• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU NO 13 Tahun 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU NO 13 Tahun 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang ada setelah dilakukan penelitian dan analisis dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta setelah berlakunya UU No.13 Tahun 2011 yaitu

1. Pelaksanaan perlindungan hukum belum sepenuhnya berjalan dengan baik sesuai dengan Pasal 5 UU No.13 Tahun 2011 dan diatur lebih lanjut berdasarkan UU No.11 Tahun 2009 dengan melaksanakan program rehabilitasi dengan memberikan motivasi, pendampingan khusus yang dilakukan volunteer atau relawan dan memberikan stimulant seperti modal, peralatan usaha dan tempat usaha dengan cara dibekali keterampilan yang dilakukan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Sosial berkolaborasi dengan Upt.Panti Karya..

(2)

44

sampai menyebar ke pasar-pasar yang menjadi tindak lanjut kewenangan pihak pengurus pasar, sedangkan faktor yang mendukung pelaksanaan perlindungan hukum terhadap gelandangan dan pengemis yaitu mewujudkan kesejahteraan sosial dan mendukung kemandirian sistem kehidupan masyarakat terhadap gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sudah terealisasi terhadap masyarakat kota sedangkan pendatang belum terealisasi sepenuhnya

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis permasalahan yang telah diteliti maka tindak lanjut dan kesimpulan yang dapat penulis ajukan adalah:

1. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta sebaiknya perlu adanya pendataan ulang terhadap para pendatang yang masuk ke wilayah Kota Yogyakarta.

2. Perlu adanya penambahan keterampilan kepada para gelandangan dan pengemis yang mau dibina, sehingga dapat memotivasi serta merubah pola pikir agar tidak kembali ke jalan.

(3)

45

teknis pembinaan keterampilan termasuk bimbingan psikis maupun mental.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Darwan. 2003. Hukum Anak Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Moelyatno. 1993. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Prodjohamidjojo, Martimah. 1997. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia 2. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP )

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP )

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang kesejahteraan sosial Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin

Website

Referensi

Dokumen terkait

“Implementasi UU RI No mor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaann Lingkungan Hidup dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Studi Kasus Badan

Di dalam prakteknya perlaksanaan perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak di bidang Kewarganegaraan menurut UU No.12 Tahun 2006b tentang Kewarganegaraan RI di Kota

12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik dan ( UU No.. Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Lembaran Negara Republik

Segera dievaluasi secara menyeluruh pelaksanaan pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua setelah berlakunya UU No 21 Tahun 2001Tentang Otonomi Khusus

Sedangkan secara UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, upaya perlindungan konsumen di Pasar loak Shopping Centre melanggar pasal 4 ayat 3, 7 dan 8 yaitu

Peraturan mengenai ketentuan perjanjian baku/polis pada asuransi telah diatur oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Pasal 18 dalam empat ayat

Penetapan hukum tentang perlindungan konsumen sendiri telah diatur dalam Undang-undang no 8 tahun 1999 terhadap transaksi jual beli pada pasal 1 angka 2 menjelaskan bahwa konsumen

UU NO 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Definisi Tanah Bersama Pasal 1 angka 4 UURS mengartikan tanah bersama sebagai sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan