• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Suami Terhadap Pencegahan diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Suami Terhadap Pencegahan diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PERILAKU SUAMI TERHADAP DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARUDIK KEC. SARUDIK

KAB. TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 No Responden :

4. Pendidikan : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. SD

1. Darimana bapak mendapatkan informasi tentang diare? (jawaban boleh dari satu)? a. Media Cetak (surat kabar, brosur)

(2)

C. Pengetahuan

1. Apakah pengertian diare menurut bapak?

a. Keluarnya tinja lunak dan cair tiga kali atau lebih dalam satu hari (2)

b. BAB encer berlendir dan berdarah (1)

c. Keluarnya tinja lunak sekali sehari. (0)

2. Menurut bapak penyakit diare biasanya disebabkan oleh (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Keracunan makanan (1)

b. Alergi (1)

c. Bakteri (1)

d. Virus (1)

e. Parasit (1)

f. Antibodi tubuh yang kurang (1)

3. Bagaimanakah penularan diare pada balita yang bapak ketahui? (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman

pengebab diare. (1)

b. Minuman yang tertular kuman diare (1) c. Air tercemar kuman diare yang digunakan untuk menggosok gigi,

berkumur, mencuci sayur (1)

d. sanitasi Lingkungan yang kurang bersih (1) 4. Menurut bapak apa tanda dan gejala penyakit diare (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Gelisah (1)

5. Bagaimanakah cara penanganan diare yang bapak ketahui (jawaban bisa lebih dari satu): a. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya (1) b. Memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup. (1)

(3)

6. Penyakit diare dapat dicegah dengan (jawaban bisa lebih dari satu):

7. Pengobatan pada kasus diare sebahagian besar memerlukan pengobatan dengan antibiotik

a. Benar (1)

b. Salah (0)

c. Ragu-ragu (0)

8. Apa yang harus bapak perhatikan menyenai jamban (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Membersihkan jamban secara teratur (1)

b. Jarak jamban dan sumber air minum lebih dari 10 meter (1)

c. Keluarga harus mempunyai jamban (1)

d. Menggunakan alas kaki bila buang air besar (1) 9. Diare dapat menyebabkan tubuh kita kekurangan

a. Cairan (1)

b. Darah merah (0)

10. Balita yang terkena diare hendaknya selalu diberikan

a. Jajanan (0)

b. Makanan (1)

c. Minuman (1)

11. Jarak jamban yang benar dari sumber air adalah

a. 3 meter (0)

b. >10 meter (1)

12. Penyakit diare sering terjadi pada:

(4)

13. Membuang air besar atau BAB yang baik adalah

a.Jamban (1)

b. Sungai (0)

14. Salah satu imunisasi yang dapat mencegah diare adalah

a. Campak (1)

b. Polio (0)

c. DPT (0)

15. Apa saja faktor yang berhubungan dengan kejadian diare?

a. Gizi yang kurang,lingkungan kurang bersih,air yang digunakan tidak

bersih (2)

b. Lingkungan kurang bersih dan gizi yang kurang (1)

c. Tidak tahu (0)

1

1

(5)

D. Sikap hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja 2 Anak terserang penyakit diare cukup ibunya saja yang

memperhatikannya karena bukan tanggung jawab bapaknya

3 Seseorang bapak menemukan balita yang memakan makanan kotor, hal ini merupakan hal biasa

4 Balita perlu diberi makanan bergizi

5 Pemberian makanan dan minuman sesering mungkin pada balita yang terkena diare akan dapat mengatasi penyakit diare

6 Balita yang terkena diare perlu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya

7 Penderita diare tidak perlu dibawa berobat kerumah sakit cukup hanya berobat ke dukun saja

8 Balita yang terkena diare dibiarkan saja karena akan sembuh sendiri

9 Bila balita terkena diare lebih dari 2 hari sebaiknya dibawa berobat kepuskesmas atau kedokter

10 Balita yang terkena diare diberi makanan yang seperti biasanya

11 Pemberian ASI sangat baik untuk anak

(6)

Ket: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak setuju

E. Tindakan

1. Apakah ada balita bapak yang menderita diare 1 bulan terakhir

a. Ada (2)

b. Tidak (1)

2. Kemanakah bapak membawa balitanya bila terkena diare

a. Pelayanan kesehatan (puskesmas,bidan,dokter) (2)

b. Dukun (1)

3. Apakah balita bapak dan anggota keluarga menggunakan jamban untuk BAB

a. Ya (2)

b. Tidak (1)

4. Apakah jarak jamban keluarga bapak dari sumber air lebih dari 10 meter

a. Ya (2)

b. Tidak (1)

5. Apakah bapak ikut membersihkan lingkungan

a. Ya (2)

b. Tidak (1)

6. Darimana air sumber minum keluarga bapak

a. PDAM (2)

b. Air isi Ulang (1)

7. Cairan yang diberikan pada balita yang terkena diare adalah (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Cairan makanan seperti sup,air tajin (1)

(7)

8. Tindakan apa yang bapak lakukan pada balita yang terkena diare (jawaban bisa lebih dari satu):

a. Memberi anak cairan lebih banyak dari biasanya (1) b. Hanya memberi oralit atau larutan gula garam saja. (1)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka cipta Ali Zaidin, 2010. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi

Kesehatan, TIM, Jakarta.

BKKBN, 2007. Modul 2. Konsep dan Teori Gender. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta.

Chaniago, 2002. Keperawatan Keluarga, Http://www.google.com Diakses tanggal 31 Januari 2012.

Cholik Harun, 2010. Evaluasi Perilaku Ibu dalam Perawatan Balita Diare di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010.

Dep Kes RI, 1999. Buku Ajar Diare. Pendidikan Medik Pemberantasan Diare. Jakarta: Ditjen PPM & PLP.

---, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta.

---, 2002. Direktorat jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Pendidikan Medik Pemberantasan Diare, Jakarta.

---, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta.

Dwicahyati Utami, 2008. Gambaran Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan ibu dengan Balita menderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2008.

Effendi Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : ECG.

(9)

Ganefo riani, 2008. Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Sinembah Kota Binjai tahun 2008.

Gunawan, 2009. Hubungan antara Pengetahuan Orang Tua tentang Diare dengan Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Diare di Wiliyah Kerja Puskesmas Kismontoro Kabupaten Wonogiri tahun 2009.

Jhonson–Leny, 2010. Keperawatan Keluaga plus Contoh Askep Keluarga, Nuha Medica, Yokyakarta.

