• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELIEFS ABDI DALEM MENGENAI PERILAKU MENGABDI DI KERATON KASEPUHAN CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BELIEFS ABDI DALEM MENGENAI PERILAKU MENGABDI DI KERATON KASEPUHAN CIREBON"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abdi Dalem merupakan sebuah kata-kata yang tidak asing di telinga kita,

dalam makna yang sebenarnya yaitu bahasa Jawa, abdi dalem adalah Abdining

Budoyo, sedangkan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Abdinya Budaya, atau

seseorang yang bertugas untuk membantu mewartakan dan menjaga eksistensi

budaya itu sendiri, khususnya Budaya Jawa di keraton ( Hartono, 2007). Mereka

yang menjadi abdi dalem akan mengabdikan dirinya sepenuhnya pada keraton, mulai

dari tenaga dan pikiran mereka, sebagai salah contoh seperti yang yang dilakukan

Mbah Marijan, dimana sampai akhir hayatnya demi mengemban tanggung jawab

sebagai abdi dalem terutama penjaga gunung merapi beliau rela mempertaruhkan

nyawa demi mengemban tugasnya.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan diawal, bahwa abdi dalem

memiliki peranan penting dalam kehidupan keraton, karena abdi dalemlah yang

banyak membantu untuk tetap menjaga eksistensi budaya keraton di tengah zaman

yang sangat modern ini. Menjaga eksistensi budaya keraton bukanlah tugas yang

mudah, dimana tantangan yang dihadapi lebih beragam yaitu dengan zaman yang

semakin modern dan masyarakat yang mulai meninggalkan budaya, sementara disisi

lain seorang abdi dalem harus tetap menjaga jati diri budaya keraton. Resiko yang

lain yang dihadapi oleh abdi dalem keraton yaitu berkaitan dengan gaji yang akan

mereka terima untuk menghidupi keluarga, dimana gaji yang mereka terima kecil

dan tidak mendapatkan uang pensiun, akan tetapi mereka harus tetap mengabdikan

diri untuk keraton. Demikian dapat dipahami bahwa minat untuk menjadi abdi dalem

semakin menurun terkait dengan resiko yang dihadapinya. Hal ini seperti yang

terjadi di Keraton Kasepuhan Cirebon, jumlah abdi dalemnya sekitar 60 orang orang

dan kebanyakan dari mereka merupakan kerabat Keraton, hal ini jauh lebih baik jika

dibandingkan dengan jumlah abdi dalem di keraton Kanoman dan Kacirebonan yang

jumlahnya sangat minim bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada abdi dalem

(tempo online, 2004).

(2)

2

Menurunnya minat untuk menjadi abdi dalem ini juga tidak terlepas dari

pandangan bahwa pekerjaan abdi dalem adalah pekerjaan yang rendahan karena

tugas seorang abdi dalem sama halnya dengan seorang pembantu, yang membedakan

hanyalah tempat abdi dalem berada dikeraton. Disisi lain yang mengherankan ketika

sebagian masyarakat memiliki pandangan yang negatif sebagai abdi dalem, justru

ada juga masyarakat yang rela mengantri untuk menjadi abdi dalem dan mereka yang

sudah menjadi abdi dalem tetap bertahan untuk mengabdi pada keraton dalam kurun

waktu yang lama. Tentunya mereka memiliki alasan tersendiri untuk menjadi abdi

dalem, salah satunya seperti yang dikemukakan dalam kompas (2005), bahwa alasan

menjadi abdi dalem adalah ingin mendapatkan berkah dari keraton, sebab dengan

mendapatkan berkah segala urusan menjadi mudah. Dengan demikian, dari

pernyataan tersebut berarti alasan yang mendasari seseorang mendaftarkan yaitu

adanya harapan dan keyakinan mendapatkan berkah dari pengabdian mereka kepada

keraton. Faktanya ternyata karena keyakinannya tersebut mereka mendapatkan

berkah, meskipun dengan gaji yang minim kenyataannya mereka mampu

menyekolahkan anaknya, meskipun memang mereka harus mencari pekerjaan lain

sebagai sampingan.

