• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan (Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan (Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor )"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI

PEMBANGUNAN PETERNAKAN

(Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciarnpea, Kabupaten Bogor)

ERN1 JUHERNI

(2)

Juherni, E. 2000. Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan A p a r a t Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Skripsi. Jumsan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sutisna Riyanto, M S Pembimbing Anggota : Ir. H. Amimddin Saleh, MS

Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik antara peternak dengan aparat pemerintah,di bidang peternakan seperti penyuluh dari Dinas Peternakan dan ~ e ~ d a Cabang Dinas (KCD) peternakan. Komunikasi yang efektif menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan oleh aparat tersebut akan dapat diterima dan dimengerti oleh peternak, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.

Penelitian i~ bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik peternak domba di Desa Tapos 1, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, (2) mengidentifikasi persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalarn komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) menentukan hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mer9ka tentang peranan aparat pemerintah dalam kornunikasi pembangunan peternakan.

Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos 1 dengan karakteristik yang diidentifikasi meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi. Variabel yang dilihat adalah persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan Khi-Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usaha temak domba dikelola oleh laki-laki, yang bemmur muda dan berpendidikan SD, serta pekejaan utamanya adalah sebagai petani dengan pengalaman beternak kurang dari 11 tahun dan tidak pernah berhubungan dengan sumber informasi yang terkait di bidang peternakan.

(3)

Hubungan antara karakteristik dengan persepsi peternak tentang tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan secara umum tidak nyata. Hubungan yang sangat nyata terdapat pada karakteristi umur d e ~ g a n aspek penerima informasi, hubungan yang nyata pada karakteristik pekerjaan pokok dengan aspek pengorganisasian pesan, jumlah tanggungan keluarga dengan aspek penerima informasi, serta intensitas hubungan kesumber informasi pembangunan peternakan dengan aspek saluran komunikasi dan mengidentifikasi efek komunikasi.

(4)

PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI

PEMBANGUNAN PETERNAKAN

(Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Bogor

Oleh Erni Juherni

DO3495010

JCiRUSAN SOSJAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI

PEMBANGUNAN PETERNAKAN

( Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)

Oleh Erni Juherni

DO3495010

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal : 8 Nopember 2000

Pembimking Utama

Ir. Sutisna Riyanto, MS

Ketua lurusan

Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan

(6)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Januari 1977, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak R. Djumena Saputra dan Ibu Onih Sachroni, yang pada saat ini berdomisili di Kp. Pangkalan, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor, Jawa Barat.

Pendidikan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas penulis

selesaikan di Bogor. Penulis lulus dari SDN Kawung Luwuk

I

Bogor pada tahun

1989, kemudian penulis melanjutkan ke

SMPN

8 Bogor dan lulus tahun

1992.

Pada tahun yang sama penulis melanjuikan ke SMU

PGRI

4 Bogor dan lulus pada tahun

1995.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun disadari masih banyak

kekurangan di berbagai segi.

Skripsi ini bukanlah hasil akhir dari sebuah studi, tetapi merupakan langkah

awal untuk memulai studi yang barn. Harapan penulis semoga karya tulis ini

bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang berminat mengembangkan ilmu

komunikasi.

Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan penulis untuk mencapai suatu hasil yang optimal,

serta selalu memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada

penulis.

2. Bapak Ir. H. Amiruddin Saleh, MS selaku pembimbing anggota, terima kasih atas

bimbingan, kritik, dan sarannya selama ini.

3. Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku pembimbing akademik dan selaku

dosen penguji terima kasih atas saran dan masukannya.

4. Bapak Ir. Nana Sugana, MS selaku dosen penilai ujian sidang, terima kasih atas

masukannya.

5. Dr. Ir. Amri Jahi selaku Ketua Program Studi SET dan seluruh staf dilingkungan

(8)

6. Ibu dan bapak, saudara kembarku Gョ。Gセ@ serta adik-adikku (Rudi, Yadi, dan Ade)

terima kasih atas do'a dan dorongannya selama ini.

7. Teh Yanti, rekan-rekan SEIP 32 " Erna, Hena, Aas, Rustam, Reni dan Parid"

makasih atas bantuannya selama ini, serta adik kelasku Heni dan Rihad, makasih

atas sarannya.

8. Wisnu di "AA Computer" makasih atas bantuannya.

9. Bapak Kepala Desa Tapos I dan stafilya, serta para peternak yang berada di Desa

Tapos I,Kecamatan Ciampea terutama mas Nano terima kasih atas informasi yang

diberikan kepada penulis selama penelitian.

Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak, dan semoga pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya untuk

mencapai suatu karya yang sempurna.

Bogor, Nopember 2000

(9)

DAFTARISI

Halaman

RINGKASAN ... .

RIWAYATHIDUP ... .

KATAPENGANTAR ... .

DAFTARISI ... .

DAFTAR TABEL ... .

DAFT AR LAMPIRAN ... .

PENDAHULUAN ... .

Latar Belakang ... .

Perumusan Masalah ... .

Tujuan Penelitian ... .

Kegunaan Penelitian ... .

DEFINISI ISTILAH ... .

TINJAUAN PUSTAKA ... .

Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ... .

Persepsi Peternak Tentang Aparat ... .

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... .

METODE PENELITIAN ... .

Populasi dan Sampel ... .

Desain Penelitian ... .

Data dan Instrumentasi ... .

(10)

Pengumpulan Data. ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... 24

Analisis Data... ... ... ... ... .... ... ... ... ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

Karakteristik Peternak... ... ... ... ... .... ... 27

Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan... 33

Hubungan Karakteristik: Peternak dengan Persepsi Tentang Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan peternakan ... . 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... : ... . 46

Kesimpulan ... . 46

Saran ... .

47

DAFTARPUSTAKA. ... . 48

(11)

DAFTAR TABEL

No halaman

1. Jumlah Sampel Peternak Domba ... ... ... ... ... .... ... .... .... ... ... ... 22

2. Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin. ... ... .... .... ... ... ... 27

3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur... 28

4. Distribusi Peternak Domba Menurut Tingkat Pendidikan ... ... 29

5. Distribusi Peternak Domba Menurut PekeIjaan Pokok ... 30

6. DistribusiPeternak Domba Menurut Pengalaman Peternak.... ... ... ... ... ... .... 31

7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besar Tanggungan Keluarga.. 32

8. Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan Dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan ... 32

9. Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternak ... ... ... ... ... ... ... .... .... ... ... 34

10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan... 37

11. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara PekeIjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pernbangunan Peternakan ... 39

(12)

No halaman

13. Nilai Koefisien X 2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian

Hubungan Antara Besar Tanggungan Keluarga dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi

Pembangunan Peternakan... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tabel Hubungan Karakteristik Peternak Dengan Persepsi Mereka Tentang

Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan .... 51

2. Tabel Hubungan Umur Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat

Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. ... ... ... .... ... .... 52

3. Tabel Hubungan PekeIjaan Pokok Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi

Pembangunan Peternakan... 53

4. Tabel Hubungan Pengalaman Beternak Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi

.",

Pembangunan Peternakan ... :... 54

5. Tabel Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi

Pembangunan Peternakan... 55

6. Tabel Keterkaitan Intensitas Hubungan Ke Sumber Informasi Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan Indonesia.

Guncangan perekonomian yang dialami Indonesia saat ini, semakin menyadarkan

terhadap pentingnya peranan pertanian dalam pembangunan di Indonesia, terutama di

pedesaan. Sub - sektor petemakan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan pertanian, seyogyanya mempertajam arah pembangunan dengan

menekankan pada penguatan kelembagaan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat petemak.· Upaya

in!

termasuk pengembangan kemampuan aparat pemerintah dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintah yang berorientasi pada

kepentingan rakyat umumnya dan kepentingan petemak khususnya.

Pembangunan petemakan tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi,

juga diarahkan pada peningkatan pendapatan petemak, dan perluasan lapangan kerja .

. Berhasilnya program pembangunan petemak tidak hanya tergantung dari pemerintah,

tetapi sebagian besar ditentukan oleh peran aktif petemak dan keluarganya sebagai

pelaku langsung dalam produksi usaha peternakan. Di sini dituntut peranan aparat

pemerintah untuk selalu berusaha mengarahkan peningkatan kemampuan petemak

dalam mengelola usaha temaknya.

Peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan terutama sebagai

komunikator, fasilitator, dan soluter dalam pembangunan. Dalam peranannya sebagai

komunikator, aparat dituntut ォ・ュ。ュセju。ョョケ。@ untuk dapat berperan aktif dalam proses

(15)

menduduki posisi dan peranannya sebagai sumber informasi, saluran komunikasi,

penerima pesan, identifikasi umpan balik/feedback dari masyarakat serta pemahaman

dan pengorganisasian pesan komunikasi yang disampaikan.

Keberhasilan aparat pemerintah dalam melaksanakan peranannya sebagai

komunikator di masyarakat, tidak hanya dinilai dari sudut birokrasi saja tapi yang

lebih penting dinilai dari sudut pandang dan tingkat kepuasan yang dirasakan

masyarakat. Usaha untuk mencapai tujuan pembangunan di dalam pelaksanaannya

memerlukan dukungan serta kerja sarna dari berbagai pihak, termasuk bagaimana

pandangan masyarakat terhadap peranan aparat yang telah banyak melakukan usaha

guna memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama kepada para peternak.

Desa Tapos I merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak,

terutama untuk pengembangan ternak rurninansia kecil seperti domba dan kambing.

Pembangunan peternakan di Desa Tapos I ini tidak hanya dilakukan pada teknik

budidayanya, tetapi juga terhadap peningkatan sumber daya manusianya yaitu

peternak.

Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik

antara peternak dengan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari

Dinas Peternakan, KCD (Kepala Cabang Dinas) peternakan, dan lainnya.

Komunikasi yang efektif akan menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan

oleh aparat tersebut akan dapat diterima dengan baik dan dapat dimengerti oleh

peternak, sehingga mereka akan ikut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.

Dalam hal ini aparat sebagai komunikator dituntut untuk meningkatkan perannya di

(16)

Keterlibatan masyarakat Desa Tapos I dalam pembangunan petemakan sangat

diperlukan untuk menunjang keberhasilan peranan aparat dalam komunikasi

pembangunan petemakan. Keterlibatan masyarakat dalam memberikan pengaruh

terhadap pembangunan dapat tergambar dari persepsi masyarakat terhadap peranan

aparat. Persepsi masyarakat terhadap peranan aparat sangat penting untuk menilai

dan mengevaluasi keberhasilan aparat dalam melaksanakan peranannya. Jika

persepsi terhadap peranan aparat positif, berarti aparat pemerintah telah berhasil

dalam memainkan peranannya, dan menjadi pendor.:mg bagi aparat untuk terus

berperan dengan baik dalam pembangunan. Sebaliknya jika persepsi masyarakat

terhadap peranan aparat negatif, berarti aparat kurang berhasil dalam memainkan

peranannya. Aparat harus mengetahui apa yang perlu dikembangkan di masyarakat

pedesaan dan harus melihat kembali apa yang telah menyebabkan kurang berhasilnya

aparat dalam melaksanakan peranannya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh

mana penilaian masyarakat terhadap peranan aparat pemerintah dalam proses

komunikasi pembangunan. Informasi semacam ini penting dan sangat relevan bagi

upaya pengembangan aparat pemerintah di bidang peternakan di masa yang akan

datang. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan penilaian dan pandangan

peternak terhadap aparat pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan

perannya, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya, khususnya di Desa Tapos I,

(17)

Perumusan Masalah

Persepsi merupakan suatu tanggapan, pengertian dan interpretasi seseorang

terhadap suatu objek yang diinformasikan kepadanya. Persepsi individu terhadap

lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut dalam menentukan

tindakan individu yang bersangkutan.

Persepsi petemak terhadap sesuatu objek akan terkait dengan berbagai faktor,

diantaranya adalah karakteristik personal, kepentingan, kebutuhan keyakinan, dan

motivasi. Faktor-faktor ini juga menyebabkan perbedaan persepsi antar individu

petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan.

Perbedaan persepsi ini dapat memunculkan tindakan yang berbeda dalam menerima

aparat pemerintah dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan petemakan.

Di pihak lain, persepsi tentang aparat pemerintah merupakan persepsi

interpersonal yang berbeda dengan proses persepsi tentang objek (benda). Persepsi

interpersonal tidak hanya ditentukan oleh stimulus fisik seperti gelombang suara dan

cahaya tetapi juga oleh stimulus non fisik seperti melalui lambang-lambang verbal

atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga. Disamping itu, dalam persepsi

interpersonal perseptor tidak sekedar menanggapi sifat-sifat luar suatu objek tetapi

juga mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak pada alat indera. Dalam

proses persepsi interpersonal ini ada keterlibatan emosional diantara orang-Drang

yang menilai yaitu para petemak dan orang--orang yang dinilai yaitu aparat

pemerintah di bidang peternakan. Kedua piha 1, ini mempunyai karakteristik yang

(18)

Perbedaan persepsi di antara masing-masing petemak antara lain berhubungan

dengan perbedaan pada karakteristik mereka. Berbagai hasil penelitian

mengungkapkan hal itu. Hasil penelitian Saleh (1984), antara lain mengungkapkan

adanya beberapa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata

dengan persepsi tentang peranan penyuluh petemakan, terutama karakteristik mata

pencaharian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang berpengaruh kuat terhadap

persepsi warga desa tentang peranan penyuluhan petemakan.

Uraian di atas menggambarkan bahwa persepsi petemak temyata bervariasi,

karena berbagai faktor. Oleh karena itu, mempelajari persepsi tidak hanya cukup

menganalisis bagaimana persepsi mereka, tetapi juga faktor-faktor yang terkait dalam

persepsi tersebut. Beberapa masalah yang ingin dijawab dalam peneitian ini yaitu:

I. Bagaimanakah karakteristik petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat?

2. Bagaimanakah persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah

dalam komunikasi pembangunan petemakan?

3. Apakah ada hubungan antara karakteristik petemak domba dengan persepsi

mereka tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana

persepsi petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan <::iampea, Kabupaten Bogor,

(19)

dan masalaah yang telah diuraikan, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya,

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik petemak domba di Desa Tapos 1, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor.