Fakih, 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Friedman, Marilyn M, 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa: Ina Debora R.L., Yoakim Asy. Jakarta: ECG

Lisaira, 2002. Diare, tampak Remeh, Tapi bisa mematikan. Http://www.Pikiran rakyat.com. Diakses tanggal 21 September 2011.

Ngastiah,2005. Perawatan anak Sakit, Edisi III, ECG, Jakarta.

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ---, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Maulana, 2009. Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta.

Medicastor, 2006. Diare dan Permasalahannya, Http://www.Pikiran rakyat.com Diakses tanggal 21 September 2011.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010.

Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Puskesmas Sarudik, 2011. Laporan Bulanan Diare.

Sarwono, 2007. Sosiologi Kesehatan, gadjah Mada University Press.

(10)

Suharyono, 2008. Diare akut klinik dan Laboratorik, Rineka Cipta, Jakarta. Suraatmaja, 2010. Gastroenterologi Anak, Sagung Seto, Jakarta.

Susanti, B. M. 2000. Penelitian Tentang perempuan:dalam ekspresi edisi 1 tahun1 Yokyakarta.

Soewondo,A & Sadli,S.1990. Gizi,perilaku dan pendidikan di sekolah. Makalah disajikan pada simposium pangan dan Gizi. Pusat Penelitian Gizi Bogor, Jakarta: Depkes RI.

Udeng, 2007. Pembunuh Kedua Pada kematian Bayi.Http://www.Beritasore.com. Diakses Tanggal 12 Oktober 2011.

Utomo, 2006. Setiap Tahun Diare merenggut Nyawa 100 Ribu Balita.Http://www.kompas.com. Diakses Tanggal 12 Oktober 2011. Widjaja, 2003. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita, Sagung seto, Jakarta. Yolanda, 2010. Pengetahuan dan sikap suami tentang keluarga sadar gizi di

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif dengan desain Cross Sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku suami terhadap pencegahan diare di wilayah kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik dengan alasan :

1. Penyakit diare merupakan penyakit yang menempati urutan pertama pada persentase wilayah kerja Puskesmas Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah sehingga perlu penanganan yang cepat dan tepat.

(12)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2011 sampai bulan Juli 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini seluruh suami yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Wilayah kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik yaitu 1245 orang.

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, yang mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Untuk mencapai sampel ini, setiap elemen diseleksi secara acak( random). Jumlah Populasi penelitian ini adalah sebanyak 1245 suami yang memiliki balita, Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997), sebagai berikut:

= �2 − �

�2 � − + �2

Keterangan : n= Besar sampel N= Besar populasi

d= Galat pendugaan (0,1)

(13)

P= Proporsi populasi (0,5)

= , 2 , − ,

, 2 + , 2 , − ,

= . , ,

= ,

= �� �

Jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 89 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data.

3.4.1. Data Primer

Data Primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan suami tentang pencegahan diare pada balita.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Puskesmas Sarudik serta data Bidan yang bertugas diwilayah kerja Puskesmas Sarudik.

3.5. Defenisi Operasional

(14)

 Umur suami adalah ulang tahun terakhir responden saat diwawancarai

(dibulatkan pada yang lebih mendekati)  Suku adalah suku responden

 Pendidikan adalah jenjang pendidikan responden secara formal yang terakhir

pada saat diwawancarai.

 Pekerjaan adalah aktivitas/kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh responden.

 Penghasilan adalah jumlah seluruh penghasilan suami yang meliputi

penghasilan pokok dan penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.

 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang diare

pada balita.

 Sikap adalah reaksi atau responden terhadap stimulus yang berhubungan dengan pengetahuannya tentang penyakit diare.

 Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk

mengetahui informasi tentang diare pada balita yang dapat berasal dari petugas kesehatan, media cetak/ elektronik, teman dan keluarga.

- Petugas kesehatan adalah seseorang yang bekerja di bidang kesehatan seperi puskesmas

(15)

dapat juga diperoleh dari surat kabar seperti koran, majalah, dan buku-buku kesehatan.

- Teman dan keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan rsponden.

 Tindakan adalah bentuk aktivitas nyata (perbuatan) atau kemampuan

responden tentang diare pada balita. 3.6. Aspek Penyukuran

1. Karakteristik Suami

a. Umur

Umur dapat dikategorikan menurut BPS sebagai berikut:

- 20 – 24 tahun - 25 – 29 tahun - 30 – 34 tahun - 35 – 39 tahun -

40 tahun b. Suku

untuk suku responden dikategorikan sebagai berikut:

(16)

c. Pendidikan

Untuk pendidikan responden yaitu: - Tidak sekolah/tidak tamat SD - SD

- SMP - SMA

- Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan

Untuk pekerjaan responden dibagi atas: - PNS

- Berdagang/Wiraswasta - Pelaut

- Petani

e. Penghasilan suami

Tingkat pendapatan suami per bulan dikategorikan berdasarkan upah minimum regional (UMR) propinsi Sumatera Utara tahun 2012 :

- Di atas UMR (

Rp 1.197.000,- /bulan) - Di bawah UMR (< Rp 1.197.000,- /bulan) 2. Sumber informasi mengenai diare pada balita

(17)

- Petugas Kesehatan - Media Elektronik/ Cetak - Teman/ Keluarga

3. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 15 pertanyaan. Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 44. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto,S, 2010):

- Baik : Jika > 75% dijawab dengan benar dengan total skor > 33. - Sedang : Jika 45 – 75% dijawab dengan benar dengan total skor 20-33. - Kurang : jika < 45% dijawab dengan benar dengan total skor < 20. 4. Sikap

(18)

favorable unfavorable

- Sangat Setuju = 4 - Setuju = 3 - Tidak Setuju = 2 - Sangat Tidak Setuju = 1

- Sangat setuju = 1 - Setuju = 2 - Tidak setuju = 3 - Sangat Tidak Setuju = 4

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 48. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklsifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto,S, 2010):

- Baik : Jika > 75% dijawab dengan benar dengan total skor > 36 - Sedang : Jika 45 – 75% dijawab dengan benar dengan total skor 22-36 - Kurang : jika < 45% dijawab dengan benar dengan total skor < 22. 5. Tindakan

Tindakan diukur melalui 8 pertanyaan. Jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 18. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori (Arikunto,S, 2010):

(19)

3.7. Metode Pengolahan dan Analisa data 3.7.1. Metode Pengolahan data

1. Editing (Pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik dan menghasilkan informasi yang benar atau melakukan pengecekan pada kuesioner yang telah diisi sehingga nantinya dapat menggambarkan masalah yang telah diteliti. 2. Coding (Pengkodean)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Tabulating

Penyusunan data agar data dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, didata, dan dianalisa.

