PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN PETERNAKAN
(Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciarnpea, Kabupaten Bogor)
ERN1 JUHERNI
Juherni, E. 2000. Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan A p a r a t Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Skripsi. Jumsan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sutisna Riyanto, M S Pembimbing Anggota : Ir. H. Amimddin Saleh, MS
Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik antara peternak dengan aparat pemerintah,di bidang peternakan seperti penyuluh dari Dinas Peternakan dan ~ e ~ d a Cabang Dinas (KCD) peternakan. Komunikasi yang efektif menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan oleh aparat tersebut akan dapat diterima dan dimengerti oleh peternak, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Penelitian i~ bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik peternak domba di Desa Tapos 1, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, (2) mengidentifikasi persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalarn komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) menentukan hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mer9ka tentang peranan aparat pemerintah dalam kornunikasi pembangunan peternakan.
Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos 1 dengan karakteristik yang diidentifikasi meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi. Variabel yang dilihat adalah persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan Khi-Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usaha temak domba dikelola oleh laki-laki, yang bemmur muda dan berpendidikan SD, serta pekejaan utamanya adalah sebagai petani dengan pengalaman beternak kurang dari 11 tahun dan tidak pernah berhubungan dengan sumber informasi yang terkait di bidang peternakan.
Hubungan antara karakteristik dengan persepsi peternak tentang tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan secara umum tidak nyata. Hubungan yang sangat nyata terdapat pada karakteristi umur d e ~ g a n aspek penerima informasi, hubungan yang nyata pada karakteristik pekerjaan pokok dengan aspek pengorganisasian pesan, jumlah tanggungan keluarga dengan aspek penerima informasi, serta intensitas hubungan kesumber informasi pembangunan peternakan dengan aspek saluran komunikasi dan mengidentifikasi efek komunikasi.
PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN PETERNAKAN
(Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Bogor
Oleh Erni Juherni
DO3495010
JCiRUSAN SOSJAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI
PEMBANGUNAN PETERNAKAN
( Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
Oleh Erni Juherni
DO3495010
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal : 8 Nopember 2000
Pembimking Utama
Ir. Sutisna Riyanto, MS
Ketua lurusan
Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Januari 1977, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak R. Djumena Saputra dan Ibu Onih Sachroni, yang pada saat ini berdomisili di Kp. Pangkalan, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara,
Kota Bogor, Jawa Barat.
Pendidikan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas penulis
selesaikan di Bogor. Penulis lulus dari SDN Kawung Luwuk
I
Bogor pada tahun1989, kemudian penulis melanjutkan ke
SMPN
8 Bogor dan lulus tahun1992.
Pada tahun yang sama penulis melanjuikan ke SMUPGRI
4 Bogor dan lulus pada tahun1995.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun disadari masih banyak
kekurangan di berbagai segi.
Skripsi ini bukanlah hasil akhir dari sebuah studi, tetapi merupakan langkah
awal untuk memulai studi yang barn. Harapan penulis semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang berminat mengembangkan ilmu
komunikasi.
Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan penulis untuk mencapai suatu hasil yang optimal,
serta selalu memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada
penulis.
2. Bapak Ir. H. Amiruddin Saleh, MS selaku pembimbing anggota, terima kasih atas
bimbingan, kritik, dan sarannya selama ini.
3. Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku pembimbing akademik dan selaku
dosen penguji terima kasih atas saran dan masukannya.
4. Bapak Ir. Nana Sugana, MS selaku dosen penilai ujian sidang, terima kasih atas
masukannya.
5. Dr. Ir. Amri Jahi selaku Ketua Program Studi SET dan seluruh staf dilingkungan
6. Ibu dan bapak, saudara kembarku Gョ。Gセ@ serta adik-adikku (Rudi, Yadi, dan Ade)
terima kasih atas do'a dan dorongannya selama ini.
7. Teh Yanti, rekan-rekan SEIP 32 " Erna, Hena, Aas, Rustam, Reni dan Parid"
makasih atas bantuannya selama ini, serta adik kelasku Heni dan Rihad, makasih
atas sarannya.
8. Wisnu di "AA Computer" makasih atas bantuannya.
9. Bapak Kepala Desa Tapos I dan stafilya, serta para peternak yang berada di Desa
Tapos I,Kecamatan Ciampea terutama mas Nano terima kasih atas informasi yang
diberikan kepada penulis selama penelitian.
Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, dan semoga pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya untuk
mencapai suatu karya yang sempurna.
Bogor, Nopember 2000
DAFTARISI
Halaman
RINGKASAN ... .
RIWAYATHIDUP ... .
KATAPENGANTAR ... .
DAFTARISI ... .
DAFTAR TABEL ... .
DAFT AR LAMPIRAN ... .
PENDAHULUAN ... .
Latar Belakang ... .
Perumusan Masalah ... .
Tujuan Penelitian ... .
Kegunaan Penelitian ... .
DEFINISI ISTILAH ... .
TINJAUAN PUSTAKA ... .
Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ... .
Persepsi Peternak Tentang Aparat ... .
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... .
METODE PENELITIAN ... .
Populasi dan Sampel ... .
Desain Penelitian ... .
Data dan Instrumentasi ... .
Pengumpulan Data. ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... 24
Analisis Data... ... ... ... ... .... ... ... ... ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
Karakteristik Peternak... ... ... ... ... .... ... 27
Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan... 33
Hubungan Karakteristik: Peternak dengan Persepsi Tentang Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan peternakan ... . 36
KESIMPULAN DAN SARAN ... : ... . 46
Kesimpulan ... . 46
Saran ... .
47
DAFTARPUSTAKA. ... . 48
DAFTAR TABEL
No halaman
1. Jumlah Sampel Peternak Domba ... ... ... ... ... .... ... .... .... ... ... ... 22
2. Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin. ... ... .... .... ... ... ... 27
3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur... 28
4. Distribusi Peternak Domba Menurut Tingkat Pendidikan ... ... 29
5. Distribusi Peternak Domba Menurut PekeIjaan Pokok ... 30
6. DistribusiPeternak Domba Menurut Pengalaman Peternak.... ... ... ... ... ... .... 31
7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besar Tanggungan Keluarga.. 32
8. Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan Dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan ... 32
9. Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternak ... ... ... ... ... ... ... .... .... ... ... 34
10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan... 37
11. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara PekeIjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pernbangunan Peternakan ... 39
No halaman
13. Nilai Koefisien X 2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian
Hubungan Antara Besar Tanggungan Keluarga dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi
Pembangunan Peternakan... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Tabel Hubungan Karakteristik Peternak Dengan Persepsi Mereka Tentang
Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan .... 51
2. Tabel Hubungan Umur Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat
Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. ... ... ... .... ... .... 52
3. Tabel Hubungan PekeIjaan Pokok Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi
Pembangunan Peternakan... 53
4. Tabel Hubungan Pengalaman Beternak Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi
.",
Pembangunan Peternakan ... :... 54
5. Tabel Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi
Pembangunan Peternakan... 55
6. Tabel Keterkaitan Intensitas Hubungan Ke Sumber Informasi Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan Indonesia.
