• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

FOUR TYPES OF COMPOST EFFECT ON SOYBEAN PRODUCTION OF THREE VARIETIES (Glicyne max [L.] Merr.)

By

Andi Triyanto

Soybean (Glycine max [L.] Merr.) Is a food crop and source of vegetable protein that is needed by the people. Soybean demand every year increase with population growth and development of agro-industries in need of raw materials soybean. Beginning in July 2010, BPS estimate of soybean production in 2010 based on the Forecast Figures II reached 927,38 thousand-ton. The amount is equivalent with 40% of national demand (2,2 million tons). This means that 60% of the total national demand is still dependent from import. Various efforts were made to increase the production of soybean by way of the use of improved varieties, fertilization is an effective and efficient.

This study aims to (1) compare the production between the three types of soybean varieties, (2) compare soybean production is given a compost without bioaktivator with soybean production is given by bioaktivator compost, and (3) determine whether soybean production depends on the type of compost with the bioaktivator different.

This research has been done in the garden experiment at Polytechnic Lampung (Polinela) from June to September 2011. Arranged in a factorial treatment (4 x 3) with three replications in a complete randomized group design (RKTS). The first factor is the type of compost used is k0 (natural + compost), k1 (compost + EM4), k2 (compost + Golden Harvest), and k3 (compost + M-Dec). The second factor are soybean varieties v1 (Tanggamus), v2 (Argomulyo), and v3 (Grobogan). Data were analyzed for homogeneity range of the Bartlett test and the additivity of model with Tukey test. If the assumptions are complete, data were analyzed and followed by a range of Class Comparison test at the level of 5% and 1%.

(2)

soybean varieties do not depend on giving the type of compost with different bioaktivator.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)

Oleh Andi Triyanto

Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya usaha agroindustri yang membutuhkan bahan baku kedelai. Awal Juli 2010, BPS memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah tersebut setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional masih tergantung impor. Berbagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi kedelai antara lain dengan cara penggunaan varietas unggul, pemupukan yang efektif dan efisien.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai, (2) membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator, dan (3) mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (4 x 3) dengan 3 ulangan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah empat jenis kompos meliputi k0 (kompos + alami), k1 (kompos + EM4), k2 (kompos + Golden Harvest), dan k3 (kompos + M-Dec). Faktor kedua adalah varietas kedelai meliputi

v1(Tanggamus), v2 (Argomulyo), dan v3(Grobogan). Data yang diperoleh

(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan produksi antara ketiga varietas kedelai yang digunakan, (2) aplikasi kompos dengan jenis

biaktivator yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi tiga varietas kedelai jika dibandingkan dengan kompos alami, dan (3) produksi tiga varietas kedelai tidak bergantung pada pemberian jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.

(5)

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

(Skripsi)

Oleh Andi Triyanto

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

Oleh Andi Triyanto

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

(Skripsi)

Oleh Andi Triyanto

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

ABSTRACT

FOUR TYPES OF COMPOST EFFECT ON SOYBEAN PRODUCTION OF THREE VARIETIES (Glicyne max [L.] Merr.)

By

Andi Triyanto

Soybean (Glycine max [L.] Merr.) Is a food crop and source of vegetable protein that is needed by the people. Soybean demand every year increase with population growth and development of agro-industries in need of raw materials soybean. Beginning in July 2010, BPS estimate of soybean production in 2010 based on the Forecast Figures II reached 927,38 thousand-ton. The amount is equivalent with 40% of national demand (2,2 million tons). This means that 60% of the total national demand is still dependent from import. Various efforts were made to increase the production of soybean by way of the use of improved varieties, fertilization is an effective and efficient.

(10)

The results showed that (1) there is no difference between the three varieties of soybean production is used, (2) application of compost with different types

biaktivator have not been able to increase the production of three soybean varieties when compared with natural compost, and (3) the production of three soybean varieties do not depend on giving the type of compost with different bioaktivator.

(11)

ABSTRAK

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)

Oleh Andi Triyanto

Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya usaha agroindustri yang membutuhkan bahan baku kedelai. Awal Juli 2010, BPS memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah tersebut setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional masih tergantung impor. Berbagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi kedelai antara lain dengan cara penggunaan varietas unggul, pemupukan yang efektif dan efisien.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai, (2) membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator, dan (3) mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.

(12)

dan sifat kemenambahan dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Perbandingan Kelas pada taraf 5% dan 1 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan produksi antara ketiga varietas kedelai yang digunakan, (2) aplikasi kompos dengan jenis biaktivator yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi tiga varietas kedelai jika

dibandingkan dengan kompos alami, dan (3) produksi tiga varietas kedelai tidak bergantung pada pemberian jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.

(13)

PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)

Oleh Andi Triyanto

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(14)

Judul Skripsi : PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA

PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L] Merr).

Nama Mahasiswa : Andi Triyanto

NPM : 0714011004

Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yafizham, M.S. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S.

NIP 196001011987031006 NIP 196209281987031001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

(15)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Yafizham, M.S. _______________

Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M. S. _______________

Penguji : Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si. ________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosari pada tanggal 28 Agustus 1989, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm).

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Wonodadi pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo Tanggamus. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gadingrejo Tanggamus pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada program studi Agroteknologi.

(17)

Dengan Mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya ini untuk Bapak dan Ibu tercinta sebagai wujud pengabdian dan rasa sayang atas pengorbanan, doa, kesabaran, motivasi dan kasih sayang yang

tiada ternilai dan tak pernah henti tercurahkan selama ini

Kakak dan adikku tercinta beserta keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua yang telah kucapai selama ini

(18)

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.

dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS.Al-Baqarah:29).

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat

mereka menyerah” (Thomas Alva Edison).

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau

(19)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;

2. Bapak Dr.Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran, motivasi, bimbingan dan kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, pengarahan, dan motivasi kepada penulis;

4. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas semua nasehat, perhatian dan motivasi kepada penulis;

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;

(20)

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.

8. Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm.), serta Ibu Daliana tersayang yang selalu menyayangi dan mendoakan penulis, saudara tersayang Mba Eka, Mba Eli, dan Adek Fari yang selalu memberikan dukungan, dan menyangi penulis;

9. Fitri Mayasari S.P, atas segala bantuan, kesabaran, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

10.Lukas Hadinata S.P., Anajani Pratiwi S.P., sebagai sahabat seperjuangan atas segala hal yang sudah kita jalani dan lewati bersama;

11.I Ketut, S.P., Widia Wirawan, S.P., Heru Septiadi, S.P., I Made Ratna, S.P., Juhanda, S.P., Fajar H. Nugroho, Dolly, S.P., Linggar, S.P., Eko Abadi, S.P., Hidayat, S.P., Yunita, S.P. dan teman-teman Agronomi 2007 atas cerita indah, persahabatan, dan kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan;

12.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Mei 2012

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI. ... iii

DAFTAR TABEL. ... v

DAFTAR GAMBAR. ... viii

I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah. ... 1

B. Tujuan Penelitian. ... 3

C. Landasan Teori. ... 4

D. Kerangka Pemikiran. ... 6

E. Hipotesis. ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 9

A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai. ... 9

B. Kompos. ... 15

C. Bioaktivator. ... 21

III. BAHAN DAN METODE. ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 27

B. Alat dan Bahan. ... 27

C. Metode Penelitian. ... 27

D. Pelaksanaan Penelitian. ... 29

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 35 A. Hasil Penelitian. ... 35 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan. ... 35 2. Hasil Analisis Kompos Pupuk Kandang Sapi. ... 36 3. Tinggi Tanaman. ... 37 4. Jumlah Daun. ... 39 5. Bobot Berangkasan Tanaman. ... 42 6. Jumlah Bintil Akar Efektif. ... 43 7. Bobot 50 Butir. ……… 45 8. Jumlah Polong Isi per Tanaman. ... 46 9. Bobot Biji per Tanaman (Produksi). ……… 48 B. Pembahasan. ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 53

A. Kesimpulan. ... 53 B. Saran. ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57

Tabel 15—39 ………... 58—73

(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004). ... 21

2. Koefisien pembanding untuk perbandingan kelas. ... 28

3. Perbedaan kandungan mikroorganisme di dalam masing-masing

bioaktivator. ... 29 4. Perbedaan varietas kedelai. . ... 29

5. Rekapitulasi pengaruh empat jenis kompos pada produksi tiga varietas

kedelai. . ... 35

6. Rekapitulasi hasil perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos

pada produksi tiga varietas kedelai. ... 36

7. Hasil analisis kompos pupuk kandang sapi. ... 37 8. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada tinggi tanaman tiga

varietas kedelai. ... 37

9. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah daun tiga

varietas kedelai ... 40 10. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot berangkasan

tanaman tiga varietas kedelai ... 42

11. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah bintil akar

efektif tiga varietas kedelai ... 44

12. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot 50 butir tiga

(24)

13. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah polong isi tiga

varietas kedelai. ... 47

13.Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot biji per tanaman

tiga varietas kedelai. …. ... 48 14.Uji Bartlett (homogenitas ragam) variabel pertumbuhan dan produksi

pada pertanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.). ... …. 58 .

16. Uji Tukey (kemenambahan) variabel pertumbuhan dan produksi pada

pertanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.). ... .... 58 17. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman (cm) tiga varietas kedelai. ... ... 59

18. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman (cm) tiga varietas kedelai Minggu ke 5. ... .... 59 19. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada tinggi

tanaman (cm) tiga varietas kedelai minggu 5. ...…. 60

20. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah daun tiga

varietas kedelai. ... ... 60

21. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah daun tiga

varietas kedelai minggu ke 5. ... ... 61

22. Hasil pengamatan (transformasi ) pengaruh empat jenis kompos pada

jumlah daun tiga varietas kedelai minggu ke 5. . ... .. 62

23. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah

daun tiga varietas kedelai minggu ke 5. ... .. 62 24. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot berangkasan

kering (g) tiga varietas kedelai. ... .. 63

25. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot

berangkasan kering (g) tiga varietas kedelai.. ... .. 64

26. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah bintil akar

(25)

27. Hasil pengamatan (transformasi ) pengaruh empat jenis kompos pada

jumlah bintil akar efektif tiga varietas kedelai. ... 65

28. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah bintil akar efektif tiga varietas kedelai. ... 65

29. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot 50 butir (g)

tiga varietas kedelai. ... 66

30. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot 50

butir (g) tiga varietas kedelai. ... 66 .

31. Hasil analisis perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos pada

bobot 50 butir (g) tiga varietas kedelai. ... 67

32. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah polong isi

pertanaman tiga varietas kedelai. . ... 68 33. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah

polong isi pertanaman tiga varietas kedelai. ... 68

34. Hasil análisis perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos pada

jumlah polong isi pertanaman tiga varietas kedelai... 69

35. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot biji per

tanaman (g) tiga varietas kedelai... 70 36. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot biji

pertanaman (g) tiga varietas kedelai... 70

37. Deskripsi kedelai Varietas Tanggamus ... 71 38. Deskripi kedelai Varietas Argomulyo ... 72

(26)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 38 2. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo

terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 38 3. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan

terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 39 4. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 40 5. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 41 6. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 41 7. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot

berangkasan kering tanaman kedelai. ... 43 8. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah

bintil akar efektif tanaman kedelai. ... 44 9. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot

(27)

10.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai ( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah

polong isi per tanaman kedelai. ... 47 11.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot biji

(28)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 38 2. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo

terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 38 3. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan

terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 39 4. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 40 5. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 41 6. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan

terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5). ... 41 7. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot

berangkasan kering tanaman kedelai. ... 43 8. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah

bintil akar efektif tanaman kedelai. ... 44 9. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot

(29)

10.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai ( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah

polong isi per tanaman kedelai. ... 47 11.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai

( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot biji

(30)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI. ... iii

DAFTAR TABEL. ... v

DAFTAR GAMBAR. ... viii

I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah. ... 1 B. Tujuan Penelitian. ... 3 C. Landasan Teori. ... 4 D. Kerangka Pemikiran. ... 6 E. Hipotesis. ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 9

A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai. ... 9 B. Kompos. ... 15 C. Bioaktivator. ... 21

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 35 A. Hasil Penelitian. ... 35 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan. ... 35 2. Hasil Analisis Kompos Pupuk Kandang Sapi. ... 36 3. Tinggi Tanaman. ... 37 4. Jumlah Daun. ... 39 5. Bobot Berangkasan Tanaman. ... 42 6. Jumlah Bintil Akar Efektif. ... 43 7. Bobot 50 Butir. ……… 45 8. Jumlah Polong Isi per Tanaman. ... 46 9. Bobot Biji per Tanaman (Produksi). ……… 48 B. Pembahasan. ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 53

A. Kesimpulan. ... 53 B. Saran. ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

[image:31.595.121.507.87.575.2]

LAMPIRAN ... 57

Tabel 15—39 ………... 58—73

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, O. 2008.Pengaruh kompos terhadap ketersediaan hara dan produksi tanaman caisin. Sebuah Skripsi. Dalam IPB Repository.

Atman, R. 2009a.Pengembangan kedelai di lahan masam. Harian Singgalang. Kamis, 27 Juli 2006.

Atman.R. 2009.Strategi Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambuhan, Vol. VIII, No.1, Januari-April 2009: 39-45 hlm. BPTP Banten. 2010. Pembuatan Pupuk Kompos. Banten.

Darmanti, S., A.Marvelia , Sarjana Parman, 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda.Buletin Anatomi dan

Fisiologi.Vol.XIV, No. 2, Oktober 2006.

Djuarnani, N., et al. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Efri, et al. Pengantar Bakteri Patogen Tumbuhan. 2003. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Frazier, W.B., and D. C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. Third edition.McGraw-Hill, Inc. New York. 539 hlm.

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai.Universitas Padjajaran. Bandung. Isroi. 2008. KOMPOS. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia,

Bogor.

Hamdi, Y.A. 1982. Application Of Nitrogen-Fixing Systems In Soil Improvement And Management. Rome. Food And Agriculture Organization Of The United Nation.

(33)

Hasbih, H. 2009. Pusat Penelitian Azolla Fp

UMJ.dalamhttp://udaypusatpenelitianazollajember.blogspot.com/2009 12_01 archive.html.(28 Maret 2011).

http://bataviase.co.id/node/317955. (14 Mei 2011).

http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-tanaman-kedelai-html.

http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1933972-pengertian-bioaktivator/. (28 Maret 2011).

http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/10-aktivator-kompos/. (3 Desember 2011).

http://.puslittan.bogor.net @ 2007. (3 Mei 2011).

Indriani, Y. H.1999. Membuat Kompos Secara kilat. P T P e n e b a r S w a d a y a , Jakarta.

Kardin, D. 2011. Teknologi Kompos. http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/10-aktivator-kompos/. (3 Desember 2011). Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta. Musnamar, E.I.2008. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.

Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hlm. Nasih.2009. Pembuatan Kompos.dalam

http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/009%20p%20k. htm. (28 Maret 2011). Noor, A. 2005. Peran Fosfat Alam dan Kombinasi Bakteri Pelarut Fosfat dengan Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Hasil Kedelai. Jurnal Tanah dan Lingkungan, VII(2):41 – 47.

Novizan.2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.AgroMedia Pustaka. Jakarta. Paustian, T. 2008. Microbiology and bacteriology: The world of microbes.

http://wikipedia.com/streptomyces. (6 Januari 2012)

Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium javonicum pada kedelai. Bul. Agron. 21(1): 4.

(34)

Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex.Jakarta.122 hlm. Setyorini, et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Dalam

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf

Sukamto, S., Qithfirul, A. dan supandi.1994.Teknik Perbanyakan dan Aplikasi Jamur Trichoderma spp. Pusat Penelitian Kopi dan kakau Indonesia. Jember Press.

Suryani, Ani. 2011. Kompos.

http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf. (6 januari 2012)

Suskandini, 2012.Diskusi.Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan.UNILA. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta. 219. Tiens Golden Harvest. 2009. Katalog Produk. http://indonetwork.co.id/PANGAN

PAPAN/1714012/golden-harvest.htm golden harvest 2. ( 28 Maret 2011). TiSDale, S.L. dan W.L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Fourth ed. Mc.

Millan Pulb.Co. New York.

