• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Antar Etnis di Asrama Mahasiswi Puteri Baru USU (ASMARU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi Antar Etnis di Asrama Mahasiswi Puteri Baru USU (ASMARU)"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar I: Peneliti berfoto dan melakukan

wawancara dengan Ibu Ana (ibu Kantin

Di kantin Asrama. Asrama Puteri Baru USU)

Gambar II: Peneliti melakukan

wawancara Gamb

dengan Ayu

Nurzannah. wawancara

dengan Raini Tanjung. Gambar IV: Peneliti melakukan wawancara Gambar V: Aula Asrama

Puteri

dengan Rosina Baru Universitas Sumatera

(2)

Gambar VI: Pos Satpam Asrama Puteri Baru USU. Gambar VII: Sarana

Menonton TV Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU.

Gambar VIII: Kantin Depan Asrama Puteri Gambar IX: Parkir Kereta Mahsiswi

Baru USU. Asrama Puteri Baru USU.

(3)

Gambar XII: Kamar Mandi Umum (MCK) yang digunakan Mahasiswi Asrama Puteri Baru Universitas Sumatera Utara

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (Akualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Berger, Peter L. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.

Black, James A. 2009. Metode & Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Coleman, James S. 1994. Dasar-Dasar Teori Sosial. (Terjemahan Imam Muttaqien bab 1-5, Derta Sri Widowatie bab 6,15-24, dan Siwi Purwandari bab 7-14). Bandung: Nusa Media.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ranjabar, Jacobus. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia: suatu pengantar. Bandung: Alfabeta.

Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(5)

Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Soekanto, Soejono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Setiadi, Elly M. dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Siagian, Matias. Dkk. 2011.Etika Umum. Medan: Grasindo Monoratama. Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Tumanggor, Rusmin. Dkk. 2010.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Wirawan, I.B. 2012.Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Yulianti, Yayuk. 2003. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

Sumber lain:

Anggraheni, Pitri Noor. 2009. Skripsi Identitas etnis. Jakarta: FIB Universitas Sumatera Utara.

Ernita, Yanthi. Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis(Studi kasus Organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan

(6)

Fisip.ilearn.unand.ac.id diakses pada tanggal 15 desember 2015, pada pukul 20.33 WIB

20.22 WIB

pada pukul 19.36 WIB WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses pada tanggal 08 oktober 2015, pada pukul 20.03 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi diakses pada tanggal 19 oktober 2015, pada pukul 01.46 WIB

http://www.berpendidikan.com/2015/06/pengertian-kerja-sama-dan-bentuknya-beserta-contohnya.html diakses pada tanggal 19 oktober 2015, pada pukul 01.55 WIB

pukul 02.03 WIB

14.35 WIB

(7)

Setiawan, Deka. 2012. Interaksi Sosial Antar etnis di Pasar Gang Baru Pecinan Semarang dalam Perspektif. Semarang: Prodi Pendidikan

IPS Universitas Negeri Semarang

Sembiring, Arfy Septian. 2015. Harmonisasi Interaksi Antar Etnis Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kebupaten Deli Serdang. Medan:

Sosiologi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Yamin, Muhammad. 2015. Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain.Medan: Sosiologi

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.

Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong, 2006) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya. Penelitian kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan meringkas berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).

3.2 Lokasi Penelitian

(9)

yaitu 110 mahasiswi putri sehingga terdapat berbagai macam etnis yang ada di asrama puteri baru USU.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “unit of analisys”. Ada dua unit analisis dalam penelitian ini yaitu mahasiswi dan ibu asrama.

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan (Nasution, 2008: 148).Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU.

3.3.2 Informan

(10)

memahami anatomi masyarakat tempat penelitian, maka peneliti berupaya agar tetap mendapatkan informan penelitian (Bungin, 2007: 107).

Berdasarkan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yang dimana jumlah sampel (informan) bisa sedikit, juga bias banyak, terutama tergantung dari: tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang diteliti (Bungin, 2007: 53). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:

1. Mahasiswi yang tinggal 1 s/d 3 tahun

2. Mahasiswi yang masih memiliki hubungan dengan kampung halaman atau daerah asal

3. Mahasiswi yang mengetahui adat istiadat suku asalnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

(11)

1. Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi. Prosedur dapat dikembangkan dalam beberapa cara. Seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati kelompok itu dengan menggunakan satu atau beberapa cara. Atau dapat pula peneliti melakukan kerja sama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti bias menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang terpenting partisipan aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini (Black, 2009: 289). Adapun yang menjadi bahan observasi partisipan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU mengenai interaksi antar etnis.

2. Wawancara Mendalam

(12)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran sumber-sumber tulisan dari buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya.Metode ini peneliti gunakan untuk

memperoleh data mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

(13)

Hal ini dilakukan agar peneliti lebih jelas memperoleh hasil yang lebih mendalam dan meluas sesuai teori yang relefan. Pada akhirnya peneliti akan menyusun sebagai laporan akhir penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga akhir penelitian. Akan menjadi sebuah laporan penelitian yang memiliki ciri kualitatif.

3.6 Jadwal Kegiatan

(14)

6

1.7 Keterbatasan Penelitian

Mengingat penelitian ini tentang Interaksi Antar Etnis di Asrama Mahasiswi Puteri Baru USU, ada beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Mahasiswi asrama puteri baru USU sebagai informan masih mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi dengan peneliti. 2. Mahasiswi asrama puteri baru USU sebagai informan masih

(15)
(16)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Deskripsi Asrama Putri Baru USU

Asrama puteri baru USU merupakan sarana tempat tinggal puteri yang di sediakan oleh pemerintah untuk mahasiswa yang menjenjang pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Asrama puteri USU saat ini terbagi dua yaitu asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU, yang dimana asrama puteri lama USU saat ini sudah tidak terlalu banyak di tempati oleh mahasiswi dikarenakan bangunannya yang sudah tua dan mahasiswi yang baru lebih banyak di tempati ke asrama puteri baru USU sehingga di asrama puteri lama USU hanya di tempati oleh mahasiswi yang sudah lama bertempat tinggal di asrama puteri tersebut.

Adapun syaratmahasiswa yang ingin tinggal di asrama putri harus melengkapi syarat administrasi seperti :

1. Surat pengantar dan surat rekomendasi dari Dekan/Pembantu Dekan III Fakultas.

2. Fotokopi surat permohonan mahasiswa.

3. Fotokopy pembayaran SPP tahun akademi yang sedang berjalan. 4. Fotokopi KHS.

5. Mengisi surat pernyataan berasal dari keluarga yang kurang mampu dan tinggal di luar kota Medan.

(17)

9. Mengisi surat pernyataan menaati peraturan yang berlaku bagi penghuni asrama putri.

10.Map bertulang sebanyak 2 buah.

11.Seluruh berkas dimasukkan ke dalam map folio

(18)

Pada kehidupan mahasiswi asrama puteri baru USU interaksi yang mereka jalani sehari-hari merupakan tantangan tersendiri bagi mereka, karena dalam interaksi yang mereka jalani adalah interaksi antar etnis, yang dimana etnis yang bertempat tinggal di asrama puteri baru USU antara lain yaitu Batak, Papua, Jawa, Cina, Mandailing, Aceh, Banjar, Minang, Karo dan Melayu. Dalam kehidupan mahasiswi asrama puteri baru USU banyak terjadi hal-hal yang menciptakan suasana kehidupan sosial mereka lebih humanisme. Dimana mereka saling tolong-menolong, bertukar informasi, dan saling menjaga satu sama lainnya. Para mahasiswi di asrama puteri baru USU selain menciptakan suasana kehidupan sosial mereka juga menciptakan aktivitas yang membuat hubungan sosial mereka semakin erat.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Asrama Puteri Baru USU a. Sarana Tempat Makan (Kantin Umum)

(19)

Mahasisiwi asrama puteri baru USU dapat membayar setisp bulannya untuk makanan (rantangan) sehari-hari mereka dengan pengambilan makanan di jam makan siang dan jam makan malam, untuk sarapan mahasiswi membeli makanan di luar kantin.

b. Sarana MCK Umum (Mandi, Cuci, Kakus)

(20)

c. Sarana Menonton TV (Televisi)

Asrama puteri baru USU tidak diperkenankan mahasiswinya membawa tv (televisi) ke dalam kamar mereka, sehingga pihak asrama menyediakan sarana untuk mahasiswi menonton tv. Sarana menonton tv tersebut berada di lantai paling bawah asrama puteri baru USU. Dengan adanya sarana menonton tv tersebut mahasiswi menjadi lebih kenal satu sama lainnya karena mereka selalu menonton dan berdiskusi di sarana menonton tv yang telah disediakan pihak asrama sehingga membuat mahasiswi tidak menjadi individualis.

d. Lapangan (Halaman Asrama Puteri USU)

Lapangan atau halaman asrama puteri USU terletak di pintu gerbang masuk asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU, sehingga lapangan atau halaman tersebut dapat digunakan oleh mahasiswi asrama puteri lama USU dan asrama puteri baru USU. Lapangan atau halaman asrama sering digunakan mahasiswi asrama puteri USU untuk berdiskusi bersama organisasi kampus mereka, seperti etnis papua yang menggunakan lapangan atau halaman asrama untuk silaturrahmi antar etnis mereka dan lapangan atau halaman asrama juga untuk tempat latihan para anggota Marcing Band Universitas Sumatera Utara.

(21)

Bagi mahasiswi asrama puteri baru USU yang memiliki kendaraan bermotor (kereta) dapat memarkirkan kendaraan bermotor mereka di tempat parkir yang telah disediakan pihak asrama.Tempat parkir asrama puteri baru USU terletak di sebelah kantin umum asrama puteri baru USU. Ukuran tempat parkir yang disediakan tidak terlalu besar hanya cukup untuk memarkirkan kendaraan bermotor mahasisiwi kurang lebih 15 kendaraan bermotor (kereta) mahasiswi.Dilihat dari tempat parker asrama mahasiswi yang mempunyai kendaraan bermotor (kereta) hanya sedikit, karena dilihat dari letak asrama puteri baru USU yang dekat dengan halte bus USU dan juga asrama puteri baru USU berada di dalam Universitas.

f. Sarana Pos Satpam (Keamanan)

(22)

Gambar 1:

Kertas Peringatan Yang Terdapat di dalam Asrama Puteri Baru USU

g. Aula Asrma Puteri Universitas Sumatera Utara

(23)

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informan yang diperlukan dalam penelitian.Karakterisktik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian yaitu berdasarkan agama, suku, lama tinggal, dan fakultas selama informan berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur Tabel no.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No

Kategori

Umur

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1

19-21 Tahun

7 77,78%

2 >22 Tahun 2 22,22%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

(24)

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama Tabel no.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

No Agama

frekuensi

(n)

Persentase

(%)

1 Islam 8 88,89%

2 Kristen 1 11,11%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan table no.5 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 8 orang (88,89%) beragama Islam dan 1 orang (11,11%) beragama Kristen, sehingga mayoritas informan beragama Islam. 4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel no.6

Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal di Asrama Puteri Baru Universitas Sumatera Utara

No

Lama

Tinggal

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 1 Tahun 3 33,34%

2 > 2 Tahun 6 66,66%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

(25)

orang (66,66%) yang sudah tinggal selama > 2 tahun. Dengan demikian mayoritas informan 6 orang (66,66%) yang sudah tinggal selama > 2 tahun.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Fakultas Tabel no.7

Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas

No Fakultas

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Ekonomi 3 33,34%

2

Ilmu

Komunikasi TI

1 11,11%

3

Kesehatan Masyarakat

2 22,22%

4

Ilmu Budaya

3 33,34%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

(26)

dan 3 orang (33,33%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya. Sehingga mayoritas informan adalah 3 orang (33,34%) yang berkuliah di Fakultas Ekonomi dan 3 orang (33,34%) yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya.

4.2.5 Karakateristik Berdasarkan Suku Tabel no.8

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No

Kategori

Umur

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Batak 1 11,11%

2 Jawa 1 11,11%

3 Papua 1 11,11%

4 Minang 1 11,11%

5 Karo 1 11,11%

6 Mandailing 1 11,11%

7 Melayu 1 11,11%

8 Aceh 1 11,11%

9 Banjar 1 11,11%

Total 9 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)

(27)

bersuku Minang, 1 orang (11,11%) bersuku Karo, 1 orang (11,11%) bersuku Mandailing, 1 orang (11,11%) bersuku Melayu, 1 orang (11,11%) bersuku Aceh, dan 1 orang (11,11%) bersuku Banjar. Sehingga tidak ada mayoritas informan berdasarkan suku, semua setara karena untuk memilih sampel peneliti menggunakan Purposive Sampling.

4.3 Profil Informan Mahasiswa Asrama Puteri Baru USU 1. Informan pertama

Nama Lengkap : Yuni Tambunan Umur : 19 tahun

Suku : batak

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi Departemen : Manajemen Asal Daerah : Labura

(28)

jenjang pendidikan yang lebih baik lagi, apalagi kota Medan merupakan kota yang terbesar di Sumatera Utara. Walaupun sudah jauh dari daerah asalnya namun Yuni masih tetap memiliki hubungan erat dengan kampung halamannya karena setiap ada libur kuliah beliau kembali kekampung atau daerah asalnya untuk bertemu orangtua dan sanak saudara di daerah asalnya.

Saat pertama merantau Yuni tidak memilih teman dalam berinteraksi, beliau tidak melihat orang-orang disekitarnya dari suku dan agama. Teman yang Yuni ajak bicara pertama kali merantau ke kota Medan dan memutuskan tinggal di asrama puteri baru USU yaitu teman yang berbeda suku dengan beliau karena menurut beliau untuk berinteraksi itu tidaklah dilihat dari kesamaan suku dan daerah asal begitu juga dengan pendapat mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU, walaupun berbeda etnis mereka tetap mau berinteraksi dengan etnis-etnis lainnya, beliau mengatakan semua yang ada di asrama puteri baru USU “sama” tidak ada perbedaan dan tidak ada sifat egois dalam diri mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU.

(29)

dikarenakan adat suku tidaklah diutamakan dalam kehidupan yang beliau lihat saat ini.

2. Informan ke dua

Nama Lengkap : Nurun Hawa Umur : 22 tahun

Suku : Melayu

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Komunikasi TI Departemen : Ilmu Komputer Asal Daerah : Batu Bara

Nurun adalah mahasiswi dari fakultas ilmu komunikasi yang mengambil jurusan ilmu komputer. Nurun saat ini berusia 22 tahun, beliau berasal dari daerah Batu Bara yang dimana orang tua Nurun berasal dari suku yang berbeda yakni ibu Nurun bersuku batak dan Ayah Nurun bersuku Melayu. Nurun dibesarkan di daerah yang mayoritas bersuku melayu sehingga beliau lebih mengetahui mengenai suku melayu terutama dalam budaya dan sejarah mengenai suku melayu.

(30)

sehingga tidak ada saling ketidaksukaan atau menjelek-jelekkan suku lainnya karena menurut beliau jika kita sudah berteman walaupun berbeda suku kita harus menjaga nama baik suku teman kita tersebut. Nurun sudah 3 tahun bertempat tinggal di asrama puteri baru USU, menurut beliau tinggal di asrama puteri baru USU sangat nyaman karena kawasan yang masih di dalam kampus dan juga keamanan yang sangat baik.

3. Informan ke tiga

Nama Lengkap : Siti Saharah Umur : 20 tahun Suku : Mandailing

Agama : Islam

Fakultas : Kesehatan Masyarakat Departemen : Gizi Masyarakat Asal Daerah : Mandailing Natal

(31)

pendidikannya di kota Medan. Sebenarnya beliau ketika mencoba ujian masuk perguruan tinggi, Siti juga lulus di perguruan tinggi di luar Sumatera Utara, namun orangtuanya tidak setuju karena terlalu jauh dari daerahnya jadi orangtua Siti memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Siti di kota Medan yang bisa dikatakan dekat dengan daerah Siti yaitu Mandailing Natal.

