• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KONVENSIONAL DAN BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH TABUNGAN

MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

VALENTINE FEBRIANTY H 080502145

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KONVENSIONAL DAN BAGI HASILTERHADAP JUMLAH TABUNGAN MUDHARABAH

PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga konvensional (X1) dan bagi hasil (X2) terhadap jumlah

tabungan mudharabah pada bank syariah di Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan masing-masing bank syariah. metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga konvensional berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah sementara untuk bagi hasil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah di Indonesia.

(3)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF CONVENTIONAL INTEREST RATE AND THE PROFIT SHARING TO THE TOTAL SAVINGS OF MUDHARABAH

IN ISLAMIC BANKS IN INDONESIA

The purpose of this research is to find out and to analyze the effect of conventional interest rate and the profit sharing to the total savings of mudharabah in Islamic Banks in Indonesia.

The datas, that are used, are secondary data time series. Those are obtained from annual reports that have been audited and published by Bank of Indonesia and each of Islamic Banks. The analysis method, that are used, are the descriptive analysis and the multiple linear regression analysis.

The results of the research show that the conventional interest rate has a positive and insignificant effects to the total savings of mudharabah meanwhile to the profit sharing has a positive and significant effect to total savings of mudharabah in Islamic Banks in Indonesia.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap

Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia”.

Skripsi ini merupakan sebuah karya kecil yang sangat bermakna. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada papa saya Drs.T.Hutabarat dan mama saya R.Sidabutar, S.Pd untuk segala dukungan, materi, dan doa yang diberikan.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan menasehati saya dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai. 3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi., selaku Sekretaris Departemen S1

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan sripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi khusunya Departemen S1 Manajemen Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh keluarga besar Drs.T.Hutabarat/br. Sidabutar.

8. Adik-adikku tersayang (Paulus F. Hutabarat dan Lia MM. Hutabarat). Tetap semangat dalam studinya dan jadi kebanggaan orangtua.

9. Abangku Ady Kalit yang selalu memberi dukungan, waktu, perhatian, dan ocehan supaya tetap semangat mengerjakan skripsi.

10.Sahabat-sahabatku Caroline, Anastasya, Ishbir, Tambok, Vita, Devi, Budi, Doni, Nanda, Qaedi, Tiur, Natalie, Erfika, Anggi, Marisa, Hany, Ayu, Sylvia, Bg‟Paulus, Rogrius, Endang, Lely, dan semua sahabatku

yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

11.Anak-anak RK Cihui (bg‟Herbin, bg‟Imet, kak Nita, kak Runa, Dejul, Marlin, adik-adikku: Ibeth, Panamotan, Cutek, Cizti, Eno uncit, Frisshy, Yossi, Freddy) dan buat kak Enita yang telah mengajari SPSS, dan 12.Seluruh teman-teman seperjuanganku di Departemen S1 Manajemen

Stambuk 2008. Tetap semangat bagi teman-temanku yang masih berjuang menyelesaikan skripsinya. Jangan patah semangat!

Medan, Juli 2012 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 11

2.1.1 Suku Bunga (Interest Rate) ... 11

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga .... 12

2.1.3 Teori Penentuan Tingkat Suku Bunga ... 15

2.1.3.1 Penentuan Tingkat Suku Bunga dalam Moneter ... 15

2.1.3.2 Penentuan Tingkat Suku Bunga Non Moneter ... 16

(7)

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.8 Teknik Analisis ... 45

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 45

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 45

3.8.3 Analisis Regresi Berganda ... 49

3.8.4 Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perbankan Syariah ... 52

4.2 Analisis Deskriptif ... 57

4.2.1 Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional ... 57

4.2.2 Tabungan Mudharabah dan Bagi Hasil (Profit Sharing) ... 58

4.3 Analisis Statistik ... 61

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking

Network) Juni 2011 ... 3

Tabel 1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) – Bank Umum Syariah danUnit Usaha Syariah, Juni 2011 (dalam Miliar Rupiah) .... 4

Tabel 1.3 Perkembangan Suku Bunga Konvensional, Bagi Hasil, dan Jumlah Tabungan Mudharabah dari Tahun 2006-2011 ... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 42

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel ... 43

Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan ... 49

Tabel 3.5 Hubungan antar Variabel ... 50

Tabel 4.1 Profil Perusahaan 8 Bank Umum Syariah (BUS) ... 54

Tabel 4.2 Suku Bunga Bank Konvensional ... 57

Tabel 4.3 Bagi Hasil (Profit Sharing) dan Jumlah Tabungan Mudharabah ... 58

Tabel 4.4 Normalitas – Statistik ... 62

Tabel 4.5 Multikolinearitas ... 63

Tabel 4.6 Heterokedastisitas – Uji Glesjer ... 64

Tabel 4.7 Normalitas – Statistik ... 66

Tabel 4.8 Multikolinearitas ... 67

Tabel 4.9 Heterokedastisitas – Uji Glesjer ... 68

Tabel 4.10 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 69

Tabel 4.11 Autokolerasi ... 69

Tabel 4.12 Regresi Linier Berganda ... 70

Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinasi ... 70

Tabel 4.14 Uji F ... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah

dengan Satu Akad ... 19

Gambar 2.2 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah dengan Beberapa Akad ... 20

Gambar 2.3 Sumber Dana dari Modal (Pemegang Saham) ... 23

Gambar 2.4 Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah ... 24

Gambar 2.5 Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah ... 25

Gambar 2.6 Skema Mudharabah Muthlaqah ... 27

Gambar 2.7 Skema Mudharabah Muqayyadah ... 29

(10)

DAFTAR GRAFIK

No. Tabel Judul Halaman

Grafik 4.1 Suku Bunga Bank Konvensional ... 57

Grafik 4.2 Histogram ... 61

Grafik 4.3 Normal P-P Plot ... 61

Grafik 4.4 Scatterplot ... 63

Grafik 4.5 Histogram ... 65

Grafik 4.6 Normal P-P Plot ... 65

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KONVENSIONAL DAN BAGI HASILTERHADAP JUMLAH TABUNGAN MUDHARABAH

PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga konvensional (X1) dan bagi hasil (X2) terhadap jumlah

tabungan mudharabah pada bank syariah di Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan masing-masing bank syariah. metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga konvensional berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah sementara untuk bagi hasil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah di Indonesia.