3.7.2. Analisa Data

(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Geografi

Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah ± 62,23 Km2. Adapun batas wilayah Kecamatan Sarudik sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Sibolga  Sebelah Selatan : Kecamatan Pandan  Sebelah Barat : Samudera Indonesia  Sebelah Timur : Kecamatan Pandan

Luas Kecamatan Sarudik menurut Desa /Kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Luas Kecamatan Sarudik Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2011

No. Desa /Kelurahan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%)

1. Sarudik 5,78 22,30

2. Sibuluan Nalambok 9,97 38,46

3. Sipan 6,57 25,35

4. Pasir Bidang 0,50 1,93

5. Pondok Batu 3,10 11,96

Jumlah 25,92 100,00

(21)

Dari tabel 4.1. diketahui bahwa Desa/Kelurahan Sibuluan Nalambok memiliki wilayah yang paling luas di Kecamatan Sarudik yaitu 9,97 Km2 atau 38,46% dari luas Kecamatan Sarudik. Sementara luas wilayah yang paling kecil adalah Pasir Bidang, yaitu 0,50 Km2 atau hanya 1,93% dari luas Kecamatan Sarudik.

4.1.2. Demografi

Gambaran data demografi setiap desa /kelurahan di Kecamatan Sarudik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2011

No. Desa /Kelurahan Luas (Km2) Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

1. Sarudik 5,78 7.201 1.245,85

2. Sibuluan Nalambok 9,97 4.478 449,15

3. Sipan 6,57 599 91,17

4. Pasir Bidang 0,50 4.847 9.694,00

5. Pondok Batu 3,10 3.851 1.242,26

Jumlah 25,92 20.976 809,26

Sumber : Kecamatan Sarudik dalam Angka, 2011

(22)

Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Desa /Kelurahan Sumber : Kecamatan Sarudik dalam Angka, 2011

Dari tabel 4.3. diketahui bahwa laki-laki (3.682 orang) dan perempuan (3.519 orang) paling banyak ada di daerah Sarudik, sementara yang paling sedikit ada di daerah Sipan.

(23)

7. 30 – 34 tahun 924 52.1 848 47.9 1.772 100,0 8. 35 – 39 tahun 756 52.4 686 47.6 1.442 100,0 9. 40 – 44 tahun 588 48.6 621 51.4 1.209 100,0

10. 45 – 49 tahun 541 50.4 531 49.6 1.072 100,0

11. 50 – 54 tahun 437 51.5 410 48.5 847 100,0

12. 55 – 59 tahun 253 47.4 280 52.6 533 100,0

13. 60 – 64 tahun 124 50.6 121 49.4 245 100,0

14. 65 + 164 36.1 291 63.9 455 100,0

Jumlah 10.768 51.3 10.208 48.7 20.976 100,0 Sumber : Kecamatan Sarudik dalam Angka, 2011

Dari tabel 4.4. diketahui bahwa laki-laki (1.405 orang) dan perempuan (1.230 orang) paling banyak pada kelompok umur 5-9 tahun, sementara yang paling sedikit ada pada kelompok umur 60-64 tahun.

4.2. Karakteristik Responden

(24)

4.2.1. Umur

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1. 20 – 24 tahun 16 18.0

2. 25 – 29 tahun 21 23.6

3. 30 – 34 tahun 28 31.4

4. 35 – 39 tahun 17 19.1

5.

40 tahun 7 7.9

Jumlah 89 100,0

Dari tabel 4.5. diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 28 orang (31,4%), sementara responden yang paling sedikit berada pada umur ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 7 orang (7,9%).

4.2.2. Suku

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1. Batak 41 46.0

2. Padang 15 16.9

3. Pesisir 7 7.9

4. Jawa 26 29.2

(25)

Dari tabel 4.6. diketahui bahwa sebagian besar responden adalah Suku Batak yaitu sebanyak 41 orang (46,0%), sementara responden yang paling sedikit adalah Suku Pesisir yaitu sebanyak 7 orang (7,9%).

4.2.3. Pendidikan

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. SD 8 9.0

2. SMP 17 19.1

3. SMA 61 68.5

4. Perguruan Tinggi 3 3.4

Jumlah 89 100,0

Dari tabel 4.7. diketahui bahwa sebagian besar jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden tergolong pada tingkat menengah yaitu tamat SMA sebanyak 61 orang (68,5%), namun masih ada responden yang tamat SD yaitu sebanyak 8 orang (9,0%).

4.2.4. Pekerjaan

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6 6.7

2. Wiraswasta/ Berdagang 43 48.3

3. Pelaut 30 33.7

4. Petani 10 11.3

(26)

Dari tabel 4.8. diketahui bahwa secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai wiraswasta/berdagang yaitu sebanyak 43 orang (48,3%). Sementara yang paling sedikit adalah responden dengan jenis pekerjaan PNS yaitu sebanyak 6 orang (6,7%).

4.2.5. Penghasilan

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Penghasilan Frekuensi Persentase

1. Di atas UMR (

Rp 1.197.000,- /bulan) 49 55,1 2. Di bawah UMR (< Rp 1.197.000,- /bulan) 40 45,9

Jumlah 89 100,00

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar penghasilan responden per bulannya di atas UMR (≥ Rp 1.197.000,-/bulan) yaitu sebanyak 49 orang (55,1%).

4.2.6. Sumber Informasi Tentang Diare

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

(27)

Dari tabel 4.10. diketahui bahwa informasi tentang diare yang diperoleh responden berasal dari berbagai sumber seperti : media elektronik (TV, radio), media cetak (surat kabar, brosur), dokter, perawat /bidan, kader kesehatan, keluarga, dan tetangga/teman. Namun dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang diare pada balita paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan 45 orang (50,6%). Sementara yang paling sedikit adalah dari kader kesehatan 14 orang (15,7%).

4.3. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara untuk mengetahui pengetahuan suami tentang pencegahan diare pada balita dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Pengetahuan Responden tentang Pengertian Diare

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengertian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No.