2. Mengidentifikasi persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah

dalam komunikasi pembangunan petemakan

3. Menentukan hubungan antara karakteristik petemak dengan persepsi mereka

tentang peranan aparat pemerintah da!am komunikasi pembangunan peternakan

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bermaksud menelusuri persepsi petemak tentang peranan aparat

pemerintah dalam pembangunan beserta berbagai faktor yang terkait di dalamnya,

dan penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana

pandangan atau penilaian para petemak terhadap peranan aparat dalam pembangunan

di bidang pertanian umumnya dan pembangunan di bidang petemakan khususnya,

terutama untuk mengetahui seberapa jauh aparat pemerintah berperan dalam

pembangunan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi :

1. Bahan masukan bagi kelembagaan yang terkait dalam pembangunan petemakan

agar lebih mampu menjalankan peranannya di masyarakat dan lebih

memperhatikan aspirasi petemak di pedesaan.

2. Bahan masukanbagi pemberdayaan kualitas sumber daya manUSIa aparat

(20)

dapat lebih mampu menjalankan dan meningkatkan peranannya sebagai

komunikator pembangunan di bidang petemakan.

3. Bahan pengembangan ilmu komunikasi pembangunan, khususnya bagi peneliti

lain dalam bidang ilmu ini agar lebih bcrminat mengadakan penelitian terutama

(21)

DEFINISIISTILAH

Untuk memperoleh pengertian yang konsisten dari istilah peubah yang diukur

dalam penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan operasional sesuai dengan

keperluan. Istilah-istilah yang dimaksud adalah:

I. Karakteristik petemak adalah gambaran tentang sifat-sifat atau cm-cm yang

dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan

lingkungannya. Karakteristik petemak yang diteliti meliputi umur, pendidikan,

"

jenis kelamin, pekerjaan pokok, pengalaman betemak, besar tanggungan

keluarga, dan intensitas hubungan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan

usaha temak domba.

2. Persepsi petemak tentang aparat pemerintah adalah penilaian atau pandangan

petemak terhadap aparat dalam menjalankan peranannya atau tugasnya sebagai

komunikator dan pelayanannya kepada petemak di wilayah kerjanya.

3. Petemak adalah orang atau keluarga yang melakukan pembibitan dan

pemeliharaan temak domba.

4. Aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan adalah

orang-orang atau para pegawai yang bekerja di lembaga pemerintahan yang memberikan

pembinaan, pelayanan, dan yang berperan sebagai komunikator dalam

pembangunan petemakan di pedesaan. Aparat pemerintah ini meliputi; pegawai

dari Dinas Peternakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan, Balai

(22)

petemakan yang memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak di

tingkat desalkelurahan.

5. Komunikasi antara aparat pemerintah dan petemak adalah proses pertukaran

informasi mengenai pembangunan petemakan yang disarnpaikan oleh aparat

pemerintah kepada petemak agar informasi itu dapat dimengerti dan

dimanfaatkan oleh petemak dalam menjalankan usahanya, dan sebaliknya

petemak dapat memberikan umpan balik/tanggapan terhadap informasi yang

(23)

TIN.JAUAN PUSTAKA

Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan

Aparat petemakan adalah orang-orang yang memberikan pembinaan dan

pelayanan kepada para petani petemak (Direktorat Jenderal Petemakan, 1992).

Aparat petemakan di sini mencakup para pegawai pemerintab yang bekerja di Dinas

Petemakan, Kepala Cabang Dinas Petemakan, dan pembina para petemak yaitu

penyuluh petemakan. Soekartawi (1988) mengungkapkan babwa aparat pemerintab

adalab pegawai yang bekerja di Dinas Pertanian, yang bertugas menyampaikan

pesan/informasi di bidang pertanian bekerjasama dengan pihak lain seperti camat,

kepala desa, pamong perairan, maupun koperasi. Dalam hal ini penyampaian

informasi pertanian maupun petemakan melalui sistem komunikasi, khususnya dalam

kegiatan penyuluhan pertanian tanggungjawabnya lebih banyak diserabkan kepada

penyuluh pertanian atau petemakan.

Sela:ljutnya Mardikanto (1993) mengutarakan babwa pembangunan adalah

upaya sadar dan terencana melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada

pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga

masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah didukung oleh

partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Berdasarkan

definisi tersebut maka dalam proses pcmbangunan aparat pertanian khususnya di

bldang petemakan mempunyai peranan untuk melaksanakan perubahan - perubahan

(24)

masyarakat khususnya para -petemak karena peranan dan usaha aparat pemerintah

sangat menentukan keberhasilan pembangunan.

Kunci keberhasilan pembangunan bukan hanya pada kejituan program tetapi

juga pada keterampilan aparat pelaksana di samping perilaku para pelaku

pembangunan tersebut (Soediyanto dalam Marpaung, 1990). Hal ini sejalan dengan

apa yang diungkapkan Direktorat lenderal Petemakan (1992) bahwa untuk mencapai

keberhasilan yang sempurna dalam melaksanakan tugas dan peran sertanya di

masyarakat, maka aparat dalam pembangunan petemakan dituntut untuk memenuhi

sembilan persyaratan yaitu: Integrity / kejujuran, kecerdasan, antusias yang meluap,

daya cipta, imagination, instution / daya rasa, inisiatif, inovatif, dan tidak mudah

putus asa.

Usaha mendifusikan inovasi ke dalam masyarakat desa tidaklah mudah, aparat

harns menggunakan pendekatan yang tepat. Petemak harns terlebih dahulu menerima

aparat dan mengetahui peranan aparat pemerintah di bidang petemakan sebelum

mereka menerima inovasi yang dibawanya, karena kunci keberhasilan pembangunan

terletak pada peranan aparat sebagai komunikator dan keterampilan aparat sebagai

pelaksana pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh

Cangara (1998), bahwa sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, seorang

komunikator seperti penyuluh pertanian memegang peranan yang sangat penting

terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, oleh karena itu seorang

komunikator harus terampil berkomunikasi, kaya akan ide, serta penuh daya

(25)

Proses komunikasi tersebut hams berjalan secara efektif agar pengirim dan

penerima pesan memiliki makna yang sarna. Menumt Berto (1960), komunikasi akan

berjalan efektif apabila ketepatannya (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan

(noise) dapat diperkecil. Oleh karena itu supaya komunikasi berjalan efektif hams

memperhatikan beberapa unsur komunikasi yaitu:

1. Seorang komunikator harns memiliki keterarnpilan berkomunikasi, bersikap

positif terhadap komunikan, dan pesan yang disarnpaikan serta marnpu

menyesuaikan diri dengan sistem so sial budaya.

2. Seorang komunikan harns memiliki kemarnpuan berkomunikasi, bersikap positif

terhadap komunikator dan pesan yang disarnpaikan, memaharni isi pesan yang

disarnpaikan, serta perilaku kebiasaan dalarn menerima dan menafsirkan pesan.

3. Pesan yang disarPpaikan harns memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,

kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan

bahasa dan isi pesan.

4. Media komunikasi harns sesuaJ dengan tujuan yang hendak dicapai, sesual

dengan isi pesan, sesuaJ dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien

dalam memilih media.

