• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Logam Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Terhadap Limbah Cair Industri Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Logam Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Terhadap Limbah Cair Industri Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA LOGAM MANGAN (Mn) DAN SENG (Zn) TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

OLEH :

JULI HANDAYANI PASARIBU 082410028

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA LOGAM MANGAN (Mn) DAN SENG (Zn) TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Oleh :

JULI HANDAYANI PASARIBU 082410028 Medan, Maret 2011

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Dra. Saodah Msc., Apt

NIP. 194901131976032001

Disahkan Oleh :

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Analisa Logam Mangan (Mn) dan

Seng (Zn) Terhadap Limbah Cair Industri dengan Metode Spektrofotometri Serapan

Atom” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh

bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan dan

dukungannya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU.

2. Ibu Dra. Saodah, Msc.,Apt. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga selesainya tugas

akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt. Selaku Koordinator Program

(4)

4. Seluruh dosen dan seluruh staf Fakultas Farmasi USU

5. Papa, mama, dan abang-abang penulis yang tercinta atas curahan kasih sayang,

doa dan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

6. Abang Soepri Adhi yang tersayang, selalu mendampingiku serta memberi

dukungan, perhatian, semangat dan doa bagi penulis selama penyusunan tugas

akhir.

7. Sahabat-sahabat penulis Harianisyah Parinduri, Derma Sari Utami, Niki Fuji

Utami, Maya Justitia, Dwinanda Pratiwi, Dina Rita Pratiwi, Sonanda Rosalia dan

seluruh teman-teman kuliah angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang

dikuasai, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan

penulisan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis

sendiri maupun pembaca, terima kasih.

Medan, Maret 2011

(5)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….... 3

2.1 Pencemaran Air……… 3

2.2 Limbah Industri……… 3

2.3 Logam Berat……… 7

2.4 Mangan (Mn)………... 9

2.5 Seng (Zn)………. 9

2.6 Toksisitas Logam………. 10

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom……….. 11

BAB III METODOLOGI……….. 15

3.1 Peralatan dan Bahan………. 15

3.1.1 Peralatan………... 15

3.1.2 Bahan……… 16

3.2 Prosedur………. 17

3.2.1 Analisa Logam Mangan (Mn) secara SSA……… 17

(6)

3.3 Bagan Percobaan………... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 27

4.1 Hasil………... 27

4.1.1 Logam Mangan (Mn)……… 27

4.1.2 Logam Zink (Zn)……….. 29

4.2 Pembahasan………... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 33

5.1 Kesimpulan……… 33

5.2 Saran………. 33

DAFTAR PUSTAKA………. 34

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dua dekade terakhir ini, kita begitu sering mendengar, membaca dan

bahkan membicarakan masalah pencemaran air. Air merupakan zat yang paling

penting dalam kehidupan makhluk hidup setelah udara. Apabila air sudah tercemar

logam-logam yang berbahaya akan mengakibatkan hal-hal yang buruk bagi

kehidupan.(Palar, 2008)

Logam berat yang mencemari lingkungan, sebagian besar berasal dari

industri-industri. Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri, baik

industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri

jasa, dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat

pencemaran lingkungan akibat berbagai kegiatan tersebut.

Kebanyakan limbah industri dan limbah penduduk dibuang ke sungai, sumur,

atau danau. Tanpa kita sadari limbah tersebut banyak mengandung zat-zat beracun

dan bahan-bahan metal terlarut sehingga dapat menimbulkan pencemaran. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah yang mengandung persenyawaan

logam dengan kadar tinggi misalnya mangan (Mn) dan seng (Zn) dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan kehidupan lainnya,

(8)

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air maka diperlukan pengendalian

terhadap pencemaran air dengan menetapkan baku mutu lingkungan termasuk baku

mutu limbah cair. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi

zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada

sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.(Kristanto,

2002)

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui konsentrasi logam mangan (Mn) dan seng (Zn) pada

limbah cair industri.

