• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI DI KOTA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI DI KOTA METRO"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI

DI KOTA METRO

(Skripsi)

Oleh

TRI LEGO INDAH F N

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013

(2)

DAN KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI

DI KOTA METRO

Oleh

TRI LEGO INDAH F N

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI DI KOTA METRO

Nama Mahasiswa : Tri Lego Indah F N Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022053 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd Drs. Nengah Maharta, M.Si NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19551213 198303 1 023

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Drs. Nengah Maharta, M.Si

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Tri Lego Indah F N

NPM : 0853022053

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Bumi Manti Gang M.Said No.25 B. Kampung Baru, Bandarlampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, 08 Januari 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Banyak, pada tanggal 30 April 1990. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sarikin dan Ibu Siti Juariah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri 1 Setia Bakti, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Way Seputih hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

(7)

PERSEMBAHAN

penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasih penulis yang tulus kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda

serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan untuk keberhasilan penulis.

2. My beloved brothers and sister(mas Irham, mbak Ita, mas Eko), yang selalu memberikan lecutan semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Segenap keluarga di Rumah Asa Keluarga Maya, Komunitas Kepenulisan Yayasan Cendol Universal Nikko; rumah kedua yang banyak memberikan motivasi dan inspirasi untuk penulis mampumove onhingga

(8)

MOTTO

(Pramoedya Ananta Toer)

untuk menyapa suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas

ditimbang-(Seno Gumira Ajidarma)

erbuat kebaikan tak perlu menunggu momentum, tapi ciptakan momentum untuk selalu berbuat kebaikan

(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I yang banyak memberikan motivasi.

5. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, dan masukan yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan membangun. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak ST. Riyanto Suwarno, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 4 Metro, yang sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

(10)

10. Bapak Budi Hernawan, S.Si yang berkenan menjadi guru mitra selama penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Metro.

11. Ibu Muslimah, S.Pd, guru mitra yang nyaman selama penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Metro.

12.

malamnya.

13.My lovely brother and sister(mas Irham dan mbak Ita)thanks for all.

14. Keluarga besar FIBER (Fisika Bersatu). Terkhusus teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika 2008: Ayu Noviana;thanks a lotuntuk semua

bantuannya,sharringnya dan saling semangatnya untuk bisa wisuda bareng. Nduk Noviana Siti, Eva Ronica Maduma, Selly Monalisa, Eko Meinanto yang saling berbagi semangat untuk menggarap skripsi. Juga untuk Idel, Andrey, Yuniar, Khusnul, Tutik, Eka, Arief Puja, Nduk Ike, Liyan, Chika, Rofa, Intan, Kang Larno, Ewo, Dewi Kusuma, Dewi Ratna, Nurul, Meita, Mayang, Wina, Theo, Tina, Uji, Iyoh, Desni, Jean, Marfiana, Hamidah, Septa, Fharia, Johan, Arif H, Bayu, Resti, Fadil, Fitri, Yeni, Putu, Dian, Evayanti, Nining, Eming, Elly, Sinka, Tresna, dan seluruh angkatan 2008.

15.For my beloved friends of my boarding house; Wayan, Wulan, Mbak Wiwin, Yuli, Ajeng Thephilo, mbak Wid, Mbak Fatma, Novi, and Erma.

Kebersamaan yang terpotret dalammemoryyang tak pernah terlupakan. 16. Keluarga maya yang tak lelah memberikan suntikan semangat; mak Yully, om

Adi, dek Mila, kak Yuda Kang Cem

(11)

17. Rekan-rekan komunitas kepenulisan; Cerita Nulis DiskusiOnLine(Cendol) dari Aceh sampai Hongkong, teruntuk founderyayasan Cendol; pak Mayoko Aiko, ketua yayasan Cendol; mas Donatus A. Nugroho, penasehat yayasan Cendol; mas Agus Linduaji-terimakasih motivasinya untuk saya bisa segera lulus. Juga teman-teman diLeutika Reading Society,Rumah Asa Keluarga Maya,Hirawling Kingdom, terima kasih sudah menjadi tempat yang nyaman untuk disinggahi. Bayu Hidayat- patneryang baik diAG

Publishing. Bang Alexander Seluruh rekan redaktur di C-MAGZ; KSLMagazine, Lampung Muda, serta semua pihak yang telah

dan mensupportterselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 08 Januari 2013 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis A. Media Pembelajaran Berbasis TIK ... 5

B. Pengertian dan ManfaatBilingual... 12

C. Sekolah Bertaraf Internasional ... 17

D. Hasil Belajar ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 29

2.3 Hipotesis... 32

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

3.2 Populasi Penelitian ... 33

3.3 Sampel Penelitian... 33

3.4 Desain Penelitian ... 34

3.5 Variabel Penelitian ... 35

(13)

