• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL

MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

OLEH: Tia Anggraini

07340003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling

menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.”

(QS. Al-’Ashr/103:1-3)

Tugas Akhir Ini Kupersembahkan untuk Orang-orang Tersayang, yang Telah Memberikan Segala Kebahagiaan dalam Jiwa dan Raga Saya

Ayahanda (Siswo) dan Ibunda (Sulik) yang telah telah menjadi sosok inspirasi dan penyemangat hidup

Adik Orienta Zubaidah yang selalu mendoakan agar kakaknya ini cepat lulus dan cepat pulang

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis Majas dan Wujud Citraan dalam Novel Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami” ini dengan tepat waktu.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan yang berupa moril maupun spritiuil yang penulis dapat. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Drs. H. Fauzan M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

3. Dr. Ekarini Saraswati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

4. Dra. Tuti Kusniarti, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

(7)

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membagi ilmu yang sangat bermanfaat dan memberikan sumbangan berupa saran serta materi selama perkuliahan kepada penulis.

7. Ayahanda (Siswo) dan Ibunda (Sulik) yang telah mengalirkan do’a dan tidak pernah berhenti memberi dukungan serta mengukir semangat pantang menyerah dalam jiwa, memberikan perhatian dan kasih sayang yang begitu tulus dalam menjaga, merawat, dan membesarkanku sampai saat ini.

8. Teman-teman Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘A’ dan ‘B’ angkatan 2007 yang telah banyak memberikan motivasi, membagi kebahagiaan, serta turut andil dalam penulisan skripsi ini. Khususnya geng Kepompong ‘Susi, Datul, Linda, Ika, Ima, dan Ica’ terima kasih telah memberi warna dalam perjalanan studiku, aku masih mengingat bahwa kita pernah berjaya. tidak langsung membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penulisan selanjutnya, karena tanpa saran dan kritik tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan.

Semoga skripsi ini dapar bermanfaat dan memberikan sumbangan yang berarti untuk penulis sendiri maupun semua pihak yang memerlukan.

Malang,30 Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

2.3.1 Gaya sebagai Sarana Retoris... 15

2.3.2 Gaya sebagai Sarana Mengekspresikan Keindahan ... 16

2.3.3 Gaya sebagai Bentuk Pengungkapan Emosi Terdalam ... 17

2.3.4 Gaya sebagai Bentuk Ekspresi Individual ... 18

2.4 Unsur Gaya dalam Karya Fiksi... 18

(9)

2.4.2 Citra (image) dan Pencitraan... 28

4.2 Majas yang digunakan Pengarang pada Novel Manjali dan Cakrabirawa Karya Ayu Utami ... 42

4.3 Wujud Citraan yang Disampaikan Pengarang dalam Novel Manjali dan Cakrabirawa Larya Ayu Utami ... 66

4.3.1 Citraan Penglihatan ... 66

4.3.2 Citraan Pendengaran... 69

4.3.3 Citraan Gerakan... 69

4.3.4 Citraan Rabaan ... 71

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 78

Lampiran 1 : Tabel Majas yang digunakan Pengarang... 78

Lampiran 2 : Tabel Wujud Citraan ... 137

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1985. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Malang: Sinar Baru Algensindo.

_________. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. _________. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Finoza, Lamuddin. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Hayati, A dan Winarno Adiwardoyo. 1990. Latihan Apresiasi Sastra: Penunjang Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMTP dan SMTA. Malang: YA 3 Malang.

Keraf, Gorys.2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Miderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Karya Fiksi. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rahmat Joko. 2000.Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Kutha Nyoman. 2008. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sayuti, Suminto A.. 1985. Puisi dan Pengajarannya (Sebuah Pengantar). Semarang: IKIP Semarang Press.

(12)

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadyah University Press.

Sudjiman, Panuti. 1995. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti Pustaka Utama. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Utami, Ayu. 2010. Manjali dan Cakrabirawa. Jakarta: PT. Gramedia.

Wellek, R dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusatraan. Jakarta: PT. Gramedia.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Karya sastra merupakan replika kehidupan nyata yang berbentuk fiksi. Macam-macam karya sastra antara lain cerpen, novel, dan drama. Persoalan dalam karya sastra yang disodorkan oleh pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Terkadang pengarang dalam menyampaikan persoalan yang diinginkan, sering mengemasnya melalui gaya yang berbeda-beda. Salah satu gaya pengarang dapat dilihat melalui bahasa yang ditulis dalam cerita. Pengarang mengemas cerita dengan berimajinasi. Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, disajikan melalui kreativitas yang tidak terlepas dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini personal. Pengarang juga melibatkan muatan-muatan khas individualistik yang melekat pada dirinya untuk merespon objek dari luar. Oleh sebab itu, ekspresi pengarang bekerja atas dasar kekuatan intuisi, khayal, dan juga kekuatan menyerap realitas kehidupan. Dalam sebuah cerita, cerpen atau novel, seorang pengarang juga mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat, dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut.