Pengertian Diare Frekuensi Persentase

1. Keluarnya tinja lunak dan cair tiga kali

atau lebih dalam satu hari 64 71.9

2. BAB encer dan berlendir 25 28.1

Jumlah 89 100,0

(28)

hari. Selain itu, sebanyak 25 responden (28,1%) diantaranya mengatakan bahwa diare merupakan BAB encer dan berlendir.

2. Pengetahuan Responden tentang Penyebab Diare

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyebab Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No.

7. Keracunan makanan,parasit 1 1.1

8. Keracunan makanan,antibodi yang kurang 14 15.8

9. Alergi, bakteri 11 12.4

10. Alergi,virus 1 1.1

11. Keracunan makanan,alergi,bakteri 8 8.9

12. Keracunan makanan,alergi,virus, 3 3.3

13. Keracunan makanan, virus, antibodi yang kurang

5 5.7

14. Keracunan makanan, alergi, antibodi yang kurang

1 1.1

15. Keracunan makanan, bakteri, antibodi yang kurang

(29)

16. Bakteri, virus,parasit 2 2.2

17. Keracunan makanan, bakteri, virus 1 1.1

18. Keracunan makanan,alergi,bakteri,virus 2 2.2 19. Keracunan makanan, bakteri, virus,parasit 1 1.1 20. Keracunan makanan,alergi,bakteri,

virus,parasit

2 2.2

Jumlah 89 100,0

Dari Tabel 4.12. diketahui bahwa jawaban responden yang mengetahui penyebab diare yang tertinggi adalah14responden (15,8%) menyatakan bahwa penyebab diare adalah karena keracunan makanan, antibodi yang kurang. Dan yang terendah adalah 1 responden (!,1%) karena alergi.

3. Pengetahuan Responden tentang Penularan Diare

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penularan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Penularan Diare Frekuensi Persentase

1. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung

kuman penyebab diare 16 18.0

2. Sanitasi lingkungan yang kurang bersih 1 1.1 3. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung

kuman penyebab diare, minuman yang tertular kuman diare

34 38.3

4. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare,sanitasi lingkungan yang kurang bersih.

(30)

5. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare,air tercemar kuman diare yang digunakan untuk menggosok gigi, berkumur, mencuci sayur,

1 1.1

6. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare,minuman yang tertular kuman diare,sanitasi lingkungan yang kurang bersih

3 4.5

7. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare,air tercemar kuman diare yang digunakan untuk menggosok gigi, berkumur, mencuci sayur, sanitasi lingkungan yang kurang bersih

3 3.3

8. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare, air tercemar kuman diare yang digunakan untuk menggosok gigi, berkumur, mencuci sayur sanitasi lingkungan yang kurang bersih.

4 3.3

9. Makanan yang dihinggapi lalat yang mengandung kuman penyebab diare, minuman yang tertular kuman diare, air tercemar kuman diare yang digunakan untuk menggosok gigi, berkumur, mencuci sayur, sanitasi lingkungan yang kurang bersih.

1 1.1

Jumlah 89 100,0

(31)

4. Pengetahuan Responden tentang Tanda dan Gejala Penyakit Diare

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tanda dan Gejala Penyakit Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Tanda dan Gejala Penyakit Diare Frekuensi Persentase

1 Pucat 1 1.1

2 Gelisah, haus 1 1.1

3 Gelisah, pucat 2 2.2

4 Ngantuk, pucat 3 3.3

5 Rewel, haus 5 5.7

6 Rewel, pucat 4 4.5

7 Haus, pucat 14 15.8

8 Pucat, berkeringat 1 1.1

9 Gelisah, haus, pucat 3 3.3

10 Gelisah, rewel, pucat 16 18.0

11 Gelisah, ngantuk, pucat 1 1.1

12 Gelisah, pucat, berkeringat 2 2.2

13 Gelisah ,rewel, haus 3 3.3

14 Rewel, haus,pucat 16 18.0

15 Ngantuk,rewel, haus 8 8.9

16 Ngantuk,rewel, haus,pucat 9 10.1

(32)

Dari Tabel 4.14. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 16 responden (18,0%) menyatakan bahwa tanda dan gejala penyakit diare pada balita adalah kelihatan gelisah, rewel, pucat dan yang terendah adalah 1 responden (1,1%) menyatakan bahwa pucat.

5. Pengetahuan Responden tentang Cara Penanganan Diare

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Cara Penanganan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Cara Penanganan Diare Frekuensi Persentase

1. 1 .

Memberikan anak cairan lebih banyak

dari biasanya 1 1.1 dari biasanya memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup.

2 2.2

5. Memberikan anak cairan lebih banyak

dari biasanya, larutan oralit. 8 8.9

6. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

21 23.6

7. Memberikan cairan makanan seperti; air

tajin, sup, larutan oralit 1 1.1

8. Memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering,

(33)

9. Larutan gula garam, larutan oralit

6 6.8

10. Larutan oralit, memberikan makanan

sedikit demi sedikit tapi sering 1 1.1

11. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup, larutan oralit

4 4.5

12. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, larutan gula garam, Larutan oralit.

7 7.8

13. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup, memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

5 5.7

14. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, Larutan oralit Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

4 4.5

15. Memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup, Larutan gula garam, Larutan oralit.

3 3.3

16. Memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup, Larutan oralit , Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

1 1.1

17. Memberikan cairan makanan seperti; air tajin, sup, Larutan gula garam, Larutan oralit.

3 3.3

18. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, larutan gula garam, larutan oralit, memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering

3 3.3

19. Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, memberikan cairan

(34)

makanan seperti; air tajin, sup, larutan gula garam, larutan oralit, memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

Jumlah 89 100,0

Dari Tabel 4.15. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 21 responden(23,6%) menyatakan mengetahui cara penanganan balita pada saat diare, yaitu memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering,larutan oralit dan yang terendah 1 responden (1.1%) memberikan cairan makanan seperti air tajin,sup.

6. Pengetahuan Responden Tentang Cara Mencegah Diare

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Cara Mencegah Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No

Cara Mencegah Diare

Frekuensi Persentase

1. Pemberian ASI 1 1.1

2. Pemberian makanan pendamping ASI 1 1.1

3. Menggunakan air bersih 3 3.4

4. Mencuci tangan pakai sabun 2 2.2

5. Pemberian ASI, menggunakan air bersih 6 6.8

6. Pemberian ASI, mencuci tangan pakai sabun. 3 3.4 7. Pemberian ASI, membuang tinja di jamban 4 4.5 8. Pemberian makanan pendamping ASI,

menggunakan air bersih,

(35)

9. Pemberian makanan pendamping ASI, mencuci tangan pakai sabun .

12 13.5

10. Pemberian makanan pendamping ASI, membuang tinja di jamban.

4 4.5

11. Pemberian makanan pendamping ASI, pemberian imunisasi campak.

4 4.5

12. Menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun.

6 6.8

13. Menggunakan air bersih, membuang tinja di jamban.

1 1.1

14. Mencuci tangan pakai sabun, membuang tinja di jamban

2 2.2

15. Mencuci tangan pakai sabun, pemberian imunisasi campak.

4 4.5

16. Pemberian ASI, mencuci tangan pakai sabun, membuang tinja di jamban

1 1.1

17. Pemberian ASI, menggunakan air bersih, membuang tinja di jamban

3 3.4

18. Pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI, mencuci tangan pakai sabun.

3 3.4

19. Pemberian ASI, menggunakan air bersih, Mencuci tangan pakai sabun.

4 4.5

20. Pemberian makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih, pemberian imunisasi campak.

1 1.1

21. Pemberian makanan pendamping ASI

menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun

2 2.2

22. Menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun, membuang tinja di jamban.

7 7.9

23. Pemberian makanan pendamping ASI

menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai

(36)

sabun, membuang tinja di jamban. 24. Pemberian makanan pendamping ASI,

menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun, pemberian imunisasi campak.

2 2.2

Jumlah 89 100,0

Dari Tabel 4.16. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 12 responden (13,5%), menyatakan tentang cara mencegah diare pada balita, yaitu mencuci tangan pakai sabun dan yang terendah adalah 1 responden (1,1%)menyatakan pemberian makanan pendamping ASI.

7. Pengetahuan Responden tentang Pengobatan Diare dengan Antibiotik

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengobatan Diare dengan Antibiotik di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Pengobatan Diare dengan Antibiotik Frekuensi Persentase

1. Benar 70 78.7

2. Salah 6 6.7

3. Ragu-Ragu 13 14.6

Jumlah 89 100,0

(37)

8. Pengetahuan Responden tentang Jamban

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Jamban

Frekuensi Persentase 1. Membersihkan jamban secara teratur 10 11.2

2. Keluarga harus mempunyai jamban 26 29.2

3. Membersihkan jamban secara teratur, jarak jamban dan sumber air minum lebih dari 10 meter

3 3.4

4. Membersihkan jamban secara teratur,

keluarga harus mempunyai jamban. 30 33.7 5. Membersihkan jamban secara teratur,

menggunakan alas kaki bila buang air besar

16 18.0

6. Jarak jamban dan sumber air minum lebih dari 10 meter, menggunakan alas kaki bila buang air besar

1 1.1

(38)

9. Pengetahuan Responden tentang Akibat Diare

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Akibat Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Akibat Diare Frekuensi Persentase

1. Kekurangan cairan 85 95.5

2. Kekurangan darah merah 4 4.5

Jumlah 89 100,0

Dari Tabel 4.19. diketahui bahwa 85 responden (95,5%) mengetahui akibat penyakit diare pada balita, yaitu dapat menyebabkan kekurangan cairan.

10. Pengetahuan Responden Tentang balita yang terkena diare hendaknya selalu diberikan.

Tabel 4.20.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tentang balita yang terkena diare hendaknya selalu diberikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No.

Perhatian terhadap Penderita Diare

Frekuensi Persentase

1. Diberikan jajanan 2 2.2

2. Diberikan makanan 3 3.4

3. Diberikan minuman 40 45.0

4. Diberikan makanan,diberikan minuman. 42 47.2 5. Diberikan jajanan,diberikan

makanan,diberikan minuman

2 2.2

(39)

Dari Tabel 4.20. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 42 responden (47,2%) menyatakan bahwa perhatian yang dapat diberikan bagi balita yang menderita penyakit diare adalah dengan cara diberikan makanan,diberikan minuman dan yang terendah 2 responden (2,2%) adalah diberikan jajanan.

11. Pengetahuan Responden tentang Jarak Jamban dari Sumber Air

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jarak Jamban dari Sumber Air di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Jarak Jamban dari Sumber Air Frekuensi Persentase

1. 3 meter 55 61.8

2. > 10 meter 34 38.2

Jumlah 89 100,0

(40)

12. Pengetahuan Responden tentang Kelompok yang Risiko Diare

Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kelompok yang Risiko Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Kelompok yang Risiko Diare

Frekuensi Persentase

1. Bayi 35 39.4

2. Balita 32 36.0

3. Dewasa 1 1.1

4 Bayi, Balita 21 23,5

Jumlah 89 100,0

Tabel 4.22. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 35 responden (39,4%) menyatakan bahwa bayi merupakan kelompok yang berisiko terkena diare dan yang terendah adalah 1 responden (1,1%) menyatakan dewasa.

13. Pengetahuan Responden tentang Tempat BAB

Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tempat BAB di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Tempat BAB Frekuensi Persentase

1. Jamban 87 97.8

2. Sungai 2 2.2

(41)

Tabel 4.23. diketahui bahwa 87 responden (97,8%) menyatakan bahwa jamban merupakan tempat BAB yang tepat bagi keluarga.

14. Pengetahuan Responden tentang Jenis Immunisasi yang Dapat Mencegah Diare Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jenis Imunisasi

yang Dapat Mencegah Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Jenis Imuninasi yang Dapat Mencegah Diare

Frekuensi Persentase

1. Campak 37 41.6

2. Polio 47 52.8

3. DPT 5 5.6

Jumlah 89 100,0

Tabel 4.24. diketahui bahwa 47 responden (52,8%) menyatakan bahwa imunisasi polio merupakan jenis imunisasi yang dapat mencegah diare pada balita.

15. Pengetahuan Responden tentang Faktor yang berhubungan dengan kejadian Diare Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diaredi Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Faktor Penyebab Diare

Frekuensi Persentase

1. Gizi yang kurang,lingkungan kurang

bersih,air yang digunakan tidak bersih 59 66.3 2. Lingkungan kurang bersih dan gizi yang

kurang 30 33.7

(42)

Tabel 4.25. diketahui bahwa 59 responden (66,3%) menyatakan bahwa Gizi yang kurang,lingkungan kurang bersih, dan air yang digunakan tidak bersih merupakan faktor penyebab terjadinya diare pada balita.

