• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI PENDERITA TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA) PASCA AMPUTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP DIRI PENDERITA TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA) PASCA AMPUTASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI PENDERITA TUMOR TULANG

(OSTEOSARCOMA) PASCA AMPUTASI

SKRIPSI

Oleh :

ARIKA ROSHANTI NIM : 06810115

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Konsep Diri Penderita Tumor Tulang (Osteosarcoma) Pasca Amputasi

2. Nama Peneliti : Arika Rosanti Widyaningrum 3. No.Induk Mahasiswa : 06810115

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal,

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri dayakisni, M.Si ………

Anggota Penguji : 1. Ni’matuzahroh, M.Psi ……… 2. Dra. Diantini Ida, M.si ………

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arika Rosanti Widyaningrum

NIM : 06810115

Fakultas : Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Judul Skripsi : Konsep Diri Penderita Tumor Tulang (Osteosarcoma) Pasca Amputasi.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalty non-ekseklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan,

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsep diri penderita osteosarcoma pasca amputasi”.

Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT yakni Agama Islam.

Penulis menyadari9 bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Tri dayakisni, M.Si sekalu dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. M. Shohib, M.si selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan nasehat yang sangat berarti bagi penulis.

4. Seluruh staff pengajar Fakultas Psikologi UMM serta bagian Tata Usaha yang selalu sabar dan teliti melayaniu keperluan akademis penulis.

5. Papa dan mama tercinta yang tiada henti mendoakan agar selalu mencapai keberhasilan dan kesuksesan serta memberikan dorongan moril sehingga kuliah dan skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Adikku tercinta Risna yang selalu mendoakan dan memberi dukungan motivasi. 7. Terima kasih buat mas Angga Wahyu Dewaji, yang selalu menyemangatiku dan

(6)

8. Subyek peneliti yang telah bersedia untuk merelakan rahasia pribadinya untuk penulis untuk pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan segala keterbatasan yang ada, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan, meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Penulis

(7)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Osteosarcoma ………... 7

2. Definisi Osteosarcoma ………... 7

3. Faktor-faktor penyebab Osteosarcoma ………... 8

B. Amputasi ………. . 9

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ……….. 15

B. Batasan Istilah ………. 15

(8)

D. Metode Penelitian Data ……… 16

E. Instrument Penelitian ……… 17

F. Lokasi, waktu dan Pengorganisasian Penelitian ……….. 17

G. Analisis Data ……… 18

H. Keabsahan Data ………... 18

BAB IV HASIL ANALISIS DATA A. Deskripsi Subyek ………... 20

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….... 20

C. Hasil Analisis Penelitian ……….. 29

D. Pembahasan ………. 32

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 35

B. Saran ……… 35 DAFTAR PUSTAKA ………...

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini fenomena medis yang disebut dengan Tumor sudah tidak asing lagi ditengah masyarakat, Tumor merupakan salah satu penyakit kronis dengan tanda tumbuh adanya benjolan disekitar daerah yang keluhkan dan menyerang organ tertentupada manusia. Tumor dikenal menjadi beberapa macam, salah satunya yang akan dibahas oleh peneliti yaitu Tumor Tulang (Osteosarcoma). Tumor tulang merupakan suatu penyakit ganas yang menyerang organ tulang pada manusia, yang ditandai dengan adanya benjolan-benjolan tumbuh tak semestinya pada bagian tubuh manusia seperti sendi-sendi yang menhubungkan tulang.

(10)

sering ditemukan pada anak-anak, dan rata-rata terdiagnosis pada kisaran umur 12-20 tahun (Reksoprodjo, S; dkk 1995).

Tumor (berasal dari bahasa Latin, secara harafiah berarti "bengkak, pembengkakan"), merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi (respon pertama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi). Saat ini, istilah ‘tumor’ sering digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. Tumor disebabkan oleh mutasi yang terjadi dalam DNA sel. Agar tumor dapat muncul dibutuhkan kombinasi lebih dari satu mutasi yang mengaktifkan oncogen (gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor) atau menekan gen penahan tumor. Perlu diketahui bahwa sel sendiri memiliki mekanisme untuk memperbaiki DNA dan juga mekanisme lain yang dapat menyebabkan sel tersebut menghancurkan dirinya melalui apoptosis (jika DNA rusak terlalu parah). Usia diketahui pula berpengaruh dalam mutasi DNA sel. Semakin tua usia seseorang, semakin banyak pula mutasi yang mungkin terjadi dalam DNA sel orang tersebut (Lonner, 1999).

Ada beberapa yang beranggapan tumor tulang merupakan penyakit yang diturunkan. Tetapi ada pula masyarakat awam yang masih berfikiran bahwa tumor tulang ini sebagai penyakit kutukan, mungkin karena kasusnya yang relative jarang terjadi. Tetapi bagaimanapun, sangat lebih baik jika kita sedikit banyak mengetahui perihal tumor tulang ini. Tumor tulang adalah tumor yang terjadi akibat adanya kelainan sel yang membentuk tulang. Tumor yang dimulai di tulang jarang terjadi, tapi tumor yang telah menyebar ke tulang dari bagian lain dari tubuh lebih umum terjadi adalah tumor tulang ganas yang berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.