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui kadar logam mangan (Mn) dan seng (Zn), yang kemudian

membandingkan hasil tersebut dengan baku mutu limbah cair, serta memberi

informasi kepada peneliti lain dalam menganalisis kandungan logam Mn dan Zn

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran air

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk

asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada

kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan

pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat

racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari

polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran.(Palar, 2008)

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,

bukan dari kemurniannya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu,

yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Air dikatakan tercemar jika

terdapat benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan

sesuai dengan peruntukannya secara normal. Pencemaran air pada umumnya

diakibatkan kegiatan manusia. Besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari

kualitas dan kuantitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah padat maupun

limbah cair.(Kristanto, 2002)

2.2 Limbah industri

Pengertian limbah menurut peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor

(10)

bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya

baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk air.

Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri atas bahan kimia organik dan

anorganik. Buangan industri yang mengandung unsur atau senyawa logam berat

merupakan toksikan yang mempunyai daya racun tinggi. Buangan industri yang

mengandung persenyawaan logam berat tersebut bukan hanya bersifat racun bagi

tumbuhan, tetapi juga terhadap hewan dan manusia.

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis

dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberi pengaruh yang berarti,

namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan.

Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah ke dalam

lingkungan adalah:

1. Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan karena

volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah sedikit

dengan konsentrasi yang kecil.

2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran.

3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi limbah yang

mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.

(11)

• Limbah cair;

• Limbah gas dan partikel;

• Limbah padat.(Kristanto, 2002)

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang

berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas

lingkungan. Limbah cair secara umum dapat dibagi menjadi human excreate (fases

dan urine), sewage (air limbah), industrial waste (bahan buangan dan sisa proses

industri).( Chandra,2007)

Limbah cair industri bersumber dari pabrik yang biasanya banyak

menggunakan air dalam proses produksinya. Di industri fungsi dari air antaranya :

a. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.

b. Sebagai air pendingin. Berfungsi untuk memindahkan panas yang terjadi dari

proses produksi.

c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman.

d. Untuk mencuci dan membilas produk, gedung atau instalasi.(Ricki,2005)

Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan

berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (bahan beracun dan berbahaya). Air dari

pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun yang

mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang halus. Kerapkali air buangan

(12)

Berdasarkan persenyawaan yang ditemukan dalam air buangan industri, sifat

limbah cair tersebut dapat dikatagorikan berdasarkan karakteristik fisik, kimia, dan

biologi. Pengamatan mengenai karakteristik ini penting untuk menetapkan jenis

parameter pencemar yang terdapat didalamnya. Sifat kimia dan fisika masing-masing

parameter dapat menunjukkan akibat yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.

(Chandra, 2007)

Table 1. Hubungan antara sumber limbah dan karakteristiknya

KARAKTERISTIK SUMBER LIMBAH Fisika:

• Warna Bahan organik, limbah industri dan domestik

• Bau Penguraian limbah industri

• Padatan Sumber air, limbah industri dan domestik

• Suhu Limbah industri dan domestik

Kimia: Organik:

• Karbohidrat Limbah industri, perdagangan dan domestik

• Minyak dan Lemak Limbah industri, perdagangan dan domestik

• Pestisida Limbah hasil pertanian

• Penol Limbah industri

Anorganik:

• Alkali Sumber air, limbah domestik, infiltrasi air tanah,

buangan air katel

• Klorida Sumber air, limbah industri, pelemahan air

• Logam berat Limbah industri

• Nitrogen Limbah pertanian dan domestik

• pH Limbah industri

• Posfor Limbah industri, domestik dan alamiah

• Sulfur Perdagangan, limbah industri

• Bahan beracun Perdagangan, limbah industri

Biologi:

(13)

2.3 Logam berat

Logam menurut pengertian awam adalah barang yang padat dan berat yang

biasanya selalu digunakan oleh orang untuk alat-alat dapur atau untuk perhiasan,

yaitu besi, baja, emas, dan perak. Padahal masih banyak logam lain yang sangat kecil

dan penting serta berperan dalam proses biologis makhluk hidup, misalnya selenium,

kobalt, mangan, dan lain-lainnya.