1.6. Kategori Pengetahuan Responden

Tabel 4.26. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Pengetahuan Tentang Diare pada Balita Frekuensi Persentase

1. Pengetahuan Kurang 32 36,0

2. Pengetahuan Sedang 57 64,0

Total 89 100,0

(43)

4.5. Sikap

Sikap responden terhadap pencegahan diare pada balita untuk seluruh indikator dalam pengukuran sikap dapat dilihat pada tabel 2.27. berikut :

1. Sikap Responden Berdasarkan Indikator-Indikator Pernyataan Tentang Diare pada Balita

Tabel 4.27. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Pernyataan

miskin yang hanya merupakan

tanggung jawab pemerintah saja

0 0.0 1 1.1 41 46.1 47 52.8 89 100,0

2. Anak terserang penyakit diare cukup

ibunya saja yang memperhatikannya. 0 0.0 2 2.2 73 82.0 14 15.7 89 100,0

3. Seseorang bapak menemukan balita

yang memakan makanan kotor, hal ini terkena diare akan dapat mengatasi penyakit diare

10 11.2 74 83.1 3 3.4 2 2.2 89 100,0

6. Balita yang terkena diare perlu

(44)

9. Bila balita terkena diare lebih dari 2 hari sebaiknya dibawa berobat ke puskesmas atau ke dokter

8 9.0 80 89.9 1 1.1 0 0.0 89 100,0

10. Balita yang terkena diare diberi

makanan yang seperti biasanya 0 0.0 51 57.3 36 40.4 2 2.2 89 100,0

11. Pemberian ASI sangat baik untuk anak 10 11.2 78 87.6 1 1.1 0 0.0 89 100,0

12 Mencuci tangan pakai sabun dapat

mengurangi kasus diare 10 11.2 79 88.8 0 0.0 0 0.0 89 100,0

Berdasarkan Tabel 4.27. diketahui mayoritas responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa penyakit diare merupakan penyakit rakyat miskin, dan sebesar 82,0% mengatakan tidak setuju bahwa jika anak terserang penyakit diare cukup ibunya saja yang memperhatikannya. Sebesar 80,9% responden menyatakan tidak setuju apabila balita yang memakan makanan kotor merupakan hal biasa.

Dari hasil penelitian juga diperoleh sebesar 82,0% setuju agar balita perlu diberi makanan bergizi, dan sebesar 83,1% setuju agar diberikan makanan dan minuman sesering mungkin pada balita yang terkena diare. Sebesar 86,5% setuju bahwa balita yang terkena diare perlu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya.

(45)

2. Kategori Sikap Responden

Tabel 4.28. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No. Sikap Tentang Diare pada Balita Frekuensi Persentase

1. Sikap Kurang 19 21,3

2. Sikap Sedang 70 78,7

Total 89 100,0

Dari tabel 4.28. diketahui bahwa sebagian besar sikap responden tentang diare pada balita berada dikategori sedang yaitu sebanyak 70 orang (78,7%).

4.6. Tindakan

1. Balita yang Menderita Diare 1 Bulan Terakhir

Tabel 4.29. Distribusi Responden Berdasarkan Balita yang Menderita Diare 1 Bulan Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Balita yang Menderita

Diare 1 Bulan Terakhir

Frekuensi Persentase

1. Ada 53 59.6

2. Tidak ada 36 40.4

Jumlah 89 100,0

(46)

2. Tempat Pengobatan Saat Balita Diare

Tabel 4.30. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Pengobatan Saat Balita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No. Tempat Pengobatan Saat Balita Diare Frekuensi Persentase

1. Pelayanan kesehatan (puskesmas,bidan,dokter) 88 98.9

2. Dukun 1 1.1

Jumlah 89 100,0

Dari Tabel 4.30. diperoleh hampir semua responden (98,9%) menyatakan bahwa balita akan dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan, dan dokter pada saat balita menderita diare

3. Penggunaan Jamban untuk BAB

Tabel 4.31. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Jamban untuk BAB di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No. Penggunaan Jamban untuk BAB Frekuensi Persentase

1. Menggunakan jamban 87 97.8

2. Tidak menggunakan jamban 2 2.2

Jumlah 89 100,0

(47)

4. Jarak Jamban Dari Sumber Air

Tabel 4.32. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Jamban Dari Sumber Air di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012 No. Jarak Jamban Dari Sumber Air Frekuensi Persentase

1. > 10 meter 89 100

2. < 10 meter 0 0

Jumlah 89 100,0

Berdasarkan Tabel 4.32. diketahui bahwa semua responden 89 orang (100%) menyatakan bahwa jarak jamban dari sumber air > 10 meter.

5. Keikutsertaan Membersihkan Lingkungan

Tabel 4.33. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Membersihkan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Keikutsertaan Membersihkan Lingkungan Frekuensi Persentase

1. Ikut 85 95.5

2. Tidak ikut 4 4.5

Jumlah 89 100,0

(48)

6. Sumber Air Minum

Tabel 4.34. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Minum di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Sumber Air Minum Frekuensi Persentase

1. PDAM 59 66.3

2. Air isi ulang 30 33.7

Jumlah 89 100,0

Tabel 4.34. diketahui sebagian besar responden (66,3%) menyatakan bahwa sumber air minum keluarga adalah PDAM.

7. Cairan yang Diberikan Saat Balita terkena Diare

Tabel 4.35. Distribusi Responden Berdasarkan Cairan yang Diberikan Saat Balita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Cairan yang Diberikan Saat Balita Diare

Frekuensi Persentase 1. Cairan makanan seperti sup,air tajin 2 2.2

2. Larutan oralit 34 38.2

3. Cairan makanan seperti sup,air tajin, Larutan oralit

6 6.8

4. Cairan makanan seperti sup,air tajin, Larutan gula garam

26 29.2

5. Larutan oralit, Larutan gula garam 13 14.6 6. Cairan makanan seperti sup,air tajin,

Larutan oralit, Larutan gula garam.

8 9.0

(49)

Dari Tabel 4.35. dapat dilihat bahwa jawaban responden yang tertinggi adalah 34 responden (38,2%) menyatakan bahwa tindakan responden terhadap balita pada saat menderita diare adalah memberi larutan oralit dan yang terendah 2 responden (2,2%) menyatakan cairan makanan seperti sup,air tajin.

