• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN BERETIKA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA BADAN

KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN KARO

OLEH :

YUSNI SUSANTI BR GINTING 100521108

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Yusni Susanti Br Ginting

Program Studi : S1 Manajemen Ekstensi

Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : “Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan Beretika

Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo”.

Tanggal: ... Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal: ... Ketua Departemen Manajemen

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Yusni Susanti Br Ginting

Program Studi : S1 Manajemen Ekstensi

Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : “Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan

Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo

Medan, 2013

Penulis

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Yusni Susanti Br Ginting

Program Studi : S1 Manajemen Ekstensi

Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : “Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan

Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo”

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Dra. Komariah Pandia, M.Si NIP. 19590724 198603 2 001 NIP. 19490919 197803 2 001

Ketua Program Studi S1 Manajemen

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Yusni Susanti Br Ginting

Program Studi : S1 Manajemen Ekstensi

Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : “Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan

Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo”

Tanggal: ... Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal: ... Ketua Departemen Manajemen

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan yang

Efektif dan Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo” adalah benar hasil

karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan

beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 12

2.1.1 Kepemimpinan yang Efektif... 12

2.1.2 Kepemimpinan yang Beretika... 19

2.1.3 Kepuasan Kerja Pegawai... 22

2.2 Penelitian Terdahulu... 27

2.3 Kerangka Konseptual... 28

2.4 Hipotesis Penelitian... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 30

3.2 Lokasi Penelitian... 30

3.3 Batasan Operasional... 30

3.4 Definisi Operasional... 31

3.5 Skala Pengukuran Variabel... 33

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian... 33

3.7 Jenis Data... 34

3.8 Metode Penelitian Data... 35

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas... 36

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan Kab. Karo... 45

4.2 Hasil Penelitian... 50

4.2.1 Analisis Deskrisptif... 50

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden... 50

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel... 52

4.3 Teknik Analisis Data... 66

4.3.1 Uji Asumsi Klasik... 66

4.3.2 Pengujian Hipotesis... 65

4.3.3 Uji Dominansi Pengaruh... 72

4.3.4 Persamaan Regresi Berganda... 72

4.4 Pembahasan... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 76

5.2 Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA... x

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Esensi Teori Kepemimpinan Contingency Fiedler... 17

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual... 28

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Normalitas Data... 67

Gambar 4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas... 67

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 27

Tabel 3.1 Operasional Variabel... 32

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Validitas... 38

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas... 39

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 50

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 51

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 52

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja... 52

Tabel 4.5 Rangkuman Jawaban Responden tentang Kepemimpinan Yang Efektif... 53

Tabel 4.6 Kategori Kepemimpinan Yang Efektif ... 57

Tabel 4.7 Rangkuman Jawaban Responden tentang Kepemimpinan Yang Beretika... 58

Tabel 4.8 Kategori Kepemimpinan Yang Beretika... 61

Tabel 4.9 Rangkuman Jawaban Responden tentang Kepuasan Kerja Pegawai... 62

Tabel 4.10 Kategori kepuasan kerja... 65

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas... 66

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas... 68

Tabel 4.13 Hasil Uji-F Secara Simultan... 69

Tabel 4.14 Hasil Uji-t Secara Parsial... 70

Tabel 4.15 Hasil Uji Determinasi R... 71

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Kuesioner... 80

Lampiran 2 Jawaban kuesioner untuk Uji Validitas dan Reliabilitas... 84

Lampiran 3 Master Data Penelitian... 87

Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data... 89

Lampiran 5 Bagan Organisasi Dan Tatakerja Badan Kepegawaian,

(12)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN BERETIKA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA BADAN

KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN KARO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanasi. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu aplikasi

software SPSS 16.0 for windows, dan juga penelitian ini menggunakan pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder dan juga melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan berupa daftar kuesioner kepada responden . Populasi dalam penelitian ini adalah 48 pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus, karena seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sejumlah sampel.

Selain daripada data yang digunakan cara pengumpulan data jenis data yang digunakan serta pengambilan sampel skripsi juga menggunakan uji validitas dan realibilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan yang efektif dan beretika berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo.

(13)

ABSTRACT

INFLUENCE EFFECTIVE AND ETHICAL LEADERSHIP ON EMPLOYEE JOB SATISFACTION AT CIVIL SERVICES AGENCY,

EDUCATION, AND TRAINING KARO

This study aims to identify and analyze the influence of effective and ethical leadership to employee satisfaction at Civil Services Agency, Education, and Training Karo. This research quantitatively using of explanation survey. Analyzing data using statistical data processing software is application software SPSS 16.0 for Windows, and this study also uses data collection that is primary data and secondary data and also perform data collection by providing a list of questions in the form of questionnaires to the respondents. The population in this study was 48 employees at Civil Services Agency, Education, and Training Karo. The sampling technique used is the census, because the entire population sampled, the number of samples.

In addition to the data used method of data collection used and the types of data sampling thesis also using validity and reliability. Hypothesis testing is conducted using multiple linear regression method.

Results of this study indicate that the variables are effective and ethical leadership significant effect on employee job satisfaction on Civil Service Agency, Education and Training Karo

(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak pernah habis saya ucapkan kepada Tuhan, atas semua

cobaannya yang beranugerah, perlindungan yang selalu baru dan tak pernah

terlambat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan yang Efektif dan Beretika terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo”.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013. Pada

kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis juga ingin mengucapkan terima

kasih yang tak terkira kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Ec., Ak. selaku Pelaksana Tugas

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si Selaku sekretaris Depertemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE. M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia memberikan waktu, saran, tenaga dan pemikirannya untuk

(15)

6. Ibu Dra. Komariah Pandia, M.Si selaku pembaca penilai yang telah

memberikan waktu, saran, tenaga, dan pikirannya untuk membantu penulis

dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staff pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas semangat dan motivasinya,

baik materil maupun non materil, doa dan kasih sayang yang tiada henti.

9. Teman-teman yang selalu mendukung dan semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Medan, Juni 2013

Penulis

(16)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN BERETIKA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA BADAN

KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN KARO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanasi. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu aplikasi

software SPSS 16.0 for windows, dan juga penelitian ini menggunakan pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder dan juga melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan berupa daftar kuesioner kepada responden . Populasi dalam penelitian ini adalah 48 pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus, karena seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sejumlah sampel.

Selain daripada data yang digunakan cara pengumpulan data jenis data yang digunakan serta pengambilan sampel skripsi juga menggunakan uji validitas dan realibilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan yang efektif dan beretika berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo.

(17)

ABSTRACT

INFLUENCE EFFECTIVE AND ETHICAL LEADERSHIP ON EMPLOYEE JOB SATISFACTION AT CIVIL SERVICES AGENCY,

EDUCATION, AND TRAINING KARO

This study aims to identify and analyze the influence of effective and ethical leadership to employee satisfaction at Civil Services Agency, Education, and Training Karo. This research quantitatively using of explanation survey. Analyzing data using statistical data processing software is application software SPSS 16.0 for Windows, and this study also uses data collection that is primary data and secondary data and also perform data collection by providing a list of questions in the form of questionnaires to the respondents. The population in this study was 48 employees at Civil Services Agency, Education, and Training Karo. The sampling technique used is the census, because the entire population sampled, the number of samples.