Menurut Soemirat (2003), definisi logam adalah elemen yang dalam larutan

air dapat melepaskan satu atau lebih elektron dan menjadi kation. Sedangkan logam

berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm3. Logam berat masih

termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam

lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Logam berat biasanya

menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Semua logam berat dapat

menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Hal ini terjadi jika

sejumlah logam mencemari lingkungan. Namun demikian, meski semua logam berat

dapat mengakibatkan keacunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat

tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam

dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam

jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang

berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe,

(14)

atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui

manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.

Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada

bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan

bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus.

Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen,

teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit,

pernapasan dan pencernaan.(Vogel ,A.I. 1994)

Logam berat berdasarkan sifat racunnya yang berdampak terhadap kesehatan

manusia dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu:

• Sangat beracun, yaitu dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan

dalam waktu singkat. Logam-logam tersebut antara lain: Pb, Hg, Cd, As, Sb, Ti,

Be, dan Cu.

• Moderat, yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih

maupun yang tidak dapat pulih dalam waktu yang relatife lama. Logam-logam

tersebut antara lain: Ba, Be, Cu, Au, Li, Mn, Se, Te, Va, Co, dan Rb.

• Kurang beracun, dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Logam-logam tersebut antara lain: Bi, Co, Fe, Ca, Mg, Ni, K, Zn, dan Ag.

(15)

2.4 Mangan (Mn)

Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan

memiliki simbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di

Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan dan berbentuk padat dalam

keadaan normal. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah

teroksidasi. Ia adalah elemen pertama dari golongan 7B, memiliki titik lebur yang

tinggi kira-kira 12500C. Ia bereaksi dengan air hangat membentuk mangan (II)

hidroksida dan hidrogen.(Gabriel, 2001)

Mangan merupakan dua belas unsur paling berlimpah di kerak bumi (sekitar

0,1%) yang terjadi secara alamiah. Manusia meningkatkan konsentrasi mangan di

udara oleh kegiatan industri dan melalui pembakaran bahan bakar fosil. Bagi manusia

mangan merupakan logam yang tidak hanya perlu bagi hidup manusia tetapi juga

beracun ketika konsentrasinya terlalu tinggi dalam tubuh manusia.

2.5 Seng (Zn)

Seng dengan nama kimia Zink dilambangkan dengan Zn. Sebagai salah satu

unsur logam berat Zn mempunyai nomor atom 30 dan memiliki berat atom 65,39. Ia

merupakan unsur pertama golongan 2B pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi

seng mirip dengan magnesium. Hal ini karena ion kedua unsur ini berukuran hampir

sama. Selain itu keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2.

Seng (Zn) adalah logam dengan warna keabu-abuan, yang dalam kedaan

(16)

ditempa pada suhu 100-1500C, mudah melentur, meleleh pada suhu 4200C , dan

mendidih pada suhu 9070C. Selain itu seng adalah logam yang memiliki karakteristik

cukup reaktif. Zink menjadi sebam (kusam) apabila terdedah kepada udara lembab.

Zink terbakar dalam udara dengan nyala hijau kebiru-biruan yang terang, lalu

membebaskan asap zink oksida. Zn diperlukan tubuh untuk proses metabolisme,

tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun.(Gabriel, 2001)

Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak bumi. Unsur ini

biasanya ditemukan dengan logam-logam lain seperti tembaga dan timbal dalam bijih

logam. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).

2.6 Toksisitas Logam Berat

Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi

yang terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi

dan ekskresi (hati dan ginjal). Beberapa logam memiliki sifat karsiogenik (pembentuk

kanker), maupun teratogenik. Daya toksisitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu kadar logam yang termakan, lamanya mengkonsusmsi, umur, spesies, jenis

kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi fisik, dan kemampuan jaringan

tubuh untuk mengakumulasi logam. Beberapa logam toksik dapat menyerang saraf

sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku.(Situmorang, 2007)

Toksisitas logam pada manusia kebanyakan disebabkan logam nonesensial,

walupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam esensial seperti seng

(17)

Zink maupun senyawa zink apabila termakan dalam jumlah yang banyak

hanya menimbulkan gastroenteritis akut dengan ditandai mual, muntah, dan diare.