Efektivitas komunikasi aparat dalam pembangunan ditentukan oleh adanya

sifat keterbukaan antara aparat pemerintah sebagai komunikator dan peternak sebagai

penerima pesan. Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (1998) bahwa komunikasi

interpersonal dapat dikatakan efektif apabila keterbukaan dalam berkomunikasi dapat

diwujuc':kan. Selain ditentukan oleh adanya sifat keterbukaan , efektivitas komunikasi

(26)

aparat dalam menyarnpaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan petemak. Hal ini

sesuai dengan pendapat Siahaan (dalarn Hirawan, 1998) bahwa di dalarn efektivitas

komunikasi, komunikator harus memperhatikan keterampilan berkomunikasi, yaitu

kemarnpuan komunikator dalarn menulis, berbicara,mendengar, berfikir,

menganalisis, membuat penalaran dan sebagainya. Aparat sebagai komunikator yang

baik harus menggunakan kata - kata yang tepat, sederhana, dan mudah dimengerti.

Proses komunikasi yang terjadi antara aparat pemerintah dengan petemak

akan efektif apabila dalarn berlangsungnya proses komunikasi, keduanya

menggunakan model komunikasi konvergen yaitu antara aparat pemerintah dengan

petemak dapat saling menukar inforrnasi untuk mencapai kesarnaan pengertian satu

sarna lainnya dalarn situasi dirnana mereka berkomunikasi. Untuk mencapai

kesarnaan pengertian tersebat melalui pendekatan yang erat dengan toleransi yang

lebih tinggi (Cangara, 1998).

Selanjutnya Soekartawi (1988) mengutarakan bahwa keberhasilan komunikasi

akan terjadi jika ada partisipasi antara kedua belah pihak, yaitu antara aparat

pemerintah di bidang petemakan dan para petemak. Oleh karena itu aparat hams

pula memperhatikan macarn dan kebutuhan petemak dalarn pembangunan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa aparat

pemerintah dalarn komunikasi pembangunan adalah pegawai pemerintah yang

memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak serta berperan aktif dalam

proses komunikasi pembangunan, di mana kunci keberhasilan pembangunan illi

terletak pada peranan aparat pemerintah sebagai komunikator dan ketcrampilan aparat

(27)

berkomunikasi, kaya akan ide, penuh daya kreativitas, memiliki sifat keterbukaan,

kesamaan pengertian agar komunikasi antara aparat pemerintah dengan petemak

berjalan efektif di dalam pembangunan.

Persepsi Peternak Tentang Aparat

Persepsi adalab pandangan, pengertian, dan interpretasi seseorang tentang

suatu objek yang diinformasikan kepadanya, terutama cara orang tersebut

memandang, mengartikan dan menginterpretasikan informasi itu dengan cara

mempertimbangkan informasi tersebut dengan keadaan dirinya dan lingkungannya

(Reksowardoyo, 1984):

Thoha (1998) berpendapat babwa persepsi merupakan proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang di dalam memabami informasi tentang lingkungannya, baik

melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman yang

mana kunci untuk memabarni persepsi ini adalab terletak pada pengenalan babwa

persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Seperti yang

dikatakan oleh Krech (Thoha, 1998):

(28)

Pendapat Krech (Thoha, 1998) ini dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang

kenyatan yang berbeda dengan kenyataannya.

Selanjutnya Rakhmat (1998) menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman

seseorang tentang objek, peristiwa, atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan inforrnasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada

stimuli inderawi (sensory stimuli). Inforrnasi yang sampai kepada seseorang

menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsl. Hal ini sejalan

dengan ungkapan Sears et. al. (1992) persepsi adalah kesan pertama seseorang setelah

mendapat inforrnasi dari orang lain. Dalam penelitian ini pesan yang disampaikan

oleh aparat dan pelayanan yang diberikan oleh aparat kepada peternak akan

menimbulkan persepsi. Persepsi peternak terhadap aparat akan baik bila peternak

mempunyai kesan yang baik terhadap pesan yang disampaikan oleh aparat dan

pelayanan yang diberikan oleh aparat, sebaliknya persepsi peternak akan kurang baik

bila peternak mempunyai kesan yang kurang baik terhadap pesan yang disampaikan

oleh aparat dan terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah di bidang

peternakan.

Proses berlangsungnya pembentukan persepsi ini menurut Rakhmat (1998) disebut

proses pembentukan kesan (impression formation). Ada tiga hal yang ikut

menentukan peranan dalam proses pembentukan kesan dan menghasilkan suatu

perilaku, yaitu; sterotyping, implicit personality theory, dan atribusi.

Menurut Rakhmat (1998), pcrsepsi seseorang tentang aparat dapat

(29)

objek/benda. Persepsi ini akan berbeda dengan persepsi tentang objek. Ada empat

hal yang membedakanya yaitu:

I. Pada Persepsi interpersonal stimuli (rangsangan) sampai kepada seseorang

melalui lambang -Iambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga

2. persepsi interpersonal kita mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak

pada alat indera dan mencoba memahami motif dan tindakan seseorang.

3. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dan karakteristik orang

yang ditanggapi, serta hubungan kita dengan orang lain.

4. Persepsi terhadap objek tetap, sedangkan persepsi terhadap manusia

berubah-ubah. Jadi persepsi peternak terhadap aparat dalam menjalankan perannya bisa

berubah dan berbeda-beda.

Dari batasan-batasan yang clisebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

persepsi petemak tentang aparat adalah pandangan, penilaian, pengertian, dan

interpretasi peternak terhadap aparat di dalam memberikan informasi mengenai

pembangunan peternakan sehingga peternak dapat menyimpulkan informasi dan

menafsirkan informasi tersebut sesuai dengan kesan yang ditimbulkan oleh aparat

pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan peranannya dan pelayanannya

kepada para petemak.

Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Rahmat (1998) meilyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses

(30)

berasal dari semata-mata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek saraf yang

ditimbulkannya pada sistem saraf individu. 1tu berarti secara struktural persepsi

ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima. Sedangkan faktor

fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang

termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional

ialah karakteristik orang yang memberi respon terhadap rangsangan tersebut.

Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi menurut Saleh (1984) meliputi:

mata pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keikutsertaan kursus, jumlah

anggota keluarga usia kerja, jumlah temak yang dimiliki, umur serta penghasilan.

Adapun faktor':'faktor yang mempengaruhi proses seleksi persepsi menurut

Thoha (1998) adalah faktor perhatian yang berasal dari luar dan dari dalam diri

individu yang bersangkutan. Fakior-faktor dari luar terdiri dari pengaruh lingkungan

luar antara lain: intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan,

hal-hal baru berikut ketidakasingan. Sedangkan faktor yang dari dalam diri individu

yang mempengaruhi proses seleksi antara lain: proses belajar (learning), motivasi,

dan kepribadiaanya.

Lebih jauh lagi Sadli (Marpaung, 1990) mengemukakan bahwa ada empat

karakteristik penting faktor pribadi sosial yang dapat mempengaruhi persepsi

seseorang yaitu :

1. Faktor ciri - ciri dari objek stimulus, yang terdiri atas: nilai, arti emosional,

familiaritas, dan. intensitas.

2. Faktor - faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu sepelii : taraf

(31)

3. F aktor pengaruh kelompok ialah rerspon orang lain dapat membeeri arah kesuatu

tingkah laku konform dimana adanya kohesi dalam kelompok ("mutual

attraction") yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi anggota

yang naif dan dalam suatu keadaan di mana tidak ada tekanan untuk bertingkah

laku konform, maka pengaruh so sial yang hanya informatif saja sifatnya telah

dapat memodifisir persepsi individu.