Guncangan perekonomian yang dialami Indonesia saat ini, semakin menyadarkan
terhadap pentingnya peranan pertanian dalam pembangunan di Indonesia, terutama di
pedesaan. Sub - sektor petemakan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan pertanian, seyogyanya mempertajam arah pembangunan dengan
menekankan pada penguatan kelembagaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat petemak.· Upaya
in!
termasuk pengembangan kemampuan aparat pemerintah dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintah yang berorientasi padakepentingan rakyat umumnya dan kepentingan petemak khususnya.
Pembangunan petemakan tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi,
juga diarahkan pada peningkatan pendapatan petemak, dan perluasan lapangan kerja .
. Berhasilnya program pembangunan petemak tidak hanya tergantung dari pemerintah,
tetapi sebagian besar ditentukan oleh peran aktif petemak dan keluarganya sebagai
pelaku langsung dalam produksi usaha peternakan. Di sini dituntut peranan aparat
pemerintah untuk selalu berusaha mengarahkan peningkatan kemampuan petemak
dalam mengelola usaha temaknya.
Peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan terutama sebagai
komunikator, fasilitator, dan soluter dalam pembangunan. Dalam peranannya sebagai
komunikator, aparat dituntut ォ・ュ。ュセju。ョョケ。@ untuk dapat berperan aktif dalam proses
menduduki posisi dan peranannya sebagai sumber informasi, saluran komunikasi,
penerima pesan, identifikasi umpan balik/feedback dari masyarakat serta pemahaman
dan pengorganisasian pesan komunikasi yang disampaikan.
Keberhasilan aparat pemerintah dalam melaksanakan peranannya sebagai
komunikator di masyarakat, tidak hanya dinilai dari sudut birokrasi saja tapi yang
lebih penting dinilai dari sudut pandang dan tingkat kepuasan yang dirasakan
masyarakat. Usaha untuk mencapai tujuan pembangunan di dalam pelaksanaannya
memerlukan dukungan serta kerja sarna dari berbagai pihak, termasuk bagaimana
pandangan masyarakat terhadap peranan aparat yang telah banyak melakukan usaha
guna memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama kepada para peternak.
Desa Tapos I merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak,
terutama untuk pengembangan ternak rurninansia kecil seperti domba dan kambing.
Pembangunan peternakan di Desa Tapos I ini tidak hanya dilakukan pada teknik
budidayanya, tetapi juga terhadap peningkatan sumber daya manusianya yaitu
peternak.
Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik
antara peternak dengan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari
Dinas Peternakan, KCD (Kepala Cabang Dinas) peternakan, dan lainnya.
Komunikasi yang efektif akan menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan
oleh aparat tersebut akan dapat diterima dengan baik dan dapat dimengerti oleh
peternak, sehingga mereka akan ikut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Dalam hal ini aparat sebagai komunikator dituntut untuk meningkatkan perannya di
Keterlibatan masyarakat Desa Tapos I dalam pembangunan petemakan sangat
diperlukan untuk menunjang keberhasilan peranan aparat dalam komunikasi
pembangunan petemakan. Keterlibatan masyarakat dalam memberikan pengaruh
terhadap pembangunan dapat tergambar dari persepsi masyarakat terhadap peranan
aparat. Persepsi masyarakat terhadap peranan aparat sangat penting untuk menilai
dan mengevaluasi keberhasilan aparat dalam melaksanakan peranannya. Jika
persepsi terhadap peranan aparat positif, berarti aparat pemerintah telah berhasil
dalam memainkan peranannya, dan menjadi pendor.:mg bagi aparat untuk terus
berperan dengan baik dalam pembangunan. Sebaliknya jika persepsi masyarakat
terhadap peranan aparat negatif, berarti aparat kurang berhasil dalam memainkan
peranannya. Aparat harus mengetahui apa yang perlu dikembangkan di masyarakat
pedesaan dan harus melihat kembali apa yang telah menyebabkan kurang berhasilnya
aparat dalam melaksanakan peranannya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh
mana penilaian masyarakat terhadap peranan aparat pemerintah dalam proses
komunikasi pembangunan. Informasi semacam ini penting dan sangat relevan bagi
upaya pengembangan aparat pemerintah di bidang peternakan di masa yang akan
datang. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan penilaian dan pandangan
peternak terhadap aparat pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan
perannya, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya, khususnya di Desa Tapos I,
Perumusan Masalah
Persepsi merupakan suatu tanggapan, pengertian dan interpretasi seseorang
terhadap suatu objek yang diinformasikan kepadanya. Persepsi individu terhadap
lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut dalam menentukan
tindakan individu yang bersangkutan.
Persepsi petemak terhadap sesuatu objek akan terkait dengan berbagai faktor,
diantaranya adalah karakteristik personal, kepentingan, kebutuhan keyakinan, dan
motivasi. Faktor-faktor ini juga menyebabkan perbedaan persepsi antar individu
petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan.
Perbedaan persepsi ini dapat memunculkan tindakan yang berbeda dalam menerima
aparat pemerintah dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan petemakan.
Di pihak lain, persepsi tentang aparat pemerintah merupakan persepsi
interpersonal yang berbeda dengan proses persepsi tentang objek (benda). Persepsi
interpersonal tidak hanya ditentukan oleh stimulus fisik seperti gelombang suara dan
cahaya tetapi juga oleh stimulus non fisik seperti melalui lambang-lambang verbal
atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga. Disamping itu, dalam persepsi
interpersonal perseptor tidak sekedar menanggapi sifat-sifat luar suatu objek tetapi
juga mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak pada alat indera. Dalam
proses persepsi interpersonal ini ada keterlibatan emosional diantara orang-Drang
yang menilai yaitu para petemak dan orang--orang yang dinilai yaitu aparat
pemerintah di bidang peternakan. Kedua piha 1, ini mempunyai karakteristik yang
Perbedaan persepsi di antara masing-masing petemak antara lain berhubungan
dengan perbedaan pada karakteristik mereka. Berbagai hasil penelitian
mengungkapkan hal itu. Hasil penelitian Saleh (1984), antara lain mengungkapkan
adanya beberapa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata
dengan persepsi tentang peranan penyuluh petemakan, terutama karakteristik mata
pencaharian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang berpengaruh kuat terhadap
persepsi warga desa tentang peranan penyuluhan petemakan.
Uraian di atas menggambarkan bahwa persepsi petemak temyata bervariasi,
karena berbagai faktor. Oleh karena itu, mempelajari persepsi tidak hanya cukup
menganalisis bagaimana persepsi mereka, tetapi juga faktor-faktor yang terkait dalam
persepsi tersebut. Beberapa masalah yang ingin dijawab dalam peneitian ini yaitu:
I. Bagaimanakah karakteristik petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat?
2. Bagaimanakah persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah
dalam komunikasi pembangunan petemakan?