Wuryaningsih, S.1994. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Mawar Kultivar Cherry Brandy. J. Hort Vol 4(2) :41 – 47.

Yuwono, Nasih. W. 2006.Pembuatan

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,

kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang

dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max [L.] Merr. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae Genus : Glycine

(36)

Morfologi Tanaman Kedelai

Menurut Hidayat (1985) dalam Somaatmadja et al. (1985), tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.

a. Akar

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat

pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.

(37)

b. Batang dan cabang

Hipokotil merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon.

Hipokotil dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan

menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

berbunga.

Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah. Jumlah batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak,

belumtentu produksi kedelai juga banyak.

c. Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai

(38)

masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.

Umumnya, daun mempunyai rambut dengan warna cerah dan jumlahnya

bervariasi. Panjang rambut bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan rambut bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-- 20 buah/mm2. Contoh varietas yang berambut lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berambut jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berambut lebat. Oleh karena itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan varietas yang tahan hama harus mempunyai rambut di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai.

d. Bunga

(39)

(>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5--7 minggu.

Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2--25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%.Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1--10 hari setelah mulai terbentuk bunga. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3--5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate.Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.

e. Polong dan biji

(40)

setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1--10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7--9 g/100 biji), sedang (10--13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun

demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.

f. Bintil Akar dan Fiksasi Nitrogen

(41)

dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut

ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam (HST), tergantung kondisi lingkungan tanah dan

suhu.Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat

mendukung pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 – 15 HST) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum.

Namun demikian, proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 HST, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi (Prasastyawati dan Rumawas,1980).

B. Kompos

(42)

fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.

1. Sifat dan karakteristik kompos

Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain: (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi

tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsure hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Berikut ini diuraikan fungsi kompos dalam memperbaiki kualitas kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.

Sifat fisika tanah

(43)

kehitaman), sehingga penyerapan energy sinar matahari lebih banyak dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan. Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan bahwa takaran kompos sebanyak 5 ton/ha meningkatkan kandungan air tanah pada tanah-tanah yang subur (CPIS, 1991 dalam Setyorini et al., 2006).

Sifat kimia tanah

Kompos merupakan sumber hara makro dan mikro mineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn, Mo,dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian kompos dapat memperbaiki pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada tanah- tanah masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P-tersedia rendah, bentuk fosfat organic mempunyai peranan penting dalam penyediaan hara tanaman karena hamper sebagian besar P yang diperlukan tanaman terdapat pada senyawa P-organik. Sebagian besar P-organik dalam organ tanaman terdapat sebagai fitin, fosfolipid, dan asam nukleat. Kedua yang terakhir hanya terdapat sedikit dalam bahan organic tanah karena senyawa tersebut mudah digunakan oleh jasad renik tanah. Turunan senyawa- senyawa tersebut sangat penting dalam tanah (karena

(44)

Selain itu, kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro dan sangat dibutuhkan tanaman. Misel humus mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang lebih besar daripada misel

lempung (3--10 kali) sehingga penyediaan hara makro dan mikro mineral lebih lama. KTK asam-asam organik dari kompos lebih tinggi dibandingkan mineral liat, namun lebih peka terhadap perubahan pH karena mempunyai sumber muatan ya n g tergantung pH (pH dependent charge). Pada nilai pH3,5, KTK liat dan C-organik sebesar 45,5 dan 199,5 me 100g-1 sedangkan pada pH 6,5 meningkat menjadi 63 dan 325,5 me100g-1. Nilai KTK mineral liat kaolinit (3—5 me100 g1), illit (30—40 me 100 g-1), montmorilonit (80—150 me100g-1), sedangkan pada asam humat (485—870 me100g-1) dan asam fulfat (1.400 me100g-1). Oleh karena itu, penambahan kompos kedalam tanah dapat meningkatkan nilai KTK tanah (Tan, 1991 dalam Setyorini et al., 2006).

Peranan bahan organic yang juga penting pada tanah ialah kemampuannya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks. Dengan demikian,ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan

penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe,dan Mn dapat diperkecil dengan adanya khelat dengan bahan organik.

Sifat biologi tanah

Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, Aaktinomisetes, bakteri,dan alga). Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah tidak hanya jutaan

(45)

mikroorganisme akan tetap terus berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman. Gas CO2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Amonifiksi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen juga meningkat karena pemberian bahan organik sebagai sumber karbon yang terkandung di dalam kompos. Aktivitas berbagai mikroorganisme di dalam kompos menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan,misalnya auksin, giberelin,dan sitokinin yang memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian makanan lebih luas (Setyorini et al., 2006).

2. Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat bobotnya, lebih segar, dan lebih enak.

(46)

Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. 2. Mengurangi volum/ukuran limbah.

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.

Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.

2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah.

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah. 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah. 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.