Dalam harian Social Activities ( 2010) menyebutkan bahwa gaji abdi dalem

keraton dalam sebulan kurang lebih Rp 50.000,- sampai Rp 60.000 tetapi ada juga

yang Rp 500.000, gaji mereka itupun tidak rutin dibayarkan pada setiap bulan, tetapi

terkadang tiga bulan sekali itu yang terjadi di Keraton Surakarta. Apabila dilihat nilai

tersebut tentu tidak mencukupi untuk biaya sebulan. Tetapi kenyataannya, justru

dengan gaji sebesar itu mereka selalu merasa cukup. Menurut Sudaryanto (2008)

gaji abdi dalem dikeraton Yogyakarta antara Rp. 2.000,- sampai Rp. 20.000,-

perbulan, tentu ini sangat kecil jumlahnya dan jauh dibawah upah minimum DIY

yaitu sebesar Rp. 400.000,- perbulan. Di Keraton Kacirebonan justru para abdi dalem

dalam beberapa bulan tidak mendapatkan gaji karena pemasukan keraton yang

sangat minim, tetapi para abdi dalemnya masih setia untuk bekerja di keraton

(kompas, 2010). Dengan demikian bukan gaji yang menjadi faktor utama abdi dalem

mengabdi, tetapi keyakinan tentang berkah yang didapatkan ketika mengabdi yang

membuat mereka bertahan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang telah

(3)

3

telah mendapatkan berkah dari sultan, maka masalah kecukupan materi tidak menjadi

prioritas mereka.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan pada tanggal 3 Maret 2011,

ditemukan bahwa alasan menjadi abdi dalem juga karena ingin meneruskan tradisi

keluarga. Menurut salah satu abdi dalem, keluarganya dulu adalah abdi dalem

keraton dan dia sudah mulai ikut dalam kegiatan keraton sejak SMP. Terlebih abdi

dalem tersebut adalah anak pertama, sedangkan saudara yang lain tidak ada yang

berminat menjadi abdi dalem keraton. Lebih lanjut ada panggilan hati sehingga dia

memutuskan menjadi abdi dalem, ketenangan hati serta ingin melestarikan budaya

keraton itu yang semakin mendorong dia menjadi abdi dalem keraton. Dalam

kompas (2009) menyebutkan bahwa menjadi abdi dalem adalah tugas turun temurun,

bahkan ia rela meninggalkan sawahnnya demi membantu di Keraton Kasepuhan.

Regional kompas (2010) yang mengungkap tentang kisah Mbah Marijan

menyebutkan bahwa Mbah Marijan menjadi abdi dalem salah satunya juga karena

turun temurun dari ayahnya, bahkan Mbah Marijan juga mewariskan juru kunci

gunung merapi kepada anaknya.

Dengan demikian untuk mencapai suatu keputusan menjadi abdi dalem

tentunya ada alasan kuat yang melatarbelakangi seorang abdi dalem, sehingga

mereka mengabdi bertahun – tahun untuk keraton. Berdasarkan penjelasan di awal

perilaku mengabdi dilatarbelakangi karena keyakinan mereka akan mendapatkan

keberkahan dari keraton, memperoleh ketenangan hati, melestarikan budaya jawa

dan meneruskan tradisi turun - temurun dari keluarga. Hal ini berarti perilaku

mengabdi terbentuk berdasarkan berbagai keyakinan (beliefs) akan harapan dari

tingkah laku mengabdi yang dimiliki oleh seorang abdi dalem.

Perilaku adalah bentuk manifestasi sikap seseorang terhadap sebuah stimulus.

Menurut konsep yang tradisional, sikap diartikan sebagai predisposisi yang

dipelajari untuk memberikan respon yang mendukung (favourable) atau tidak

mendukung (unfavourable) terhadap suatu obyek. Fisbein dan Ajzen (dalam

Dayakisni, 2003) mengartikan sikap sebagai predisposisi yang sifatnya general,

laten, dan berpengaruh pada perilaku. Ilmu psikologi tradisonal menganggap bahwa

(4)

4

dimunculkan terbentuk dari keanekaragaman keyakinan (belief) terhadap bermacam

objek, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang telah dialami seseorang.

Beliefs merupakan produk proses berpikir secara sadar tentang sesuatu, dimana merupakan proses berpikir secara sadar itu merupakan interpretasi dari

stimuli yang diterima oleh panca indera. Dalam hal ini stimuli yang dimaksud adalah

pengalaman hidup, pengalaman hidup yang telah di alami oleh seseorang akan di

evaluasi berdasarkaan nilai – nilai pribadi dan dikaitkan dengan kebutuhan individu

itu sendiri, selanjutnya hal ini akan mempengaruhi keyakinan seseorang tersebut

dalam bertindak dan memandang lingkungan. Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh

Ellis (dalam Sudrajat, 2008) dimana beliefs berkaitan keyakinan, pandangan, nilai,

atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa baik itu bersifat rasional

ataupun irasional. Lebih lanjut Anthony Robbins (dalam Akbar, 2007)

mendefinisikan beliefs dengan sangat mudah yaitu “perasaan pasti tentang suatu hal”,

rasa pasti itukemudian mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

Dalam hal ini perasaan pasti itu berkaitan dengan harapan akan perilakunya. Sebuah

keyakinan agar menjadi lebih nampak jelas, mempunyai daya dorong yang lebih

kuat, maka sebuah keyakinan baik itu negatif atau positif maka membutuhkan

penguatan dari orang lain, dimana jika dikaitkan dengan perilaku mengabdinya,

salah satu latar belakang abdi dalem mengabdi pada keraton adalah melanjutkan

tradisi keluarga, dengan demikian secara tidak langsung ada penguatan dari

lingkungan sekitarnya. Penguatan tersebut akan memperkuat beliefs mengabdinya

sehingga perilaku mengabdi semakin dipertahankan.

Dalam teori yang dikemukakan Rosenstock (dalam Sarwono, 1993 :66) motif

dan keyakinan menentukan perilaku individu. Sebagai contoh keyakinan atau

penilaian seseorang terhadap kesehatan menentukan perilaku sehat pula. Penilaian

seseorang terhadap kesehatan didasarkan atas kepercayaan yang sesuai dengan

realitas dan kepercayaan yang dapat berbeda dengan kenyataan yang dilihat orang

lain. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa perilaku mengabdi terbentuk

dari berbagai beliefs dan harapan akan perilaku mengabdinya tersebut. Dengan

demikian merujuk pada berbagai pernyataan di atas beliefs membawa peran penting

(5)

5

melakukan penelitian tentang beliefs abdi dalem mengenai perilaku mengabdi di

keraton kasepuhan Cirebon.

Penelitian ini menjadi menarik dikarenakan belum pernah dilakukan

penelitian mengenai hal tersebut di keraton Kasepuhan Cirebon terlebih lagi jika

dibandingkan dengan dua keraton yang lain yaitu keraton Kanoman dan

Kacirebonan, Keraton Kasepuhan merupakan keraton terbesar di Cirebon dengan

jumlah abdi dalemnya lebih banyak dibandingkan dengan keraton yang lain. Hal lain

yang menarik dari Kasepuhan yaitu Keraton ini merupakan keraton yang berlatar

islam dimana merupakan muara dari dua kebudayaan yang berbeda yakni budaya

islam dan jawa, yang mana tentu memiliki tantangan lebih berat dalam menjaga

eksistensinya di Cirebon. Dalam keraton ini juga para abdi dalem tidak diberi

kanugrahan atau gelaar tertentu jika bukan merupakan anggota keraton dan meskipun

telah mengabdi dalam kurun waktu yang cukup lama, dengan demikian ada hal lain

yang memang melatarbelakangi abdi dalem tetap bertahan menjadi abdi dalem

keraton, sehingga hal ini menarik untuk dilakukan penelitian di Keraton Kasepuhan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Bagaimana gambaran beliefs abdi dalem mengenai perilaku mengabdinya di keraton

Kasepuhan Cirebon?

C. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran beliefs yang membentuk

perilaku mengabdi

D. MANFAAT

Penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi yang berarti dan

memberikan wacana baru terutama bagi pengembangan teori Psikologi Klinis dan

Psikologi Sosial. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran

informasi mengenai terbentuknya perilaku mengabdi terutama kaitannya dengan

(6)

i

BELIEFS ABDI DALEM MENGENAI PERILAKU MENGABDI DI KERATON KASEPUHAN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Putri Dewi Maisaroh

NIM: 07810227

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(7)
(8)
(9)
(10)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skipsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh memperoleh gelar sarjana

Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Berbulan – bulan menyusun skripsi ini banyak membawa kenangan baik suka

maupun duka bagi penulis. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Bapak Dr. Latipun, M. Kes dan Ibu Yuni Nurhamida, S. Psi, M. Si selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna bagi penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ari Firmanto, S. Psi selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan

dan arahan pada penulis.

4. Seluruh Dosen dan di Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmunya

kepada penulis.

5. Ibu Yuni Nurhamida, S. Psi, M. Si yang telah memberikan kesempatan kepada

Penulis untuk menimba ilmu di Laboratorium Psikologi, Mbak Santi, Mbak Ifa,

Fritza, Nita dan seluruh teman – teman asisten , terimaksih atas semangat dan

dukungannya dan pengalaman yang sangat berharga yang tak akan terlupakan.

6. Ayahanda Yatno dan Ibunda Sumiati Terimakasih atas kasih sayang, do’a dan

kesabaran yang telah diberikan. Karya ini ananda persembahkan sebagai salah satu

tanda cinta dan bakti ananda kepada Ayah dan Ibu.