Sedangkan keracunan mangan bersifat kronis, berhubungan dengan kejiwaan dan

saraf.(Gabriel, 2001)

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom-Nyala

Menurut Rohman (2007), Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk

analisa kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat

kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam

suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang

tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanannya relatif sederhana, dan

interferensinya sedikit.

Spektrofotometri serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis yang

didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada

tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya

elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat

labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang

berbentuk radiasi.(Hendayana, 1994)

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang

mengandung atom-atom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan

(18)

yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif

logam-logam dengan menggunakan SSA.(Walsh , 1955)

Hallow cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi

yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Yang artinya Hallow cathode bekerja

spesifik, dimana dalam pengujian kita harus memilih Hallow cathode yang sesuai

dengan atom yang akan ditentukan.(Hendayana, 1994)

Sistem peralatan spektrofotometri serapan atom terdiri dari sumber sinar,

nyala, monokromator, detektor, dan readout sebagai system pencatat hasil

absorbansi. (Rohman, 2007)

A B C D E

Gambar 1: Skematis ringkas Spektrofotometer Serapan Atom

Keterangan :

A : Sumber sinar (lampu katoda berongga)

B : Nyala

C : Monokromator

D : Detektor

E : Readout

Logam berat beracun dalam air minum dan beberapa unsur umum lainnya

seperti kalsium dan natrium dapat dideteksi dengan spektrofotometri serapan atom.

(19)

gelombang tertentu yang diserap oleh atom unsur pada api. Sebuah spektrofotometri

serapan atom terdiri dari sebuah burner alat penyemprot untuk mengkonversi elemen

dalam larutan menjadi atom-atom bebas di udara melalui asetilen api. Sebuah

monokromator untuk menguraikan dan mengisolasi gelombang cahaya yang

dipancarkan dan photomultiplier untuk mendeteksi dan memperkuat cahaya melalui

monokromator. Sember cahaya adalah lampu dengan katoda yang terbentuk dari

unsur yang sama yang ditentukan sejak masing-masing elemen memiliki panjang

gelombong yang karakteristik, dapat segera diserap. Cahaya melewati sampel yang

dipisahkan dalam monokromator ke komponen panjang gelombang. Photomultiplier

kemudian hanya menerima resonansi panjang gelombang terisolasi dan setiap

penyerapan cahaya oleh atom sampel. Setelah lampu yang tepat untuk elemen uji

telah terpasang, intensitas cahaya diukur lewat api tak terbatas. Kemudian sampel

dimasukkan ke dalam api dan konsentrasi elemen dalam sampel ditentukan oleh

penurunan intensitas cahaya.(Hammer, 2004)

Dalam analisis spektrofotometri serapan atom sampel yang akan dianalisa

harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Nyala

digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk

uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dicapai oleh nyala

tergantung pada gas yang digunakan,misalnya asetilen-udara 22000C. Sumber nyala

yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan

(20)

Salah satu metode analisis yang biasa dipakai dalam analisis spektrofotometri

adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar

dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dan larutan tersebut diukur dengan SSA.

Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan

absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol. Besaran ini

memiliki hubungan yang linier dengan konsentrasi analit, seperti diungkapkan oleh

Hukum Lambert- Beer:

A = a b c dimana : A = absorbansi,

a = koefisien absorpsi,

b = panjang jalan yang dilalui cahaya, dan

c = konsentrasi dari spesi yang menyerap.