In addition to the data used method of data collection used and the types of data sampling thesis also using validity and reliability. Hypothesis testing is conducted using multiple linear regression method.

Results of this study indicate that the variables are effective and ethical leadership significant effect on employee job satisfaction on Civil Service Agency, Education and Training Karo

(18)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan

kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk

mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin.

Tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan

aspirasi pemimpin oleh pengaruh interpersonal pemimpin terhadap anak buahnya.

Dalam kondisi sedemikian terdapat kesukarelaan atau induksi pemenuhan;

kerelaan (compliance induction) bawahan terhadap pemimpin; khususnya dalam

usaha mencapai tujuan bersama, dan pada proses pemecahan masalah-masalah

yang harus dihadapi secara kolektif. Jadi tidak diperlukan pemaksaan,

pendesakan, penekanan, intimidasi, ancaman, atau paksaan (coersive power)

tertentu. (Kartini Kartono, 2010)

Pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat

mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada

sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Ringkasnya, pemimpin dan

manajer mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi

emas” atau justru sebaliknya, bisa “mengubah tumpukan uang menjadi abu” jika

dia salah langkah dan tidak bijaksana. Sehubungan dengan ini, manajemen

merupakan kunci suksesnya bisnis, sedang kepemimpinan menjadi kunci

(19)

Menjadi pemimpin tak semudah dibayangkan orang. Pemimpin tidak

sepenuhnya identik dengan pengusaha, keduanya mempunyai kesamaan dan

perbedaan. Seorang pemimpin pasti seorang pengusaha, tetapi seorang pengusaha

belum tentu seorang pemimpin. Sebab ada seorang pengusaha yang tidak

memiliki nilai-nilai kepemimpinan. Sikap dan perilakunya tidak patut dicontoh.

Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

organisasi. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya

manusia juga memiliki peran vital guna mencapai tujuan dan kesuksesan

organisasi. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang

yang memiliki ikatan kerja di dalam organisasi.

Salah satu cara untuk menilai kepuasan pegawai dilihat dari sikap positif

pegawai terhadap pekerjaannya. Sikap positif tersebut merupakan cerminan dari

perasaan pegawai tersebut mengenai pekerjaan yang dijalaninya. Sebaliknya jika

pegawai tidak puas terhadap pekerjaannya hal tersebut bisa dilihat dari cara

pegawai bersikap dan mengerjakan pekerjaannya. Menurut Muchinsky (1997)

ketidakpuasan pegawai di dalam memperlakukan pekerjaannya bisa dilihat dari

tingkat absensi, turnover dan penurunan kinerja (Soedjono, 2005).

Di dalam kepuasan kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Burt (dalam Arsintadiani dan Harsono, 2002) menjelaskan ada beberapa faktor

yang menimbulkan kepuasan kerja yaitu hubungan antar pegawai, faktor individu

dan faktor eksternal. Faktor hubungan antar pegawai meliputi: hubungan antara

(20)

pegawai. Faktor individu meliputi sikap seseorang terhadap pekerjaannya, umur

dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi: keadaan keluarga dan pendidikan.

Kepuasan kerja merupakan faktor kritis guna dapat tetap mempertahankan

individu untuk senantiasa memiliki kualifikasi yang baik. Aspek-aspek spesifik

yang berhubungan dengan pemimpin, gaji, keuntungan, promosi, kondisi kerja,

praktek organisasi dan hubungan dengan rekan kerja. Diantara indikator-indikator

penentu kepuasan kerja, kepemimpinan dipandang sebagai prediktor penting.

Kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran tergantung pada

manajer dan gaya kepemimpinannya (Engko dan Gudono, 2007).

Efektivitas kepemimpinan dipandang memiliki pengaruh yang besar

terhadap kepuasan kerja. Tanpa kepemimpinan, organisasi bergerak terlalu lambat

dan kehilangan jalan mereka. Kepemimpinan sangat penting dalam keberhasilan

melaksanakan keputusan. Seorang pemimpin yang baik dapat membuat

keberhasilan sebuah usaha yang memiliki rencana lemah, tetapi seorang

pemimpin yang buruk dapat merusak sebuah rencana bahkan rencana terbaik

sekalipun (Sharma, 2010).

Hal tersebut dikuatkan oleh Robbins (2006) yang berpendapat bahwa

keberadaan pemimpin di dalam sebuah organisasi merupakan motor penggerak

yang menentukan laju organisasi. Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan

manajemen yang kuat untuk meraih keefektivitasan yang optimal.

Fiedler (dalam Mardiana, 2003) mengatakan bahwa efektivitas

kepemimpinan bergantung pada situasi (situasional), dengan kata lain efektivitas

(21)

tuntutan situasi. Model ini menjelaskan bahwa efektivitas kepemimpinan

bergantung pada cocok dan tidaknya kepemimpinan dengan faktor-faktor

situasional tersebut.

Terdapat tiga variabel kemungkinan yang dapat mendefinisikan faktor

situasional utama (kunci) yang menentukan keefektifan kepemimpinan. Ketiga

dimensi tersebut adalah: hubungan pemimpin-bawahan, struktur tugas, dan

kekuatan posisi pemimpin.

Pada hubungan pemimpin dan bawahan, Hoy dan Miskel (1996)

mengungkapkan bahwa hubungan tersebut mencerminkan sampai seberapa jauh

para pemimpin diterima dan dihormati oleh anggota kelompok. Kualitas

hubungan antara pemimpin dan bawahan ditentukan oleh rasa menerima dari

kepribadian pemimpin maupun perilakunya oleh para bawahan. Kualitas ini

merupakan penentu utama terhadap penerimaan dari pengaruh-pengaruh yang

diberikan oleh pemimpin terhadap bawahannya dalam membangun kepuasan

kerja.

Fokus dari hubungan pemimpin-bawahan sebagaimana dijelaskan

Trunckenbrodt (2000) adalah dimaksudkan untuk memaksimumkan

keberhasilan organisasi melalui interaksi kedua belah pihak. Salah satu temuan

penelitiannya membuktikan bahwa peningkatan kualitas hubungan

pemimpin-bawahan akan meningkatan derajat kepuasan kerja. Pemeliharaan dan

pengembangan hubungan antara kedua belah pihak secara dewasa tidak hanya

(22)

secara keseluruhan dalam pencapaian kinerja, pertumbuhan, serta keberhasilan

(Djatmika, 2005).

Struktur tugas secara operasional adalah prosedur pengoperasian yang

standar untuk menyelesaikan tugas atau sampai tingkat mana penugasan pekerjaan

diprosedurkan (terstruktur atau tidak terstruktur). Dari hasil penelitiannya bisa

dibuktikan bahwa jika struktur tugas yang terstruktur dengan baik akan

memberikan situasi yang menguntungkan bagi pemimpin, karena pemimpin akan

lebih mudah memonitor dan mempengaruhi perilaku bawahannya pada tugas yang

terstruktur tinggi (Mardiana, 2003).