3.7 Analisis Instrumen... 35

A. Uji Validitas... 35

B. Uji Reliabilitas... 36

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 38

A. Analisis Data ... 38

B. Pengujian Hipotesis ... 39

1) Uji Normalitas... 39

2) Uji Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 59

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Silabus ... 68

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 81

3 Media TIK menggunakanPower PointBahasa Indonesia... 129

4 Media TIK menggunakanPower PointBahasa Inggris... 152

5 Kisi-Kisi Produk ... 172

6 Lembar Diskusi Kelompok ... 180

7 SoalPretestmenggunakan Bahasa Indonesia ... 182

8 SoalPretestmenggunakan Bahasa Inggris ... 186

9 SoalPosttestmenggunakan Bahasa Indonesia ... 190

10 SoalPost testmenggunakan Bahasa Inggris ... 194

11 Kunci Jawaban SoalPretestdanPosttestserta Rubrikasinya... 198

(14)

13 Lembar Penilaian (LP2): Proses ... 200

14 Lembar Penilaian (LP3): Psikomotor ... 201

15 Lembar Penilaian (LP4): Pengamatan Perilaku Berkarakter ... 202

16 Lembar Penilaian (LP5): Keterampilan Sosial ... 203

17 Data Hasil Belajar ... 214

18 Hasil Uji Instrumen Soal ... 216

19 Hasil Uji Validitas Soal ... 217

20 Hasil Reliabilitas Soal ... 221

21 Hasil Uji Normalitas ... 222

22 Hasil UjiIndependent Sample t-Test ... 223

DAFTAR TABEL

(15)

4.1. Hasil Uji Validitas Soal... 53

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Soal... 54

4.3. Perolehan SkorGainHasil Belajar ... 55

4.4. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI (TIK) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS PADA SMP RSBI

DI KOTA METRO

Oleh

TRI LEGO INDAH F N

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP RSBI di kota Metro, diperoleh informasi nilai hasil belajar yang kurang dari KKM yang menjadi standar sekolah RSBI, yaitu 78 di SMP Negeri 4 Metro, dan 80 di SMP Negeri 1 Metro. Dugaan sementara hal tersebut dikarenakan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan dalam pembelajaran, tak terkecuali pembelajaran IPA Fisika. Penelitian ini membandingkan hasil belajar siswa menggunakan media TIK bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa menggunakan media TIK bahasa Indonesia dan bahasa Inggris pada SMP RSBI di Kota Metro.

(18)

Tri Lego Indah F N

ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design.

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang menggunakan media TIK bahasa Indonesia dengan yang menggunakan media TIK bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa dan N-Gain pada kelas yang menggunakan media TIK bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan dengan kelas yang menggunakan media TIK bahasa Inggris. Dengan rerata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen I sebesar 81, 46 (di SMP Negeri 4 Metro), dan 82, 29 (di SMP Negeri 1 Metro) sedangkan pada kelas eksperimen 2 sebesar 76, 88 (di SMP Negeri 4 Metro) dan 77, 29 (di SMP Negeri 1 Metro), serta rerata N-Gain sebesar 0,76 dan 0,71 di kelas eksperimen 1, dan rerata N-Gainsebesar 0,60 dan 0,69 di kelas eksperimen 2.

(19)

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1. Hasil Uji Validitas Soal... 53

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 54

4.3. Perolehan SkorGainHasil Belajar ... 55

4.4. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 56

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih dan mendidik siswa agar memiliki kecakapan ilmiah dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

Berdasarkan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah berusaha melaksanakan kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan tersebut. Namun, ketercapaian tujuan tersebut tidak terlepas dari berbagai macam masalah. Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima dan memahami materi yang diberikan oleh guru. Terutama di kelas yang sudah menjadi rintisan sekolah berstandar internasional atau lazim kita kenal dengan RSBI.

(22)

2

mempengaruhi hasil belajar IPA Fisika ini adalah bahasa. Baik kemampuan bahasa yang dimiliki guru maupun kemampuan bahasa yang dimiliki oleh siswa.

Dari hasil observasi di SMP RSBI di kota Metro yaitu di SMP Negeri 4 Metro, dan SMP Negeri 1 Metro, pada pelaksanaan pembelajaran guru selalu membuka pelajaran dengan bahasa Inggris. Namun, ketika menjelaskan pelajaran bahasa yang digunakan tidak semuanya berbahasa Inggris. Hal ini dikarenakan, adanya kekhawatiran siswa tidak mampu menangkap pelajaran. Setelah menjelaskan dalam bahasa Inggris, guru pun akan bertanya kepada siswa dengan bahasa Inggris. Namun, jika siswa tidak merespon maka guru akan membahasakan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris tidak hanya digunakan ketika guru menjelaskan pelajaran dan ketika guru bertanya kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan, namun guru juga memberikan latihan, baik berupa latihan soal maupun lembar kerja siswa menggunakan bahasa Inggris.

(23)

3

Inggris sehingga dirasa mempersulit pemahaman siswa menyerap pelajaran fisika.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilaksanakan penelitian dengan judul Perbandingan Hasil Belajar IPA Materi Fisika Menggunakan Media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa

menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada SMP RSBI di Kota Metro?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada SMP RSBI di Kota Metro.