3. Apakah ada hubungan antara karakteristik petemak domba dengan persepsi
mereka tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana
persepsi petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan <::iampea, Kabupaten Bogor,
dan masalaah yang telah diuraikan, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik petemak domba di Desa Tapos 1, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor.
2. Mengidentifikasi persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah
dalam komunikasi pembangunan petemakan
3. Menentukan hubungan antara karakteristik petemak dengan persepsi mereka
tentang peranan aparat pemerintah da!am komunikasi pembangunan peternakan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bermaksud menelusuri persepsi petemak tentang peranan aparat
pemerintah dalam pembangunan beserta berbagai faktor yang terkait di dalamnya,
dan penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana
pandangan atau penilaian para petemak terhadap peranan aparat dalam pembangunan
di bidang pertanian umumnya dan pembangunan di bidang petemakan khususnya,
terutama untuk mengetahui seberapa jauh aparat pemerintah berperan dalam
pembangunan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi :
1. Bahan masukan bagi kelembagaan yang terkait dalam pembangunan petemakan
agar lebih mampu menjalankan peranannya di masyarakat dan lebih
memperhatikan aspirasi petemak di pedesaan.
2. Bahan masukanbagi pemberdayaan kualitas sumber daya manUSIa aparat
dapat lebih mampu menjalankan dan meningkatkan peranannya sebagai
komunikator pembangunan di bidang petemakan.
3. Bahan pengembangan ilmu komunikasi pembangunan, khususnya bagi peneliti
lain dalam bidang ilmu ini agar lebih bcrminat mengadakan penelitian terutama
DEFINISIISTILAH
Untuk memperoleh pengertian yang konsisten dari istilah peubah yang diukur
dalam penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan operasional sesuai dengan
keperluan. Istilah-istilah yang dimaksud adalah:
I. Karakteristik petemak adalah gambaran tentang sifat-sifat atau cm-cm yang
dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
lingkungannya. Karakteristik petemak yang diteliti meliputi umur, pendidikan,
"
jenis kelamin, pekerjaan pokok, pengalaman betemak, besar tanggungan
keluarga, dan intensitas hubungan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan
usaha temak domba.
2. Persepsi petemak tentang aparat pemerintah adalah penilaian atau pandangan
petemak terhadap aparat dalam menjalankan peranannya atau tugasnya sebagai
komunikator dan pelayanannya kepada petemak di wilayah kerjanya.
3. Petemak adalah orang atau keluarga yang melakukan pembibitan dan
pemeliharaan temak domba.
4. Aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan adalah
orang-orang atau para pegawai yang bekerja di lembaga pemerintahan yang memberikan
pembinaan, pelayanan, dan yang berperan sebagai komunikator dalam
pembangunan petemakan di pedesaan. Aparat pemerintah ini meliputi; pegawai
dari Dinas Peternakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan, Balai
petemakan yang memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak di
tingkat desalkelurahan.
5. Komunikasi antara aparat pemerintah dan petemak adalah proses pertukaran
informasi mengenai pembangunan petemakan yang disarnpaikan oleh aparat
pemerintah kepada petemak agar informasi itu dapat dimengerti dan
dimanfaatkan oleh petemak dalam menjalankan usahanya, dan sebaliknya
petemak dapat memberikan umpan balik/tanggapan terhadap informasi yang
TIN.JAUAN PUSTAKA
Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan
Aparat petemakan adalah orang-orang yang memberikan pembinaan dan
pelayanan kepada para petani petemak (Direktorat Jenderal Petemakan, 1992).
Aparat petemakan di sini mencakup para pegawai pemerintab yang bekerja di Dinas
Petemakan, Kepala Cabang Dinas Petemakan, dan pembina para petemak yaitu
penyuluh petemakan. Soekartawi (1988) mengungkapkan babwa aparat pemerintab
adalab pegawai yang bekerja di Dinas Pertanian, yang bertugas menyampaikan
pesan/informasi di bidang pertanian bekerjasama dengan pihak lain seperti camat,
kepala desa, pamong perairan, maupun koperasi. Dalam hal ini penyampaian
informasi pertanian maupun petemakan melalui sistem komunikasi, khususnya dalam
kegiatan penyuluhan pertanian tanggungjawabnya lebih banyak diserabkan kepada
penyuluh pertanian atau petemakan.
Sela:ljutnya Mardikanto (1993) mengutarakan babwa pembangunan adalah
upaya sadar dan terencana melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga
masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah didukung oleh
partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Berdasarkan
definisi tersebut maka dalam proses pcmbangunan aparat pertanian khususnya di
bldang petemakan mempunyai peranan untuk melaksanakan perubahan - perubahan
masyarakat khususnya para -petemak karena peranan dan usaha aparat pemerintah
sangat menentukan keberhasilan pembangunan.
Kunci keberhasilan pembangunan bukan hanya pada kejituan program tetapi
juga pada keterampilan aparat pelaksana di samping perilaku para pelaku
pembangunan tersebut (Soediyanto dalam Marpaung, 1990). Hal ini sejalan dengan
apa yang diungkapkan Direktorat lenderal Petemakan (1992) bahwa untuk mencapai
keberhasilan yang sempurna dalam melaksanakan tugas dan peran sertanya di
masyarakat, maka aparat dalam pembangunan petemakan dituntut untuk memenuhi
sembilan persyaratan yaitu: Integrity / kejujuran, kecerdasan, antusias yang meluap,
daya cipta, imagination, instution / daya rasa, inisiatif, inovatif, dan tidak mudah
putus asa.
Usaha mendifusikan inovasi ke dalam masyarakat desa tidaklah mudah, aparat
harns menggunakan pendekatan yang tepat. Petemak harns terlebih dahulu menerima
aparat dan mengetahui peranan aparat pemerintah di bidang petemakan sebelum
mereka menerima inovasi yang dibawanya, karena kunci keberhasilan pembangunan
terletak pada peranan aparat sebagai komunikator dan keterampilan aparat sebagai
pelaksana pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Cangara (1998), bahwa sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, seorang
komunikator seperti penyuluh pertanian memegang peranan yang sangat penting
terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, oleh karena itu seorang
komunikator harus terampil berkomunikasi, kaya akan ide, serta penuh daya
Proses komunikasi tersebut hams berjalan secara efektif agar pengirim dan
penerima pesan memiliki makna yang sarna. Menumt Berto (1960), komunikasi akan
berjalan efektif apabila ketepatannya (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan
(noise) dapat diperkecil. Oleh karena itu supaya komunikasi berjalan efektif hams
memperhatikan beberapa unsur komunikasi yaitu:
1. Seorang komunikator harns memiliki keterarnpilan berkomunikasi, bersikap
positif terhadap komunikan, dan pesan yang disarnpaikan serta marnpu
menyesuaikan diri dengan sistem so sial budaya.
2. Seorang komunikan harns memiliki kemarnpuan berkomunikasi, bersikap positif
terhadap komunikator dan pesan yang disarnpaikan, memaharni isi pesan yang
disarnpaikan, serta perilaku kebiasaan dalarn menerima dan menafsirkan pesan.