8. Tindakan yang Dilakukan Saat pengobatan pada balita dirumah

Tabel 4.36. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan Saat pengobatan pada balita dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Tindakan yang Dilakukan Saat

pengobatan pada balita dirumah Frekuensi Persentase 1. Memberi anak cairan lebih banyak dari

biasanya 6 6.8

2. Hanya memberi oralit atau larutan gula

garam saja 41 46.0

3. Memberi anak cairan lebih banyak dari biasanya,memberi makanan yang sering pada anak biasanya, hanya memberi oralit atau larutan gula garam saja, memberi makanan yang sering pada anak

8 9.0

Jumlah 89 100,0

(50)

pada balita di rumah yaitu memberi oralit atau larutan gula garam saja dan yang terendah adalah 4 responden (4,4%) menyatakan hanya memberi oralit atau larutan gula garam saja, memberi makanan yang sering pada anak.

9. Kategori Tindakan Responden

Tabel 4.37. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Tindakan tentang Diare pada Balita Frekuensi Persentase

1. Tindakan Baik 16 18,0

2. Tindakan Sedang 73 82,0

Total 89 100,0

Dari tabel 4.37. diketahui bahwa sebagian besar tindakan responden berada dikategori sedang yaitu sebanyak 73 orang (82,0%).

4.7. Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Tindakan

Tabel 4.38. Distribusi Tindakan Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

(51)

13

 Pegawai Negeri Sipil (PNS)

(52)

yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dan bekerja sebagai PNS akan cenderung memiliki tindakan baik. Demikian juga dengan penghasilan responden yang di atas UMR cenderung akan memiliki tindakan baik pula.

4.8. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Responden dengan Tindakan

Tabel 4.39. Distribusi Tindakan Berdasarkan Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Pengetahuan

Tindakan

Jumlah Sedang Baik

n % n % n %

1. Kurang 32 100.0 0 0.0 32 100,0

2. Sedang 41 71.9 16 28.1 57 100,0

Total 73 16 89 100,0

(53)

4.9. Tabulasi Silang antara Sikap Responden dengan Tindakan

Tabel 4.40. Distribusi Tindakan Berdasarkan Sikap Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012

No. Sikap

Tindakan

Jumlah Sedang Baik

n % n % n %

1. Kurang 17 89.5 2 10.5 19 100,0

2. Sedang 56 80.0 14 20.0 70 100,0

Total 73 16 89 100,0

(54)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Suami

5.1.1. Umur

Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden berada pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 28 orang (31,4%), sementara responden yang paling sedikit berada pada umur ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 7 orang (7,9%). Dilihat dari umur suami yang

menjadi responden pada penelitian ini, sebagian besar berada pada kategori dewasa muda (21-40 tahun). Menurut Gunarsa (1991), dimana usia juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua, maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

5.1.2. Suku

(55)

5.1.3. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh sebagian besar jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden tergolong pada tingkat menengah yaitu tamat SMA sebanyak 61 orang (68,5%), namun masih ada responden yang tamat SD yaitu sebanyak 8 orang (9,0%). Menurut Soewondo dan Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dan sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya perubahan perilaku kesehatan.

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu pertimbangan umur (proses perkembangan) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan lebih berkualitas.

(56)

diare dianggap sebagai penyakit biasa. Dimana pendidikan suami juga sangat mempengaruhi pola pikir dalam menangani diare pada balita.

5.1.4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai wiraswasta/berdagang yaitu sebanyak 43 orang (48,3%). Sementara yang paling sedikit adalah responden dengan jenis pekerjaan PNS yaitu sebanyak 6 orang (6,7%). Berdasarkan tingkat pendapatan, diperoleh sebagian besar penghasilan responden per bulannya di atas UMR (≥ Rp 1.197.000,-) yaitu sebanyak 49 orang (55,1%). Hal ini dikarenakan bahwa pada umumnya jenis pekerjaan suami adalah sebagai wiraswasta/berdagang, dimana penghasilan yang mereka dapatkan bisa melebihi UMR.

5.2. Sumber Informasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa informasi tentang diare pada balita diperoleh dari berbagai sumber seperti : media elektronik (TV, radio), media cetak (surat kabar, brosur), dokter, perawat/bidan, kader kesehatan, keluarga, dan tetangga/teman. Namun dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang pencegahan diare paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan (76,4%). Sementara yang paling sedikit adalah kader kesehatan yaitu sebesar 15,7%. Data ini menunjukkan bahwa peran perawat/bidan masih sangat besar dalam penyebarluasan informasi tentang diare pada balita.

(57)

diarediharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, merubah sikap menjadi positif, serta bagaimana promosi memprediksi perilaku.

5.3. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan suami tentang pencegahan diare pada balita berada pada kategori sedang (64,0%), sementara responden lainnya memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil terlihat bahwa tidak ada diperoleh responden yang memiliki tingkat pengetahuan kategori baik.

Banyaknya suami yang memiliki tingkat pengetahuan kategori sedang dan kurang dikarenakan masih banyak responden yang tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab diare, yaitu karena keracunan makanan, anti bodi yang kurang, alergi, bakteri, virus, parasit. Demikian juga untuk pertanyaan tentang tanda dan gejala diare, dimana masih banyak responden yang belum mengetahui tanda dan gejala diare. Ini diketahui dari banyaknya responden yang tidak mengetahui bahwa gejala diare adalah gelisah, ngantuk, rewel, selalu merasa haus, dan berkeringat .

Menurut Ngastisyah (2005), gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

(58)

mencegah diare. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan suami tentang diare pada balita, yang bisa terjadi karena kurangnya minat untuk mengetahui tentang diare atau juga karena kurangnya penyuluhan yang mereka terima, meskipun kebanyakan suami mengaku memperoleh informasi tentang diare dari perawat /bidan.

Masih kurangnya tingkat pengetahuan suami terhadap pencegahan diare pada balita juga dapat dikarenakan tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh suami yaitu tamat SMP (19.1%) dan SMA (68.5%), sementara pendidikan perguruan tinggi hanya ada sebanyak 3,4%. Menurut Soewondo dan Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan terutama diare pada balita, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pencegahan kejadian diare pada balita. Pernyataan tersebut senada dengan Notoatmodjo (2007) pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil dari pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir, hal ini sangat berpengaruh pada pola pikir terhadap pelayanan kesehatan, sehingga akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan.

(59)

buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan (2009) tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare di wilayah kerja Puskesmas Kismontoro Kabupaten Wonogiri yang dilaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dengan perilaku orang tua dalam pencegahan diare dengan nilai p=41,552 (p=0,0000<p=0,05).

5.4. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar sikap responden tentang diare pada balita berada dikategori sedang yaitu sebanyak 70 orang (78,7%), sementara responden lainnya memiliki sikap kategori kurang (21,3%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden tidak menjawab sangat setuju pada pertanyaan positif, dan tidak menjawab sangat tidak setuju pada pertanyaan negatif. Hasil tersebut dapat dilihat bahwa hanya 18,0% mengatakan sangat setuju agar balita perlu diberi makanan bergizi, dan hanya sebesar 11,2% mengatakan sangat setuju agar diberikan makanan dan minuman sesering mungkin pada balita yang terkena diare. Begitu juga dengan jawaban responden pada pernyataan negatif, diperoleh hanya sebesar 15,7% responden mengatakan sangat tidak setuju sekali bahwa jika anak terserang penyakit diare cukup ibunya saja yang memperhatikannya, dan hanya sebesar 19,1% responden mengatakan sangat tidak setuju apabila balita yang memakan makanan kotor merupakan hal biasa.

(60)

penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif ialah yang diidentifikasikan oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesioanal, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya, individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit, berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat atau kepercayaan ini dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan kenyataan, pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Atau dengan kata lain perilaku ditentukan oleh apakah seseorang percayaan bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu, menganggap masalah ini serius, meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan, tidak mahal dan menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.

5.5. Tindakan

(61)

pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis tindakan seseorang tersebut pasti akan baik.

Banyaknya responden yang memiliki tindakan kategori sedang, dapat dikarenakan tindakan mereka pada saat balita menderita diare yang belum memberi cairan lebih banyak dari biasanya, dan belum memberi oralit atau larutan gula garam.Sementara menurut Suraatmaja (2010), ada tiga cara dasar terapi yang dapat dilakukan: 1) memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, anak yang diare membutuhkan lebih banyak cairan dari biasanya untuk mengganti cairan yang hilang melalui tinja dan muntah. Bila setelah diare anak segera diberikan cairan yang tepat dalam jumlah yang memadai, dehidrasi dapat dicegah; 2) memberikan cairan yang tepat, meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti: air tajin, sup; 3) memberikan makanan yang cukup pada anak. Pada saat diare berikan anak makan sebanyak yang dia mau. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam (enam kali sehari). Pemberian makanan yang sedikit demi sedikit dan sering dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah yang besar tapi jarang. ASI harus diberikan tanpa selingan, susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya.

(62)
(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Sebagian besar responden (31,4%) berada pada kelompok umur 30 -34 tahun, sementara responden yang paling sedikit berada pada umur ≥ 40 tahun yaitu

sebesar 7,9%. Dari hasil diperoleh sebagian besar responden (46,0%) adalah Suku Batak, sementara responden yang paling sedikit adalah Suku pesisir yaitu sebesar 7,9%. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden tergolong pada tingkat menengah yaitu tamat SMA (68,5%). Secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai wiraswasta/berdagang (48,3%), sementara yang paling sedikit adalah responden dengan jenis pekerjaan PNS (6,7%). Sebagian besar (55,1%). penghasilan responden per bulannya di atas UMR (≥ Rp 1.197.000,-/bulan).

(64)

3. Sebagian besar pengetahuan responden tentang pencegahan diare pada balita berada dikategori sedang (64,0%). Demikian juga dengan sikap (78,7%)dan tindakan (82,0%). yang masing-masing berada pada kategori sedang.

6.2. Saran

1. Disarankan kepada Kepala Puskesmas Sarudik agar lebih mengaktifkan Petugas pengelola Diare dan kader kesehatan untuk melakukan sosialisasi kepada suami seperti penyuluhan pencegahan diare, agar suami ikut berperan serta dalam kesehatan keluarga.

(65)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Perilaku

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah seluruh aktivitas manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, lalu organisme tersebut meresponnya.

Bentuk respon terhadap stimulus perilaku dibedakan dua bagian yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior), respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan /kesadaran dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dalam bentuk tindakan atau praktek yang mudah diamati atau dilihat orang lain (Maulana, 2009)

Menurut Sarwono (2010), secara lebih profesional perilaku dapat diartikan suatu respon/reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar dan atau dari dalam dirinya.

Respon ini berbentuk dua macam, yakni :

(66)

2.1.1. Domain Perilaku

Menurut Benyamin bloom dalam Notoatmodjo, ada tiga domain perilaku, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (tindakan).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui pengindraaan manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematika adalah ilmu. ilmu lahir karena manusia diberkati Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan disekelililngnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah.

Tingkat Pengetahuan terdiri dari enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami(Comprehention)

(67)

c. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil(sebenarnya).

d. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen pengetahuan yang dimilkinya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek tertentu.

2. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi yang bersangkutan.(Senang–tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya)

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo, sikap terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan ( Keyakinan),ide atau konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak.

(68)

a. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang ( subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh obyek.

b. Menanggapi ( Responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

c. Menghargai ( Valuing)

Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga( kecenderungan untuk bertindak). d. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

3. Tindakan

Tindakan adalah kecendrungan untuk bertindak (praktek). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya dalam tindakan perlu faktor lain,yaitu sarana dalam prasarana.

Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: a. Respon terpimpin ( guided response)

Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanis ( Mechanism)

Gambar

Tabel 4.1. Luas Kecamatan Sarudik Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2011
Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2011
Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2011
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian pembagian harta bersama menurut Pasal 128 KUHPerdata bahwa setelah bubarnya harta bersama, kekayaan bersama dibagi dua antara suami dan isteri, tetapi dapat

Dan untuk variabel Motivasi belajar PAI Angkat uji coba dilakukakan pada tanggal 30 November sampai dengan 2 desember dikarenakan ada 2 macam angket yang

Berdasarkan hasil analisia univariat pada tabel 2 disamping menunjukkan bahwa lovestyle remaja lebih banyak dengan tipe ludus (33%) dan storge (29%), mempunyai sikap seksual

Dengan adanya program ini maka pihak pengurus masjid Abubakar Sidik dapat melakukan perhitungan zakat dengan cepat dan akurat, ini sangat membantu sekali karena program zakat ini

[r]

The presented procedure can process the acquired data available as a dense point cloud in order to deliver a numerical model suitable for a Finite Element Method

Demikian atas perhatian Bapak/Ibu dan kerjasama yang baik kami mengucapkan terima kasih. Ketua,

The present study aims to demonstrate the usefulness of GIS to support archive searches and historical studies ( e.g. related to industrial archaeology), in the