• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMAKAIANNARKOBA DENGAN TIMBULNYA HALUSINASIPADA PASIEN DI BLUD RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh:

REZKY PAMASKA 110100005

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

HUBUNGAN PEMAKAIAN NARKOBA DENGAN TIMBULNYA HALUSINASI PADA PASIEN DI BLUD RUMAH SAKIT JIWA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

REZKY PAMASKA 110100005

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan PemakaianNarkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit JiwaDaerah Provinsi Sumatera Utara

Nama : Rezky Pamaska NIM : 110100005

Pembimbing

NIP: 197205011999032004

Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ), Sp.KJ(K)

Medan, 9Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP: 19540220 198011 1 001

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH Penguji I

dr. Sri Amelia, M. Kes NIP: 19740913 200312 2 001

Penguji II

(4)

ABSTRAK

Narkoba, yang terdiri dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, adalah zat alami ataupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran dan perilaku seseorang. Penyalahgunaan pemakaian narkoba menempati urutan ke 20 penyebab terganggunya kesehatan. Salah satu masalah gangguan jiwa yang sering muncul dari narkoba adalah halusinasi. Efek halusinasi inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama remaja ingin menggunakan narkoba.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional study.Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang mengonsumsi narkoba dan mengalami gangguan jiwa yang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus 2014 yang diambil dari data wawancara.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemakaian jenis narkoba tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan timbulnya halusinasi (p= 0,134).

Dapat disimpulkan bahwa pemakaian beberapa jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi tidak memiliki hubungan bermakna dengan timbulnya halusinasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji diagnostik Chi-Square dari penelitian ini.

(5)

ABSTRACT

Drugs, which consist of narcotics, psychotrophics, and other addictive substances, are natural or chemical substance that when inserted into a person’s body might manipulate that person’s mind and behavior. The misuse of drugs is placed on the 20th place among the other health issues. One of it’s psychopathic side-effect is hallucination. This hallucination side effect is the reason why many people especially teenagers tried to use drugs.

This research used analytic observational method which is done by using cross-sectional study. The populations in this research are all of the patients that consumed drugs and had psychopathic problem that went into BLUD Rumah Sakit Jiwa Proivinsi Sumatera Utara in August 2014 where the informations required were taken via interview.

From the result of this research it is found that there’s no significant relation between the variety use of drugs and hallucination (p = 0,134).

It can be concluded that the use of variety of drugs does not have a significant relation with the emergence of hallucination. This can be proved from the Chi-Square diagnostic test in this research.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang dengan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini telah memperoleh dukungan secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. dr. Candra Syafei, Sp.OG dan dr. Suci Hati, M.Kes selaku ayah dan ibu saya yang sudah menemani dan banyak membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis saya.

2. Dekka Andra dan Cika Radezky, kedua adik saya yang sudah menemani saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ), Sp.KJ(K)selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran, motivasi serta semangat sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.

5. dr. Sri Amelia, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan nasehat-nasehat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini. 6. dr. Rusdiana, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang juga telah memberikan

(7)

7. dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD PD selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis.

8. Staf pegawai dan Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya ilmiah ini.

Medan, 2 Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR SINGKATAN ...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.3.1 Tujuan umum ...3

1.3.2 Tujuan khusus ...3

1.4 Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1 Halusinasi ...5

2.1.1 Definisi halusinasi ...5

2.1.2 Jenis-jenis halusinasi ...5

2.1.3 Tingkatan halusinasi ...7

2.2 Narkoba ...9

2.2.1 Definisi dan penggolongan narkoba ...9

2.2.2 Golongan narkotika ...10

2.2.3 Golongan psikotropika ...15

2.2.4 Jenis-Jenis bahan adiktif ...17

(9)

2.2.6 Faktor penyalahgunaan narkoba ...22

2.2.7 Ciri-Ciri pengguna narkoba ...23

2.2.8 Karakteristik demografik pengguna narkoba yangmengalami gangguan jiwa ...24

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ...26

3.1 Kerangka Konsep ...26

3.2 Definisi Operasional ...26

3.2.1 Halusinasi ...26

3.2.2 Narkoba ...27

3.3 Hipotesis ...27

BAB 4 METODE PENELITIAN ...28

4.1 Jenis Penelitian ...28

4.2 Tempat dan Waktu ...28

4.3 Populasi dan Sampel ...28

4.3.1 Populasi ...28

4.3.2 Sampel ...28

4.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi ...28

4.4 Metode Pengumpulan Data ...29

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...29

4.5.1 Pengolahan data ...29

4.5.2 Analisis data ...30

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...31

5.1 Hasil Penelitian ...31

5.1.1Deskripsi lokasi penelitian ...31

5.1.2Analisis Deskriptif ...31

5.1.2.1Deskripsi karakteristik responden...31

(10)

5.1.3Hubungan pemakaian jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi ...33

5.2Pembahasan ...34

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN ...36

6.1 Kesimpulan ...36

6.2Saran 36 DAFTAR PUSTAKA ...37

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Tahap Tingkatan Intensitas Halusinasi 8

Tabel 2.2 Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Narkotika

19

Tabel 2.3 Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Psikotropika

19

Tabel 2.4 Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Bahan Adiktif Lainnya

20

Tabel 2.5 Jumlah Tersangka Kasus Narkoba

Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

25

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

32

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

32

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Gangguan Jiwa Pada Keluarga

33

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Narkoba yang Digunakan

33

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Visualisasi Narkotika Golongan I 10

Gambar 2.2 Visualisasi Narkotika Golongan II 11

Gambar 2.3 Visualisasi Narkotika Golongan III 12

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Riwayat Hidup

Lampiran 2: Lembar Penjelasan

Lampiran 3: Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan / Informed Consent

Lampiran 4: Kuesioner Wawancara Penelitian

Lampiran 5: Data Input

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Defisciency Syndrome

Bareskrim : Badan Reserse Kriminal

BNN : Badan Narkotika Nasional

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

ICD : International Classification of Diseases

LSD : Lysergic acid diethilamide

MDMA : 3,4-methylenedioxy-N-methylamphetamine

NAPZA : Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif

Narkoba : Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif

Polri : Polisi Republik Indonesia

PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

STP : 2,5-dimethoxy-4-methyl-amphetamine

(15)

ABSTRAK

Narkoba, yang terdiri dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, adalah zat alami ataupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran dan perilaku seseorang. Penyalahgunaan pemakaian narkoba menempati urutan ke 20 penyebab terganggunya kesehatan. Salah satu masalah gangguan jiwa yang sering muncul dari narkoba adalah halusinasi. Efek halusinasi inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama remaja ingin menggunakan narkoba.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional study.Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang mengonsumsi narkoba dan mengalami gangguan jiwa yang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus 2014 yang diambil dari data wawancara.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemakaian jenis narkoba tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan timbulnya halusinasi (p= 0,134).

Dapat disimpulkan bahwa pemakaian beberapa jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi tidak memiliki hubungan bermakna dengan timbulnya halusinasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji diagnostik Chi-Square dari penelitian ini.

(16)

ABSTRACT

Drugs, which consist of narcotics, psychotrophics, and other addictive substances, are natural or chemical substance that when inserted into a person’s body might manipulate that person’s mind and behavior. The misuse of drugs is placed on the 20th place among the other health issues. One of it’s psychopathic side-effect is hallucination. This hallucination side effect is the reason why many people especially teenagers tried to use drugs.

This research used analytic observational method which is done by using cross-sectional study. The populations in this research are all of the patients that consumed drugs and had psychopathic problem that went into BLUD Rumah Sakit Jiwa Proivinsi Sumatera Utara in August 2014 where the informations required were taken via interview.

From the result of this research it is found that there’s no significant relation between the variety use of drugs and hallucination (p = 0,134).

It can be concluded that the use of variety of drugs does not have a significant relation with the emergence of hallucination. This can be proved from the Chi-Square diagnostic test in this research.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari NARkotika, PsiKOtropika dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Penyalahgunaan pemakaian narkoba menempati urutan ke 20 dunia sebagai penyebab terganggunya kesehatan dan menempati urutan ke 10 di negara-negara berkembang. Secara global, narkoba jenis ganja paling banyak digunakan. Prevalensi penyalahgunaan ganja berkisar 2,9 dan 4,3% per tahun dari penduduk yang berumur 15-64 tahun. Kemudian penyalahgunaan kokain berkisar 15-19,3 % per tahun di dunia (JHS.Tanjung, 2013).

Dalam dunia kesehatan, istilah narkoba ini terkenal dengan sebutan NAPZA, yaitu NArkoba, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif. Hal ini dituangkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.422/MENKES/S.K./III/2010 tentang pedoman penatalaksanaan medik gangguan penggunaan Napza. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (2008) disimpulkan bahwa angka prevalensi nasional (penyalahgunaan narkoba) tahun 2008 adalah 1,99 % dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang). Pada tahun 2010 prevalensi tersebut diproyeksikan naik menjadi 2,21% dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8 % atau setara dengan 5,1- 5,6 juta orang.

Pada umumnya penyebab terjadinya penyalahgunaan pemakaian narkoba akibat ditawarkan oleh teman, ingin tahu dan mencoba, ingin pengakuan teman sebaya, ingin tampil modern (gaya) dan keinginan lepas dari masalah (Budi Anna Keliat,dkk, 2012).

(18)

laki-laki yang menjadi penyalahguna narkoba, sedangkan perempuan sekitar 1 dari 120 orang. Para penyalahguna narkoba kebanyakan berada di kelompok umur 20-29 tahun. Pola yang terjadi pada kelompok laki-laki dan perempuan relatif sama. Diperkirakan ada satu dari 14 laki-laki dan satu dari 57 perempuan menjadi penyalahguna narkoba di kelompok umur 20-29 tahun. Dengan semakin bertambahnya umur, maka risiko menjadi penyalahguna narkoba menjadi semakin kecil. Hal ini mungkin karena pada kelompok umur diatas 30 tahun mayoritas sudah berkeluarga sehingga semakin besar tanggungjawabnya terhadap keluarganya dan bagi mereka yang penyalahguna keinginan kuat ingin sembuh dari ketergantungan narkoba sangat besar (BNN, 2012).

(19)

Gangguan penggunaan Narkoba pada seorang pasien jarang dijumpai berdiri sendiri melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain bahkan dapat terjadi gangguan kejiwaan. Dalam hal timbulnya keadaan gangguan jiwa, rumah sakit jiwa milik pemerintah menyediakan 10 % dari tempat tidur untuk penderita penyalahgunaan napza /narkoba (Kep.Menkes.R.I No.422/ MENKES/S.K./III/2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi pada pasien di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, yang akhirnya diharapkan hasil karya tulis ini dapat memberikan kontribusi bagi pemecahan masalah pengguna narkoba dengan halusinasi di lokasi penelitian dan di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu :“Apakah terdapat hubungan pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi pada pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi pada pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kelompok umur pengguna narkoba

2. Untuk mengetahui frekuensi riwayat gangguan jiwa dalam keluarga pada pengguna narkoba

(20)

4. Untuk mengetahui hubungan pemakaian jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi

1.4 Manfaat Penelitian

Dari uraian tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting bagi

masyarakat dan pembaca tentang adanya hubungan pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi.

2. Sebagai bahan masukan untuk BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara terkait dengan penatalaksanaan pengguna narkoba.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Halusinasi

2.1.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan yang salah, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dihayalkan sebagai hal yang nyata (Sylvia D.Elvira & Gitayanti Hadisukanto (ed,).2013).

Menurut buku ajar psikiatri (B.K.Puri,dkk.2012), halusinasi merupakan persepsi sensoris yang salah tanpa adanya rangsangan eksternal yang sesungguhnya. Keadaan ini dianggap terletak di ruang objektif, dan memiliki kualitas realistik yang sama dengan persepsi normal. Dan juga tidak dipengaruhi manipulasi sadar dan hanya menunjukkan gangguan psikotik bila disertai juga oleh gangguan uji realitas. Halusinasi harus dibedakan dengan ilusi. Dimana ilusi adalah persepsi yang salah mengenai rangsang eksternal yang nyata. Sama seperti waham, halusinasi juga bisa sesuai mood atau tidak sesuai mood.

2.1.2 Jenis-jenis Halusinasi

Halusinasi ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, namun halusinasi yang paling banyak adalah halusinasi auditorik, yaitu sekitar 70%. Lalu diikuti dengan halusinasi visual, sekitar 20%. Sisa 10% nya adalah halusinasi lain. Menurut Sylvia D.Elvira & Gitayanti Hadisukanto (ed,) halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Halusinasi hipnagogik

Persepsi sensoris keliru yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.

2. Halusinasi hipnapompik

Persepsi sensoris keliru yang terjadi ketika seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.

(22)

Persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.

4. Halusinasi visual

Persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada gangguan medis umum.

5. Halusinasi penciuman

Persepsi penghidu yang keliru yang seringkali terjadi pada gangguan medis umum.

6. Halusinasi pengecapan

Persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum.

7. Halusinasi taktil

Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap di bawah kulit).

8. Halusinasi somatik

Sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya, lebih sering menyangkut orang dalam (juga dikenal sebagai cenethesic hallucination).

Disamping jenis halusinasi di atas, B.K.Puri,dkk (2012) menambahkan beberapa jenis halusinasi lain, yaitu:

1. Halusinasi liliput

Persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil (micropsia).

2. Autoskopi (Phantom Mirror Image)

Pasien melihat dirinya dan tahu bahwa itu adalah dirinya. 3. Ekstrakampina

(23)

4. Fenomena berurutan (trailing phenomenon)

Objek yang bergerak terlihat sebagai serangkai gambar terpisah dan tidak berkesinambuingan, ini biasanya akibat menggunakan halusinogen.

2.1.3 Tingkatan Halusinasi

Halusinasi juga mempunyai beberapa tingkatan keparahan. Menurut Dessy dalam Maramis (2011) refarat ada 5 tahap insight pasien terhadap halusinasinya:

1. Dahulu didapatkan halusinasi dan sekarang tidak pernah ada lagi. Pasien mengalami kesadaran menyeluruh terhadap halusinasinya. 2. Pernah mengalami halusinasi pada waktu lampau, tetapi tidak pada

saat sekarang dan pasien memersepsi dan memercayai hal itu sebagai suatu kenyataan yang benar.

3. Halusinasi dialami baru-baru ini tetapi pasien menolak untuk membicarakannya. Tampaknya pasien menyadari kontradiksi antara persepsi psikotik dengan realitas.

4. Pasien membicarakan halusinasinya, tetapi tidak mengikuti dengan perilaku tentang halusinasinya.

(24)

Menurut Stuart (2013) dalam bukunya, tahap tingkatan intensitas halusinasi dapat dilihat dari tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap Tingkatan Intensitas Halusinasi

Tingkat Karakteristik Observasi tingkah laku pasien

Tingkat 1: Menghibur tingkat kecemasan sedang

Halusinasi pada umumnya menyenangkan

Mengalami emosi yang kuat seperti rasa cemas, rasa bersalah, kesepian, rasa takut, dan mencoba untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang menghibur

untuk menghilangkan kecemasan. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol). Non psikosis.

• Tersenyum atau tertawa sendiri

• Menggerakkan bibir tanpa suara

• Pergerakan mata yang cepat (Rapid Eye Movement)

• Respon verbal lambat seolah-olah sedang asyik pada sesuatu

• Tampak diam dan berkonsentrasi

Tingkat 2: Menyalahkan tingkat kecemasan berat Halusinasi pada umumnya

menjijikkan atau memuakkan

Pengalaman sensoris terasa memuakkan dan menakutkan. Penderita mulai kehilangan kontrol dan mencoba menjauhkan diri dari sumber persepsi. Penderita akan mencoba untuk menjauhi orang lain karena malu akan pengalaman sensoris tersebut. Masih memungkinkan untuk mengembalikan pasien ke realitas. Psikosis ringan.

• Timbul gejala kecemasan seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas

• Rentang perhatian menyempit

• Terlalu konsentrasi pada pengalaman sensoris sehingga tidak bisa lagi membedakan halusinasi dengan kenyataan

Tingkat 3: Mengontrol tingkat kecemasan berat

Pengalaman sensoris menjadi sangat kuat dan tidak tertahankan

Penderita menyerah untuk melawan pengalaman sensoris. Isi dari halusinasi menjadi menarik. Penderita mungkin menderita kesepian setelah pengalaman sensoris selesis. Psikosis.

• Mengikuti dan tidak melawan perintah dari halusinasi

• Sulit berhubungan dengan orang lain

• Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit

• Gejala kecemasan berat berupa tremor, keringat berlebihan, dan tidak mampu mengikut perintah Tingkat 4: Menguasai

tingkat kecemasan panik Halusinasi pada umumnya diatur dan dipengaruhi oleh waham

Pengalaman sensoris dapat mengancam jika tidak diikuti. Bisa berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari jika tidak diintervensi. Psikosis berat.

• Perilaku panik

• Tinggi kemungkinan untuk bunuh diri atau membunuh

• Aktivitas fisik yang berhubungan dengan halusinasi yang dialami, seperti menarik diri, agitasi, dan katatonia

• Tidak mampu mengikuti perintah yang kompleks

• Tidak mampu merespons pada lebih dari 1 orang

(25)

2.2 NARKOBA

2.2.1 Definisi NARKOBA

Istilah NARKOBA sesuai Surat Edaran BNN No. SE/ 03/IV/2002 merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba adalah zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (JHS.Tanjung, 2013). WHO sendiri memberikan definisi tentang narkotika sebagai berikut: “Narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen).”

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.Bahan-bahan adiktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus (JHS.Tanjung, 2013).

Selain itu, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, penempatan pemakai narkoba ke dalam panti terapi dan rehabilitasi hanya dapat dilakukan jika terdakwa saat ditangkap dalam kondisi tertangkap tangan beserta barang bukti pemakaian, adanya surat uji laboratorium positif menggunakan narkoba berdasarkan permintaan penyidik, surat keterangan dari dokter jiwa / psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh hakim, dan tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap narkoba.

(26)

cannabis dengan ecstasy dimana salah satunya bisa memberikan efek proteksi terhadap jenis narkoba yang satunya lagi.

2.2.2 Golongan Narkotika

Menurut Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), narkotika dibagi atas 3 golongan yaitu:

1. Narkotika Golongan I

Narkotika yang digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, contohnya adalah ganja, heroin, kokain, dan opium.

Gambar 2.1 Visualisasi Narkotika Golongan I Sumber: BNN, 2012.

(27)

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya morfin, pentanin, petidin, dan turunannya.

Gambar 2.2Visualisasi Narkotika Golongan II Sumber: BNN, 2012.

3. Narkotika Golongan III

(28)

Gambar 2.3Visualisasi Beberapa Narkotika Golongan III Sumber: BNN, 2012.

Adapun dari begitu banyak jenis narkotika, menurut JHS.Tanjung, (2013) ada beberapa jenis yang paling sering disalahgunakan, antara lain:

1. Ganja

Dikenal juga dengan nama Cannabis, Mariyuana, Gelek,Cimeng, Hasish, Buddha Stick, Grass, Rumput, dan Sayur di jalanan.

(29)

Penggunaan narkotika adalah dengan cara dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Efek dari penggunaan narkotika adalah:

a. Denyut jantung semaking cepat, temperatur bada menurun, mata merah

b. Nafsu makan bertambah

c. Santai, tenang, dan melayang-layang d. Pikiran selalu rindu pada ganja

e. Daya tahan menghadapi problema jadi lemah f. Malas dan apatis

g. Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja

h. Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral tergangu

i. Kanker paru-paru. Karena pengaruh kadar tar pada ganja 2. Cocain

Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Kolombia di Amerika Latin. Bentuknya berupa bubuk, daun coca, buah coca, dan cocain kristal. Warnanya biasanya berwarna putih. Penggunaannya adalah dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot atau dibakar bersama tembakau

Efek dari penggunaan cocain adalah: a. Tidak bergairah bekerja

b. Tidak bisa tidur c. Halusinasi

d. Tidak nafsu makan

(30)

g. Pada tingkat overdosis atau takaran yang berlebihan dapat menyebabkan kematian, karena serangan dan ganggguan pada pernapasan dan serangan jantung

3. Morfin dan Heroin

Nama lainnya adalah Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak, dan Putih. Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver Somniferum. Dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin. Kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

Bentuk dari mofrin dan heroin ini berupa serbuk. Biasanya berwarna putih, abu-abu, kecoklatan, hingga coklat tua. Penggunaan morfin dan heroin adalah dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar di atas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) atau dengan menyuntikkannya langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

Efek dari penggunaan morfin dan heroin adalah:

a. Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan mengambang

b. Rasa sakit seluruh badan

c. Badan gemetar, jantung berdebar-debar d. Susah tidur dan nafu makan berkurang e. Mata berair dan hidung selalu ingusan

f. Problem pada kesehatan seperti AIDS, Tetanus, Hepatitis dan C, problem jantung, dan gangguan siklus menstruasi.

4. Katinone

(31)

Tanaman ini juga dikenal dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu Khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain, tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusar saraf manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tanaman Khat mengandung zat narkotikan Chatinone yang termasuk Narkotika Golongan I pada nomor urut 35 lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.

2.2.3 Golongan Psikotropika

Berdasarkan Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), psikotropika dibagi atas 4 golongan yaitu:

1. Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma keteragantungan. Contohnya MDMA/Ekstasi, LSD, dan STP.

2. Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya amfetamin, metilfenidat, datau ritalin.

3. Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya lumibal, buprenorsina, pentobarbital, dan flunitrazepam.

4. Psikotropika Golongan IV

(32)

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya nitrazepam dan diazepam.

Menurut JHS.Tanjung, (2013), jenis psikotropika yang paling sering disalahgunakan adalah:

1. Ekstasi

Dikenal dengan nama Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug, Essence, Clarity, Butterfly, Black Heart. Bentuknya biasanya berpa

tablet dan kapsul dengan beragam macam warna. Efek dari penggunaan ekstasi adalah:

a. Timbul rasa gembira secara berlebihan b. Merasa cemas

c. Hiperaktif

d. Rasa percaya diri meningkat e. Keringat dan gemetaran f. Susah tidur

g. Sakit kepala, mual muntah 2. Shabu-Shabu

Dikenal dengan nama Kristal, Ubas, SS, Mecin. Bentuknya berupa kristal sesuai namanya. Warnanya biasanya putih. Digunakan dengan cara dibakar menggunakan aluminium foild dan asapnya dihirup melalui hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus (bong) dan disuntikkan.

Efek dari penggunaan Shabu-Shabu adalah: a. Badan merasa lebih kuat dan energik b. Hiperaktif

c. Rasa percaya diri meningkat d. Rasa ingin diperhatikan orang lain e. Nafsu makan berkurang

f. Susah tidur

(33)

i. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan

j. Jika pemakaian dihentikan (putus zat), maka akan timbul gejala lelah, merasa tidak berdaya, kehilangan semangat hidup, merasa cemas, dan susah tidur.

2.2.4 Jenis-Jenis Bahan Adiktif

Terdapat juga beberapa jenis bahan adiktif. Namun, menurut JHS.Tanjung, (2013), bahan adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah:

1. Inhalen

Zat yang terdapat pada lem dan pengencer zat (thinner). Penggunaannya dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak, seperti tercekik. Efeknya bisa mengakibatkan hilang ingatan, tidak dapat berpikir, mudah berdarah dan memar, dan penyakit lainnya.

2. Alkohol

Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasim baik melalui perlauan sebelumnya, menambah bahan lain, atau mencampur konsentrat dengan ethanol ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol. Efek sampingnya dapat menyebabkan depresi pada sistem saraf pusat, pingsan, kejang-kejang, edema otak, ketagihan, gastritis, dan melemahkan jantung. 3. Tembakau / Rokok

(34)

4. Obat Penenang

Termasuk obat tidur, pil kopolo, Valium, Lexotan, dan lain-lain. Bentuknya beragam, bisa berupa tablet, kapsul, dan serbuk. Efeknya bisa memperlambat respons fisik, dan dapat mengakibatkan pengguna tertidur jika digunakan dalam dosis tinggi yang kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitif, dan marah. Penggunaan campuran dengan alkohol juga dapat berakibat kematian. Dan gejala putus zat juga bisa berakibat halusinasi dan bingung.

5. Zat yang mudah menguap

Contohnya adalah lem aibon, thinner, bensin, dan spiritus. Efeknya bisa memperlambat kerja otak dan sistem saraf pusat, menimbulkan perasaan senang, penurunan kesadaran, problem kesehatan terutama merusak otak, dan juga bisa menimbulkan kematian akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.

6. Zat yang menimbulkan halusinasi

(35)

Tabel 2.2Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Narkotika

Jenis Efek

Heroin

• Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan dungu, jalan

mengambang, dan rasa senang berlebihan.

• Gejala putus zat tidak mengancam secara fisik, melainkan psikis, yaitu rasa tidak nyaman pada perut, kram otot, nyeri tulang, gejala seperti flu.

• Problem kesehatan, yaitu bengkak pada daerah yang disuntik, tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru, serta sulit buang air besar. Pada wanita mengganggu siklus menstruasi.

Ganja

• Menurunkan keterampilan motorik, bingung, kehilangan

konsentrasi, penurunan motivasi, meningkatkan nafsu makan, rasa senang yang berlebihan.

• Komplikasi kesehatan pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker.

Sumber: BNN, 2009

Tabel 2.3Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Psikotropika

Jenis Efek

Obat Penenang

• Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental, dan emosi. Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitif, dan marah.

• Penggunaan campuran dengan alkohol akan berdampak

mematikan.

• Gejala putus zat bersifat lama dan serius.

Ecstasy

• Peningkatan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri.

• Setelah efek di aas, biasanya akan terjadi perasaan lelah, cemas, dan depresi yang dapat berlangsung beberapa hari.

• Kematian dilaporkan terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik karena dehidrasi ataupun terlalu banyak cairan.

• Menimbulkan kerusakan otak yang permanen.

Methamphetamine

• Menimbulkan perasaan melayang sementara yang

berangsur-angsur membangkitkan kegelisahan luar biasa.

• Aktivitas tubuh dipercepat berlebihan, penggunaan yang lama akan merusak tubuh, bahkan kematian karena over dosis.

(36)

Tabel 2.4Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Bahan Adiktif Lainnya

Jenis Efek

Alkohol

• Memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung, dan mengganggu penalaran dan penilaian.

• Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.

• Gejala putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi, dan bahkan kematian.

Bahan yang mudah menguap (Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin, Spiritus)

• Memperlambat kerja otak dan sistem saraf pusat.

• Menimbulkan perasaan senang yang berlebihan, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, dan pelo.

• Problem kesehatan terutama merusak otak, liver, ginjal, dan paru-paru.

• Kematian timbul akibat terhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.

Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, kotoran kerbau/sapi, kecubung)

• Bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.

• Perasaan sejahtera, perubahan pada proses berpikir, hilang

orientasi dan depresi.

• Karena halusinasi, bisa menimbulkan kecelakaan. Sumber: BNN, 2009

2.2.5 Dampak dan Pengaruh Narkoba

Berdasarkan Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), secara umum terdapat 3 pengaruh narkoba yaitu:

1. Depresan

a. Menekan atau memperlambat fungsi sistem pusat sehingga mengurangi aktivitas fungsi tubuh.

b. Dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa bahagia, bahkan bisa membuat tertidur dan tidak sadarkan diri.

2. Stimulan

(37)

b. Dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. 3. Halusinogen

a. Mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah persaaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan salah atau halusinasi.

Keluhan umum bagi kesehatan badan adalah: 1. Terganggunya fungsi otak

2. Daya ingat menurun 3. Sulit berkonsentrasi 4. Suka berkhayal 5. Intoksikasi 6. Overdosis 7. Gejala putus zat 8. Gangguan perilaku

Keluhan khusus bagi kesehatan badan: 1. Berat badan turun drastis 2. Mata terlihat cekung dan merah 3. Muka pucat

4. Bibir kehitam-hitaman

5. Buang air besar dan kecil kurang lancar 6. Sakit perut tiba-tiba

7. Batuk dan pilek berkepanjangan 8. Sering menugap

(38)

Dampak tidak langsung penyalahgunaan Narkoba:

1. Banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.

2. Dikucilkan dalam masyarakat. 3. Keluarga akan malu besar.

4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi.

5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.

2.2.6 Faktor Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba ada beberapa faktor yaitu: 1. Lingkungan sosial

a. Motif ingin tahu

Di masa remaja seseorang lazim mempunyai rasa ingin tahu setelah itu ingin mencobanya.

b. Adanya kesempatan

Karena orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing, mungkin juga karena kurangnya rasa kasih sayang dari keluarga ataupun akibat dari broken home.

c. Sarana dan prasarana

Karena orang tua berlebihan memberi fasilitas dan uang yang berlebihan, merupakan sebuah pemicu untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk membeli narkotika untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka.

