PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO
MUDHARABAH, TINGKAT IMBALAN SBIS,
SUKU BUNGA SIMPANAN BERJANGKA 1 BULAN,
DAN INFLASI
TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH
(STUDI KASUS PT. BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2007-2011)Oleh
Suratman 108081000135
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Suratman
Panggilan : Mamen
Tempat&tanggal lahir : Tangerang, 8 Mei 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Swadaya II No. 48 Kp. Utan, Pdk. Pucung, Pdk. Aren, Tangerang Selatan, Banten 15229
Telepon : 085694606819
Email : suratz_313@yahoo.com
Pendidikan Formal
2008 – 2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Ketua Majelis Ta’lim Ribathul Musthofa 2011/2012
2. Koordinator Departemen Keagamaan BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
3. Bendahara Pembangungan Pondok Pesantren Yatim Piatu (P4YP) Kampung Utan periode 2010-2011
4. Anggota Ikatan Remaja Masjid Sabilul Muttaqin (IRSA) 5. Anggota Pramuka SMK Yuppentek 6 Ciledug
6. Bendahara OSIS SMK Yuppentek 6 Ciledug 7. Anggota Pramuka SD Negeri 02 Pondok Pucung
Pengalaman Bekerja
Pengajar Private/Bimbingan Belajar Pribadi tahun 2013 sampai saat ini
Magang/KKN selama 1 bulan di UKM Aneka Kue Andika tahun 2011
Karyawan PT. Melawai Group tahun 2007-2008
vi
Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point)
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of the total profit sharing mudharabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation against the total of mudharabah deposits at Syariah Mandiri Bank. The data for assessing this research are acquired monthly data from January 2007 to December 2011. This research used multiple linier regression method. Data processing in this research uses SPSS software 19.0 and Microsoft Excel 2010.
The results of the analysis indicated that partially, total of profit sharing mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation are significant to total of mudharabah deposits. Simultaneously variables total of profit sharing mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation are significant to total of mudharabah deposits. This is proved by value of sig-F 0.000 which is smaller than 5% of significance. Predictive ability of the four variables of the financing is 68,8%, as indicated by the amount of the adjusted R-square, while the remaining amount of 31,2% influenced by other factors that are not included in the study variables.
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2007 sampai Desember 2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis linier regresi berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2010.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Secara simultan variabel jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap jumlah deposito mudharabah adalah 68,8%. sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya 31,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian ini.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito
Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2007-2011)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Tentunya keberhasilan penyusunan skripsi ini tak lepas dari adanya orang-orang yang selalu siap membantu dan terus memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Sanin dan Ibunda tercinta Hj. Pesoh, terima kasih atas doa dan kasih sayang serta kesabarannya selama ini telah merawat dan mendidik anakmu tanpa lelah dan tanpa pamrih. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada Ibu dan Ayah tercinta. Aamiin.
2. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska, Bu Umi, dan Pak Sofyan. 7. Kakak-kakakku tercinta Ibu Artinah, Ibu Halimah, Ibu Sopiah, Bapak Dodi, Bapak Aden dan Bapak Nizan yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya baik moril, materil maupun spiritual.
8. Untuk guru - guruku tercinta, Ust. Labiib, Habib Nabiel, Habib Hasan, Habib Mundzir, Mu’allim Ubaidillah, terimakasih atas do’a dan motivasinya.
9. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan saya, terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
xi
11.Teman-temanku Manajemen D angkatan 2008, terima kasih atas dukungannya, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa bangga dan rasa persahabatan diantara kita semua.
12.Teman-teman Manajemen Perbankan A angkatan 2008, semoga kita bisa menjadi ahli perbankan yang handal dan tangguh, terlebih penting lagi semoga ilmu kita bisa bermanfaat untuk diri kita dan orang lain.
13.Teman-teman Manajemen angkatan 2008.
14.Teman-teman Anggota BEM, baik BEM Fakultas maupun BEM Jurusan, terima kasih atas kerjasama dan persahabatannya.
15.Teman-teman angkatan 2006 dan 2007 yaitu Ka Reksa, Ka Muiz, Ka Sofwan, Ka Gita, dan kakak-kakak yang lainnya yang tidak disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terimakasih dan hormat saya.