Dengan adanya tingkat kematangan atau penguasaan tugas pekerjaan

bawahan dan didukung dengan kejelasan tugas dan prosedur pelaksanaan tugas

yang baik akan dicapainya suatu tujuan organisasi. Dengan demikian

memudahkan pemimpin dalam memberikan pengarahan dalam penyelesaian

tugasnya untuk mencapai tujuan (Sunarto, et. al., 2003).

Kekuatan posisi pemimpin merupakan sejauh mana seorang pemimpin

untuk mengevaluasi kinerja para bawahan dan mengurus imbalan-imbalan dan

hukuman (Yukl, 1998). Semakin besar kekuasaan formal seorang pemimpin untuk

memberikan hukuman dan penghargaan maka kontrol pemimpin semakin kuat,

dan hal ini membuat situasi semakin menguntungkan.

Lebih lanjut Mardiana (2003) menyatakan bahwa pemimpin yang

mempunyai kekuatan pengaruh yang besar, pemimpin tersebut memiliki

mempunyai hak untuk memerintah, menilai, menghargai dan menghukum

(23)

instruksi bawahan, mengambil keputusan, membuat kebijaksanaan akan

membantu pemimpin dalam menyelesaikan masalah, dengan mana permasalahan

dipandang dari pengalaman masa lalu dan akan memudahkan pemimpin untuk

mencapai tujuan organisasi yang menjadi tanggungjawabnya.

Sesuai dengan Peraturan Bupati Karo Nomor 177 Tahun 2008 Pasal 31

tentang Badan Kepagawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

Pengelolaan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kepegawaian yang bersifat

spesifik.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan Kabupaten Karo menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a.Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b.Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c.Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Kepegawaian,

Pendidikan dan Pelatihan Kepegawaian sesuai dengan lingkup tugasnya.

d.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang

tugas dan fungsinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, berdasarkan data dari Bagian Umum,

Kepegawaian dan Perlengkapan yaitu data absensi yang relatif cukup tinggi pada

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo pada tahun 2011

(24)

Pegawai dinilai harus terpenuhi kepuasan kerjanya supaya dapat maksimal di

dalam mereka bekerja. Berikut ini data mengenai jumlah absensi pada pegawai

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo yang

menunjukkan tingkat absensi pegawai yang relatif cukup tinggi seperti terlihat

pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.

Presentase Jumlah Absensi

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo Tahun 2011 dan 2012

No Bulan Tahun 2011 Tahun 2012

Jumlah Absensi (%) Jumlah Absensi (%)

1 Januari 3,2 0,4

2 Pebruari 11,1 9,1

3 Maret 6,6 8,7

4 April 2,1 3,7

5 Mei 2,3 5,7

6 Juni 1,8 0,7

7 Juli 2,0 5,7

8 Agustus 1,9 0,8

9 September 1,7 0

10 Oktober 0,9 1,1

11 Nopember 3,4 4,0

12 Desember 2,6 5,4

Rata-rata per bulan 3,3 3,7

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo memiliki

struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas sesuai dengan Peraturan Bupati

Karo nomor 177 tahun 2008 pasal 31. Pada kenyataannya bahwa pegawai yang

menjabat sebagai staf tidak dapat berhubungan langsung dengan kepala badan, hal

ini membuat hubungan staf dan kepala badan kurang harmonis. Staf hanya dapat

berhubungan langsung dengan atasan langsung yaitu kepala sub bidang (Pejabat

Eselon IV/a) dan kepala sub bidang berhubungan dengan kepala bidang dan

(25)

Hubungan staf dan kepala badan hanya sebatas pada hal-hal yang bersifat formal

yaitu masalah pekerjaan rutin. Hal ini membuat kedekatan antara pemimpin dan

bawahan juga berkurang.

Kekuatan posisi pemimpin bisa dilihat pada beberapa aspek, yaitu

pemberian reward punishment dan promosi. Pada organisasi dilihat bahwa pada

pemberian reward salah satu acuannya adalah prestasi kerja yang dilakukan oleh

pegawai. Kemudian pada pemberian punishment melihat tingkat kesalahan dan

pemberian hukuman bertingkat sesuai tingkat kesalahan. Pelaksanaan promosi

ditentukan oleh Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten

Karo. Pada promosi tentu menjadi keinginan setiap pegawai untuk naik

tingkat/jabatan. Namun karena jumlah posisi lebih sedikit dari jumlah pegawai

maka tentu menjadi ada persaingan di dalamnya. Kesesuaian dan ketepatan di

dalam pendelegasian wewenang sangat penting bagi pegawai di dalamnya karena

hal tersebut menunjukkan tingkat keadilan bagi organisasi di dalamnya. Dari data

tersebut peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh kepemimpinan yang efektif

terhadap kepuasan kerja yang ditunjukkan dengan cukup tingginya tingkat absensi

pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo.

Maka yang menjadi masalah pokok bagi ilmu kepemimpinan dan

manajemen modern ialah bagaimana caranya membuat kegiatan-kegiatan

individual dan organisasi karya ini menjadi lebih human/ manusiawi lagi.

Pemimpin yang beretika sebaiknya memperlakukan pegawai pada inti hakikinya

harus merupakan sistem yang human (penuh unsur-unsur kemanusiaan) jangan

(26)

organisasi kerja itu pada dasarnya harus merupakan usaha koordinasi tenaga

manusia yang bertumpuan pada bakat dan kemampuan individu masing-masing

yang terus-menerus harus dikembangkan. Secara implisit, organisasi kerja

tersebut harus memberikan kesempatan sebagai setiap warganya untuk

berkembang dan (merealisasikan diri) juga untuk memberikan kontribusi sosial,

sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing orang. Maka pemimpin yang

berhasil ialah orang yang mampu menciptakan kondisi sosial sedemikian,

sehingga setiap orang dapat memaksimalkan daya dan kreativitasnya.

Keadilan dan kesejahteraan itu harus merata, baik pada lapisan masyarakat

atas, maupun pada lapisan bawah. Maka nilai dan martabat individu sebagai

manusia harus diutamakan faktor manusia itu lebih penting daripada mesin uang,

material, administrasi, dan lain-lain. Dari penelitian yang telah dilakukan apakah

ada pengaruh pemimpin yang beretika terhadap kepuasan kerja yang ditunjukkan

dalam tingginya tingkat absensi pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan

dan Pelatihan Kabupaten Karo.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengangkat skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan yang Efektif dan

(27)

1.2 Perumusan Masalah

Kepuasan kerja sangat penting perannya bagi organisasi. Dengan kepuasan

kerja yang tinggi maka pegawai bisa lebih memaksimalkan usaha guna

menyelesaikan pekerjaannya. Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja adalah

dengan melihat tingkat absensi yang ada. Salah satu faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja adalah pemimpin yang efektif dan beretika. Sebagaimana yang

diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan penelitian masalah ini adalah

“Apakah ada pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap

kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Kabupaten Karo?”

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap

kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Kabupaten Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan diadakannya penelitian tentang “Pengaruh Pemimpin yang

Efektif dan Beretika Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo” diantaranya:

(28)

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan mendukung

teori khususnya ilmu pengetahuan ekonomi sumber daya manusia yang

berkaitan dengan pemimpin yang efektif dan beretika juga kepuasan kerja

dalam menghadapi perubahan lingkungan sebagai solusi baru untuk

meningkatkan kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian,

Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti

Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat

berharga untuk dihubungkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di

bangku kuliah. Serta berlatih diri dalam bidang penelitian, pengamatan

dan membuat perbandingan antara teori dan praktik, menganalisa dan

menuangkannya dalam bentuk skripsi.

b. Bagi fakultas

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan bagi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo

Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo atau bahan

pertimbangan bagi kepala badan di dalam menjalankan kepemimpinannya

sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara atasan dan bawahan di

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Kepemimpinan yang Efektif

Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu

sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi, dan teori-teorinya diharapkan dapat

bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain,

kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk :

1. Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas,

2. Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan

3. Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi

pemimpin.

Selanjutnya, ruang lingkup atau tema kepemimpinan itu pada intinya

meliputi 2 (dua) permasalahan pokok, yaitu :

1. Teori kepemimpinan :

a. Suatu penggeneralisasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar

dan perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan;

b. Dengan menekankan latar belakang historis, dan sebab musabah timbulnya

kepemimpinan serta persyaratan untuk menjadi pemimpin;

c. Sifat-sifat yang diperlakukan oleh seorang pemimpin, tugas-tugas pokok

(30)

2. Teknik kepemimpinan :

a. Kemampuan dan ketrampilan teknis pemimpin dalam menerapkan

teori-teori kepemimpinan di tengah praktik kehidupan dan dalam organisasi

tertentu, dan

b. Melingkupi konsep-konsep pemikirannya, perilaku sehari-hari, serta

peralatan yang digunakan.

Menurut Dewi (2009), terdapat empat komponen model yang

dikembangkan yang merupakan determinan utama yang harus dipenuhi untuk

menjadi seorang pemimpin yang efektif, yaitu:

1. Motif dan sifat, Komponen pertama adalah motif/sifat, yang berarti

merupakan keinginan yang mendorong seseorang untuk bertindak. Ada

beberapa motif yang umum yang wajib dimiliki oleh para pemimpin yang

sukses. Pertama adalah ambisi, motif ini dipandang sebagai prediktor

terkuat dalam keberhasilan kepemimpinan.

2. Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan, karena bekerja dalam

organisasi membutuhkan waktu yang memiliki jam kerja panjang serta

kegiatan intensif maka pribadi yang enerjik dipandang perlu untuk

menyelesaikan tanggung jawab tanpa kenal lelah.

3. Visi, kegigihan dan inisiatif dalam bekerja juga dipandang penting untuk

selalu ditanamkan pada jiwa pemimpin yang sukses yang pantang

menyerah dan giat bekerja.

4. Penerapan visi, cara penggunaan kekuasaan dinilai memiliki peran yang

(31)

cara menggunakan kekuasaan lebih pada cara yang tersosialisasi, bukan

kekuasaan yang terpersonalisasi. Kekuasaan ditujukan sebagai sarana

untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau visi yang telah disepakati

bersama dan bukan untuk mendominasi bawahan.

Sifat dalam model ini dibagi menjadi dua, yaitu sikap inti dan sikap bonus.

Sikap inti merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, seperti

rasa percaya diri, kejujuran, dan integritas. Kepercayaan diri sangat diperlukan di

dalam pengambilan keputusan. Namun tidak cuma itu saja, pemimpin juga harus

bisa meyakinkan bawahan untuk dapat mempersepsikan rasa percaya diri yang

dimilikinya. Kejujuran dan integritas diperlukan untuk menjalin hubungan dan

membangun pondasi kepercayaan dengan bawahan.

Sedangkan sikap bonus di sini seperti orisinalitas, fleksibilitas dan

kharisma. Sikap bonus ini dinilai sering memiliki peran namun kurang essensial.

Komponen kedua adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Idealnya,

seorang pemimpin memiliki pengetahuan dan informasi yang luas tentang

organisasi, industri, dan dunia usaha agar dapat mengantarkan organisasinya

menuju keberhasilan. Ketrampilan interpersonal yang meliputi ketrampilan

mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, pembangunan jejaring, serta

pengelolaan konflik dihubungkan dengan kegagalan dan keberhasilan seorang

pemimpin dianggap memiliki peran penting didalam kepemimpinan. Komponen

ketiga adalah visi yang dimiliki oleh pemimpin.

Secara tegas dikemukakan bahwa visi merupakan nafas dan perasaan

(32)

bergerak kearah tujuan yang telah disepakati secara resmi. Visi inilah yang

memedomani organisasi untuk menyongsong masa depan sehingga dalam jangka

panjang tidak perlu dirubah atau diganti keberadaannya. Komponen keempat

adalah implementasi dari visi yang sudah ditetapkan. Setelah visi tercipta, maka

merupakan tanggungjawab pemimpin untuk merumuskan visi startejik serta

pengkonseptualisasian dan pengevaluasian visi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

organisasi berkomitmen di dalam pemenuhan tujuan organisasi.

Kajian mengenai perkembangan riset teori kepemimpinan bisa dibagi

menjadi tiga, menurut Dewi (2009) yang pertama adalah teori sifat pemimpin

(traits theory), kemudian perilaku pemimpin (behavioral theory) dan

kepemimpinan situasional (situational leadership).

Teori sifat ini mencoba memaparkan pemimpin dan kepemimpinan dilihat

dari sifat-sifat yang ada atau melekat pada diri seseorang. Dengan kata lain,

seseorang yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri sebagaimana yang

dimaksudkan dalam pendekatan teori sifat ini, dapat dikatakan pantas dan layak

disebut sebagai pemimpin. Aktivitasnya dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pemimpin (melaksanakan kepemimpinan) dengan sendirinya akan lekat

dan terkait sekali dengan sifat-sifat yang dimilikinya.

Selanjutnya adalah pendekatan kepemimpinan menurut teori perilaku,

penekanan yang semula diarahkan kepada sifat pemimpin maka sekarang diubah

kepada perilaku atau gaya yang dianut oleh pemimpin tersebut. Berdasarkan teori

ini agar organisasi dapat berjalan secara efektif terdapat penekanan pada suatu

(33)

memiliki kelemahan yang sama, yaitu mengabaikan faktor-faktor situasional

untuk menentukan efektivitas kepemimpinan. Untuk menjadi pemimpin yang

efektif tidak cukup hanya memiliki kepemilikan sifat-sifat seorang pemimpin,

oleh karena itu muncullah teori yang ketiga yaitu kepemimpinan situasional.

Terakhir adalah teori yang didasarkan pada faktor situasi atau teori situasional.

Berbeda dengan teori-teori sebelumnya, menurut Muflihin (2008) kepemimpinan

dilihat dari teori situasional ini beranggapan bahwa jenis tindakan atau kebijakan

apa yang perlu dilakukan atau di ambil dalam rangka mencapai tujuan organisasi

perlu dilihat bagaimana kondisi bawahan atau anggota. Pada situasi bawahan itu

masih belum tahu banyak dan pengalamannya masih kurang, maka pemimpin

dapat menerapkan pola pertama, yaitu menekankan pelaksanaan tugas yang

tinggi, sedangkan hubungan dengan anggota dibatasi.

Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang didasarkan pada

misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya secara jelas dan nyata.

Dalam kondisi sebagaimana di atas, pemimpin perlu memberikan penjelasan

tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota secara jelas, terperinci, dan

mudah dipahami. Jika hal ini tidak dilakukan (artinya pemimpin membiarkan

anggotanya untuk bekerja sendiri tanpa adanya penjelasan tugas) maka tindakan

yang dilakukan oleh anggota tidak bisa terarah dan cenderung keluar dari tujuan

yang telah ditetapkan. Tindakan pemimpin yang seperti ini jelas

membuang-buang tenaga, waktu, dan biaya yang ada. Apabila situasi atau kondisi anggota

dalam keadaan cukup baik, sudah terbiasa bekerja dalam organisasi,

(34)

pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Hanya saja pemimpin perlu

membangun hubungan manusiawi yang lebih baik, dengan memberikan dorongan

atau motivasi kepadanya untuk bekerja dengan baik, teliti, dan tekun (misalnya

dengan memberi pujian atas hasil kerjanya atau sapaan setiap saat).

Mardiana (2003) dan Wijaya (2006) menyatakan beberapa faktor penting

situasional yang mempengaruhi keefektivitasan kepemimpinan adalah kualitas

hubungan pemimpin-bawahan, tingkat struktur dalam tugas yang akan dikerjakan,

dan kekuatan posisi pemimpin. Hal tersebut sesuai dengan dasar yang

dikemukakan oleh Fiedler (dalam Robbins, 2006) bahwa efektivitas

kepemimpinan bergantung pada faktor situasi (situasional), dengan kata lain

efektivitas kepemimpinan bergantung pada keadaan dari kecocokan antara

perilaku pemimpin dan tuntutan situasi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar

2.1 berikut ini :

Sumber : Fiedler

Gambar 2.1

Esensi Teori Kepemimpinan Contingency Fiedler

Model ini menjelaskan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada

cocok dan tidaknya kepemimpinan dengan faktor-faktor situasional tersebut.

Fiedler (dalam Robbins, 2006) telah mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan

Perilaku Pemimpin

Tuntutan Situasi

Fit (cocok) Kepemimpinan

(35)

yang dapat mendefinisikan faktor situasional utama (kunci) yang menentukan

keefektifan kepemimpinan.

Ketiga dimensi tersebut adalah:

1. Hubungan pemimpin dan bawahan.

Hubungan pemimpin bawahan menunjukkan sejauh mana seorang

pemimpin mendapatkan dukungan dan loyalitas daripada bawahan dan

hubungan dengan para bawahan itu bersahabat dan saling membantu.

2. Struktur tugas.

Pada struktur tugas terdapat prosedur pengoperasian yang standar untuk

menyelesaikan tugas dan indikator obyektif tentang seberapa baik tugas itu

dikerjakan. Struktur tugas yang tinggi akan memberikan kontribusi pada

situasi yang menguntungkan pemimpin karena pemimpin akan lebih

mudah memonitor dan mempengaruhi perilaku bawahannya pada tugas

yang terstruktur tinggi. Sedangkan tugas yang tidak terstruktur akan

memberikan kontribusi yang tidak menguntungkan pemimpin, sehingga

kemampuan pemimpin untuk mengontrol bawahannya rendah.

3. Kekuatan posisi pemimpin.

Pada kekuatan posisi pemimpin terdapat tingkat wewenang pemimpin

untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja bawahan, memberikan

penghargaan, promosi, hukuman, dan demosi. Semakin besar kekuasaan

formal seorang pemimpin untuk memberikan hukuman dan penghargaan,

semakin kuat kontrol pemimpin, dan hal ini membuat situasi semakin

(36)

2.1.2 Kepemimpinan yang Beretika

Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral,

norma-norma, dan hal-hal yang baik. Maka etika juga didefinisikan sebagai filsafat

tentang bidang moral. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam bersikap dan

bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat yang lebih baik. Pada

dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi pedoman untuk menjalankan apa-apa

yang benar dan tidak melakukan apa-apa yang tidak benar. Dengan demikian

menjalankan suatu kehidupan yang beretika diyakini akan membawa

kehidupan pada suatu kondisi yang tidak menimbulkan efek negatif yang

merugikan bagi kehidupan di sekitarnya.

Menurut Dr. Kartini Kartono (2010) etika profesi kepemimpinan ini

mengandung kriteria adalah :

1. Pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam

pengetahuan, ketrampilan sosial, kemahiran teknis, serta pengalaman;

2. Sehingga dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas kepemimpinan;

3. Mampu bersikap susila dan dewasa. Sehingga dia selalu bertanggung

jawab secara etis/susila, mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang

buruk, dan memiliki tanggung jawab sosial yaang tinggi.

Ditinjau dari segi evolusi, dimensi etika dapat menjadi faktor kunci

keberhasilan suatu kepemimpinan. Dalam suatu organisasi, kepemimpinan yang

dinilai baik apabila fungsi-fungsi kepemimpinan dijalankan berdasarkan

prinsip-prinsip beretika. Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja

(37)

pelaku-pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan penuntun

berupa prinsip-prinsip etika yang membatasi gerak bersikap dan

bertindak. Adapun prinsip-prinsip pemimpin yang beretika adalah :

1. Menjaga perasaan orang lain,

2. Memecahan masalah dengan rendah hati,

3. Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain,

4. Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah,

5. Menanggapi suatu masalah dengan cepat dan sesuai dengan

keahlian(competence),

6. Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value),

7. Mengedepankan sikap jujur, disiplin dan dapat dipercaya.

Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah

suatu hal yang mudah. Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi

untuk apa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen

para pelaku organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan

tujuan organisasi. Satu hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan

sanksi yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran atas

kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi. Sanksi dapat diberlakukan tanpa

harus adanya diskriminasi. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya

mempunyai “kode etik organisasi” yang berfungsi sebagai alat pengendalian atau

pengawasan organisasi.

Kode etik organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dapat

(38)

jalannya roda organisasi. Kode etik organisasi disusun berdasarkan pertimbangan

beberapa faktor peraturan dan ketentuan yang disepakati, sinergitas, persaingan

yang sehat, competition is matter of spirit, not strength, tanggung jawab atau

integritas, hubungan kerja, dan aspirasi.

Dalam suatu organisasi akan ditemukan beberapa unsur yakni visi-misi,

tujuan dan program kerja, struktur organisasi, kode etik organisasi, hubungan

antar lini organisasi, individu-individu, kepemimpinan, dan dinamika organisasi.

Keberhasilan organisasi mencapai tujuan organisasi sangat tergantung kepada

pemimpin dan orang-orang yang berada di sekitar pemimpin. Seorang pemimpin

yang sukses apabila ia mampu menggerakkan sejumlah orang dalam mencapai

tujuan organisasi. Untuk keperluan itu, seorang pemimpin hendaknya dapat

menciptakan beberapa hal, yaitu atmosfer hubungan kerja yang nyaman, motivasi

maksimum, kedisiplinan, keteladanan dan berkemampuan (professional), aspiratif

(people focus), berkomitmen terhadap etika dan tujuan organisasi (performance),

dan berpikir sistemik dan selalu positive thinking.

Maka yang menjadi masalah pokok bagi ilmu kepemimpinan dan

manajemen modern ialah bagaimana caranya membuat kegiatan-kegiatan

individual dan organisasi karya ini menjadi lebih human/ manusiawi lagi. Adapun

alasan-alasannya ialah sebagai berikut :

a. Pada bakat dan kemampuan individu masing-masing yang terus-menerus

harus dikembangkan.

b. Secara implisit, organisasi kerja tersebut harus Organisasi kerja/ karya itu

(39)

unsur-unsur kemanusiaan) jangan dianggap seperti sistem robot atau sistem

mesin belaka.

c. Manajemen dalam organisasi kerja itu pada dasarnya harus merupakan

usaha koordinasi tenaga manusia yang bertumpuan memberikan

kesempatan sebagai setiap warganya untuk berkembang dan

(merealisasikan diri) juga untuk memberikan kontribusi sosial, sesuai

dengan bakat dan kemampuan masing-masing orang. Maka pemimpin

yang berhasil ialah orang yang mampu menciptakan kondisi sosial

sedemikian, sehingga setiap orang dapat memaksimalkan daya dan

kreativitasnya.

d. Keadilan dan kesejahteraan itu harus merata, baik pada lapisan masyarakat

atas, maupun pada lapisan bawah. Maka nilai dan martabat individu

sebagai manusia harus diutamakan faktor manusia itu lebih penting

daripada mesin uang, material, administrasi, dan lain-lain.

2.1.3 Kepuasan Kerja Pegawai

Kepuasan kerja dirasakan pegawai karena ada hal-hal yang mendasarinya.

Pada dasarnya seseorang akan merasa nyaman dan tingkat loyalitas pada

pekerjaannya akan tinggi apabila dalam bekerja orang tersebut memperoleh

kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepuasan kerja merupakan

cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya.

Menurut Masrukhin dan Waridin (2006) kepuasan kerja seorang individu

(40)

memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan

harapan individu tersebut sehingga tingkat kepuasan yang dirasakan semakin

tinggi, begitu pula sebaliknya.

Salah satu kriteria dalam kepuasan kerja di mana ukuran yang serupa dari

kesuksesan organisasi dapat dilihat pada tingkat absensi pegawai di dalamnya.

(Gibson, 2009). Hal ini ditegaskan oleh pendapat Munchinsky (dalam Soedjono,

2005). Variabel-variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan

kerja adalah absenteeism, turnover, dan job performance.

Mangkunegara (dalam Brahmasari dan Suprayetno, 2008) mengemukakan

bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada

pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya. Faktor yang ada pada diri pegawai

yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,

pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir,

persepsi, dan sikap kerja. Sedangkan faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjaan,

struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

keuangan, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Luthans (dalam Arsintadiani dan Harsono, 2002) mengungkapkan bahwa

ada tiga dimensi kepuasan kerja. Pertama kepuasan kerja adalah sesuatu emosi

yang merupakan respon terhadap situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat tetapi

hanya dapat diduga, atau hal ini tidak dapat dinyatakan tetapi bisa dilihat dari

cerminan sikap pegawai. Kedua, kepuasan kerja dinyatakan dengan perolehan

hasil yang sesuai atau bahkan yang melebihi harapan. Ketiga, kepuasan kerja ini

(41)

Menurut Gibson et. al., (dalam Wijaya, 2006) terdapat beberapa teori

dasar sebagai landasan untuk mengkaji kepuasan kerja yaitu :

a. Teori kepuasan ( content theory)

Teori kepuasan ini memusatkan perhatian pada faktor dalam diri orang

yang menguatkan, mengarahkan, mendukung,dan menghentikan. Kajian

teori ini terdiri dari teori kebutuhan Abraham Maslow, teori dua factor dari

Herzberg, dan teori prestasi McClelland.

b. Teori proses (process theory)

Teori proses merupakan teori yang menguraikan dan menganalisis

bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

Teori - teori yang berhubungan dengan teori proses tersebut antara lain

teori pengharapan, teori keadilan, dan teori pengukuhan.

Menurut Mas’ud (2004) ada lima hal yang menjadi indikator kepuasan

kerja, yaitu: pekerjaan itu sendiri, kesempatan berkembang atau promosi, gaji atau

kompensasi, rekan kerja dan atasan atau pemimpin kerja. Luthans (dalam

Yuwono, 2005) menjelaskan lebih lanjut mengenai lima indikator tersebut:

1. Gaji

Dengan upah yang diterima, orang dapat memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, dan dengan melihat tingkat upah yang diterimanya, orang

dapat mengetahui sejauh mana manajemen menghargai kontribusi

seseorang di organisasi tempat kerjanya. Robbins (dalam Purnama dan

Suhartini, 1997) mengatakan bahwa seseorang bekerja untuk mendapatkan

(42)

akan mendapatkan sumber pendapatan yang menentukan status sosialnya

atau standar kehidupannya. Para pegawai menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang adil dan sesuai dengan pengharapannya. Apabila

sistem upah diberlakukan secara adil dan didasarkan pada tuntutan

pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan; maka

kemungkinan besar akan diperoleh kepuasan kerja. Hal ini dibuktikan

dengan banyak orang yang bersedia menerima upah yang lebih kecil untuk

bekerja pada lokasi sesuai, misalnya dekat dengan tempat tinggalnya.

2. Kesempatan mendapatkan promosi

Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996) kesempatan promosi jabatan

memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi

menggunakan berbagai cara dan memiliki penghargaan yang beragam,

misalnya promosi berdasarkan tingkat senioritas, dedikasi, pertimbangan

kinerja, dll. Kebijakan promosi yang adil dan transparan terhadap semua

pegawai dapat memberikan dampak kepada mereka yang memperoleh

kesempatan dipromosikan, seperti perasaan senang, bahagia, dan

memperoleh kepuasan atas kerjanya.

3. Kolega kerja atau rekan kerja

Dukungan rekan kerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan

kerja bagi pegawai karena pegawai merasa diterima dan dibantu dalam

memperlancar penyelesaian tugasnya. Sifat kelompok kerja akan memiliki

pengaruh terhadap kepuasan kerja. Bersama dengan rekan kerja yang

(43)

secara individu. Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996) kelompok kerja

yang bagus dapat membuat kerja menjadi lebih menyenangkan, sehingga

kelompok kerja dapat memberikan support, kesenangan, nasehat, dan

bantuan bagi seorang pegawai.