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan

diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis

lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva

kalibrasi. Dimana absorbansi sampel harus terletak pada kisaran absorbansi kurva

kalibrasi. Jika absorbansi terletak diluar kisaran absorbansi kurva kalibrasi, maka

(21)

BAB III METODOLOGI

3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Peralatan

• Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-Nyala;

Lampu katoda berongga (Hallow Cathode Lamp, HCl) mangan;

Lampu katoda berongga (Hallow Cathoda Lamp, HCl) seng;

• Gelas piala 100 ml dan 250 ml;

• Pipet volumetrik 1 ml; 10,0 ml; dan 50,0 ml; • Pipet ukur 2,0 ml dan 5,0 ml;

• Labu ukur 50,0 ml; 100 ml; dan 1000 ml;

• Erlenmayer 10,0ml; dan 250,0 ml;

• Corong gelas;

• Kaca arloji;

• Pemanas listrik;

• Seperangkat alat saring vakum;

• Lemari asam;

• Saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm;

• Bola karet ;

(22)

3.1.2 Bahan

• Air bebas mineral;

• Asam nitrat (HNO3) pekat p.a;

• Larutan induk logam Mangan 1000 mg/l (ppm);

• Larutan induk logam Seng 1000 mg/l (ppm);

• Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi;

• Larutan pengencer HNO3 0,05 N

Larutkan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam

gelas piala.

• Larutan pencuci HNO3 5% (v/v)

Tambahkan 50 ml asam nitrat pekat ke dalam 800 ml air bebas mineral

dalam elas piala 1000 ml, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000

ml dan homogenkan.

• Larutan kalsium,; Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50

ml HCl (1+5). Bila perlu larutan dididihkan untuk menyempurnakan

larutan. Dinginkan dan encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

(23)

3.2 Prosedur

3.2.1 Analisa logam mangan (Mn) secara SSA 3.2.1.1Persiapan Pengujian

A. Persiapan sampel uji mangan

Siapkan sampel uji untuk pengujian mangan dengan tahapan sebagai

berikut:

1) Dipipet 50,0 ml sampel uji dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 100

ml atau 250 ml;

2) Ditambahkan 2,5 ml HNO3 pekat dan gunakan corong sebagi penutup;

3) Dipanaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 ml – 20 ml;

4) Jika dekstruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan lagi

2,5 ml HNO3 pekat, kemudian tutup dengan corong dan panaskan lagi

(tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua

logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam sampel uji

menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih.

5) Disaring dengan menggunakan kertas/saringan membran ke dalam

labu ukur 50,0 ml;

6) Dibilas corong dengan air bebas mineral,dan masukan air bilasan ke

dalam labu ukur;

7) Ditambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan

(24)

B. Pembuatan larutan induk logam mangan 100 mg/l

1) Dipipet 5,0 ml larutan standar logam mangan 1000 mg/l, masukkan ke

dalam labu ukur 50,0 ml;

2) Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda tera dan

homogenkan.

C. Pembuatan larutan baku logam mangan 10 mg/l

1) Dipipet 5,0 ml larutan induk logam mangan 100 mg/l, masukkan ke

dalam labu ukur 50,0 ml;

2) Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda tera dan

homogenkan.

D. Pembuatan larutan kerja logam mangan (Mn)

Dibuat deret larutan kerja dengan satu (1) blanko dengan kadar yang

berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran, dengan

tahapan sebagai berikut:

1) Dipipet 1 ml; 2 ml; 4 ml; 5 ml; dan 10 ml larutan baku logam mangan

dan 10 mg/l, kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam labu

ukur 50 ml;

2) Ditambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera dan

homogenkan sehingga diperoleh konsentrasi logam mangan 0,2 mg/l;

(25)

3.2.1.2Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran sampel uji A. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut;

1) Dioperasikan alat dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan

alat untuk pengukuran mangan;

(tambahkan larutan kalsium dan atau atasi gangguan pengukuran

sesuai dengan SSA yang digunakan)

2) Diaspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-Nyala kemudian atur

serapan hingga nol;

3) Diaspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-Nyala, lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 279,5 nm untuk pengukuran

logam mangan, kemudian catat;

4) Dilakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer;

5) Dibuat kurva kalibrasi dari data pada butir (3) di atas, dan tentukan

persamaan garis lurusnya;

6) Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995 ,diperiksa kondisi

alat dan ulangi langkah pada butir (2) sampai dengan butir (3) hingga

(26)

B. Pengukuran Sampel Uji

Uji kadar mangan dengan tahapan sebgai berikut;

1) Diaspirasikan contoh/sampel uji ke dalam SSA-Nyala lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 279,5 nm untuk pengukuran

logam mangan. Bila diperlukan lakukan pengenceran;

2) Dicatat hasil pengukuran.

