• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGENDALIAN KUALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGENDALIAN KUALI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN KUALITAS BAHAN BAKU

PADA RENDEMEN PRODUKSI KAYU

ALBASIA (SENGON) BARECORE DI PT

WOODAYA NATAMAS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

EDIH SUAEDIH NIM. 2015080087

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN

(2)

ii

Laporan Kerja Praktek

PENGENDALIAN KUALITAS BAHAN BAKU PADA

RENDEMEN PRODUKSI KAYU ALBASIA (SENGON)

BARECORE DI PT WOODAYA NATAMAS

Oleh:

EDIH SUAEDIH NIM. 2015080087

Disahkan Oleh:

Pembimbing

Program Studi Teknik Industri

Pembimbing/Pengawas Perusahaan/Instansi

(Aceng Abdul Hamid, S.T., M.M) NIDN. 04 090288 01

(Gusmeri Yondra R, S.Si) NIP./NIK. 22.12.038

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Industri

(3)

iii

NIDN. 04 080854 02

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “Pengendalian Kualitas Bahan Baku Pada Rendemen Produksi Kayu Albasia (Sengon) Barecore Di PT Woodaya Natamas”. dan akhirnya setelah menempuh perjalanan yang panjang penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi kurikulum Sarjana Strata-1 (S1), pada Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pamulang (UNPAM). Tangerang Selatan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:

1. Drs. H. Darsono, sebagai Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang memberikan penulis kesempatan melaksanakan studi di Universitas Pamulang.

2. Dr. H. Dayat Hidayat, M.M, Rektor Universitas yang membantu penulis dalam melaksanakan studi di Universitas Pamulang.

3. Ir. Dadang Kurnia, M.M, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri yang telah membantu dan membimbing saya dalam perkuliahan.

4. Aceng Abdul Hamid, S.T., M.M, selaku Dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan laporan ini.

5. Bapak Mustafa Kenel, selaku Presiden Direktur, yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan kerja praktek di perusahaan.

6. Ibu Dian Sari, selaku Direktur, PT Woodaya Natamas.

7. Bapak Agus Suratno, S.E, selaku Factory Manager, PT Woodaya Natamas. 8. Bapak Gusmeri Yondra R, S.Si, selaku Supervisor, yang telah memberikan

pengarahan dan membantu selama penulis melaksanakan laporan kerja praktek.

(4)

iv

10. Seluruh Staf PT Woodaya Natamas yang telah memberikan semangat dalam pelaksanaan kerja praktek.

11. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi Teknik Industri 2015 yang telah memberikan dorongan dan motivasi untuk laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis selalu berusaha untuk tetap membuka diri terhadap semua masukan kritik dan saran yang membangun dan berguna untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang dan pada akhirnya semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dan bermanfaat bagi semua pihak.

Pamulang, 13 November 2017

(5)

v

BAB I DESKRIPSI PERUSAHAAN/INSTANSI 1.1 Sejarah Perusahaan ... 1

1.6.5 Fasilitas-fasilitas Perusahaan ... 16

(6)

vi

Halaman

2.1.1 Pengendalian Kualitas ... 28

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 29

Data dan Fakta ... 32

Proses Industri ... 37

2.3.1 Proses Pengendalian Kualitas Terhadap Bahan Baku .... 37

Metodologi Penelitian... 45

Analisa Sistem Produksi ... 47

Analisa Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart) ... 48

Rekayasa Manajemen Industri... 49

BAB III PENUTUP Kesimpulan ... 52

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(7)

vii

DAFTAR TABEL

(8)

viii

Gambar 1.10 Gudang Penyimpanan Bahan Baku Kayu Basah ... 24

Gambar 1.11 Gudang Penyimpanan Bahan Baku Kayu Kering ... 24

Gambar 1.12 Gudang Penyimpanan Barang Jadi (Finish Product) ... 25

Gambar 2.1 Diagram Jumlah Jenis Kerusakan Kayu Afkir ... 36

(9)

1 1.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan Terbatas Woodaya Natamas (PT Woodaya Natamas) merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berada di daerah Kabupaten Tangerang, perusahaan berlokasi di Jalan Raya Desa Serdang Kulon RT. 012/003, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. PT Woodaya Natamas bergerak dibidang industri pengolahan kayu (woodworking), yang mengolah bahan kayu albasia atau lebih dikenal dengan kayu sengon menjadi sebuah produk barecore untuk kemudian dijual secara eksport di samping itu juga memproduksi kayu profile untuk eksport menggunakan jenis kayu mahoni, kecapi dan lain-lain. Perusahaan ini didirikan dengan akta pendirian No. 29 tanggal 18 Agustus 1987, dihadapan Notaris Fifi Wangsadiputra, S.H yang masih berdiri hingga saat ini, dalam kurun waktu berjalan selama 2 tahun perusahaan bergerak pada produksi barecore dan produksi profile kayu mengalami kemajuan semakin lancar dalam melayani pesanan eksport sehingga berkembang relasi dan pelanggannya. Dalam perjalanan usahanya, perusahaan ini beroperasi dengan hasil produksi mencapai 1.300 m3 per bulan sementara kapasitas produksi mencapai 2.250 m3 per tahun. Daerah pemasaran produk kayu albasia (sengon) barecore yaitu dikawasan Timur Tengah, Taiwan, dan Cina.

(10)

Belitung. Barecore adalah sebuah papan kayu yang terdiri dari potongan-potongan kayu kecil. Potongan kayu kecil ini disebut dengan core yang kemudian direkatkan. Barecore yang merupakan produk setengah jadi yang digunakan untuk bagian tengah dari blockboard. Spesifikasi dari produk barecore dengan ukuran

dimensi 4’ fitx 8’ fit dengan invoice (13 mm x 1220 mm x 2440 mm) dan cutting

13,2 mm x 1250 mm x 2490 mm sesuai atas permintaan buyer (pembeli).

PT Woodaya Natamas mengkategorikan hasil produksinya menjadi dua yaitu barecore Grade A (dua sisi muka bagus) dan barecore Grade B (satu sisi muka bagus) yang nantinya akan dijual ke pasar eksport. Perbandingan Produksi barecore pada sebuah Grade A dan Grade B akan selalu berubah-ubah karena adanya pengaruh kualitas bahan baku yang ada. Pengendalian mutu terpadu (total quality control) sebagai pendekatan manajemen modern, dalam menjalankan suatu usaha untuk memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan secara terus-menerus (continous improvement) atas produk atau bahan baku sangat penting dilakukan oleh perusahaan. Dalam dunia perindustrian, PT Woodaya Natamas mengutamakan kualitas atau mutu produk dan produktivitas untuk kunci keberhasilan bagi berbagai sistem produksi. Keduanya merupakan kriteria kinerja perusahaan yang sangat penting baik bagi perusahaan yang berorientasi keuntungan. Peningkatan dan pengendalian kualitas produksi memerlukan komitmen dari manajemen serta sumber daya manusia yang ada sehingga pengendalian kualitas dapat berjalan dengan baik.

1.2 Logo Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki tanda pengenal atau identitas agar para konsumen atau pelanggan mudah mengingat perusahaan tersebut. Berikut logo PT Woodaya Natamas seperti pada Gambar 1.1:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(11)

1.3 Visi Dan Misi Perusahaan

Visi dan misi perusahaan merupakan suatu keinginan dan deklarasi dari organisasi perusahaan tersebut untuk masa yang akan datang. Adapun Visi dan Misi yang ingin dicapai PT Woodaya Natamas:

1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan yang kuat, berkembang dalam sektor industri, bermanfaat bagi perusahaan mitra kerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Perusahaan juga bersemangat dalam memberikan yang terbaik untuk konsumen dan solusi inovatif untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.

2. Misi Perusahaan

a. Mengelola produksi kayu terpadu secara profesional.

b. Mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan kewirausahaan lokal hutan rakyat dan organisasi global dengan cara kolaboratif.

c. Melakukan manajemen profesional dalam setiap proses produksinya. d. Mencapai sukses dan mengutamakan kepuasan buyer (pembeli) untuk

mendapatkan kualitas produk yang optimal.

e. Tidak pernah menyerah dalam segala masalah, selalu mencari solusi dalam setiap masalah kendala yang ada di perusahaan.

f. Menjadi perusahaan yang dapat bersaing di pasar lokal dan internasional.