7. Para Abdi Dalem Keraton Kasepuhan Cirebon atas kesediaanya menjadi subjek

(11)

vi

8. Kakak tercinta Saiful Widiono, Mbak Rina dan My Little Boys Ferdi yang tak

pernah lelah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

9. Keluarga di Sidoarjo, Bapak Mundakir, Ibu Murip, Intan, Sandy dan Yoga

terimakasih atas dukungannya dan do’anya selama ini, serta My Husband Rifardi

Lutfin yang senantiasa dengan sabar memberi semangat, kasih sayang, bantuan dan

do’a kepada penulis.

10. Sahabat- sahabatku Geyut, Yuni, Elvina, Amel, dan Ron, yang memberikan

dukungan dan persahabatannya yang indah selama ini.

11. Ami, Apih, Mput, dan Ria yang telah direpotkan selama berada di Cirebon,

terimakasih atas semua bantuannya selama di Cirebon.

12. Teman – teman kelas D, Tica, Aul, Nisa, Agung, Mas Hendra Kusuma Wardanu,

Ipoh dan semua teman – teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Serta

semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya selama ini.

Akhir kata tiada karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran

penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 5 November 2011

(12)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRACT... vii

INTISARI... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISTILAH... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Beliefs... 6

1. Definisi ... 6

2. Pembentukan Beliefs... 7

B. Abdi Dalem... 8

1. Pengertian... 8

2. Kewajiban Abdi dalem... 8

3. Gaji Abdi dalem... 9

C. PERIILAKU MENGABDI... 9

1. Pengertian... 9

2. Macam- macam Pengabdian... 10

3. Indikator Perilaku Mengabdi... 11

BAB III METODE PENELITIAN... 12

A. Jenis Penelitian... 12

B. Batasan Istilah... 13

C. Subjek Penelitian... 13

D. Prosedur Penelitian... 14

E. Metode Pengumpulan Data... 15

F. Metode analisa Data... 16

G. Teknik Keabsahan Data... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 17

A. Identitas Subjek... 17

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 17

1. Hasil Penelitian Subjek I... 22

2. Hasil Penelitian Subjek II... 23

3. Hasil Penelitian Subjek III... 29

(13)

viii

5. Hasil Penelitian Subjek V... 34

6. Hasil Penelitian Subjek VI... 38

7. Hasil Penelitian Subjek VII... 44

C. Hasil Analisa Data... 48

D. Pembahasan... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan... 58

B. Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 60

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Skema 4. 1 : Latar Belakang Menjadi Abdi dalem... 48

Skema 4.2 : Pandangan tentang perilaku mengabdi... 50

Skema 4.3 : Nilai Pengabdian bagi Abdi Dalem... 51

Skema 4.4 : Keyakinan tentang Perilaku Mengabdi... 52

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Ijin Penelitian... 62

Lampiran B : Informed Consent... 64

Lampiran C : Guide Wawancara... 71

(16)

xi

DAFTAR ISTILAH

Abdining Budoyo : Abdi budaya, atau seseorang yang bertugas membantu mewartakan dan menjaga eksistensi budaya.

Adzan pitu : Tradisi adzan yang dilakukan oleh tujuh orang yang diyakini

untuk menangkal hal buruk yang akan terjadi

Angger : Memiliki ketetapan hati dan prinsip

Balong : Nama kereta tradisional yang ada dikeraton dan digunakan oleh

sultan dan keluarga saat upacara tertentu.

Banuwarti : Wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan keraton

(sejarah dll) yang diberikan kepada para abdi dalem.

Eling : Iingat

Kepala Putra : Putra Mahkota

Kepaten Obor : Hubungan silaturahim atau kekeluargaan yang terputus

Kaum Masjid : Sebutan bagi para abdi dalem yang bertugas mengurusi masjid

Lawang Sanga : Nama gedung

Legowo : Menerima dengan penuh kesyukuran dan keihklasan

Magersari : Penduduk yang tinggal di sekitar wilayah keraton

Muroki : Mengawali

Ngalap Keberkahan : Mengaharapkan keberkahan(ketenangan hati, keselamatan, kesehatan, kemudahan dalam menjalani hidup dan rezki).

Paringan : Upah yang diberikan kepada abdi dalem

Pangengeran : Contoh

Perkuper : Salesman

Raddin : Suci

Sendiko Dawuh : Patuh dan menjalankan semua yang diperintahkan.