3.2.1.3. Perhitungan

Kadar logam mangan (Mn):

Mn (mg/l) = C x fp

Keterangan:

C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/l);

Fp adalah faktor pengenceran.

3.2.2 Analisa logam seng (Zn) secara SSA 3.2.2.1Persiapan Pengujian

A. Persiapan sampel uji seng

Siapkan sampel uji untuk pengujian seng dengan tahapan sebagai berikut:

1) Dipipet 50,0 ml sampel uji dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 100

ml atau 250 ml;

2) Ditambahkan 2,5 ml HNO3 pekat dan gunakan corong sebagi penutup;

(27)

4) Jika dekstruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan lagi

2,5 ml HNO3 pekat, kemudian tutup dengan corong dan panaskan lagi

(tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua

logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam sampel uji

menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih.

5) Disaring dengan menggunakan kertas/saringan membran ke dalam

labu ukur 50,0 ml;

6) Dibilas corong dengan air bebas mineral,dan masukan air bilasan ke

dalam labu ukur;

7) Ditambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan

homogenkan.

B. Pembuatan larutan induk logam seng 100 mg/l

1) Dipipet 5,0 ml larutan standar logam seng 1000 mg/l, masukkan ke

dalam labu ukur 50,0 ml;

2) Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda tera dan

homogenkan.

C. Pembuatan larutan baku logam seng 10 mg/l

1) Dipipet 5,0 ml larutan induk logam seng 100 mg/l, masukkan ke dalam

labu ukur 50,0 ml;

2) Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda tera dan

(28)

D. Pembuatan larutan kerja logam seng (Zn)

Dibuat deret larutan kerja dengan satu (1) blanko dengan kadar yang

berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran, dengan

tahapan sebagai berikut:

1) Dipipet 1 ml; 2 ml; 4 ml; 5 ml; dan 10 ml larutan baku logam seng 10

mg/l, kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 ml;

2) Ditambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera dan

homogenkan sehingga diperoleh konsentrasi logam mangan 0,2 mg/l;

0,4 mg/l; 0,8 mg/l; 1,0 mg/l; dan 2,0 mg/l.

3.2.2.2Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran sampel uji A. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut;

1) Dioperasikan alat dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan

alat untuk pengukuran mangan;

(tambahkan larutan kalsium dan atau atasi gangguan pengukuran sesuai

dengan SSA yang digunakan)

2) Diaspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-Nyala kemudian atur

serapan hingga nol;

3) Diaspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-Nyala, lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm untuk pengukuran

(29)

4) Dilakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer;

5) Dibuat kurva kalibrasi dari data pada butir (3) di atas, dan tentukan

persamaan garis lurusnya;

6) Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995 ,diperiksa kondisi

alat dan ulangi langkah pada butir (2) sampai dengan butir (3) hingga

diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995.

B. Pengukuran sampel uji

Uji kadar mangan dengan tahapan sebgai berikut;

1) Aspirasikan contoh/sampel uji ke dalam SSA-Nyala lalu ukur

serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm untuk pengukuran

logam seng. Bila diperlukan lakukan pengenceran;

2) Catat hasil pengukuran.

3.2.2.3Perhitungan

Kadar logam seng (Zn):

Zn (mg/l) = C x fp

Keterangan:

C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/l);

(30)

3.3 Bagan Percobaan

3.3.1 Pembuatan Larutan Seri Standar Logam Mangan (Mn) 0,20; 0,40; 0,80; 1,0; 2,0 mg/l dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Logam Mangan (Mn).(SNI 6989.5:2009)

Larutan Standar Mangan 1000 mg/l

Larutan Induk Mangan 100 mg/l

Larutan Baku Mangan 10 mg/l

Dipipet sebanyak 5,0 ml;

Dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Dipipet sebanyak 5,0 ml;

Dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Dipipet sebanyak 1 ml; 2 ml; 4 ml; 5 ml; dan 10 ml;

Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Larutan Seri Standar Mangan 0,2 mg/l; 0,4 mg/l;

0,8 mg/l; 1,0 mg/l; dan 2,0 mg/l

Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan

atom pada λspesifik= 279,5 nm

(31)

3.3.2 Pembuatan Larutan Seri Standar Logam Seng (Zn) 0,20; 0,40; 0,80; 1,0; 2,0 mg/l dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Logam Seng (Zn).(SNI 6989.7:2009)

Larutan Standar Seng 1000 mg/l

Larutan Induk Seng 100 mg/l

Larutan Baku Seng 10 mg/l

Dipipet sebanyak 5,0 ml;

Dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Dipipet sebanyak 5,0 ml;

Dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Dipipet sebanyak 1 ml; 2 ml; 4 ml; 5 ml; dan 10 ml;

Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50,0 ml;

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda;

Diaduk hingga homogen.

Larutan Seri Standar Seng 0,2 mg/l; 0,4 mg/l;

0,8 mg/l; 1,0 mg/l; dan 2,0 mg/l

Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan

atom pada λspesifik= 213,9 nm

(32)

3.3.3 Preparasi dan Pengukuran Kadar Logam Mn dan Zn Pada Sampel Sampel (Limbah Cair Industri)

Dihomogenkan dengan cara pengocokan;

Dipipet 50,0 ml dan masukkan ke dalam erlenmayer 100 atau 250 ml;

Ditambahkan 2,5 ml HNO3 pekat;

Ditutup dengan corong;

Dipanaskan perlahan-lahan sampai sisa volume 15 ml-20 ml;

Disaring ke dalam labu ukur 50,0 ml.

Diencerkan dengan air bebas mineral samapai tepat tanda;

Diaduk hingga homogen;

Ditentukan kadar logam Mn dan Zn pada λspesifik= 279,5 nm untuk Mn

dan λspesifik= 213,9 nm untuk Zn

Filtrat

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan logam mangan (Mn) dan seng (Zn) terhadap sampel

limbah cair industri yang dilaksanakan di UPT. Laboratorium Badan Pengendalian

Lingkungan Sumatera Utara, diperoleh data dibawah ini:

4.1.1 Logam Mangan (Mn)

Tabel 2. Data Absorbansi larutan standar logam mangan (Mn) Konsentrasi (mg/l) Absorbansi

0,0000 0,0001

0,2000 0,0070

0,4000 0,0155

0,8000 0,0336

1,0000 0,0415

(34)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Logam Mangan (Mn)

Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garisnya adalah:

Y=0,0434585X – 0,00122311, dengan r = 0,9997

Dimana:

Y : Absorbansi (A)

(35)

Tabel 3. Data Pengukuran Absorbansi Logam Mangan (Mn) Terhadap Sampel

Sampel Absorbansi Absorbansi Rata-rata

Tabel 4. Data Absorbansi larutan standar logam seng (Zn)

Konsentrasi (mg/l) Absorbansi

(36)

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Logam Seng (Zn)

Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garisnya adalah:

Y=0,0930562X + 0,00213185, dengan r = 0,9997

Dimana:

Y : Absorbansi (A)

(37)

Tabel 5. Data Pengukuran Absorbansi Logam Mangan (Mn) Terhadap Sampel

Sampel Absorbansi Absorbansi Rata-rata

Percobaan dilakukan dengan mengukur kadar logam mangan (Mn) dan seng

(Zn) terhadap limbah cair industri dengan metode spektrofotometri serapan atom

(SSA). Sampel sebelumnya didekstruksi terlebih dahulu dengan menggunakan

HNO3(asam) pekat. Proses deksruksi ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang

benar-benar murni. Tujuan penggunaan HNO3 pekat adalah untuk melarutkan

partikel-partikel yang terdapat dalam sampel serta untuk menghilangkan senyawa

organik yang terdapat dalam sampel sehingga benar-benar diperoleh kandungan

logam yang dianalisa dalam sampel.

Sampel yang telah didekstruksi tersebut kemudian diukur dengan alat SSA.