(12)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF CONVENTIONAL INTEREST RATE AND THE PROFIT SHARING TO THE TOTAL SAVINGS OF MUDHARABAH

IN ISLAMIC BANKS IN INDONESIA

The purpose of this research is to find out and to analyze the effect of conventional interest rate and the profit sharing to the total savings of mudharabah in Islamic Banks in Indonesia.

The datas, that are used, are secondary data time series. Those are obtained from annual reports that have been audited and published by Bank of Indonesia and each of Islamic Banks. The analysis method, that are used, are the descriptive analysis and the multiple linear regression analysis.

The results of the research show that the conventional interest rate has a positive and insignificant effects to the total savings of mudharabah meanwhile to the profit sharing has a positive and significant effect to total savings of mudharabah in Islamic Banks in Indonesia.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini dunia perbankan mengalami perkembangan seiring dengan kondisi perekonomian yang sempat bergejolak. Prospek ekonomi yang dibayangi oleh kelesuan ekonomi Eropa mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional termasuk pertumbuhan industri perbankan. Peranan perbankan dalam proses pemulihan ekonomi global diharapkan akan membuat pertumbuhan ekonomi nasional membaik. Perbankan khususnya, bank umum merupakan inti dari sistem keuangan dan sektor terpenting dalam struktur perekonomian setiap negara. Perbankan mengalirkan dana dalam suatu sistem yang kompleks sehingga berbagai transaksi dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Perbankan menurut Rivai (2010: 511) adalah “suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan melayani jasa pengiriman uang”. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana/kreditur) dengan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana/debitur), membantu kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yakni kebijakan moneter.

(14)

kebijakan moneter. Hal ini dimaksudkan guna mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah (Usman, 2001: 24). Salah satu instrumen dari kebijakan moneter adalah politik diskonto yaitu kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga sebagai upaya menstabilkan kondisi perekonomian yang sempat bergejolak. Kebijakan ini dimanfaatkan oleh bank konvensional, yang dalam kegiatan operasionalnya mengandalkan tingkat suku bunga.

Bank Indonesia mengeluarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan dasar hukum penerapan dual banking system (double windows system) di Indonesia. Sistem ini memungkinkan terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan dalam perekonomian, yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan yang berlaku tanpa harus memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Sejak saat itu, jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional dengan mengandalkan suku bunga dan 2. Bank yang melakukan usaha secara syariah yang mengandalkan sistem bagi hasil (profit sharing) (Kasmir, 2005: 23).

(15)

Pertumbuhan perbankan syariah dirasakan sangat pesat sejak berdirinya bank syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat. Pada Tabel 1.1 akan terlihat perkembangan jaringan dari perbankan syariah.

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network), Juni 2011

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (hingga bln juni)

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 3 3 3 5 6 11 11

Jumlah Kantor 304 349 401 581 711 1,171 1,319

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 19 20 26 27 25 23 23

Jumlah Kantor 154 183 196 241 287 262 321

BPR Syariah

Jumlah Bank 92 105 114 131 138 150 154

Jumlah Kantor 92 105 185 202 225 286 300

Total Kantor 550 637 782 1,024 1,223 1,763 1,940

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (3 Maret 2012, diakses)

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan jumlah bank dan jumlah kantor pada BUS, UUS, dan BPR Syariah. Jumlah BUS pada tahun 2005 tercatat hanya 3 BUS, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, dan Bank Mega Indonesia Syariah. Perkembangan jumlah BUS hingga bulan Juni bertambah menjadi 11 BUS yang diikuti dengan pertambahan jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu pada masing-masing BUS.

Selain dari perkembangan jaringan kantor, perkembangan perbankan syariah juga dapat terlihat dari jumlah dana pihak ketiga yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. “Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal

(16)

Tabel 1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Juni 2011 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (3 Maret 2012, diakses)

Bank konvensional sangat bergantung pada suku bunga yang berlaku dalam kegiatan operasionalnya, karena keuntungan bank konvensional berasal dari selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan. Menurut Kasmir (2002: 121), bunga dapat diartikan sebagai “balas jasa yang diberikan bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”.

(17)

bahwa umumnya para penabung bermotif pada keuntungan atau profit motive (Khairunnisa, 2000).

Konsep suku bunga yang digunakan bank konvensional dipandang dengan berbeda oleh para ulama. Bunga dinilai sebagai riba dan dilarang oleh agama. Oleh karena itu, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalat sebagai alternatif perbankan dalam bentuk kegiatan usaha bank syariah, yaitu pengelolaan dana dalam bentuk bagi hasil (profit sharing). Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional perbankan syariah secara keseluruhan. Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al mudharabah, di mana bank akan bertindak sebagai mitra baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Bank bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) bagi penabung, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Antara bank syariah dan penabung akan diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak (Ghafur, 2003).

(18)

peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut. Bisa dikatakan bahwa bagi hasil dalam perbankan syariah merupakan pengganti suku bunga dalam perbankan konvensional.