1.4 Jaminan Kualitas Perusahaan

(12)

1.5 Sasaran Kualitas Perusahaan

PT Woodaya Natamas mempunyai sasaran kualitas yang tumbuh berkembang di dunia industri manufaktur. Kelengkapan dari sisi infrastruktur perusahaan dan substansi didukung dengan sebuah perencanaan yang strategis. Kualitas menjadi salah satu poin penting dalam business plan perusahaan. Rencana yang matang dan strategis tidak akan terwujud dalam sebuah performa dan kinerja yang sukses jika hanya menjadi wacana ditingkat pengambilan kebijakan karena itulah manajemen kualitas akan disebarkan diseluruh pengambilan tindakan atau level eksekusi. Untuk membuat sebuah rencana strategis berhasil diperlukan persamaan persepsi dan pemahaman akan manajemen kualitas. Adapun sasaran kualitas yang ingin dicapai oleh perusahaan PT Woodaya Natamas:

1. Meningkatkan kepuasan buyer (pembeli).

2. Tercapainya peningkatan efisiensi produktifitas industri barecore dalam peningkatan pasar barecore dan ketersediaan bahan baku melalui kordinasi dan pengendalian kualitas.

3. Perbaikan terus menerus terhadap setiap aspek dari rantai pasokan perusahaan. 4. Membuat komponen produk secara konsisten sesuai dengan standar permintaan

buyer (pembeli).

5. Menyediakan sistem untuk terus meningkatkan proses produk.

6. Melakukan pembuangan limbah serbuk kayu dan mendaur ulang limbah agar bisa bermanfaat kembali.

7. Memfokuskan pada upaya perbaikan mekanisme kordinasi dalam rangka mensinergikan, melaksanakan serta melakukan pengendalian terhadap barecore.

8. Melakukan pengelolaan lingkungan hidup.

1.6 Organisasi dan Manajemen

(13)

antara yang satu dengan yang lain. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang jika terjadinya suatu masalah atau kesalahan maka harus mengatahui kepada siapa harus melapor terlebih dahulu.

1.6.1 Struktur Organisasi PT Woodaya Natamas

Struktur organisasi dari PT Woodaya Natamas berbentuk struktur organisasi fungsional dimana pendelegasian tugas dari pimpinan kebawahan dan tanggung jawab bawahan kepada pemimpin berjalan vertikal sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing. Struktur organisasi dapat menunjukan pembagian tugas dan wewenang dari setiap posisi struktur organisasi dalam struktur organisasi yang jelas. Struktur organisasi dalam perusahaan sangatlah penting untuk mengetahui jobdes (job description) seorang karyawan. Seperti pada Gambar 1.2 struktur organisasi yang terbentuk di PT Woodaya Natamas

Tangerang adalah sebagai berikut:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(14)

1.6.2 Pembagian Tugas dan Wewenang

PT Woodaya Natamas dalam mencapai tujuannya perlu mempunyai struktur organisasi dan uraian tugas, yang dimaksud agar setiap orang yang bekerja di PT Woodaya Natamas mempunyai pedoman yang jelas. Dengan adanya pembagian tugas dan wewenang diharapkan setiap karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pada struktur organisasi terkandung alur perintah yang mengidentifikasi jabatan pekerjaan yang harus di pertanggung jawabkan oleh masing–masing karyawan atas berbagai kegiatan serta komunikasinya dengan unit yang lain. Berikut ini merupakan pemberian tugas pada struktur organisasi di PT Woodaya Natamas Tangerang:

1. Presiden Direktur

a. Merupakan unsur eksekutif tertinggi dalam organisasi perusahaan (pemegang saham).

b. Memimpin serta mengadakan pengawasan terhadap seluruh aktifitas perusahaan.

c. Memberikan keputusan akhir yang akan dijalankan perusahaan. d. Menggariskan kebijakan perusahaan.

e. Mengawasi dan menertibkan pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan. f. Mengambil keputusan berkaitan dengan investasi (presiden direktur). 2. Direktur

a. Bertanggung jawab atas perusahaan serta keseluruhan aset. b. Membuat strategi peluang pasar.

c. Membuat rencana program kerja perusahaan yang mendukung visi dan misi perusahaan ke depan.

d. Menetapkan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari semua karyawan. e. Mengevaluasi program kerja dan mengatasi permasalahan yang muncul

dalam perusahaan.

f. Memeriksa dan menyetujui berbagai hal yang berkaitan dengan kontrak dan aset.

(15)

3. Marketing Manager (Manager Pemasaran)

a. Bertanggung jawab menangani semua pekerjaan yang berhubungan dengan pemasaran produk.

b. Menyusun strategi pasar.

c. Menangani perubahan harga maupun jenis produk yang dipasarkan serta di informasikan kepada presiden direktur.

d. Menangani penjualan langsung dengan buyer (pembeli). e. Memberikan informasi dan menangani keluhan pelanggan.

f. Mengenal dan mencari informasi pasar hingga memperoleh kerja sama dari calon buyer (pembeli).

4. Purchasing Manager (Manager Pembelian)

a. Bertanggung jawab untuk membeli dan melakukan pemesanan barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan.

b. Membuat data laporan pembelian dan pengeluaran barang.

c. Melakukan pengelolaan pengadaan barang melalui perencanaan secara sistematis dan terkontrol.

d. Melakukan pemilihan atau seleksi rekanan pengadaan sesuai kriteria perusahaan.

e. Memastikan ketersediaan barang atau material melalui mekanisme audit atau kontrol stok.

5. Finance Manager (Manager Keuangan)

a. Bertanggung jawab dengan masalah keuangan perusahaan.

b. Merencanakan, mengatur dan mengkontrol sirkulasi kas perusahaan.

c. Merencanakan, mengatur dan mengkontrol perencanaan laporan dan pembiayaan perusahaan.

d. Menjalankan dan mengoperasikan roda kehidupan perusahaan seefisien mungkin.

6. Accounting Manager (Manager Akuntansi)

a. Bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan keuangan di dalam perusahaan.

(16)

c. Membuat laporan keuangan dan memeriksa ketepatan laporan keuangan perusahaan.

d. Memeriksa secara global kas jurnal, bank, NPB, SP, SJ dan Bursa. e. Memastikan laporan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

f. Memeriksa jurnal dan buku besar hutang dan menginformasikan ke direktur. g. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada

bawahannya menurut sistem dan prosedur yang ditentukan.

h. Memeriksa dan menandatangani laporan mutasi piutang dan laporan mutasi hutang, sebelum disampaikan kepada manager keuangan.

7. Staff Accounting (Staf Akuntansi)

a. Bertanggung jawab melakukan pengaturan administrasi keuangan perusahaan di bawah arahan manager accounting.

b. Menyusun dan membuat laporan keuangan dan perpajakan perusahaan. c. Menyusun dan membuat anggaran pendapatan dan anggaran pengeluaran

perusahaan secara periodik (bulanan atau tahunan).

d. Melakukan pembayaran gaji karyawan dan membuat surat-surat yang berhubungan dengan perbank-kan dan kemampuan keuangan perusahaan. 8. Factory Manager (Kepala Pabrik)

a. Bertanggung jawab melakukan pengawasan kelancaran operasional pabrik secara menyeluruh.

b. Mengatur kinerja dari perusahaan.

c. Membuat keputusan yang berjangka waktu lebih pendek dari direktur. d. Mengatur rapat (meeting) koordinasi pada kepala regu, staf dan direksi di

perusahaan.

9. HRD (Human Resource Development) & GA (General Affair)

a. Bertanggung jawab merekrut dan memilih calon karyawan yang tepat, mencatat semua rincian data karyawan yang bekerja.

b. Mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia. c. Membuat SOP, job description, dan training.