(38)

lalu disemburkan ke bagian burner dan mengalami deatomisasi. Kemudian cahaya

dari lampu katode dilewatkan, dan atom akan menyerap cahaya tersebut.

Dari analisa sampel 1, 2, 3, dan 4 pada alat AAS diperoleh kadar logam

mangan (Mn) berturut- turut adalah 0,1915; 0,5998; 0,1271; dan 0,9094 mg/l,

sedangkan kadar seng (Zn) 0,4113; 0,2303; 0,0495; dan 0,6086 mg/l. Hasil tersebut

memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair industri menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Kegiatan Industri, karena kadar logam mangan (Mn) masih dibawah

batas maksimum yaitu 2 mg/l, sedangkan kadar logam seng (Zn) masih dibawah

batas maksimum yaitu 5 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel limbah cair

industri dapat dibuang ke sungai, tanpa memberikan efek buruk terhadap kesehatan

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa logam mangan (Mn) dan seng (Zn) pada sampel 1, 2, 3, dan

4 diperoleh kadar logam mangan (Mn) berturut-turut adalah adalah 0,1915; 0,5998;

0,1271; dan 0,9094 mg/l, sedangkan kadar seng (Zn) 0,4113; 0,2303; 0,0495; dan

0,6086 mg/l. Hasil tersebut memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair industri,

karena kadar logam mangan (Mn) masih dibawah batas maksimum yaitu 2 mg/l,

sedangkan kadar logam seng (Zn) masih dibawah batas maksimum yaitu 5 mg/l.

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisa logam mangan (Mn) dan seng (Zn)

dibawah nilai ambang batas (baku mutu) limbah cair menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Kegiatan Industri.

5.2 Saran

Disarankan kepada penulis lain untuk menganalisa kadar logam berat lainnya

terhadap limbah cair industri yang lebih spesifik, misalnya industri pelapisan

logam,dengan menggunakan prosedur SNI (Standar Nasional Indonesia) secara

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.

Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit

Hipokrates. Hal. 56, 57, 74, dan 75.

Hammer, Mark J. and Mark J. Hammer Jr. 2004. Water And Wastewater Technology.

United States Of America: Person Prentice Hall. Hal. 31.

Hendayana, Dr. Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP

Semarang Press. Hal. 8 dan 235 – 238.

Kristanto, Ir. Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 71-89

dan 169-172.

Palar, Drs. Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta. Hal. 9-12.

Ricki, M. 2005. Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu. Hal. 46-51.

Rohman, Abdul M.Si.,Apt dan Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, DEA., Apt. 2007.

(41)

Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: UNIMED Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal. 104.

Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan.Yogyakarta: Gajah Mada University

Press. Hal. 36-38.

Vogel, A. I. 1994. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Edisi

Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Hal. 434.

Walsh, A. 1955. Aplication Of Absorbtion Spectra To Chemical Analysis,

(42)

LAMPIRAN

Baku Mutu Limbah Cair Menurut KEPMENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

NO PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU

Gambar

Table 1. Hubungan antara sumber limbah dan karakteristiknya
Gambar 1: Skematis ringkas Spektrofotometer Serapan Atom
Tabel 2. Data Absorbansi larutan standar logam mangan (Mn)
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Logam Mangan (Mn)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan seng (Zn) dari sampel dengan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kandungan logam Besi dan Seng dalam sampel air sumur yang dianalisis berada di bawah nilai ambang batas standar yang ditetapkan dalam

ANALISIS CEMARAN TIMBAL, KADMIUM DAN SENG DALAM SAWI (Brassica chinensis L.) YANG DITANAM DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

Seng merupakan logam berat yang terdapat pada limbah cair industri karet.. Seng termasuk senyawa anorganik yang mempengaruhi sifat kimia

Telah dilakukan penelitian tentang studi perbandingan kandungan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan zink (Zn) pada air minum dari air sumur bor sebelum dan sesudah diolah di

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar logam (Mg, Mn, Sn, Zn) dalam limbah cair usaha kerajinan perak dan air sumur penduduk sekitarnya dengan berbagai jarak sumur dari

Judul : Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom.. Kategori