16.Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga bantuan yang telah diberikan baik berupa moril maupun materil menjadi amal ibadah yang selalu berlipat ganda pahalanya. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Jakarta, Mei 2013 Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
8. Implementasi Prinsip Mudharabah pada Produk Deposito ... 29
9. Bagi Hasil (Profit Sharing) ... 31
a. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ... 33
b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah... 35
c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito ... 36
10. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)... 37
a. Pengertian dan Karakteristik SBIS ... 37
b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS ... 39
c. Pihak – Pihak dalam Lelang SBIS... 40
d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS ... 40
e. Sanksi ... 40
xiii
11. Suku Bunga ... 42
12. Inflasi ... 44
a. Teori Inflasi Konvensional ... 44
b. Teori Inflasi Islam ... 49
B. Keterkaitan antar Variabel ... 50
C. Penelitian Sebelumnya ... 52
E. Operasional Variabel Penelitian ... 71
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74
1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ... 76
c. Uji Heteroskedatisitas ... 91
d. Uji Autokorelasi ... 93
3. Koefisien Determinasi (R Square) ... 94
4. Pengujian Hipotesis ... 94
a. Uji F (Uji Simultan)... 94
b. Uji t (Uji Parsial) ... 95
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 105
B. Implikasi ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 109
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011 ... 3
1.2 Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito ... 5
1.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ... 7
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional ... 23
2.2 Perhitungan Bagi Hasil ... 36
2.3 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga ... 42
2.4 Penelitian Sebelumnya ... 52
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 85
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 90
4.3 Hasil Uji Multikoliniearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF ... 91
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Bresch Pagan Godfrey ... 92
4.5 Hasil Uji Durbin Watson (DW) ... 94
4.6 Koefisien Determinasi (R Square) ... 95
4.7 Hasil Uji F ... 96
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Inflasi ... 10
2.1 Mudharabah pada Penghimpunan Dana ... 31
2.2 Skema SBIS ... 41
2.3 Kerangka Pemikiran ... 57
4.1 Histogram ... 89
4.2 Grafik P-P Plot ... 89
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011 ... 113
2 Tabel Deskriptif Statistik ... 115
3 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien... 116
4 Hasil Uji Normalitas ... 117
5 Hasil Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi ... 118
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara-negara seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih
penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber
pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar, tetapi juga
mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan.
Bank di Indonesia menggunakan dual system banking, yakni sistem
konvensional dan syariah. Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian.
Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh
berbeda dengan perbankan konvensional. Perbedaan mendasar antara
keduanya adalah prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan/operasional. Salah
satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil
dan risiko (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di perbankan
konvensional yang menerapkan sistem bunga. (Husni, 2009:1)
Secara umum bank syariah dapat didefinisikan sebagai bank dengan
pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik
dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya.
Produk-produk bank syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan Produk-produk
2
karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus
menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut. (Ascarya, 2008:2)
Melihat dari fungsi utama yang dijalankan perbankan syariah, semakin
lama perbankan syariah semakin berkembang. Perkembangan perbankan
syariah didorong oleh dua alasan utama yaitu (Rodoni & Hamid, 2008:17):
1. Adanya kehendak sebagian masyarakat untuk melaksanakan transaksi
perbankan atau kegiatan ekonomi secara umum yang sejalan dengan nilai
dan prinsip syariah, khususnya bebas riba.
2. Adanya keunggulan sistem operasional dan produk perbankan syariah,
antara lain: mengutamakan pentingnya masalah moralitas, keadilan dan
transparansi dalam kegiatan operasional perbankan syariah.
Salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang mempunyai peran penting
dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM). Pada hari senin tanggal 1 November 1999 atau bertepatan
dengan 25 Rajab 1420 H merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank
Syariah Mandiri. Lahirnya Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah
usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan
Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank
syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (persero) tbk.