4. Faktor perbedaan latar belakang berpengaruh dalam persepsi sesorang ialah

funcional salience, familiaritas, dan sistem komunikasi.

Uraian terse but menunjukkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang terdapat pada diri individu itu sendiri dan faktor-faktor luar individu tersebut.

Karakteristik individu adalah ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang

ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap (Zamzam, 1993).

Selanjutnya Sardjonoprijo (Rojak, 1991) mengemukakan bahwa karakter adalah

bentuk organisasi individu dari kehidupan perasaan dan hasratnya yang mempunyai

tiga aspek yaitu : material, formal (hubungan), dan etis.

Ada dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu faktor yang

berasal dari personal dan faktor situasional. Karakteristik personal adalah

faktor yang melekat pada diri individu, dan karakteristik situasional sebagai

faktor-faktor sosial yang timbul dari luar diri individu (Rahmat, 1998) sangat berpengaruh

terhadap perilaku seseorang. Perilaku seseorang tersebut di antaranya persepsi.

Rogers dan Shoemaker (1971) menyebutkan karakteristik pengadopsi inovasi

terdiri atas : (I) karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, status sosial,

(32)

penyuluh, kekosmopolitan dan keterdedahan pada media massa, serta (3)

Kepribadian, di antaranya empati, senang mengambil resiko dan lainnya.

Karakteristik petemak yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: umur,

pendidikan, jenis kelamin, pekeIjaan pokok, pengalaman beternak, dan tanggungan

keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi yang terkait dengan

usaha ternak.

Berkaitan denga.'1 penelitian yang dilakukan, berikut ini disajikan beberapa

hasil penelitian sebelumnya tentang karakteristik peternak dan persepsinya.

Hasil penelitian Zamzam (1993) mengemukakan bahwa terdapat hubungan

yang sangat nyata antara tingkat pendidikan, pengalaman betemak, skala pemilikan

ternak, dan hubungan dengan lembaga lain dengan persepsi peternak tentang peranan

dan fungsi penyuluhan. Akan tetapi umur, pekerjaan pokok, hubungan dengan

individu lain, hubungan peternak dengan media massa dan keikutsertaan peternak

dalam kegiatan kelompok mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi

peternak terhadap peranan dan fungsi penyuluhan. Sementara itu Saleh (1984)

mengemukakan bahwa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata

dan sempurna dengan persepsi mereka tentang peran penyuluh adalah mata

pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan keikutsertaan dalam kursus.

Selanjutnya hasil penelitian Trijoko (1991) mengemukakan bahwa faktor yang

berkorelasi dengan persepSI responden tentang partisipasi mereka dalam

pengembangan program penyuluhan ialah motivasi untuk meningkatkan keman1puan

dan keterampilan, penilaian peternak tentang pen)'uluhan, dan perbedaan jenis

(33)

merupakan faktor yang tidak berkorelasi dengan persepsi petemak tentang partisipasi

(34)

METODE PENELITIAN

PopuJasi dan SampeJ

PopuJasi

Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos I,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berjumlah 94 orang dan menyebar pada

13 kampung.

SampeJ

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara bartahap,

diawali dengan pemilihan enam kampung dari 13 kampung yang ada di Desa TaposI

secara purposive berdasarkan jumlah petemaknya yang paling banyak. Keenam

kampung ini meliputi: Kampung Tapos Udik, Kampung Antai, Kampung Babakan,

Kampung Tenjolaya, Kampung Jagapati, dan Kampung Sinarwangi. Selanjutnya dari

kampung yang terpilih diambil sampel responden secara disproportional simple

random sampling sebanyak enam peternak dari populasi peternak yang ada pada

masing-masing kampung.

Jumlah sampel penelitian berdasarkan kampung - kampung tersebut

(35)

Tabel 1. Jumlah Sampei Penelitian pada enam kampung yang ada di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

No Nama Kampung Jumlah Peternak Sampel (orang) (orang)

I Tapos Udik

12

6

2

Tenjolaya

10

6

3

Babakan 10

6

4 Jagapati

10

6

5 Antai

10

6

6

Sinarwangi

10

6

Jumlah

62

36

Sumber: Data Desa Tapos I,

2000

Desain

Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif

korelasional. Peubah pengaruh adalah karakteristik peternak dan peubah terpengaruh

adalah persepsi peternak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan

peternakan.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini .terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden,

berdasarkan kuesioner, sedangkan data sekunder berupa kondisi umum wilayah

penelitian serta data pendukung lainnya diperoleh dari instansi-instansi terkait dan

beberapa sumber lain.

Peubah-peubah yang diukur pada penelitian ini adalah:

I. Jenis kelamin, diukur berdasarkan skala nominal yang dikategorikan ke dalam

[image:35.607.89.458.80.262.2]
(36)

2. Umur adala..'l usia peternak pada saat penelitian dilakukan yang diukur

berdasarkan skala rasio dengan pembulatan ke tanggal ulang tahun terdekat

dinyatakan dalam satuan tahun.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh

peternak, yang dibedakan menjadi lima kategori yaitu; tidak pernah sekolah,

lulus Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP)

atau sederaj at.

4. Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang mendapat prioritas dalam

mengerjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga

yang dibedakan menjadi delapan kategori yaitu: petani, buruh tani, peternak,

pedagang, pegawai, karyawan, wiraswasta, dan lainnya, yang diukur berdasarkan

skala nominal.

5. Pengalaman beternak adalah lamanya f(isponden melakukan kegiatan beternak

yang diukur berdasarkan skala ordinal dengan satuan tahun, pengkategoriannya

dilakukan dengan mencari nilai tengahnya terlebih dahulu.

6. Besar tanggungan keluarga adalah jurnlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan responden yang diukur dalamjumlah orang.

7. Intensitas hubungan dengan sumber informasi pernbangunan peternakan dalam

penelitian ini adalah derajat keterlibatan peternak untuk melakukan hubungan

atau konsultasi dengan lembaga-lembaga yang terkait pada aktivitas beternak

do mba, seperti; BPP, BPPH, Dinas Peternakan, dan lainnya. Dibedakan menjadi

tiga kategori yaitu; (I) sering, (2) jarang, dail (3) tidak pernah. Yang diukur

(37)

8. Persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi

pembangunan petemakan adalah pendapat, penilaian, pengertian, dan interpretasi

petemak terhadap peranan aparat pemerintah. Persepsi petemak diukur daiam

skala ordinal dengan menggunakan lima aspek yaitu sebagai; (1) sumber

informasi, (2) pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima

informasi, dan (5) mengidentifikasi efek komunikasi. Masing-masing aspek

dikembangkan menjadi beberapa pemyataan. Responden memberi penilaian

terhadap pemyataan terse but. Skala penilaian menggunakan skala Likert, dengan

ketentuan nilai yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2"" tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4=

setuju, dan 5= sangat setuju.