(17)

10. Boiler & KD (Kiln Dry)

a. Bertanggung jawab untuk melakukan pengeringan kayu sesuai dengan standar yang disaratkan buyer (pembeli).

b. Memberikan informasi dan mencatat laporan kamar KD (Kiln Dry) pada kepala produksi.

c. Melakukan pengecekan suhu temperature boiler dan mencatat jadwal perbaikan boiler.

d. Melakukan pengecekan servis kamar KD (Kiln Dry). 11. Head Of Production (Kepala Produksi)

a. Bertugas sebagai kordinator dalam kegiataan semua kepala regu di divisi produksi.

b. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan atas seluruh proses produksi yang dikerjakan.

c. Memastikan jalannya kegiatan proses produksi di dalam perusahaan sesuai permintaan buyer (pembeli).

12. Maintenance (Mekanik)

a. Bertanggung jawab untuk menangani, merawat, menjaga dan melakukan perbaikan fasilitas dan alat-alat yang berada di dalam perusahaan.

b. Memperbaiki kerusakaan mesin.

c. Mencatat laporan kerusakan mesin dan jadwal servis berkala pada mesin. d. Melaporkan dan mengajukan permintaan pergantian terhadap spare parts

(suku cadang) komponen mesin yang dibutuhkan. 13. PPIC, EKSPORT, &FORKLIFT

a. Bertanggung jawab untuk membuat production plan (rencana produksi),

inventory control (mengendalikan persediaan) dan mengatur bahan baku. b. Menyusun jadwal proses produksi pada waktu, routing & quantity yang

tepat sehingga barang bisa dikirim tepat waktu dan sesuai dengan permintaan pelanggan.

(18)

d. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan forecast dari marketing

dengan memperhatikan kondisi stok dengan menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stok yang ideal.

e. Memenuhi permintaan sample dari marketing dan memantau proses pembuatan sample sampai terkirim ke pelanggan.

f. Menginformasikan ke bagian marketing jika ada masalah pada proses produksi yang menyebabkan delay delivery.

g. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait sehinggga diperoleh informasi akurat (up to date) dan memastikan barang datang tepat waktu. h. Mengkontrol biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan proses eksport. i. Menjalin hubungan baik dengan orang eksport.

j. Menyiapkan dokumen-dokumen kebutuhan eksport. k. Mengawasi aktifitas forklift.

l. Membuat laporan data forklift (jadwal servis dan kerusakan). 14. Packing (Pengepakan)

a. Mensortir quality produk dan menentukan standar grade eksport sesuai ketentuan permintaan buyer (pembeli).

b. Membuat laporan data barang yang sudah masuk ke packing dan yang sudah di packing.

c. Melaporkan jumlah stok barang yang sudah siap di eksport. 15. Administration (Administrasi)

a. Bertanggung jawab urusan umum, surat menyurat, dan tugas sekertaris umum.

b. Membuat data laporan perusahaan dan mengarsip data-data perusahaan. c. Membuat laporan penjualan dan pembelian setiap bulan yang akan

diserahkan kepada atasan.

d. Merekap data stok setiap hari kayu masuk dari telly.

e. Membuat rekapan data barang yang akan keluar dan masuk. 16. Warehouse Spare parts (Gudang Penyimpanan Suku Cadang)

(19)

b. Melakukan pemesanan pengadaan barang spare parts bila stok tersedia sudah mencapai minimum kepada purchasing.

c. Mengontrol persediaan barang/alat yang akan digunakan oleh makanik dan produksi.

d. Membuat catatan administrasi persediaan barang.

e. Merapikan setiap penempatan barang yang ada di gudang berdasarkan kelompok barang dengan baik dan teratur dan melakukan perhitungan fisik barang.

17. Cleaning Service (Petugas Kebersihan)

a. Bertanggung jawab menjaga kebersihan di dalam lingkungan kantor dan lingkungan tempat bekerja (produksi dan gudang).

b. Membantu karyawan staf atau direksi jika dibutuhkan. c. Menyiapkan minuman kepada pegawai di kantor. d. Menyiapkan minuman kepada tamu kantor. 18. Security (Keamanan)

a. Bertanggung jawab melindungi dan mengayomi lingkungan kerja dari setiap gangguan keamanan.

b. Menegakan peraturan dan tata tertib yang berlaku di dalam perusahaan, dari faktor dalam maupun faktor luar perusahaan.

c. Membuat laporan data tamu (visitor) masuk, mobil masuk dan keluar perusahaan.

19. Production Supervisor (Pengawas Produksi)

a. Bertanggung jawab atas pengawasan di dalam produksi.

b. Mengecek dan membuat laporan jika terjadi kesalahan bahan baku pada kepala produksi.

c. Mempersiapkan sarana produksi untuk kelancaran proses produksi mulai dari awal produksi sampai akhir produksi.

20. Telly

a. Bertanggung jawab menghitung jumlah kayu yang ada di dalam pabrik mulai dari kayu masuk, wip dan stok gudang eksport.

(20)

c. mencatat jumlah kayu yang ada di pabrik mulai dari penerimaan kayu

grade, material, packing dan tentunya konstruksi.

c. Melakukan pengecekan pada produk agar sesuai dengan acuan atau sample

yg sudah disetujui. 22. Forklift(Operator Forklift)

a. Bertanggung jawab dalam mengoperasikan forklift sesuai prosedur kerja. b. Melakukan pemeriksaan dan mencatat kelayakan unit forklift secara harian

dan kebersihan forklift.

c. Bertanggung jawab untuk penerimaan kayu masuk (in) dan keluar (out)

KD (Kiln Dry).

d. Menyuplai kayu bahan baku ke produksi, ke area packing. e. Mensuplai kayu untuk dikirim pada saat eksport.

f. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan atas kelayakan forklift kepada atasan.

g. Memastikan kesiapan forklift untuk beroperasi di area kerja sesuai prosedur.

h. Melakukan perawatan forklift secara harian sesuai dengan prosedur.

1.6.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

(21)

Jam kerja bagi para pekerja disektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, Undang-Undang No. 13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem yaitu:

1. Melaksanakan 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.

2. Melaksanakan 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Saat ini jumlah karyawan yang bekerja di PT Woodaya Natamas adalah sebanyak 196 orang. Sebagian besar karyawan berasal dari daerah sekitar perusahaan. Terdapat 4 (empat) jenis tenaga kerja di PT Woodaya Natamas antara lain rinciannya sebagai berikut: naungan manajemen PT Woodaya Natamas. Sedangkan karyawan borongan di luar manajemen PT Woodaya Natamas yang diatur oleh kepala borongan dengan sistem pembayaran hasil ke kepala borongan. Berikut hari kerja, jam kerja dan penjelasan dari 4 (empat) jenis karyawan yang ada di PT Woodaya Natamas: 1. Karyawan Tetap

Karyawan tetap adalah karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan

(22)

(tiga) yaitu staf, produksi, dan security. Berikut ini perincian hari kerja dari setiap bagian yang ada di dalam perusahaan PT Woodaya Natamas:

a. Bagian staf

Hari senin-jumat jam kerja pukul 08.00 – 16.00 dengan istirahat satu jam jam pukul 12.00 – 13.00 kecuali hari jumat istirahat lebih awal pada pukul 11.30 – 13.00 dan sabtu jam kerja pukul 08.00 – 13.00 untuk staf non shift. Bagian produksi ada pergantian shift secara seminggu sekali.

b. Bagian produksi

1) Hari senin-jumat jam kerja pukul 07.00 – 15.00 dengan istirahat satu jam jam pukul 12.00 – 13.00 kecuali hari jumat istirahat lebih awal pada pukul 11.30 – 13.00 dan sabtu jam kerja pukul 07.00 – 12.00 untuk shift

pertama. Bagian produksi ada pergantian shift secara seminggu sekali. 2) Hari senin-jumat jam kerja pukul 15.00 – 23.00 dengan istirahat satu jam

jam pukul 18.00 – 19.00 dan sabtu jam kerja pukul 12.00 – 17.00 untuk

shift kedua. Bagian produksi ada pergantian shift secara seminggu sekali. c. Bagian security (keamanan)

Jadwal kerja security (keamanan) menggunakan sistem kerja yang diatur oleh perusahaan dan diterapkan dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang tidak melanggar aturan pemerintah dimana aturan tersebut bahwa jadwal jam kerja yaitu 40 jam per minggu dan kelebihan dari jam kerja maka akan dihitung lembur.