3. Pesan yang disarPpaikan harns memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,
kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan
bahasa dan isi pesan.
4. Media komunikasi harns sesuaJ dengan tujuan yang hendak dicapai, sesual
dengan isi pesan, sesuaJ dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien
dalam memilih media.
Efektivitas komunikasi aparat dalam pembangunan ditentukan oleh adanya
sifat keterbukaan antara aparat pemerintah sebagai komunikator dan peternak sebagai
penerima pesan. Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (1998) bahwa komunikasi
interpersonal dapat dikatakan efektif apabila keterbukaan dalam berkomunikasi dapat
diwujuc':kan. Selain ditentukan oleh adanya sifat keterbukaan , efektivitas komunikasi
aparat dalam menyarnpaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan petemak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Siahaan (dalarn Hirawan, 1998) bahwa di dalarn efektivitas
komunikasi, komunikator harus memperhatikan keterampilan berkomunikasi, yaitu
kemarnpuan komunikator dalarn menulis, berbicara,mendengar, berfikir,
menganalisis, membuat penalaran dan sebagainya. Aparat sebagai komunikator yang
baik harus menggunakan kata - kata yang tepat, sederhana, dan mudah dimengerti.
Proses komunikasi yang terjadi antara aparat pemerintah dengan petemak
akan efektif apabila dalarn berlangsungnya proses komunikasi, keduanya
menggunakan model komunikasi konvergen yaitu antara aparat pemerintah dengan
petemak dapat saling menukar inforrnasi untuk mencapai kesarnaan pengertian satu
sarna lainnya dalarn situasi dirnana mereka berkomunikasi. Untuk mencapai
kesarnaan pengertian tersebat melalui pendekatan yang erat dengan toleransi yang
lebih tinggi (Cangara, 1998).
Selanjutnya Soekartawi (1988) mengutarakan bahwa keberhasilan komunikasi
akan terjadi jika ada partisipasi antara kedua belah pihak, yaitu antara aparat
pemerintah di bidang petemakan dan para petemak. Oleh karena itu aparat hams
pula memperhatikan macarn dan kebutuhan petemak dalarn pembangunan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa aparat
pemerintah dalarn komunikasi pembangunan adalah pegawai pemerintah yang
memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak serta berperan aktif dalam
proses komunikasi pembangunan, di mana kunci keberhasilan pembangunan illi
terletak pada peranan aparat pemerintah sebagai komunikator dan ketcrampilan aparat
berkomunikasi, kaya akan ide, penuh daya kreativitas, memiliki sifat keterbukaan,
kesamaan pengertian agar komunikasi antara aparat pemerintah dengan petemak
berjalan efektif di dalam pembangunan.
Persepsi Peternak Tentang Aparat
Persepsi adalab pandangan, pengertian, dan interpretasi seseorang tentang
suatu objek yang diinformasikan kepadanya, terutama cara orang tersebut
memandang, mengartikan dan menginterpretasikan informasi itu dengan cara
mempertimbangkan informasi tersebut dengan keadaan dirinya dan lingkungannya
(Reksowardoyo, 1984):
Thoha (1998) berpendapat babwa persepsi merupakan proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memabami informasi tentang lingkungannya, baik
melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman yang
mana kunci untuk memabarni persepsi ini adalab terletak pada pengenalan babwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Seperti yang
dikatakan oleh Krech (Thoha, 1998):
Pendapat Krech (Thoha, 1998) ini dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang
kenyatan yang berbeda dengan kenyataannya.
Selanjutnya Rakhmat (1998) menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman
seseorang tentang objek, peristiwa, atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan inforrnasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada
stimuli inderawi (sensory stimuli). Inforrnasi yang sampai kepada seseorang
menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsl. Hal ini sejalan
dengan ungkapan Sears et. al. (1992) persepsi adalah kesan pertama seseorang setelah
mendapat inforrnasi dari orang lain. Dalam penelitian ini pesan yang disampaikan
oleh aparat dan pelayanan yang diberikan oleh aparat kepada peternak akan
menimbulkan persepsi. Persepsi peternak terhadap aparat akan baik bila peternak
mempunyai kesan yang baik terhadap pesan yang disampaikan oleh aparat dan
pelayanan yang diberikan oleh aparat, sebaliknya persepsi peternak akan kurang baik
bila peternak mempunyai kesan yang kurang baik terhadap pesan yang disampaikan
oleh aparat dan terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah di bidang
peternakan.
Proses berlangsungnya pembentukan persepsi ini menurut Rakhmat (1998) disebut
proses pembentukan kesan (impression formation). Ada tiga hal yang ikut
menentukan peranan dalam proses pembentukan kesan dan menghasilkan suatu
perilaku, yaitu; sterotyping, implicit personality theory, dan atribusi.
Menurut Rakhmat (1998), pcrsepsi seseorang tentang aparat dapat
objek/benda. Persepsi ini akan berbeda dengan persepsi tentang objek. Ada empat
hal yang membedakanya yaitu:
I. Pada Persepsi interpersonal stimuli (rangsangan) sampai kepada seseorang
melalui lambang -Iambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga
2. persepsi interpersonal kita mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak
pada alat indera dan mencoba memahami motif dan tindakan seseorang.
3. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dan karakteristik orang
yang ditanggapi, serta hubungan kita dengan orang lain.
4. Persepsi terhadap objek tetap, sedangkan persepsi terhadap manusia
berubah-ubah. Jadi persepsi peternak terhadap aparat dalam menjalankan perannya bisa
berubah dan berbeda-beda.
Dari batasan-batasan yang clisebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
persepsi petemak tentang aparat adalah pandangan, penilaian, pengertian, dan
interpretasi peternak terhadap aparat di dalam memberikan informasi mengenai
pembangunan peternakan sehingga peternak dapat menyimpulkan informasi dan
menafsirkan informasi tersebut sesuai dengan kesan yang ditimbulkan oleh aparat
pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan peranannya dan pelayanannya
kepada para petemak.
Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Rahmat (1998) meilyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses
berasal dari semata-mata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu. 1tu berarti secara struktural persepsi
ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima. Sedangkan faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang
termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional
ialah karakteristik orang yang memberi respon terhadap rangsangan tersebut.
Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi menurut Saleh (1984) meliputi:
mata pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keikutsertaan kursus, jumlah
anggota keluarga usia kerja, jumlah temak yang dimiliki, umur serta penghasilan.
Adapun faktor':'faktor yang mempengaruhi proses seleksi persepsi menurut
Thoha (1998) adalah faktor perhatian yang berasal dari luar dan dari dalam diri
individu yang bersangkutan. Fakior-faktor dari luar terdiri dari pengaruh lingkungan
luar antara lain: intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan,
hal-hal baru berikut ketidakasingan. Sedangkan faktor yang dari dalam diri individu
yang mempengaruhi proses seleksi antara lain: proses belajar (learning), motivasi,
dan kepribadiaanya.
Lebih jauh lagi Sadli (Marpaung, 1990) mengemukakan bahwa ada empat
karakteristik penting faktor pribadi sosial yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang yaitu :
1. Faktor ciri - ciri dari objek stimulus, yang terdiri atas: nilai, arti emosional,
familiaritas, dan. intensitas.
2. Faktor - faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu sepelii : taraf
3. F aktor pengaruh kelompok ialah rerspon orang lain dapat membeeri arah kesuatu
tingkah laku konform dimana adanya kohesi dalam kelompok ("mutual
attraction") yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi anggota
yang naif dan dalam suatu keadaan di mana tidak ada tekanan untuk bertingkah
laku konform, maka pengaruh so sial yang hanya informatif saja sifatnya telah
dapat memodifisir persepsi individu.
4. Faktor perbedaan latar belakang berpengaruh dalam persepsi sesorang ialah
funcional salience, familiaritas, dan sistem komunikasi.
Uraian terse but menunjukkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terdapat pada diri individu itu sendiri dan faktor-faktor luar individu tersebut.
Karakteristik individu adalah ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang
ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap (Zamzam, 1993).
Selanjutnya Sardjonoprijo (Rojak, 1991) mengemukakan bahwa karakter adalah
bentuk organisasi individu dari kehidupan perasaan dan hasratnya yang mempunyai
tiga aspek yaitu : material, formal (hubungan), dan etis.
Ada dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu faktor yang
berasal dari personal dan faktor situasional. Karakteristik personal adalah
faktor yang melekat pada diri individu, dan karakteristik situasional sebagai
faktor-faktor sosial yang timbul dari luar diri individu (Rahmat, 1998) sangat berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Perilaku seseorang tersebut di antaranya persepsi.
Rogers dan Shoemaker (1971) menyebutkan karakteristik pengadopsi inovasi
terdiri atas : (I) karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, status sosial,
penyuluh, kekosmopolitan dan keterdedahan pada media massa, serta (3)
Kepribadian, di antaranya empati, senang mengambil resiko dan lainnya.
Karakteristik petemak yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: umur,
pendidikan, jenis kelamin, pekeIjaan pokok, pengalaman beternak, dan tanggungan
keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi yang terkait dengan
usaha ternak.
Berkaitan denga.'1 penelitian yang dilakukan, berikut ini disajikan beberapa
hasil penelitian sebelumnya tentang karakteristik peternak dan persepsinya.
Hasil penelitian Zamzam (1993) mengemukakan bahwa terdapat hubungan
yang sangat nyata antara tingkat pendidikan, pengalaman betemak, skala pemilikan
ternak, dan hubungan dengan lembaga lain dengan persepsi peternak tentang peranan
dan fungsi penyuluhan. Akan tetapi umur, pekerjaan pokok, hubungan dengan
individu lain, hubungan peternak dengan media massa dan keikutsertaan peternak
dalam kegiatan kelompok mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi
peternak terhadap peranan dan fungsi penyuluhan. Sementara itu Saleh (1984)
mengemukakan bahwa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata
dan sempurna dengan persepsi mereka tentang peran penyuluh adalah mata
pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan keikutsertaan dalam kursus.
Selanjutnya hasil penelitian Trijoko (1991) mengemukakan bahwa faktor yang
berkorelasi dengan persepSI responden tentang partisipasi mereka dalam
pengembangan program penyuluhan ialah motivasi untuk meningkatkan keman1puan
dan keterampilan, penilaian peternak tentang pen)'uluhan, dan perbedaan jenis
merupakan faktor yang tidak berkorelasi dengan persepsi petemak tentang partisipasi
METODE PENELITIAN
PopuJasi dan SampeJ
PopuJasi
Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos I,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berjumlah 94 orang dan menyebar pada
13 kampung.
SampeJ
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara bartahap,
diawali dengan pemilihan enam kampung dari 13 kampung yang ada di Desa TaposI
secara purposive berdasarkan jumlah petemaknya yang paling banyak. Keenam
kampung ini meliputi: Kampung Tapos Udik, Kampung Antai, Kampung Babakan,
Kampung Tenjolaya, Kampung Jagapati, dan Kampung Sinarwangi. Selanjutnya dari
kampung yang terpilih diambil sampel responden secara disproportional simple
random sampling sebanyak enam peternak dari populasi peternak yang ada pada
masing-masing kampung.
Jumlah sampel penelitian berdasarkan kampung - kampung tersebut
Tabel 1. Jumlah Sampei Penelitian pada enam kampung yang ada di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
No Nama Kampung Jumlah Peternak Sampel (orang) (orang)
I Tapos Udik
12
6
2
Tenjolaya10
6
3
Babakan 106
4 Jagapati
10
6
5 Antai
10
6
6
Sinarwangi10
6
Jumlah
62
36
Sumber: Data Desa Tapos I,
2000
Desain
Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif
korelasional. Peubah pengaruh adalah karakteristik peternak dan peubah terpengaruh
adalah persepsi peternak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan
peternakan.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini .terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden,
berdasarkan kuesioner, sedangkan data sekunder berupa kondisi umum wilayah
penelitian serta data pendukung lainnya diperoleh dari instansi-instansi terkait dan
beberapa sumber lain.
Peubah-peubah yang diukur pada penelitian ini adalah:
I. Jenis kelamin, diukur berdasarkan skala nominal yang dikategorikan ke dalam
[image:35.607.89.458.80.262.2]2. Umur adala..'l usia peternak pada saat penelitian dilakukan yang diukur
berdasarkan skala rasio dengan pembulatan ke tanggal ulang tahun terdekat
dinyatakan dalam satuan tahun.
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh
peternak, yang dibedakan menjadi lima kategori yaitu; tidak pernah sekolah,
lulus Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP)
atau sederaj at.
4. Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang mendapat prioritas dalam
mengerjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga
yang dibedakan menjadi delapan kategori yaitu: petani, buruh tani, peternak,
pedagang, pegawai, karyawan, wiraswasta, dan lainnya, yang diukur berdasarkan
skala nominal.
5. Pengalaman beternak adalah lamanya f(isponden melakukan kegiatan beternak
yang diukur berdasarkan skala ordinal dengan satuan tahun, pengkategoriannya
dilakukan dengan mencari nilai tengahnya terlebih dahulu.
6. Besar tanggungan keluarga adalah jurnlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan responden yang diukur dalamjumlah orang.