(14)

2

Nurgiyantoro (1995: 20) bahwa masalah kehidupan amat kompleks, bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan sosial, ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itupun dapat ditujukan terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah air, dan lain-lain. Masalah percintaan (asmara) dalam karya fiksi memang tampak penting, terutama untuk memperlancar cerita.

Sebuah novel akan mempunyai nilai estetik apabila penyuguhannya menarik. Dalam penyusunan sebuah novel tidak lepas dari unsur pembangunnya, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Salah satu unsur yang berpengaruh penting dalam pembuatan novel adalah plot, sebab plot merupakan jalan cerita yang diinginkan oleh pengarang. Tanpa disertai plot maka jalannya cerita akan mengambang. Ke mana cerita (peristiwa) tersebut akan bermuara, plot lah yang menentukan, sedangkan dalam penyusunan plot, bahasalah yang berbicara.

Novel merupakan karya fiksi berbentuk teks, maka dalam penulisannya pengarang akan melibatkan kata, frasa, kalimat, bahkan paragraf yang pada nantinya akan menjadi jalinan satuan cerita. Dalam sebuah peristiwa yang terdapat dalam potongan cerita biasanya disertakan tokoh-tokoh tertentu untuk melakonkan jalannya peristiwa. Untuk itu, akan ada variasi penggambaran-penggambaran yang dilakukan pengarang untuk memperlancar jalannya cerita pada sebuah novel.

(15)

3

Seperti yang dipaparkan oleh Pradopo (2000: 93) bahwa tiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya (termasuk gaya bahasa) merupakan identitas seorang pengarang. Gaya merupakan idiosyncrazy (keistimewaan, kekhususan) seorang penulis kata Middleton Mury, begitu juga kata Buffon gaya itu adalah orangnya sendiri (Lodge dalam Pradopo, 2000:93).

Gaya seorang pengarang tercermin melalui bahasa. Bahasa merupakan sistem tanda yang menjadi sarana primer sastra. Misalnya bahasa dalam prosa fiksi, khususnya novel, bahasa yang disuguhkan berupa teks sastra. Teks sastra secara keseluruhan adalah sebuah tanda dengan semua cirinya: untuk pembaca, teks itu pengganti dari sesuatu yang lain, yakni suatu kenyataan yang dibayangkan dan bersifat fiksi.

Tanda adalah pengirimnya; secara kasar adalah penulisnya. Dikarenakan bentuk teks yang disajikan, di samping menentukan cirinya secara global sebagai satu tanda, juga bergantung pada faktor lain selain pengarangnya, seperti penerbit, tata grafis, pencetak, dan sebagainya. Dengan demikian cara penyajiannya dimasukkan dalam tanda teks. Jadi, teks itu pada dasarnya adalah satu bangunan bahasa, namun sebetulnya lebih dari itu. Teks adalah satu tanda yang dibangun dari tanda, yaitu tanda bahasa dan tanda lain. Tanda yang paling banyak adalah tanda bahasa, yang terkadang bisa membuat keliru apabila tanda-tanda lain diabaikan.

(16)

4

lisan dan bahasa tertulis. Dalam prosa fiksi khususnya novel, bahasa yang digunakan adalah bahasa atau teks tertulis. Menurut Pradotokusumo (2008:21) mungkin sekali makin lepas dari referensi asli. Penulis mungkin mengarang tulisan berdasarkan situasi pribadi, situasi sosial, dan lain-lain, dan pembaca yang tidak tahu situasi akan membina dengan kerangka acuan tersendiri. Untuk menghindari kesalahpahaman, pengarang harus secara eksplisit dan jelas menguraikan informasi kontekstual. Tulisan atau teks tertulis dapat dibaca ulang beberapa kali bila dianggap perlu atau penting dan oleh penulis dapat dipikirkan masak-masak sebelum diungkapkan karena tidak terikat pada komunikasi langsung.

Gaya bahasa dalam karya sastra diolah secara khusus. Hal ini berlaku baik dalam puisi maupun prosa fiksi. Ada yang menekankan penyimpangan dari tradisi bahasa atau tata bahasa, seperti yang diperlihatkan oleh Angkatan ’45 di Indonesia. Yang juga sering disebut sebagai ciri bahasa sastra ialah unsur ambiguitas (satu kata mengandung lebih dari satu arti) atau kepadatan arti. Bagaimana bahannya diolah secara tersendiri, hanya dapat dipahami atau dilukiskan bila bertitik pangkal pada sebuah norma. Norma itu ialah pengolahan bahan dalam teks-teks nonsastra, misalnya teks ilmiah atau jurnalistik. Akan tetapi sejauh mana penggunaan bahasa “khusus” dapat diketahui dan diserap, bergantung pada kompetensi kebahasaan dan kesastraan si pembaca. Pengertian “bahasa puitik” tak pernah diketahui secara mutlak.

(17)

5

dapat dibaca menurut tahap arti yang berbeda-beda. Dalam sebuah novel misalnya, pembaca tidak hanya menjadi maklum akan pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh fiktif, tetapi juga lewat peristiwa-peristiwa dapat diperoleh pengertian mengenai tema yang lebih umum sifatnya.

Menurut Nurgiyantoro (1995: 273) bahasa sastra khususnya dalam novel mungkin dicirikan sebagai bahasa (yang mengandung unsur) emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa non sastra, khususnya bahasa ilmiah yang bersifat rasional dan denotatif. Dalam novel biasanya terdapat beberapa gaya bahasa yang mungkin oleh peneliti dirasa menarik untuk dikaji. Banyak kiasan-kiasan yang terkadang belum terpikirkan oleh sebagian orang sehingga terkesan baru.

(18)

6

Teeuw (1984:26) mengatakan bahwa komunikasi antara penulis dan pembaca lewat tulisan, membuka kemungkinan adanya komunikasi jarak jauh antara kedua belah pihak dan menembus baik dalam hal ruang, waktu maupun kebudayaan yang lain dengan pembaca. Dengan adanya komunikasi, dunia menjadi sempit oleh konsekwensinya, baik maupun buruk.

Pengajian terhadap gaya bahasa, salah satunya dapat dianalisis melalui pemajasan. Pada dasarnya pemajasan mengacu pada segala unsur yang berhubungan dengan bahasa, baik bahasa secara tulis ataupun lisan. Pemajasan sebenarnya sebuah kajian yang dapat diidentifikasi walaupun hanya dengan mendata bahasa yang digunakan pengarang. Jadi, dengan bersumber pada teori yang membahas tentang pemajasan maka kajian dapat dilakukan.

(19)

7

Peneliti menggunakan novel Manjali dan Cakrabirawa sebagai objek kajian didasarkan beberapa alasan, antara lain novel ini merupakan novel karya Ayu Utami. Ayu Utami adalah seorang novelis terkemuka era sekarang yang berhasil memperoleh penghargaan pada karya-karya sebelumnya. Di samping itu, novel ini merupakan novel terbaru dari Ayu Utami, Manjali dan Cakrabirawa merupakan seri kedua dari Bilangan Fu.

Penelitian yang menggunakan kajian gaya bahasa dalam novel telah ada sebelumnya, yaitu oleh Ita Yuli Astutik (UMM 2003) dengan judul Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan Pada Novel Perempuan Berkalung Sorban karya

Abidah El-Khalieqy (Tinjauan Stilistika). Penelitian tersebut hanya mengangkat masalah bentuk dan makna penggunaan dalam gaya bahasa perbandingan, sedangkan penelitian dengan judul Analisis Majas dan Wujud Citraan dalam Novel Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami mengetahui majas-majas apa saja yang digunakan pengarang baik berupa perbandingan dan sindiran serta wujud pencitraan pengarang pada novel.

(20)

8

Alasan yang melatarbelakangi pengarang memilih judul “Analisis Majas dan Wujud Citraan dalam Novel Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami”

antara lain karena penelitian yang menggunakan kajian majas dan wujud citraan pada novel masih kurang mendapat perhatian. Penelitian terhadap novel lebih banyak ke arah sosiologi dan psikologi sastra. Apalagi ketika tokoh utamanya wanita, biasanya penelitian lebih cenderung ke arah feminisme. Di samping itu karena novel merupakan karya fiksi yang berbentuk teks, umumnya terdapat bahasa-bahasa kias (pemajasan) di dalamnya. Hal itu bertujuan agar menambah nilai estetika tersendiri pada sebuah karya. Demikian pula novel-novel Ayu Utami, tidak jarang Ayu menggunakan bahasa figuratif untuk menghidupkan jalan dan maksud cerita yang ia ingin sampaikan kepada pembaca. Bahasa-bahasa seperti itulah yang peneliti gunakan sebagai data dalam kajian ini.

1.2Jangkauan Masalah

Penelitian ini memiliki jangkauan masalah yang sangat luas, yaitu dari aspek kajian stilistika, tetapi jangkauan masalah yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi beberapa masalah pokok, yaitu:

1.2.1 Tanda-tanda stilistika menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:280) berupa:

(21)

9

(c) leksikal, misalnya penggunaan kalimat abstrak atau konkret, frekuensi penggunaan kata benda, kerja, sifat, dan

(d) penggunaan bahasa figuratif, misalnya bentuk-bentuk pemajasan, permainan, struktur pencitraan, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelusuran penelitian terdahulu, banyak yang memfokuskan pada penggunaan gaya bahasa (pemajasan), maka untuk membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang peneliti menyertakan pencitraan sebagai permasalahan yang akan dibahas. Sebab, belum terlalu banyak peneliti yang mengangkat masalah pencitraan dan pemajasan dalam satu penelitian.

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat mengarah serta mengena pada sasaran yang diinginkan, maka permasalahan yang diteliti harus dibatasi. Sebuah penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas yang dapat berakibat penelitiannya menjadi tidak fokus. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1) Analisis majas pada novel Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami, karena majas merupakan bagian dari gaya bahasa pengarang. Melalui majas, dapat diketahui sejauh mana kemampuan pengarang mengolah bahasa. 2) Analisis wujud citraan yang disampaikan pengarang dalam novel Manjali dan

(22)

10

penuturan yang banyak dimanfaatkan dalam penulisa sastra. Citraan dapat digunakan untuk mengkonkretkan pengungkapan gagasan-gagasan yang sebenarnya abstrak melalui kata-kata dan ungkapan yang mudah membangkitkan imajinasi, dengan daya tanggapan indera imajinasinya, pemabaca akan dengan mudah membayangkan, merasakan, dan menangkap pesan yang ingin disampaikan pengarang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana wujud majas yang digunakan pengarang pada novel Manjali dan Cakrabirawa?

2) Bagaimana wujud citraan yang disampaikan pengarang dalam novel Manjali dan Cakrabirawa?

1.5Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

(23)

11

1.5.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan kekhasan bahasa dalam novel Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami ditinjau dari: a. majas yang digunakan pengarang pada novel Manjali dan Cakrabirawa

b. wujud citraan yang disampaikan pengarang dalam novel Manjali dan Cakrabirawa

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini antara lain:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan kajian ilmu bahasa. Kajian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerhati kebahasaan sebagai bahan pendamping dalam kajian-kajian yang lebih luas lagi. 1.6.2 Manfaat Praktis

a. bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang gaya penulisan novel sebagai modal untuk jadi seorang penulis

(24)

12

1.7 Penegasan Istilah

1) Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Jadi ia merupakan gaya yang sengaja mendayagunakan penuturan dengan memanfaatkan bahasa kias (Nurgiyantoro, 1995:297) .

2) Citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Sedang setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai (gambaran) yang dihasilkan oleh penangkapan pembaca terhadapa sebuah obyek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan daerah-daerah otak yang berhubungan (yang bersangkutan) (Pradopo, 2000:79)). 3) Analisis majas dan wujud citraan pada novel merupakan sebuah analisis yang

mendeskripsikan bagaimana penggunaan majas dan wujud citraan dalam sebuah novel. Analisis ini menekankan pada kalimat-kalimat yang menunjukkan adanya penggunaan majas dan citraan. Adapun majas biasanya berkaitan dengan bahasa figuratif, sedangkan citraan berkaitan dengan gambaran angan-angan pembaca saat membaca kalimat dalam novel.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian angka kredit adalah suatu proses penilaian prestasi dosen dilihat dari aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan dosen berdasarkan pada pedoman

Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Progam Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku penguji

Penelitian ini menggunakan penerapan metode demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Mahasiswa dapat memahami pengertian tentang subyej hukum, orang – orang yang kurang cakap dalam hukum serta domisili.

Penyusunan dokumen Rencana Strategis ( RENSTRA ) Kecamatan Brondong tahun 2016- 2021 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk 5

Pengaruh solvent-feed ratio, waktu kontak, suhu eampuran dan keeepatan putaran pengaduk terhadap volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetane bahan bakar diesel

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Sareal, Bogor).. Institut

14 Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, selalu berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku ( code of conduct ) yang telah