1.4 Manfaat Penelitian

(24)

4

Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi fisika siswa pada kelas RSBI di Kota Metro.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Materi pokok Suhu dan Pengukurannya.

2. Media ajar menggunakan media TIK bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan menggunakanslide Power Point.

3. Hasil belajar berupa bukti kemampuan atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar dibatasi hanya pada aspek kognitif.

(25)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

A. Media Pembelajaran Berbasis TIK

Dalam proses pembelajaran kita membutuhkan alat bantu yang dapat mempermudah proses pembelajaran. Alat bantu tersebut sering kita sebut dengan media. Djamarah dan Zain (2006: 120) menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa LatinMediusdan merupakan bentuk jamak dari kataMedium,yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. SedangkanNational Education Association (NEA)dalam Sadiman

(2009: 7) mendefinisik -bentuk

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung

keberhasilan proses belajar mengajar. Komputer termasuk salah satu media pembelajaran. Pengunaan komputer dalam pembelajaran merupakan aplikasi teknologi dalam pendidikan. Pada dasarnya teknologi dapat menunjang proses pencapaian tujuan pendidikan.

(26)

6 pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran berbasis TIK, khususnya menggunakan

presentasiPowerpoint dapat meningkatkan motivasi anak didik untuk maju. Media TIK yang mempunyai kreatifitas yang tinggi dapat berpengaruh bagi perkembangan di kehidupan mereka kelak. (Anonim, 2007).

Pemanfaatan teknologi dalam proses pengembangan mutu pendidikan sangat mempengaruhi model pembelajaran. Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993dalamRiyana, 2008).

Proses belajar mengajar seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam proses belajar mengajar.

(27)

7 menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan

multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya.

Menurut Bambang (2007), Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Iklim inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna.

Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer danLCD Proyektor.

TIK bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi darihardwaredansoftware.Ada hal penting yang harus

(28)

8 menggunakan sebuah komputer/laptop danLCDproyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film,sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan

memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan untuk presentasi adalah MicrosoftPowerpoint.

Microsoft Powerpointmerupakan aplikasi yang disiapkan olehMicrosoft Corporationuntuk melakukan presentasi di depan publik yang terbatas. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur dan menu yang lengkap sehingga sebuah presentasi dapat dibuat semenarik dan seatraktif mungkin.

Dalam prakteknya di kelas, pemanfaatan aplikasipowerpointmembutuhkan dukungan perangkat keras(hardware) yaitu satu unit komputerportableyaitu laptop danin-focusyang berfungsi sebagaiwide-screen. Dengan tersedianya aplikasi ini di pasaran, guru dapat memanfaatkan aplikasipowerpointuntuk kepentingan presentasi di kelas.

Kegiatan pembelajaran akan sangat menarik dan menyenangkan di mata siswa, karena guru dalam presentasinya dapat menyisipkan suara tertentu atau bahkan lagu, gambar lucu ataupun animasi yang menarik sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan di kelas. Denganpowerpointtelah terjadi revolusi cara mengajar guru, jika selama ini kelas dianggap siswa sebagai

(29)

9

Pemanfaatan aplikasi powerpoint sebagai technology based education dan multimedia learning secara bertahap sejatinya mulai diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Powerpoint sebagai software presentasi ternyata sangat membantu guru dalam memancing minat dan motivasi siswa untuk belajar. Selain itu, suasana kelas menjadi aktif dan siswa merasa senang dengan presentasi yang ditampilkan guru. Dengan powerpoint guru menjadi leluasa untuk berimprovisasi merencanakan pembelajaran yang atraktif karena fasilitas yang ada pada aplikasipowerpoint sangat lengkap untuk membuat presentasi yang tidak membosankan. Selain itu, guru memiliki banyak pilihan menampilkan kegiatan pembelajaran sekreatif mungkin untuk kepentingan belajar siswa.

Di antara fitur yang tersedia dalam microsoft powerpoint yang dapat digunakan oleh guru dalam membuat presentasi pembelajaran adalah:

(1).Variasibackground

(2).Variasi teks, warna dan grafik (3).Menggabungkan file;

(4).Hyperlink (5).Navigasi

(6).Insert picture, video dan audio (7).Variasi animasi

(8).Insert flash.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuat presentasi pembelajaran dengan menggunakanmicrosoft powerpointadalah:

(1).Aspek Pembelajaran:

(30)

10 (b).Pemilihan topik harus sesuai dengan kurikulum

(c). Adanya konsistensi antara materi dan tujuan pembelajaran. (d).Aktualitas (sesuai dengan perkembangan mutakhir).

(e). Adanya kejelasan pesan yang membantu mempermudah memahami konsep dan memperjelas pemahaman.

(f). Pemberian contoh untuk membantu penjelasan

(g).Pemilihan KD yang divisualkan terutama yang bersipat verbal. (2).Aspek Teknis:

(a). Suara (audio) digunakan untuk memperjelas konsep dan mencairkan suasana kelas.

