyebabkan terjadinya akumulasi residu dalam semua jaringan
dalam jumlah cukup besar untuk menimbulkan efek-efek farrnakologis yang
potensial terhadap konsumen jika tidak ada masa penarikan setelah
pemakaiannya (Staffel dan Meyer, 1993). Bagaimana residu suatu obat
terdapat dalam tubuh manusia, apabila hewan temak disembelih dan
dagingnya dimakan oleh manusia, maka obat itu akan masuk kedalam tubuh
orang yang memakan daging itu. Dengan demikian obat tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap tubuh orang. Pengaruh yang ditimbulkan
oleh residu obat pada orang yang memakan daging yang mengandung residu
obat itu bisa bermacam-macam tergantung pada jenis obatnya (Budiman,
1992). Secara tradisional
P-
agonist (clenbuterol) adalah obat-obat antiasmadan tokolitik. Jika dipakai untuk tujuan-tujuan anabolik pada terna k akan