4. Atasan

Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996) Kemampuan atasan dalam

memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku pada pegawai dapat

menumbuhkan kepuasan kerja bagi mereka. Demikian pula iklim

partisipatif yang diciptakan oleh atasan dapat memberikan pengaruh yang

substansial terhadap kepuasan kerja pegawai.

5. Pekerjaan itu sendiri

Sumber kepuasan kerja dan sebagian dari unsur yang memuaskan dan

paling penting yang diungkapkan oleh banyak peneliti adalah pekerjaan

yang memberi status. Lebih lanjut, pegawai cenderung lebih menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk

menggunakan keterampilan dan kemampuannya serta menawarkan

beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai seberapa baik

(44)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian

[image:44.595.114.510.195.671.2]

mengenai kepemimpinan diantaranya adalah sebagaimana berikut ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Alat Analisis Tujuan Penelitian

1 Tony

Wijaya (2006) Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja : Studi Pada Ramayana

Department Store Yogyakarta

Uji F, Uji t, dan Uji Regresi Berganda

Terdapat pengaruh antara Efektivitas

kepemimpinan

Terhadap kepuasan kerja pegawai. Diketahui

adjust R

square sebesar 0.171

2 Indi

Jastuti dan Ika Yudaya nti (2003) Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Leader Power Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus Pada Tiga

Perusahaan Asuransi Jiwa Di Semarang)

Uji t, uji F dan analisis regresi linier berganda

Koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 76,2% artinya 76,2%

Variabel kepuasan kerja Dapat dijelaskan oleh Perubahan variabel bebasnya.

3 Ardy

Baskoro Wicakso no (2011) Pengaruh efektivitas kepemimpinan Terhadap kepuasan kerja pegawai (Studi pada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang) Uji t, Uji F dan koefisien determinasi

Efektivitas kepemimpinan

(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

[image:45.595.121.504.166.302.2]

Sumber : Astuti (2009), Voon, et., al (2011) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Organisasi dalam perjalanannya akan semakin maju dan berkembang,

serta mempunyai banyak tantangan dan hambatan, salah satunya adalah

bagaimana organisasi dapat menciptakan kepuasan kerja bagi pegawai di

dalamnya. Salah satu faktor kepuasan kerja pegawai adalah dengan adanya

pemimpin yang efektif dan beretika. Pemimpin yang efektif dan beretika

merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi cara kerja dari pegawai

dimana nantinya timbul menjadi kepuasan kerja yang akhirnya terlihat pada hasil

kerja yang diberikan oleh pegawai (Astuti, 2009).

Kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap kepuasan kerja pegawai

adalah faktor yang telah dianggap sebagai dasar bagi organisasi sukses. Seorang

pemimpin yang mampu memberikan arah bagi organisasi dan pengikut mengarah

kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, sedangkan pegawai dengan kepuasan

kerja yang tinggi cenderung mengerahkan usaha lebih dalam tugas mereka Kepemimpinan yang

efektif

Kepemimpinan yang beretika

(46)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan dugaan awal/ jawaban sementara

hubungan pengaruh variabel indevenden dengan variabel dependen sebelum

dilakukan penelitian dan harus dibuktikan melalui penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis

penelitian ini terdapat pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

survei eksplanasi dimana penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang

didasarkan kepada tujuan objeknya. Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk

ke dalam asosiatif yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat

pengaruh antara variabel yang terumus pada hipotesis penelitian yaitu variabel X

yang terdiri dari variabel kepemimpinan yang efektif (X1), kepemimpinan yang

beretika (X2) berpengaruh terhadap variabel kepuasan kerja pegawai (Y).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Kab. Karo beralamat di Jl. Jamin Ginting No. 17 Kabanjahe. Penelitian ini akan

dilakukan sejak bulan Maret sampai Mei 2013.

3.2 Batasan Operasional

1. Variabel bebas (Independent) yaitu seberapa besar pengaruh

kepemimpinan yang efektif (X1) dan kepemimpinan yang beretika (X2)

terhadap kepuasan kerja pegawai (Y)

2. Variabel terikat (dependent) yaitu kepuasan kerja pegawai (Y) pada Badan

(48)

3.4 Definisi Operasional

Definisi variabel akan memberikan atau menuntun arah peneliti untuk

memenuhi unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel.

Dalam hal ini terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu :

1. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung

pada variabel lain terdiri dari :

a. Variabel kepemimpinan yang efektif (X1) adalah kepemimpinan yang

didasarkan pada misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya

secara jelas dan nyata.

b. Variabel kepemimpinan yang beretika (X2) adalah pemimpin yang

memiliki perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral,

norma-norma, dan hal-hal yang baik-baik.

2. Variabel dependen (terikat) yaitu variabel kepuasan kerja pegawai (Y)

merupakan cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja seorang individu tergantung pada karakteristik individu

dan situasi pekerjaan.

Berdasarkan definisi operasional yang telah diuraikan, maka peneliti

(49)
[image:49.595.112.512.113.657.2]

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran Kepemim pinan yang efektif (X1) Kepemimpinan yang didasarkan pada misi organisasi,

mendefinisikannya dan menegakkannya secara jelas dan nyata.

a.Hubungan pemimpin

terhadap bawahan,

b.Struktur tugas

c.Kekuatan posisi

pemimpin

d.Motif dan sifat

e.Pengetahuan

f.Ketrampilan

g.Kemampuan

h.Penerapan visi

i.Kharisma

j.Kewibawaan

Skala likert 1-5 dimana 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) Kepemim pinan yang beretika (X2) Pemimpin yang memiliki perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-norma, dan hal-hal yang baik-baik.

a.Menjaga perasaan

orang lain

b.Pemecahan masalah

dengan rendah hati

c.Menghindari

pemaksaan kehendak

d.Mengutamakan proses

dialogis

e.Menyadari kesalahan

f. Jujur

g.Disiplin

h.Dapat dipercaya.

Skala likert 1-5 dimana 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) Kepuasan kerja pegawai (Y) Cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya yang tergantung pada karakteristik individu dan situasi pekerjaan.

a.Personal

b.Pekerjaan

c.Promosi

d.Gaji atau kompensasi

e.Rekan kerja

f.Atasan atau pemimpin

kerja

g.Pengalaman kerja

h.Mutu pengawasan

Skala likert 1-5 dimana 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju)

(50)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Variabel diukur dengan Pengukuran skala likert 1-5 dimana 1 (sangat tidak

setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2007:86). Data yang diperoleh dari skala ini adalah data interval.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian

Langkah selanjutnya setelah menentukan jenis dan sumber data adalah

menentukan yang akan disurvei yakni populasi target. Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:72). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pegawai pada level manajemen yang bekerja pada Badan kepegawaian,

Pendidikan dan Pelatihan Kab. Karo sebanyak 48 orang.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk

memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2007:74). Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah sensus, karena seluruh populasi dijadikan sampel,

yaitu sejumlah sampel. Teknik sensus digunakan dengan pertimbangan :

(51)

b. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan

generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel

menjauhi populasi maka makin besar kesalahan generalisasi.

(Sugiyono, 2008:79).

3.7 Jenis Data

1. Data Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli dan data dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian

yang sesuai dengan keinginan peneliti (Fuad Mas’ud, 2004). Data primer

ini khusus dikumpulkan untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan.

Data primer dalam penelitian ini adalah data pegawai dari Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo, serta yang

berasal dari penyebaran kuesioner tentang profil sosial dan identifikasi

responden, berisi data responden yang berhubungan dengan identitas

responden dan keadaan sosial seperti : usia, pendidikan terakhir, dan masa

kerja dari seluruh karyawan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan Kabupaten Karo.

2. Data Sekunder, adalah data yang berasal dari buku – buku pendukung,

dokumen dan sumber referensi lainnya yang relevan dengan variabel

penelitian di mana peneliti dapat memperoleh data secara tidak langsung

(52)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai persepsi

karyawan tentang pengaruh kepemimpinan yang efektif dan beretika terhadap

kepuasan kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Kabupaten Karo.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara :

a. Mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Pengamatan ini

dilakukan untuk memperoleh gambaran suasana tempat kerja, proses kerja,

dan hal-hal lain yang diperlukan.

b. Memberikan kuesioner kepada pihak yang bersangkutan. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitiaan ini berisi tentang persepsi karyawan tentang

kepemimpinan yang efektif dan beretika.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

memberikan kuesioner pada karyawan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan Kab. Karo sebanyak 48 buah.

Jawaban atas daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden dibuat

dengan menggunakan skala likert (likert scale), yaitu dengan pengukuran skala

likert 1-5 dimana 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

(53)

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan

pada kuesioner yang harus dibuang/ diganti karena dianggap tidak relevan (Umar,

2008:166). Kuesioner ini dikatakan valid apabila instrumen tersebut benar-benar

mampu mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti (Suliyanto, 2006:146).

Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitungpositif dan r hitung> rtabel maka butir pernyataan tersebut adalah

valid.

b. Jika r hitungnegatif dan r hitung< rtabel maka butir pernyataan tersebut adalah

tidak valid.

Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Logikanya jika kita lakukan penelitian yang sama, dengan tujuan yang sama dan

karakteristik responden yang sama, maka hasil pengambilan data berikutnya akan

kita dapatkan respon yang kurang lebih sama.

Ketetapan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian

sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.

Pengujian hipotesis tidak akan mengenai sasarannya bia mana data yang dipakai

tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh

(54)

Instrumen yang dilakukan dalam uji validitas dan reliabilitas penelitian ini

adalah kuesioner yang terdiri dari 26 pernyataan. Pernyataan yang berhubungan

dengan kepemimpinan yang efektif (X1) sebanyak 10 pernyataan, kepemimpinan

yang beretika (X2) sebanyak 8 pernyataan, dan kepuasan kerja pegawai (Y)

sebanyak 8 pernyataan.

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa

yang harus diukur. Uji validitas ini dilakukan pada 48 orang pegawai pada Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo, dengan ketentuan

apabila nilai rhitung > rtabel berarti data empirik dari variabel penelitian adalah valid.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 16.0

for windows. Berdasarkan jumlah sampel 30 pada tingkat signifikan 5% (0,05),

maka df = n-2 (30-2=28), nilai r tabel untuk df = 28 adalah 0,361. Sedangkan nilai

r hitung dapat dilihat dari output nilai korelasi antara tiap item dengan skor total

item. Dari pengujian dengan mengguanakan program SPSS Statistics 16.0 for

windows, maka di dapat hasil yang dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap 30 item pernyataan yang

(55)

Tabel 3.2

Rangkuman Hasil Uji Validitas No Pernyataan Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Keterangan

Q1 38.5000 40.190 .707 .872 Valid

Q2 38.3667 42.171 .479 .891 Valid

Q3 38.0333 41.620 .767 .870 Valid

Q4 38.5000 41.086 .633 .878 Valid

Q5 38.2667 41.995 .573 .882 Valid

Q6 37.9333 42.271 .800 .870 Valid

Q7 38.3333 40.575 .704 .873 Valid

Q8 38.1333 43.775 .563 .883 Valid

Q9 38.3000 41.941 .583 .881 Valid

Q10 38.4333 41.564 .576 .882 Valid

Q11 30.1667 24.557 .684 .846 Valid

Q12 30.0333 26.378 .427 .879 Valid

Q13 29.7000 25.252 .801 .837 Valid

Q14 30.1667 25.040 .632 .852 Valid

Q15 29.9333 26.478 .496 .868 Valid

Q16 29.6000 25.903 .820 .838 Valid

Q17 30.0000 24.966 .670 .848 Valid

Q18 29.8000 26.855 .602 .856 Valid

Q19 30.0667 24.823 .662 .851 Valid

Q20 29.9333 26.271 .442 .880 Valid

Q21 29.6000 25.283 .804 .839 Valid

Q22 30.1000 25.403 .612 .857 Valid

Q23 29.8333 26.557 .494 .870 Valid

Q24 29.5333 25.982 .812 .841 Valid

Q25 29.9000 24.921 .681 .849 Valid

Q26 29.7333 26.547 .653 .853 Valid

[image:55.595.110.516.136.705.2]
(56)

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa semua nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari r-tabel dimana batas kritis validitas adalah 0,36),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-26 item penelitian adalah valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas menggunakan

software SPSS 16.0 for windows, dengan ketentuan apabila ralpha positif > rtabel,

[image:56.595.112.516.340.461.2]

maka pernyataan adalah reliabel atau handal.

Tabel 3.3

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas No Variabel Penelitian Cronbach's

Alpha

r-tabel Kesimpulan

1 Kepemimpinan Efektif (X1) 0.889 0.70 Reliable

2 Kepemimpinan Beretika (X2) 0.869 0.70 Reliable

3 Kepuasan Kerja 0.871 0.70 Reliable

Sumber : Data penelitian 2013 (diolah)

Tabel 3.9 di atas memperlihatkan bahwa semua nilai t-hitung reliabilitas

lebih besar dari t-tabel dengan batas kritis reliabilitas = 0,70), sehingga dapat

disimpulkan bahwa selur

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan suatu sumber daya kompetitif berkelanjutan,terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi oleh suatu sumber daya sebelum disebut sebagai sumber daya

Hasil dari evaluasi administrasi, teknis dan harga Penyedia Barang dinyatakan lulus, karena dapat memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.. HASIL

Water resources are getting more and more important with each passing day in case of survival of humanity. For this reason, assessing water resources’ quality and also monitoring

[r]

Jika keliling trapesium tidak lebih dari 54 cm maka nilai x adalah ....A. Persamaan Linear

In order to assess the potential of using surface water irrigation in the delta area of Bangladesh, we used a series of Landsat images to analyze current cropping

Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan, jika harga jual perunit suatu pesanan khusus lebih besar dari pada biaya variabel perunit pesanan khusus,maka suatu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif model picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi konsep ciri-ciri makhluk hidup