Untuk keperluan pengumpulan data disusun sebuah instrurnen berupa

kuesioner yang berisi pemyataan dan pertanyaan bagi lesponden. Kuesioner terbagi

menjadi dua bagian yaitu: (1) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur

karakteristik petemak, dan (2) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur

persepsi petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan

petemakan.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan pada bulan Juni sampai Juli 2000, melalui wawancara

menggunakan kuesioner. Disamping itujuga dilakukan wawancara secara mendalam

terhadap beberapa informan, dan observasi langsung di lapangan. Data sekunder

(38)

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan

prosedur sebagai berikut:

I. Data mengenai karakteristik peternak yang meliputi: jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, besar tanggungan keluarga,

dan intensitas hubungan dengan sumber )nformasi tentang pembangunan

peternakan serta persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dianalisis

dengan menggunakan statistik deskriptifyaitu distribusi frekuensi dan rata-rata.

2. Hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mereka terhadap

peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari

Dinas Peternakan Kabupaten dan Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan dalam

menjalankan tugas dan peranannya, akan ditentukan oleh tingkat kepuasan yang

dirasakan oleh masyarakat dan tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses

pembangunan peternakan. Keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan

peternakan ditentukan oleh terjalinnya komunikasi yang baik antara peternak dengan

aparat pemerintah.

Aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan peranannya harus mampu

mengembangkan konvergensi komunikasi yang berarti mereka harus mampu

mengakomodir kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta harus mampu

menampung segala pendapat atau aspirasi dari masyarakat. Kecenderungan pola

komunikasi tOp-dOWIl yang selama. ini dipraktekkan sebaiknya diubah, agar

masyarakat dapat ikut serta secara dinamis mengeluarkan aspirasi dalam menyusun

program pembangunan.

Hasil penelitian mengenai pandangan peternak tentang peranan aparat

pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, disajikan dalam tiga bagian

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: (1) Distribusi peternak domba pada sejumlah

karakteristik yang terpilih, (2) Persepsi peternak domba tentang peranan aparat

pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) Hubungan antara

karakteristik peternak dom ba dengan persepsi mereka tentang peranan aparat

(40)

Karakteristik Peternak

Karakteristik petemak domba yang digambarkan pada penelitian ini adalah

Jems kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak,

tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi

pembangunan petemakan.

Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (94%) petemak domba di

Desa Tapos I adalah laki-Iaki, peternak perempuan hanya 5,6 persen, seperti

diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin

J enis Kelamin Jumlah Peternak Persentase

(Orang) (% )

Laki -laki 34 94,4

Perempuan 2 5,6

Jumlah 36 100,0

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa yang banyak berperan dalam

pengelolaan usaha temak domba adalah laki-Iaki, mulai dari mencari rumput,

memberi pakan, dan membersihkan kandang, peran itu sesuai kedudukannya sebagai

kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah. Perempuan

kurang berperan karena mereka harus mengurus pekerjaan domestik di rumah

(41)

Vmur

Umur peternak domba di Desa Tapos I yang dijadikan responden dalam

penelitian bervariasi antara 20-65 tahun dengan rataan 40 tahun. Berdasarkan umur,

responden dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu, responden yang berusia muda

antara 20-40 tahun, dan responden yang berusia tua antara 41-65 tahun. Sebaran

peternak domba menurut kategori umur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur.

Umur Peternak Jumlah Peternak Persentase

(Orang) (% )

Muda 22 61, I

Tua 14 38,9

Jumlah 36 100,0

Tabel 3 mengungkapkan bahwa dari 36 orang total responden yang diamati,

sebanyak 61,1 persen berumur muda, dan sisanya sebanyak 38,9 persen berumur tua.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha ternak domba dilakukan oleh

peternak berusia muda dan seluruh responden yang dilibatkan dalam penelitian ini

masuk dalam kategori usia produktif.

Tingkat Pendidikan

Distribusi peternak domba menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua peternak domba pernah

[image:41.610.98.482.270.366.2]
(42)

tidak pemah sekolah, lulus Sekolah Dasar atau sederajat, dan lulus Sekolah

Menengah Pertama atau sederaj at.

Tabel4. Distribusi Petemak Domba Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan lumlah Petemak Persentase

(Orang) (% )

Tidak Sekolah 2 5.6

SD 33 91,6

SMP 1 2,8

lumlah 36 100,0

Data tingkat pendidikan responden pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir

semua responden di Desa Tapos I yang dilibatkan dalam penelitian ini mempunyai

tingkat pendidikan formal yang relatif rendah, yakni hanya sampai Sekolah Dasar.

Hanya satu orang (2,8%) yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Pekerjaan Pokok

Pekerj aan pokok responden adalah pekerjaan yang mendapat prioritas dalam

mengeJjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan utama keluarga sebagian besar responden

(69,4%) adalah petani atau menjadi buruh tani. Mereka ini umumnya menjadikan

betemak domba, wiraswasta, maupun berdagang sebagai pekerjaan sampingan.

Sedangkan sekitar 30,6 persen respond en sisanya menempatkan usaha ternak domba

sebagai pekerjaan pokok dengan pekerjaan sampingan mereka umumnya sebagai

(43)

memiliki ternak domba lebih dari 10 ekor. Distribusi responden menurut pekerjaan

pokok dapat dilihat pada Tabel S.

Tabel5. Distribusi Peternak Domba Menurut Pekerjaan Pokok.

Macam Pekerjaan Jumlah peternak Persentase

Pokok (Orang) (% )

Pet ani atau buruh tani 25 69,4

Peternak Domba 11 30,6

Jumlah 36 100,0

Data pekerjaan pokok responden pada Tabel 5 mengungkapkan bahwa usaha

ternak domba bersifat substitusi dengan pertanian. Beternak domba banyak menjadi

pekerjaan sampingan bagi responden yang pekerjaan pokoknya di bidang pert ani an.

Demikian pula responden yang pekerjaan pokoknya beternak domba, pekerjaan

sampingannya di bidang pertanian bukan di bidang lainnya. Kondisi ini diperkuat

dengan banyaknya sumber pakan yang tumbuh di sekitar lahan pertanian yang dapat

di manfaatkan sebagai pakan ternak oleh petani.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak adalah lamanya responden melakukan kegiatan usaha

ternak domba. Pengalaman beternak respond en berkisar antara tiga sampai 40 tahun

dengan rataan II tahun. Pengalaman beternak tersebut dikategorikan menjadi dua

kategori yaitu peternak yang mempunyai pengalaman sedikit antara 3-11 tahun, dan

mempunyai pengalaman banyak lebih dari J I tahun. Distribusi peternak menurut

(44)

Tabel 6. Distribusi Peternak Domba Menurut Pengalaman Beternak

Pengalaman Jumlah peternak Persentase

Beternak (Orang) (% )

Sedikit 22 61,1

Banyak 14 38,9

Jumlah 36 100,0

Tabel 6 menunjukkan hanya sedikit responden yang memiliki banyak

pengalaman dalam beternak domba yaitu sekitar 38,9 persen, sebagian besar (61,1%)

responden mempunyai pengalaman yang sedi!dt beternak. Hal ini disebabkan karena

pada umumnya mereka baru memelihara ternak domba sejak adanya bantuan kredit

domba dari pemerintah pada tahun 1995. Responden yang berpengalaman lebih

tinggi, karena mereka sudah mulai beternak sejak remaja, atau mereka yang betemak

domba secara turun temurun dari orang tuanya.