(b).Tampilan layar presentasi seperti warna dan tata letak harus memperjelas ilustrasi.

(c). Teks harus memperhatikan jenis font, ukuran dan warna. (d).Movie dan animasi untuk memperjelas pesan.

(e). Navigasi perlu memperhatikan penempatan navigasi dan bentuknya yang mudah menarik perhatian.

(f). Efisiensi dengan memperhatikan waktu, tenaga dan biaya.

(Isroi, 2008).

Hasil penelitian Amin (2009), melaporkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan menggunakan media

pembelajaran berbasis TIK dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa

(31)

11 Penggunaan TIK sebagai media belajar dianggap perlu dilakukan melihat dari berbagai aspek. Materi pembelajaran akan menjadi mudah terpahami karena adanya visualisasi, simulasi, interaktif, dan multimedia sehingga menimbulkan kekuatanHypertextdibanding dengan buku. TIK memudahkan peserta didik untuk memilih, mensintesa dan mengelaborasi serta mengakomodasi siswa yang lamban belajar, meningkatkan retensi atau daya ingat siswa, mengatasi

keterbatasan ruang, waktu dan tenaga. Secara relevan TIK dapat menimbulkan gairah belajar dan memungkinkan siswa belajar secara mandiri, sesuai bakat, kemampuanvisual,auditori, dankinestiknyasehingga penyampaian pesan

pembelajaran menjadi lebih terstandar, menarik, dan interaktif dalam menerapkan teori belajar. Hasil penelitian di US bahwa proses belajar mengajar yang dibantu alat peraga meningkatkan efesiensi 47%, dibantu TIK meningkatkan efesiensi 93% (Adhie, 2007).

Pembelajaran memanfaatkan fenomena alam di lingkungan sekitar siswa dilanjutkan dengan memanfaatkan TIK untuk menambah informasi dan

memvisualisasikan proses-proses alam yang kompleks agar mudah difahami siswa (Depdiknas, 2007:1).

Pada panduan proses pembelajaran IPA diketahui bahwa pelaksanaan

pembelajaran IPA, termasuk di dalamnya mata pelajaran Fisika di SBI sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan bahasa inggris.

(32)

12 3. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berfikir, bersikap dan berkerja

secara ilmiah.

4. Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

5. Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.

6. Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif dan psikomotorik) IPA.

7. Melaksanakan pembelajaran IPA berbasis TIK (Depdiknas, 2007).

B. Pengertian dan ManfaatBilingual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:151) pengertianbilingual adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan

bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.Bilingualyang dipergunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Baker (2001) mengatakan kemampuan bilingualbukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa, akan tetapi juga mempunyai konsekuensi pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya.

keuntungan lain dalam berkomunikasi secarabilingualadalah ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa dapat mengakses dua literatur, memahami tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan bertindak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Itta The di kelompok bermain TKK 6 BPK Penabur tentang penggunaanbilingualini menunjukkan komponen

(33)

13 anak juga dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan orangtua, guru, sanak keluarga lain, dannative speaker.

Komponen kemampuan mengenal budaya menunjukan hasil sebesar 57%, para ibu berpendapat bahwa terhadap kemampuan mengenal budaya cukup baik. Anak dapat menyanyikan lagu kanak-kanak baik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, mengucap syair, dan mengerti film kartun dalam bahasa Inggris. Komponen kemampuan perkembangan kognitif menunjukkan hasil sebesar 74%. Persentase ini menunjukkan kemampuan anak mengerti dan berbicara secara langsung dengan bahasa Inggris cukup baik dan cukup kritis bila ada yang ditanyakan. Komponen mengembangkan kepribadian menunjukkan hasil sebesar 86%. Persentase ini menunjukkan

anaknya. Mereka memiliki rasa percaya diri, mandiri dan memiliki keberanian saat berbicara dengan guru kelas dannative speaker.

Komponen manfaat peningkatan prestasi pendidikan menunjukkan hasil sebesar 94%, setelah belajarbilingualanak dapat mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris, dan memperoleh kata-kata baru untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Hasil seperti inilah yang diharapkan dalam

penerapanbilingualdalam pembelajaran.

(34)

14 dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan. Perlu diketahui bahwa program semacam ini disebut juga program imersi. Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa Inggris dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan. Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh pencapaian yang agak rendah dalam aspek lainnya.

Penguasaan bahasa lulusan/siswa dalam bahasa Inggris jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan/siswa yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan ucapan. Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang, maka perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata seperti:

1. Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung. 2. PenyelenggaraanBridging Coursebahasa Inggris.

3. PenyediaanSelf-Access Learning Centre.

(35)

15 Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam Bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional.Focus on languagesangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan Bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli Bahasa Inggris.

Contoh model pembelajaran:

1. Terpisah (parallel): perkembangan bahasa siswa difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang diikuti siswa di sekolah.

(36)

16 Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki pengetahuan kebahasaan yang terbatas danteam-teachingantara guru Bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam model ini pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan

pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya. Model ini agak mahal dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa Inggris).

2. Terpadu (integrated): perkembangan bahasa siswa difasilitasi secara terpadu dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris. Artinya, siswa menerima materiEnglish for Mathematics and Sciencebersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris.

Model ini cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi (Depdiknas, 2004).

B. Sekolah Bertaraf Internasional

Sekolah bertaraf internasional (SBI) adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan mutu internasional. Kualitas internasional merupakan kelebihan dari kualitas nasional (SNP), baik berupa penguatan,

pendalaman, pengayaan, perluasan maupun penambahan terhadap SNP.

(37)

17 beberapa pengertian penting yang berkaitan dengan sistem

penyelenggaraan/pelaksanaan SBI, di antaranya sebagai berikut:

a. SMP Bertaraf Internasional (SMP-BI)

SMP-BI adalah SMP yang telah memenuhi indikator kinerja kunci minimal dan indikator kinerja kunci tambahan atau memenuhi standar nasional pendidikan plus ciri-ciri keinternasionalan dari delapan standar nasional pendidikan.

b. Rintisan SMP-BI

Rintisan SMP-BI adalah sekolah SMP yang menyelenggarakan

pendidikan bertaraf internasional, yang baru sampai pada tahap atau fase pengembangan/peningkatan kapasitas/kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah untuk memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM). IKKM dalam SBI diantaranya meliputi unsur-unsur pendidikan yaitu akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan pendidikan. Selain itu perlu adanya indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Rintisan SMP-BI ini dapat dibina secara langsung oleh pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMP) bersama dengan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) atau dibina oleh pemerintah daerah (Depdiknas, 2007).

(38)

18 Pendampingan Tahun I

Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain:

1. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SBI.

2. Duapuluh persen pembelajaran mata pelajaran dilakukan secarabilingual. 3. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi

perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.

4. Duapuluh persen pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan atau berbasis TIK.

5. Intensitas pendampingan (in house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.

6. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa(student centered).

7. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem based intruction).

Pendampingan Tahun II

Pada tahun II sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain:

1. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SBI.

(39)

19 3. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.

4. Limapuluh persen pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan atau berbasis TIK.

5. Intensitas pendampingan (in house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.

6. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa(student centered).

7. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem based instruction).

Pendampingan Tahun III

Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain: 1. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar

proses SBI.

2. Seratus persen pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual.

3. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.

(40)

20 5. Intensitas pendampingan (in house training) oleh tenaga ahli (dosen)

dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.

6. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa(student centered).

7. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem based intruction).

Pada tahap ini sekolah telah mempunyai perangkat pembelajaran sesuai dengan standar proses yang telah dikembangkan. (Depdiknas, 2008: 27).

Ketujuh item di atas adalah pelaksanaan pembelajaran IPA di SBI. Fisika, sebagai salah satu bagian dari IPA itu sendiri haruslah mengacu pada tujuh item tersebut. maka sudah sepatutnyalah, di sekolah rintisan bertaraf

internasional dengan formulasi SNP + X, dengan X yang telah disebutkan di atas. Untuk pelajaran IPA Fisika, komponen X (dalam hal ini TIK dan bilingual) dimaksudkan agar dapat mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran IPA Fisika yang diinginkan oleh Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (PLP) bahwa tujuan dari pembelajaran IPA Fisika

tersebut adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam IPA Fisika sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut;

menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi; meningkatkan penguasaan IPA Fisika dalam bahasa Inggris sesuai dengan perkembangan internasional; meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang IPA Fisika sebagai ilmu dasar bagi

(41)

21 bio dan energi); dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam bahasa Inggris, artinya siswa memiliki kemahiran bahasa Inggris yang baik (Depdiknas, 2004: 3).

C. Hasil Belajar

Menurut Sanjaya (2009) belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan materi pelajaran dan kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri(self regulated).Lebih lanjut Sanjaya menjelaskan bahwa belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Tinggi rendahnya hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mujiono (2009), evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar, Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan suatu pembelajaran.

(42)

22 sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk

penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswa diperoleh setelah

berakhirnya proses pembelajaran. Hamalik (2009: 159) menyatakan bahwa: Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Sukardi (2008: 2): Hasil belajar merupakan pencapaian

(43)

23 Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes maupun non tes dilakukan.Untuk mengukur hasil belajar biasanya guru melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara memberikan tes pada akhir pembelajaran seperti tes akhir, tes formatif, tes sumatif yang dapat menunjukkan sejauh mana penguasaan siswa tehadap suatu materi tersebut.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Asyhar (2011: 8): Hasil belajar juga dilihat dari proses interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.

(44)

24 Masih menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:

4-adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan siswa tampak pada evaluasi hasil belajar siswa, hasil belajar diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)

(45)

25 kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, Menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai. 3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

Sementara itu, menurut Lester dalam Sagala (2007: 1) berpendapat bahwa:

Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.

(46)

26

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing-masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang

dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi

kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar. b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

(47)

27 a) Cognitive:Knowledge(pengetahuan, ingatan),comprehension

(pemahaman, menjelaskan,meringkas),analysis(menguraikan, menentukan hubungan),synthesis(mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru),evaluation(menilai), application(menerapkan).

b)Affective:Receiving(sikap menerima),responding(member respon),Valuing(menilai),organization(organisasi), characterization(karakterisasi).

c) Psychomotor:initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Dalam penelitian ini, dari tiga aspek yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

Diakhir suatu proses pembelajaran, siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

(48)

28 Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi

organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan jelas bahwa suatu

pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal ini berarti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pokok-pokok bahasan yang dipelajari oleh siswa dalam beberapa materi pelajaran di sekolah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Mata pelajaran sains, terlebih IPA Fisika, selama ini masih menjadi pelajaran yang hanya disukai beberapa siswa saja. Jadi penyampaiannya harus didesain semenarik mungkin, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran berbasis TIK yang ditampilkan melaluipower point presentation.

Pembelajaran memanfaatkan fenomena alam di lingkungan sekitar siswa dilanjutkan dengan memanfaatkan TIK dapat menambah informasi dan bisa memvisualisasikan proses-proses alam yang kompleks agar mudah dipahami siswa.

(49)

29 satu faktor yang cukup besar mempengaruhi hasil belajar fisika ini adalah bahasa.

Berdasarkan analisis data dan pendapat-pendapat yang mendukung, maka dapat terlihat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media TIK bahasa Indonesia dan media TIK bahasa Inggris. Hal ini terlihat dari data kuantitatif yang menunjukkan pembelajaran menggunakan media TIK bahasa Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media TIK bahasa Inggris.

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar pada masing-masing kelas eksperimen terkait proses pembelajaran dari kedua kelas tersebut. Secara keseluruhan proses pembelajaran dari kedua kelas eksperimen berbeda, yang membedakan adalah proses berlangsungnya, dimana kelas eksperimen 1 menggunakan media TIK bahasa Indonesia dan kelas eksperimen 2 menggunakan media TIK bahasa Inggris. Perbedaan mendasar yang menjadi faktor utama yang menyebabkan rata-rata hasil belajar dengan media TIK bahasa Indonesia lebih tinggi daripada media TIK bahasa Inggris karena menggunakan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari oleh siswa.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media TIK bahasa Indonesia (X1) dan media TIK bahasa Inggris (X2), sedangkan variabel

terikatnya adalah hasil belajar siswa yang menggunakan media TIK

(50)

30 menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dengan media TIK berbahasa Inggris. Diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

X1= Media TIK bahasa Indonesia

X2= Media TIK bahasa Inggris

Y1= Hasil belajar menggunakan media TIK bahasa Indonesia

Y2= Hasil belajar menggunakan media TIK bahasa Inggris

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang

menggunakan Media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

2. Hipotesis Kedua

1

H : Rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang menggunakan

media TIK Bahasa Indonesia lebih baik dari yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

X1 Y1

X2 Y2

(51)

33

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di SMP Negeri 4 Metro dan SMP Negeri 1 Metro di Kota Metro.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro dan SMP Negeri 1 Metro pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.3 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purpossive Sampling.Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:124). Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih dua kelas sebagai sampel adalah dengan melihat prestasi belajar fisika siswa pada uji blok satu. Berdasarkan rata-rata prestasi siswa di SMP Negeri 1 Metro, siswa

pada kelasVII dan VII memiliki prestasi yang lebih baik sehingga

ditetapkan sebagai sampel. Sedangkan di SMP Negeri 4 Metro diperoleh sampelnya yaitu kelas VII A sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen 2.

(52)

34

Keterangan: 1

O : nilaipretest 2

O : nilaiposttest 1

X : Pembelajaran IPA materi fisika menggunakan media TIK bahasa Indonesia

2

X : Pembelajaran IPA materi fisika menggunakan media TIK bahasa Inggris

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Designdengan tipeOne-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapatpretestsebelum diberi perlakuan danposttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat diperlihatkan pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Desain eksperimenOne-Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2011: 110)

3.5 Variabel Penelitian

O1 X1 O2

(53)

35 Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media TIK Bahasa Indonesia (X1) dan media TIK Bahasa Inggris (X2), sedangkan variabel

terikatnya adalah hasil belajar menggunakan media TIK Bahasa Indonesia (Y1)

dan hasil belajar menggunakan media TIK Bahasa Inggris (Y2) .

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal tes berbentuk pilihan jamak. Tes ini digunakan pada saatpretestdanposttestdengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal.

3.7 Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

A. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

(54)

36

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

(Arikunto, 2010: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan j

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Kriteria pengujian ini didasarkan pada pendapat Sugiyono (2011: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

B. Uji Reliabilitas

(55)

37 Rumusalphatersebut yaitu:

=

1 1

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

n = banyaknya item angket

(Arikunto, 2010: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas,

dengan kriteria sebagai berikut.

1. antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi 2. antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

3. antara 0,400 sampai dengan 0,600 : sedang 4. antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

5. antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

(Arikunto, 2010:75)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

(56)

38

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung dan hasilpretestdanposttest.

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

A. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi.N-gaindiperoleh dari pengurangan skorposttest dengan skorpretestdibagi oleh skor maksimum dikurang skorpretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:

Keterangan:

g = N gain

post

S = Skorposttest

pre

S = Skorpretest max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain< 0,7 Rendah :N-gain< 0,3

(57)

39 Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skorpretest danposttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran IPA materi fisika menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

B. Pengujian Hipotesis 1) Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistiknon-parametrik

Kolmogorov-Smirnov.

Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

(58)

40 Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1. Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test). Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika

siswa yang menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa

yang menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

O

(59)

41

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

O

H ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang

menggunakan media TIK Bahasa Indonesia sama atau tidak lebih baik dari yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

1

H : Rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang

menggunakan media TIK Bahasa Indonesia lebih baik dari yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)

n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Kriteria pengujian

O

(60)

42

O

H ditolak jika-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak. Pengujian ini didasarkan pada pendapat Priyatno (2010:32-42)

2. Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan menggunakan UjiMann-Whitney.

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA Materi fisika

siswa yang menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dengan yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa

(61)

43

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang

menggunakan media TIK Bahasa Indonesia sama atau tidak lebih baik dari yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

1

H : Rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang

menggunakan media TIK Bahasa Indonesia lebih baik dari yang menggunakan media TIK Bahasa Inggris.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

(62)

56

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rataN-Gainhasil belajar ranah kognitif masing-masing kelas yang telah dilakukan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis TIK Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Diperoleh hasil analisis bahwa ada perbedaan hasil belajar antara kedua kelas eksperimen yaitu yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dengan pembelajaran yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris. Rata-rataN-Gainhasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen yang menggunakan media TIK berbahasa

Indonesia lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen dengan media TIK berbahasa Indonesia lebih mudah diterima, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia. Sedangkan pada kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris, siswa agak kesulitan memahami, karena menggunakan bahasa Inggris.

Adapun perolehan hasil uji normalitas rata-rata hasil belajar di kedua kelas eksperimen, disajikan dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Hasil Belajar

No Parameter

SMP Negeri 1 Metro SMP Negeri 4 Metro

Eksperimen

3. Nilai Tertinggi 95 95 90 90

4. Nilai Terendah 70 65 70 60

5. Asymp. Sig (2-tailed) 0,265 0,645 0,329 0,444

(63)

57

atau tidak. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa data skor hasil belajar pada kelas eksperimen 1 di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 4 Metro memiliki distribusi normal, dimana nilai Asymp. Sig. (2-tailed)lebih dari 0,05 yaitu 0,265 dan 0,329. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa data skor rata rata hasil belajar di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 4 Metro pada kelas eksperimen 1 berdistribusi normal. Hal yang sama juga terjadi pada kelas eksperimen 2 dimana untuk data skor hasil belajar di SMP Negeri 1 Metro dan SMP Negeri 4 Metro memiliki distribusi normal dengan nilaiAsymp. Sig. (2-tailed)lebih dari 0,05 yaitu 0,645 dan 0,444. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar pada kelas eksperimen 2 berdistribusi normal. Hasil ini merupakan salah satu syarat terpenuhinya untuk melakukan uji 2 sampel tidak berhubungan dengan menggunakanIndependent Sample T Test. Namun sebelum dilakukan uji t test, terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test ( ), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakanEqual Variances Assumed(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakanEqual Variances Not Assumed

(diasumsikan varian berbeda). Adapun perbedaan hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar

Independent Samples Test

Nilai di SMP Negeri 1 Metro

(64)

58

t-test for Equality of Means

T 2.478 2.478 2.722 2.722

Df 46 44.911 46 44.190

Sig. (2-tailed) .017 .017 .009 .009

Mean Difference 5.000 5.000 4583 4583

Std. Error Difference 2.018 2.018 1.684 1.684

95%Confidence

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai signifikansi pada uji F adalah 0,754 dan 0,556.

Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan dapat

disimpulkan bahwa varian kelompok kelas eksperimen 1 dan 2 adalah sama. Dengan ini penggunaan uji t menggunakanEqual Variances Assummed. Setelah diketahui bahwa varian kedua kelas sama, kemudian dilakukan uji t. Nilai thitungEqual Variances Assummedpada tabel sebesar 2,478 dan 2,722,

sedangkan nilai ttabelsebesar 1,995. Nilai thitung> ttabelmaka H0ditolak.

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa yang menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dan yang menggunakan media TIK Bahasa

.

4.2 Pembahasan

(65)

59

yaitu kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dan kelas eksperimen 2 yaitu kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris. Rata-rataN-Gainhasil belajar kelas eksperimen 1 memiliki perbedaan dengan kelas eksperimen 2.

Berdasarkan hasil analisis pada ujiIndependent Sample T Testtersebut dapat terlihat bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dengan yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris. Hal ini terlihat dari data kuantitatif yang menunjukkan perbedaan hasil belajar dari pembelajaran menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dengan yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris.

Hal tersebut didukung oleh rata-rata hasil belajar siswa pada kedua kelas eksperimen tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui rata-rata N-Gainhasil belajar pada kelas eksperimen 1 di SMP Negeri 1 Metro sebesar 0,76 (kategori tinggi). Dengan rincian sebanyak 21 siswa memperoleh kategori tinggi, dan 3 siswa memperoleh kategori sedang. Sedangkan di SMP Negeri 4 Metro diperolehN-Gainhasil belajar sebesar 0,71 (kategori tinggi). Dengan rincian sebanyak 15 siswa memperoleh kategori tinggi dan 9 siswa memperoleh kategori sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen 2, diketahui rata-rataN-Gainhasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Metro

(66)

60

Dengan rincian 9 siswa memperoleh kategori tinggi dan 15 siswa memperoleh kategori sedang.

Perbandingan banyaknya siswa yang memperoleh kategori sedang dan tinggi pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada grafik 4.1.

Gambar 4.1 Grafik rata-rata kategoriN-Gainhasil belajar per kelas eksperimen

Perolehan nilai rata-rataN-Gainpada kedua kelas eksperimen berbeda. Perolehan kategori tinggi pun pada kedua kelas eksperimen berbeda. Ini berarti bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang

menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dan yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris. Selain itu, rata-rataN-Gainpada kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia dan yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris juga berbeda.

perbedaan rata-rataN-Gainhasil belajar kedua eksperimen dalam penelitian ini adalah signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor perbedaan tingkat intelegensi masing-masing siswa, kondisi

(67)

61

psikologis siswa, maupun kondisi lingkungan pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen 1, siswa yang mendapatkan kategori tinggi lebih banyak bila dibandingkan pada kelas eksperimen 2. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia lebih mudah diterima. Karena menggunakan bahasa yang biasa mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung pula oleh hasil pengujian data rata-rataN-Gain dan dapat dilihat padaMeanhasil pengujian data bahwameankelas

eksperimen 1 lebih besar daripada kelas eksperimen 2, yaitu 82,29 > 77,29. Hal ini menunjukkan bahwa H0pada hipotesis kedua pun ditolak sehingga

dugaan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia lebih baik dari yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris dapat diterima dan dapat diartikan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia lebih baik dari yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris.

(68)

62

lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan media TIK berbahasa Inggris karena penggunaan media pembelajaran TIK berbahasa Indonesia

menggunakan bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka lebih mudah menerima pelajaran yang diajarkan.

Berdasarkan analisis data, observasi di lapangan dan rujukan penelitian yang sudah ada sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar antara pembelajaran yang menggunakan media TIK berbahasa Indonesia lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media TIK

(69)

63

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPA materi fisika siswa menggunakan media TIK Bahasa Indonesia dengan menggunakan media TIK Bahasa Inggris pada SMP RSBI di Kota Metro. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian bahwa nilai rata-rata N-Gain hasil belajar siswa berbeda antara kedua kelas eksperimen.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya memanfaatkan fenomena alam di lingkungan sekitar siswa dilanjutkan dengan memanfaatkan TIK untuk menambah informasi dan memvisualisasikan proses-proses alam yang kompleks agar mudah dipahami siswa.

2. Siswa terlebih dulu diperkenalkan dengan kosakata yang akan

dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan yang akan dipelajari.

(70)

Gambar

Tabel
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Hasil Belajar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan storytelling dengan media audio dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A2 TK Al-Huda

Oleh karena itu kepada seluruh penyedia diharapkan dapat menekan harga serendah-rendahnya dengan menghilangkan pos-pos anggaran yang tidak diperlukan. Penawaran

Untuk menemukan 'makna asali' dari sebuah kata, Wierzbicka menawarkan sebuah alternatif, yakni dengan melakukan analisis yang mendalam dari setiap bahasa alamiah, bahasa

[r]

A numerical simulation using commercial code CFD has been carried out in order to explore the heat transfer and fluid flow characteristics in enclosure between double glasses cover

Tekanan pada dinding dalam pipa merupakan beban kerja konstruksi sistem perpipaan yang mengakibatkan terjadinya tegangan pada konstruksi, untuk mengetahui besarnya tegangan

Tawanan perang bukanlah tawanan orang-perorang atau kesatuan-kesatuan militer yang menahannya, tetapi ia adalah tawanan dari Negara musuh yang berhasil

Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran konstruktivistik dan berbasis pengalaman ( Experiental Learning ) dalam Meningkatkan kemandirian belajar peserta didik pada