Bank Syari’ah Mandiri merupakan bank komersial Syari’ah yang kedua
setelah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1998 pasar bank syariah mulai
diramaikan dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) anak
3
Mandiri adalah salah satu lembaga perbankan syariah di Indonesia yang terus
berkembang. Berdasarkan Laporan Laba/Rugi secara triwulan tahun 2011,
profit (laba) PT Bank Syariah Mandiri terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
Tabel 1.1
Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011 (dalam Jutaan Rupiah)
Nama Bank Triwulan 1 - 4 Tahun 2011
Maret Juni September Desember
PT Bank Muamalat Indonesia 69.430 141.253 197.239 274.331 PT Bank Syariah Mandiri 134.893 270.001 409.120 548.834
PT Bank Syariah Mega 18.710 39.448 53.393 78.034
PT Bank BRI Syariah 4.007 7.417 23.316 60.265
PT Bank Syariah Bukopin 3.311 7.010 11.033 15.105
Sumber: Bank Indonesia
Pada tahun 2011, sebagaimana perbankan konvensional, kinerja
perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang positif. Meskipun di
tengah kondisi keuangan global yang belum membaik, perkembangan
perbankan syariah kurang terpengaruh oleh kondisi global tersebut. Hal ini
terjadi karena eksposur perbankan syariah sangat kecil penempatannya di
financial market baik domestik maupun global. Sesuai amanat UU No.21 tahun
2008, perbankan syariah menjalankan fungsi utama yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat dalam rangka menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Selain itu, perbankan syariah juga melakukan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
4
penghimpunan dana wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf.
Pencapaian positif perbankan syariah dapat dilihat dari peningkatan yang tinggi
dalam penghimpunan dana yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan.
Ekspansi pembiayaan tetap dilakukan dengan memperhatikan prudential
banking sebagaimana arah kebijakan Bank Indonesia dan tetap memperhatikan
syariah compliance sebagaimana yang digariskan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN). Dengan demikian, rasio pembiayaan bermasalah cukup
terkendali, selain tetap berpegang teguh dalam koridor kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Kondisi permodalan perbankan syariah juga tetap
dapat terjaga antara lain didukung oleh profitabilitas usaha yang cukup tinggi.
(Laporan Pengawasan Perbankan 2011: 19)
Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk deposito
merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun 2011.
Deposito merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi yaitu
sekitar 61,06% dari posisi tahun lalu Rp 39,23 triliun menjadi Rp 62,02 triliun.
Dari sisi preferensi masyarakat terhadap produk-produk perbankan syariah,
masyarakat masih cenderung memilih produk yang memberikan imbal hasil
yang tinggi. Imbal hasil deposito berfluktuasi antara 7,24% sampai dengan
9,11% (equivalent rate), sedangkan imbal hasil tabungan sekitar 2,91% dan
giro sekitar 1,47% (equivalent rate). Dengan demikian wajarlah apabila produk
simpanan berjangka (deposito) lebih diminati dibandingkan produk tabungan.
Lebih lanjut, produk deposito yang paling diminati masyarakat adalah deposito
5
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS)
dengan aset terbesar. Pada bulan November 2011, posisi aset BSM sebesar Rp
45,17 triliun, dengan perolehan dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun
dengan total deposito sebesar Rp 23,022 triliun (57% dari total DPK) dan
pembiayaan Rp 36,06 triliun (Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id, 2012).
Berikut adalah penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka (deposito
mudharabah) dan tingkat bagi hasil deposito hak pihak ketiga (nasabah) pada
Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan yang pesat selama 3 tahun
terakhir ini (lihat Tabel 1.2).
Tabel 1.2
Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan Rupiah)
TOTAL Des-2009 Des-2010 Des-2011
Deposito Mudharabah 9,583,761 15,110,402 23,524,711
Bagi Hasil Deposito 629,271 848,727 1,367,853
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia, data diolah
Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola
dana (mudharib).
Pada bank syariah tidak berorientasi pada keuntungan bunga namun
berorientasi pada konsep bagi hasil. Bagi hasil atau profit loss sharing adalah
prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi
6
keuntungan, porsi bagi hasil adalah sesuai kesepakatan namun jika terjadi
kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal
masing-masing pihak. Dasar yang gunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa
laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional (Suseno,
2003:46).