2. Kepribadian a. Rendah diri

(39)

narkotik, psikotropika, maupun minuman keras yang dilakukan untuk menutupi kekurangan mereka tersebut.

b. Emosional dan mental

Pada masa-masa ini biasanya mereka ingin lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua mereka. Dan akhirnya sebagai tempat pelarian yaitu dengan menggunakan narkotik, psikotropika, dan minuman keras lainnya. Lemahnya mental seseorang akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan negatif yang akhirnya menjurus ke arah penggunaan narkotik, psikotropika, dan minuman keras lainnya.

2.2.7 Ciri-ciri Pengguna Narkoba

Tanda-tanda berikut dapat ditemukan pada pengguna narkoba: 1. Mata merah

2. Mulut kering

3. Bibir berwarna kecoklatan 4. Perilaku tidak wajar 5. Bicara kacau

6. Daya ingat menurut

7. Tampak murung dan menyendiri 8. Wajah pucat dan kuyu

9. Terdapat bau aneh di kamar pengguna 10. Mata berair dan tangan gemetar 11. Napas tersengal dan susah tidur 12. Badan lesu dan selalu gelisah

13. Anak menjadi mudah tersinggung, marah, dan suka menantang orang tua

14. Prestasi belajar menurun

(40)

2.2.8 Karakteristik Demografik Pengguna Narkoba yang Mengalami Gangguan Jiwa

Narkoba dapat memengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial. Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan bila pasien mengurangi atau menghentikan penggunaan narkoba yang biasa digunakan, akan mengalami gejala putus zat, seperti nyeri dan sulit tidur. Selain itu pasien juga mengalami efek toleransi terhadap zat yaitu suatu keadaan bila pasien ingin memperoleh efek zat seperti semula. Ia memelukan jumlah (dosis) yang semakin lama semakin banyak. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila pasien sudah berhenti menggunakan narkoba dalam waktu singkat atau lama akan mengalami kerinduan yang kuat sekali untuk menggunakannya kembali. Pasien akan mencari-cari dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan narkoba tersebut, walau tidak sedang mengalami gejala putus zat atau sedang di bawah tekanan seseorang (Budi, dkk, 2002).

Apabila telah timbul gangguan kejiwaan maka pengobatannya harus melibatkan dokter kejiwaan. Gangguan jiwa diklasifikasikan dalam bentuk penggolongan diagnosis. Di Indonesia, penggolongan diagnosis gangguan jiwa ini disebut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang saat ini telah pada edisi III. PPDGJ III disusun berdasarkan klasifikasi menurut International Classification of Diseases (ICD) 10. PPDGJ menglasifikasikan

gangguan jiwa dalam kode numerik F00 sampai dengan F99 (Budi, dkk, 2002). Berdasarkan PPDGJ III, klasifikasi gangguan jiwa akibat penggunaan zat psikoaktif terdapat pada F10 sampai dengan F19, yang terdiri atas:

F10: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol F11: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid F12: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabioid F13: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedatif atau hipnotik

(41)

F16: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenik F17: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau F18: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap

F19: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya

Menurut Budi, dkk, (2002) gangguan pengguna narkoba yang paling sering ditemukan di Puskesmas adalah penggunaan alkohol, diikuti dengan penggunaan opioid dan penggunaan tembakau.

Berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba Barekskrim Polri (2013), jumlah tersangka kasus narkoba dengan jenis kelamin laki-laki tahun 2012 sebanyak 32.206 orang dan jumlah tersangka dengan jenis kelamin perempuan adalah 3.247 orang.

Sedangkan jumlah tersangka kasus narkoba berdasarkan kelompok umur pada tahun 2012 berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba Barekskrim Polri (2013) dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 2.5Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

No. Kelompok Umur Tersangka Jumlah Tersangka Tahun 2012

1. <16 tahun 132

2. 16-19 tahun 2.103

3. 20-24 tahun 5.460

4. 25-29 tahun 10.307

5. >30 tahun 17.451

JUMLAH 35.453

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Halusinasi

o Definisi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan yang salah, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dihayalkan sebagai hal yang nyata (Sylvia D.Elvira & Gitayanti Hadisukanto (ed,).2013;70).

o Cara ukur

Pengukuran dilakukan dengan cara wawancara.

o Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.

o Hasil pengukuran  Ada halusinasi.

 Tidak ada halusinasi.

o Skala ukur

Halusinasi dinyatakan dalam skala nominal.

Halusinasi Pemakaian

(43)

3.2.2 Narkoba o Definisi

Narkoba adalah zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.Narkoba merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

o Cara ukur

Pengukuran dilakukan dengan cara wawancara. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.

o Hasil pengukuran  Pengguna alkohol

 Pengguna opioida

 Pengguna kanabinoida

 Pengguna sedativa atau hipnotika

 Pengguna kokain

 Pengguna stimulansia lain termasuk kafein

 Pengguna halusinogenika

 Pengguna tembakau

 Pengguna pelarut mudah menguap

 Pengguna zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya

o Skala Ukur

Ada tidaknya pemakaian narkoba dinyatakan dalam skala nominal.

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

o Ada hubungan antara timbulnya halusinasi dengan pemakaian

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi untuk menilai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dimana dalam penelitian ini untuk menilai hubungan antara timbulnya halusinasi dengan pemakaian narkoba. Dilakukan dengan pengamatan cross sectional (potong lintang).

4.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada instalasi BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai Agustus sampai September 2014.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi target adalah pasien-pasien yang mengonsumsi narkoba dan mengalami gangguan jiwa. Populasi terjangkau adalah populasi target dari pasien yang datang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara.

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dimana semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di masukan menjadi sampel penelitian.

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi :

• Umur 15-60 tahun

(45)

b.Kriteria eksklusi:

• Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronis)

• Menderita penyakit keganasan

• Mengalami gangguan sistem saraf pusat akibat trauma

4.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapatkan dengan menggunakan metode wawancara kepada pasien yang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 5.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan cara memeriksa ulang data rekam medik, ataupun menggantinya dengan rekam medik lain dimana targetnya sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer pengolah statistik (SPSS).

4. Cleaning

(46)

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

5.5.2 Analisis Data

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jalan Tali Air No 21 Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Pertimbangan lokasi ini adalah karena BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah yang berada di Sumatera Utara, dan juga adalah rumah sakit jiwa rujukan bagi rumah sakit jiwa lain yang di daerah Sumatera Utara dan di Pulau Sumatera, sehingga jumlah pasiennya yang banyak khususnya para pengguna narkoba memungkinkan untuk memperoleh sampel atau responden yang cukup.

5.1.2 Analisis Deskriptif

5.1.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 100 orang responden yang merupakan total jumlah orang yang datang memeriksakan diri dan telah memenuhi kriteria penelitian. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati adalah umur dan jenis kelamin.

a. Umur

(48)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

<20 tahun 8 8

20-35 tahun 69 69

>35 tahun 23 23

Jumlah 100 100

b. Jenis Kelamin

Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada laki-laki, yaitu sebanyak 99 orang (99%). Sedangkan responden terendah adalah pada perempuan, yaitu sebanyak 1 orang (1%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen

Laki-Laki 99 99

Perempuan 1 1

Jumlah 100 100

c. Riwayat Gangguan Jiwa pada Keluarga

(49)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Gangguan Jiwa Pada Keluarga Riwayat Gangguan Jiwa

Pada Keluarga Frekuensi (n) Persen

Ya 19 19

Tidak 81 81

Jumlah 100 100

5.1.2.2 Jenis Narkoba yang Digunakan

Kategori Narkoba pada penelitian ini dibagi berdasarkan jenis narkoba yang terdapat dalam klasifikasi gangguan jiwa akibat pemakaian zat psikoaktif pada PPDGJ III yang terdapat pada F10 sampai dengan F19.Frekuensi distributif dari jenis narkoba tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Narkoba yang Digunakan

Jenis Narkoba

Kategori

(50)

hubungan yang signifikan atau yang bermakna antara pemakaian jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi

Pemakaian Jenis Narkoba

Timbulnya Halusinasi

Total

p value

Ya Tidak

n % n % n %

1-4 jenis 5-7 jenis

55 30

55 30

13 2

13 2

68 32

68

32 0,134

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan dari 68 responden yang menggunakan 1-4 jenis narkoba terdapat 55 orang yang mengalami halusinasi dan 13 orang yang tidak mengalami halusinasi. Sedangkan dari 32 yang menggunakan 5-7 jenis narkoba terdapat 30 orang yang mengalami halusinasi dan 2 orang yang tidak mengalami halusinasi. Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh nilai p value sebesar 0,134 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan atau yang bermakna antara pemakaian jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi.

(51)

Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa mayoritas pemakai narkoba berumur antara 20-35 tahun. Hal ini sesuai dengan data dari BNN (2012) yang menyebutkan bahwa pemakai narkoba rata-rata berumur 20-29 tahun. Selain itu, sesuai dengan data tersebut, mayoritas pengguna narkoba pada KTI ini berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 99 orang, dibandingkan dengan pengguna narkoba dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1 orang.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sznitman (2007), alasan narkoba lebih banyak digunakan oleh laki-laki dibandingkan perempuan ada beberapa. Salah satunya adalah karena lebih banyak pengedar narkoba berjenis kelamin laki-laki, sehingga perempuan kurang merasa nyaman untuk membeli narkoba dari pengedar laki-laki. Selain itu, perempuan juga mencoba menjaga keselamatan diri mereka, karena tempat menggunakan narkoba dan pengedaran narkoba umumnya berada di tempat-tempat yang berbahaya seperti klub malam, diskotik, dan bar. Hal ini menyebabkan wanita mencoba agar tetap sadar dengan cara hanya mengonsumsi narkoba dengan jumlah sedikit atau tidak mengonsumsinya sama sekali.

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi pada pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelompok umur pengguna narkoba mayoritas berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 69 orang.

2. Mayoritas pengguna narkoba tidak memiliki riwayat gangguan jiwa pada keluarga yaitu sebanyak 81 orang.

3. Jenis narkoba yang digunakan oleh pengguna narkoba mayoritas adalah rokok yaitu sebanyak 87 orang.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi (p value = 0,134).

6.2 Saran

1. Perlunya penjelasan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat) kepada pengguna narkoba mengenai efek samping dari pemakaian narkoba terutama halusinasi. Selain itu, kepada tenaga kesehatan diharapkan agar dapat memberikan informasi melalui penyuluhan kepada pengguna narkoba terkait dengan dampak daripada pengguna narkoba itu sendiri.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Afriana, Irma. 2014. “Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Klien Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.”(Skripsi). Fakultas Keperawatan USU.

Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam: Binarupa Aksara.

Badan Narkotika Nasional. 2009. Buku Saku P4GN. Jakarta: BNN.

Badan Narkotika Nasional. 2012. Buku Pedoman Penggolongan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta:

BNN.

Bareskrim Polri. 2013. “Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2012.” Dalam Jurnal Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), 2013.

Elvira, S. D. dan Gitayanti Hadisukanto. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.

Idwar. 2010. “Perilaku Masyarakat dalam Penanganan Gangguan Jiwa di Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”.(Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Keliat, Budi Anna, Akemat Pawiro Wiyono, dan Herni Susanti. 2012. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN. Jakarta: EGC.

Lisa, Julianan. dan Nengah Sutrisna. 2013. Norkoba, Pskiotropika, dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum. Yogyakarta: Nuha Medika.

(54)

Maslim, Rusdi (editor). 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Parrot, A.C., et al. 2007. "Cannabis and Ecstasy=MDMA (3,4-methylenedioxymethamphetamine): an analysis of their neuropsychobiological interactions in recreational users". Journal of Neural Transmission.

Puri, B.K., P.J. Laking, dan I.H. Treasaden. 2012. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Ritonga, Parlaungan, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya.

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Sofyan Ismael. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sznitman, S. Rödner. 2007. "Drugs and gender: A contradictory project in interviews with socially integrated men and women who use drugs". Nordic Studies on Alcohol and Drugs.

(55)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rezky Pamaska

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 7 Juli 1994

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Puri Tanjung Sari No 106A

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 2 Panyabungan (1998 - 2004) 2. SMP Negeri 1 Medan (2004 - 2007) 3. SMA Negeri 1 Medan(2007 - 2010)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2011 - sekarang)

Pas Photo

(56)

LEMBAR PENJELASAN

Kepada Bapak/Ibu Yth.

Nama saya Rezky Pamaska, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitan mengenai hubungan antara pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi. Adapun tujuan penelitian ini adalah mencari tahu hubungan dari berbagai jenis narkoba dengan timbulnya halusinasi. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana hubungan dari pemakaian narkoba dengan timbulnya halusinasi tersebut.

Pada penelitian ini saya akan meminta bantuan Bapak/Ibu untuk bersedia diwawancara. Kemudian hasil wawancara tersebut akan saya analisis untuk hubungan antara jenis narkoba yang dipakai dengan timbulnya halusinasi.

Penelitian ini bersifat sukarela, tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Setiap informasi dari penelitian ini dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi anda dalam penelitian ini. Keikutsertaan anda dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih

(57)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) / INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan dari peneliti secara lengkap dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya bisa mendapatkannya dari peneliti.

Medan, Agustus 2014 Responden penelitian

(58)

KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN

Nama : :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Apakah anda mengonsumsi narkoba? (ya/tidak)

2. Apakah anda mengetahui bahwa ada beberapa jenis narkoba? (ya/tidak) 3. Jenis narkoba apakah yang pernah dipakai? (beri tanda silang pada kotak)

 Alkohol

 Opioid (Morfin, Putaw, Heroin, Candu)

 Kanabis (Ganja, Gelek, Cimeng)

 Sedativa (Obat tidur, Pil Koplo, Mogadon, Pil BK, Rohypnol, Lexotan)

 Kokain

 Stimulansi lain (Kafein, Ekstasi, Shabu-Shabu, Methamphetamine, Crystal,

Meth)

 Halusinogenika (LSD, Jamur, Kecubung, Kotoran Kerbau, Kotoran Sapi)

 Tembakau (Rokok)

 Larutan mudah menguap (Lem, Thinner, Bensin, Spiritus)

 Narkoba lainnya : ...

4. Apakah anda pernah mengalami halusinasi? (ya/tidak) 5. Apakah menderita penyakit kronis dan keganasan? (ya/tidak)

6. Apakah anda mengalami kecelakaan yang mengakibatkan benturan langsung dengan kepala? (ya/tidak)

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

DATA OUTPUT

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<20 tahun 8 8.0 8.0 8.0

20-35 tahun 69 69.0 69.0 77.0

>35 tahun 23 23.0 23.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Alkohol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 75 75.0 75.0 75.0

Tidak 25 25.0 25.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Opioid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 12 12.0 12.0 12.0

Tidak 88 88.0 88.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kanabis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 80 80.0 80.0 80.0

Tidak 20 20.0 20.0 100.0

(68)

Valid

Ya 57 57.0 57.0 57.0

Tidak 43 43.0 43.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kokain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 100 100.0 100.0 100.0

Stimulan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 51 51.0 51.0 51.0

Tidak 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Halusinogen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 100 100.0 100.0 100.0

Rokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 87 87.0 87.0 87.0

Tidak 13 13.0 13.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Larutan Mudah Menguap

(69)

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-Laki 99 99.0 99.0 99.0

Perempuan 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Riwayat Gg Jiwa Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 19 19.0 19.0 19.0

Tidak 81 81.0 81.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kelompok Jumlah Pemakaian Narkoba * Halusinasi Crosstabulation

Halusinasi Total

Ya Tidak

Kelompok Jumlah Pemakaian

Narkoba

1-4

Count 55 13 68

Expected Count 57.8 10.2 68.0

% of Total 55.0% 13.0% 68.0%

5-7

Count 30 2 32

Expected Count 27.2 4.8 32.0

% of Total 30.0% 2.0% 32.0%

Total

Count 85 15 100

Expected Count 85.0 15.0 100.0

% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

(70)

Pearson Chi-Square 2.826a 1 .093

Continuity Correctionb 1.907 1 .167

Likelihood Ratio 3.221 1 .073

Fisher's Exact Test .134 .079

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.

Gambar

Tabel 2.1 Tahap Tingkatan Intensitas Halusinasi
Gambar 2.1 Visualisasi Narkotika Golongan I
Gambar 2.2Visualisasi Narkotika Golongan II
Gambar 2.3Visualisasi Beberapa Narkotika Golongan III
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran saluran masuk terhadap porositas, kekerasan, ketangguhan dan struktur mikro pulli dengan pengecoran

Melalui penelitian Subkhi yang dilakukan terhadap 15 orang responden pasien diabetes melitus didapatkan hasil dari analisis menggunakan uji beda rerata ( paired t test ), bahwa p

Dihasilkan sebuah rancangan dan cetak biru ( blue print ) sistem pengukuran kinerja (SPK) Jurusan Teknik Mesin yang dapat memberikan informasi kepada stakeholder dan pengambil

Oleh karena itu, feromon seks berpeluang untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas, terutama pada sentra produksi bawang merah dan endemis serangan hama ulat bawang.. Kata

Bunga: terminal dan aksilar, majemuk, malai, panjang malai 6-15 cm, spikelet bewarna merah kecoklatan, bulir bulat, warna putih.. Sorghum nitidum

PIDATO GURU BESAR KROMATOGRAFI PERKEMBANGAN, WAWASAN DAN APLIKASI DALAM KIMIA ANALISIS: Pidato Diucapkan pada peresmian penerimaan Jabatan Guru Besar. dalam bidang llmu Kimia

Hal ini didukung dengan fakta yang dilakukan dengan survey pendahuluan tentang pengetahuan yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2014 didapatkan 10 remaja putri kelas

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan riset berbasis komunitas berkala sejak tahun 2007 yang mengumpulkan data dasar dan indikator kesehatan yang merepresentasikan