(11)

dipakai untuk mengangkat sesuatu, pembengkakan pada tumor mungkin akan terasa hangat dan terlihat agak memerah. Tanda awal penyakit ini bisa merupakan patah tulang yang selanjutnya menjadi tumor. Patah tulang ditempat tumbuhnya tumor ini biasanya disebut dengan frakthuphatologis dan sering terjadi setelah tulang mengalami gerakan rutin.

Sejalan dengan pertumbuhan tumor juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Pada masa pengobatan, sebelum dilakukan pembedahan maka tumor akan dikecilkan terlebih dulu dengan melakukan kemoterapi, pada penderita tumor tulang ini biasanya penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Selain dengan jalan kemoterapi, apabila terjadi adanya perluasan dan penyebaran yang menjadi tidak terkendali maka salah satu alternatifnya adalah dengan mengamputasi bagian tubuh yang terjangkit tumor tulang jenis ini (Osteosarcoma).

Suatu alternative yang harus diambil ketika terjadi adanya perluasan jaringan pada tumor tulang ini yaitu dengan amputasi, tentu saja setelah melewati proses kemotheraphy terlebih dahulu. Amputasi yang dimaksudkan disini berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau dimana kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi dan juga infeksi.

(12)

identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama pada setiap pasien amputasi.

Berdasarkan hasil survey awal dengan salah satu subyek yang terserang tumor tulang yang pada lutut kakinya terdapat benjolan keras hingga membesar dan telah didiagnosis dokter sebagai tumor tulang. Kondisi ini telah sudah diderita subyek sejak 3 tahun yang lalu. Kondisi ini mengharuskan subyek untuk menjalani kemotherapi dan mengambil keputusan untuk amputasi sesuai dengan anjuran dokter karena tumor yang diderita semakin mengancam kesehatan dan kelanjutan hidup penderita. Pada masa setelah amputasi subyek mempunyai pandangan terhadap dirinya seperti pada cuplikan wawancara antara peneliti dengan subyek berikut, “saya sekarang cacat enggak seperti kemarin, kaki saya buntung, saya minder dengan teman-teman saya juga semua orang, saya udah enggak bisa lagi

seperti yang diharapkan bapak, saya malu kalo musti kesekolah lagi, percuma juga

nerusin sekolah nantinya juga enggak bisa jadi polisi yang emang cita-cita saya

dari kecil”. Dari pernyataan subyek tersebut terlihat bahwa subyek mengalami

keadaan yang masih belum bisa subyek terima setelah menjalani operasi amputasi kaki.

Melihat dari sebagian wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dalam kasus ini terkait dengan bagaimana pembentukan konsep diri dari penderita tumor tulang (osteosarcoma). Konsep diri merupakan suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki keunikan sendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept, merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.

(13)

dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu, disini diartikan bahwasannya konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi sikap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acocella 1990) mengartikan konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, penghargaan terhadap diri sendiri. Gambaran mental yang dimiliki oleh individu memiliki 3 aspek yaitu pengetahuan, penghargaan, penilaian (Calhoun & Acocella 1990).

Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula.

(14)

Selain Hurlock, pengertian konsep diri dapat didefinisikan juga oleh beberapa ahli lainnya. Menurut Jalaludin Rahmat (1996) yaitu “Konsep Diri adalah pandangan dan perasaan kita, persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial dan psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita”. Pengertian konsep diri dalam istilah umum mengacu pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman dan persepsi-persepsi terutama dipengaruhi oleh reward dan punishment yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupannya. Menurut Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005). Centi (1993) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Menurut Harter (1991), pengaruh konsep diri yang paling besar itu pada motivasi afeksi. Motivasi afeksi disini mengarah pada kondisi emosiseseorang. Konsep diri positif akan berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti kebahagiaan, kepuasan, dan lain sebagainya. Sebaliknya, konsep diri negative akan berpengaruh pada munculnya emosi negative kerap menjadi sumber motif perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep diri negative kerap menjadi sumber munculnya motif yang lemah.

(15)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran konsep diri penderita tumor tulang pasca amputasi. 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri penderita

tumor tulang pasca amputasi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran konsep diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pasca amputasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis

Penelitian dapat bermanfaat dalam pengembangan-pengembangan teori psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi klinis.

2. Secara Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Ia bertanya lagi kepada orang itu dengan menyanyikan sebuah lagu yang sama, "O Penebang, adakah Lahatabe lewat di sini?".. Penebang itu menjawab, "Kenapa anak ini,

Rachma, Afi Rachmat Slamet (2019) yang mengemukakan bahwa variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching, sedangkan penelitian

Sebaliknya berdasarkan analisis struktur dalam ekonomi industri, struktur industri dikatakan berbentuk oligopoli bila empat perusahaan terbesar menguasai minimal 40

Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apabila semakin

Wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswa yang berada dikawasan rawan bencana belum menentukan apa yang akan dilakukan pada saat erupsi terjadi.Tujuan

Dari hasil dan pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa jika matriks persegi bilangan kabur dari sistem adalah semi-definite, maka sistem mempunyai

Interaksi dengan bakteri dapat terjadi pada sela jari kaki dengan gambaran klinis yang lebih berat dengan etiologi polimikroba disebut dengan dermatofitosis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan tanaman kayu apu ( Pistia stratiotes ) sebagai media fitoremediasi dalam menurunkan kadar belerang pada air sumur