Dalam memelihara keseimbangan moneter di Indonesia, bank Islam
juga dapat ikut berperan dengan melakukan investasi dalam pasar uang syariah
dengan menggunakan instrumen pasar uang syariah yang diatur oleh otoritas
meneter (Bank Indonesia) berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
sama halnya pada bank konvensional dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
sebagai instrumen pasar uang (Emilianshah dan Hermana, 2005:E136).
Disamping itu, SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk
membantu dalam investasi bank Islam apabila terjadi kelebihan dana
(Overlikuiditas).
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI tanggal 31
Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dalam PBI baru
tersebut, SBIS didefinisikan sebagai surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI). SBIS menggunakan akad jualah. Dengan akad tersebut, maka
bank syariah yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah
(ujrah) atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia.
7
diperdagangkan di pasar sekunder. Mekanisme penerbitan SBI Syariah
menggunakan sistem lelang. Peserta yang diperbolehkan ikut hanya bank
umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) dengan rasio minimal
pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR)
yang ditetapkan BI, kemudian bank mendapat keuntungan berupa bonus SBIS
atau tingkat imbalan dari hasil lelang tersebut (www.bi.go.id, 2008)
Tabel 1.3
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode : Januari 2010 – Desember 2011
Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, data diolah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperuntukkan untuk penitipan
dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. (Husni,
2009:13). Berdasarkan tabel 1.3 diatas terlihat bahwa Setifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mengalami perubahan setiap bulannya. Pada bulan Desember
2010 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 6,26%, bila
dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2010 sebesar 5,24%, maka
Sertifikat Bank Indonesia Syariah mengalami peningkatan sebesar 1,22%.
Tahun 2010 SBIS (%) Tahun 2011 SBIS (%)
September 6,28 September 6,64
Oktober 5,77 Oktober 6,37
November 5,22 November 6,42
8
Kondisi yang tejadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter
yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang
disebabkan oleh inflasi, perbankan syariah terbebas dari negative spread,
karena perbankan islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep islam
menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga
pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil
yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang
diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return yang
dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat
perekonomian booming, maka return yang dibagi hasilkan akan booming pula.
Dengan kata lain, kinerja perbankan islam ditentukan oleh kinerja sektor riil,
dan bukan sebaliknya. Dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai alat
tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time
value of money, tetapi islam mengenal economic value of time. Jadi dengan
kata lain , yang berharga menurut pandangan islam adalah waktu itu sendiri
(Arifin, 2001:56).
Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan
pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam pada jumlah
pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari
sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah
pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah
9
Konsep mengenai bunga sangat berlawanan dengan konsep yang ada
pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada
profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau di
depositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke
sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat
akan di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem
mudharabah adalah adanya untung rugi (profit and loss sharing), jika
keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi
jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut.
Di tengah terus menurunnya suku bunga bank konvensional, margin
bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena
sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang
disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode krisis
moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan
Hermana, 2005:134).
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. (Boediono, 2001:161). Dibidang moneter, laju
inflasi yang tinggi tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam
pengerahan dana masyarakat. Dapat ditambahkan, laju inflasi yang sangat
tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha
10
anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi keadaan
keuangan bank-bank. (Pohan, 2008:54)
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi
(Putong dan Andjaswati, 2010 : 142).
Grafik 1.1
Berdasarkan grafik1.1 diatas, Tahun 2010 laju inflasi meningkat cukup
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.Sepanjang tahun 2010 terjadi inflasi
kecuali pada bulan Maret yang mengalami deflasi sebesar 0,14 % (mtm).
sampai akhir tahun 2010 tercatat laju inflasi kumulatif mencapai 6,96 persen
11
tahun 2010 tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun
2008 yang mencapai 11,06 %. Hingga triwulan I tahun 2011, perkembangan
harga-harga secara umum cukup terkendali. Sampai dengan Maret 2011, laju
inflasi tahunan tercatat sebesar 6,65 % (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan laju inflasi akhir triwulan IV 2010 sebesar 6,96 %. Selama triwulan I
tahun 2011, inflasi pada Januari 2011 masih relatif tinggi sebagai dampak
lanjutan dari masih tingginya harga beberapa komoditas utama dunia sehingga
mendorong kenaikan harga komoditas sejenis di dalam negeri. Namun, sejak
Februari 2011, harga komoditas beras dan bumbu-bumbuan domestik mulai
mengalami penurunan sehingga mendorong penurunan inflasi kelompok bahan
pangan, yang selanjutnya turut mendorong penurunan inflasi komponen
volatile foods. Musim panen yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi
telah menekan harga beras dan komoditas bahan pangan nasional lainnya.
Penurunan harga beras ini memberikan kontribusi terjadinya deflasi pada
Maret 2011 sebesar 0,32 % (mtm), terbesar dalam 10 tahun terakhir. Laju
inflasi kumulatif sampai dengan triwulan I tahun 2011 menjadi 0,70 % (ytd),
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,99
% (ytd).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya hingga triwulan I tahun 2011
(yoy), menurunnya indeks harga kelompok pengeluaran untuk bahan pangan
merupakan pendorong utama terjadinya deflasi pada Maret 2011. Penurunan
laju inflasi kumulatif tersebut disebabkan oleh penurunan harga beberapa
12
harga beras diperkirakan masih akan berlangsung hingga triwulan II tahun
2011 seiring masih berlangsungnya panen raya di beberapa sentra beras
nasional. Sebaliknya, lima kelompok pengeluaran lainnya menunjukkan tren
peningkatan, dengan kelompok sandang menyumbang kenaikan tertinggi
sebesar 7,71 %, yang didorong oleh peningkatan harga emas di pasar
internasional dan domestik. Kenaikan inflasi lain didorong oleh inflasi pada
kelompok pengeluaran untuk pendidikan sebesar 3,84 % dan kesehatan sebesar
3,17 %.
Beberapa penelitian tentang deposito mudharabah yang dipengaruhi
oleh variabel lain seperti variabel makro ekonomi dan lainnya memberi
indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi fungsi
intermediasi bank yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembangunan
suatu negara dan profitabilitas bank.
Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh
Ani dan Wasilah (2010) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (deposito mudharabah
1 bulan) Bank Muammalat Indonesia. Menyimpulkan bahwa variabel tingkat
suku bunga deposito berjangka 1 bulan, tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran
bank berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah, sedangkan FDR
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Husni (2009) yang melakukan
penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak
13
2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara SWBI terhadap
DPK, dan terdapat pengaruh negatif antara bagi hasil terhadap DPK.
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian
lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat
akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang
didapat dari penenelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu
menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil
operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
intermediasi bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah
dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH,
14 B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dibuat perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat
imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan
inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Syariah Mandiri ?
2. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah secara
parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri ?
3. Bagaimana pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?
4. Bagaimana pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan secara
parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri ?
5. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?
C. Tujuan & Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah,
15
dan inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Syariah Mandiri.
b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri.
c. Untuk menganalisis pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
d. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank
Syariah Mandiri.
e. Untuk menganalisis pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah,
tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan
dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di bank syariah pada
umumnya dan khususnya Bank Syariah Mandiri (BSM).
b. Bagi Perbankan Syariah
Pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan
16
terhadap salah satu produk perbankan syariah yaitu deposito
mudharabah menjadi topik yang dibahas lebih lanjut. Kajian pengaruh
jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah
suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi terhadap salah satu
produk perbankan syariah ini dapat bermanfaat untuk evaluasi
perkembangan sistem perbankan syariah serta sebagai bahan awal
kajian dalam menentukan metode kebijakan sistem syariah.
c. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang
manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan
sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang
berminat) di masa yang akan datang.
d. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan.
e. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan menambah
wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank terutama terkait dengan
produk deposito mudharabah. Sehingga dapat di jadikan landasan
dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk
17 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank Secara Umum
Menurut Mishkin (2007:8) Bank sebagai lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Bank merupakan perantara keuangan (financial intermediaries), Bank menimbulkan interaksi antara orang yang membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya, orang yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya dalam bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank.
Pengertian bank menurut Rodoni (2006:21) adalah suatu badan
usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary)
untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada yang
ditentukan.
Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang
18
c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992
tentang Perbankan).
Ditinjau dari segi imbalan atau jasa penggunaan dana, baik simpanan
maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:
a. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu.
b. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah
(Rodoni dan Hamid, 2008:14).
2. Pengertian Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank
Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi
19
Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Rodoni,
2008:14).
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya
dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana,
memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara Islami atau prinsip syariah, yakni mengacu pada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits atau dengan kata lain, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasian disesuaikan dengan prinsip syariah
Islam (Mufraini, 2008:17).
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk
memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan
riba, serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram
(misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram,
usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh
20 3. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut : (Sudarsono, 2008:43)
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
21
pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang
diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang
tidak sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
non-syariah.
4. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukuan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and
Auditing Organizing for Islamic Financial Institution), yaitu sebagai
berikut : (Sudarsono 2008:43)
1) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu-lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
mestinya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
22
Pada dasarnya tiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana,
meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan,
kecuali bila dalam pelaksanaan fungsi perbankan tersebut dilarang
menurut syariah. Praktek perbankan konvensional yang dikenal saat ini,
fungsinya menggunakan sistem bunga dan dapat digolongkan sebagai
transaksi riba.
5. Keunggulan Perbankan Syariah
Keunggulan perbankan syariah adalah sebagai berikut :
1) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak bank,
tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip
ini kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan.
2) Dengan menggunakan prinsip jual beli, apabila nasabah hendak
menaikan usahanya tetapi kekurangan alat angkut untuk kegiatan
produksinya, maka dapat mengajukan pembiayaan, sehingga dapat
menerima alat angkut dengan resiko yang lebih rendah dari pada
dengan pinjaman kredit ke bank konvensional.
3) Dapat mendorong para pengusaha kecil untuk dapat lebih
mengembangkan usahanya dengan baik yaitu dengan adanya bantuan
dari pihak bank syariah.
4) Resiko kerugian yang diterima baik nasabah maupun bank dengan
menggunakan prinsip jual beli. Hal ini dikarenakan apabila terjadi
kerugian, maka kerugian tersebut dibagi menurut perjanjian yang telah
23
5) Pihak bank akan mendapatkan banyak nasabah dengan menggunakan
prinsip jual beli, karena menggunakan prinsip kreditur dan debitur
sehingga bank yang dapat menentukan margin yang akan ditetapkan
dan nasabah dapat dijadikan agen bank.
6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,
perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Perbandingan
antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Islam Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi yang halal.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.
3. Profit dan falah oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
24 7. Deposito Mudharabah
a. Pengertian
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari
pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal
tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah
tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk
penghimpunan dana ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki
kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya,
bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi. (Nurianto,
2010:35)
Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan (Karim, 2004:277).
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara
nasabah penyimpan dengan bank (Siamat, 2005:284). Deposito
berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta asing)
yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar
25 Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya
(Antonio, 2009:95). Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha
antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahib al-mâl)
menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik
sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek),
sedangkan nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan
permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola
(mudharib) menyediakan keahliannya (Rivai, 2007:471).
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan (Rodoni dan Hamid, 2008:27-28).
Mudharabah merupakan salah satu bentuk dari perkongsian, yang
mana salah satu pihak disebut pemilik modal (sahib al-mal) yang
menyediakan sejumlah uang tertentu dan berperan pasif, sementara
pihak lain disebut pengelola dana (rab al-mal atau mudarib) yaitu
orang yang menjalankan usaha, ke pengurusan atau jasa dengan tujuan
memperoleh keuntungan (Hulwati, 2009:71).
Mudharabah adalah satu bentuk kontrak antara penyedia dana
(shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib). Pada saat proyek
26
penyedia dana berikut porsi keuntungan yang telah disetujui
sebelumnya. Bank syariah, dalam hubungannya dengan pengusaha,
bertindak sebagai shahibul maal. Sedangkan dalam hubungannya
dengan deposan, bank syariah bertindak sebagai mudharib (Edwin
dkk, 2007:296).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No:
03/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara
syariah, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah
(Burhanuddin, 2010:61).
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito
mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada
bank, dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya
hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dan
disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan
prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya
memiliki jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Adapun dasar hukum deposito dalam hukum positif dapat kita
jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. (Karim, 2004:303)
Secara Teknis mengenai deposito mudharabah ini dalam pasal
27
melaksanakan kegiatan Usaha berdasarkan prinsip syariah. Pasal ini
intinya menyebutkan bahwa wajib menerapkan prinsip syariah dan
prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya dalam melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi antara lain dalam bentuk deposito berjangka dalam bentuk
mudharabah.
Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam Fatwa
DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 yang
menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa
perbankan. Salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan
dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. (DSN
MUI&BI, 2006:18-19)
Berdasarkan DSN MUI ini deposito yang dibenarkan secara
syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudhrabah, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
28
syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudhrabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
c. Macam – Macam Deposito Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik
dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni (Karim, 2009:304) :
1) Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)
Dalam deposito Mudharabah Muthlaqah (URIA), pemilik
dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada
Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain,
Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana URIA ini keberbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
Dalam menghitung bagi hasil deposito Mudharabah
Muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil
29
tanggal pembukaan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) dan
tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang
menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah hari kalender bulan
yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).
2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account, RIA)
Berbeda halnya dengan Deposito Mudharabah Mutlaqah
(URIA), dalam deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik
dana memberikan batasan atau persyaratan tetentu kepada Bank
Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan
tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank
Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
8. Implementasi Prinsip Mudharabah dalam Produk Deposito
Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan
syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan
dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana
investasi dalam memperoleh keuntungan (Anshori, 2007:95).
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk
deposito sebagai instrument penghimpunan dana dari masyarakat pada
bank syariah telah diatur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia
No.7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi
30
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau
deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana.
b. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal.
c. Pembagian keuntungan dari penggolongan dan investasi dinyatakan
dalam bentuk nisbah.
d. Pada akad tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah wajib
menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan
oleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka
penutupan rekening.
e. Nasabah tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan.
f. Bank adalah mudharib menutup biaya operasional tabungan atau
deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
g. Bank tidak boleh mengurangu bagiuan keuntungan nasabah tanpa
persetujuan nasabah yang bersangkutan.
h. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam
31 Gambar 2.1
Mudharabah pada Penghimpunan Dana
Titip dana Pemanfaatan dana
Bagi hasil Pemanfaat dana
Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola
dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana).
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak ketiga (Karim, 2004:277)
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan
membagikan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut (Karim, 2004:278).
9. Bagi Hasil (Profit Sharing)
Bagi hasil adalah pendapatan dari pembiayaan investasi
al-mudharabah dan al-musyarakah berupa bagi hasil usaha, dari pembiayaan
pengadaan barang al-murabahah, al-baitsaman ajil, dan al-ijarah berupa
mark up dan sewa, dari pemberian pinjaman berupa biaya administrasi,
NASABAH BANK DUNIA
32
dan dari penggunaan fasilitas berupa fee. (Perwataatmadja dan Antonio,
1999:43).
Akad berpola bagi hasil pada prinsipnya, merupakan suatu transaksi
yang mengupayakan suatu nilai tambah (added value) dari suatu kerja
sama antarpihak dalam memproduksi barang dan jasa (Ascarya,
2008:214).
Menurut Agustianto (2005:56), bagi hasil adalah keuntungan atau
hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun
transaksi jual beli yang diberikan nasabah. Perhitungan bagi hasil
disepakati menggunakan pendekatan atau pola:
(1) Revenue Sharing
Perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Revenue Sharing mengandung kelemahan, karena apabila tingkat
pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank, setelah
pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampu mempunyai
kebutuhan operasionalnya (yang lebih besar daripada pendapatan fee)
sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang
saham sebagai penanggung kerugian (Arifin, 2009:70).
(2) Profit & Loss Sharing
Adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada seluruh
33
jasa-jasa yang diberikan bank setelah dikurangi biaya-biaya
operasional bank.
Pada saat akad terjadi, wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit & Loss Sharing, atau
Gross Profit. Jika tidak disepakati, akad itu menjadi gharar.
Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana)
dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan
yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana
mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha
yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang
besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang
sangat kecil.
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak
yang diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik
dana dan pengelola dana sehingga besarnya benefit yang diperlukan
deposan sangat tergantung kepada kemampuan bank dalam
menginvestasikan dana-dana yang diamanahkan kepadanya (Wiroso,
2005:88).
a. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Menurut Antonio (2001:139) ada dua faktor yang mempengaruhi
34
1. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factor) yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut:
a) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment
rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode ini:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang
digunakan.
c) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
1) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.
3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu
bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
35
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan
merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi
biaya-biaya.
2) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue
sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan
pengakuan pendapatan dan biaya.
b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Yaya dkk, 2009:370).
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
36
dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa
dinamakan dengan gross profit (Yaya dkk, 2009:371). Prinsip
perhitungan bagi hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Xx
Harga Pokok Penjualan (xx)
Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing
Beban (xx)
Laba/Rugi bersih Xx Profit sharing
(Sumber : Yaya dkk, 2009:371)
Rumus gross profit sharing:
Rumus profit sharing:
c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito
Adapun Perhitungan bagi hasil deposito yang diterima nasabah
sebelum pajak dan zakat pada Bank Syariah Mandiri adalah sebagai
berikut:
Jika deposito mudharabah per bulan (1 bulan)
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
37
Contoh :
1) Diketahui nominal Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1
bulan sebesar Rp. 10.000.000,00
2) Diketahui saldo rata-rata seluruh Deposito Syariah Mandiri Rupiah
jangka waktu 1 bulan Rp 7.419.489.107.191,12
3) Diketahui saldo pendapatan distribusi bagi hasil seluruh Deposito
Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 bulan (lihat tabel) Rp
65.489.891.451.14
4) Diketahui NISBAH bagi hasil Deposito Syariah Mandiri Rupiah
jangka waktu 1 Bulan (lihat tabel) 51,00%
5) Bagi hasil yang diterima nasabah = Rp 45.016, 37
[(10.000.000,00/7.419.489.107.191,12) x 65.489.891.451,14 x
51,00% = 45.016,37]
10.Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) a. Pengertian dan Karakteristik SBIS
Menurut Husni (2009:7) SWBI/SBIS merupakan mekanisme
penitipan dana ke Bank Indonesia pada saat Bank Syariah mengalami
kelebihan dana. SWBI adalah instrument moneter berdasarkan prinsip
Syariah yang dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi
kelebihan likuiditasnya.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (selanjutnya disingkat SBIS), bahwa
38
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Hal ini sedikit berbeda dengan SBI Konvensional
yang diterbitkan melalui lelang dengan tingkat diskonto yang berbasis
bunga (interest), sedangkan SBIS diterbitkan menggunakan
akad/kontrak transaksi ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadah/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu perkerjaan.
Para peserta yang diperbolehkan untuk mengikuti lelang SBIS
diantaranya Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS)
atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS.
Ketentuan lainnya, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
SWBI/SBIS digunakan oleh bank Syariah dalam hal terjadi
kelebihan dana, SWBI merupakan surat berharga yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia dengan menggunakan prinsip wadi’ah yad adh
dhamanah. Dengan demikian bank Indonesia memberikan bonus
tertentu atas penempatan dana tersebut. SWBI/SBIS merupakan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan
kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
Syariah. (Husni, 2009:7)
SWBI yang sekarang disebut SBIS merupakan instrumen
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan
likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Beberapa
39
1) Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek.
2) Diterbitkan oleh Bank Indonesia.
3) Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana
sementara.
4) Ada bonus atas transaksi penitipan dana
b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS
Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia,
instrumen SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang
sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM Tanggal 31
Maret 2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah melalui lelang dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara Repo
Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia. Berikut ini
adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas.
Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah
dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunakan sistem
pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal dengan
sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem
Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan
Bank Indonesia termasuk penatausahaanya dan penatausahaan surat
berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta,