• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosi Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosi Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Bagan penelitan

245 cm

30 cm 125 cm

T

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy 0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

0Gy 1Gy 2Gy 3 Gy 4 Gy 5Gy 6Gy 7Gy 8 Gy 9 Gy 10 Gy 11Gy 12 Gy 13 Gy 14 Gy 15 Gy

(2)

Lampiran 2. Deskripsi bawang merah varietas Medan Bentuk bunga : Seperti payung berwarna putih Banyak buah : 60 - 80 per tangkai

Bentuk biji : Bulat, gepeng dan berkeriput

Warna biji : Hitam

Bentuk umbi : Bulat dengan ujung runcing Produksi umbi kering : 7,4 ton/ha

Susut umbi (basah-kering) : 25%

Ketahanan terhadap penyakit : - Cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botritis alli)

- Peka terhadap penyakit busuk daun (Phytopthora porri)

Keterangan : Baik untuk dataran rendah dan dataran tinggi Peneliti : - Hendro Sunarjono

- Prasojo

- Nasrun Horizon Arbain Nomor SK Mentan : 595/pts/TP290/8/1984

(3)

Lampiran 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian

Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan

8 Panen X

9 Pengeringan X

10 Pengamatan parameter Persentase Tanaman Hidup X

Panjang tanaman X X X X X X

Waktu munculnya daun Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Jumlah daun per Rumpun(helai) X X X X X X

Jumlah anakan Per Rumpun X

Jumlah Siung per Rumpun X X X X X X X

Bobot Segar Umbi per Rumpun X

Bobot Segar Umbi per Plot X

Bobot Kering Umbi per Rumpun X

Bobot Kering Umbi per Rumpun X

(4)

Lampiran 4. Hasil analisis tanah

No Jenis Analisis Nilai Metode

1 pH (H2O) 5,87 Elektrometry

2 N – Total (%) 0,12 Kjeldhal

3 P – Bray I (ppm) 36,61 Spectrophotometry

4 K –dd (me/100mg) 0,60 AAS

5 Al –dd (me/100mg) Tidak tersedia Titrymetry

6 H+ (me/100mg) 0,44 Titrymetry

(5)
(6)

Lampiran 6. Hasil uji-t pada parameter panjang tanaman 2 MST

Lampiran 7. Hasil uji-t pada parameter panjang tanaman 3 MST

(7)

Lampiran 8. Hasil uji-t pada parameter panjang tanaman 4 MST

Lampiran 9. Hasil uji-t pada parameter panjang tanaman 5 MST

(8)

Lampiran 10. Hasil uji-t pada parameter panjang tanaman 6 MST

Lampiran 11. Hasil uji-t pada parameter jumlah daun 2 MST

(9)

Lampiran 12. Hasil uji-t pada parameter jumlah daun 3 MST

Lampiran 13. Hasil uji-t pada parameter jumlah daun 4 MST

(10)

Lampiran 14. Hasil uji-t pada parameter jumlah daun 5 MST

Lampiran 15. Hasil uji-t pada parameter jumlah daun 6 MST

(11)

Lampiran 16. Hasil uji-t pada parameter jumlah anakan 5 MST

Lampiran 17. Hasil uji-t pada parameter jumlah anakan 6 MST

(12)

Lampiran 18. Hasil uji-t pada parameter jumlah anakan 7 MST

Lampiran 19. Hasil uji-t pada parameter waktu muncul daun

(13)

Lampiran 20. Hasil uji-t pada parameter waktu panen

Lampiran 21. Hasil uji-t pada parameter bobot basah umbi

(14)

Lampiran 22. Hasil uji-t pada parameter bobot kering umbi

Lampiran 23. Hasil uji-t pada parameter bobot per umbi

(15)

Lampiran 24. Hasil uji-t pada parameter diameter per umbi

Dosis Mean St-Dev SE Mean T-Value P-Value 0 Gy (Kontrol) 8,09 4,70 1,0

1 Gy 10,56 3,96 0,81 1,91 0,062

2 Gy 7,52 6,26 1,2 0,37 0,717

3 Gy 11,33 3,23 0,69 2,66 0,011

4 Gy 9,64 4,62 0,99 1,04 0,306

5 Gy 9,11 4,58 1,0 0,72 0,477

6 Gy 5,04 5,47 1,9 1,40 0,192

7 Gy 7,13 4,82 2,4 0,37 0,731

8 Gy 4,52 5,09 2,1 1,55 0,165

9 Gy - - - - -

10 Gy - - - - -

11 Gy - - - - -

12 Gy - - - - -

13 Gy - - - - -

14 Gy - - - - -

(16)
(17)
(18)
(19)

13 Gy

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Acrom, M. dan Hidayat, J. 2011. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma (Cobalt 60) Terhadap Mikroflora Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Jakarta.

Amien, S. dan N., Carsono, 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian0 1.htm. [24 Januari 2014].

Baswarsiati. 2009. Keragaman Genotipe dan Perbaikan Varietas Bawang Merah di Indonesia. Buletin Teknologi Informasi Pertanian 6:1.

BATAN. 2006 dalam Sofia, D., H. Kelompok Pemuliaan Tanaman.

[26 April 2014].

_______. 2007. Mutasi. Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir (PDIN). ttp://www.infonuklir.com. [28 Februari 2014].

_______. 2011. Pemanfaatan Sinar Iradiasi dalam Pemuliaan Tanaman. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33:7

BPS. 2013. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Hortikultura di Indonesia.

BRS Sumatera Utara . 2014. Produksi Cabai Merah, Cabai Rawit dan Bawang

Merah Tahun 2013. No.58/08/14.

[26 April 2014]

Brewster, J.L. 2008. Onion and Other Vegetable Alliums Second Edition. Crop Production Science in Horticulture 15:7

Broertjes, C. dan A. M. Van Harten. 1988. Applied Mutation Breeding for Vegetatively Propagated Crops. Elsevier. Amsterdam.

Deptan, 2007. Bawang Merah. Diakses dari

Gunawan, D. 2010. Budidaya Bawang Merah. Agritek. Jakarta. Diakses dari: http://pustaka- deptan.go.id. [21 Agustus 2014].

Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program

(21)

IAEA. 1977. Manual on Mutation Breeding. Tech. Rep. Ser. No. 119. Sec. Ed.

Joint FAO/IAEA Div. of Atomic Energy in Food and Agriculture. ISBN 92-0-115077-6.

Indriani, F, dkk. 2008. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibisus cannabinus L.) dan Beberapa Species yang Sekerabat Berdasarkan Analisis Isozim.http://images.soemarno.multiply.com/attachment/0/Rfux4goKCpkAABt7 Lqs1/rami4.doc?nmid=22332374. [24 Februari 2014]

Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbang Teknologi Isotop dan Iradiasi, Jakarta.

Natawijaya, A.,dkk. 2009. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaan Planlet Tanaman Gloxinia. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Bogor.

Poespodarsono, S. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Ritonga, A. W. dan Aida, W., 2010. Pengaruh Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma Pada Beberapa Tanaman. Jurnal Pertanian. Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman IPB, Bogor.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung.

Sartono, P., Dan Suwandi. 1996. Varietas Bawang Merah Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Bandung.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Schwartz, H. 2006. Alternaria porri. http//.www.exe.colostate.edu/PUBS/crop.htl. [5 Oktober 2014].

Sinaga, R. 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan. Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional dalam Rangka Lustrum IV Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Penerbit MEDIKA, Yogyakarta, 2–7. Sinclair, P.1988. The Botany Of Onions. Australian Onion Grower 5:9

Siemonsma, J. S. and K. Pileuk, 1994. Plant Resources of South-East Asia. Porsea, Bogor.

(22)

Sudrajat, D. J., dan M. Zanzibar, 2009. Prospek teknologi radiasi sinar gamma dalam peningkatan mutu benih tanaman hutan. Info Benih Vol. 13 No. 1 Juni 2009: 158-163. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan, Bogor.

Sudirja, 2010. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/ Alternaria partrait.html [12 Juni 2014].

Sunarjono, H., dkk. 1984. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Bawang Merah. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bogor.

Suryani, S. 2012. Teknologi Pengembangan Bawang Merah di Kawasan Danau Toba. Sinar Tani. Edisi 11-17 Januari 2012 No3439 Tahun XLII.

Sumarni, N.dan Hidayat, A., 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sunarjono, H, dkk. 1984. Pengaruh Iradiasi sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Bawang Merah. Balai Besar Penelitian Hortikultura Lembang. Bogor.

Soedjono, S. 2003. Aplikasi Mutasi Induksi dan Variasi Somaklonal Dalam Pemuliaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian 22:2

Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.

VanSteenis C.G.G.J.. 2003. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan PGI Jl. Selamat Ketaren No.100, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, mulai April hingga Juli 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah aksesi Simanindo Samosir (M0V0

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gamma Iradiator Chamber A-4000 dengan Co

), air, kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS), pupuk NPK (15:15:15) 400 kg/ha, pupuk daun Sprint dengan konsentrasi 5 ml/ liter air, insektisida Trigard dengan konsentrasi 0,5 g/liter (b.a Siromazin), fungisida Amistartop 325 C (b.a Azoksistrobin) dengan konsentrasi 2 ml/liter air dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

60

Metode Penelitian

(PATIR, BATAN), pengukur kadar air HB34-S Halogen, cangkul, gembor, pengaris, meteran, ember, handsprayer, amplop, timbangan analitik, jangka sorong, kamera, alat tulis serta alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitin ini.

Pelakuan Dosis Iradiasi Sinar Gamma (Gy) terdiri dari 16 taraf, yaitu : Kontrol : Tanpa perlakuan iradiasi (M0V0

(24)

5Gy : Iradiasi sinar gamma dosis 5 Gy (M1V0 Jumlah tanaman sampel : 30 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 986 tanaman Metode Analisis

Data dianalisis dengan membandingkan nilai rataan masing-masing perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dengan nilai rataan perlakuan kontrol menggunakan program Minitab v.16 pada taraf 5% dan 1 % yang disesuaikan dengan kriteria uji-t, yaitu:

(25)

2. Membandingkan dua nilai tengah yang tidak berpasangan, dengan asumsi ragam dua contoh sama, ulangan tidak sama.

Kriterim uji-t:

����

=

��−���

��−��

Keterangan : � = nilai rataan perlakuan A (kontrol/tanpa iradiasi)

�� = nilai rataan perlakuan B (masing-masing perlakuan yang diberi iradiasi sinar)

��−��= galat baku dari selisih nilai rataan (Sastrosuspadi, 2000).

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Sebelum areal pertanaman diolah, terlebih dahulu dibersihkan rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan bebatuan. Pengolahan tanah dilakuka n dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah kemudian di cangkul hingga remah.

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase

Posisi plot dibuat membujur ke arah Utara - Selatan, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Dibuat plot – plot dengan ukuran 125 cm x 245 cm dengan jarak antar plot 30 cm serta saluran drainase pada sisi kiri dan kanan lahan dengan jarak 30 cm.

Aplikasi Bahan Organik

Aplikasi bahan organik menggunakan kompos TKKS yang dilakukan seminggu sebelum penanaman dengan cara ditugal kedalam lubang tanam.

Persiapan Umbi Bawang

Umbi bawang merah yang akan diiradiasi berasal dari satu areal pertanaman di daerah kabupaten Samosir (desa Simaindo), dengan

umur dan waktu panen yang sama dan diseleksi berdasarkan ukuran bobot umbi (1,2 g hingga 1,8 g) agar homogen. Umbi dikeringkan selama dua bulan, kemudian diiradiasi dengan sinar gamma pada beberapa dosis dengan menggunakan Gamma Iradiator Chamber A-4000 Co60 yang

(27)

Penanaman

Sebelum penanaman, dibuat lubang tanam dengan jarak 15 cm x 15 cm, dimana 3/4 dari bagian umbi dibenamkan kedalam lubang tanam dengan posisi tunas menghadap ke atas kemudian ditutup sedikit dengan tanah.

Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman

Pada minggu pertama setelah penanaman dilakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, pada minggu berikutnya penyiraman dilakukan satu hari sekali (pada pagi atau sore hari) yang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor sebanyak dua gembor per plot dan dihentikan menjelang 2 minggu sebelum panen.

b. Pemupukan

Pupuk NPK diaplikasikan dua tahap. Aplikasi pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 MST dan aplikasi kedua pada 4 MST. Pada masing-masing waktu pemupukan, tanaman diberi pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 0,5 g/tanaman (setara dengan 200 kg/ha sekali aplikasi) dengan cara di tugal pada jarak 5 cm dari tanaman. Pemupukan daun menggunakan pupuk Sprint dimulai pada 4 MST hingga 7 MST dengan interval satu minggu sekali dengan konsentrasi 5 ml/l air, diaplikasikan pada daun tanaman bawang merah dengan cara disemprot pada pagi hari.

c. Penyiangan

(28)

berada di sekeliling areal pertanaman juga dibersihkan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma.

d. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak mudah rebah dan untuk merangsang pembentukan umbi. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

e. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Trigat 75 WP (b.a Siromazin) dengan konsentrasi 0.5 g/liter air, dimulai pada

umur 4 MST dengan interval penyemprotan satu kali seminggu. Untuk mengatasi serangan penyakit akibat jamur pada areal pertanaman dilakukan penyemprotan fungisida Amistartop 325 C (b.a Azoksitrobin) dengan konsentrasi 2 ml/liter air, dimulai pada umur 4 MST dengan interval penyemprotan dua kali seminggu. Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman telah memenuhi kriteria panen. Beberapa tanda tanaman siap dipanen adalah seluruh leher daun lemas, daun menguning, umbi padat tersembul sebagian ke atas permukaan tanah dan warna kulit merah mengkilap.

Pengeringan

(29)

Pengamatan Parameter a. Panjang tanaman (cm)

Panjang tanaman diukur dengan cara mengukur dimulai dari atas permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang, menggunakan alat bantu penggaris. Pengukuran dilakukan mulai dari 2 MST s/d 6 MST dengan interval waktu pengukuran satu minggu sekali.

b. Jumlah daun per rumpun (helai)

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh daun pada tanaman. Penghitungan dilakukan mulai dari 2 MST s/d 6 MST dengan interval waktu penghitungan satu minggu sekali.

c. Jumlah anakan per rumpun (anakan)

Dihitung seluruh anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan pada umur 5 MST s/d 7 MST dengan interval pengamatan satu minggu sekali. d. Waktu munculnya daun (HST)

Waktu munculnya daun di hitung pada saat hari di mana daun muncul untuk pertama kalinya dari ujung umbi setelah penanaman.

e. Bobot segar umbi per rumpun (g)

Bobot segar umbi per rumpun diperoleh setelah dilakukan pemanenan per tanaman dimana umbi dipisahkan dari daun dan perakarannya dengan cara digunting dan dibersihkan dari kotoran, namun tetap menyisakan piringan basalnya kemudian ditimbang.

f. Bobot kering umbi per rumpun (g)

(30)

g. Diameter per siung (mm)

Diameter umbi dihitung dengan menggunakan jangka sorong, di mana umbi yang dihitung diameternya diambil dari tiga umbi yang dianggap mewakili ukuran dari setiap rumpun tanaman. Diameter umbi diambil dari potongan horizontal umbi dengan menggunakan jangka sorong, lalu diambil diameter dari dua sisi yang berlawan dan kemudian di jumlahkan lalu dibagi dua.

h. Bobot per umbi (g)

Bobot per umbi diperoleh dari tiga umbi (kondisi kering) yang dapat

mewakili ukuran umbi dalam satu rumpun, lalu ditimbang dan kemudian di bagi tiga.

i. Umur panen (HST)

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Panjang tanaman

Data rataan panjang tanaman bawang merah dengan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan panjang tanaman (cm) pada 2 MST hingga 6 MST akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma

Perlakuan Dosis

Umur (MST)

2 3 4 5 6

Kontrol 12,70±3,66 24,10±4,10 28,52±4,46 29,37±3,35 28,53±2,83

1Gy 12,83±5,03 23,25±3,81 28,20±3,02 29,02±3,66 28,09±4,25

2Gy 10,72±5,15 23,09±5,85 27,70±5,22 29,42±4,86 29,08±4,47

3Gy 10,08*±4,43 21,47**±5,44 27,15±5,06 28,68±3,82 27,92±4,07

4Gy 8,43**±4,80 19,06**±5,16 24,52**±3,92 27,76±3,76 27,15±5,52

5Gy 7,26**±5,77 16,03**±8,02 21,84**±5,60 26,20**±4,95 25,48*±6,49

6Gy 5,97**±4,67 13,32**±7,88 18,53**±7,35 21,56**±7,11 20,84**±9,39

7Gy 6,70**±3,63 14,96**±4,85 20,90**±4,46 22,65**±7,28 22,49**±9,57

8Gy 4,85**±3,80 12,85**±4,57 17,06**±4,03 21,43**±4,59 19,92**±8,94

9Gy 4,25**±2,96 11,34**±5,01 16,10**±4,81 19,07**±7,55 16,7**±11,1

10Gy 3,24**±2,76 7,66**±3,85 10,46**±5,71 12,42**±7,99 6,13**±9,81

11Gy 2,95**±2,18 5,64**±3,65 7,72**±5,57 8,29**±8,76 4,60**±8,34

(32)

gamma dengan dosis 3 Gy pada umur 2 dan 3 MST dibandingkan kontrol. Panjang tanaman yang diiradisi sinar gamma dosis 5-15 Gy berbeda sangat nyata dengan kontrol pada umur 2 s/d 5 MST. Pada umur 6 MST, umbi yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 Gy menghasilkan panjang tanaman yang lebih pendek berturut-turut 3,05 cm; 7,69 cm; 6,04 cm; 8,61 cm; 11,83 cm; 22,4 cm; 23,93 cm dan 22,69 cm dibandingkan kontrol, bahkan umbi yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 13, 14 dan 15 Gy mengalami kematian.

Gambar 2. Penampilan tanaman pada minggu kedua dari perlakuan kontrol hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan)

(33)

Gambar 4. Penampilan tanaman pada minggu keempat dari perlakuan kontrol hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan)

Gambar 5. Penampilan tanaman pada minggu kelima dari perlakuan kontrol hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan)

(34)

Jumlah daun per rumpun

Data rataan jumlah daun tanaman bawang merah dengan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) umur 2 MST hingga 6 MST akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma

Perlakuan Dosis

Umur (MST)

2 3 4 5 6

Kontrol 8,33±3,45 13,17±4,29 17,13±3,78 19,63±5,04 17,67±5,71

1Gy 8,13±1,48 13,80±2,92 17,20±3,59 19,90±5,62 17,87±7,04

2Gy 7,03±2,75 12,43±3,82 16,00±3,77 18,13±4,83 16,20±5,18

3Gy 7,10±2,88 13,23±3,36 17,10±3,62 18,57±4,29 15,77±4,94

4Gy 6,47*±3,42 12,63±4,13 16,80±3,29 18,33±2,31 15,63±4,21

5Gy 5,37**±3,83 10,17*±4,44 14,33*±4,32 16,50**±3,25 13,90*±5,66

6Gy 5,17**±3,90 9,57*±6,17 16,10±5,62 15,30**±5,62 11,23**±6,53

7Gy 6,03*±3,25 11,87±4,16 16,10±4,67 15,17**±6,98 12,93**±6,31

8Gy 5,47*±2,92 11,37*±3,51 16,57±3,42 16,27**±4,56 11,27**±5,68

9Gy 4,57**±2,86 9,93**±3,36 15,00±2,99 14,07**±6,24 9,00**±6,48

(35)

10, 11 dan 12 Gy mengurangi jumlah daun sebesar 21,33%; 20,67%; 31,76%; 35,86%; 47,26%; 59,21%; 63,72% dan 79,06% secara berturut dibandingkan jumlah daun kontrol pada umur 6 MST, bahkan pada tanaman yang diiradisi sinar gamma dengan dosis di atas 13 Gy mengalami kematian.

Jumlah anakan per rumpun

Data rataan jumlah anakan tanaman bawang merah dengan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan (anakan) umur 5 MST hingga 7 MST akibat pemberian berbagai perlakuan iradiasi sinar gamma

Perlakuan Dosis

Umur (MST)

5 6 7

Kontrol 4,600±0,932 4,77±1,01 4,53±1,33

1Gy 4,67±1,27 4,73±1,23 4,70±1,47

2Gy 4,333±0,994 4,47±1,07 4,40±1,00

3Gy 4,867±0,900 4,733±0,944 4,67±1,15

4Gy 5,00±1,23 4,40±1,22 4,767±0,898

10Gy 2,57**±1,91 1,10**±1,73 0,167**±0,913

11Gy 1,87**±2,21 0,83**±1,49 -

(36)

tersebut menunjukan perbedaan yang nyata dan sangat nyata dengan kontrol. Umbi yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 6, 7, 8 ,9 dan 10 Gy mengakibatkan berkurangnya jumlah anakan berturut-turut 34,43%; 36,64%; 54,30%; 75,71% dan 96,46% dibandingkan kontrol pada umur 7 MST. Bahkan

pada umur 6 MST, tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis di atas 12 Gy mengalami kematian yang kemudian disusul tanaman dengan dosis 11 dan

12 Gy pada umur 7 MST.

Waktu muncul daun, umur panen dan rataan bobot per umbi

Data rataan waktu munculnya daun, umur panen dan rataan bobot per umbi tanaman bawang merah dengan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan waktu munculnya daun (HST), waktu panen (HST) dan bobot per umbi (g) akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma Perlakuan

Kontrol 8,07±1,64 78,05±2,01 0,827±0,662

1Gy 7,87±2,05 77,79±3,36 1,216±0,669

2Gy 8,47±2,78 78,04±3,41 0,837±0,877

3Gy 8,77±2,99 78,59±2,06 1,488**±0,881

4Gy 9,77*±3,44 76,10*±3,75 1,101±0,777

5Gy 11,27**±4,80 79,38±2,56 0,889±0,684

6Gy 12,37**±5,11 77,88±1,25 0,420±0,478

7Gy 11,03**±2,89 77,750±0,500 0,583±0,423

8Gy 11,90**±3,02 78,333±0,516 0,310*±0,382

9Gy 12,40**±3,50 - -

Keterangan: */**= berbeda nyata/sangat nyata dengan populasi kontrol pada taraf 5% dan 1 % pada uji-t

(37)

nyata dengan waktu muncul daun tanaman kontrol. Waktu muncul daun terlihat mulai berbeda nyata pada tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 4 Gy yang memperlambat waktu munculnya daun sekitar 1,70 hari dibandingkan kontrol. Umbi yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 5-15 Gy menghasilkan tanaman dengan waktu muncul daun yang lebih lambat sekitar 3-5 hari dibandingkan waktu muncul daun tanaman kontrol.

Tanaman yang mampu bertahan hidup hingga waktu panen (10 MST) adalah tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 1-8 Gy. Tabel 4

menunjukkan bahwa hanya tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 4 Gy yang menghasilkan waktu panen yang berbeda nyata, yakni sekitar 2 hari

lebih cepat dibandingkan waktu panen kontrol. Rataan bobot per umbi pada

tanaman hasil iradiasi sinar gamma dengan dosis 3 Gy berbeda nyata dengan kontrol, dimana rataan bobot per umbi pada dosis tersebut lebih berat 44,22%

(38)

Bobot segar dan bobot kering perumpun serta diameter umbi

Data rataan bobot segar (g) dan bobot kering per rumpun (g) serta diameter umbi (mm) tanaman bawang merah dengan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot segar (g) dan bobot kering per rumpun (g) serta diameter umbi (mm) akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma

rumpun (g) Diameter umbi (mm)

Kontrol 10,15±4,72 4,90±3,13 8,09±4,70

1Gy 8,93±7,38 6,68±5,90 10,56±3,96

(39)

Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman yang diiradiasi dengan dosis 1-7 Gy menghasilkan umbi dengan bobot kering per rumpun yang berbeda tidak nyata dengan kontrol. Namun, bobot kering umbi per rumpun terlihat berbeda sangat nyata dengan kontrol pada umbi yang dipanen dari tanaman yang diiradiasi dengan dosis 8 Gy, dimana bobot kering per rumpun 56,72% lebih ringan dibandingkan kontrol.

Dari data diameter umbi (Tabel 5) terlihat bahwa hanya tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 3 Gy yang menghasilkan diameter umbi yang berbeda nyata dengan kontrol, dimana diameter umbi tersebut lebih besar 28,59% dibandingkan diameter umbiyang dihasilkan oleh tanaman kontrol.

(40)

Pembahasan

Dari data dapat dilihat bahwa umbi (M1V0) yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 1 dan 2 Gy menghasilkan tanaman (M1V1) dengan panjang tanaman, jumlah daun, waktu muncul daun dan jumlah anakan yang berbeda tidak nyata dengan kontrol (M0V1

Iradiasi sinar gamma mulai dengan dosis 5 Gy menghasilkan tanaman dengan panjang tanaman, jumlah daun, dan waktu muncul daun yang berbeda sangat nyata dibanding tanaman kontrol. Namun, peningkatan dosis tersebut berbanding lurus dengan menurunnya nilai rataan pada masing-masing parameter.

(41)

Ini merupakan pengaruh dari faktor keragaman umbi bawang merah yang telah di usuahakan se-seragam mungkin pada saat persiapan bahan tanaman mulai dari sumber, ukuran dan juga kadar air pada umbi. Kondisi ini sejalan dengan pernyataan Welsh (1991) bahwa frekuensi dan hebatnya perubahan gen–gen berinduksi tergantung pada dosis mutagen, umur dan tipe jaringan.

Pada umur 6 MST sudah mulai terjadi kematian pada tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 13-15 Gy yang diikuti dosis 11 dan 12 Gy di umur 7 MST dan dosis 9-10 Gy pada umur 8 s/d 10 MST, sehingga tanaman yang mampu bertahan hingga waktu panen hanya tanaman yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 1-8 Gy. Kondisi kematian tanaman yang bertahap, mulai dari dosis tertinggi menuju dosis yang lebih rendah di setiap minggunya sejalan dengan pernyataan Human (2007) bahwa mutasi dapat menyebabkan kematian, sterilitas atau kerusakan fisiologis lainnya.

(42)

menyebabkan hasil fotosintesis menurun sehingga pembentukan umbi terhambat, selain itu umbi lapis bawang sendiri merupakan modifikasi dari daun sehingga apabila daun berkurang maka jumlah anakan yang dihasilkan pun ikut berkurang.

Gambar 8. Kondisi daun yang terserang A.porri

Tanaman yang terserang A. porri memberikan dampak buruk terhadap parameter produksi seperti jumlah anakkan yang semakin berkurang, susut antara bobot basah dan bobot kering yang menurun derastis dan juga rataan bobot per umbi serta diameter umbi yang kecil. Serangan A. porri semakin diperparah oleh kondisi cuaca yang lembab dengan curah hujan yang tinggi. Terlihat dari data

curah hujan untuk daerah Medan dan sekitarnya (Lampiran 5) bahwa pada bulan Mei 2014 curah hujan mencapai 326 mm, ini merupakan curah hujan

tertinggi antara kurun waktu Januari hingga September 2014. Umur 4 MST (16 Mei-22 Mei) merupakan periode di mana tanaman menunjukkan gejala

(43)

produksi hingga 32,4% dan penyusutan bobot umbi mencapai 95%. Penelitian tersebut dilakukan di Cipanas, Bogor dengan perlakuan iradiasi gamma mulai dosis 1 hingga 5 Gy dengan interval 1 Gy. Setelah di telusuri, Sunarjono menyimpulkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung perkembangan A.porri, dimana curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi merupakan kondisi yang ideal bagi A. porri.

Belum diperoleh sumber pustaka yang jelas tentang daya adaptasi spesifik pada A. porri terhadap kondisi agroklimatologi tertentu. Schwartz (2006) menyebutkan bahwa kondisi cuaca seperti curah hujan yang tinggi, kelembaban tinggi, kondisi drainase buruk, kisaran rataan suhu 30-32o

Diduga kehadiran A. porri pada areal pertanaman, berasal dari bahan tanam itu sendiri. Pada beberapa kasus, iradiasi menggunakan sinar gamma digunakan oleh balai karantina untuk mengeleminasi mikroorganisme yang ada dalam makanan atau bahan tanaman. Iradiasi gamma dipilih karena memiliki daya penetrasi yang cukup kuat sehingga dianggap mampu membunuh mikroogranisme yang ada dalam substansi tertentu. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Achrom dan Hidayat (2011) mengenai pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap mikroflora pada bawang merah menunjukkan bahwa A.porri adalah satu-satunya mikroflora yang masih mampu bertahan hidup pada dosis 1000 Gy.

C serta pemupukan nitrogen yang berlebihan menjadi pemicu utama berkembangnya patogen ini. Namun, pada umumnya banyak jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur menjadi lebih ganas pada daerah yang

(44)

Perubahan warna daun pada Gambar 9 merupakan efek tidak langsung dari iradiasi sinar gamma dengan dosis 13 Gy. Kondisis tersebut sejalan dengan pernyataan Natawijaya, dkk (2009) bahwa daun yang mati karena efek langsung iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna cokelat dan kering, sedangkan daun yang mati karena efek tidak langsung, terjadi karena iradiasi dapat mendegradasi klorofil pada daun, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesi dan pada akhirnya akan mengalami kematian. Dari Gambar 9 terlihat bahwa tidak seluruhnya suatu daun berwana kuning, terdapat perbuhan warna yang bertahap dari hijau menunju ke kuning.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terjadi perbedaan karakteristik agronomi yang nyata antara tanaman yang diiradiasi dengan yang tidak diiradiasi.

2. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan maka semakin menekan pertumbuhan tanaman.

3. Perlakuan kontrol memberikan nilai rataan tertinggi pada hampir semua parameter terkecuali pada diameter umbi, rataan bobot per umbi dan waktu panen.

4. Serangan Alternari porri pada areal pertanaman menyebabkan kematian tanaman dalam skala besar serta merusak hasil panen.

Saran

(46)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Van Steenis (2003) bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdo m : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae; Ordo : Liliales (liliflorae); Famili : Liliaceae; Genus : Allium; Spesies : Allium ascalonicum L.

Gambar 1. Penampilan organ pada tanaman bawang merah (Brewster, 2008)

Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 - 70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai

tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Sudirja, 2010).

Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya

(47)

Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 - 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 - 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6 helai kelopak bunga berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau

kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2010).

Bawang merah merupakan tanaman penyerbuk silang, karena itu populasi bawang merah yang berasal dari biji terdiri dari individu-individu dengan genotipe yang berbeda. Tetapi karena bawang merah dibiakkan secara vegetatif maka kultivar yang ada memiliki genotipe yang sama. Walaupun tanaman bawang merah bersifat menyerbuk silang, namun pelaksanaannya agak susah tanpa dibantu manusia ataupun serangga. Hal ini karena tepung sari bawang merah bersifat kental sehingga perlu bantuan manusia atau serangga polinator. Serangga

yang berperan sebagai polinator adalah lebah madu atau sejenis lalat (Baswarsiati, 2009).

Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi ukurannya lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah umbinya, yang berbentuk seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di pangkal tanaman. Kelompok ini dapat terdiri dari beberapa umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(48)

pembentukan umbi ( 36 – 50 HST ) dan fase pematangan umbi ( 51- 65 HST ) (Gunawan, 2010).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman bawang merah tumbuh optimal di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang panjang serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25 – 32 °C dan kelembaban nisbi 50 - 70% (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Angin merupakan faktor iklim yang penting terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan tanaman karena sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal (Deptan, 2007).

Tanah

Tanaman bawang merah menginginkan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerase baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tidak masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Alluvial atau kombinasi dengan tanah Glei-Humus atau Latosol karena jenis tanah ini memiliki sifat yang cukup lembab dan drainase yang baik (Sumarni dan Hidayat, 2005).

(49)

membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah dapat menyebabkan penyakit busuk umbi (Siemonsma dan Pileuk, 1994).

Mutasi Pada Tanaman

Mutasi merupakan perubahan susunan dari gen maupun kromosom suatu individu tanaman yang menunjukkan penyimpangan (perubahan) pada bagian tanaman baik bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat-sifat lainnya dari kondisi awalnya dan bersifat baka (Herawati dan Setiamihardja, 2000). Namun perubahan tersebut bersifat relatif karena sifat-sifat genetis yang timbul pada tanaman dapat mengarah ke arah positif maupun negatif dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery). Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan terwariskan (heritable) ke generasi-generasi berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya. Sifat positif yang dimaksud adalah relatif tergantung pada tujuan pemuliaan tanaman (BATAN, 2007).

Mutasi dapat terjadi secara alami tetapi frekensinya sangat rendah. Untuk mempercepat terjadinya mutasi maka dapat dilakukan secara buatan yakni dengan menggunakan mutagen. Mutagen atau penyebab mutasi dikelompokkan menjadi dua macam yaitu mutagen fisis dan mutagen kimia. Mutasi fisis menimbulkan mutasi secara fisika berupa gelombang sinar yang disebut iradiasi. Mutasi kimia merupakan senyawa kimia yang mudah terurai. Mutagen tersebut bersifat

radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil reaksi nuklir. (Mugiono, 2001).

(50)

sekaligus sesuai dengan meningkatnya dosis. Hal ini menunjukkan bahwa suatu molekul atau sel yang peka maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati. Sebaliknya apabila yang terkena iradiasi adalah molekul atau sel yang tidak peka maka sel atau molekul tersebut tidak mati. Semakin meningkat

dosis maka semakin meningkat pula kerusakan yang terjadi sehingga makin banyak terjadi mutasi (Mugiono, 2001).

Iradiasi Sinar Gamma Pada Tananam

Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui partikel-partikel yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang

cahaya. Zat yang dapat memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif adalah zat yang mempunyai inti atom tidak stabil, sehingga zat hasil peluruhan inti atom Co60

Iradiasi dapat memicu terjadinya mutasi karena sel yang teriradiasi akan dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman yang pada akirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom tanaman (Poespodarsono, 1999).

(51)

Sinar gamma dapat menembus jaringan tanaman hingga beberapa sentimeter, dan merusak jaringan yang dilewatinya. Iradiasi sinar gamma menghasilkan radikal bebas yang reaktif dan bereaksi dengan molekul di dalam sel. Reaksi yang terjadi mengacaukan proses-proses biokimia di dalam sel sehingga mengganggu keseimbangan sel. Keadaan ini menyebabkan molekul lain di dalam sel tidak dapat bekerja seperti semula (Skou, 1971).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah besarnya dosis iradiasi. Dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy), di mana 1 Gy = 0,10 krad, yakni 1 J energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dosis

iradiasi dibagi 3 yaitu panjang (>10 kGy), sedang (1-10 kGy) dan rendah (<1 kGy) (Soedjono, 2003).

Keragaman tanaman melalui induksi mutasi iradiasi dapat dilakukan pada

organ reproduksi tanaman seperti biji, setek batang, serbuk sari, akar rizoma, dan

kalus. Mutagen fisik atau iradiasi untuk pemuliaan tanaman yang lazim digunakan

adalah sinar gamma. Kegiatan pemuliaan mutasi dengan bantuan nuklir (iradiasi

sinar gamma) sudah dilakukan secara intensif di negara-negara lain dan telah

menghasilkan sekitar 1585 varietas unggul mutan, 64% di antaranya berasal dari

(52)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu tanaman rempah yang cukup diminati di Indonesia. Hampir pada setiap makanan khas di Indonesia terdapat bawang merah didalamnya. Oleh sebab itu, bawang merah merupakan salah satu komoditi yang penting bagi masyarakat. Bawang merah secara nasional memiliki areal seluas 98937 ha dengan produktivitas sebesar 10,22 Ton/Ha (BPS, 2013).

Produksi bawang merah Sumatera Utara pada tahun 2013 adalah 8305 ton, angka ini mengalami penurunan sebanyak 5851 ton (41,33%)

dibandingkan pada tahun 2012. Produksi tersebut ditopang oleh beberapa kabupaten/kota yang menjadi pusat penghasil bawang merah di Sumatera Utara antara lain kabupaten Dairi, Simalungun, Samosir dan beberapa daerah lainnya.

Diantara kabupaten/kota penghasil bawang merah di kawasan Sumatera Utara tercatat bahwa kabupaten Samosir menduduki posisi terbawah dalam aspek produksi, produktivitas maupun luas areal pertanamannya. Hal ini terlihat dari data BRS (2014) yang menunjukkan bahwa pada tahun 2013 produksi bawang merah daerah tersebut sebesar 1114 ton, dengan total luas arel pertanaman 167 ha dan produktivitas 6,67 ton/ha. Kondisi tersebut cukup berbanding terbalik, mengingat bawang merah asal Samosir dulunya pernah menjadi primadona.

(53)

daerah Samosir umumnya tidak menghendaki pembungaan pada bawang merah yang ditanam karena dapat menurunkan produksi umbi. Disisi lain bawang merah asal Samosir sulit untuk dapat menghasilkan bunga secara alami.

Untuk merakit varietas unggul, ketersediaan sumber genetik yang mempunyai keragaman tinggi sangat dibutuhkan. Semakin tinggi keragaman genetik plasma nutfah, semakin tinggi pula peluang untuk memperoleh varietas unggul baru yang mempunyai sifat yang diinginkan (Indriani dkk, 2008).

Mutasi dapat terjadi secara alami namun peluangnya sangat kecil. Untuk mempercepat ketersediaan variasi genetik yang tinggi dapat dilakukan dengan mutasi buatan. Semakin besar variasi, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang dikehendaki. Melalui teknik penyinaran (iradiasi) dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat–sifat yang diharapkan setelah melalui serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi (Amien dan Carsono, 2008).

Pemanfaatan radiasi telah banyak digunakan dalam penelitian dan

(54)

Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemberian beberapa perlakuan dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan karakter agronomi bawang merah aksesi Simanindo Samosir.

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi perubahan karakter agronomi yang terjadi pada bawang merah (Allium ascalonicum L.) aksesi Simanindo Samosir akibat pemberian berbagai dosis iradiasi sinar gamma.

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna untuk mendapatkan data yang digunakan dalam menyusun skripsi dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Ada perubahan karakter agronomi yang nyata pada bawang merah (Allium ascalonicum L.) aksesi Simanindo Samosir akibat pemberian berbagai

(55)

ABSTRACT

JERIANTA GINTING: The Change of Agronomy Characters of Shallots (Allium ascalonicum L.) Local Germplasm of Simanindo Samosir Against Giving Various Doses of Gamma Rays Irradiation guided by NINI RAHMAWATI and MARIATI

The aim of the research was to identify the variation of agronomy caharacters of shallot by giving several doses of gamma rays.

.

Research was conducted at Jl. Selamat Ketaren, Medan about 25 meters above sea level started from April up to July 2014. Bulbs of shallot exposed to gamma rays irradiation to several doses between 1 up to15 Gy (M0V1) using Co60 source and unirradiated bulbs (M0V0/control). The differencies of agronomic characters (shoot emerged time, shoot length, leaves number, tillers number, harvesting age, average weight per bulb, diameter per bulb, wet and dry weight per clumb)

Key words: shallot, irradiation, gamma rays.

(56)

ABSTRAK

JERIANTA GINTING: Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis

Iradiasi Sinar Gamma dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan MARIATI.

Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi perubahan karakter agronomi bawang merah (Allium ascalonicum L.) aksesi Simanindo Samosir akibat pemberian berbagai dosis iradiasi sinar gamma. Penelitian dilakukan di Jl. Selamat Ketaren Medan dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut mulai dari bulan April hingga Juli 2014. Umbi bawang merah diiradiasi dengan dosis 1 sampai 15 Gy (M1V0) menggunakan sumber iradiasi Co60

Kata kunci: bawang merah, iradiasi, sinar gamma.

(57)

PERUBAHAN KARAKTER AGRONOMI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) AKSESI SIMANINDO SAMOSIR AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI

DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

SKRIPSI

Oleh:

JERIANTA GINTING/100301069 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(58)

PERUBAHAN KARAKTER AGRONOMI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) AKSESI SIMANINDO SAMOSIR AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI

DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

SKRIPSI

Oleh:

JERIANTA GINTING/100301069 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(59)

Judul Skripsi : Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosi Akibat

Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma Nama : Jerianta Ginting

NIM : 100301069

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(60)

ABSTRACT

JERIANTA GINTING: The Change of Agronomy Characters of Shallots (Allium ascalonicum L.) Local Germplasm of Simanindo Samosir Against Giving Various Doses of Gamma Rays Irradiation guided by NINI RAHMAWATI and MARIATI

The aim of the research was to identify the variation of agronomy caharacters of shallot by giving several doses of gamma rays.

.

Research was conducted at Jl. Selamat Ketaren, Medan about 25 meters above sea level started from April up to July 2014. Bulbs of shallot exposed to gamma rays irradiation to several doses between 1 up to15 Gy (M0V1) using Co60 source and unirradiated bulbs (M0V0/control). The differencies of agronomic characters (shoot emerged time, shoot length, leaves number, tillers number, harvesting age, average weight per bulb, diameter per bulb, wet and dry weight per clumb)

Key words: shallot, irradiation, gamma rays.

(61)

ABSTRAK

JERIANTA GINTING: Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis

Iradiasi Sinar Gamma dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan MARIATI.

Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi perubahan karakter agronomi bawang merah (Allium ascalonicum L.) aksesi Simanindo Samosir akibat pemberian berbagai dosis iradiasi sinar gamma. Penelitian dilakukan di Jl. Selamat Ketaren Medan dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut mulai dari bulan April hingga Juli 2014. Umbi bawang merah diiradiasi dengan dosis 1 sampai 15 Gy (M1V0) menggunakan sumber iradiasi Co60

Kata kunci: bawang merah, iradiasi, sinar gamma.

(62)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Mei 1992 dari Ayahanda Djenab

Ginting dan Ibunda Rosna Surbakti. Penulis merupakan anak keempat dari empat

bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Methodist 1 Medan dan pada tahun yang

sama terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Minat Studi

Budidaya Pertanian dan Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (2013-2014), sebagai asisten praktikum di Laboratorium

Teknologi Benih (2011-2012) dan Laboratorium Perbanyakan Vegetatif Tanaman

(2013-2014).

Penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

(63)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah

(Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis

Iradiasi Sinar Gamma”. Penelitian berguna untuk mendapatkan data yang digunakan

untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Nini Rahmawati, SP., MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ir. Mariati, MSc. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

Penghargaan sebesar-besarnya penulis berikan kepada Ayahanda

Djenab Ginting dan Ibunda Rosna Surbakti atas dukungan moral dan kasihnya kepada

penulis. Ucapan terimakasih kepada Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP. MSi. yang telah

memberikan banyak saran selama masa penelitian, kepada teman-teman stambuk 2010

dan kepada pihak lainnya yang telah memberikan masukan serta dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, September 2014

(64)

DAFTAR ISI

Iradiasi Sinar Gamma Pada Tanaman ...

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat ... Metode Penelitian ... Metode Analisis ...

PELAKSANAAN PENELITIAN

(65)

a. Panjang tanaman (cm) ... b. Jumlah daun per rumpun (helai) ... c. Jumlah anakan per rumpun (anakan) ... d. Waktu muncul daun (HST) ... e. Bobot segar umbi per rumpun (g) ... f. Bobot kering umbi per rumpun (g) ... g. Diameter per siung (mm) ... h. Bobot per umbi (g) ... i. Umur Panen (HST) ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... Panjang tanaman ... Jumlah daun per rumpun ... Jumlah anakan per rumpun ... Waktu muncul daun, umur panen dan rataan bobot per umbi ... Bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan diameter umbi... Pembahasan ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran...

DAFTAR PUSTAKA ...

(66)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan panjang tanaman (cm) pada 2 MST hingga 6 MST akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma ... 2. Rataan jumlah daun (helai) umur 2 MST hingga 6 MST akibat

pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma ... 3. Rataan jumlah anakan (anakan) umur 5 MST hingga 7 MST akibat

pemberian berbagai perlakuan iradiasi sinar gamma ... 4. Rataan waktu munculnya daun (HST), waktu panen (HST) dan rataan

(67)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Penampilan organ pada tanaman bawang merah ... 2. Penampilan tanaman pada minggu kedua dari perlakuan kontrol

hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan) ... 3. Penampilan tanaman pada minggu ketiga dari perlakuan kontrol

hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan) ... 4. Penampilan tanaman pada minggu keempat dari perlakuan kontrol

hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan) ... 5. Penampilan tanaman pada minggu kelima dari perlakuan kontrol

hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan) ... 6. Penampilan tanaman pada minggu keenam dari perlakuan kontrol

hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan) ... 7. Penampilan hasil panen M0V1 dan M1V1 bawang pada berbagai

(68)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan penelitian ... 2. Deskripsi bawang merah varietas Medan ... 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 4. Hasil analisis tanah ... 5. Data curah hujan untuk wilayah Medan dan sekitarnya

(69)

Gambar

Tabel 1. Rataan panjang tanaman (cm) pada 2 MST hingga 6 MST akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma
Gambar 2. Penampilan tanaman pada minggu kedua dari perlakuan kontrol hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan)
Gambar 4. Penampilan tanaman pada minggu keempat dari perlakuan kontrol hingga 15 Gy (dari kiri ke kanan)
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) umur 2 MST hingga 6 MST akibat pemberian berbagai perlakuan dosis iradiasi sinar gamma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Palembang dengan ini mengumumkan bahwa Pemilihan Langsung untuk pekerjaan Renovasi Ruang Bidang Mutasi, Ruang Sriwijaya II Dan Gedung Arsip di Lingkungan Kantor Regional

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Promotion Mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling , dan alat promosi yang lain, yang

Bapak Arif Setiawan, S.Kom., M.Cs, selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi S-1 dan juga merangkap sebagai Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan dorongan

• Mengomentari pada gambar perbedaan an- tara lingkungan alam yang terawat dan tidak terawat serta alasan- nya.. • Menulis ciri-ciri ling- kungan alam yang ter- awat dan

Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh media tumbuh dengan pemberian dosis air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman lada, sedangkan