7. Intensitas hubungan dengan sumber informasi pernbangunan peternakan dalam
penelitian ini adalah derajat keterlibatan peternak untuk melakukan hubungan
atau konsultasi dengan lembaga-lembaga yang terkait pada aktivitas beternak
do mba, seperti; BPP, BPPH, Dinas Peternakan, dan lainnya. Dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu; (I) sering, (2) jarang, dail (3) tidak pernah. Yang diukur
8. Persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi
pembangunan petemakan adalah pendapat, penilaian, pengertian, dan interpretasi
petemak terhadap peranan aparat pemerintah. Persepsi petemak diukur daiam
skala ordinal dengan menggunakan lima aspek yaitu sebagai; (1) sumber
informasi, (2) pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima
informasi, dan (5) mengidentifikasi efek komunikasi. Masing-masing aspek
dikembangkan menjadi beberapa pemyataan. Responden memberi penilaian
terhadap pemyataan terse but. Skala penilaian menggunakan skala Likert, dengan
ketentuan nilai yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2"" tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4=
setuju, dan 5= sangat setuju.
Untuk keperluan pengumpulan data disusun sebuah instrurnen berupa
kuesioner yang berisi pemyataan dan pertanyaan bagi lesponden. Kuesioner terbagi
menjadi dua bagian yaitu: (1) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur
karakteristik petemak, dan (2) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur
persepsi petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan
petemakan.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan pada bulan Juni sampai Juli 2000, melalui wawancara
menggunakan kuesioner. Disamping itujuga dilakukan wawancara secara mendalam
terhadap beberapa informan, dan observasi langsung di lapangan. Data sekunder
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan
prosedur sebagai berikut:
I. Data mengenai karakteristik peternak yang meliputi: jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, besar tanggungan keluarga,
dan intensitas hubungan dengan sumber )nformasi tentang pembangunan
peternakan serta persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dianalisis
dengan menggunakan statistik deskriptifyaitu distribusi frekuensi dan rata-rata.
2. Hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mereka terhadap
peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberhasilan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari
Dinas Peternakan Kabupaten dan Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan dalam
menjalankan tugas dan peranannya, akan ditentukan oleh tingkat kepuasan yang
dirasakan oleh masyarakat dan tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan peternakan. Keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan
peternakan ditentukan oleh terjalinnya komunikasi yang baik antara peternak dengan
aparat pemerintah.
Aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan peranannya harus mampu
mengembangkan konvergensi komunikasi yang berarti mereka harus mampu
mengakomodir kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta harus mampu
menampung segala pendapat atau aspirasi dari masyarakat. Kecenderungan pola
komunikasi tOp-dOWIl yang selama. ini dipraktekkan sebaiknya diubah, agar
masyarakat dapat ikut serta secara dinamis mengeluarkan aspirasi dalam menyusun
program pembangunan.
Hasil penelitian mengenai pandangan peternak tentang peranan aparat
pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, disajikan dalam tiga bagian
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: (1) Distribusi peternak domba pada sejumlah
karakteristik yang terpilih, (2) Persepsi peternak domba tentang peranan aparat
pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) Hubungan antara
karakteristik peternak dom ba dengan persepsi mereka tentang peranan aparat
Karakteristik Peternak
Karakteristik petemak domba yang digambarkan pada penelitian ini adalah
Jems kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak,
tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi
pembangunan petemakan.
Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (94%) petemak domba di
Desa Tapos I adalah laki-Iaki, peternak perempuan hanya 5,6 persen, seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin
J enis Kelamin Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (% )
Laki -laki 34 94,4
Perempuan 2 5,6
Jumlah 36 100,0
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa yang banyak berperan dalam
pengelolaan usaha temak domba adalah laki-Iaki, mulai dari mencari rumput,
memberi pakan, dan membersihkan kandang, peran itu sesuai kedudukannya sebagai
kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah. Perempuan
kurang berperan karena mereka harus mengurus pekerjaan domestik di rumah
Vmur
Umur peternak domba di Desa Tapos I yang dijadikan responden dalam
penelitian bervariasi antara 20-65 tahun dengan rataan 40 tahun. Berdasarkan umur,
responden dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu, responden yang berusia muda
antara 20-40 tahun, dan responden yang berusia tua antara 41-65 tahun. Sebaran
peternak domba menurut kategori umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur.
Umur Peternak Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (% )
Muda 22 61, I
Tua 14 38,9
Jumlah 36 100,0
Tabel 3 mengungkapkan bahwa dari 36 orang total responden yang diamati,
sebanyak 61,1 persen berumur muda, dan sisanya sebanyak 38,9 persen berumur tua.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha ternak domba dilakukan oleh
peternak berusia muda dan seluruh responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
masuk dalam kategori usia produktif.
Tingkat Pendidikan
Distribusi peternak domba menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua peternak domba pernah
[image:41.610.98.482.270.366.2]tidak pemah sekolah, lulus Sekolah Dasar atau sederajat, dan lulus Sekolah
Menengah Pertama atau sederaj at.
Tabel4. Distribusi Petemak Domba Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan lumlah Petemak Persentase
(Orang) (% )
Tidak Sekolah 2 5.6
SD 33 91,6
SMP 1 2,8
lumlah 36 100,0
Data tingkat pendidikan responden pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir
semua responden di Desa Tapos I yang dilibatkan dalam penelitian ini mempunyai
tingkat pendidikan formal yang relatif rendah, yakni hanya sampai Sekolah Dasar.
Hanya satu orang (2,8%) yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Pekerjaan Pokok
Pekerj aan pokok responden adalah pekerjaan yang mendapat prioritas dalam
mengeJjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan utama keluarga sebagian besar responden
(69,4%) adalah petani atau menjadi buruh tani. Mereka ini umumnya menjadikan
betemak domba, wiraswasta, maupun berdagang sebagai pekerjaan sampingan.
Sedangkan sekitar 30,6 persen respond en sisanya menempatkan usaha ternak domba
sebagai pekerjaan pokok dengan pekerjaan sampingan mereka umumnya sebagai
memiliki ternak domba lebih dari 10 ekor. Distribusi responden menurut pekerjaan
pokok dapat dilihat pada Tabel S.
Tabel5. Distribusi Peternak Domba Menurut Pekerjaan Pokok.
Macam Pekerjaan Jumlah peternak Persentase
Pokok (Orang) (% )
Pet ani atau buruh tani 25 69,4
Peternak Domba 11 30,6
Jumlah 36 100,0
Data pekerjaan pokok responden pada Tabel 5 mengungkapkan bahwa usaha
ternak domba bersifat substitusi dengan pertanian. Beternak domba banyak menjadi
pekerjaan sampingan bagi responden yang pekerjaan pokoknya di bidang pert ani an.
Demikian pula responden yang pekerjaan pokoknya beternak domba, pekerjaan
sampingannya di bidang pertanian bukan di bidang lainnya. Kondisi ini diperkuat
dengan banyaknya sumber pakan yang tumbuh di sekitar lahan pertanian yang dapat
di manfaatkan sebagai pakan ternak oleh petani.
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak adalah lamanya responden melakukan kegiatan usaha
ternak domba. Pengalaman beternak respond en berkisar antara tiga sampai 40 tahun
dengan rataan II tahun. Pengalaman beternak tersebut dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu peternak yang mempunyai pengalaman sedikit antara 3-11 tahun, dan
mempunyai pengalaman banyak lebih dari J I tahun. Distribusi peternak menurut
Tabel 6. Distribusi Peternak Domba Menurut Pengalaman Beternak
Pengalaman Jumlah peternak Persentase
Beternak (Orang) (% )
Sedikit 22 61,1
Banyak 14 38,9
Jumlah 36 100,0
Tabel 6 menunjukkan hanya sedikit responden yang memiliki banyak
pengalaman dalam beternak domba yaitu sekitar 38,9 persen, sebagian besar (61,1%)
responden mempunyai pengalaman yang sedi!dt beternak. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya mereka baru memelihara ternak domba sejak adanya bantuan kredit
domba dari pemerintah pada tahun 1995. Responden yang berpengalaman lebih
tinggi, karena mereka sudah mulai beternak sejak remaja, atau mereka yang betemak
domba secara turun temurun dari orang tuanya.
Tanggungan KeJuarga
Besar tanggungan keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang
secara ekonomi ditanggung oleh peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga responden yang diteliti berkisar antara satu sampai tujuh
orang dengan rata-rata empat orang. Jumlah tanggungan keluarga dikelompokkan ke
dalam tiga kategori yaitu sedikit antara 1- 2 orang, sedang antara 3 - 4 orang dan
banyak yaitu lebih dari empat orang. Sebaran peternak menurut besarnya tanggungan
[image:44.605.89.470.102.196.2]Tabel 7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besarnya Tanggungan Keluarga
lumlah Tanggungan lumlah Petemak Persentase
Keluarga (orang) (orang
2
(% )Sedikit 9 25,0
Sedang 15 41,7
Banyak 12 33,3
lumlah 36 100,0
Tabel 7 menunjukkan bahwa petemak yang mempunyai tanggungan keluarga
sedikit sekitar 25,0 persen, yang termasuk keluarga sedang sekitar 41,7 persen,
sedangkan petemak yang termasuk keluarga banyak yaitu sekitar 33,3 persen.
Petemak yang mempunyai tanggungan keluarga sedikit pada umumnya adalah
petemak berusia tua yang hanya menanggung seorang istri, atau petemak muda yang
baru berkeluarga dan petemak yang tanggungan keluarganya sedang dan banyak
adalah mereka yang menanggung seorang istri dengan anak lebih dari dua orang.
Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan
Intensitas hubungan ke sumber informasi mengenai pembangunan peternakan
dalam penelitian ini adalah derajat keterlibatan petemak dalam berhubungan atau
berkonsultasi dengan lembaga-Iembaga yang terkait dengan pembangunan usaha
temak domba seperti Dinas Petemakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) Petemakan,
Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP). Untuk lebih jelasnya hasil penelitian tentang
distribusi petemak menurut tingkat intensitas hubungan dengan sumber informasi
[image:45.607.47.491.95.211.2] [image:45.607.63.489.96.210.2]Tabel 8. Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan
Intensitas Hubungan Jumlah Peternak Persentase
(orang) (%)
Sering 3 8,3
Jarang 10 27,8
Tidak pernah 23 63,9
Jumlah 36 100,0
Tabel 8 menunjullian bahwa peternak yang berada di Desa Tapos I,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagian besar (63,9%) tidak pernah
berhubungan atau berkonsultasi pada lembaga-lembaga yang ada hanya, 27,8 persen
2saja yang berhubungan itupun jarang mereka lakukan. Hanya 8,3 persen peternak
yang menyatakan sering. Hal ini disebabkan karena responden selalu disibukkan
dengan ー・ォ・セ。。ョ@ rutin mereka sebagai petani atau buruh tani serta jarak tempat tinggal mereka yang jauh dengan tempat lembaga-lembaga tersebut berada. Hanya
sewaktu-waktu saja mereka datang ke lembaga-lembaga yang berkaitan dengan usaha
ternak domba. Peternak yang sering berkonsultasi atau berhubungan adalah ketua
kelompok penerima bantuan domba dari pemerintah.
Persepsi Peternak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan
Persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi
pembangunan peternakan dilihat dari lima aspek berikut ini: (1) sumber informasi, (2)
pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima informasi, dan (5)
[image:46.607.83.459.101.218.2]peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan dapat dilihat
pada Tabel9.
Tabel9. Persepsi Petemak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan
Aspek peranan aparat pemerintah Sebaran menurut persepsi Total
Dalam Komunikasi pembangunan
(%)
Petemakan Top-down Konvergen
(%)
(%)
1. Sumber informasi 77,8 22,2 100,0
2. Pengorganisasian pesan 55,6 44,4 100,0 3. Saluran komunikasi 47,2 52,8 100,0 4. Penerima informasi 66,7 33,3 100,0 5. Mengidentifikasi efek 66,7 33,3 100,0
Seluruh aspek 62,8 37,2 100,0
Aparat pemerintah sebagai sumber informasi, dituntut dapat menyampaikan
berupa pesan pembangunan petemakan yang diteruskan kepada masyarakat, dan
harus memiliki pemaharnan yang memadai tentang kebutuhan informasi serta
keinginan masyarakat. Dalam hal pengorganisasian pesan, aparat pemerintah
diharapkan dapat mengemas pesan tentang pembangunan petemakan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat. Peranan aparat sebagai saluran komunikasi,
menuntut aparat pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dengan cara-cara yang dapat dipahami oleh masyarakat. Hendaknya
aparat pemerintah aktif mengadakan forum-forum komunikasi seperti
penyuluhan-penyuluhan. Peranan aparat sebagai penerima informasi, harus dapat menerima dan
mendengarkan aspirasi atau keinginc.n masyarakat dalam menyusun program
pemerintah tentang masalah pembangunan peternakan. Peranan aparat pemerintah
yang lainnya adalah mengidentifikasi efek komunikasi, dalam hal ini aparat
pemerintah harus melibatkan masyarakat dan menerima umpan balik dari masyarakat
dalam menyusun program pembangunan peternakan.
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak (62,8%) menganggap
bahwa secara keseluruhan aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya lebih
banyak bersifat top-down. Hal 1m berarti aparat pemerintah belum mampu
mengembangkan komunikasi secara konvergen, hanya sebagian kedl (37,2%)
menganggap bahwa aparat pemerintah telah mampu mengembangkan komunikasi
secara konvergen.
Apabila ditinjau iebih lanjut, persepsi peternak mengenai tingkat konvergensi
yang cukup menonjol adalah pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai saluran
komunikasi dan dalam pengorganisasian pesan. Sebanyak 52,8 persen peternak
menganggap bahwa aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya telah mampu
mengembangkan saluran komunikasi yang konvergen, hal ini menjelaskan bahwa
cara-cara aparat pemerintah di dalam menyalurkan informasi telah cukup
mengakomodir kepentingan masyarakat, tidak hanya kepentingan dari atas saja.
Meskipun tidak sebanyak pada aspek saluran komunikasi, cukup banyak
peternak domba (44,4%) yang menganggap aparat sudah dapat mengembangkan
konvergensi dalam aspek pengorganisasian pesan, hal ini menjelaskan bahwa
informasi atau pesan mengenai pembangunal' peternakan yang disampaikan oleh
aparat telah sesuai dengan harapan peternak. Pada tiga aspek peranan aparat
mengidentifikasi efek komunikasi sebagian besar peternak menganggap bahwa aparat
pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih dominan menggunakan model
komunikasi top-down. Hal ini berarti bahwa ide-ide atau informasi mengenai
pembangunan peternakan selalu datang dari pemerintah, dan peternak sebagai
khalayak sasaran pembangunan masih dipandang sebagai objek pembangunan.
Aparat pemerintah belum sepenuhnya menganggap penting umpan balik dari
peternak yang akan meningkatkan kualitas komunikasi pembangunan peternakan.
Hal tersebut juga disebabkan karena tingkat kemajuan masyarakat Desa Tapos
I masih kurang sehingga model komunikasi yang diterapkan lebih condong ke arah
komunikasi yang top-down.
Hubungan Antara Karakteristik Peternak Domba dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Aparat Pemerintah
dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan
Karakteristik responden yang diukur hubungannya dengan persepsi mereka
terhadap peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan
adalah: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak,
jumlah tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi
pembangunan peternakan. Dari ketujuh karakteristik tersebut, dua karakteristik yaitu
ェZョセ@ kelamin dan tingkat pendidikan tidak dapat diuji hubungannya dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan
peternakan karena sebarannya tidak memenuhi syarat bagi pengujian hubungannya
Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan
yang nyata antara umur dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah
dalam komunikasi pembangunan peternakan, yang berarti secara keseluruhan tidak
ada perbedaan persepsi antara peternak yang berusia tua dengan yang muda tentang
peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, mereka
menilai bahwa aparat pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih bersifat
top-down.
Tabel 10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi
2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi
5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek
Keterangan: ** sangat nyata (p< 0,01)
3,014 0,023 0,175 7,071 1,461 1,498 0,083 0,878 0,676 0,008** 0,227 0,221
Menurut masing-masing aspek pada Tabel 10 juga menunjukkan bahwa
umumnya tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan persepsi peternak
tentang aspek-aspek peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan
peternakan, kecuali pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai penerima
[image:50.600.110.460.340.490.2]persepsi antara peternak yang berusia muda dengan peternak yang berusia tua tentang
peranan aparat pemerintah sebagai penerima informasi.
Umumnya peternak berusia tua menganggap aparat pemerintah sebagai
penerima informasi dalam aktivitas komunikasi pembangunan lebih bersifat top-down
yaitu. Informasi yang diterima selalu datang dari lembaga-lembaga di atasnya ..
Sementara peternak yang lebih muda lebih banyak yang menganggap bahwa aparat
pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang konvergen sebagai
penerima informasi. Aparat pemerintah sudah dapat menerima informasi dari "atas"
maupun dari "bawah" secara cukup seimbang.
Perbedaan persepsi tersebut di atas terjadi karena peternak yang lebih muda
umumnya lebih dekat hubungannya dengan aparat pemerintah terutama petugas
penyuluhan, sehingga mereka merasa cukup memberikan kontribusi pendapat kepada
aparat pemerintah. Peternak yang tua kurang dekat hubungannya dengan aparat
pemerintah dan kurang mengikuti kegiatan seperti penyuluhan sehingga mereka
merasa kurang dilibatkan dalam menyusun program pembangunan.
HUbungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Pekerjaan pokok responden di bagi menjadi dua kategori, yaitu responden
yang mempunyal pekerjaan pokok sebagai petani atau buruh tani dan sebagai
peternak.
Tabel II menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan
yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan persepsi peternak tentang peranan
oleh hasil pengujian dengan Khi-Khuadrat sebesar 0,536, p=0,464>0,05. Hal ini
berarti responden yang pekerjaan utarnanya petani rnernpunyai persepsi yang relatif
sarna dengan yang pekerjaan utarnanya sebagai peternak tentang peranan aparat
pernerintah dalam kornunikasi pernbangunan peternakan. Mereka rnerasa bahwa
aparat pernerintah di dalam rnenyampaikan pesan rnengenai pembangunan peternakan
dan cara-cara yang digunakan untuk rnenyalurkan pesan belum dapat
rnengembangkan kornunikasi yang konvergen, karena aparat pernerintah belum
cukup rnengakornodir kepentingan mereka.
Tabel II. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Terhadap Peranan Aparat Pemerintah dalarn Komunikasi Pernbangunan Peternakan
ASjlek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi
2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi
5. Mengidentifikasi efek kornunikasi Seluruh aspek
Keterangan: * nyata (p<0,05)
0,234 4,425 0,341 0,262 0,262 0,536 p 0,629 0,035* 0,559 0,609 0,609 0,464
B erdasarkan masmg-masmg aspek peranan aparat pemerintah dalam
.
.
komunikasi pembangunan peternakan, Tabel 11 juga rnengungkapkan bahwa pada
umumnya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan
aspek-aspek peranan aparat pernerintah, kecuali pada aspek-aspek pengorganisasian pesan yang
menunjukkan hubungan yang nyata (p< 0,05) dengan nilai pengujian Khi-Kuadrat
petani dengan petemak mempunyat persepsl yang berbeda tentang peranan aparat
pemerintab dalam pengorganisasian pesan.
Responden yang pekeIjaan utamanya sebagai petani menganggap bahwa
aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang kOllvergell dalam
menjalankan peranannya pada aspek pengorganisasian pesan. Mereka menilai bahwa
pengorganisasian pesan pembangunan dari pemerintah sering sejalan dengan harapan
masyarakat. Berbeda dengan responden yang pekerjaan pokokoya sebagai petemak
yang cenderung menganggap tOp-dowll, artinya pengorganisasian pesan oleh aparat
pemerintah belum sejalan dengan harapan petemak.
Perbedaan persepsi tersebut teIjadi karena adanya perbedaan pada orientasi
dan tingkat kebutuhan informasi respond en. Aparat pemerintab terutama penyuluh,
pada saat ini umumnya mengembangkan komunikasi yang polivalell tentang
pertanian dalam arti luas. Aspek petemakan hanya merupakan salah satu bagian dari
cakupan informasi yang di tuangkan. Bagi responden yang pekeIjaan pokoknya
sebagai petani, informasi mengenai pembangunan petemakan yang diberikan oleh
aparat pemerintah tersebut sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan petani, tetapi
bagi yang pekeIjaan pokokoya sebagai petemak dirasakan masih kurang dan belum
sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan usaha temak domba
tersebut.
Hubungan Antara Pengalaman Beternak dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman betemak
· Tabel 12.Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pengalaman Betemak dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan
Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi
2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi
5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek X2 0,835 0,023 0,905 1,461 1,461 0,564 p 0,361 0,878 0,342 0,227 0,227 0,452
Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara
pengalaman beternak dengan persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah
dalam pembangunan, baik secara keseluruhan aspek maupun pada masing-masing
aspek.