Kenaikan suku bunga akan diikuti oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank konvensional. Keberadaan tingkat suku bunga dalam perbankan konvensional sangatlah menentukan jumlah tabungan karena tingkat suku bunga dikenal sebagai salah satu faktor yang menentukan tingkat tabungan dalam perekonomian. Pada umumnya kondisi ini akan mendorong masyarakat menyimpan dananya di bank konvensional dibandingkan bank syariah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tabungan yang terdapat pada bank yang bersangkutan (baik bank konvensional maupun bank syariah). Keadaan yang demikian dikarenakan tingkat pengembalian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpan dana akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari naiknya bunga simpanan di bank konvensional.

Pada prinsipnya, “keputusan seseorang menabung di perbankan syariah

seharusnya ditujukan pada tujuan-tujuan syariah (maqashid al-syariah) yang mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat” (Budiati, 2007). Namun

(19)

syariah. Dalam penelitian ini, jumlah tabungan yang dibahas adalah jumlah tabungan mudharabah pada perbankan syariah. Pada Tabel 1.3 terlihat perkembangan suku bunga konvensional, bagi hasil, dan jumlah tabungan mudharabah bank syariah dari tahun 2006.

Tabel 1.3 Perkembangan Suku Bunga Konvensional, Bagi Hasil, dan Jumlah Tabungan Mudharabah dari Tahun 206-2011

Tahun

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (3 Maret 2012, diolah)

Keterangan: Rata-rata dari bagi hasil dan jumlah tabungan mudharabah didapat dari laporan keuangan 8 Bank Syariah yang dipublikasikan.

(20)

tabungan mudharabah. Ketika jumlah tabungan mudharabah mengalami kenaikan, maka bagi hasil pun akan mengalami kenaikan. Berbeda halnya dengan tingkat suku bunga konvensional. Ketika suku bunga mengalami penurunan, jumlah tabungan mudharabah mengalami kenaikan meskipun suku bunga tidak digunakan pada perbankan syariah. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap jumlah tabungan mudharabah pada perbankan syariah.

Fenomena seperti ini menjadi dilema bagi perbankan syariah. Dikhawatirkan akan ada perpindahan dana dari bank syariah ke bank konvensional. Namun di balik itu semua, bank syariah juga dapat memperoleh permohonan pembiayaan (kredit) sebagai akibat dari peningkatan bunga pinjaman pada bank konvensional.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin menganalisa mengenai “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disebutkan dalam latar belakang penelitian, maka permasalahan yang ingin dibahas oleh peneliti adalah “apakah tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil berpengaruh terhadap jumlah tabungan mudharabah

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana ilmu untuk mengetahui dan memahami tentang perbankan syariah khususnya mengenai pengaruh tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap jumlah tabungan mudharabah.

b. Bagi Peneliti

(22)

c. Bagi Peneliti selanjutnya

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Suku Bunga (Interest Rate)

Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat saving pada perekonomian suatu negara. Dalam beberapa kasus, terdapat penemuan yang tidak konsisten terhadap pernyataan tersebut, tetapi secara umum opini yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang positif dengan saving sudah dapat diterima. Hal ini berkaitan dengan motif nasabah dalam menabung di suatu bank yaitu untuk mendapatkan profit.

Menurut Kasmir (2005: 121), bunga dapat diartikan “sebagai balas jasa

yang diberikan bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Selain itu, bunga juga diartikan sebagai harga

yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan harga yang harus diterima bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. Sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman, yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam kegiatan operasionalnya, bank memberikan dua macam bunga kepada para nasabah, yakni:

(24)

b. Bunga Pinjaman, merupakan sejumlah harga yang harus dibayarkan oleh nasabah yang melakukan kegiatan peminjaman dana kepada bank yang bersangkutan.

Bunga-bunga bank tersebut memiliki hubungan yang positif. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan mengalami kenaikan, maka bunga pinjaman pun akan mengalami kenaikan dan sebaliknya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga (Kasmir, 2005: 122-124) adalah:

a. Kebutuhan dana

Kebutuhan dana yang diperlukan oleh bank akan mempengaruhi naik atau tidaknya suku bunga. Apabila bank membutuhkan dana yang cukup besar, namun permohonan pinjaman meningkat, maka bank perlu meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan demikian nasabah terdorong untuk menyimpankan uangnya pada bank tersebut dan akhirnya bank dapat menggunakannya dalam kegiatan operasional mereka.

b. Persaingan

(25)

bunganya agar nasabah lebih memilih memasukkan dan kepada bank tersebut.

c. Jangka waktu

Dalam setiap pengambilan keputusan khususnya yang berhubungan dengan finansial, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan kemungkinan timbulnya risiko. Hal ini berkaitan dengan prinsip Risk and Return. Ketika seseorang mengharapkan keuntungan yang besar, maka terdapat risiko yang besar. Begitu juga halnya dengan bank dalam meminimalkan kemungkinan terjadinya pengembalian pinjaman yang macet di kemudian hari. Pinjaman dengan rentang waktu yang cukup lama akan menyebabkan bunga yang tinggi. Begitu juga halnya dengan bunga simpanan. Semakin panjang waktunya, maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.

d. Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan juga mempengaruhi besar dan kecilnya tingkat bunga. Bonafiditas perusahaan dalam memperoleh kredit akan menentukan suku bunga yang dibebankan. Perusahaan yang bonafit akan memiliki citra yang baik, di mana bank memperkirakan bahwa kemungkinan kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan begitu pun sebaliknya.

e. Hubungan baik

(26)

bank. Nasabah utama memiliki loyalitas yang lebih besar dibandingkan nasabah biasa, sehingga penentuan suku bunganya pun berbeda.

f. Produk yang kompetitif

Produk yang kompetitif artinya adalah produk-produk yang mampu bersaing dan laku di pasaran. Pada produk yang kompetitif, bunga kredit yang dikenakan relatif rendah karena tingkat pengembalian (pembayaran) yang diharapkan bank akan lancar.

g. Kebijakan pemerintah

Dalam penentuan bunga baik simpanan maupun pinjaman, pemerintah menentukan batasan maksimal dan batasan minimal. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara bank konvensional.

h. Kualitas jaminan

Jaminan juga mempengaruhi penentuan suku bunga. Semakin likuid jaminan yang diberikan oleh nasabah, maka bunga kredit yang dibebankan bank pun rendah. Hal ini untuk menanggulangi risiko di kemudian hari, misalnya kredit yang bermasalah.

i. Target laba yang diharapkan

(27)

2.1.3 Teori Penentuan Tingkat Suku Bunga

2.1.3.1 Penentuan Tingkat Suku Bunga dalam Moneter

Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis penentuan tingkat suku bunga, yaitu loanable funds framework dan liquidity preference.

a. Loanable Funds Framework

Pendekatan ini digunakan untuk menganalisa penentuan tingkat suku bunga dari penawaran dan permintaan pada pasar obligasi. Bunga diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori kaum Klasik, bunga adalah „harga‟ yang terjadi di pasar

investasi. Semakin tinggi tingkat bunga (tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Hal ini dikarenakan penambahan biaya yang harus dikeluarkan seorang pengusaha dalam investasinya sebagai biaya untuk penggunaan dana (cost of capital). Tingkat keseimbangan suku bunga riil bergantung pada permintaan dan penawaran obligasi. Artinya jika permintaan atas obligasi meningkat mengindikasikan permintaan untuk investasi dalam bentuk obligasi pun meningkat.

b. Liquidity Preference

(28)

sebagai tujuan transaksi, berjaga-jaga, namun juga untuk tujuan spekulatif. Ketiga motif permintaan uang ini disebut juga liquidity preference yang mengandung makna bahwa adanya keinginan seseorang untuk tetap berada pada kondisi yang liquid, merupakan faktor seseorang bersedia untuk membayar harga tertentu atas penggunaan uang. Ketika masyarakat cenderung memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan obligasi, dimaksudkan untuk memperoleh laba dari kondisi di mana terjadi peningkatan suku bunga yang berakibat turunnya harga obligasi. Dengan demikian, permintaan dan penawaran uang maupun obligasi berkaitan dengan ekspetasi tingkat suku bunga di masa depan.

2.1.3.2 Penentuan Tingkat Suku Bunga Non Moneter

(29)

Jumlah tabungan dan tingkat suku bunga memiliki hubungan positif, berarti peningkatan return melalui tingkat suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung. Namun sebaliknya, tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan investasi. Artinya ketika biaya pinjaman meningkat (sebagai akibat peningkatan suku bunga) maka tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan menurun. Akibatnya permintaan sumber dana untuk diinvestasikan pun mengalami penurunan.

Bank konvensional mendapatkan keuntungan (profit)-nya melalui tingkat suku bunga yang dikenakan pada nasabah. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang dipakai oleh perbankan syariah. Penetapan bunga dianggap sebagai riba oleh perbankan syariah. Dalam hal ini, pengertian riba adalah setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan oleh syariah (sesuai prinsip muamalah). Menurut Wirdyaningsih (2005: 44), riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, yang juga disebut riba nasi’ah. Transaksi pengganti yang dimaksudkan adalah transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti: tranksaksi jual beli, gadai, sewa, ataupun bagi hasil (profit sharing).

2.1.4 Bagi Hasil (Profit Sharing)

(30)

kedua belah pihak ditentukan dengan kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (At-Tarodhin) oleh masing-masing pihak tanpa adanya paksaan (Rivai, 2010: 800). Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil berupa laba bersih usaha, setelah dikurangi dengan biaya operasional (Fadhila, 2003). Namun jika terjadi kerugian, maka dalam konsep bagi hasil kedua belah pihak akan bersama-sama menanggung risiko. Di satu pihak, pemilik modal menanggung kerugian modalnya, di pihak lain pelaksana proyek akan mengalami kerugian atas tenaga atau biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Tetapi jika modal berasal dari kedua belah pihak, maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Bagi hasil terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.

Bank syariah perlu mempertimbangkan mekanisme perhitungan bagi hasil yang terdiri dari dua sistem (Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, 2001):

1. Profit Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada net dari total pendapatan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

2. Revenue Sharing, merupakan perhitungan bagi hasil berdasar pada total keseluruhan pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan.

(31)

hasil pada awal kontrak kerjasama. Secara teknis, bagi hasil merupakan persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan keuntungan secara bulanan.

Secara syariah, prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasar pada kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berperan sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha peminjam dana. Bank akan bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal atau penyandang dana. Diantara keduanya akan diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak (Antonio, 2001: 137-139).

Shahibul maal Mudharib

Shahibul maal Mudharib

Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.1

Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah dengan Satu Akad

Dalam perkembangannya, para pengguna dana bank syariah tidak hanya membatasi dirinya pada satu akad, yaitu mudharabah. Sesuai dengan jenis dan nature usahanya, ada juga yang memperoleh dananya melalui sistem perkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya.

PENABUNG BANK

BANK NASABAH

(32)

Shahibul maal

Mudharib Shahibul maal Mudharib

Akad Mudharabah Akad: Mudharabah

Musyarakah Murabahah Bai as-Salam Bai al-Istishna Ijarah, dll

Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.2

Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah dengan Beberapa Akad

Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada dua (Antonio, 2001: 139-140), yaitu:

1. Faktor langsung

a. Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Apabila bank menetapkan 80% sebagai investment rate, maka 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuidasi.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio)

 Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan

disetujui pada awal perjanjian.

 Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

PENABUNG BANK NASABAH

(33)

 Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu pada satu bank, misalnya

deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

 Nisbah dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai

dengan besarnya dana dan jatuh temponya. 2. Faktor tidak langsung

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

 Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya

(profit and sharing).

 Jika seluruh biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue

sharing.

b. Kebijakan akunting (prinsip dan model akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

Perhitungan tingkat bagi hasil Perhitungan tingkat bagi hasil

a. Pendapatan yang dibagikan merupakan pendapatan operasional bank syariah, yang terdiri dari:

 Pendapatan Jual Beli, seperti: pendapatan margin mudharabah,

pendapatan bersih salam, dan pendapatan bersih istishna.

 Pendapatan Sewa, seperti: pendapatan bersih ijarah.

 Pendapatan Bagi Hasil, seperti: mudharabah dan musyarakah.

(34)

 Pendapatan Operasional utama lainnya, seperti: pendapatan bonus

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), penempatan pada bank lain, dan surat berharga syariah lainnya.

b. Pendapatan operasional lainnya, berasal dari biaya administrasi, fee dan komisi, fee mudharabahmuqayyadah, pendapatan devisa, dan lainnya.

2.1.5 Penghimpunan Dana Bank Syariah

Pada bank konvensional, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk „menahan‟ uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang

dilakukan oleh Keynes yang mengemukakan bahwa seseorang membutuhkan uang untuk tiga tujuan, yaitu: transaksi, cadangan (berjaga-jaga), dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan dengan tiga tujuan tersebut, yaitu: giro, tabungan, dan deposito.

Berbeda dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Misalnya, pada tabungan, beberapa bank memperlakukannya seperti giro. Sementara itu, ada juga yang memperlakukannya seperti deposito. Bahkan, ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dana pada bank syariah diperoleh dari tiga sumber, yaitu: modal, titipan, dan investasi.

Bagi Hasil = Distribusi bagi hasil x Nisbah

(35)

2.1.5.1 Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada akhir periode tahun buku, setelah dihitung keuntungan yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan dividen. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya, yang secara langsung tidak menghasilkan (fixxed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, misalnya pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, tentu saja hasilnya menjadi milik pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan modal pemegang saham dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank (Antonio, 1999).

1.Sektor Modal

4.Bagi Dividen

3.Bagi Hasil 2.Pemanfaatan

Dana

Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.3

Sumber Dana dari Modal (Pemegang Saham) INVESTOR

Shahibul Sahm (Pemegang Saham)

BANK

Musyarik (Partner)

(36)

Keterangan:

Salah satu sumber dana bank berasal dari pemegang saham dengan setoran modal, kemudian disalurkan menjadi pembiayaan. Dalam satu periode pembukuan, sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham, investor akan mendapatkan hasil dalam bentuk dividen.

2.1.5.2 Titipan (Prinsip Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dananya adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip tersebut adalah al-wadi’ah. Al-wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum, prinsip

wadi’ah terdiri dari dua jenis yaitu: wadi’ah amanah (murni titipan) dan wadi’ah

dhamanah (barang atau uang yang dititip boleh dimanfaatkan). 1.Titip Barang

2.Bebankan Biaya Penitipan Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti

Gambar 2.4

Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah

Keterangan:

Pada konsep wadi’ah amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan (bank) dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

NASABAH Muwaddi’

(Penitip)

BANK Mustawda’

(37)

Dalam perbankan syariah, yang diterapkan adalah wadi’ah dhamanah pada produk rekening giro. Pada prinsip ini, nasabah berlaku sebagai penitip dan meminjamkan uang, sedangkan bank sebagai pihak yang dipinjami dan dititipi uang.

1.Titip Dana

4.Beri Bonus

3.Bagi Hasil 2.Pemanfaatan Dana

Sumber: Antonio (2001), diolah oleh peneliti Gambar 2.5

Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah

Keterangan:

Pada konsep wadi’ah dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu saja, pihak penerima titipan (bank) akan mendapatkan hasil dari pemanfaatan dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

2.1.5.3 Investasi (Prinsip Mudharabah)

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama antara pihak pertama (shahibul maal) yang menyediakan 100% modal dan pihak lainnya yang menjadi pengelola dana (mudharib). Menurut Karim (2006: 109-111), jenis-jenis mudharabah terdiri dari:

NASABAH Muwaddi’

(Penitip)

BANK Mustawda’

(Penyimpan)

USER OF FUND

(38)

a. Mudharabah Muthlaqah (General Investment)

Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang

diinvestasikan. Mudharib diberi wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya.

 Aplikasi perbankan yang sesuai adalah time deposit biasa.

 Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah, tata

cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad.

 Terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan

deposito mudharabah.

 Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. Bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, kartu ATM, dan atau alat penarikan lainnya.

 Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu

yang telah disepakati yaitu 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi nilai pada akad sudah tercantum perpanjangan otomatis sehingga tidak perlu dibuat akad baru. Bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

 Ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku

(39)

Pemanfaat

Titip dana dana

Bagi hasil Pemanfaat dana

Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti Gambar 2.6

Skema Mudharabah Muthlaqah b. Mudharabah Muqayyadah

Shahibul maal memberikan batasan dana yang akan diinvestasikan.

Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan atau ketetapan yang diberikan shahibul maal.

 Aplikasi perbankan yang sesuai adalah special investment.

Menurut Sudarsono (2004: 60-61) dan Karim (2006: 110-111), mudharabah muqayyadah terdiri dari dua jenis, yaitu:

1) Mudharabah Muqayyadah on Balanse Sheet

Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan khusus (restricted investment). Dalam hal ini pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyarat-syaratkan harus digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

 Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank.

Bank wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

Penabung/ deposan

Bank Dunia

(40)

 Bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai nisbah, tata cara

pemberitahuan keuntungan, dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan ditimbulkan dari penyimpanan dana. Kesepakatan yang terjadi harus dicantumkan dalam akad.

 Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.

Bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya.

 Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda

penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. 2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

 Bank menerbitkan bukti simpanan khusus sebagai tanda bukti simpanan.

Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada porsi tersendiri dalam rekening administrasi.

 Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang

diamanatkan oleh pemilik dana.

 Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan

(41)

1.Proyek tertentu

Sumber : Antonio (2001), Karim (2006) diolah oleh peneliti Gambar 2.7

Skema Mudharabah Muqayyadah

2.1.6 Tabungan Mudharabah

Menurut Azis, et.al. (1996: 1198), tabungan mudharabah adalah “simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian”. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai

(42)

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

Ketentuan umum tabungan mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

c. Jumlah modal harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

(43)

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

2.1.7 Deposito Mudharabah

Perbankan syariah juga menggunakan teknik mudharabah untuk menghimpun dana masyarakat melalui bentuk investasi mudharabah atau yang disebut dengan deposito mudharabah selain melalui tabungan mudharabah. Deposito mudharabah (time deposit) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Fatwa DSN No.3/DSN-MUI/IV/2000 memutuskan bahwa deposito yang berdasarkan bunga tidak dibenarkan secara syariah.

Deposito mudharabah diklasifikasikan ke dalam deposito berjangka 1,3,6,12 bulan. Aturannya hampir sama dengan deposito bank konvensional kecuali pembayaran bunga, karena perbankan syariah tidak mengenal adanya sistem bunga. Namun simpanan dalam deposito mudharabah ditetapkan nisbah (porsi pembagian) keuntungan.

Ketentuan umum deposito berprinsip mudharabah:

(44)

b. Bank dapat menjalankan kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Modal dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan diatur dalam akad pembukaan rekening.

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi bagiannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Haron dan Ahmad (2000) melakukan penelitian dengan judul “The Effects

Of Conventional Interest Rates And Rate Of Profit On Funds Deposited With

Islamic Banking System In Malaysia”. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa hubungan antara total dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah Malaysia dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh masing-masing bank syariah dan bank konvensional. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan Adaptive Expectation Model untuk mengukur efek dari tingkat bagi hasil yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap jumlah dana yang disimpan oleh para nasabah bank syariah tersebut.

(45)

nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah.

Indrawan (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat

Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah (Studi Kasus BPR Syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta) Periode Tahun 2002-2005”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan tingkat bagi hasil dan suku bunga pada jumlah simpanan mudharabah di BPRS yang bersangkutan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah pada BPRS Bangun Drajat Warga.

Budiati (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku

Bunga dan Tingkat Bagi Hasil Tehadap Pendanaan Pada Bank Muamalat Indonesia”. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh suku bunga

konvensional dan bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia selaku Bank Syariah Pertama di Indonesia untuk semua jangka waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode S-VAR (System-Vector Autoregressive).

(46)

Bank Muamalat Indonesia. Kedua, tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Muamalat Indonesia untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. Ketiga, tingkat kekayaan dan pendapatan masyarakat memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah dana pihak ketiga pada Bank Muamalat Indonesia berhubungan positif dengan kekayaan dan pendapatan masyarakat. Sementara itu, pengaruh return terhadap jumlah tabungan dan deposito mudharabah mengindikasikan bahwa nasabah BMI masih mempertimbangkan profit ketika menabung dalam bentuk tabungan mudharabah ataupun deposito mudharabah.

Anifah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profit Sharing dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank Syariah Indonesia”. Penelitian ini

(47)

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam mendapatkan nasabah, tentunya bank syariah harus dapat bersaing dengan bank-bank konvensional yang ada. Salah satu faktor penentu persaingan dapat dilihat dari keuntungan-keuntungan yang ditawarkan masing-masing bank kepada nasabah. Bank syariah harus dapat menawarkan bagi hasil yang lebih menguntungkan daripada sistem bunga, begitu pun sebaliknya yang berlaku pada bank konvensional. Tingkat bunga merupakan variabel penting yang mempengaruhi profitabilitas pada bank konvensial (Kasmir, 2005). Ketika bank menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, maka akan terjadi peralihan di yakni nasabah akan mencari bank yang menawarkan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsinya saat ini untuk dimanfaatkan di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penabung atau deposan bersifat profitmotive, yaitu mengandalkan keuntungan di saat bunga bank tinggi (Khairunnisa, 2000).

(48)

distribusi pendapatan sistem bank syariah juga mempengaruhi keputusan memilih bank.

Bank syariah harus dapat mengelola dana yang dikumpulkan dari nasabah dengan penuh amanah. Dengan harapan akan mendatangkan keuntungan baik kepada bank maupun kepada nasabah. Prinsip yang digunakan oleh bank syariah adalah prinsip bagi hasil, di mana bank syariah harus mampu memberikan bagi hasil pada nasabah minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku pada bank konvensional.

Konsep bagi hasil (profit sharing) pada bank syariah berbeda dengan konsep suku bunga pada bank konvensional, di mana simpanan yang ditabung pada bank syariah nantinya digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh perbankan syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi, di mana baik untung maupun rugi akan ditanggung oleh bank dan pemilik dana (Ghafur, 2003).

Tingkat suku bunga dan bagi hasil sama-sama mempengaruhi banyaknya jumlah dana yang masuk bagi bank yang bersangkutan. Jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil, maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional. Dan sebaliknya, jika tingkat bagi hasil lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga maka nasabah akan memilih untuk menyimpan dana pada bank syariah.

(49)

keuntungan yang akan didapat. Konsep ini berbeda dengan konsep yang dianut perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh peminjam (baik pihak nasabah maupun bank). Seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki penghimpunan dana seperti Giro

Wadi’ah, Tabungan Mudharabah dan Musyarakah, serta Deposito Mudharabah

(Antonio, 2001: 146).

Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Ahmad (2000) menunjukkan bahwa bagi hasil bank syariah mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat suku bunga konvensional mempunyai hubungan negatif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa para nasabah yang menyimpan dananya pada tabungan dan deposito mudharabah didorong oleh motif mencari profit. Hasil ini bertentangan dengan prinsip syariah yaitu “keputusan seseorang menabung di

(50)

berpengaruh signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Namun suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Hasil ini bertentangan secara teori yang menyatakan sistem bagi hasil berpengaruh secara langsung terhadap jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan syariah, karena pada dasarnya perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh dari tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap banyaknya jumlah dana yang terhimpun, khususnya pada tabungan mudharabah di bank-bank syariah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Sumber: Indrawan (2006), diolah oleh peneliti Gambar 2.8

Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan:

---- : hubungan simultan (serempak) variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel

terikat (Y).

SUKU BUNGA KONVENSIONAL

(X1)

BAGI HASIL

(X2)

JUMLAH TABUNGAN

MUDHARABAH PADA BANK

SYARIAH

(51)

___ : hubungan parsial (individu) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (variabel X1 terhadap Y, dan variabel X2 terhadap Y).

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan dugaan yang bersifat sementara tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, berdasarkan teori yang ada (Sugiyono, 2006: 51).

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat ex post facto, yaitu mempelajari fakta-fakta yang sudah ada. Pendekatan ini dilakukan dengan menginterpretasikan data yang telah diolah, lalu dilanjutkan dengan studi kepustakaan (library research) melalui bahan-bahan kepustakaan seperti: tulisan ilmiah, jurnal, artikel, laporan keuangan, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kesinambungan antara teori yang ada dengan fakta berdasarkan hasil penelitian, termasuk implikasinya. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yaitu berbentuk hubungan sebab akibat kausal, yakni pendekatan untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat antara tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil terhadap jumlah tabungan mudharabah pada bank syariah. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel (Kuncoro, 2009).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

(53)

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data laporan keuangan perbankan syariah dari tahun 2000-2011.

b. Hal yang diteliti adalah pengaruh tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil pada bank syariah yang ada di Indonesia.

c. Tingkat suku bunga konvensional yang digunakan adalah suku bunga tabungan per tahun yang ditetapkan Bank Indonesia pada Bank Swasta Nasional.

d. Tingkat bagi hasil berdasarkan laporan keuangan bank syariah yang bersangkutan dan dipublikasikan.

3.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) (X) dan variabel terikat (dependent variable) (Y). Adapun variabel bebas (independent variable) menurut Sugiyono (2004: 33) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam variabel bebas (X) adalah tingkat suku bunga konvensional (X1) dan bagi hasil (X2).

(54)

Pada Tabel 3.1 terlihat definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Skala

Pengukuran Suku bunga

konvensional (X1)

Suku bunga merupakan balas jasa yang diberikan bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman maupun simpanan.

Rasio

Bagi hasil (X2)

Bagi hasil merupakan sistem pembagian hasil keuntungan yang diterapkan oleh perbankan syariah, di mana porsi bagi hasilnya ditentukan pada saat kontrak (akad) kerjasama.

Tabungan mudharabah merupakan penghimpunan dana dengan menggunakan akan mudharabah yaitu akad kerjasama antara pihak pertama/nasabah (shahibul maal) yang menyediakan 100% modal dan pihak lainnya yang menjadi pengelola dana/bank (mudharib).

Rasio

Sumber: Antonio (2001), Kasmir (2005), dan Karim (2006) (diolah oleh peneliti)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 108). Menurut Sugiyono (2006: 72), populasi merupakan “wilayah generalisasi

(55)

Penelitian ini menggunakan target populasi yang sesuai dengan kriteria pertimbangan tertentu.. Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelititan ini adalah sebagai berikut:

a. Bank Umum Syariah yang telah berdiri dan beroperasi sampai tahun 2011.

b. Bank Umum Syariah dengan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan terpublikasikan dengan lengkap sampai tahun 2011.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka hasil dari seleksi penarikan sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1. Bank Umum Syariah yang telah berdiri dan beroperasi sampai tahun 2011

11 2. Bank Umum Syariah yang laporan keuangan tahunannya

tidak diaudit dan terpublikasikan dengan lengkap sampai tahun 2011

(3)

Jumlah Sampel Penelitian 8

Sumber: www.bi.go.id (23 Maret 2012, diolah)

Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi yang mencukupi. Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang masih memiliki sifat dan karakteristik populasinya sehingga dapat dikenai penelitian (Sekaran, 2006: 123).

(56)

Tabel 3.3

Data Sampel Penelitian

No Nama Bank Syariah Periode laporan keuangan yang digunakan

Jumlah Tahun 1 Bank Muamalat Indonesia Tahun 2000-2011 12 tahun 2 Bank Syariah Mandiri Tahun 2000-2011 12 tahun 3 Bank Mega Indonesia Syariah Tahun 2005-2011 7 tahun

4 Bank Syariah Bukopin Tahun 2009-2011 3 tahun

5 Bank Rakyat Indonesia Syariah Tahun 2009-2011 3 tahun

6 Bank Panin Syariah Tahun 2010-2011 2 tahun

7 Bank Victoria Syariah Tahun 2010-2011 2 tahun 8 Bank Negara Indonesia Syariah Tahun 2010 1 tahun

Total Data Sampel 42

Sumber: www.bi.go.id (23 Maret 2012, diolah)

www.muamalatbank.com (23 Maret 2012, diolah) www.syariahmandiri.co.id (23 Maret 2012, diolah) www.bsmi.co.id (23 Maret 2012, diolah)

www.syariahbukopin.co.id (23 Maret 2012, diolah) www.paninbanksyariah.co.id (23 Maret 2012, diolah) www.brisyariah.co.id (23 Maret 2012, diolah)

www.bnisyariah.co.id (23 Maret 2012, diolah)

www.bankvictoriasyariah.co.id (23 Maret 2012, diolah)

3.6 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu (time series) yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006). Data yang digunakan merupakan data dengan runtun waktu tahunan, yang diambil melalui laporan tahunan dari setiap bank syariah, statistik ekonomi keuangan Indonesia, www.bi.go.id, dan sumber-sumber pendukung lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

(57)

atau instansi yang dijadikan sampel, seperti laporan keuangan. Selain itu, data juga diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dan data dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan teoritis dari buku-buku literatur, catatan kuliah, dan sumber lainnya agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses pembahasan mengenai masalah yang diidentifikasi. Pada penelitian ini, data diambil melalui situs www.bi.go.id, www.idx.co.id, dan situs terkait lainnya.

3.8 Teknik Analisis 3.8.1 Analisis Deskriptif

Statisitik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dengan mengelompokkan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga menjadi salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola (Kuncoro, 2009: 192). Semua bentuk analisis tersebut mencoba menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

(58)

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Keempat asumsi klasik yang dianalisis dengan menggunakan program SPSS17.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statisitik, sifat dan karakterisitik populasi adalah terdistribusi secara normal (Situmorang, 2010: 91).

Alat analisis lain yang digunakan adalah dengan alat uji Kolmogrov Smornov. Alat uji ini digunakan untuk memastikan bahwa data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:

a. Jika hasil One Sample Kolmogorov Smornov di atas nilai signifikan (0,05) menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(59)

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolineraritas bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Multikolinearitas sebagai fenomena sampel terutama muncul karena data yang dikumpulkan bukan percobaan, khususnya pada ilmu ekonomi. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value dan nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu dengan rumus:

Keterangan:

R2/ k = Koefisien determinasi (R2) berganda ketika Xk diregresikan dengan

variabel-variabel X lainnya. Dimana:

Tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 = terjadi multikolinearitas Tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 = tidak terjadi multikolinieritas (Situmorang, et.al., 2010: 136).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ada atau tidaknya varians yang sama diantara anggota grup pada sebuah grup. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi maka dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105).

(60)

yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan berdasarkan masukan variabel independennya (Situmorang, 2010: 98-100). Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat diketahui dengan melakukan uji Glesjer. Jika variabel bebas signifikan secara statistik (α < 0.005) mempengaruhi variabel

terikat, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005: 69).

4. Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefenisiskan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-section). Uji autokorelasi bertujuan menguji ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya dalam model regresi linier yang digunakan (Ghozali, 2005: 95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

(61)

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan Keputusan

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi

positif

No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4- du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi

positif atau negative

Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber: Situmorang (2010: 120)

3.8.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan dari pengaruh antara satu variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas serta mengetahui arah dari hubungan tersebut. Model regresi digunakan jika ingin mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen/prediktor, secara individual (Situmorang, 2010: 141). Dalam hal ini analisis regresi berganda dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh antara variabel bebas (X) yang terdiri dari tingkat suku bunga konvensional (X1) dan bagi hasil (X2) dengan variabel terikat

(Y) yaitu jumlah tabungan mudharabah bank syariah serta mengetahui arah dari hubungan tersebut.

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan:

(62)

X1 : Tingkat Suku Bunga Konvensional

X2 : Tingkat Bagi Hasil

a : Konstanta

b1,b2 : Koefisien dari regresi

e : error item (variabel lain tidak dijelaskan)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya goodness of fit dapat diukur dari nilai determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai uji statistic t. Rasio yang semakin tinggi maka akan semakin baik model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

Tabel 3.5

Hubungan antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 - 0,19 Sangat tidak erat 0,2 - 0,39 Tidak Erat 0,4 - 0,59 Cukup Erat 0,6 - 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: Situmorang (2010: 145)

3.8.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan yaitu uji F dan uji t.

a. Uji F

Gambar

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network),
Tabel 1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) - Bank Umum Syariah dan
Gambar 2.1 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah
Gambar 2.2 Hubungan yang Terjalin antara Bank Syariah dan Nasabah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini akan merugikan negara, untuk itu tugas dan fungsi Dirjen Bea dan Cukai sebagai pemegang kewenangan atau institusi guna mencegah terjadinya penyelundupan

Balai Riset Standardisasi dan Industri Bandar Lampung perlu melakukan evaluasi data yang baik dengan sistem informasi monitoring inventori barang guna mengontrol

1) Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan berat lahir dengan kadar asam arakidonat lemak pada ASI dari ibu menyusui bayi usia 1-4 bulan di Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok penelitian terhadap kadar hematokrit bayi baru lahir dengan p

Based on the results of data analysis, it could be concluded that project based student worksheet can improve the skills of creative thinking well where the average of posttest in

Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orietasi belajarannya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan

Pemeliharaan dan pembesaran ikan di waring dilakukan dengan membuat waring seperti jala ikan, waring dibuat yang kuat dan mengapung dalam kolam dengan tujuan agar