(47)

3. Standar Kualitas Kompos

[image:47.595.122.498.185.667.2]

Berikut ini merupakan Tabel standar kualitas kompos dalam Isroi (2008): Tabel 1. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar Air % - 50

2 Temperatur oC suhu air tanah

3 Warna kehitaman

4 Bau berbau tanah

5 Ukuran partikel mm 0,55 25

6 Kemampuanikat air % 58 -

7 pH 6,80 7,49

8 Bahan asing % * 1,5

Unsur makro

9 Bahan organik % 27 58

10 Nitrogen % 0,40 -

11 Karbon % 9,80 32

12 Phosfor (P2O5) % 0.1 -

13 C/N-rasio 10 20

14 Kalium (K2O) % 0,20 *

Unsur mikro

15 Arsen mg/kg * 13

16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3

17 Kobal (Co ) mg/kg * 34

18 Kromium (Cr) mg/kg * 210

19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100

20 Merkuri(Hg) mg/kg * 0,8

21 Nikel (Ni) mg/kg * 62

22 Timbal (Pb) mg/kg * 150

23 Selenium (Se) mg/kg * 2

24 Seng (Zn) mg/kg * 500

Unsur lain

25 Kalsium % * 25.5

26 Magnesium (Mg) % * 0.6

27 Besi (Fe ) % * 2

28 Aluminium (Al) % * 2.2

29 Mangan (Mn) % * 0.1

Bakteri

30 FecalColi MPN/gr 1000

31 Salmonellasp. MPN/4 gr 3

(48)

C. Bioaktivator

Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu sistem kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa –sisa bahan organik yang ada dalam tanah.

Bioaktivator adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu

menghancurkan bahan organik yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, bahan pakan ternak, bahan baku obat, bahan baku kosmetik, dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia (http://id.shvoong.com).

a. Alami

(49)

b. EM4

Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective microorganisme 4 yang disingkat EM-4. EM-4 pertama kali ditemukan oleh

Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Dalam EM 4 ini terdapat sekitar 80 genus mikroorganisme fermentor. Mikroorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast), dan Actinomycetes.

1. Bakteri fotosintetik merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolir yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang

menguntungkan.

2. Lactobacillus sp. Merupakan bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan karbohidrat lain yang bekerjasama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.

3. Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan.

(50)

dalam perkembangan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bacteri asam laktat.

5. Actinomycetesmerupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara

menghancurkan khitin yaitu zat esential untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi

perkembangan mikroorganisme lain.

c. M-Dec

M-Dec merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat membantu mempercepat proses pengomposan bahan organik menjadi pupuk organik yang siap diberikan untuk tanaman yang diproduksi oleh Balai Penelitian Tanah Departemen

Pertanian Bogor. Manfaat dari M-Dec yaitu dapat mempercepat proses pengomposan sisa-sisa tanaman pertanian (jerami, seresah jagung), perkebunan (tandan kosong kelapa sawit), dan hortikultura (sampah sayuran), sampah

perkotaan (kertas, daun sisa tanaman, potongan rumput), kotoran hewan, sehingga dapat segera menjadikannya bahan organik tanah yang berfungsi menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman. Keunggulan M-Dec antara lain adalah lama pengomposan dengan M-Dec 2 (dua) minggu untuk menghasilkan bokashi yang sudah matang, mengurangi imobilisasi hara, penyakit tular tanah, larva insek, biji gulma, volume bahan buangan, dan masalah lingkungan (Ginting, 2010).

(51)

1. Trichoderma sp.merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas

ascomycetes. Trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen.

2. Aspergillus sp. merupakan fungi yang mampu merombak selulosa menjadi

bahan-bahan monosakarida, alkohol, CO2, dan asam-asam organik lainnya dengan menggunakan enzim selulase (Rao, 1994).

3. Trametes sp. Berperan dalam mempercepat proses fermentasi bahan

organik.

d. Golden Harvest

Pupuk hayati Golden harvest adalah pupuk dengan bahan aktif mikroba asli Indonesia (mikroorganisme indegenous) yang ramah lingkungan. Pupuk ini bisa menyuburkan tanah secara biologi serta dilengkapi dengan hormon tumbuh biologi memacu tumbuhnya akar serabut sehingga kapasitas penyerapan hara oleh tanaman menjadi lebih optimal. Karena daya serap optimal dan hara tanah

ditingkatkan oleh mikroba yang terkandung dalam Tiens Golden Harvest, maka penggunaan pupuk ini bisa menghemat pemakaian pupuk kimia hingga 50% .

Di bawah ini adalah kandungan yang terdapat dalam Golden Harvest:

(52)

2. Azotobacter sp. yang berfungsi untuk melindungi dan menyelimuti hormon tumbuh yang terdapat dalam Tiens Golden Harvest dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.

3. Azospirillum sp. yang berfungsi sebagai penambat N ( nitrogen ) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.

4. Mikroba Selulolitik yang menghasilkan enzim selulase yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik.

5. Mikroba Pelarut Fosfat yang berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral liat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi.

6. Lactobacillius sp. yang berfungsi untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa – senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman. 7. Pseudomonas flourecent (Pengurai Pestisida) yang dapat menghasilkan enzim

(53)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, ayakan tanah, timbangan, oven, meteran, polybag, gembor, alat tulis.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Tanggamus, varietas Argomulyo,dan varietas Grobogan, pukan sapi yang dikomposkan dengan berbagai macam bioaktivator (alami, EM4, Golden Harvest, dan M-Dec), pupuk NPK 15:15:15, tanah top soil, Furadan 3G, dan pestisida.

C. Metode Penelitian

(54)

1. Tanpa bioaktivator/alami (k0)

2. BioaktivatorEM4 ½ dosis anjuran (k1)

3. Bioaktivator Golden Harvest ½ dosis anjuran (k2) 4. Bioaktivator M-dec ½ dosis anjuran (k3).

Faktor kedua yaitu varietas kedelai : 1. Tanggamus (v1)

2. Argomulyo (v2) 3. Grobogan (v3)

Kesamaan ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet. Untuk menguji kemenambahan model diuji dengan uji Tukey, apabila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam. Pengujian hipotesis diuji dengan uji perbandingan kelas.

[image:54.595.103.544.461.739.2]

Peluang untuk melakukan kesalahan jenis pertama ditentukan sebesar 1% dan 5%. Daftar perbandingan dan koefisien yang disusun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien pembanding dari pertanyaan yang disusun.

Pembanding Tanggamus Argomulyo Grobogan

Alm Em4 GH Mdec Alm Em4 GH Mdec Alm Em4 GH Mdec

P1 : Tgm Vs Sisa 1 2 2 2 2 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1

P2: Agm Vs Gbg 0 0 0 0 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1

P3: Alm Vs Bioak 3 -1 -1 -1 3 -1 -1 -1 3 -1 -1 -1

P4: Em4 Vs Sisa 2 0 2 -1 -1 0 2 -1 -1 0 2 -1 -1

P5: GH Vs MDec 0 0 1 -1 0 0 1 -1 0 0 1 -1

P6: P1 x P3 6 -2 -2 -2 -3 1 1 1 -3 1 1 1

P7: P1 x P4 0 4 -2 -2 0 -2 1 1 0 -2 1 1

P8: P1 x P5 0 0 2 -2 0 0 -1 1 0 0 -1 1

P9: P2 x P3 0 0 0 0 3 -1 -1 -1 -3 1 1 1

P10: P2 x P4 0 0 0 0 0 2 -1 -1 0 -2 1 1

P11: P2 x P5 0 0 0 0 0 0 1 -1 0 0 -1 1

Keterangan :

Tgm : Tanggamus Alm : Alami

Sisa 1 : Argomulyo dan Grobogan Bioak : Bioaktivator

Agm : Argomulyo Sisa 2 : Golden Harvest dan Mdec

(55)

Penyusunan pertanyaan dalam uji perbandingan kelas didasarkan pada perbedaan bioaktivator kompos yang digunakan (Tabel 3) dan perbedaan varietas kedelai yang digunakan (Tabel 4), serta interkasi antara jenis kompos dengan varietas.

Tabel 3. Perbedaan kandungan mikroorganisme di dalam masing-masing bioaktivator.

Jenis bioaktivator Jenis mikroorganisme

Em4

Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast), dan Actinomycetes

Golden Harvest

Azospirillium sp.; Azotobacter sp.; Mikroba pelarut P; Lactobaccillus sp.; dan Mikroba Pendegradasi Selulosa

M-Dec

[image:55.595.114.461.378.535.2]

Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp. dan Trametes

Tabel 4. Perbedaan karakteristik varietas kedelai Varietas Karakteristik

Tanggamus Varietas unggul nasional Potensi hasil 1,22 ton/ha Moderat terhadap karat daun Argomulyo Varietas introduksi dari Thailand

Potensi hasil 1,5--2 ton/ha Toleran terhadap karat daun

Grobogan varietas pemurnian lokal darai Malabar Potensi hasil 3,44 ton/ha

Beradaptasi baik pada berbagai lingkungan

D. Pelaksanaan Penelitian

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Persiapan media tanam

(56)

2. Pencampuran dengan kompos dan pupuk dasar (NPK)

Tanah yang telah diayak dan dimasukkan ke dalam polybag seberat 10 kg BKO dicampur dengan kompos. Pengaplikasian kompos hanya ditaburkan di permukaannya saja. Dosis kompos yang digunakan adalah 5ton/ha, dengan jarak tanam kedelai 50 cm x 30 cm. sehingga populasi tanaman per hektarnya ada 66667 tanaman dan diperoleh untuk masing-masing tanaman 75 gram kompos. Dosis rekomendasi untuk tanaman kedelai pada lahan kering dan kondisi kurang subur adalah 2-5 ton/ha pupuk kandang, 50-100 kg/ha urea, 65-95 kg/ha SP-36, dan 50-75 kg/ha KCl (cerianet-crew, 2008). Pada penelitian ini yang digunakan adalah pupuk majemuk (NPK 15:15:15) dengan dosis 100 kg/ha.Sehingga setiap tanaman mendapatkan 1,50 gram pupuk NPK.

Berikut ini merupakan perhitungan penggunaan kompos pukan sapi Diketahui: Luas lahan = 1ha = 10000 m2

Jarak tanam = 50x30 cm = 0,15 m2 Dosis kompos = 5 ton/ha = 5000 kg Ditanya : Kebutuhan pupuk pertanaman?

Jawab : Jumlah tanaman kedelai/ha = luas lahan/ jarak tanam

= 10000 m2 / 0,15 m2

= 66667 tanaman

Kebutuhan pupuk pertanaman = dosis kompos / jumlah tanaman

= 5000 kg / 66667

(57)

= 75 g.

Berikut ini merupakan perhitungan penggunaan pupuk dasar (NPK 15:15:15) Diketahui: Luas lahan = 1ha = 10000 m2

Jarak tanam = 50 x 30 cm = 0,15 m2 Dosis pupuk dasar = 100kg/ha = 100000g Ditanya : Kebutuhan pupuk pertanaman?

Jawab : Jumlah tanaman kedelai/ha = luas lahan/ jarak tanam

= 10000 m2 / 0,15 m2

= 66667 tanaman

Kebutuhan pupuk pertanaman= dosis pupuk dasar / jumlah tanaman

= 100000 g / 66667

= 1,5 g.

3. Penanaman benih

Sebelum ditanam, benih diseleksi, dipilih benih yang besarnya seragam dan baik secara fisik. Kemudian dicampur dengan Furadan 3G untuk

menghindari semut. Penanaman benih dilakukan pada pagi hari, dan setiap polybag ditanam dua benih. Benih ditanam ± 3cm dan ditutup dengan tanah.

Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah penanaman apabila benih tidak tumbuh.

4. Pemeliharaan

Kegiatan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan,

(58)

rutin dilakukan setiap harinya. Pemupukan hanya dilakukan pada saat tanam. Pengendalian gulma hanya yang berada di sekitar tanaman, dilakukan dengan manual. Pengendalian hama dilakukan bila sudah timbul gejala akibat

aktivitas hama. Penyulaman hanya dilakukan pada tanaman yang mati, dimulai dari 1 minggu setelah tanam (MST) sampai maksimal 3 MST.

5. Pengamatan

Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diamti setiap minggu dimulai dari 1 MSTsampai masa vegetatif maksimum (mulai muncul bunga). Pengamatan bobot berangkasan kering dan jumlah bintil akar efektif dilakukan pada saat tanaman memasuki masa vegetatif maksimal. Pengamatan jumlah polong isi per tanaman dilakukan pada saat tanaman kedelai panen. Polong yang dihitung hanya yang berisi saja. Pengamatan bobot 50 butir dan bobot biji per tanaman dilakukan pada saat kadar air biji antara 10--14 %.

E. Variabel Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Variabel yang akan diamati yaitu:

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dan

(59)

Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm) dengan menggunakan alat pengukur panjang seperti penggaris atau meteran.

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari daun yang membuka sempurna yang dilakukan dari 1 MST dan diulang tiap minggu sekali sampai keluar bunga, daun yang

membuka belum sempurna tidak dihitung.

3. Bobot berangkasan tanaman

Saat setelah pemanenan, tanaman kedelai dicabut dan diambil (dari ujung daun sampai akarnya) kemudian dimasukan kedalam kertas untuk ditimbang bobot basahnya yang kemudian akan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 800 C sampai bobotnya konstan. Setelah kering, berangkasan ditimbang dengan timbangan ohaus sensitivitas 0,1 gram.

Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

4. Jumlah bintil akar efektif

Jumlah bintil dihitung pada saat masa vegetatif maksimal, dengan cara tanaman dicabut kemudian dihitung jumlah bintil yang menempel di akar. Bintil akar yang dihitung hanya yang menempel pada akar tunggang dan berwarna merah muda saat dibelah.

5. Bobot 50 butir

(60)

dengan timbangan Ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

6. Jumlah polong isi pertanaman

Penghitungan jumlah polong dihitung dari seluruh jumlah polong isi yang dihasilkan kemudian ditimbang dengan timbanagn Ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

7. Bobot biji pertanaman

(61)

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.

dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS.Al-Baqarah:29).

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat

mereka menyerah” (Thomas Alva Edison).

(62)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya usaha agro industri yang berbahan baku kedelai. Pada awal Juli 2010, Badan Pusat Statistik memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan angka ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah ini setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional harus diimpor dari negara lain (Bataviase, 2010).

(63)

Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai adalah dengan penggunaan pupuk kompos. Pemberian pupuk hijau dan pupuk kandang seringkali sulit terlaksana, karena untuk menyediakan mereka dalam jumlah besar. Untuk mengatasi masalah itu, kompos dapat membantu pemecahannya. kompos adalah hasil proses dekomposisi materi organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) oleh mikroorganisme baik secara aerob maupun anaerob (Indriani,1999). Kompos memiliki muatan negatif dan dapat dikoagulasikan oleh kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk agregat tanah. Dengan demikian, penambahan kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga akan memperbaiki pula aerasi, drainase, kemampuan daya serap tanah terhadap air,serta berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Gaur, 1981 dalam Suryani, 2011).

(64)

Penggunaan varietas unggul sangat dianjurkan dalam usaha pengingkatan

produksitivitas kedelai. Ada berbagai macam varietas kedelai unggul di Indonesia, yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Tanggamus, Argomulyo, dan Grobogan. Ketiga varietas tersebut memiliki deskripsi yang berbeda-beda. Varietas Tanggamus merupakan varietas unggul nasional yang dibuat pada tahun 2001, potensi hasilnya mencapai 1,22 ton/ha. Varietas Argomulyo merupakan varietas unggul yang diintroduksi dari Thailand. Rataan hasilnya mencapai 1,5--2 ton/ha. Varietas Grobogan merupakan varietas unggul baru yang dilepas tahun 2008. Varietas ini merupakan varietas pemurnian lokal dari Malabar dengan rataan hasil mencapai 2,70 ton/ha. Penggunaan varietas yang dipadukan dengan pemberian kompos diharapkan mampu menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai? 2. Apakah pemberian kompos tanpa bioaktivator menghasilkan produksi kedelai

yang berbeda dibandingkan dengan pemberian kompos dengan bioaktivator? 3. Apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator

yang berbeda?

B. Tujuan Penelitian

(65)

1. Membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai yang digunakan.

2. Membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator.

3. Mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.

C. Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, maka landasan teori adalah sebagai berikut:

(66)

Menurut Djuarnani et al., (2005), peranan bahan organik bagi tanah adalah sebagai bahan pembenah tanah, yaitu membenahi sifat fisik, biologi, dan sifat kimia tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan dan mempunyai porositas yang baik. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi bagi mikroba tanah. Sehingga dengan pemberian bahan organik akan mampu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba tanah.

Pukan sapi merupakan salah satu sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan. Namun, penggunaan pukan sapi sebagai bahan organik perlu diperhatikan.

Karena pukan sapi memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga bahan tersebut sulit terurai. Untuk dapat diberikan ke tanaman, pukan sapi harus

dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik yang terjadi secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi (Isroi, 2008).

Menurut Isroi (2008), dalam rangka mempercepat proses pengomposan perlu diterapakan strategi yang tepat. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, Aktinomicetes, maupun

kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar bioaktivator

(67)

Bioaktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektive

mikroorganisme-4(EM4), M-dec, dan Golden Harvest. Mikroba yang terkandung

dalam EM4 adalah Lactobacillus (bakteri asam laktat) serta sedikit bakteri

fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp. (jamur fermentasi), dan ragi. M-dec mengandung mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp. dan Trametes (Musanmar, 2008). Sedangkan Golden harvest mengandung Azospirillium sp., Azotobacter sp., mikroba pelarut P; Lactobaccillus sp., dan

mikroba pendegradasi selulosa. Semua mikroba yang terkandung di dalamnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mempercepat dekomposisi bahan organik. Apabila pengomposan dilakukan secara alami (tanpa bioaktivator tambahan) maka akan memerlukan waktu berbulan-bulan dan hasilnya tidak seperti kompos yang diberi bioaktivator tambahan.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

(68)

perkembangan organisme tanah. Sifat kimia, seperti meningkatkan KTK tanah, meningkatkan kandungan humus tanah, dan meningkatkan suplai unsur hara makro maupun mikro.

Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering.Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba di dalam tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Untuk mendapatkan kualitas kompos yang baik perlu ditambahkan bioaktivator buatan. Bioaktivator ini mengandung berbagai mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Setiap bioaktivator memiliki kandungan mikroba yang berbeda,

sehingga kualitas kompos akan berbeda pada setip penggunaan jenis bioaktivator yang berbeda. Pada umumnya mikroba-mikroba ini memiliki peranan yang sama yaitumenguraikan bahan organik dan meningkatkan penyerapan unsur hara oleh tanaman serta sebagai penyuplai unsur hara. Sehingga terjadi optimalisasi dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman.

Penyerapan unsur hara yang optimal akan mempengaruhi fisiologi tanaman, dengan meningkatnya kandungan unsur hara di dalam tanaman, senyawa organik yang disintesis oleh tanaman meningkat juga. Hasil sintesis ini antara lain dalam bentuk pati, protein, dan lipid. Produk asimilat ini dimanfaatkan oleh tanamaan untuk proses pembelahan sel di seluruh jaringan tanaman, penambahan ukuran sel, meningkatnya pasokan bahan organik pada sel tersebut, dan penggantian sel-sel yang rusak.

(69)

kering meningkat sebagai akibat dari akumulasi bahan organik pada jaringan tanaman tersebut. Meningkatnya tinggi tanaman menghasilkan jumlah cabang yang lebih banyak dan jumlah daun yang lebih banyak, sehingga fotosintesis dan proses metabolisme lainya juga meningkat yang menghasilkan semakin

banyaknya jumlah bunga. Kemudian, meningkatnya asimilat pada bunga akan mengurangi terjadinya kerontokan dan proses pembelahan sel berlangsung aktif. Dengan meningkatnya jumlah bunga dan pasokan asimilat, maka jumlah polong yang dihasilkan semakin banyak.

Pertambahan pasokan asimilat juga akan meningkatkan ukuran-ukuran biji. Semakin tinggi asimilat yang ditranslokasikan ke biji maka akan lebih banyak kandungan unsur hara dan jumlah polong isi yang dihasilkan. Dengan

bertambahnya ukuran biji dan jumlah polong yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi produksinya.

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Kedelai varietas Grobogan menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan varietas Argomulyo dan Tanggamus.

2. Kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan kedelai yang diberi kompos alami.

(70)

Judul Skripsi : PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA

PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L] Merr).

Nama Mahasiswa : Andi Triyanto

NPM : 0714011004

Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yafizham, M.S. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S.

NIP 196001011987031006 NIP 196209281987031001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

(71)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Yafizham, M.S. _______________

Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M. S. _______________

Penguji : Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si. ________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001

(72)
(73)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosari pada tanggal 28 Agustus 1989, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm).

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Wonodadi pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo Tanggamus. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gadingrejo Tanggamus pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada program studi Agroteknologi.

Selama dibangku kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan Pesantren

(74)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang tel

Gambar

Tabel 15—39 ……………………………………………………………...  58—73
Tabel 15—39 ……………………………………………………………...  58—73
Tabel 1. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
Tabel 2. Koefisien pembanding dari pertanyaan yang disusun.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro-Biro dan Pusat-Pusat di Sekretariat Jenderal Kecuali Pusat K3,

Catatan : Form Ini Digunakan Pada Setiap Penyerahan Jilid Proposal Dan Jilid Laporan Kerja Praktik Dan Tugas Akhir Dan Segera Dikembalikan Ke Bapendik Sebagai Syarat

Ministry of Agrarian Affairs/National Land Board, Ministry of Environment and Forestry, accreditation and certification auditing bodies, private sector, relevant district

Kurikulum harus memuat capaian pembelajaran mengacu pada standar kompetensi NERS spesialis terkait (dengan capaian pembelajaran tahap akademik dari program magister

Counting Board (gambar kiri) alat yang dibuat sekitar tiga ribu tahun yang lalu ini, diang-gap sebagai dasar dalam perkembangan ca-ra menghitung, tiap kolom papan mewakili posisi

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul, “SUBSTITUSI ISOLAT PROTEIN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) SEBAGAI PENGGANTI KUNING TELUR PADA

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI : JL.TUGUREJO SEMARANG. SUMBER DANA : APBD TAHUN ANGGARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien post stroke dalam menjalani fisioterapi di RSUP H.Adam Malik Medan dengan