LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan Saya adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon saudara/i mengisi kuesioner dengan jujur dan sesuai dengan pendapat saudara/i sendiri. Informasi yang saudara/i berikan hanya digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara/i bebas untuk ikut atau tidak menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.
Medan, Januari 2016
Peneliti Responden
KUESIONER PENELITIAN No Responden : (diisi oleh peneliti)
A. Kuesioner Data Demografi Responden (Identias Responden)
Isilah data demografi dibawah ini dengan keadaan yang sebenarnya dan beri tanda silang ( x ) pada kolom yang telah disediakan.
Usia : ... Tahun Jenis Kelamin : ( ) laki-laki
( ) perempuan
Agama :
Kelas :
B. Kuesioner Pengetahuan Mengenai Infeksi Menular Seksual
Beri tanda silang ( x ) pada salah satu jawaban yang benar dan jika ingin memperbaiki jawaban yang dianggap salah maka beri tanda ( ӿ ).
1. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah ...
a. Penyakit yang diderita oleh pekerja seks komersial
b. Penyakit yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual
c. Penyakit yang dapat ditularkan dengan atau tanpa berhubungan seksual 2. Berikut ini yang termasuk penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah ...
a. Tuberkulosis (TBC) b. Sifilis (Raja Singa) c. Influenza
3. Manakah yang termasuk gejala IMS ... a. Mual dan muntah
b. Gatal dan kemerahan disekitar kelamin c. Sakit kepala
4. Faktor resiko terbesar penularan IMS adalah ...
a. Berhubungan seks dengan pasangan seksual tunggal b. Berhubungan seks dengan banyak pasangan seksual c. Berhubungan seks dengan aman
5. Pencegahan IMS bisa dilakukan dengan cara ... a. Menghindari bergonta-ganti pasangan seksual
b. Membersihkan alat kelamin sebelum berhubungan seksual c. Memakan obat sebelum melakukan hubungan seksual 6. IMS dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui ...
a. Berpegangan tangan dengan penderita IMS b. Terkena keringat penderita IMS
c. Dari ibu penderita IMS kepada bayinya yang ada dalam kandungan 7. Dampak yang terjadi apabila penderita IMS tidak diobati/ditangani dengan
C. Kuesioner Perilaku Seks Bebas
Berilah tanda silang ( x ) pada kolom yang ada disebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sesuai dengan pilihan saudara/i. Jika ingin memperbaiki jawaban yang dianggap salah maka beri tanda ( ӿ ).
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda dan pacar saling berciuman bibir/mulut dan lidah saat berpacaran ?
2. Apakah Anda dan pacar saling merangsang dari daerah leher ke bawah ?
3. Apakah Anda saling meraba alat kelamin pasangan saat pacaran ?
4.
Apakah Anda dan pacar saling menempelkan alat kelamin saat berpacaran dengan atau tanpa menggunakan pakaian ?
Lampiran 6 Data dan Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan mengenai IMS
No. Resp Usia JK Kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Xi
1 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 15 LK X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
3 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
4 16 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
5 15 LK X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
6 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7
7 15 LK X-1 0 1 1 1 1 0 1 5
8 15 PR X-2 0 1 1 1 1 1 1 6
9 15 PR X-2 0 1 1 1 1 1 1 6
10 15 LK X-2 0 1 1 1 1 1 0 5
11 15 LK X-2 1 1 1 1 1 1 1 7
12 15 LK X-2 1 1 1 1 1 1 1 7
13 15 LK X-2 0 0 1 0 0 0 1 2
14 15 PR X-2 1 1 1 1 1 1 1 7
15 15 PR X-2 1 1 1 1 1 1 1 7
16 16 PR XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
17 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
18 15 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
19 15 PR XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
20 16 PR XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6
21 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
22 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7
23 16 LK XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6
24 16 LK XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6
26 16 LK XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7
27 16 LK XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6
28 16 PR XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7
29 16 PR XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6
30 16 PR XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7
TOTAL 20 29 30 29 29 28 29 194
r KR 20 = [
]
= [
]
= [ ]
=
Data dan Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Seks Bebas
No. Resp Usia JK Kelas P1 P2 P3 P4 P5 Xi
1 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0
2 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0
3 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0
4 16 PR X-1 0 0 0 0 0 0
5 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0
6 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0
7 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0
8 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0
9 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0
10 15 LK X-2 0 0 0 0 0 0
11 15 LK X-2 1 0 0 0 0 1
12 15 LK X-2 0 0 0 0 0 0
13 15 LK X-2 1 1 1 1 0 4
14 15 PR X-2 0 1 0 0 0 1
15 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0
16 16 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0
17 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0
18 15 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0
19 15 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0
20 16 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0
21 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0
22 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0
23 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0
24 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0
25 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0
26 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0
28 16 PR XI-IPS 1 0 0 0 0 1
29 16 PR XI-IPS 0 0 0 0 0 0
30 16 PR XI-IPS 0 0 0 0 0 0
TOTAL 3 2 1 1 0 7
r KR 20 = [
]
= [
]
= [ ]
=
Lampiran 7
Data Hasil Penelitian Pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)
usia JK kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Total Pengetahuan
15 lk X-1 0 0 1 1 1 1 0 4 Cukup
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
16 lk X-1 0 0 1 0 0 0 1 2 Kurang
16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 lk X-1 0 1 1 1 1 1 1 6 Baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
15 pr X-1 0 1 0 1 1 1 1 5 Cukup
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-1 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-1 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-1 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup
15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-1 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup
16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 0 4 cukup
15 pr X-2 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup
15 pr X-2 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup
16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 0 0 1 0 0 0 1 2 kurang
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
15 lk X-2 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup
15 pr X-2 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup
16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 0 0 1 0 0 0 1 2 kurang
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-2 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
15 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
17 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 0 0 4 cukup
16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup
16 lk XI-IPA 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
17 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
17 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup
16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik
16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik
Data Hasil Penelitian Perilaku Seks Bebas
usia JK kelas P1 P2 P3 P4 P5 Total Perilaku
15 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 lk X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 pr X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 pr X-2 0 1 0 0 0 1 melakukan
16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 lk X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan
15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
15 lk XI-IPA 0 1 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 17 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr XI-IPA 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk XI-IPA 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk XI-IPS 0 1 0 0 0 1 melakukan
16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 17 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan 16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan
16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan
Lampiran 8 DAFTAR TABEL UJI STATISTIK
Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetahuan .394 126 .000 .643 126 .000
perilaku .495 126 .000 .479 126 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Spearman
Correlations
pengetahuan Perilaku
Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 -.541**
Sig. (2-tailed) . .000
N 126 126
perilaku Correlation Coefficient -.541** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 126 126
Tabel frekuensi
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 52 41.3 41.3 41.3
16 71 56.3 56.3 97.6
17 3 2.4 2.4 100.0
Total 126 100.0 100.0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lk 56 44.4 44.4 44.4
pr 70 55.6 55.6 100.0
Total 126 100.0 100.0
Kelas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid X-1 33 26.2 26.2 26.2
X-2 31 24.6 24.6 50.8
XI-IPA 31 24.6 24.6 75.4
XI-IPS 31 24.6 24.6 100.0
Tabel Frekuensi Pengetahuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
jk * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
kelas * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
usia * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total baik cukup kurang
usia 15 Count 37 13 2 52
% within usia 71.2% 25.0% 3.8% 100.0%
16 Count 58 12 1 71
% within usia 81.7% 16.9% 1.4% 100.0%
17 Count 3 0 0 3
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0%
Total Count 98 25 3 126
% within usia 77.8% 19.8% 2.4% 100.0%
jk * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total baik cukup kurang
jk lk Count 42 13 1 56
% within jk 75.0% 23.2% 1.8% 100.0%
pr Count 56 12 2 70
% within jk 80.0% 17.1% 2.9% 100.0%
jk * pengetahuan Crosstabulation
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 41 32.5 32.5 32.5
benar 85 67.5 67.5 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 7 5.6 5.6 5.6
benar 119 94.4 94.4 100.0
Total 126 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 4 3.2 3.2 3.2
benar 122 96.8 96.8 100.0
Total 126 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 6 4.8 4.8 4.8
benar 120 95.2 95.2 100.0
Total 126 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 3 2.4 2.4 2.4
benar 123 97.6 97.6 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid melakukan 24 19.0 19.0 19.0
tidak melakukan 102 81.0 81.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
jk * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
kelas * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%
usia * perilaku Crosstabulation
perilaku
Total melakukan tidak melakukan
usia 15 Count 10 42 52
% within usia 19.2% 80.8% 100.0%
16 Count 14 57 71
% within usia 19.7% 80.3% 100.0%
17 Count 0 3 3
% within usia .0% 100.0% 100.0%
Total Count 24 102 126
% within usia 19.0% 81.0% 100.0%
jk * perilaku Crosstabulation
perilaku
Total melakukan tidak melakukan
jk lk Count 12 44 56
% within jk 21.4% 78.6% 100.0%
pr Count 12 58 70
% within jk 17.1% 82.9% 100.0%
Total Count 24 102 126
kelas * perilaku Crosstabulation
perilaku
Total melakukan tidak melakukan
kelas X-1 Count 8 25 33
% within kelas 24.2% 75.8% 100.0%
X-2 Count 4 27 31
% within kelas 12.9% 87.1% 100.0%
XI-IPA Count 4 27 31
% within kelas 12.9% 87.1% 100.0%
XI-IPS Count 8 23 31
% within kelas 25.8% 74.2% 100.0%
Total Count 24 102 126
% within kelas 19.0% 81.0% 100.0%
Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 prilaku_tot
N Valid 126 126 126 126 126 126
Missing 0 0 0 0 0 0
p1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 105 83.3 83.3 83.3
melakukan 21 16.7 16.7 100.0
p2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 123 97.6 97.6 97.6
melakukan 3 2.4 2.4 100.0
Total 126 100.0 100.0
p3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0
p4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0
p5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0
Prilaku total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid melakukan 24 19.0 19.0 19.0
tidak melakukan 102 81.0 81.0 100.0
Lampiran 10 TAKSASI DANA
PROPOSAL
1. Biaya rental dan print proposal Rp. 100.000
2. Biaya internet Rp. 100.000
3. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 4. Pembelian buku sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000
5. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000
6. Survey awal Rp. 50.000
PENGUMPULAN DATA
1. Izin penelitian Rp. 50.000
2. Transportasi Rp. 100.000
3. Fotocopy kuesioner dan persetujuan responden Rp. 50.000
ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN
1. Biaya rental dan print Rp. 50.000
2. Penjilidan Rp. 50.000
3. Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000
TOTAL Rp. 900.000
Lampiran 11 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Elfi Mizani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Agustus 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln Penerbangan I No 13 Komplek Perhubungan, Padang Bulan Medan
Email : elfi.mizani@ymail.com Riwayat Pendidikan :
1. SD Dharma Wanita Medan Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 1 Timang Gajah NAD Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 4 Pekanbaru Tahun 2009-2012
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. BKKBN. (2010). Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2007). Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada
orang Dewasa dan Remaja Edisi Kedua. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://spiritia.or.id.
Dinkes Surabaya. (2013). IMS diketahui untuk dihindari. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://dinkes.surabaya.go.id.
Diskes Provinsi Bali. (2014). Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari
http://www.diskes.baliprov.go.id.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2014). Situasi HIV AIDS. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://www.depkes.go.id.
Djuanda Adhi. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Fitriani. (2011). Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMA Prayatna 1 Medan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/.
Hendrawan. P. (2013). 64 Juta Remaja Galau Rentan Seks Bebas. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://nasional.tempo.co.id.
Hermawan. (2014). Hubungan Pengetahuan Infeksi Menular Seksual dengan Perilaku Seksual Remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.
Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/
Hidayat. A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Hutahaean. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual di SMA Negeri 17 Medan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/.
Indonesia Medicine. (2013). Berbagai Penyakit Menular Seksual Yang Selalu Mengancam. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://mediaindon esiasehat.com.
Lestari, C. I. (2008). Penyakit dan Infeksi Menular Seksual. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://cintalestari.worldpress.info.com.
MAYOCLINIC. (2014). Diseases and Conditions Sexually transmitted diseases (STDs). Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.mayoclinic. org.
Nasution. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo , S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.
Portibi DNP. (2014). IMS Penyumbang Terbesar Kasus HIV/AIDS. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.portibidnp.com.
Potter P.A & Perry A.G. (2009). Fundamentals of nursing fundamental keperawatan 1, Ed.7. Jakarta :Salemba Medika.
Pratama. (2013). Hubungan antara Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja di Kelurahan Danguran Kabupaten
Klaten. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari http://eprints.ums.ac.id/. Prihyugiarto. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku
Seksual Pra nikah pada Remaja di Indonesia. Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2. Puslitbang KB dan
Kesehatan Reproduksi: BKKBN
Putrie. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalen Sragen. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada
SDKI. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International.
Simanjuntak, B. (2002). Pengantar Psikologi. Perkembangan. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syahputra. (2011). Gambaran Pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan tentang Infeksi Menular Seksual. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/.
Unicef Indonesia. (2012). Ringkasan Kajian Respon terhadap HIV & AIDS. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.unicef.org.
Utama, H. (2007). Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Wedananta & Putri. (2014). Hubungan antara Jenis Kelamin dan Status Sosialekonomi Keluarga terhadap Seks Pranikah pada Remaja
SMA/Sederajat di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati pada tahun 2014. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari http://unud.ac.id.
Widyastuti. I. (2011). 52% Remaja Medan Terlibat Seks. Diakses pada tanggal 6 November 2015 dari http://komisikepolisianindonesia.com.
World Health Organization. (2013). Sexually transmitted infections (STIs). Diakses pada tanggal 6 November 2015 dari http://www.who.int.
Yullan & Parmadi. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja di SMK Negeri
4 Yogyakarta. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari
BAB III
KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan, seperti yang tergambar dalam skema kerangka konsep berikut ini.
diamati secara langsung maupun tidak langsung.
1 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0
3.3 Hipotesis
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain peneltian deskriptif korelasi, yaitu untuk memperoleh gambaran hubungan pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study yaitu pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
4.2 Populasi, Sampling dan Tehnik Sampling 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi SMA Swasta Darussalam Medan pada tahun ajaran 2015/2016, kelas X sampai kelas XI dengan populasi sebanyak 184 orang.
4.2.2 Sampel
Penentuan besarnya jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2008).
n =
Keterangan:
n : besar sampel N : besar populasi
n =
= 126,027397 = 126 orang
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Proportional Stratified Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi digunakan apabila didalam populasi terdapat kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tampak adanya strata atau tingkatan (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini terdapat diambil 4 tingkatan yaitu kelas X-1, kelas X-2, kelas XI-IPA dan kelas XI-IPS. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas didapatkan dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2012) :
n1 = Keterangan:
n1 : Banyaknya sampel di setiap kelas n : Banyaknya sampel penelitian N : Banyaknya populasi seluruh kelas N1 : Banyaknya populasi disetiap kelas
Tabel 4.2.3 Proporsi Sampel Penelitian
No Kelas N1 n1
1 X-1 48 33
2 X-2 46 31
3 XI-IPA 45 31
4 XI-IPS 45 31
Setelah didapatkan banyaknya sampel yang diambil untuk mewakili masing-masing kelas, sampel tersebut akan dipilih dengan cara diundi. Peneliti akan membuat gulungan-gulungan kertas kecil sebanyak jumlah populasi setiap kelas kemudian sebagian kertas akan ditulis tanda silang dan siswa/siswi diminta untuk mengambil satu gulungan kertas, bila siswa/siswi mendapatkan gulungan kertas berisi tanda silang berarti dialah yang terpilih menjadi responden.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penilitan
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Swasta Darussalam Medan.
4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal hingga seminar hasil yaitu dari bulan September 2015 sampai dengan Mei 2016. 4.4 Pertimbangan Etik
responden dengan cara tidak mencantumkan nama pada formulir kuesioner. Seluruh jawaban yang diberikan responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan akan dimusnahkan setelah data tidak diperlukan lagi.
4.5 Instrumen Penelitan
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner disusun secara tertutup dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden.
Instrumen penelitian ini terdiri dari 3 macam kuesioner :
1. Kuesioner data demografi siswa/i (identitas siswa/i) di SMA Swasta Darussalam Medan yang meliputi usia, jenis kelamin dan kelas. Kuesioner ini digunakan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis.
2. Kuesioner pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS). Kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan yang diadopsi peneliti dari tinjauan pustaka di bab 2 dengan jawaban pilihan berganda (multiple choice). Jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 7 dan terendah adalah 0. Berdasarkan rumus statistika (Hidayat, 2007):
p =
pertama. Hasil data pengukuran pengetahuan remaja terhadap IMS dikategorikan atas interval sebagai berikut :
0 – 2 = pengetahuan kurang 3 – 5 = pengetahuan cukup 6 – 7 = pengetahuan baik
3. Kuesioner perilaku seks bebas. Terdiri dari 5 pertanyaan yang diadopsi dan dimodifikasi peneliti dari teori Simanjuntak (2002) dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Skala ini
digunakan agar responden menberikan jawaban yang tegas. Apabila responden menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan apabila responden menjawab
“Tidak” diberi nilai 0. Hasil data pengukuran perilaku seks bebas remaja
dikategorikan atas interval sebagai berikut : ≥ 1 = Melakukan
< 1 = Tidak Melakukan 4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Validitas
tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009). Pernyataan yang tidak valid akan langsung diganti oleh peneliti sesuai dengan petunjuk dari ahli validitas. Terdapat dua buah kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) yang terdiri dari 7 pertanyaan dan kuesioner perilaku seks bebas yang terdiri dari 5 pertanyaan.
4.6.2 Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2013), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini di ujikan kepada 30 di SMA Muhammadiyah 2 Medan. Kemudian jawaban responden akan dihitung dengan rumus KR 20 karena instrumen yang diberikan menggunakan skor dikotomi yaitu bila jawaban benar akan dibeli nilai 1 dan bila salah akan diberi nilai 0.
Adapun rumus KR 20 menurut Sugiyono (2012) adalah
r KR 20 =
[
]
r KR 20 = Koefisien korelasi dengan KR 20
k = Jumlah butir soal
p = Proporsi jawaban benar
q = Proporsi jawaban salah ( q = 1 – p )
Menurut Arikunto (20010), koefisien korelasi berada antara 0 – 1. Suatu instrumen penilaian dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya ≥ 0,6, makin
tinggi koefisien korelasi makin reliabel instrumen tersebut.
Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah 0,72 dan hasil uji reliabilitas untuk perilaku seks bebas remaja adalah 0,79. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dan kuesioner perliku seks bebas adalah reliabel.
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada pihak Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari akademik, peneliti mengantar surat izin tersebut kepada Kepala Sekolah SMA Swasta Darussalam Medan.
Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMA Swasta Darussalam Medan, peneliti mulai menentukan, menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan dan kemudian melakukan uji intstrumen dengan uji validitas dan reliabilitas. Kemudian peneliti meminta kesediaan beberapa orang siswa/siswi dari masing-masing kelas sebagai subjek dalam penelitian. Apabila responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani.
ada dilembar kuesioner. Pengisian kuesioner diberikan waktu selama 15 menit. Setelah semua responden selesai mengisi kuesioner, maka seluruh data dikumpulkan dan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dan analisa data. 4.8 Analisa Data
4.8.1 Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Tahap – tahap proses pengolahan data ialah :
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.
2. Coding
Kuesioner yang telah diedit atau disunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukkan Data (Entry Data) atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software
komputer.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
4.8.2 Analisa Data 1. AnalisisUnivariate
Analisis univariate dilakukan untuk mendeskripsikan data demografi yang meliputi usia, jenis kelamin dan kelas; data pengetahuan mengenai IMS yang meliputi pengetahuan kurang, sedang dan baik; dan data perilaku seks bebas yang meliputi perilaku baik dan buruk. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Setelah itu menganalisa variabel independen dan dependennya.
2. Analisis Bivariate
Analisis Bivariate adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penlitian ini, apabila data untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan mengenai IMS dan variabel dependen yaitu perilaku seks bebas terdistribusi normal (p > 0,05), maka akan dilakukan uji korelasi Pearson. Nilai korelasi Pearson (rho) berada di antara -1 < r < 1. Bila nilai r = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan anatara variabel independen dan dependen. Nilai
r = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan
dependen. Nilai r = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel
independen dan dependen. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah
ini dilakukan karena skala data yang digunakan adalah ordinal. Menurut Sugiyono (2012) untuk menguji hubungan antara variabel yang datanya berbentuk ordinal maka digunakan korelasi Spearman Rank.
Uji korelasi Spearman Rank akan dilakukan setelah data terkumpul dan dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian menghitung korelasinya dengan bantuan komputerisasi. Hasil uji Spearman akan ditampilkan dalam bentuk tabel hasil uji interprestasi yang terdiri dari nilai r dan nilai p. Nilai r menginterprestasikan kekuatan hubungan. Adapun tafsiran hasil pengujian kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat dari tabel menurut Sugiyono (2012) berikut :
Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
Nilai p menginterprestasikan nilai signifikan. Karena skala data yang
digunakan adalah ordinal dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05 maka
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di SMA Swasta Darussalam Medan dengan jumlah responden sebanyak 126 orang.
5.1.1 Analisis Univariat
1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin dan kelas. Data karakteristik responden ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis terhadap hubungan pengetahuan mengenai IMS dengan perilaku seks bebas. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 56,3%, mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 55,6% dan mayoritas responden dari kelas X-1 yaitu sebanyak 26,2%.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden (n=126)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia
2. Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)
Hasil penelitian tentang pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual kepada 126 responden didapatkan sebagian besar responden yaitu 98 responden (77,8%) berpengetahuan baik.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)
Pengetahuan Remaja Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tabel 3. Distribusi Jawaban Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)
No Pengetahuan mengenai mengenai pencegahan IMS yaitu sebanyak 97,6%, sedangkan sedangkan pertanyaan yang paling banyak salah dijawab yaitu pertanyaan nomer 1 mengenai pengertian IMS sebanyak 32,5%.
Tabel 4. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Usia
Tabel 5. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Jenis responden berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 56 responden.
Tabel 6. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Kelas
Kelas responden kelas XI-IPA memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden.
3. Perilaku Seks Bebas
Hasil penelitian perilaku seks bebas menunjukkan bahwa dari 126 responden didapatkan mayoritas responden yaitu 102 orang (80,9%) tidak melakukan perilaku seks bebas.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)
Distribusi jawaban responden pada perilaku seks bebas dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8. Distribusi Jawaban Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)
No Perilaku seks bebas Melakukan (%) Tidak
melakukan (%)
Saling merangsang dari daerah leher kebawah
Saling meraba alat kelamin saat pacaran
Saling menempelkan alat kelamin saat berpacaran dengan atau tanpa menggunakan pakaian banyak dilakukan oleh responden adalah pernyataan nomer 1 yaitu sebanyak 16,7%.
Tabel 9. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Usia
Tabel 10. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Jenis Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa kelompok responden laki-laki dan perempuan sama-sama pernah melakukan perilaku seks bebas yaitu sebanyak 12 responden.
Tabel 11. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Kelas
Kelas
0.000. Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua variabel adalah uji nonparametrik Spearman.
Hasil penelitian hubungan pengetahuan remeja mengenai IMS dengan perilaku seks bebas dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapat nilai koefisien korelasi spearman atau r = -0,541 dengan pValue = 0,00.
Tabel 12. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan
Variabel 1 Variabel 2 r pValue
Pengetahuan remaja mengenai
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Perilaku seks bebas
-0,541 0,000
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS)
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Swasta Darussalam Medan diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang IMS yaitu 98 responden (77,78%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putrie (2012) mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1Karangmalen Sragen yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 orang (63,85%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan 28 orang dari 53 responden tersebut sudah pernah mengikuti penyuluhan kesehatan mengenai HIV/AIDS.
pengetahuan seseorang itu (Nasution, 2007). Pada penelitian ini mayoritas responden kategori baik yaitu berusia 16 tahun sebanyak 58 responden (46%). Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hadi, et al (2008), bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008) dalam jurnal ilmiah yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di indonesia bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai infeksi menular seksual adalah usia, yaitu pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan kelompok usia yang lebih muda.
Berdasarkan hasil distribusi jawaban mengenai pengetahuan didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 41 orang (32,5%) salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pengertian infeksi menular seksual. Hal ini terjadi karena responden masih belum mengerti secara konkrit tentang pengertian infeksi menular seksual. Responden hanya mengetahui bahwa infeksi menular seksual hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual saja, padahal sebenarnya infeksi menular seksual dapat ditularkan dengan cara lain.
Infeksi menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano genital sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit ini tidak terbatas pada daerah kelamin genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstragenital. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, karena ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan ada juga yang ditularkan dari ibu kepada bayinya yang ada di dalam kandungan. (Djuanda, 2007).
Dari survei yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa responden mengatakan pengetahuan tentang IMS sudah terdapat di kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran biologi yaitu pada topik sistem reproduksi manusia. Namun, sebagian besar responden mendapatkan informasi dari media elektronik. Hal ini dikarenakan remaja pada masa sekarang lebih sering dan lebih memilih untuk mencari informasi melalui media elektronik, selain itu kehidupan sehari-hari setiap orang pada masa sekarang termasuk remaja tidak pernah terlepas dari peran media elektronik.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pratama (2013) mengenai hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seksual pranikah remaja di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten, didapatkan hasil yaitu sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan rendah yaitu 55 responden (63%) dan pengetahuan tinggi 33 responden (37%). Banyaknya siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi rendah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain akses informasi tentang kesehatan reproduksi kurang banyak dan budaya masyarakat yang masih beranggapan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu.
5.2.2 Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Swasta Darussalam Medan, didapatkan bahwa 24 (19,05%) responden pernah melakukan perilaku seks bebas dan 102 (80,95%) responden tidak melakukan perilaku seks bebas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yullan dan Parmadi (2009) di SMK Negeri 4 Yogyakarta mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual beresiko pada remaja didapatkan hasil yaitu mayoritas responden berperilaku seksual baik sebanyak 164 responden (64%). Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan yang baik khususnya tentang kesehatan reproduksi dan penyebaran rangsangan seksual di daerah penelitian masih tergolong sedang, serta sudah ada kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Wilayah Kelurahan Keparakan sehingga remaja di daerah tersebut rata-rata memiliki perilaku seksual yang baik.
Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012).
melakukan perilaku seks bebas pada item saling berciuman bibir/mulut dan lidah saat berpacaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti hasrat ingin mencoba hal yang baru dan ada yang beranggapan bahwa berciuman saat pacaran merupakan salah satu wujud kasih sayang dan sudah menjadi hal yang wajar bagi para remaja. Sedangkan responden yang menjawab tidak melakukan mengatakan bahwa berciuman bibir/mulut dan lidah dilarang agama, takut dosa, takut keterusan, bukan hal yang wajar dalam berpacaran, dan takut kebablasan melakukan hubungan seksual.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wedananta dan Putri (2014) di SMA wilayah kerja puskesmas Sukawati I yaitu dari 136 responden mayoritas berperilaku seksual dalam bentuk ciuman (kissing) sebanyak 66,9% sedangkan yang melakukan hubungan seks pranikah (berhubungan kelamin) terdapat 19,1%. Adapun alasan responden melakukan perilaku tersebut adalah karena ingin mencoba hal baru dan karena dipaksa oleh pacarnya.
Responden yang menjawab pernah melakukan perilaku seks bebas pada item kedua yaitu saling merangsang dari daerah leher kebawah sebanyak 3 orang (2,4%). Responden beranggapan hal tersebut menandakan rasa kasih sayang kepada pacar, ingin mencoba hal yang baru, dan ingin membuat pacaran menjadi lebih seru.
melakukan hubungan seksual, tidak ada responden yang menjawab pernah melakukannya. Hal ini dikarenakan responden merasa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama, takut dosa, tidak wajar dalam berpacaran, dan merasa hal tersebut hanya bisa dilakukan setelah menjadi suami istri.
karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.
Menurut Hurlock (2004), salah satu ciri-ciri masa remaja adalah sebagai masa peralihan. Dalam periode ini sangat dibutuhkan informasi-informasi yang jelas dan benar kepada remaja karena pada saat inilah remaja mulai untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Apabila remaja mendapatkan pengetahuan yang baik maka akan membentuk perilaku yang positif. Namun, apabila remaja tidak dibekali dengan pengetahuan yang baik maka akan membentuk perilaku yang buruk, salah satunya adalah perilaku seks bebas yang berdampak sangat besar dikalangan remaja seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi, kecanduan narkotika, resiko terkena infeksi menular seksual dan menderita HIV/AIDS (Sarwono, 2011).
5.2.3 Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja mengenai IMS dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Hubungan tersebut diinterpretasikan berdasarkan uji korelasi
baik pengetahuan remaja mengenai IMS maka perilaku seks bebas akan semakin kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian (Ha) diterima.
Pernyataan ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2014) mengenai hubungan pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual remaja dengan nilai pValue 0,000. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya kecenderungan semakin baik pengetahuan tentang infeksi menular seksual maka semakin baik pula perilaku seksualnya.
Menurut Notoatmodjo (2013), pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang, terutama dalam hal pengetahuan tentang IMS.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2011) tentang hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Prayatna 1 Medan yaitu hasil dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan tersebut tidak bermakna, dimana nilai p-value 0,340 (p ≥
0,05) atau dengan rumus Pearson Chi Square pada nilai α =0,05 dan df = 1 didapat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Hasil penilitian terhadap 126 orang responden d SMA Swasta Darussalam Medan didapat pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) mayoritas dalam kategori berpengetahuan baik yaitu 98 responden (77,8%) dan mayoritas responden tidak melakukan perilaku seks bebas yaitu sebanyak 102 responden (80,9%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan dengan nilai r = -0,541 pada
tingkat hubungan “sedang” dan dengan signifikansi (pValue) 0,000. Hal ini berarti
semakin baik pengetahuan maka akan semakin sedikit remaja melakukan perilaku seks bebas. Dengan demikian, perilaku seks bebas dapat diturunkan atau dicegah dengan pemberian pengetahuan yang jelas dan benar kepada remaja khususnya mengenai infeksi menular seksual.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Instansi Pendidikan
disesuaikan dengan perkembangan anak serta menekankan pada semua aspek terutama dalam aspek moral dan sosial.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Petugas kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak sekolah melalui program UKS untuk memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan seksual khususnya tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada para remaja
3. Bagi Perawat Komunitas
Tenaga kesehatan diharapkan dapat menyusun strategi promosi kesehatan yang lebih informatif dan komunikatif mengenai IMS khususnya pada remaja.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkatan pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yang meliputi :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 20010) ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
a. Cara coba-salah (Trial and Error)
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
2. Cara Modern Memperoleh Pengetahuan
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS) 2.2.1 Defenisi Infeksi Menular Seksual
Menular Seksual (IMS). Istilah IMS dapat digunakan untuk infeksi yang tidak muncul gejalanya maupun yang sudah muncul gejalanya (Utama, 2007).
Infeksi menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano genital sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit ini tidak terbatas pada daerah kelamin genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstragenital. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, karena ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan ada juga yang ditularkan dari ibu kepada bayinya yang ada di dalam kandungan. (Djuanda, 2007).
2.2.2 Penyebab Infeksi Menular Seksual
Menurut MAYOCLINIC (2014), faktor resiko terbesar penularan IMS dapat terjadi melalui :
1. Hubungan seks yang tidak aman seperti hubungan seks tanpa kondom dan oral seks.
2. Hubungan seks dengan banyak pasangan. Semakin sering berhubungan seksual dengan banyak pasangan maka resiko penularan IMS semakin besar.
3. Memiliki riwayat IMS. Apabila sudah terinfeksi salah satu IMS maka kemungkinan untuk terinfeksi IMS lainnya lebih mudah.
4. Penggunaan narkoba dan alkohol.
6. Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba.
7. Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja. 8. Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril.
9. Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
10. Penularan dari ibu ke bayi.
IMS juga dapat ditularkan lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya yaitu berciuman. Ciuman dapat menyebabkan sifilis, herpes dan infeksi menular seksual lainnya (Indonesia Medicine, 2014).
2.2.3 Jenis dan Gejala Infeksi Menular Seksual
Menurut Diskes Provinsi Bali (2014), Infeksi menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni :
1. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidium, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigellia sp, Campylobacter sp,
Streptococussgroup B, Mobiloncus sp.
2. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan protozoa enterik lainnya.
3. Dari golongan virus, yakni Human immunodeficiency virus (tipe 1 dan 2),
Herpes simplex virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma virus (banyak tipe),
Cytomegalovirus, Epstein barr virus, Molluscum contagiosum virus, dan virus-virus entric.