Siti saat merantau ke Medan juga tidak tau bagaimana tempat tinggal yang akan beliau tempati karena Siti mengikuti tempat yang di tinggali kakak sepupunya yaitu asrama puteri baru USU. Pada saat pertama kali berinteraksi dengan temannya yang berbeda suku di asrama Siti sama sekali tidak menemukan kesusahan dalam berinteraksi atau menurutnya biasa saja namun karena mahasiswi di asrama puteri baru USU sangat lah ramah-ramah dan baik-baik, mau menyapa walaupun mereka baru pertama sekali bertemu karena hal itu lah beliau menjadi nyaman tinggal di asrama puteri baru USU dan juga teman sekamar Siti berasal dari suku yang berbeda, namun beliau juga tidak menemukan kesusahan dalam berinteraksi dalam kesehariannya di asrama puteri baru USU.

4. Informan ke empat

Nama Lengkap : Cut Hilda Umur : 20 tahun

Suku : Aceh

(32)

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Sejarah

Asal Daerah : Lhouksemawe

Cut Hilda merupakan mahasiswi yang berasal dari simpang 4, keurokoh, Lhouksemawe. Beliau dilahirkan dari orangtua yang bersuku Aceh, saat ini Cut berumur 20 tahun dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan jurusan Sejarah. Cut bertempat tinggal di asrama puteri baru USU selama 1 tahun lebih, awalnya beliau bertempat tinggal dengan abang kandungnya yang saat ini sudah menjadi sarjana lulusan Universitas Sumatera Utara.

Saat abangnya sudah wisuda, orangtua Cut menyuruhnya untuk mencari tempat tinggal lain yang dekat dengan kampus dan terjamin keamanannya. Sehingga kemudian abang Cut memutuskan untuk mendaftarkan Cut tinggal di asrama puteri baru USU. Awalnya Cut tidak mau tinggal di asrama yang menurutnya orang-orang yang tinggal di asrama pasti sangat individual dan beliau sangat susah dalam berinteraksi. Apalagi dengan kamar yang di huni atau di tempati maksimal 4 orang. Beliau dari pertama merantau tidak pernah satu kamar dengan orang lain dan berbeda suku karena beliau hanya tinggal berdua saja dengan abangnya di kos yang dulu mereka tempati.

(33)

menghabiskan waktu di kamar untuk menonton film atau drama di leptopnya dan juga sering keluar asrama untuk mengunjungi tempat tinggal temannya bahkan juga terkadang beliau menginap di tempat teman kampusnya. Teman sekamar Cut juga merupakan mahasiswi yang aktif dalam organisasi yang sering pulang ke asrama larut malam bahkan sering juga tidak pulang ke asrama sehingga Cut sering menghabiskan waktunya sendiri di kamar. Dari pertama masuk asrama puteri baru USU sampai saat ini kamar beliau hanya di tempati oleh 2 mahasiswi yaiotu Cut dan teman sekamarnya yang berbeda suku dengan beliau. Walaupun Cut jarang berinteraksi dengan mahasiswi lainnya di asrama namun Cut merasa nyaman tinggal di asrama puteri baru USU karena menurut beliau mahasiswi lainnya mau berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal walaupun hanya sekedar menyapa saja.

5. Informan ke lima

Nama Lengkap : Rosina Umur : 21 tahun

Suku : Kuri

Agama : Protestan

(34)

Rosina adalah seorang mahasiswi yang saat ini melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil jurusan gizi masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat.Saat ini beliau berumur 21 tahun dan merupakan mahasiswi yang dimana pendidikannya ditanggung oleh pemerintah Papua Barat.Beliau sudah merantau dan menetap di asrama puteri baru USU selama 2 tahun.Pemerintah Papua tidak hanya membiaya pendidikan mahasiswa/i Papua saja, namun juga dengan biaya tempat tinggal dan biaya transportasi untuk mereka pulang ke daerah asal yaitu dalam setahun mereka dapat pulang maksimal satu kali pulang ke daerah asal mereka.

(35)

6. Informan ke enam

Nama Lengkap : Ayu Nurzannah Umur : 22 tahun

Suku : Banjar

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi

Departemen : Manajemen Pemasaran Asal Daerah : Kisaran

Ayu Nurzannah yang kerap disapa dengan Ayu merupakan seorang mahasiswi yang berasal dari daerah Kisaran dan bersuku Banjar, menurut mahasiswi kelahiran tahun 1994 ini suku Banjar yang asli merupakan suku yang berasal dari Kalimantan. Namun beliau merupakan suku Banjar yang sudah lama menetap di Kisaran karena faktor pekerjaan orangtua beliau.

(36)

Namun lama kelamaan Ayu tidak mencari tempat tinggal lain dan memutuskan untuk menetap di asrama puteri baru USU yang menurut beliau asrama puteri baru USU sangat nyaman dan mahsiswi yang berada di asrama puteri baru USU sangatlah ramah dan mudah bergaul.

7. Informan ke tujuh

Nama Lengkap : Raini Tanjung Umur : 19 tahun

Suku : Minang

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Sastra Cina Asal Daerah : Sibolga

(37)

Untuk suku, Ayu sendiri yaitu suku Minang, menurut beliau di Kota Medan ini sangat banyak dan mudah untuk berinteraksi dalam kesehariannya baik di asrama puteri baru USU maupun di kampus.Saat ini teman sekamar Ayu di asrama puteri baru USU merupakan suku yang berbeda dengan Ayu yaitu suku Jawa dan orang yang pertama sekali Ayu ajak untuk berinteraksi pada saat masuk asrama puteri baru USU juga merupakan suku yang berbeda dengan beliau.

8. Informan ke delapan

Nama Lengkap : Gisela Ratnasari Umur : 21 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi

Departemen : Ekonomi Pembangunan Asal Daerah : Ae Kanopan

(38)

Menurut Sela, merantau dari daerah asal merupakan keputusannya yang baik karena pendidikan di daerah asalnya kurang bagus seperti di Kota Medan sehingga beliau memutuskan untuk meneruskan jenjang pendidikannya di Kota Medan dan di Kota Medan Universitas yang beliau inginkan juga merupakan Universitas Negeri. Saat pertama sekali merantau beliau mencari tempat tinggal yang berdekatan dengan Fakultas dan mencari tempat tinggal yang aman karena orangtua Sela sangat takut jika Sela menetap di tempat tinggal yang tidak aman apalagi Kota Medan terkenal dengan ketidakamanan tempat-tempat kos mahasiswa yang selalu di masuki maling atau orang-orang yang ingin berbuat jahat, kemudian orangtua beliau memutuskan menyuruh beliau untuk sementara tinggal di asrama puteri baru USU, namun lama kelamaan Sela menyukai tempat tinggalnya tersebut yaitu asrama puteri baru USU, sehingga beliaupun memutuskan untuk tinggal di asrama puteri baru USU sampai saat ini.

(39)

asrama puteri baru USU, hanya sebagian saja yang sering melakukan interaksi.

9. Informan ke Sembilan

Nama Lengkap : Mutia Boru Tarigan Umur : 20 tahun

Suku : Karo

Agama : Islam

Fakultas : Ilmu Budaya Departemen : Ilmu Perpustakaan Asal Daerah : Kabanjahe

Mutia adalah mahasiswi yang sudah hampir 3 tahun merantau dan bertempat tinggal di asrama puteri baru USU. Beliau merantau dari daerah asalnya yaitu kabanjahe untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil Jurusan Ilmu Perpustakaan. Mutia adalah mahasiswi yang bersuku Karo yang dimana menurut beliau sukunya banyak dijumpai di daerah merantaunya yaitu Kota Medan karena kebanyakan anak-anak yang bersuku karo melanjutkan jenjang pendidikannya di Kota Medan baik Universitas Negeri maupun Universitas Swasta.

(40)

menurut beliau mahasiswi yang ada di asrama baik dan ramah walaupun tidak semua mahasiswi. Dalam kehidupan sehari-hari beliau di asrama tidak ada mahasiswi yang melakukan kejahatan secara fisik hanya saja ada mahasiswi yang mempunyai penyakit yang suka mencuru “kleptomania”, mahasiswi yang mempunyai penyakit seperti itu jika sudah ketahuan mencuri maka mereka akan menyelesaikan secara adil dan bermusyawarah dengan mahasiswi lain dan ibu kepala asrama mereka.

4.4 Interaksi Sosial Mahasiswi di Asrama Puteri Baru USU

Interaksi dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan interaksi antar etnis yang terjalin di asrama puteri baru USU. Interaksi sosial mahasiswi merupakan proses timbal balik untuk terjalin hubungan sosial mahasiswi antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU. Hal ini dapat menciptakan sebuah interaksi sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung.

(41)

interaksi sosial tidak dapat dipisahkan dengan proses sosial lainnya seperti dalam penelitian ini yaitu interaksi antar etnis yang terjadi atau dilakukan oleh mahasiswi yang bertempat tinggal di asrama puteri baru Universitas Sumatera Utara.

4.4.1 Interaksi Sosial Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU Secara Langsung

Dalam penelitian ini, interaksi keduanya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadikan hubungan-hubungan sosial yang dijalani mahasiswi antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU. Daripada itu, proses interaksi sosial secara langsung seperti yang utarakan oleh Gisela Ratnasari yaitu:

“…pertama datang ke kota Medan ya aku biasa aja, karena udah sering ke Medan juga. Terus orang pertama yang aku ajak berinteraksi ya teman sekamar aku yang berbeda etnis juga. Jadi untuk berinteraksi aku cari tahu dulu bagaimana teman sekamar aku..”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(42)

lawan bicara mereka itu yang sama etnis. Mereka lebih memilih untuk berinteraksi dengan bentuk rasa kenyamanan saat berbicara.Hal itu juga menunjukkan bahwa mahasiswi berinteraksi secara tidak disadari mereka bahwa lawan berbicara mereka adalah mahasiswi yang berbeda etnis.

4.4.2 Interaksi Sosial Mahasiswi Asrama Puteri Baru USU Secara Tidak Langsung

Interaksi sosial secara tidak langsung merupakan interaksi sosial yang berhubungan dengan komunikasi menggunakan alat bantu kamunikasi. Namun, didalamnya juga tetap melakukan proses interaksi. Hal yang mengenai interaksi sosial secara tidak langsung sangat erat kaitannya dengan interaksi secara langsung.

Komunikasi yang terjadi dilakukan bisa saja secara bersamaan ataupun mewakili salah satu interaksi.Kemudian yang mencakup perbedaan terletak pada alat komunikasi yang digunakan. Hal tersebut yaitu alat merupakan salah satu syarat untuk mewakili proses terjadinya interaksi sosial yang dilakukan mahasiswi asrama puteri baru USU baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan alat komunikasi baik berupa telepon genggam atau alat dan media lainnya. Seperti berinteraksi dengan keluarga atau sesame teman yang ada di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Cut Hilda:

(43)

soalnya kalo mati lampu aku lebih sering menghabiskan waktu di kampus sama teman-teman kampus sih terus kalo untuk tahu nomor hp teman asrama wajib sih menurut aku, biar bisa nanyak soal itu tadi sih…”(Hasil wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas banyak hal yang bisa dilakukan dengan adanya telepon genggam atau Handphone seperti untuk berinteraksi secara tidak langsung dengan keluarga maupun teman asrama karena alat bantu komunikasi tersebut menggunakan jatingan layanan seluler yang semakin sampai saat ini sudah masuk hingga kepelososk negeri. Dengan demikian, informasi dari keluarga yang berada di daerha asal mereka pun dapat mereka ketahui dengan cepat dan komunikasi dengan teman asrama juga membuat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU menjadi lebih erat.

4.5 Perbedaan Budaya di Daerah Asal dengan Merantau

(44)

“…pertama mungkin agak pusing juga ya, disini kan banyak orang gitu. Terus terkadang ada yang ngomong pake bahasa daerah asal mereka gitu. Gak kayak di tempat tinggal ku dulu semua bisa dibilang hampir sama karena sama bahasa tersu sama budaya, kalo disini kan udah beda-beda jadi pandai-pandai menempatkan diri la sama etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Fenruari 2016)

Hal ini juga sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan yaitu:

“… gimana ya kalo di daerah ku sih adatnya masih diutamakan kalo di sini sih udah gag pala di utamakan, terus kita di sini ya usahakan untuk menyamakan aja ya, namanya juga merantau apa perubahan dan perbedaan ya harus kita jalani terus jangan mengutamakan ego awak sendiri la, harus ngerti sama budaya orang-orang di sini juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Dari hasil wawancara terdapat bahwasanya mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU berupaya untuk menempatkan diri dalam keberagaman, walaupun budaya yang ada di daerah asal mereka dengan saat merantau berbeda namun mereka sebisa mungkin untuk menempatkan diri mereka dan menjaga hubungan antar etnis yang ada di asrama puteri baru USU.

4.6 Interaksi Berdasarkan Etnis

4.6.1 Interaksi diantara Sesama Etnis

(45)

selanjutnya manusia hidup dengan mempunyai kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas. Manusia dalam memenuhi kehendak dan kepentingannya tersebut tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan bersama.

Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:

1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia lain di sekitarnya.

2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya. Keseharian yang di jalani untuk berinteraksi dalam kehidupan sangat dibutuhkan juga oleh mahasiswi asrama puteri baru USU yang dimana lewat interaksi tersebut mereka dapat menemukan teman untuk membuat kelompok dalam kehidupan sosial mereka dan mendapatkan teman sosial dalam kehidupan sehari-hari di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Siti Sahara yaitu:

“…interaksi di sini biasa aja sih kak, tapi gimana ya kan kita lebih berinteraksi dengan yang kita kenal, sebenarnya kita kenal semua cuman gag dekat gitu, tapi tetap usaha untuk berinteraksi la biar lebih kenal dan dapat teman juga, masalah etnis gag diutamakan dalam interaksi menurut aku kak, walaupun beda kan kita bisa jadi teman…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan :

(46)

keseharian la…”(Hasil wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa: “…kalau interkasi paling sering dengan kawan sekamar, kalau dengan yang lain interaksi saling menyapa aja enggak sampai jadi kawan dekat, paling-paling say “hai” soalnya sibuk kuliah juga, tapi untuk berinteraksi ada dilakukan walaupun beda etnis, beda etnis aja kita sering berinteraksi apalagi sesama etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Dari hasil wawancara di lapangan bahwasanya mahasiswi yang ada di Asrama Puteri Baru USU berinteraksi dengan baik walaupun ada perbedaan etnis dalam interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka di Asrama Puteri Baru USU. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…Interaksi di asrama menurut aku baik ya, karena disini semuanya ramah.Disini juga enggak berfokus pada etnis juga kalau berinteraksi. Kalau aku berinteraksi dengan siapa aja walaupun beda etnis, kalau interaksi dengan etnis aku jarang ya, karena di asrama etnis aku tu jarang, etnis aku kan banjar jadi jarang ada etnis banjar di asrama ini, tapi karena aku juga di kampung berinteraksi dengan beda etnis yaitu etnis jawa, jadi aku terkadang bisa juga berinteraksi dengan etnis jawa, tapi dengan etnis lain juga aku sering kok dan enggak membedakan intinya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016).

Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Cut Hilda:

(47)

Dalam interaksi sosial yang mahasiswi Asrama Puteri Baru USU jalani di kehidupan seharian mereka terdapat bagaimana mahasiswi tersebut agar dapat menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan tempat mereka tinggal yaitu Asrama Puteri Baru USU yang dimana asrama tersebut ditempati oleh mahasiswi yang berbeda etnis. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan:

“…Saya di asrama ini berinteraksi dengan berbagai etnis karena menurut saya kalau ingin mendapat teman tidak harus mencari teman yang sesama etnis, berbeda etnis juga bagus supaya kita belajar juga bagaimana etnis-etnis lainnya, tentunya kalau ingin berinteraksi harus bisa mengetahui bagaimana lawan bicara kita dan bagaimana dia tinggal ditempat sekarang, saya sering berbicara dengan etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

Sama halnya dengan yang dikatan oleh Rosina:

“…ya kalo menurut saya sih kalo itu memang kita apa kebanyakn biasa dekat dengan kakak disini dari Papua juga sama Batak disini juga kita dekat, saling menyapa juga. Mereka senyum kita senyum juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dalam interaksi keseharian mahasiswi asrama puteri baru USU juga ada beberapa mahasiswi yang berinteraksi hanya dengan sesama etnis saja, namun yang paling banyak adalah berinteraksi dengan berbeda etnis. Seperti yang dikatan oleh raini Tanjung:

“…ada sebagian disini orangnya berinteraksi dengan yang sama tapi ada juga dengan etnis yang beda-beda. Tapi paling banyak yang berinteraksi dengan beda-beda etnis kak agar kehidupan di asramanya baik dapat banyak teman…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(48)

“…kalau sepengetahuan saya disini mahasiswinya kurang bersosialisasi walaupun tidak semua mahasiswi seperti itu, saya sama sebelah kamar saja saya enggak tahu gimana, paling sama kawan dekat di asrama la yang dekat, terus juga kalau interaksi sehari-hari kalau ada kenal saya sapa kalau tidak kenal lalu mereka menyapa saya, saya sapa kembali sepeti balik senyum gitu…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil data yang didapat di lapangan, bahwasanya mahasiswi berinteraksi dengan baik di asrama puteri baru USU. Mereka menjalani kehidupan sosial mereka dengan baik walaupun ada beberapa mahasiswi yang kurang baik dalam bersosialisasi.Namun, mahasiswi tetap menjalankan tugas mereka dalam kehidupan sosialnya yaitu berinteraksi dengan mahasisiwi lainnya baik mahasiswi yang sesama etnis atau berbeda etnis dan lebih mengedepankan kerjasama dari pada persaingan dalam kehidupan sosial mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.2 Interaksi Antara Etnis yang Berbeda

Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara

(49)

Tingkat selanjutnya tingkat sekolah, dimana kita bisa mengembangkan pelajaran bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke lingkungan sekolah.

Kemudian tingkat lingkungan masyarakat, pada lingkungan masyarakat kita dapat terjun ke dalam masyarakat dengan bekal apa yang kita pelajari dari lingkungan sosial kita terdahulu yaitu keluarga dan sekolah.

Interaksi yang kita lakukan sehari-hari dapat mempengaruhi bagaimana sikap kita dengan orang lain terutama dalam berteman dan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mahasiswi yang tinggal di asrama puteri baru USU berinteraksi dengan berbeda etnis, membuat interaksi yang mereka jalani sehari-hari menjadi lebih luas dengan berkumpul dengan teman-teman yang berbeda etnis di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan Cut Hilda:

“…di sini kami berinteraksi dengan cukup baik ya, terutama pas kita lagi ada kegiatan gotong royong, walaupun aku gag sering ikut gotong royong tapi aku tau la kayak mana kita ngumpul-ngumpul pas gotong royong, kalo dalam nyari teman aku juga gag ngelihat satu etnis, aku lebih suka ngelihat teman tu dari nyaman atau gag kita sama dia, pas ada kegiatan gotong royong di asrama aku gag milih-milih teman, lebih lihat mereka enak apa gag diajak bicara, gag ada nyari yang harus satu suku sih…”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

(50)

jalani dalam lingkungan asrama yang berbeda etnis. Mereka tidak memilih teman dari segi etnis yang sama melainkan dari kenyamanan mereka saat berteman. Teman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan) atau lawan bicara.Sehingga teman dapat diartikan sebagai seorang individu untuk pelengkap kita dalam berinteraksi pada kehidupan sosial. Makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup dengan tergantung pada orang lain, maka teman merupakan makhluk sosial yang dapat kita percayai untuk mengisi kehidupan sosial kita.

4.6.2.1Hal yang disukai Tabel No.9

Nama Etnis Yang disukai Strategi Beradaptasi dan Papua juga merupakan etnis yang berjiwa sosial dalam

berkelompok

Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka

(51)

Nurun menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan

Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya

Ayu Nurzannah

Papua Ramah-ramah

Saling menghargai walau beda etnis

(52)

4.6.2.2Hal yang Tidak disukai Tabel No.10

Raini Tanjung

Papua Menghormati temannya dan

Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman

Cut Hilda

hubungan, dan menjadi teman dalam asrama

Mutia Boru etnis mereka itu hal paling pentingnya

Tidak sombong dalam berinteraksi

Nama Etnis Tidak disukai Strategi Beradaptasi

Belajar apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari etnis mereka

(53)

mahasiswi

Berinteraksi dengan baik

Siti Sahara

Jawa

Tidak mau jujur soal kesalahan menyapa satu sama lain agar terjalin hubungan pertemanan keras jadi kalau berbicara sering

Saling mengerti etnis satu dengan etnis lainnya

Ayu

Nurzannah Papua

Mereka lebih walau beda etnis

Tidak memiliki

(54)

mereka sendiri

dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari

Raini Tanjung

Papua Berteman

hanya sama

Sering saling menyapa dan membuat hubungan interaksi semakin erat agar dapat jadi teman

Cut Hilda enak dilihat dan selalu

(55)

Dari Tabel no.9dan no.10 menunjukkan bahwa mahasiswi di asrama puteri baru USU lebih tidak menyukai etnis Papua dikarenakan etnis Papua lebih menunjukkan bahwa etnis mereka berkelompok dan kurang berinteraksi dengan etnis lainnya dalam hubungan sosial, hanya beberapa saja yang mau berinteraksi untuk mempererat hubungan sosial di antara mahasiswi asrama puteri baru USU.

4.6.3 Penggunaan Bahasa Daerah di Asrama Puteri Baru USU

Dalam kehidupan sehari-hari yang mahasiswi asrama puteri baru USU jalani yaitu dengan berinteraksi menggunakan bahasa persatuan, namun jika sudah bertemu dengan satu etnis mahasiswi tersebut ada yang menggunakan bahasa daerah namun banyak juga dari mereka menggunakan bahasa persatuan atau bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: Mutia Boru mereka itu hal paling

pentingnya

(56)

“…kalo saya pribadi sering pake bahasa Indonesia, terkadang aja pake bahasa daerah kalo udah sama satu etnis, soalnya kalo pake bahasa daerah depan orang kan dikirain kita ngomongin orang itu, jadi lebih sering pake bahasa Indoneisa tapi bahasa daerahnya juga tetap saya jaga biar gag lupa, terkadang mau juga tanpa sadar nanti udah pake bahasa daerah aja sama kawan-kawan yang satu etnis di asrama ini…” (Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

Hal ini sama halnya yang dikatakan oleh Raini Tanjung:

“…aku dikit-dikit bisa bahasa Padang kak, soalnya dirumah lebih sering pake bahasa Indonesia sama keluarga, terus karena aku juga udah lama di Sibolga kak jadi aku juga kalo di sekolah dulu pake bahasa Melayu dikit-dikit biar lebih akrab sama teman-teman di sekolah. Kalo di sini di asrama ini campur kak bahasa aku, sama teman Padang lainnya kita terkadang pake bahasa Indonesia campur Padang biar gag ilang juga nantinya bahasa daerahnya, saying juga soalnya kalo aku sampe gag bisa bahasa daerahku…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(57)

dalam berinteraksi, baik dalam menggunakan bahasa daerah maupun bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.

Bahasa daerah tidak hanya saja bisa dikuasai oleh orang yang berasal dari daerah tersebut saja, namun ada juga dari daerah lain. Dalam asrama puteri baru USU yang dimana mahasiswi yang memiliki teman satu kamar dengan etnis lainnya, namun ia dapat mengerti dengan bahasa daerah teman sekamarnya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…kalo bahasa daerah teman sekamar aku ngerti, soalnya diakan orang jawa, terus aku juga bisa sedikit ngerti bahasa jawa, jadi kalo dia nelpon sama keluarganya pke bahasa daerahnya bahasa jawa aku ngerti gitu sedikit kalo udah ngerti gitu jadinya kan aku gag ngerasa di bicarain hahaha, tapi ya aku terkadang aja aku ngomong pake bahasa daerah dia pas lagi becanda-becanda aja, lebih sering pake bahasa Indonesia…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(58)

menggunakan bahasa daerah mereka di asrama puteri baru USU.

4.6.4 Penerapan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari di Asrama Puteri Baru USU

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi dan juga sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari budaya itu bersifat abstrak.

Jika dalam kehidupan sehari-hari manusia atau individu tidak menerapkan atau menjaga budaya daerah mereka maka akan terjadi perubahan sosial budaya, perubahan sosial budaya tersebut ada 3 faktor, yaitu:

1. Tekanan kerja dalam masyarakat 2. Keefektifan komunikasi

3. Perubahan lingkungan alam

(59)

banyak etnis, sehingga mahasiswi menemukan budaya-budaya baru yang berbeda dengan etnis mereka dikarenakan interaksi antar etnis yang terjadi di asrama puteri baru USU. Untuk tetap menjaga kebudayaan daerah atau etnis mereka, banyak mahasiswi asrama puteri baru USU menambahkan aktivitas mereka yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan etnis mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rosina yaitu:

“…untuk menjaganya kami sering kumpul satu papua, ngumpul cerita-cerita ngobrol ditanya kabar. Ya kalo budaya harus kuat walau merantau budaya harus kita jaga.Seperti kami sering mengadakan acara buat budaya terus nanti ada tarian-tarian kita tari adat Papua tari yang lagunya “Sajojo” dan kalau ada aktivitas-aktivitas organisasi kami seperti kemarin itu karnaval USU kami ada buat tarian kami. Saya juga ikut organisasi iaktan mahasiswa Papua…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil wawancara, mahasiswi yang berasal dari daerah mereka masing-masing tetap mempertahankan budaya mereka, walaupun dengan menggunakan cara mempertahankan hal yang seharusnya tetap dijaga yaitu bahasa. Seperti juga yang dikatakan oleh Nurun Hawa yaitu:

(60)

Dari hasil penelitian terdapat bahwa untuk menjaga budaya daerah asal mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU, mahasiswi sering mengikuti organisasi etnis mereka agar kebudayaan mereka tidak hilang karena faktor keanekaragaman budaya yang ada di Kota Medan terutama asrama puteri baru USU.

4.7Penggunaan Marga

Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik berdasarkan keturunan ayah (Patrilineal) ataupun ibu (Matrilineal).Marga dalam setiap etnis memiliki sejarahnya masing-masing.Marga juga merupakan identitas yang menunjukkan msyarakat berasal dari etnis yang berbeda-beda.Masyarakat saat ini banyak menggunakan marga mereka walaupun mereka sudah berada jauh dari daerah asal mereka untuk mempertahankan budaya daerah mereka masing-masing. Seperti yang diungkapkan oleh Yuni Tambunan:

“…aku seneng la kalo pake marga, namanya juga bawaan dari Ayah. Terus juga bisa nunjukkin ke orang kalo aku ini batak toba. Margakan menunjukkan kita dari mana jadi kalo pake marga itu jumpa sama yang satu marga enak kak karna satu marga itu sama saja dengan satu saudara…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

(61)

seseorang tersebut berasal dari etnis yang berbeda-beda. Seperti pernyataan Rosina:

“…di tempat kami banyak marga tiap marga beda suku, seperti saya marga werfete. Saya bangga memakai marga saya werfete karena menunjukkan suku saya.Di sini di Medan banyak Papua tapi tiap papua berbeda-beda marganya. Beda marga berbeda-beda suku la pokoknya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal ini sesuai juga dengan yang dikatakan oleh Raini Tanjung yaitu:

“…semua pasti senang la kak kalau menggunakan marganya. Seperti saya, kalau ada marga di ujung nama saya itu ada kesan tersendiri kak, saya merasa bangga gitu dengan menggunakan marga di ujung nama saya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(62)

4.8 Interaksi dengan Keberagaman Etnis

Keberagaman merupakan manusia yang memiliki perbedaan.Perbedaan tersebut ditinjau dari sifat-sifat pribadi misalnya sikap, watak, kelakuan, tempramen, dan hasrat.Jika keberagaman individu terletak pada perbedaan secara individu atau perorangan, sedangkan keberagaman sosial terletak pada keberagaman dari masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.Seperti Indonesia memiliki perbedaan suku bangsa, etnis, agama, bahasa, kesenian, dan kedaerahan yang dianggap sebagai karakteristik dalam kehidupan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Yuni Tambunan:

“…sebenarnya kalau dalam etnis kan banyak perbedaan jadi kalau perbedaan itu yang membuat kita saling dekat dan saling ingin tahu terus timbul pertemanan atau hubungan yang baik kenapa tidak ya kan, terus kan itu menjadi warna dalam kehidupan sosial kita yang kita jalani dalam keseharian…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Siti Saharah: “…dalam kehidupan ada perbedaan, jadi kalau ada perbedaan kita harus baik-baik dengan adanya perbedaan tersebut kayak beda etnis ini. Kan Indonesia kaya akan banyak etnis jadi itu lah yang membuat Negara kita beda dengan Negara lainnya karena dalam interaksi yang kita jalani sehari-hari itu kayak di asrama ini jadi lebih berbeda dan lebih enak karena banyak perbedaan dari perbedaan itu juga kita tahu tentang etnis lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(63)

Indonesia karena yang bertempat tinggal di sini beda-beda etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Keberagaman etnis yang terdapat di asrama mahasiswi puteri baru USU merupakan keberagaman sosial yang banyak dijumpai di setiap daerah yang ada di Indonesia karena Indonesia kaya akan kultur atau budaya yang dimiliki oleh setiap etnisnya. Keberagaman yang ada di asrama mahasiswi puteri baru USU yang paling mendasar yaitu bagaimana interaksi yang mereka lakukan dalam kehidupan asrama yang begitu banyak di tempati oleh berbagai macam suku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh mahasiswi asrama puteri baru USU Nurun Hawa:

“….kalo nonton bareng dibawah ya pasti ada bicara-bicara hal-hal yang terkadang jauh dari pembahasan mengenai diri sendiri terus kita bicara-bicaranya sambil nonton walaupun enggak kenal terus beda suku, tetap ada interaksi la…(Hasil wawancara 12 Maret 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan: “…menurut saya kalau suku itu enggak perlu dipermasalahkan dalam kita berinteraksi, jadi kalau saya dengan siapa aja berinteraksi walaupun itu beda suku, seperti ngumpul-ngumpul sama mahasiswi asrama lainnya, kita enggak pernah ngumpul terus melihat teman ngumpul kita itu satu suku atau beda suku…”(Hasil Wawancara Tanggal 13 Maret 2016)

(64)

“…budaya kita memang berbeda-beda tapi kita bisa berteman dengan baik karena kita harus saling memahami antara etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal tersebut juga sama halnya dengan yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…Kalau kita berbeda-beda enggak ada masalah bagi aku kita mau berinteraksi dengan siapa, karena beda suku itu juga hal baik buat kita agar kita bisa memahami satu sama lainnya, setiap suku kan pasti berbeda-beda adat-adatnya, kayak adat berbicara, adat makan, terus adat-adat lainnya…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016).

Kebergaman etnis haruslah dipertahankan karena dapat menjadi modal sosial dan menambah warna dalam kehidupan masyarakat. Keberagaman kultur dalam setiap etnisnya juga harus dipertahankan karena kultur tersebut merupakan bagian simbol dari etnis tertentu. Keberagaman kultur pada kelompok etnis sangat banyak dan tersebar diseluruh muka bumi ini. Pernyataan tersebut bisa kita ambil karena kita pun mempunyai kelompok etnis sendiri.Dalam keberagaman etnis interaksi biasanya merupakan sebuah komponen untuk bersosialisasi dengan seseorang didalam etnisnya sendiri (jaringan interaksi). Akan tetapi dalam keberagaman etnis interaksi suatu etnis berkelompok dengan etnis lain dan menimbulkan suatu kerusuhan etnis lain ialah salah berinteraksi. Maka interaksi dalam keberagaman etnis mahasiswi Asrama Puteri Baru USU, mereka akan meninggalkan ciri etnis masing-masing dan membaur dalam peraturan yang disepakati bersama, seperti yang dikatakan oleh Cut Hilda:

(65)

satu sama lainnya maka tentu kita harus melihat dan mempelajari bagaimana etnis lainnya terutama teman sekamar…”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Maret 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Raini Tanjung: “…kalau aku kak karena dari kecil udah bertempat tinggal di lingkungan yang berbeda etnis, jadi sewaktu masuk di asrama ini aku udah terbiasa dengan berbeda etnis terus mahasiswi disini juga cukup bagus berinteraksi dengan etnis lainnya mungkin karena mereka juga berusaha agar memahami etnis lain jadi kehidupan sehari-hari mereka juga enggak terlalu menyangkut dalam hal etnis terus mahasiswi disini bisa memahami lingkungan disini juga…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Maka dari hasil data lapangan bahwasanya mahasiswi Asrama Puteri Baru USU berusaha untuk beradaptasi untuk menyesuaikan diri mahasiswi di lingkungan yang berbeda etnis dan juga berusaha agar menjaga strategi sosial budaya mahasiswi yaitu bagaimana mempertahankan identitas etnis mahasiswi seperti upaya mahasiswi untuk bisa diterima di lingkungan berbeda etnis.

Gambar 2 :

(66)

4.8.1 Interaksi Berdasarkan Agama

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beraklhlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, berkuasa dan rasa aman.

4.8.1.1Interaksi dengan Sesama Agama

Dalam agama juga mengajarkan kita harus saling bersilaturahmi kepada sesame umat manusia maka interaksi sosial yang kita jalani dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan dari silaturahmi.Namun, dalam berinteraksi terkadang kita memiliki kendala yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan berbeda agama.Dalam ajaran agama Islam silaturahmi tidaklah memandang agama, agama lahir dalam upaya membangun kehidupan kemasyarakatan yang membangun peradaban yang tinggi yang mengedepankan nilai dan cita rasa manusiawi.

(67)

satu-satunya kebenaran. Saat ini berada di globalisasi dan plulalisme, suatu keniscayaan yang harus diterima diera ini semua persoalan tampil dengan jelas serta beranekaragam yang harus dihadapi pada aliran memberi pengaruh yang besar dan umat manusia, dengan demikian maka interaksi antaar satu kelompok ke kelompok lain, dan antar individu dengan individu lainnya tidak bisa dielakkan lagi dalam hal interaksi antar umat beragama. Seperti yang dikatan oleh Cut Hilda:

“…menurut aku dalam satu agama pasti tau bagaimana agama satu dengan yang lain, jadi kita melakukan kegiatan kita sama dengan yang sama suku kan bisa dibilang sama suku sama juga kayak sama satu agama…”(Hasil Wawancara Tanggal 18 Juni 2016)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan:

(68)

Dari hasil wawancara penelti, terdapat bahwasanya dalam satu agama pun mahasiswi asrama puteri baru USU melakukan interaksi dengan baik, sama halnya seperti satu suku. Melakukan apa yang telah diketahui antar satu agama tersebut.

4.8.1.2 Interaksi dengan yang Berbeda Agama

Dalam interaksi antar umat beragama perspektif interaksionis simbolik hubungan antar umat beragama dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.Internal muncul dari dalam masyarakat yang meliputi ada kesadaran bersama untuk melakukan hubungan kemampuan memahami setiap realitas sehingga mereka harus melakukan hubungan serta bagaimana setiap orang mampu membentuk hubungan yang ada dan sebuah pola hubungan. Seperti yang dikatakan oleh Raini Tanjung:

(69)

Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Rosina: “…kita satu kamar Kristen protestan kakak, tapi teman saya banyak juga yang muslim terutama teman asrama di kampus juga kakak. Ya saya menghormatinya saya tahu kalau kakak-kakak ini yang muslim tidak bisa tingga sholat jadi ada teman saya muslim kalau sudah saya lihat orang-orang sholat maka saya suruh dia juga sholat kakak karena pertemanan itu tidak melihat agama juga kakak. Ada teman saya dikampung juga muslim kami saling menghargai kakak…”(Hasil Wawacara Tanggal 16 Juni 2016)

Dari hasil data lapangan bahwa agama juga tidak menghambat mahasiswi Asrama Puteri Baru USU untuk berinteraksi sama halnya dengan etnis, walaupun ada perbedaan agama atau etnis mereka berusaha untuk saling memahami dan saling menghargai antar umat beragama yang ada di Asrama Puteri Baru USU. Sikap saling menghargai merupakan cerminan untuk kita bersosialisasi dengan baik antar sesame manusia baik itu dalam interaksi antar umat Bergama maupun interkasi dalam perbedaan etnis, karena dalam kita bersosialisasi di kehidupan kita memerlukan bantuan masyarakat lainnya, kita di dalam kehidupan sosial ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri individu juga memerlukan bantuan individu lainnya.

4.8.2 Interaksi dalam Toleransi

4.8.2.1 Toleransi Antar yang Berbeda Etnis

(70)

bagaimana interaksi dalam toleransi karena toleransi merupakan suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat.

Seperti juga dalam kehidupan mahasiswi asrama puteri baru USU yang dimana mereka juga menerapkan bagaimana toleransi dalam menjalankan kehidupan atau interaksi dalam kehidupan mereka di asrama puteri baru USU. Seperti yang dikatakan Nurun Hawa:

“…disini orang-orangya saling menghormati enggak ada menjelek-jelekkan etnis lain. Seperti dalam interaksi juga enggak ada beda-bedanya terus enggak ada membedakan antara etnis juga ya kan, kadang antara agama juga enggak ada beda-bedanya enggak ada saling membedakan sih…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah:

“…berteman dengan beda etnis terus sekamar dengan beda etnis nyaman kok, asik malah. Orang-orangnya saling menghormati kok enggak ada menjelekkan atas nama etnis…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

(71)

toleransi juga semakin erat dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-hari, dengan adanya toleransi kehidupan sosial yang mereka jalani pun tidak menimbulkan sikap saling menjelek-jelekkan antar etnis. Namun hal tersebut jika kita lihat dari cara mereka berinteraksi dari luar saja, dilain sisi ada beberapa mahasiswi yang dalam kesehariannya bisa dikatakan menjelek-jelekkan etnis, terutama mereka menjelekkan etnis Papua. Seperti yang dikatakan oleh Rosina:

“…ada banyak, tidak suka dengan kita dia membicarakan kita dibelakang. Terkadang mereka teriak-teriak mengenai air seperti sumber air sudah dekat atau sumber air sudah jauh kami yang Papua ini merasa kami di ejek-ejek padahal itu bukan kata-kata dari Papua melainkan dari Maluku sana, kami dan Maluku berbeda…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dari hasil wawancara di atas mahasiswi asrama puteri baru USU bahwa mereka juga menjalankan kehidupan sehari-hari mereka dengan berdramaturgi, bagaimana mereka membicarakan soal tidak menjelek-jelekkan etnis lainnya. Namun ada beberapa mahasiswi di asrama puteri baru USU yang menjelek-jelekkan etnis lain dilihat dari bagaimana etnis Papua mengatakan ada beberapa mahasiswi yang menjelek-jelekkan mereka, walaupun ada beberapa namun bagi mereka yang menjelek-jelekkan mereka ada banyak. Seperti yang dikatakan oleh Ayu Nurzannah yaitu:

(72)

mereka juga kayak kaku-kaku gitu kan, apalagi bahasa Indonesianya. Cuman aku kana da temen juga tu yang etnis Papua ya biasa aja, cuman jarang komunikasi akrab kali, kalo jumpa ya sapa-sapa gitu la dan mereka ramah sih. Tapi ya ada juga gag enaknya sama mereka. Kan mereka sering berkelompok tu, jadi ngelihatnya kayak gag enak gitu aja…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Gisela Ratnasari yaitu:

“…Kalo sama semua etnis sih suka semua ya tapi kalo lihat etnis Papua ya kayak kemarin itu ada konflik kecil gitu tapi gag berkaitan dengan konflik etnis, terus konfliknya juga gag sampe heboh sih, disitu pernah kalo etnis Papua itu ya bela etnis mereka sendiri gitu. Karena kan mereka asing terus apalagi pertama masuk kesini menurut saya mereka asing gitu. Terus sebenarnya kita tu kalo berinteraksi gag usah lihat suku ya karena lebih banyak teman kan lebih banyak pengetahuan juga, jadi kalo kayak etnis Papua kan berasa mereka jadi berkelompok gitu…”(Hasil Wawancara Tanggal 12 Maret 2016)

Dan hasil wawancara dari Yuni Tambunan juga sama halnya dengan hasil wawancara di atas yatu:

“…Ada sebagian ya kalo masalah saling tidak menghormati, kayak mereka cuek-cuek aja gitu…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

(73)

asrama puteri baru USU tidaklah semua dalam kehidupan sosial yang jujur dan dalam kehidupan msyarakat sosial lainnya juga.Berdramaturgi dalam kehidupan sudah sering terjadi, tidak hanya dalam asrama puteri baru USU saja namun juga di masyarakat sosial yang ada dalam lingkaran interaksi sosial atau kehidupan sosial masyarakat.

4.8.2.2Toleransi Antar Berbeda Agama

Dalam umat beragama perbedaan menjadi sebuah pembelajaran kita agar bisa menghargai dan menghormati perbedaan tersebut seperti perbedaan dalam agama seperti yang di katakana oleh Cut Hilda:

“…dalam agama gag ada masalah sih, mau berteman dengan siapa aja kan bisa sama dengan kita gag melihat pertemanan itu dari etnis. Kalau masalah perbedaan agama kita harus saling memahami satu sama lain dan saling menghargai satu sama lain kayak kalau kita mau shalat 5 waktu mereka yang non muslim menghargai kita dengan tidak berisik sewaktu kita shalat didalam kamar asrama…”(Hasil Wawancara Tanggal 18 Juni 2016) Seperti halnya yang dikatakan oleh Mutia Boru Tarigan:

“…kalau dalam kehidupan kita banyak perbedaan, tapi kita pasti bisa menjalaninya karena dalam kehidupan sosial kita diajarkan bagaimana kita menghargai perbedaan dan kita tidak boleh mendiskriminasi perbedaan-perbedaan tersebut…” (Hasil Wawancara Tanggal 18 Juni 2016)

(74)

4.8.3 Interaksi Sebagai Bentuk Kerjasama dan Persaingan 4.8.3.1Interaksi dalam Hubungan Teman Sekamar

(roommate) di Asrama Puteri Baru USU

Memiliki teman sekamar atau roommate memang memiliki cerita tersendiri.Kita dapat mengetahui berbagai sisi dari karakternya, seperti kebaikannya, hal buruknya, ketika dia terlihat jelek atau terlihat buruk.Tak hanya mengenai personal teman sekamar kita yang menjadi cerita menarik saat tinggal bersama, namun juga kita dapat melihat berbagai dampak positif yang kita peroleh.

Teman sekamar juga merupakan keluarga saat berada diluar rumah. Mereka akan mulai menyayangi dan memahami kita di samping segala kekurangan atau hal buruk yang kamu miliki. Ada 12 cara bagaimana kita mengetahui bahwa teman sekamar kita dapat menjadi sahabat sejati kita, antara lain:

1. Selalu menyambut kita saat kita pulang

2. Ketika merasa sedih dan putus asa, teman sekamar kita dapat atau mampu membuat kita nyaman

3. Ketika butuh teman hangout ia selalu ada 4. Teman bercerita saat kita sedang jatuh cinta

5. Melakukan hal aneh tanpa peduli dan tanpa mendapat cela

(75)

7. Selalu ada untuk mendengar cerita dan menenangkan kita 8. Tempat melepas amarah

9. Problem solver(tempat kita membutuhkan saran atau

masukan)

10.Menghargai, mendukung dan dapat pula mengidolakan idola yang sama

11.Kita dapat tampil jelek didepannya

12.Dan mampu mengenal kita dengan baik, bahkan melebihi diri kita sendiri

Dalam kehidupan sosial di asrama puteri baru USU, interaksi yang paling sering mahasiswi asrama puteri baru USU jalani sehari-hari adalah dengan teman sekamar (roommate) mereka sendiri karena teman sekamar dapat kita jumpai dalam sehari itu hampir 24 jam, dengan seringnya mahasiswi bertemu dan berinteraksi dengan teman sekamarnya maka mereka akan menjalani hubungan sosial yang baik dalam kehidupan yang mereka jalani di asrama puteri baru USU, seperti yang di katakan Mutia Boru Tarigan:

(76)

berbaur jadi enak aja gitu satu kamar sama dia…”(Hasil Wawancara 13 Maret 2016)

Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Yuni Tambunan yaitu:

“Nyaman la berteman satu kamar dengan beda etnis, namanya juga kita merantau kak harus menerima apa yang ada di sini. Terus teman satu kamar kan juga bisa dibilang udah kayak saudara kita juga udah deket gitu, ya jadi gag lihat sih dia mau sama etns atau tidak yang penting kan baik…”(Hasil Wawancara Tanggal 24 Februaru 2016)

Dari hasil wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa interaksi yang sering mahasiswi lakukan sehari-hari adalah dengan teman sekamarnya, mahasiswi yang ada di asrama puteri baru USU juga tidak memilih teman sekamar dari etnis yang sama melainkan nyaman atau tidaknya teman sekamar mereka dan dapat diandalkan saat temannya membutuhkan pertolongan.

4.8.3.2Interaksi dalam Hubungan Bukan Teman Sekamar (roommate) di Asrama Puteri Baru USU

(77)

“…ya namanya kita masyarakat dan makhluk sosial kita wajib berinteraksi kak, karena dengan berinteraksi tali pertemanan akan terjalin. Tidak ada perbedaan baik kita berinteraksi dengan teman sekamar atau bukan dengan teman sekamar, jalani la hidup ini dengan banyak teman jangan teman sekamar aja…” (Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

Sama halnya dengan yang dikatakan Nurun Hawa:

“…kita jangan hanya main sama teman sekamar aja kan alangkah baiknya kita juga main dengan yang lain la…” (Hasil Wawancara Tanggal 24 Februari 2016)

(78)

BAB V

PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam sesama etnis yang paling utama dilakukan oleh mahasiswi

asrama puteri baru USU yaitu bekerjasama dengan sesama etnis seperti mereka melakukan gotong royong bersama di asrama puteri baru USU dan memiliki hubungan yang baik antara teman sekamar bahkan dengan bukan teman sekamar sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam kehidupan sosial mahasiswi. Dalam toleransi kehidupan sosial mereka di asrama puteri baru USU juga sangat diterapkan untuk kehidupan sosial mahasisiwi sehari-hari agar tidak terjadi diskriminasi dalam etnis sehingga tidak ada persaingan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswi.

2. Untuk interaksi sesama agama, mahasiswi asrama puteri baru USU dalam satu agama mahasiswi asrama puteri baru USU melakukan interaksi dengan baik, sama halnya seperti satu suku. Melakukan apa yang telah diketahui antar satu agama tersebut

Gambar

Gambar IV: Peneliti melakukan wawancara
Gambar VI: Pos Satpam Asrama Puteri Baru USU. Gambar VII: Sarana   Menonton TV Mahasiswi Asrama Puteri
Gambar XII: Kamar Mandi Umum (MCK) yang digunakan Mahasiswi Asrama Puteri Baru Universitas Sumatera Utara
Gambar 1:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ternakan yang hendak diimport perlu mempunyai SKV dan disahkan tiada gejala klinikal CBPP pada hari penghantaran oleh pihak berkuasa veterinar Negara

KEPUTUSAN KEPALA SDN ...NOMOR : ...Tentang SUSUNAN PANITIA KEGIATAN PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH TAHUN ...KEPALA SDN

[r]

b) KBKVi perlu menetapkan PK untuk melaksanakan penyiasatan penyakit.. d) Berdasarkan tanda – tanda klinikal (Lampiran 1), spesimen yang sesuai perlu diambil dengan

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami

Kebijakan pemantapan jaringan pengendalian bencana pesisir dan pulau- pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g dilakukan dengan upaya pengelolaan dan

Hasil pengujian dengan metode implementasi Fuzzy ANFIS untuk mengetahui kebutuhan konsumsi bahan bakar pada setiap pelayaran kapal penangkap ikan di pesisir madura