2. Karyawan Kontrak

(23)

3. Karyawan Harian

Karyawan harian adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Karyawan harian yang dalam pemberian gaji besarnya didasarkan pada hasil kerja harian karyawan yang bersangkutan. Dalam melaksanakan tugasnya karyawan harian tidak bebas-bebas begitu saja harus mematuhi peraturan dan tata tertib di dalam perusahaan. Waktu dan hari kerja karyawan harian lepas adalah sebagai berikut:

a. Hari senin-jumat jam kerja pukul 07.00-15.00 dengan istirahat satu jam jam pukul 12.00-13.00 kecuali hari jumat istirahat lebih awal pada pukul 11.30-13.00 dan sabtu jam kerja pukul 07.00-12.00 untuk shift pertama. Bagian harian lepas pergantian shift seminggu sekali.

b. Hari senin-jumat jam kerja pukul 15.00-23.00 dengan istirahat satu jam jam pukul 18.00-19.00 dan sabtu jam kerja pukul 12.00 – 17.00 untuk shift

kedua. Bagian harian lepas pergantian shift seminggu sekali. 4. Karyawan Borongan

Karyawan borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil dengan cara penerimaan upah. Karyawan borongan yang dalam pemberian gajinya didasarkan pada hasil yang diperolehnya dalam proses produksi. Karyawan borongan tidak terikat waktu dalam bekerja.

1.6.4 Sistem Payroll (Pengupahan)

(24)

mampu membuat karyawannya merasa puas dengan sistem payroll yang diberikan oleh perusahaan, karena perusahaan mendukung penuh kinerja yang dilakukan karyawan saat bekerja di dalam perusahaan.

1.6.5 Fasilitas-fasilitas Perusahaan

PT Woodaya Natamas dalam mencapai sebuah kepuasan buyer (pembeli), melakukan upaya terus menerus diberbagai proses pengendalian kualitas produk, yaitu melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berada di dalam perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama bagi perusahaan, maka pembinaan karyawan mendapat perhatian utama dari perusahaan. Dari mulai bentuk training (masa percobaan) sampai masa selesai dalam training selama 3 (tiga) bulan lamanya. Pelatihan diselenggarakan oleh perusahaan berguna untuk mengetahui situasi pekerjaan yang berada di dalam perusahan dan mengetahui jobdes (job description)

karyawan tersebut cocok untuk ditempatkan pada posisi yang sesuai ketentuan dan kemampuannya. Perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas bagi karyawannya agar merasa nyaman dan semangat dalam melakukan pekerjaan di dalam perusahaan. Sebuah rasa nyaman itu perlu diterapkan di perusahaan agar bisa memujudkan karyawan yang memiliki nilai produktivitas tinggi. PT Woodaya Natamas menyediakan fasilitas-fasilitas untuk para karyawan, antara lain:

1. Jaminan sosial dan gaji untuk setiap karyawan baik bagian direksi, staf, produksi dan karyawan harian dimasukkan ke dalam jaminan sosial tenaga kerja (BPJS Kesehatan dan Pensiun) kecuali karyawan borongan tidak mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja (BPJS Kesehatan dan Pensiun). 2. Tunjangan hari raya (THR) diberikan kepada karyawan yang masa kerjanya

sudah satu tahun atau lebih, sebesar satu bulan gaji. 3. Tempat ibadah (mushola) di samping pos security. 4. Toilet karyawan produksi dan toilet kantor.

5. Tempat ruang tunggu tamu (visitor).

6. Tempat mess (kamar tidur) bagi karyawan yang jauh ingin tinggal di pabrik atas izin pimpinan pabrik dan presiden direktur.

(25)

1.7 Lokasi Perusahaan PT Woodaya Natamas

Lokasi adalah petunjuk yang berguna untuk memudahkan menemukan alamat suatu tempat. Seperti pada perusahaan PT Woodaya Namatas lokasi digunakan untuk memudahkan buyer (pembeli) dan supplier menemukan lokasi letak perusahaan. PT Woodaya Natamas berlokasi di Jalan Raya Serdang Kulon RT. 012/003, Kelurahan Desa Serdang Kulon, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang kode pos 15710, Provinsi Banten. Dengan nomor telepon factory (021) 29505509 atau (021) 29505508. Untuk kantor pusat PT Woodaya Natamas berada di Komplek Rukan Tanjung Mas Raya Estate Jalan Raya Lenteng Agung Blok B 1 No. 9 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12630, Indonesia. Dengan nomor telepon kantor pusat (021) 7891244 dan nomor fax (021) 78845040. Lokasi Pabrik PT Woodaya Natamas. Seperti pada Gambar 1.3:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(26)

1.8 Denah Plant PT Woodaya Natamas

PT Woodaya Natamas memilki sebuah denah plant yang berguna sebagai suatu gambaran mengenai letak tempat dan perangkat peralatan, terdiri dari beberapa bagian mesin yang bekerja bersama-sama, yang digunakan untuk melakukan suatu operasi tertentu yang bisa melihat alur produksi. Dengan denah

plant perusahaan akan mempermudah untuk menemukan berbagai macam tempat-tempat tertentu, tanpa harus bertanya pada orang lain serta bisa melihat jalur evakuasi bila terjadi suatu bencana atau kecelakaan. Berikut adalah sebuah denah

plant dan area kerja yang berada di PT Woodaya Natamas yang harus dirawat dan dijaga oleh para karyawan, segenap staf, dan direksi yang bertanggung jawab yang bekerja di PT Woodaya Natamas. Seperti pada Gambar 1.4:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(27)

1.9 Kondisi dan Lingkungan Tempat Kerja

Kondisi dan lingkungan tempat kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat, akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan efektif. Lingkungan kerja yang diamati di PT Woodaya Natamas adalah lingkungan kerja di dalam kondisi pabrik yaitu: kantor, ruang mekanik, gudang penyimpanan bahan baku kayu basah, gedung produksi, gudang penyimpanan bahan baku kayu kering, bahan baku kayu belum jadi (wif),dan barang jadi (finish product).

1.9.1 Kantor

Kantor merupakan sebuah unit lembaga atau organisasi yang terdiri dari tempat, personil serta operasi ketatausahaan demi membantu pimpinan organisasi yang berfungsi untuk menerima informasi, merekam informasi, mengatur informasi, memberi informasi, melindungi aset atau harta yang ada di dalam perusahaan. Kantor PT Woodaya Natamas bersebelahan dengan gedung produksi yang mempunyai 2 kantor yang berbeda yaitu: kantor utama (ruangan direktur,

manager pabrik, HRD & GA, admin HRD & GA, ruang meeting serta toilet) dan kantor kedua (ruangan kepala produksi, administrasi, purchasing, PPIC dan ruang mesin fotokopi).

(28)

tidak terganggu dalam proses bekerja. Tingkat pencahayaan kantor tersebut memiliki tingkat pencahayaan yang baik, dimana terdapat jendela sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam kantor. Dari sisi penerangan lampu mempunyai pencahayaan yang cukup baik. Tingkat kebisingan di dalam kantor tidak terlalu bising, karena tidak memiliki mesin yang bunyi dengan keras, sehingga karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sirkulasi udara di dalam kantor baik, dimana sudah menggunakan Air Conditioner (AC) sehingga ruangan terasa sejuk dan nyaman walaupun pada kantor tidak terdapat ventilasi udara yang sangat banyak. Berikut kantor yang ada di PT Woodaya Natamas seperti pada Gambar 1.5 dan Gambar 1.6:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.5 Ruang Kerja Kantor Utama

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(29)

1.9.2 Ruangan Mekanik (Maintenance)

Ruangan Mekanik merupakan sebuah ruangan yang di dalam isinya berupa alat-alat perlengkapan mekanik, manual book mekanik, laporan kerja, mesin kerja mekanik, safety mekanik dan yang lainnya. Ruangan mekanik terbagi menjadi 2 yaitu: Ruangan mekanik mesin, dan ruangan pengasahan pisau. Seperti pada Gambar 1.7 dan Gambar 1.8:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.7 Ruangan Mekanik (Maintenance)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.8 Ruangan Pengasahan Pisau (Saw Doctor)

(30)

mekanik spare parts yang rusak atau komponen yang rusak tidak tertata dengan rapih. Sedangkan ruangan asah pisau (saw doctor) yaitu tempat pengasahan pisau-pisau dan settingan pisau-pisau yang dipakai produksi, dimana pisau-pisau yang sudah tumpul dapat diasah agar dapat dipergunakan kembali di dalam produksi. Ruangan asah pisau (saw doctor) berbeda dengan ruangan mekanik, semua tertata dengan rapih pada tempatnya. Pencahayaan pada ruangan mekanik dan pengasahan pisau (saw doctor) cukup terang sehingga bisa melihat keadaan barang dengan jendela dalam ruangan cukup terang sehingga bisa melihat keadaan ruangan dengan jelas.

1.9.3 Gedung Produksi

Gedung produksi merupakan tempat berjalannya produksi berlangsung dan semua mesin ditempatkan pada posisinya masing-masing sesuai dengan tata letak penyimpanan mesin. Gedung produksi PT Woodaya Natamas mempunyai beberapa posisi penempatan mesin yang baik dan sesuai prosedur kerja. Di dalam gedung produksi terdapat beberapa alat pemadam kebakaran (APAR). Ketika masuk ke dalam gedung produksi, setiap pekerja memakai alat safety seperti : masker, sarung tangan, kacamata debu (khusus bagian tertentu), sepatu untuk melindungi diri. Keadaan lantai produksi kotor, karena terdapat bahan baku material sisa pemotongan kayu dan debu yang sangat menggangu pernafasan jika tidak menggunakan masker pelindung. Sirkulasi udara di dalam pabrik cukup panas, dimana hanya mengandalkan ventilasi udara yang sangat minim. Karena mesin juga mengeluarkan udara yang cukup panas sehingga menyebabkan suhu di dalam pabrik juga menjadi panas, akibat dari sistem penyedotan debu/serbuk tidak sempurna sehingga ditimbulkan polusi di ruangan produksi.

(31)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.9 Gedung Produksi PT Woodaya natamas

1.9.4 Gudang Penyimpanan Bahan Baku

Gudang penyimpanan bahan baku merupakan gudang tempat penyimpanan bahan baku basah dari bahan baku barang mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi (finish product) dalam suatu tempat tata letak fasilitas pabrik. Dalam penyusunan perencanaan letak fasilitas produksi, perencanaan gudang pabrik seharusnya dipersiapkan dengan baik. Karena gudang perusahaan akan tersebar, baik di dalam pabrik yang didirikan maupun yang berada di luar pabrik. Sehubungan dengan perencanaan gudang pabrik ini, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan sebaiknya dapat mengumpulkan berbagai macam informasi yang akan berhubungan dengan perencanaan gudang tersebut.

Gudang bahan baku yang dimiliki oleh PT Woodaya Natamas yaitu: gudang bahan baku kayu basah (bahan mentah), gudang bahan baku kayu kering (bahan sudah proses pengeringan klindry), dan gudang barang jadi (finish product)

(32)

gudang sudah ada operator atau karyawan yang bertugas untuk menjaga, merapihkan, dan menyusun barang-barang agar tidak berantakan dan mudah untuk diambil jika dibutuhkan. Seperti pada Gambar 1.10, Gambar 1.11, dan Gambar 1.12:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.10 Gudang Penyimpanan Bahan Baku Kayu Basah

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(33)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 1.12 Gudang Penyimpanan Barang Jadi (Finish Product)

1.10 Sistem Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung dalam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, sumber daya manusia (SDM) lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk tujuan suatu organisasi. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi utama dan selalu ada dalam perusahaan.

(34)

26 2.1 Sistem Industri

Setiap perusahaan pasti memiliki proses pembelian bahan baku, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun perusahaan pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan pembelian bahan baku. Tanpa adanya pembelian bahan baku, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya tidak dapat berjalan sesuai yang diinginkan. Pembelian bahan baku merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah industri manufaktur. Dalam proses tersebut membutuhkan suatu prosedur yang sesuai dengan standar dan kebutuhan. Jika tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, bisa jadi suatu industri manufaktur tidak akan mendapat hasil yang maksimal dan akan mengalami kebangkrutan. Pembelian diadakan untuk memastikan bahwa ada keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi labanya sepanjang menyangkut biaya bahan dan agar dapat terus beroperasi.

(35)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelian bahan baku merupakan hal yang terpenting dalam suatu proses bisnis, proses berjalannya suatu bisnis terutama industri yang bergerak dalam kegiatan produksi, membutuhkan bahan baku agar kegiatan produksi dapat berjalan sehingga mampu menciptakan suatu produk yang siap dijual. Bagaimana cara sebuah perusahaan dalam mengendalikan strategi pengadaan barangnya akan mempunyai pengaruh langsung terhadap bagaimana perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya. Pembelian bahan baku yang baik juga perlu menjadi perhatian untuk organisasi-organisasi non-profit dan pemerintah. Berbagai tekanan yang berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan besarnya biaya, mendorong organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi seefisien mungkin dengan biaya seminimum mungkin. Dengan demikian, apapun jenis dan ukuran perusahaannya, pembelian bahan baku yang dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif amat diperlukan dalam upaya mencapai kondisi perusahaan yang sehat karena pembelian merupakan kegiatan yang memerlukan pengerahan sumber daya dalam jumlah besar.

Sistem persediaan bahan baku produk barecore yang dipakai oleh PT Woodaya Natamas dalam menjalankan aktivitas perusahaan menggunakan strategi

Make to Order. PT Woodaya Natamas memilih strategi Make to Order, dalam strategi ini produsen dan pelanggan dapat saling berdiskusi untuk mencari alternatif reduksi biaya, waktu pengiriman, dan memenuhi kebutuhan aktual dari pelanggan. Apabila pelanggan sudah menyetujui quotation yang diajukan produsen, proses pembuatan produk dapat dilakukan, dan selanjutnya dikirimkan ke buyer (pembeli).

(36)

2.1.1 Pengendalian Kualitas

Perusahaan dapat mempertahankan suatu produk dengan cara menjual kualitas yang baik secara konsisten, dimana diperlukan suatu aktivitas yang disebut pengendalian kualitas. Pengendalian Kualitas adalah cara untuk menentukan standar kualitas untuk masing-masing produk atau jasa dan usaha perusahaan untuk dapat memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dari awal proses produksi hingga akhir proses produksi. Oleh sebab itu menjalankan pengendalian kualitas, rencana dan kebijakan tentang sebuah pengendalian kualitas harus dikomunikasikan dengan jelas agar dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pada kerja praktek kegiatan yang dilakukan adalah mengetahui proses pengendalian kualitas pada bagian bahan baku sebelum masuk produksi di PT Woodaya Natamas, proses dari bagian bahan baku kayu masuk ke dalam pabrik, setelah itu adanya proses telly (quality), stick kayu dan bagian kiln dry

(pengeringan) setelah proses stick selesai. Dimana pada bagian ini harus menjaga kualitas bahan baku yang akan dihasilkan agar bisa memilki kualitas yang baik dan bermutu tinggi sesuai standar kualitas perusahaan. Dalam pasar global, cakupan persaingan semakin terus menambah banyak. Sehingga perusahaan yang bergerak di industri kayu albasia barecore harus bisa mengembangkan produknya dan memberi jaminan kualitas yang bisa bersaing dengan perusahaan yang lain. Pasar domestik menjadi bagian dari pasar dunia pada saat ini, yang dipasok dari pusat-pusat produksi diseluruh dunia. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan yang mengubah strateginya dari perusahaan yang berusaha menguasai sumber daya dalam negeri untuk menguasai pasar domestik. PT Woodaya Natamas berusaha menemukan kombinasi optimal dari sumber daya lokal dan luar negeri untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dalam kondisi seperti ini, hanya produk dan jasa yang berkualitas yang akan memenangkan persaingan dan mempertahankan posisinya di pasar.

(37)

mendengarkan suara konsumen (customer voice), dalam membuat kebijakan-kebijakan tentang kualitas produk yang berkualitas.

Kualitas banyak diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam praktek, pengertian kualitas dapat beraneka ragam. Kualitas biasanya dinilai dari segi penampilan, kinerja, atau pemenuhan terhadap persyaratan atau standar. Menurut Kotler dan Armstrong (2014:230), mendefinisikan kualitas produk sebagai berikut : “The characteristics of a product or service that bear on its

ability to satisfy stated or implied customer needs” menurut pendapat ini kualitas

produk adalah karateristik suatu produk atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Jadi, dengan adanya kualitas pada sebuah produk yang dibuat, akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di dalam dunia bisnis yang dijalaninya. Dengan demikian, perusahaan harus dapat menjaga kualitas produk atau jasa yang dibuatnya agar dapat diterima oleh masyarakat luas. Sebagai contoh: produk dianggap berkualitas jika ekslusif, berharga mahal, memiliki ketelitian lebih tinggi dibanding yang lain, tahan lama, lebih kuat, menarik, atau nyaman digunakan. Produk yang berkualitas akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghindari banyaknya keluhan para pelanggan setelah menggunakan produk yang dibelinya. Agar supaya produk yang dihasilkan tersebut mempunyai kualitas sesuai dengan harapan konsumen maka perusahaan harus melakukan pengendalian terhadap kualitas dan menghindari banyaknya produk yang cacat ikut terjual ke pasar.

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

(38)

dan dapat terlihat pada produk akhir, yang tujuannya agar barang atau produk hasil produksi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan kualitas adalah produk akhir mempunyai spesifikasi sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan agar biaya desain produk, biaya inspeksi dan biaya proses produksi dapat berjalan secara efisien. Orientasi perusahaan sebagai produsen dalam kebijakan kualitas adalah untuk kepuasan pelanggan.

Tanpa adanya pengendalian kualitas produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena penyimpangan-penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa dilakukan dan akhirnya penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila pengendalian kualitas dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi penyimpangan dapat langsung diperbaiki dan dapat digunakan untuk perbaikan proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.

Keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menentukan dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif. Oleh karena itu, pengendalian kualitas produk menjadi tanggung jawab setiap orang di dalam organisasi sejak dari manajemen puncak sampai karyawan, dari fungsi produksi dan inspeksi sampai dengan fungsi-fungsi lain dalam organisasi perusahaan, bahkan meluas sampai organisasi pemasok dan mitra bisnis. Berikut adalah standar kualitas bahan baku di PT Woodaya Natamas seperti pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Standar Kualitas Bahan Baku Kayu PT Woodaya Natamas

No Nama Jenis Kayu Kriteria

1. Albasia Allgrade Tidak busuk, lubang gerek, blustaint

pelos maksimal 2 cm 1 sisi atau 1 cm 2 sisi, pecah ujung maksimal 10 cm, gesekan harus lurus.

2. Albasia Super Tidak busuk, lubang gerek, blustaint

(39)

Dengan melaksanakan pengendalian kualitas yang sebaik-baiknya, maka banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam hal ini, yaitu antara lain: 1. Mengurangi kehilangan-kehilangan (losses) dalam proses kerja yang dilakukan

seperti mengurangi waste product atau menghilangkan waktu-waktu yang tidak produktif.

2. Menambahkan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.

3. Menjaga agar penjualan (sales) agar tetap meningkat profit tetap diperoleh (meningkatkan potensi daya saing).

4. Menekan biaya (save money).

5. Menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan.

6. Menaikan kualitas sesuai standar dan mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.

7. Menambah relaibilitas produk yang dihasilkan.

Perusahaan yang telah melaksanakan pengendalian kualitas, dan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, akan lebih dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai lebih dimata masyarakat. Dengan kepercayaan buyer (pembeli) terhadap kualitas umumnya akan bertambah dan akan dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanatisme tertentu terhadap produk apapun yang akan ditawarkan oleh perusahaan kepada para konsumen. Dengan adanya persepsi yang sama terhadap pengendalian kualitas tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian mutu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya pendidikan dan latihan karyawan terhadap pengendalian kualitas telah mampu menciptakan persepsi yang sama terhadap kebijakan mutu.

(40)

2.2 Data dan Fakta

Pengendalian kualitas bahan baku di PT Woodaya Natamas selalu dilakukan pengecekan dengan rutin oleh bagian divisi telly bahan baku (quality control). Untuk mengidentifikasi masalah maka dilakukan pengumpulan data dan fakta yang diperlukan untuk pemecahan masalah, adapun data yang dikumpulkan adalah data kayu afkir yang terjadi pada proses kayu masuk ke pabrik. Sumber data yang diambil merupakan data yang berasal dari hasil pengecekan kayu afkir pada perusahaan bulan September 2017 yang dilakukan pada praktek kerja lapangan. Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama yang akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis.

Hasil check sheet data pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan memberikan informasi kepada plantation departement mengenai kualitas fisik kayu albasia yang sudah dikirim ke pabrik. Data hasil check sheet pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan dikirimkan ke plantation department untuk memberikan informasi mengenai kualitas fisik kayu yang masuk, yang sudah dikirim ke pabrik dan sebagai data bahan laporan pengamatan kualitas pada pengendalian kualitas kayu albasia (Quality Control Inplan Cannery).

Laporan pengamatan kualitas kayu pada pengendalian kualitas barecore

(quality control inplan cannery) tersebut akan masuk ke data perencanaan produksi dan diolah menjadi laporan kayu masuk, sehingga dapat diketahui style

(41)

Tabel 2.2 Bahan Baku Masuk Kayu Albasia Bulan September 2017

(42)

Untuk memudahkan dalam melihat lebih jelas kerusakan (afkir) yang terjadi pada pengendalian kualitas bahan baku kayu albasia barecore sesuai dengan tabel data kontrol bahan baku kayu masuk pada bulan september 2017, maka langkah selanjutnya adalah membuat diagram batang. Data kerusakan kayu afkir tersebut disajikan dalam bentuk data tabel yang dibedakan jenis kerusakan kayu tersebut dan dibuat grafik diagram jenis kerusakan kayu seperti pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.1 berikut:

Tabel 2.3 Jenis Afkir Kayu Albasia September 2017

(43)
(44)

Berdasarkan tabel di atas jumlah kerusakan kayu yang terjadi akan terlihat diagram sebagai berikut:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.1 Diagram Jumlah Jenis Kerusakan Kayu Afkir

Dari diagram batang jumlah jenis kerusakan kayu di atas menunjukkan bahwa kerusakan pada bahan baku kayu albasia yang masuk ke pabrik bulan September 2017 berupa lima jenis kerusakan yaitu :

1. Kerusakan kayu afkir yang terbesar yaitu banyaknya kulit yang menempel sebanyak 590 pcs. Disebabkan pada proses pemotongan yang masih tertinggal kulit-kulit yang tidak rata.

2. Kerusakan kayu afkir yang kedua yaitu busuk sebanyak 550 pcs. Disebabkan terlalu lama dan sudah termakan oleh hama kayu sengon.

3. Kerusakan kayu afkir ketiga yaitu blustaint pelos sebanyak 516 pcs. Disebabkan oleh sejumlah jamur pada kayu sengon, yang berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan tekan dan lengkung kayu, tetapi terhadap beban tiba-tiba (taughness) mungkin sangat berpengaruh.

4. Kerusakan kayu afkir keempat yang terjadi yaitu lubang gerek sebanyak 430 pcs. Disebabkan yang terjadi pada liang gerek pada kayu yang mengalami penyesetan akibat terlalu lama dilokasi penumpukan kayu bisa juga karena hama kumbang kayu.

(45)

disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) yang dilakukan pada saat penggesekan kayu di lokasi sawmil.