Tanggungan KeJuarga

Besar tanggungan keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang

secara ekonomi ditanggung oleh peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

jumlah tanggungan keluarga responden yang diteliti berkisar antara satu sampai tujuh

orang dengan rata-rata empat orang. Jumlah tanggungan keluarga dikelompokkan ke

dalam tiga kategori yaitu sedikit antara 1- 2 orang, sedang antara 3 - 4 orang dan

banyak yaitu lebih dari empat orang. Sebaran peternak menurut besarnya tanggungan

[image:44.605.89.470.102.196.2]
(45)

Tabel 7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besarnya Tanggungan Keluarga

lumlah Tanggungan lumlah Petemak Persentase

Keluarga (orang) (orang

2

(% )

Sedikit 9 25,0

Sedang 15 41,7

Banyak 12 33,3

lumlah 36 100,0

Tabel 7 menunjukkan bahwa petemak yang mempunyai tanggungan keluarga

sedikit sekitar 25,0 persen, yang termasuk keluarga sedang sekitar 41,7 persen,

sedangkan petemak yang termasuk keluarga banyak yaitu sekitar 33,3 persen.

Petemak yang mempunyai tanggungan keluarga sedikit pada umumnya adalah

petemak berusia tua yang hanya menanggung seorang istri, atau petemak muda yang

baru berkeluarga dan petemak yang tanggungan keluarganya sedang dan banyak

adalah mereka yang menanggung seorang istri dengan anak lebih dari dua orang.

Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan

Intensitas hubungan ke sumber informasi mengenai pembangunan peternakan

dalam penelitian ini adalah derajat keterlibatan petemak dalam berhubungan atau

berkonsultasi dengan lembaga-Iembaga yang terkait dengan pembangunan usaha

temak domba seperti Dinas Petemakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) Petemakan,

Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP). Untuk lebih jelasnya hasil penelitian tentang

distribusi petemak menurut tingkat intensitas hubungan dengan sumber informasi

[image:45.607.47.491.95.211.2] [image:45.607.63.489.96.210.2]
(46)

Tabel 8. Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan

Intensitas Hubungan Jumlah Peternak Persentase

(orang) (%)

Sering 3 8,3

Jarang 10 27,8

Tidak pernah 23 63,9

Jumlah 36 100,0

Tabel 8 menunjullian bahwa peternak yang berada di Desa Tapos I,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagian besar (63,9%) tidak pernah

berhubungan atau berkonsultasi pada lembaga-lembaga yang ada hanya, 27,8 persen

2saja yang berhubungan itupun jarang mereka lakukan. Hanya 8,3 persen peternak

yang menyatakan sering. Hal ini disebabkan karena responden selalu disibukkan

dengan ー・ォ・セ。。ョ@ rutin mereka sebagai petani atau buruh tani serta jarak tempat tinggal mereka yang jauh dengan tempat lembaga-lembaga tersebut berada. Hanya

sewaktu-waktu saja mereka datang ke lembaga-lembaga yang berkaitan dengan usaha

ternak domba. Peternak yang sering berkonsultasi atau berhubungan adalah ketua

kelompok penerima bantuan domba dari pemerintah.

Persepsi Peternak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan

Persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi

pembangunan peternakan dilihat dari lima aspek berikut ini: (1) sumber informasi, (2)

pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima informasi, dan (5)

[image:46.607.83.459.101.218.2]
(47)

peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan dapat dilihat

pada Tabel9.

Tabel9. Persepsi Petemak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan

Aspek peranan aparat pemerintah Sebaran menurut persepsi Total

Dalam Komunikasi pembangunan

(%)

Petemakan Top-down Konvergen

(%)

(%)

1. Sumber informasi 77,8 22,2 100,0

2. Pengorganisasian pesan 55,6 44,4 100,0 3. Saluran komunikasi 47,2 52,8 100,0 4. Penerima informasi 66,7 33,3 100,0 5. Mengidentifikasi efek 66,7 33,3 100,0

Seluruh aspek 62,8 37,2 100,0

Aparat pemerintah sebagai sumber informasi, dituntut dapat menyampaikan

berupa pesan pembangunan petemakan yang diteruskan kepada masyarakat, dan

harus memiliki pemaharnan yang memadai tentang kebutuhan informasi serta

keinginan masyarakat. Dalam hal pengorganisasian pesan, aparat pemerintah

diharapkan dapat mengemas pesan tentang pembangunan petemakan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi masyarakat. Peranan aparat sebagai saluran komunikasi,

menuntut aparat pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembangunan dengan cara-cara yang dapat dipahami oleh masyarakat. Hendaknya

aparat pemerintah aktif mengadakan forum-forum komunikasi seperti

penyuluhan-penyuluhan. Peranan aparat sebagai penerima informasi, harus dapat menerima dan

mendengarkan aspirasi atau keinginc.n masyarakat dalam menyusun program

(48)

pemerintah tentang masalah pembangunan peternakan. Peranan aparat pemerintah

yang lainnya adalah mengidentifikasi efek komunikasi, dalam hal ini aparat

pemerintah harus melibatkan masyarakat dan menerima umpan balik dari masyarakat

dalam menyusun program pembangunan peternakan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak (62,8%) menganggap

bahwa secara keseluruhan aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya lebih

banyak bersifat top-down. Hal 1m berarti aparat pemerintah belum mampu

mengembangkan komunikasi secara konvergen, hanya sebagian kedl (37,2%)

menganggap bahwa aparat pemerintah telah mampu mengembangkan komunikasi

secara konvergen.

Apabila ditinjau iebih lanjut, persepsi peternak mengenai tingkat konvergensi

yang cukup menonjol adalah pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai saluran

komunikasi dan dalam pengorganisasian pesan. Sebanyak 52,8 persen peternak

menganggap bahwa aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya telah mampu

mengembangkan saluran komunikasi yang konvergen, hal ini menjelaskan bahwa

cara-cara aparat pemerintah di dalam menyalurkan informasi telah cukup

mengakomodir kepentingan masyarakat, tidak hanya kepentingan dari atas saja.

Meskipun tidak sebanyak pada aspek saluran komunikasi, cukup banyak

peternak domba (44,4%) yang menganggap aparat sudah dapat mengembangkan

konvergensi dalam aspek pengorganisasian pesan, hal ini menjelaskan bahwa

informasi atau pesan mengenai pembangunal' peternakan yang disampaikan oleh

aparat telah sesuai dengan harapan peternak. Pada tiga aspek peranan aparat

(49)

mengidentifikasi efek komunikasi sebagian besar peternak menganggap bahwa aparat

pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih dominan menggunakan model

komunikasi top-down. Hal ini berarti bahwa ide-ide atau informasi mengenai

pembangunan peternakan selalu datang dari pemerintah, dan peternak sebagai

khalayak sasaran pembangunan masih dipandang sebagai objek pembangunan.

Aparat pemerintah belum sepenuhnya menganggap penting umpan balik dari

peternak yang akan meningkatkan kualitas komunikasi pembangunan peternakan.

Hal tersebut juga disebabkan karena tingkat kemajuan masyarakat Desa Tapos

I masih kurang sehingga model komunikasi yang diterapkan lebih condong ke arah

komunikasi yang top-down.

Hubungan Antara Karakteristik Peternak Domba dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Aparat Pemerintah

dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan

Karakteristik responden yang diukur hubungannya dengan persepsi mereka

terhadap peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan

adalah: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak,

jumlah tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi

pembangunan peternakan. Dari ketujuh karakteristik tersebut, dua karakteristik yaitu

ェZョセ@ kelamin dan tingkat pendidikan tidak dapat diuji hubungannya dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan

peternakan karena sebarannya tidak memenuhi syarat bagi pengujian hubungannya

(50)

Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.

Tabel 10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan

yang nyata antara umur dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah

dalam komunikasi pembangunan peternakan, yang berarti secara keseluruhan tidak

ada perbedaan persepsi antara peternak yang berusia tua dengan yang muda tentang

peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, mereka

menilai bahwa aparat pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih bersifat

top-down.

Tabel 10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.

Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi

2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi

5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek

Keterangan: ** sangat nyata (p< 0,01)

3,014 0,023 0,175 7,071 1,461 1,498 0,083 0,878 0,676 0,008** 0,227 0,221

Menurut masing-masing aspek pada Tabel 10 juga menunjukkan bahwa

umumnya tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan persepsi peternak

tentang aspek-aspek peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan

peternakan, kecuali pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai penerima

[image:50.600.110.460.340.490.2]
(51)

persepsi antara peternak yang berusia muda dengan peternak yang berusia tua tentang

peranan aparat pemerintah sebagai penerima informasi.

Umumnya peternak berusia tua menganggap aparat pemerintah sebagai

penerima informasi dalam aktivitas komunikasi pembangunan lebih bersifat top-down

yaitu. Informasi yang diterima selalu datang dari lembaga-lembaga di atasnya ..

Sementara peternak yang lebih muda lebih banyak yang menganggap bahwa aparat

pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang konvergen sebagai

penerima informasi. Aparat pemerintah sudah dapat menerima informasi dari "atas"

maupun dari "bawah" secara cukup seimbang.

Perbedaan persepsi tersebut di atas terjadi karena peternak yang lebih muda

umumnya lebih dekat hubungannya dengan aparat pemerintah terutama petugas

penyuluhan, sehingga mereka merasa cukup memberikan kontribusi pendapat kepada

aparat pemerintah. Peternak yang tua kurang dekat hubungannya dengan aparat

pemerintah dan kurang mengikuti kegiatan seperti penyuluhan sehingga mereka

merasa kurang dilibatkan dalam menyusun program pembangunan.

HUbungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.

Pekerjaan pokok responden di bagi menjadi dua kategori, yaitu responden

yang mempunyal pekerjaan pokok sebagai petani atau buruh tani dan sebagai

peternak.

Tabel II menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan

yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan persepsi peternak tentang peranan

(52)

oleh hasil pengujian dengan Khi-Khuadrat sebesar 0,536, p=0,464>0,05. Hal ini

berarti responden yang pekerjaan utarnanya petani rnernpunyai persepsi yang relatif

sarna dengan yang pekerjaan utarnanya sebagai peternak tentang peranan aparat

pernerintah dalam kornunikasi pernbangunan peternakan. Mereka rnerasa bahwa

aparat pernerintah di dalam rnenyampaikan pesan rnengenai pembangunan peternakan

dan cara-cara yang digunakan untuk rnenyalurkan pesan belum dapat

rnengembangkan kornunikasi yang konvergen, karena aparat pernerintah belum

cukup rnengakornodir kepentingan mereka.

Tabel II. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Terhadap Peranan Aparat Pemerintah dalarn Komunikasi Pernbangunan Peternakan

ASjlek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi

2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi

5. Mengidentifikasi efek kornunikasi Seluruh aspek

Keterangan: * nyata (p<0,05)

0,234 4,425 0,341 0,262 0,262 0,536 p 0,629 0,035* 0,559 0,609 0,609 0,464

B erdasarkan masmg-masmg aspek peranan aparat pemerintah dalam

.

.

komunikasi pembangunan peternakan, Tabel 11 juga rnengungkapkan bahwa pada

umumnya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan

aspek-aspek peranan aparat pernerintah, kecuali pada aspek-aspek pengorganisasian pesan yang

menunjukkan hubungan yang nyata (p< 0,05) dengan nilai pengujian Khi-Kuadrat

(53)

petani dengan petemak mempunyat persepsl yang berbeda tentang peranan aparat

pemerintab dalam pengorganisasian pesan.

Responden yang pekeIjaan utamanya sebagai petani menganggap bahwa

aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang kOllvergell dalam

menjalankan peranannya pada aspek pengorganisasian pesan. Mereka menilai bahwa

pengorganisasian pesan pembangunan dari pemerintah sering sejalan dengan harapan

masyarakat. Berbeda dengan responden yang pekerjaan pokokoya sebagai petemak

yang cenderung menganggap tOp-dowll, artinya pengorganisasian pesan oleh aparat

pemerintah belum sejalan dengan harapan petemak.

Perbedaan persepsi tersebut teIjadi karena adanya perbedaan pada orientasi

dan tingkat kebutuhan informasi respond en. Aparat pemerintab terutama penyuluh,

pada saat ini umumnya mengembangkan komunikasi yang polivalell tentang

pertanian dalam arti luas. Aspek petemakan hanya merupakan salah satu bagian dari

cakupan informasi yang di tuangkan. Bagi responden yang pekeIjaan pokoknya

sebagai petani, informasi mengenai pembangunan petemakan yang diberikan oleh

aparat pemerintah tersebut sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan petani, tetapi

bagi yang pekeIjaan pokokoya sebagai petemak dirasakan masih kurang dan belum

sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan usaha temak domba

tersebut.

Hubungan Antara Pengalaman Beternak dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman betemak

(54)

· Tabel 12.Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pengalaman Betemak dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan

Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi

2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi

5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek X2 0,835 0,023 0,905 1,461 1,461 0,564 p 0,361 0,878 0,342 0,227 0,227 0,452

Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara

pengalaman beternak dengan persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah

dalam pembangunan, baik secara keseluruhan aspek maupun pada masing-masing

aspek.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Sampei Penelitian pada enam kampung yang ada
Tabel 3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur.
Tabel 6. Distribusi Peternak Domba Menurut Pengalaman Beternak
Tabel 7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besarnya Tanggungan Keluarga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memperoleh informasi model penilaian pendidikan karakter pada mata pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, (2) Menemukan model

saham dan dapat dipecah menjadi maksimal 50 transaksi masing-masing 1 lot. Selain perubahan satuan perdagangan, aturan ini juga mengubah aturan mengenai minimum

Pengujian perkembangan populasi dan preferensi makan kutudaun dilakukan pada tanaman dan daun kacang panjang yang diberi perlakuan kitosan.. Tanaman kontrol tidak diberi

nyeri ischialgia oleh karena hernia nucleus pulposus di RS St elisabeth semarang. Metode : Dalam penelitian ini menggunakan metode

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dipandang cukup penting untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Karakter Mandiri dan Kerja Keras dalam

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan terjadi kesenjangan peran polri, antara rumusan materi yang terdapat dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Sehubungan dengan adanya aktivitas antibakteri dari beberapa ekstrak metanol invertebrata laut tersebut, maka dilakukan pengujian lanjutan terhadap bakteri

Pelaksanaan kebijakan pajak ekspor menyebabkan kurva penawaran di pasar dunia bergeser dari ES ke ES t , yang diakibatkan oleh menurunnya jumlah ekspor negara A ke pasar dunia yaitu