Sraka Masjid : Masjid yang berada di dalam keraton

Ukub : Sejenis nasi yang digunakan untuk upacara tradisi dikeraton.

Wahyu Keprabon : Potensi yang diyakini diturunkan dari nenek moyang kepada

seseorang yang dianggap mampu untuk meneruskan melestarikan keraton

Wargijati : Nama paguyuban di keraton yang beranggotakan keluarga

keratondan orang yang peduli dengan keraton. paguyuban ini didirikan untuk mengayomi anggota keraton dan menjaga hubungan kekerabatan anggotanya.

(17)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek (1975). Attitude,intention, and behavior: an introduction theory and research. London: Addision Wesley Publishing Company

Alwisol, (2007). Psikologi kepribadian.Malang: UMM Press

Atiyanto, Sridadi. 1986. Arti pengabdian (pengabdian kristus). Bandung: Lembaga Literatur Baptis.

Colman, Andrew M. (2003). Dictionary of psychology. United States of America : Paper Back Press.

Davidov, Linda (1976). Introduction psychology. USA: USA Company

Dryden, Windy, Branch, Rhena. 2008. The fundamental of emotive behavior therapy. England : John Wilwy and Son Ltd

Ellis, Albert, Dryden, Windy (1997). The practice of rational emotive behavior therapy. New York: Springer Publishing Company

Endraswara, Suwardi. (2010). Falsafah hidup jawa. Jakarta: Cakrawala.

Harian Social Activities. 2010. Kehidupan abdi dalem keraton. Diakses 30 Maret 2011 dari http//hsa-hidupanbdi dalem/keraton/html

Hartono, Agus Sri. 2007. Pandangan abdi dalem pura mangkunegaran terhadap perjuangan pangeran sambernyawa 1741-1757. (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ) Diakses 1 Mei 2011 dari http/pandangan-abdi delem.uns.ac.id/skrips/2007

Hoofer. (1975). The theory of reasoned action. diakses 16.06.2009 dari

Http://wikipedia.org.com.

Kompas. 2010. Keraton kasepuhan. diakses 5 Februari 20111 dari http//kompas.com/ kraton-kasepuhan.html

Latipun. 2006. Psikologi konseling . Malang: UMM Press

Moleong J. Lexy. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Morter, Ted. Dynamic health. California: Morter Healthsystem

Muhammad, Abdulkadir. (2008). Ilmu sosial budaya dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti

Rakhma. 2010. Kepercayaan dan keyakinan. dalam Jurnal Universitas Gunadarma

diakses 27 Maret 2011 dari

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/rakhma/2010/01/11/kepercayaan-dan-keyakinan/

(18)

xiii

Smith, Jonathan A. (2009). Dasar -dasar psikologi kualitatif. Bandung: Nusamedia

Sudaryanto, Agus. 2008. Hak dan kewajiban abdi dalem dalam pemerintahan keraton yogyakarta. dalam mimbar hukum volume 20 nomer 1. Diakses 24 Mei 2011 dari http/ mimbarhukum.uns.ac.id/2008/02/

Sujarwa. (2010). Ilmu sosial dan budaya dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta

Supratikna. 1995. Perkembangan kepercayaan flowler. dalam jurnal Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 25 Juni 2011 dari http/perkembangankeimanan flowler. uns.ac.id/ faith-develompment-theory/

Tempo. 2004.Jumlah abdi dalem keraton kasepuhan, kacirebonan dan kanoman. Diakses 01. Februari.2011. dari

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/09/06/SEL/mbm.20040906.SEL 87199.id.html

Wikipedia. Keraton Kasepuhan. Diakses 28 Maret 2011 dari

Referensi

Dokumen terkait

Metode pelaksanaan Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat di Dusun Mangelo, Desa Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto ini lebih ditujukan kepada pemecahan

Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian tindakan selanjutnya untuk menerapkan pembelajaran baru untuk membuat konsepsi siswa sesuai

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan pembelajaran bermakna

Difraksi sinar-X merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya fasa kristalin di dalam material-material benda dan serbuk, dan untuk

Kondisi ini disebakan karena perusahaan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, pengetahuan tersebut diperoleh dari layanan pengaduan yang diberikan kepada konsumen,

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada pengujian aktivitas ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak) menunjukkan terdapat daya hambat atau memiliki aktivitas antibakteri

[r]

PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENERIMAAN PENGELOLAAN PENERIMAAN PENERIMAAN PENERIMAAN NEGARA NEGARA NEGARA NEGARA BUKAN BUKAN PAJAK BUKAN BUKAN PAJAK PAJAK PAJAK DARI DARI DARI DARI