Bastian, Indra. 2009. Sistem Perencnaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Blocher, Edward J., David, E. Stout., dan Gary Cokins. 2013. Manajemen Biaya: Penekanan Stratgis. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 2015. Diakses tanggal 12 Mei 2015.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat. Yogyakarta: ANDI.
Murwanto, Rahmadi., Insyafiah., dan Subkhan. 2006. Manajemen Kas Sektor Publik. Jakarta: LPKPAP.
Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Menteri Keuangan.
Robbins, Steven P., dan Mary Coulter. 2010. Manajemen. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan: Perencanaan, Analisis, dan Pengendalian Keuangan. Medan: USU Press.
A.Pengertian Anggaran dan Kas 1. Anggaran
Menurut Blocher dan kawan-kawan (2013:564) Anggaran (budget) merupakan
rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan
lain-lain selama periode waktu tertentu. Anggaran mencakup aspek keuangan dan
nonkeuangan dari operasi dan proyek dan yang direncanakan. Anggaran untuk suatu
periode merupakan garis pedoman operasi dan proyeksi hasil operasi untuk periode
yang dianggarkan. Ada beberapa manfaat anggaran menurut Nafarin (2013:19), yaitu:
1) Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama.
2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan.
3) Dapat memotivasi karyawan.
4) Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada karyawan.
5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6) Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana) dapat dimanfaatkan
seefesien mungkin.
7) Alat pendidikan bagi para manajer.
2. Kas
Menurut Syahyunan (2013:59) Uang tunai atau sering disebut dengan kas
merupakan komponen penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Sebagian besar
melibatkan uang tunai dalam pelaksanaan kegiatannya. Hampir dapat dipastikan kas
inilah yang memiliki peranan sentral dalam menjaga kelangsungan sebuah aktivitas.
Kegiatan-kegiatan pembayaran atas suatu aktivitas sebagian besar didominasi dengan
menggunakan kas ini tidak terlepas dari kondisi masa kini yang menjadikan uang
tunai sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Sangat jarang ditemukan dalam
system perekonomian sebuah Negara saat ini yang tidak menggunakan uang tunai
sebagai alat pembayaran. Menurut Murwanto dan kawan-kawan (2006:1) Ada banyak
sekali pengertian tentang kas, baik dari sisi perundang-undangan maupun dari sisi
teori/konsep ekonomi.
1) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung
seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.Dengan
demikian kas dalam pengertian undang-undang ini semuauang negara yang
bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayarseluruh
pengeluaran negara.
2) Menurut Standar Akuntansi Pemerintah
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas daerah adalah tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah
untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran. Kas negara adalah tempat
Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat.
3) Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendak dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
resiko perubahan nilai yang signifikan.
B.Anggaran Kas
Menurut Nafarin (2013:309) Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukkan
perubahan kas dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar sebagai arus kas dibelanjakan atau
digunakan sehingga tampak kelebihan atau kekurangan kas, dan saldo kas selama
periode tertentu dari suatu organisasi. Anggaran kas (cash budget) memuat implikasi
kas dari seluruh aktivitas yang diangarkan. Dengan menyiapkan anggaran kas, pihak
manajemen dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mereka
memiliki kas yang cukup ditangan untuk melakukan aktvitas yang direncanakan,
memberikan waktu yang cukup untuk mengatur pembiayaan tambahan yang mungkin
dibutuhkan selama periode anggaran.
C.Perencanaan Kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga dalam merumuskan program dan kegiatan
mengacu Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Keuangan tanggal 19 Juni 2009 No.0142/MPN/06/2009 dan No. SE-1848/MK/2009
perihal pedoman Reformasi Perencanaan dan Pembangunan Rumusan Program dan
Kegiatan yang dihasilkan harus mencerminkan tugas-fungsi K/L atau penugasan
tertentu dalam kerangka Perioritas Pembangunan Nasional secara konsisten.
Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen kegiatan
untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan adalah bagian
dari program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) atau beberapa satuan kerja sebagai dari
pencapaian sasaan terukur pada suatu program yang terdiri dari sekumpulan tindakan
pengarahan sumber daya baik berupa personel (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua
jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang dan jasa.
Dalam penyusunan kegiatan, perlu diperhatikan keterkaitan antara kegiatan
dengan program yang memayungi. Disamping itu juga diperhatikan keterkaitan
kegiatan dengan cara pencapaiannya melalui komponen. Keterkaitan antar komponen
sebagai tahapan dalam rangka pencapaian keluaran harus dilihat sehingga tidak
ditemukan adanya tahapan/bagian kegiatan (komponen) dalam rangka pencapaian
keluaran yang tidak efesien.
D.Penyusunan Anggaran Kas
Menurut Nafarin (2013:309) penyusunan anggaran kas merupakan cara yang
kas, dan secara efektif menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas yang
kurang (defisit). Penyusunan anggaran merupakan perencanaan secara detail
perkiraan biaya bagian atau keseluruhan kegiatan atau program., yang selanjutnya
digunakan untuk menetapkan fungsi pengawasan dan pengendalian biaya dan waktu
pelaksanaan. Dalam menyusun anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara yang harus perlu disusun adalah DIPA.
1. Pengertian DIPA
Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara yang
kemudian diserahkan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara dan kemudian
disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA memuat informasi satuan-satuan terukur
yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran serta
tentang program-program, kegiatan, jenis belanja. DIPA dapat dimanfaatkan sebagai
alat pengendalian, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan
perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran
tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Dasar Hukum Penyusunan DIPA
Dalam proses penyusunan DIPA, dasar hukum yang digunakan oleh Kantor
1) Permenkeu Nomor 93/PMK.02/2011 tanggal 27 Juni 2011 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL.
2) Permenkeu Nomor 164/PMK.05/2011 tanggal 10 Oktober 2011 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Pengesahan DIPA.
3. Bahan Penyusunan DIPA
Dalam penyusunan DIPA, dokumen yang digunakan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Negara (DJKN) Sumatera Utara sebagai dasar penyusunan DIPA
adalah:
1) Keppres mengenai rincian APBN sebagai dasar Alokasi Anggaran.
Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
merupakan dasar penyusunan DIPA.
2) RKA-KL yang telah ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA).
Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang telah disesuaikan dengan Alokasi Anggaran
K/L dan mendapat persetujuan DPR, telah ditelaah dan ditetapkan oleh Dirjen
Anggaran.
3) Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP-BUN) yang telah
ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). RDP-BUN
merupakan rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran BUN yang memuat
rincian kebutuhan dan baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan
dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah pusat dan transfer kepada daerah
4) Bagan Akun Standar
Penyusunan DIPA harus memperhatikan kaidah dalam Bagan Akun Standar untuk
memastikan nahwa rencana kerja telah dituangkan sesuai dengan standar kode dan
uraian yang diatur dalam ketentuan tentang akuntansi pemerintah.
5) Daftar Nominatif Anggaran
Daftar Nominatif Anggaran (DNA) adalah ringkasan alokasi anggaran Satuan
Kerja yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dirinci berdasarkan
unit organisasi kementrian negara/lembaga dan provinsi sebagaimana dimuat
dalam keputusan presiden mengenai rincian APBN. Daftar Lampiran DNA hanya
memuat antara lain Kode dan Nama Satuan Kerja (Satker), Alokasi Anggaran per
jenis belanja.
4. Proses Penyusunan DIPA
Untuk mewujudkan pelaksanaan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang tertib, efesien, efektif, transparan, akuntabel, dan taat
perundang-undangan maka penyusunan DIPA dilakukan untuk mewujudkan itu semua. Dalam
penyusunan DIPA, ada langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
melaukkan penyusunan. Berikut di bawah ini adalah proses penyusunan DIPA yang
DJKN DJA
DJPBN
PUSAT KANWIL
Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Gambar 3.1.
Skema Penyusunan DIPA
Keterangan Skema:
1) Pertama penyusunan diawali berdasarkan Undang-undang Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Keputusan Presiden (Keppres) mengenai rincian
APBN sebagai Alokasi Anggran.
2) Kemudian RKAKL yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Sumatera Utra kemudian diajukan ke Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) untuk
ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).
3) Setelah ditelaah dan ditetapkan dan kemudian mendapatkan persetujuan DPR
maka dibuat Surat Pengesahaan RKAKL (SP-RKAKL) oleh Direktorat Jenderal
4) a. Kemudian SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) diserahkan
kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk menjadi bahan Penyusunan
DIPA.
b. Kemudian SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) diserahkan
kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) untuk
menjadi bahan penyesuaian DIPA pada saat DIPA diajukan oleh Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) di Jakarta.
c. Dan selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(DJPBN) Sumatera Utara oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) untuk menjadi data dalam penyesuaian DIPA
diajukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
Sumatera Utara.
5) a. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) menjad
bahan dalam Penyusunan DIPA oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) di Jakarta.
b. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) menjadi
bahan dalam Penyusunan DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.
6) a. Kemudian DIPA yang telah disusun oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal
b. Kemudian DIPA yang telah disusun oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara diserahkan kepada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk disahkan.
7) a. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) yang
diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN)
menjadi bahan penyesuaian oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) dalam pengesahan DIPA yang diajukan oleh Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).
b. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(DJPBN) yang diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara menjadi bahan penyesuaian oleh
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara
dalam pengesahan DIPA yang diajukan oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.
8) a. Setelah DIPA yang sudah disahkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) kemudian dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dan diserahkan
kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku
pengaju DIPA sebagai dasar dalam penggunaan anggaran.
b. Setelah DIPA yang sudah disahkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara kemudian dibuat Surat Pengesahan
Sumatera Utara dan diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara selaku pengaju DIPA sebagai dasar
dalam penggunaan anggaran.
5. Langkah-langkah Menyusun DIPA oleh Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara ke dalam Aplikasi
Dalam menyusun DIPA ke Aplikasi, ada langkah-langkah atau tahapan-tahapan
yang harus dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara, yaitu:
Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Gambar 3.2.
Skema Penyusunan DIPA pada DJKN Sumut
Restore Data RKAKL Pengisian Data PHLN
Pengisian Data Rencana Penarikan dan
Perkiraan Penerimaan
Cetak DIPA Pengisian
SP-RKAKL, KPA, Bendaharawan,
Kirim Data DIPA
5 4
3
Keterangan Skema:
1) Pertama memasukkan Data RKAKL ke dalam aplikasi.
2) Kemudian mengisi Data yang berisi tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
(PHLN)
3) Selanjutnya pengisian tentang rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan
dalam DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai
manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah,
juga sebagai alat monitoring/pembanding terhadap penyerapan pagu. Rencana
penarikan dana berisi tentang untuk Belanja Pegawai, Belanja selain Belanja
Pegawai, Transfer ke Daerah, dan Pengeluaran Pembiayaan. Perkiraan Penerimaan
berisi tentang Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Penerimaan Pembiayaan tiap
bulan pada Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.
4) Kemudian pengisian SP-RKAKL oleh Kuasa Pengguna Anggaran dalam
Penyusunan DIPA pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara.
5) Selanjutnya DIPA yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Kantor
Wilayah Direktoat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk
disahkan berdasarkan Surat Pengesahan RKAKL (SP-RKAKL) oleh Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA).
6) Setelah disahkan kemudian dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh Kantor Wilayah
Direktoat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara dan kemudian
(DJKN) Sumatera Utara selaku Pengaju DIPA untuk dicetak DIPA dan dijadikan
sebagai dasar dalam penggunaan anggaran
.
6. Format Penyusunan DIPA
Saat akan melakukan penyusunan DIPA, format yang digunkan dalam
penyusunan DIPA sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah
sebagai berikut:
Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Gambar 3.3.
Rekap isi DIPA dan informasi Pinjaman/Hibah Dalam Negeri
dan Luar Negeri Rekap isi DIPA dan informasi Umum dan Uraian Fungsi/Sub Fungsi, Outcome Program, Output
Kegiatan
Uraian DJKN Sumut/Kegiatan/Output/ Sumber Dana dan Uraian Belanja
Rencana Penarikan Dana per Bulan dan Perkiraan Penerimaan
Catatan : terutama informasi Blokir dan informasi yang
7. Proses Validasi DIPA oleh kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara
Untuk menjamin kesesuaian data DIPA dengan keputusan Presiden mengenai
rincian anggaran belanja pemerintah pusat maka Validasi DIPA dilakukan oleh
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara.
Berikut di bawah ini adalah proses validasi DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara:
DB RKAKL DIPASumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Gambar 3.4.
Skema Validasi DIPA pada DJPBN Sumut
Keterangan Skema:
1) a. Pertama memasukkan kembali DIPA ke dalam aplikasi untuk divalidasi.
b. Kemudian menyerahkan DIPA kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk dilakukan validasi.
c. Database RKAKL DIPA yang telah ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA) untuk menjadi bahan penyesuaian dalam penentuan
validasi DIPA yang diajukan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Sumatera Utara.
2) Selanjutnya penentuan Validasi dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara.
3) a. DIPA yang divalidasi tidak sesuai maka selanjutnya DIPA diserahkan kembali
kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
Sumatera Utara untuk melakukan pemeriksaan kesalahan yang terjadi.
b. DIPA yang divalidasi sesuai maka selanjutnya dibuat Surat Pengesahan DIPA
oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera
Utara.
Tata cara pengesahan DIPA
1) DIPA yang telah divalidasi diterbitkan Surat Pengesahan DIPA.
2) Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan menetapkan Surat Pengesahan DIPA selaku Bendahara Umum
Negara.
3) Surat Pengesahan yang telah ditetapkan Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala
Kanwil DJPBN dan DIPA yang ditandatangani Ditjen Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran merupakan satu kesatuan DIPA yang sah sebagai dasar
8. Revisi DIPA
Revisi DIPA adalah perubahan rincian dalam DIPA akibat revisi rincian
anggaran pada halaman SP dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman
III dan/atau halaman IV DIPA, termasuk akibat perbaikan karena kesalahan
administratif. Penyebab terjdinya Revisi DIPA adalah sebagai berikut:
1) Hasil Optimalisasi
2) Sisa anggaran
3) Kekurangan Biaya Operasional
4) Perubahan prioritas penggunaan anggaran
5) Perubahan kebijakan pemerintah
6) Keadaan kahar/darurat (force Majeure)
Dalam melakukan Revisi DIPA, Dasar Hukum yang digunakan yaitu:
1) PMK Nomor 49/PMK.02/2011 tanggal 17 Maret 2011 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2011.
2) Perdirjen Nomor PER-22/PB/2011 tanggal 18 April 2011 tentang Tata Cara
Revisi DIPA Tahun 2011.
3) Surat Dirjen Perbendaharaan No.S-519/PB/2012 tgl.17 Januari 2012 tentang
Revisi DIPA.
Ada beberapa jenis dalam melakukan Revisi DIPA,yaitu:
1) Revisi DIPA berdasarkan Perubahan SP-RKA K/L.
a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SP RKA-K/L adalah revisi anggaran yang
memerlukan persetujuan DPR RI, Menteri Keuangan, dan/atau Direktur
b. Perubahan SP RKA-K/L menjadi dasar pengesahan Revisi DIPA dan/atau
penerbitan Daftar Revisi Anggaran (DRA) oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.
c. DRA menjadi dasar pengesahan Revisi DIPA oleh Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.
2) Revisi DIPA tanpa Perubahan SP-RKA K/L.
a. Penerimaan hibah luar negeri/hibah dalam negeri setelah UU mengenai APBN
TA 2011 ditetapkan yang diterima dalam bentuk uang dan dilaksanakan secara
langsung oleh Kementerian Negara/Lembaga.
b. Penerimaan penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas
pagu APBN untuk Satker BLU.
c. Pergeseran antarprogram dalam satu Bagian Anggaran untuk memenuhi
kebutuhan Biaya Operasional.
d. Pergeseran antarjenis belanja dalam satu Kegiatan.
e. Perubahan volume Keluaran berupa penambahan volume Keluaran dalam satu
Keluaran dan/atau antarkeluaran dalam satu Kegiatan dan satu satker.
f. Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka
tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan
dalam rangka dekonsentrasi.
g. Pergeseran antarprovinsi/kabupaten/kota untuk memenuhi Biaya Operasional
yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi
h. Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun
yang lalu sepanjang dalam program yang sama, dananya masih tersedia, dan
tidak mengurangi Sasaran Kinerja.
i. Pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber dananya berasal
dari PNBP.
j. Pergeseran antarkomponen dan antarkeluaran dalam satu kegiatan.
k. Perubahan rencana penarikan dan perkiraan penerimaan.
l. Perubahan berupa pergantian/penambahan kantor bayar.
m.Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
Proses Revisi DIPA pada Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Sumatera Utara oleh KPA.
Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Gambar 3.5.
Skema Revisi DIPA pada DJKN Sumut oleh KPA
Keterangan Skema:
1) Pertama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan perubahan RKA-DJKN
Sumut sesuai dengan kewenangannya.
2) - Bila DIPA berubah maka Cetak DIPA Revisi.
- Bila DIPA tidak berubah maka Cetak POK pada Arsip Data Kumputer Rencana
Kerja Anggaran (ADK RKA) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) Sumtera Utara dan diserahkan kepada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara. POK adalah
dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari
DIPA.
3) Setelah berubah dan dicetak DIPA revisi maka selanjutnya diserahkan kepada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara
untuk dilakukan Pengesahan DIPA Revisi.
4) Waktu dalam Pengesahan DIPA Revisi adalah 5 hari kerja.
5) Setelah disahkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(DJPBN) Sumatera Utara maka kemudian menyerahkan DIPA Revisi yang telah
disahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
6) Selanjutnya Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mencetak POK yang telah
Ada batasan-batasan dalam melakukan Revisi DIPA, yaitu:
1) Tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap;
a. Kebutuhan Biaya Operasional Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Sumatera Utara kecuali untuk memenuhi Biaya Operasional
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera
Utara sepanjang masih dalam peruntukan yang sama.
b. Pembayaran berbagai tunggakan.
c. Paket pekerjaan yang bersifat multiyear.
d. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga menjadi minus.
2) Tidak mengubah target kinerja;
a. Tidak mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau
Prioritas Bidang.
b. Tidak mengurangi spesifikasi Keluaran.
Dalam melakukan Revisi DIPA, ada kewenangan dalam melakukan revisi
Table 3.1. Kewenangan Revisi
Jenis Revisi Kewenangan
I.Revisi Rincian ABPP yaitu revisi
rincian anggaran menurut alokasi SP
RKA-K/L
DPR-RI;
Menteri Keuangan;
Direktur Jenderal Anggaran
II. Revisi DIPA yaitu perubahan rincian
anggaran dalam DIPA
Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala
Kanwil Ditjen Perbendaharaan
III. Revisi POK yaitu perubahan rincian
anggaran dalam POK
Kuasa Pengguna Anggaran
Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
E.Proses Penyusunan Anggaran Kas terhadap Perencanaan Kegiatan
Anggaran yang telah diusulkan dan kemudian, maka anggaran bisa dilakukan
berdasarkan kegiatan atau program yang sudah direncenakan. Adapun program atau
kegiatan yang terlaksana pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara yang direncanakan pada T.A 2013 dan telah dilaksanakan
Tabel 3.2 Realisasi Anggaran
Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara T.A 2013
Uraian
Jumlah Pendapatan - Rp. 42.306.218.000,00 -
BELANJA
Belanja Pegawai Rp. 3.450.657.000,00 Rp. 3.096.370.879,00 89,73
Belanja Barang Rp. 3.252.258.000,00 Rp. 3.079.915.000,00 94,69
Belaja Modal Rp. 902.205.000,00 Rp. 876.459.000,00 97,15
Jumlah Belanja Rp. 7.605.120.000,00 Rp. 7.052.539.794,00 92,73
Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
Dari tabel di atas terlihat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara pada realisasi anggarannya terjadi efesiensi dalam
penggunaan anggaran. Itu menunjukkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
kegiatannya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sehingga efesiensi dalam
penggunaan anggaran dapat terjadi.
Dalam menjalankan anggaran, ada 2 jenis pembayaran dalam mengelola kas
yang sudah ada terutama dalam permintaan pembayaran, yaitu:
1) Pembayaran Secara Langsung,
Dinamakan pembayaran langsung karena uang dari TSA langsung ditransfer pada
rekening supplier atau penerima dana tanpa perlu ada proses pertanggungjawaban
lebih lanjut. Treasury Single Account (TSA) adalah sebuah rekening atau
sekumpulan rekeningyang berhubungan dimana pemerintah menggunakannya
dalam melakukan pembayaran atas tagihan-tagihannya. TSA merupakan suatu
rekening yang dipergunakan untuk menyimpan uang negara, menampung semua
penerimaan negara dan sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara.
Rekening ini pada umumnya terdapat pada Bank Sentral.Dokumen yang diajukan
bendahara pengeluaran untuk dimintakan pembayarannya adalah bentuk
pertanggungjawaban atas penggunaan dana dan langsung menjadi beban negara.
Pembayaran langsung pada prinsipnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara yang berjumlah besar yaitudiatas Rp. 50.000.000.sehingga pembayarannya
secara tunai dinilai tidak efektif untuk digunakan pada jenis pengeluaran
ini.Contoh pembayaran ini adalah Belanja Pegawai seperti gaji, Belanja Barang
dan jasa, Belanja Modal, dan lain-lain.
2) Pembayaran dengan Uang Persediaan
Pembayaran dengan uang persediaan pada dasarnya prinsip yang digunakan adalah
sejumlah uang diberikan untuk digunakan kemudian.Pembayaran dengan uang
persediaan, digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yang tergolong kecil
yaitu dibawah Rp. 50.000.000. Uang persediaan ini disediakan untuk unit
pengguna dana dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari.
Pembentukan uang persediaan juga dimaksudkan agar pengeluaran operasional
unit pengguna dana dapat dilakukan secara efektif mengingat penggunaan transfer
antar rekening membutuhkan biaya yang lebih dibanding manfaatnya.Apabila
uang persediaan yang dikelola tidak dapat memenuhi kebutuhan karena adanya
kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditunda maka dapat dilakukan penambahan
uang persediaan dengan cara pengajuan SPP-TUP (surat pernyataan tambahan
uang persediaan). SPP-TUP mempunyai ketentuan tambahan yang perlu dipenuhi,
yitu dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak/tidak dapat
ditunda, dana harus digunakan paling lama 1 bulan saat dicairkan, apabila dana
tersebut tidak habis dalam satu bulan maka sisa dana harus disetorkan ke rekening
kas negara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dan menganggur pada
bendahara.Contoh pembayaran dengan uang persediaan adalah pembayaran biaya
Perjalanan Dinas, honorarium, dan lain-lain.
Secara umum sebuah pengeluaran dapat dimintakan pembayaran atas beban
negara apabila terpenuhi ketentuan mengenai ketersediaan dana(appropriasi), adanya
komitmen berupa kontrak atau pesanan, dan adanya bukti penyerahan barang dan jasa
sesuai kontrak atau pesanan. Prosedur kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Sumatera Utara dalam transaksi penganggaran kas secara garis
1) Bendahara pengeluaran mencatat transaksi yang terjadi ke dalam kas umum.
2) Berdasarkan transaksi yang dimasukkan ke dalam kas umum, bendahara
pengeluaran menggolongkan transaksi ke dalam rekapitulasi pengeluaran
perincian objek.
3) Berdasarkan hasil pengelompokan tersebut maka bendahara pengeluaran membuat
laporan pertanggungjawabaan bendahara pengeluaran yang diserahkan kepada
kepala bagian umum dan seterusnya diserahkan kepada kepala kantor dan
diketahui oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran.
Untuk menjamin keabsahan dan kebenaran pengeluaran kas, maka harus
mendapatkan pembuktian yang cukup, sehingga dapat dipastikan bahwa pengeluaran
kas tersebut benar-benar dilakukan. Pengeluaran kas yang dilakukan Kantor Wilayah
Direktoat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara dalam realisasinya dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu
1) Pembyaran pada pihak intern, yaitu pembayaran untuk keperluan operasional.
Seperti yang bersifat pembayaran tunai, seperti perjalanan dinas, dan honorarium.
2) Pembayaran pada pihak ekstern, yaitu pembayaran untuk pengadaan barang,
A.Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan penulis atas proses penyusunan aggaran kas sebagai
perencanaan kegiatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu Proses
penyusunan anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara dilakukan dengan menyusun Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) terlebih dahulu dimana didalam DIPA tersebut terdapat Rencana
Kerja Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-K/L) dan kemudian DIPA diusulkan
atau diajukan kepada Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan
selanjutnya diusulkan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan dan terakhir selanjutnya diusulkan atau diajukan kepada Presiden Republik
Indonesia. Setelah proses pengusulan atau pengajuan disetujui oleh Direktur Jenderal
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama
Menteri Keuangan, dan Presiden Republik Indonesia, anggaran kas tersebut disusun
sesuai program atau kegiatan yang sudah direncanakan dan sesuai dengan ketentuan
atau peraturan yang berlaku. Di dalam proses kegiatannya, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara terjadi efesiensi dalam
penggunaan anggaran. Hal itu terjadi dikarenakan penyusunan anggaran kas yang
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sehingga efesiensi
dalam penggunaan anggaran dapat terjadi.
B.Saran
Berdasarkan dari hasil magang yang telah dilakukan pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara, penulis mengajukan
saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi instansi tersebut, yaitu:
1. Dalam penyusunan anggaran seharusnya data yang dikumpulkan sesuai pada
waktu yang ditentukan agar dalam pengerjaan penyusunan anggaran tidak
dilakukan dalam keadaan mendesak atau terburu-buru. Hal ini berfungsi untuk
meminimalkan kesalahan yang bias terjadi.
2. Untuk mengurangi kesalahan dalam penyusunan anggaran dapat diatasi dengan
memberikan pelatihan kepada pegawai bagian keuangan sehingga mereka dapat
mengerjakan penyusunan anggaran cepat.
Diharapakan bagian keuangan bisa lebih teliti dan cermat dalam input data sehingga
kesalahan-kesalahan yang pernah atau sering terjadi tidak terulang lagi dengan
NEGARA SUMATERA UTARA
A.Sejarah
Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya manusia Panitia Urusan
Piutang Negara (PUPN) tidak mampu menangani penyerahan piutang negara yang
berasal dari kredit investasi. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976
dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus
penyelesaian piutang negara sebagaimana Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun
1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, sedangkan PUPN yang merupakan
panitia interdepartemental hanya menetapkan produk hukum dalam pengurusan
piutang negara. Sebagai penjabaran Keppres tersebut, maka Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 517/MK/IV/1976 tentang susunan organisasi
dan tata kerja BUPN, dimana tugas pengurusan piutang Negara dilaksanakan oleh
SatuanTugas (Satgas) BUPN.
Untuk mempercepat proses pelunasan piutang negara macet, diterbitkanlah
Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan
seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur
organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Sebagai tindak lanjut, Menteri Keuangan
memutuskan bahwa tugas operasional pengurusan piutang Negara dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N), sedangkan tugas operasional
Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tanggal 3 Januari 2001, BUPLN
ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) yang
fungsi operasionalnya dilaksanakan oleh Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang
Negara (KP2LN).
Reformasi Birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan pada tahun 2006
menjadikan fungsi pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang digabungkan
dengan fungsi pengelolaan kekayaan negara pada Direktorat Pengelolaan Barang
Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb),
sehingga berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia, DJPLN berubah menjadi Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dan KP2LN berganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan tambahan fungsi
pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian.
Penertiban Barang Milik Negara (BMN) yang terdiri dari kegiatan
inventarisasi, penilaian dan pemetaan permasalahan BMN mengawali tugas DJKN
dalam pengelolaan kekayaan negara, dilanjutkan dengan koreksi nilai neraca pada
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga (LKKL). Dari kegiatan ini, LKPP yang sebelumnya mendapat
opini disclaimer dari BPK RI, telah meraih opini wajar dengan pengecualian. Pada
periode pelaporan 2012, sebanyak 50 dari 93 kementerian/lembaga meraih opini
Mengingat fungsi pengelolaan aset negara yang merupakan pos terbesar neraca
pada LKPP, dan sebagai kontributor perkembangan perekonomian nasional, saat ini
DJKN tengah melaksanakan transformasi kelembagaan sebagai bagian dari
Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Transformasi kelembagaan di
DJKN ini dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertajam fungsi DJKN yang
terkait dengan manajemen aset dan special mission pengelolaan kekayaan negara.
B.Visi dan Misi 1. Visi
Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2. Misi
a. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas
pengelolaan kekayaan negara.
b. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum.
c. Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah
d. Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam
berbagai keperluan.
e. Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel.
f. Mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif
C.Tugas dan Fungsi 1. Tugas
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang
negara, dan lelang.
2. Fungsi
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara,dan lelang.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kekayaan negara,
piutang negara, dan lelang.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kekayaan negara, piutang
negara, dan lelang.
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
D.Struktur Organisasi
Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya
hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk
dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.
Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat
diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja
sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu
instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan,
maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan
tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal. Berikut
bagan struktur organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara, 2015.
Gambar 2.1.
Struktur Organsasi Kanwil DJKN Sumut
E.Job Description
Adapun uraian tugas (job description) untuk masing-masing bagian yang
terlibat di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera
Utara adalah :
1. Kepala Kantor
Tugas Kepala Kantor:
a. Melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan
piutang negara, dan lelang.
b. Menyelenggarakan urusan penerimaan/ penolakan/ pengembalian penyerahan
piutang negara sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Menyelenggarakan penerbitan pernyataan bersama (PB) atau surat keputusan
penetapan jumlah piutang negara (PJPN).
d. Menyelenggarakan penatausahaan, pengamanan, dan pendayagunaan dokumen
dan fisik barang jaminan atau harta kekayaan lain.
e. Menyelenggarakan penerbitan dan pemberitahuan surat paksa (SP) dalam rangka
penagihan piutang negara.
2. Bagian Umum
Tugas Bagian Umum:
a. Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan
pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional.
c. Menyusun daftar urut kepangkatan dan formasi pegawai dilingkungan kantor
pelayanan kekayaan negara dan lelang.
d. Melaksanakan administrasi kepegawaian kantor pelayanan kekayaan negara dan
lelang.
e. Mengusulkan pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Bendahara Pengeluaran
Menyelenggarakan pengelolaan anggaran rutin dengan cara menyiapkan dan
mengajukan surat permintaan pembayaran, menerima, menyimpan, mengeluarkan
uang dan mengajukan SPP/UYHD pengganti serta membuat LKKR berdasarkan
peraturan yang berlaku.
Tugas Bendahara Pengeluran:
a. Membuat konsep daftar perencanaan pembiayaan rutin Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.
b. Mengajukan permintaan uang tunai sebagai persediaan kas rutin untuk
pembayaran tagihan-tagihan.
c. Melaksanakan penutupan buku kas umum.
d. Menatausahakan bukti pembayaran tagihan dan pembayaran rutin lainnya.
Sekretaris
Membantu melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah
tangga dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional.
a. Menyampaikan dan menerima surat masuk dan surat keluar ke kepala Kanwil.
b. Menerima tamu yang akan bertemu kepala Kanwil.
c. Menyiapkan keperluan rapat dan pertemuan lainnya.
d. Mengatur jadwal kegiatan kepala Kanwil baik rutin maupun insidentil berdasarkan
undangan rapat dan pesan pimpinan.
3. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara
Melakukan penyiapan bahan pemeriksaan dokumen, pengadaan, pengamanan,
pengelolaan, pemanfaatan, status penguasaan, analisa pertimbangan 17 permohonan
pengalihan serta penghapusan, penatausahaan dan penyusunan daftar kekayaan
Negara.
Tugas seksi Pengelolaan Kekayaan Negara:
a. Melaksanakan penyelesaian usulan penetapan status penggunaan/penguasaan
kekayaan negara.
b. Melakukan analisa pertimbangan permohonan penghapusan kekayaan negara.
c. Melaksanakan akuntansi, pelaporan, dan penyusunan daftar Barang Milik Negara.
d. Melakukan analisa pertimbangan permohonan pemindah tanganan (penjualan,
tukar menukar, hibah, penyertaan modal pemerintah) kekayan negara.
4. Seksi Pelayanan Penilaian
Menyusun konsep standar proses penilaian yang meliputi identifikasi
permasalahan, survey pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan metode
penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan laporan penilaian untuk
Tugas Seksi Pelayanan Penilaian:
a. Mengkoordinasikan penilaian atas barang jaminan yang dilakukan oleh tim
penilai.
b. Melaksanakan penggalian potensi di bidang penilaian sumber daya alam, real
property, property khusus dan usaha.
c. Melaksanakan pemeliharaan dan pengarsipan secara manual atas laporan penilaian
yang telah dilakukan.
d. Menginput data penilaian ke dalam database penilaian.
5. Seksi Piutang Negara
Melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara serta
pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi
barang jaminan, pertimbangan dan pemberian keringanan hutang, pengusulan
pencegahan, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan
penyelesaian atau penghapusan piutang negara.
Tugas Seksi Piutang Negara:
a. Menyiapkan konsep surat permintaan kelengkapan data kepada penyerah piutang
dalam hal berkas tidak lengkap atau tidak jelas.
b. Menyiapkan konsep surat tanggapan koreksi atas perubahan dalam menetapkan
besarnya piutang negara.
c. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Persetujuan/penolakan pemberian keringanan
hutang.
d. Menyiapkan konsep surat panggilan/panggilan terakhir kepada Penanggung
6. Seksi Pelayanan Lelang
Melakukan veritifikasi risalah lelang, pembukuan dan pelaporan hasil lelang,
pembuatan grosse Risalah Lelang, pengglian potensi lelang sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas Seksi Pelayanan Lelang:
a. Menyusun rencana kerja Seksi Pelayanan Lelang sebagai bahan penyusunan
rencana kerja Kantor Pelayanan.
b. Mengajukan usul konsep penetapan jadwal lelang.
c. Melakukan analisa kelengkapan dokumen lelang.
d. Melakukan pembukuan piutang negara dan pelaporan hasil lelang.
7. Seksi Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi
Menyiapkan konsep standar registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang
Negara, pencatatan surat permohnan lelang, penyajian informasi, pemberian
pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang
negar dan lelang, serta vertifikasi penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil
lelang.
Tugas Seksi Kepatuhan Internal, Hukum, dan Hukum:
a. Mengkoordinasikan pembukuan atas hasil penerimaan pengurusan piutang negara
dan lelang.
b. Melaksanakan pembuatan rincian jumlah hutang untuk keperluan lelang.
c. Melaksanakan pengembalian kelebihan hasil Piutang Negara dan Lelang.
F. Jaringan kegiatan
Adapun kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan Tahun Kerja 2015 pada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara
adalah:
1. Memorendung of Understanding dengan pihak Badan Pertanahan Nasional untuk
mempercepat program sertifikasi Barang Milik Negara (BMN) serta permintaan
Surat Keterangan Tanah atas tanah-tanah yang belum bersertifikat.
2. Pembinaan terpadu yang dilakukan oleh semua bidang dan bagian yang berada di
lingkungan Kanwil DJKN Sumut pemberian Apresiasi dan Penghargaan terhadap
Penata usahaan dan Pengelolaan BMN Kementrian/Lembaga di Provinsi Sumatera
Utara.
3. Melakukan Kegiatan “DJKN Goes to government”.
G.Kinerja kegiatan terkini
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara
sudah melakukan beberapa kagiatannya untuk Tahun Kerja 2015 sampai April 2015,
yaitu:
1. Melakukan pengarahan kepada seluruh jajaran pegawai Drektorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Medan yang disampaikan oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara pada
tanggal 8 januari 2015. Acara ini dilakukan untuk pengarahan dalam mengawali
2. Menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Konsolidasi Lelang dalam rangka
menjaga tradisi pencapaian target 2014 yang berlangsung pada tanggal 9 – 10
Februari 2015.
3. Melakukan sosialisai Peraturan Kementrian Keuangan (PMK)
no.273/PMK.01/2014. Soialisai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang
Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Kinerja di Lingkungan Kementrian
Keuangan diikuti oleh para bendaharawan dan pengelola keuangan lingkup Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekyaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dan Kantor
Wilayah Direktort Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Aceh yang berlangsung
pada tanggal 12 Februari 2015.
4. Melakukan kegiatan “DJKN Goes To Campus” oleh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara yang berlangsung di kampus
Universitas Pembangunan Pancabudi (Unpab) pada tanggal 24 Februari 2015.
Sasaran dari kegiatan ini adalah agar para mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa dapat lebih mengenal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) serta
memahami Kekayaan Negara serta tahapan pengelolaannya.
5. Menyelenggarakan Rapat Kerja Terbatas (Rakertas) Bidang Kepatuhan Internal,
Hukum dan Informasi. Acara dilakukan di Aula Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Pematang Siantar berlangsung pada tanggal18 – 20
Maret 2015. Rakertas ini mengusung tema “Menuju Pengendalian Internal,
Penanganan Perkara, serta Humas yang Kuat dan Efektif”. Rakertas ini bertujuan
untuk melakukan review, evaluasi sekaligus knowledge sharing dalam pelaksanaan
6. Menyelenggarakan acara Workshop Capatity Building dalam rangka peningkatan
efektivitas kerja dan peningkatan kompetensi yang berlangsung pada tanggal 30 –
31 Maret 2015.
7. Melakukan Quality Assurance penilai Kanwil DJKN Sumut. Yaitu peningkatan
kualitas penilai melalui quality assurance. Quality Assurance adalah uji
kompetensi. Jadi Quality Assurance adalah uji kompetensi yang diberikan kepada
semua pegawai untuk mengetahui tingkat kepahaman di bidang penilaian. Tujuan
utama dari kegiatan ini adalah bukan hanya sekedar lulus, tetapi juga untuk
menjadi penilai yang professional dan berkualitas. Kegiatan ini diikuti para
pegawai perwakilan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Aceh. Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 8 – 10
April 2015.
8. Menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Simulasi E-Auction untuk kalangan
perbankan yang menjadi pengguna jasa lelang KPKNL-KPKNL di seluruh
wilayah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung pada tanggal 29 April 2015.
H.Rencana kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara untuk tahun selanjutnya sama
seperti rencana kegiatan untuk tahun sebelumnya, hanya saja ada kegiatan yang
dikurangi atau ditambah apabila kegiatan itu sudah selesai dikerjakan atau
bangunan. Apabila renovasi bangunan sudah direncanakan pada kegiatan untuk tahun
2015 dan sudah selesai dikerjakan pada tahun 2015, maka untuk tahun 2016 kegiatan
renovasi bangunan tidak direncanakan lagi dikarenakan bangunan yang direnovasi
sudah selesai pengerjaannya. Dan apabila ada rencana untuk kegiatan renovasi
bangunan untuk tahun 2016, maka ada penambahan rencana kegiatan dari tahun
sebbelumnya.
Jadi, rencana kegiatan untuk tahun kedepannya pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sama seperti tahun
sebelumnya. Hanya saja ada penambahan atau pengurangan kegiatan apabila kegiatan
A.Latar Belakang Masalah
Dalam dunia usaha, pemerintahan dan sebagian besar kegiatan organisasi atau
kelompok lainnya, sistem perencanaan dan pengendalian juga disebut penganggaran
manajerial dipakai secara luas untuk melaksaknakan tanggung jawab perencanaan
dan pengendalian manajerial. Dua fungsi utama manajer suatu organisasi adalah
merencanakan dan mengendalikan operasi. Perencanaan di Indonesia diawali saat
Presiden Soekarno membentuk Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang diketuai Drs.
Muhammad Hatta pada tahun 1947. Panitia ini menghasilkan Dasar Pokok Plan yang
mengatur ekonomi Indonesia. (Usman 2014:1).
Perencanaan menurut Robbins dan Coulter (2010:191) adalah mendefenisikan
tujuan organisasi, menentukan seluruh strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan
mengembangkan rencana untuk mengintegraskan serta mengoordinasikan kegiatan
kerja. Perencanaan dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan
yang akan dilakukan dimasa mendatang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan
dan bagaimana cara melakukannya. Perencanaan bagian terpenting dalam kegiatan
pembangunan oleh pemerintah. Dari perencanaan itu, proses atau kegiatan
pembangunan berjalan sesuai dengan arah yang telah ditentukan.
Salah satu alat perencanaan adalah anggaran (budget). Menurut Blocher dan
pemperolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode
waktu tertentu. Salah satu fungsi anggaran adalah menentukan rencana belanja dan
sumber dana yang ada dengan efesien mungkin. Dan anggaran juga berfungsi sebagai
dasar evaluasi kinerja. Anggaran sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan, artinya
sebelum pekerjaan dilaksanakan terlebih dahulu mendapat persetujuan yang
berwenang (terutama dalam hal keuangan). Pekerjaan disetujui untuk dilaksanakan
bila ada anggarannya atau tidak menyimpang dari anggaran. Anggaran biasanya
disusun untuk waktu yang telah ditetapkan, paling sering untuk tahun fiskal dengan
anggaran sub-periode setiap triwulan atau bulan.
Kas adalah uang yang siap dan bebas digunakan. Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara,”Kas Negara adalah tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara”. Dengan demikian kas dalam pengertian
undang-undang ini semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan
negara dan digunakan untuk membayarseluruh pengeluaran negara.
Menurut Nafarin (2013:309) Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukkan
perubahan kas dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar sebagai arus kas dibelanjakan atau
digunakan sehingga tampak kelebihan atau kekurangan kas, dan saldo kas selama
periode tertentu dari suatu organisasi. Anggaran kas (cash budgeting) memuat
implikasi kas dari seluruh aktivitas yang dianggarkan. Perluasan dari perhitungan
Penganggaran berdasarkan aktivitas dimulai dengan persyaratan aktivitas
penganggaran untuk periode yang akan datang. Prosesnya kemudian menganggarkan
biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan seperangkat aktivitas yang
dianggarkan. Penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan kas, dan
secara efektif menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas yang kurang
(defisit). Dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui kapan dalam keadaan
defisit kas atau surplus kas.
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih
efesien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas
aktivitas yang dilakukan. Sektor publik sering dinilai sebagai tempat inefesien,
pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Untuk itu
organisasi sektor publik harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya
secara optimal. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah saat ini
menjadi pilihan karena berfokus pada efesiensi pada penyelenggaraan suatu
aktivitas/kegiatan. Dengan penerapan anggaran berbasis kinerja dapat menceminkan
beberapa hal, yaitu maksud dan tujuan permintaan dana, biaya dari program-program
yang diusulkan dalam mencpai tujuan, dan data yang kuantitatif yang dapat
mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.
Tolok ukur keberhasilan penerapan anggaran ini adalah performance atau prestasi
dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan
dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan. (Mardiasmo 2009:1).
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara
merupakan sebuah instansi yang kegiatannya terdiri dari pengurusan Piutang Negara,
pengurusan Barang Milik Negara (BMN), Pengelolaan Kekayaan Negara, Penilaian,
dan Lelang. Kantor Wilayah Direktort Jenderl Kekayaan Negara Sumatera Utara
adalah instansi non- profit (tidak berorientasi pada perolehan laba) tetapi lebih
berorientasi pada manfaat yang bisa dhasilkan untuk negara maupun masyarakat dari
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Sumatera Utara juga mengelola anggaran kas. Anggaran kas
disusun oleh Subbagian Keuangan pada Bagian Umum pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Keayaan Negara Sumatera Utara. Dalam penyusunan anggaran,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menerapkan sistem anggran
berbasis kinerja. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis tugas
akhir ini dengan judul “Proses Penyusunan Anggaran Kas Sebagai Perencanaan
Kegiatan Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara”.
B.Perumusan masalah
Bagaimana proses penyusunan anggaran kas dan anggaran kas sebagai
perencana kegiatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Sumatera
Utara sehingga dapat mengetahui bagaimana proses penyusunan anggraran kas dan
anggaran kas sebagai perencanaan kegiatan yang dapat membantu efesiensi dalam
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
penyususnan anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Sumatera Utara.
D.Manfaat penelitian
a. Bagi penulis, sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai
anggaran kas dan proses penyusuan anggaran kas pada suatu instansi
b. Bagi instansi, untuk mengetahui sejauh mana anggaran kas sebagai perencanaan
kegiatan dan menjadi sebuah bahan evaluasi pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.
c. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau sumber informasi
bagi yang ingin mempelajari dan membahas lebih jauh tentang anggaran kas dan
PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN KAS SEBAGAI PERENCANAAN KEGIATAN PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh
DENI PERMANA 122101080
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalammualaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhana Wa
Ta’ala yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan sesuai dengan yang
direncanakan. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah membawa risalah-Nya untuk
menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Semoga kita semua memperoleh
syafa’atnya di akhirat kelak.
Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan
tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Proses
penyususnan Anggaran KasSebagai Perencanaan Pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera utara.”
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik itu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1 Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Sumatera
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
arahan dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Bapak / Ibu Staff dan Pegawai di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Utara.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Iswadi otong dan
Ibunda Nur Asiyah S.Pdi, dan juga Abang saya Nurul Andriyansyah, Agus
Prayudi Amd, Muhammad Yusuf yang telah memberikan segalanya kepada
saya mulai dari kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta dorongan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaiakan pendidikan pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada Khairunisa Riyanti yang selama ini sudah memberi semangat,
membantu, dan meluangkan waktu untuk penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
7. Seluruh teman Departemen Manajemen Keuangan Stambuk 2012, khususnya
grub B yang selalu memerikan semangat dan saran kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada pembacanya.
Medan, Juni 2015
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... .iii
DAFTAR TABEL ... .iv
DAFTAR GAMBAR ... ..v
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah ... 1
B.Perumusan masalah ... 4
C.Tujuan dan manfaat penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SUMATERA UTARA A.Sejarah ... 7
B.Visi dan Misi ... ..9
C.Tugas dan Fungsi ... .10
D.Struktur organisasi ... .10
E. Job description ... .11
F. Jaringan kegiatan ... .16
G.Kinerja kegiatan terkini ... .17
H.Rencana kegiatan ... .19
BAB III PEMBAHASAN A.Pengertian anggaran dan kas ... 20
B.Anggaran kas ... 22
C.Perencanaan kegiatan ... 22
D.Proses Penyusunan Anggaran Kas ... 23
E. Proses Penyusunan Anggaran Kas terhadap Perencanaan Kegiatan ... 40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 45
B.Saran ... 46
Gambar 3.1. Skema Penyusunan DIPA ... .10
Gambar 3.2. Skema Penyusunan DIPA pada Kanwil DJKN Sumut ... .11
Gambar 3.3. Format Penyusunan DIPA ... .16
Gambar 3.4. Skema Validasi DIPA pada DJPBN Sumut ... .17