2.3 Proses Industri

Proses industri yang ada di PT Woodaya Natamas adalah perdagangan dengan sistem Push. Pada push sistem, jalannya produksi berdasarkan schedule

masing-masing proses, sehingga proses sebelumnya akan mendorong proses berikut, akibatnya timbul kesulitan untuk adaptasi apabila ada perubahan permintaan dari konsumen. Dalam sistem ini pusat kontrol membuat jadwal produksi pada setiap tahap proses berdasarkan perkiraan permintaan dan informasi mengenai produk jadi dan setengah jadi, serta perkembangan produksi pada setiap tahap proses. Untuk adaptasi perubahan selama bulan berjalan, perusahaan harus mengganti seluruh jadwal produksi disetiap lini proses. Hal tersebut cukup menyulitkan apabila perubahan jadwal berulang. Pada sistem ini, perusahaan harus menyiapkan stok pada masing-masing proses untuk mengabsorsi permasalahan dan perubahan kebutuhan konsumen. Sistem seperti ini, sering mengakibatkan terbentuknya unbalance stock di antara proses, yang akhirnya mengakibatkan timbulnya dead stock, penambahan alat handling, dan penambahan orang untuk menjaga inventori. Sistem Push adalah aksi untuk

mengantisipasi kebutuhan dengan proses manajemen kebutuhan dalam mengurangi resiko stock-out. Maksud dari sistem Push di PT Woodaya Natamas adalah pelayanan yang diberikan yaitu pihak PT Woodaya Natamas melakukan pengiriman produk barang sesuai dengan permintaan buyer (pembeli).

2.3.1 Proses Pengendalian Kualitas Terhadap Bahan Baku

(46)

saja, tetapi merupakan tanggung jawab dari seluruh bagian yang ada dalam perusahaan. Semua bagian yang ada dalam perusahaan merupakan adanya saling keterkaitan dalam rangka mencapai suatu tujuan perusahaan salah satunya adalah kualitas. Usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas bukanlah merupakan beban kerja pada satu bagian saja melainkan, merupakan usaha terpadu dari setiap individu yang ikut terlibat mulai dari proses produksi sampai penyerahan produk. Dalam hal ini PT Woodaya Natamas selalu memeriksa setiap bahan baku yang masuk terlebih dahulu sebelum digunakan untuk proses produksi. Proses pengendalian bahan baku dilakukan secara detail agar hasil dari pengecekan dilapangan sesuai dengan hasil input dalam data management. Berikut adalah Proses industri yang ada di perusahaan PT Woodaya Natamas:

1. Proses Penerimaan Bahan Baku Kayu Albasia

Proses penerimaan bahan baku yang ada di PT Woodaya Natamas adalah dengan cara mobil truk yang datang dari supplier langsung ke gudang penyimpanan bahan baku kayu basah. Setelah sampainya di gudang penyimpanan bahan baku kayu basah, bahan baku kayu langsung dibongkar oleh kuli bongkar kayu sesuai intruksi kepala gudang kayu basah. Proses penerimaan bahan baku kayu basah albasia sengon seperti pada Gambar 2.2:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(47)

2. Proses Grading Rules Sawn Timber Albasia (Balken)

Proses ini melakukan grading pada kayu yang datang dari supplier berikut adalah proses grading rules saw timber albasia (balken) yang ada pada PT Woodaya Natamas:

a. Normal Grade:

1) Pelos maksimal 10 mm dan pecah ujung max. 10 cm. 2) Tidak boleh busuk.

3) Tidak boleh ada kerap lubang. 4) Tidak boleh bluestaint.

5) Bebas dari kulit. b. Grade B (Triming 2)

1) Pelos sisi memanjang maksimal 2 cm (kedua sisi masing-masing 1 cm atau satu sisi 2 cm). Berikut penjelasannya seperti pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4:

a) Pelos dua sisi masing-masing 1 cm.

b) Kulit tengah maksimal 10 % dari total area. c) Pelos satu sisi 2 cm.

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.3 Proses Grade B Kulit Tengah

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(48)

2) Pelos permukaan ujung maksimal 20 cm (kedua ujung face masing-masing 10 cm atau satu ujung face 20 cm). Berikut penjelasannya seperti pada Gambar 2.5, Gambar 2.6, dan Gambar 2.7:

a) Pelos ujung face masing-masing panjang 10 cm. b) Pelosujung face panjang 20 cm, panjang invoice.

c) Triming 2 pada face (permukaan), panjang invoice dikurangi 20 cm. d) Pelos sisi memanjang tidak beraturan maksimal 20 % dari area. e) Toleransi tebal dan lebar (-) 0 dan (+) 2 mm.

f) Toleransi panjang +/- 10 mm.

g) Lubang kerap/gerek maksimal 20 % dari total area. h) Mata hidup diizinkan.

i) Pecah ujung maksimal panjang 10 cm. j) Di luar ketentuan di atas turun grade.

k) Kulit, lubang kerap/gerek, pecah ujung lebih dari 50 % total area dianggap afkir.

l) Triming 2 pada sisi memanjang berarti lebar invoice, dikurangi 2 cm.

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.5 Proses Grade Pelos Ujung Face 10 Cm

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(49)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.7 Proses Grade Pelos Sisi Tidak Beraturan

c. Mixed Grade (Triming 4)

1) Pelos sisi memanjang maksimal 2 cm (kedua sisi masing-masing 1 cm atau satu sisi 2 cm). Berikut penjelasan lebih seperti pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9:

a) Lubang kerap/gerek maksimal 40% dari total area. b) Kulit tengah maksimal 20% dari total area.

c) Pecah ujung maksimal 20 cm. d) Pelos 2 sisi masing-masing 2cm. e) Pelos satu sisi 4 cm.

f) Triming 4 pada sisi memanjang berarti lebar invoice, dikurangi 4 cm.

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(50)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.9 Proses Mixed Grade Pelos Sisi 4 Cm

2) Pelos permukaan ujung maksimal 40 cm (kedua ujung masing-masing panjang 20 cm atau satu ujung panjang 40 cm). Berikut penjelasannya seperti pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11:

a) Pelos satu ujung maksimal panjang 40 cm.

b) Pelos kedua ujung masing-masing panjang 20 cm.

c) Triming 4 pada ujung face (permukaan) berarti panjang invoice

dikurangi 40 cm.

d) Toleransi tebal dan lebar (-) 0 dan (+) 2 mm. e) Toleransi panjang +/- 10 mm.

f) Mata hidup diizinkan.

g) Di luar ketentuan di atas turun grade.

h) Kulit, lubang kerap/gerek dan pecah ujung lebih dari 50% dari total. i) Area dianggap afkir.

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(51)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.11 Proses Grade Pelos Masing-masing 2 Cm

3. Proses Stick kayu

Pada proses stick kayu ada sebuah proses pemilihan kayu yang datang dari supplier untuk dipisahkan dan disesuaikan dengan ketentuan kriteria kayu yang masuk ke pabrik. Seperti pada Gambar 2.12:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.12 Proses Stick Kayu

4. Proses Telly Kayu

(52)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.13 Proses Pengecekan Telly Kayu

5. Proses Kayu Masuk Kiln Dry

Proses ini adalah proses dimana kayu yang sudah grade, stick dan di telly

masuk ke dalam mesin pengeringan oven kayu (kiln dry). Kiln dry adalah mesin pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada dalam suatu bahan mencapai MC max 8% dengan kapasitas jumlah kayu yang ditentukan untuk masuk ke dalam kiln dry. Setelah kering kayu bisa masuk ke dalam gudang produksi yang kemudian akan diproduksi. Proses kayu masuk ke

kiln dry seperti pada Gambar 2.14:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

(53)

2.4 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat di dalamnya, kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan sistem produksi, profit perusahaan, sistem, dan simulasi sistem dinamik. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang cukup jelas atas masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2013:2) metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian kualitas dari suatu produk baik berupa barang maupun jasa, akan dihasilkan apabila pengendalian kualitas dilaksanakan dengan baik dan dilakukan pengendalian yang bersifat menyeluruh. Untuk melakukan pengendalian kualitas produk, agar kerusakan produk yang dihasilkan bisa dikurangi maka perusahaan harus berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.

Proses pengendalian kualitas dapat dilakukan melalui proses PDCA (plan, do, check, action) yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang berkebangsaan Amerika Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus deming (deming cyle). Siklus PDCA umumnya digunakan untuk alat statistik utama, yaitu check sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagram sebab akibat (fishbone chart), scatter diagram dan stratifikasi. Alat-alat ini berguna untuk pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan sebuah dasar pengambilan keputusan:

1. Check sheet

(54)

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.15 Lembar check sheet PT Woodaya Natamas

2. Histogram

Histogram digunakan untuk memberikan kemudahan dalam membaca atau menjelaskan data dengan cepat, berbentuk grafik balok yang memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh dalam bentuk angka.

3. Peta Kendali (Control Chart)

Peta kendali atau control chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai suatu metode grafik yang digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.

4. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah grafik yang menguraikan klasifikasi data secara menurun mulai dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah.

5. Diagram Sebab Akibat

(55)

mempunyai akibat pada masalah utama dari sistem pada bagian kanan bagan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. 6. Scatter Diagram

Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan.

7. Stratifikasi

Stratifikasi merupakan teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu, agar data dapat menggambarkan permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil.

2.5 Analisa Sistem Produksi

Manajemen produksi dan operasi merupakan manajemen dari suatu sistem informasi yang mengkonversikan masukan (input) menjadi keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan fungsi produksi dan operasi memerlukan serangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem. Sistem produksi mempunyai unsur-unsur yaitu masukan, pentransformasian dan keluaran. Proses sistem produksi pengendalian kualitas pada bagian bahan baku perusahaan PT Woodaya Natamas mempunyai sistem pengendalian kualitas yaitu dengan cara mengetahui proses penerimaan bahan baku kayu datang dari supplier, proses grading rules sawn timber, proses stick kayu, proses telly kayu, proses pengeringan kiln dry. pada proses bagian bahan baku yaitu pengecekan kayu ada beberapa pengerjaan pengecekan, dalam pengendalian kualitasnya quality control

(56)

dilakukan perusahaan yaitu berfokus pada bahan baku kayu basah yang baru masuk dari supplier ke pabrik.

2.6 Analisa Diagram Sebab Akibat (F ishbone Chart)

Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setelah diketahui jenis-jenis bahan baku afkir kayu yang terjadi, maka PT Woodaya Natamas perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang serupa. Hal penting yang harus dilakukan dan ditelusuri adalah mencari penyebab timbulnya kerusakan tersebut. Berikut diagram fishbone seperti pada Gambar 2.16:

(Sumber: PT Woodaya Natamas)

Gambar 2.16 Diagram Fishbone PT Woodaya Natamas

(57)

Analisa dari fishbone dengan 5W + 1H secara detail dituangkan dalam kalimat berikut ini:

1. What (apa) : Banyaknya kecacatan (defect/afkir) kulit yang masih menempel pada bahan baku kayu.

Solusi : mencari penyebab kecacatan banyaknya kulit yang masih menempel pada bahan baku kayu dan mencarikan jalan keluarnya.

2. When (kapan) : Terjadi saat pengecekan bahan baku kayu.

Solusi : sebelum pengiriman bahan baku kayu, perlu adanya pengecekan lebih lanjut oleh supplier terhadap penggesekan kayu yang berada di sawmil kayu. 3. Whom (siapa) : Oleh quality control kayu.

Solusi : membekali pekerja dengan ketelitian kerja.

4. Why (mengapa) : Karena faktor penggesekan kayu pada saat di lokasi sawmil supplier kurang adanya ketelitian.

Solusi : memberi masukan pada supplier agar bisa memperhatikan tenaga kerjanya dan memberi arahan dalam ketelitian penggesekan kayu di sawmil agar mencegah terjadinya kerusakan yang tidak parah.

5. Where (dimana) : Di gedung penerimaan bahan baku kayu (pabrik). Solusi : melakukan proses pengecekan dengan teliti dan sesuai standar.

6. How (bagaimana) : Jika pengiriman bahan baku yang dikirimkan masih ada banyak kulit yang menempel sehingga kecacatan afkir bahan baku kayu kemungkinan besar akan terjadi.

Solusi : memberi masukan terhadap supplier agar bisa mengirimkan kayu sesuai standar perusahaan, dan supplier harus memperhatikan kondisi bahan baku kayu pada saat penggesekan kayu di sawmil karena sering terjadinya faktor kurang ketelitiannya karyawan sawmil yang dapat mempengaruhi kayu bermasalah, hal ini adalah satu-satunya jalan untuk mengurangi material pada banyaknya afkir kayu.

2.7 Rekayasa Manajemen Industri

(58)

perusahaan. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan untuk bisa meningkatkan sebuah kualitas mutu produk barecore yang lebih baik lagi, agar bisa terus diminati oleh buyer (pembeli). Setiap perusahaan pasti memiliki sebuah pesaing dari perusahaan lain dengan cara mengetahui benchmarking kompetitor dari perusahaan lain. Benchmarking adalah suatu proses studi banding dan mengukur suatu kegiatan perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance)

perusahaan atau organisasi. Penerapan benchmarking mempunyai tujuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dengan memperbaiki kinerja usaha, meningkatkan produktivitas, memperbaiki mutu produk dan pelayanan.

Dalam mempertahankan dan memperbesar usahanya, PT Woodaya Natamas harus mampu melihat kelebihan dan kekurangan saingan, dalam hal ini pesaing yang dijadikan contoh adalah PT Okasa, berikut adalah analisa berupa kelebihan pesaing dan kelebihan yang dimiliki PT Woodaya Natamas:

1. PT Okasa (Produk Pesaing)

a. Kelebihan Perusahaan

1) Pemasaran yang terfokus terus-menerus.

2) Produk mempunyai kualitas yang sangat tinggi. 3) Sistem penjualan yang sudah modern.

4) Stock bahan baku selalu banyak.

5) Mesin-mesin yang digunakan sudah modern. b. Target Pasar

Target yang diincar dari perusahaan ini adalah buyer (pembeli) yang mempunyai pendapatan kelas menengah sampai ke atas. Harga yang ditawarkan pun cukup beragam antar produk.

c. Layanan

(59)

2. PT Woodaya Natamas

a. Kelebihan Perusahaan

1) Bahan baku yang digunakan dilakukan pengendalian kualitas yang baik. 2) Pemasaran yang terfokus pada perbaikan secara terus-menerus.

3) Rata-rata pesanan barecore yang sudah berada di atas mendorong kekuatan perekonomian perusahaan.

4) Stock bahan baku yang terjaga dengan baik.

5) Melakukan perbaikan secara berkesinambungan pada produk. b. Target Pasar

Segmen yang dituju adalah kelas menengah sampai atas, mengandalkan kepuasan buyer (pembeli) dimana segala kebutuhan disajikan sesuai permintaan pihak buyer (pembeli). Harga yang ditawarkan adalah sesuai pangsa pasar.

c. Layanan

Layanan yang diandalkan oleh PT Woodaya Natamas juga tak kalah saing dengan PT Okasa. Dimana PT Woodaya Natamas mempunyai layanan dengan kepuasan pelanggan yang sangat terjaga baik sampai saat ini. Proses akses bisa melalui internet, catalogue produk barecore, dan melalu via marketing yang sangat konsisten menjaga kualitas produk yang bermutu tinggi. Perusahaan bisa bersaing dengan layanan penuh dan optimal untuk kenyamanan buyer (pembeli).

Gambar

Gambar 1.1  Logo Perusahaan
Gambar 1.1  Struktur Organisasi PT Woodaya Natamas
Gambar 1.3  Lokasi Perusahaan
Gambar 1.4  Denah Plant PT Woodaya Natamas
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT JAYA CEMEIUANG INDUSTRI DI ICECAMATAN PAN~NGAN;TANGEI+ANG,

Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada PT... Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku

Memilih bahan baku dilakukan untuk memastikan bahan baku (limbah kayu) merupakan bahan yang masih bisa dimanfaatkan dan memiliki kualitas baik, pemilihan kayu

Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi reforming unit dipisahkan dahulu di unit purification, karbon dioksida yang telah dipisahkan dikirm sebagai

ANALISIS HASIL UJI XRF LOGAM BERAT LIMBAH B3 SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI BAHAN BAKU PEMBUATAN SEMEN DI PT.

Kegiatan praktik kerja profesi di PT Aventis Pharma yang dilakukan antara lain melihat secara langsung kegiatan produksi obat, mulai dari penimbangan bahan baku,

Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan

Pada prinsipnya bahan baku utama dalam proses pembuatan semen hanya ada dua yaitu batu kapur dan tanah liat sebab semua senyawa utama berasal dari bahan-bahan tersebut4. Bila