LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
TATA CARA PENGISIAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (SPOPBB) SEKTOR PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : T DENNY RIFKY
NIM : 112600076
UntukMemenuhi Salah SatuSyarat
MenyelesaikanStudi Di Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillaahirobbil”alamiin, segala puji bagi Allah atas limpahan nikmat-Nya
yang tidak mungkin mampu tertulis dan terlukiskan, seandainya seluruh air laut dijadikan
sebagai tintanya, dan pohon-pohon dicabut dari tanah sebagai kuasnya, serta seluruh
hamparan bumi, langit, dan seluruh isinya dipersembahkan sebagai kertasnya. Kemudian,
shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga beliau, dan seluruh sahabat, serta kita selaku umatnya, lebih banyak dari
jumlah tetesan hujan yang pernah turun, dan lebih banyak dari lembaran dedaunan yang
pernah dan akan terus tumbuh dibumi ini.
Berkat rahmat dan ridho serta kemudahan dari Allah SWT, Penulis akhirnya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini walaupun tidak dengan waktu yang cepat. Tugas Akhir ini
ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan proses belajar di Program
Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dengan judul “ Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan
Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan
Kota Medan.”
Dalam proses penulisan ini, penulis tidaklah seperti teman-teman yang lain yang cepat
dalam menyelesaikan penulisan. Disaat yang lain sedang sibuk kesana-kemari untuk
melakukan riset di berbagai lembaga pemerintahan maupun swasta, penulis masih sibuk
mengabdi di suatu organisasi kemahasiswaan kalau tidak sekarang. Biarlah lama tamat
asalkan bisa bermanfaat untuk masyarakat khususnya mahasiswa.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, Penulis menyadari
bahwa penulisan ini belum cukup sempurna mengingat masih minimnya wawasan dan daya
jelajah penulis. Masih banyak kelemahan dan kekurangan yang membutuhkan saran dan
perbaikan demi meningkatkan kualitas keilmiahan dimasa yang akan datang.
Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan terkhusus kepada Allah SWT, yang sudah mengizinkan saya lahir sebagai muslim. Kepada Nabi Muhammad SAW, yang sudah
membawa ajaran dari Allah SWT untuk disebarkan keseluruh pelosok negeri sehingga suara
adzan tak pernah terputus barang satu detik pun dialam ini. Dan kemudian kepada kedua
orang tua saya, Ir. T. Julian dan drg. Khairani Lubis, yang sudah membesarkan saya sampai bisa seperti sekarang ini. Ketulusan dan kesabaran mereka dalam mendidik saya serta
selalu mendo’akan saya baik secara moril maupun materil. Saya tidak akan mampu
menyelesaikan segala proses mulai dari awal pendidikan sampai tahap akhir saya
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tanpa itu semua.
Dimasa perkuliahan hingga selesainya Tugas Akhir ini, Penulis sungguh merasakan
banyak bantuan moril baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan
waktu, pemikiran, serta mengarahkan saya hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si , selaku Ketua Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Seluruh staf pegawai Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
membantu saya dalam segala urusan administrasi dan informasi.
4. Bapak Zakaria, S.Kom, MM selaku Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan Dinas Pendapatan Kota Medan.
5. Bapak Azhar M Tanjung, S.Sos selaku Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan sekaligus Supervisor saya dalam melakukan riset.
6. Ibu Sriani selaku Staf Bagi hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan yang sudah rela membimbing dan meluangkan waktunya selama proses penyelesaian riset saya.
7. Terima Kasih untuk my youngest sister, T. Reiva Syaufina, yang sudah lahir didunia ini
sehingga saya tidak menjadi anak tunggal dan mau membukakan pintu rumah ketika saya
pulang malam untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Terima Kasih dan hormat untuk kawan-kawan seperjuanganku di IMPROSAJA Periode 2013-2014 khususnya stambuk 2011. Terima Kasih atas semuanya yang bakal jadi kenangan luar biasa indah yang takkan bisa kulupakan seumur hidup. Mari kita
lanjutkan pengabdian kita kepada negeri ini. Aku berharap kita bisa berkumpul lagi di
majelis tertinggi negeri ini. Aamiin.
9. Terima Kasih untuk kawan-kawan UKMI As-Siyasah FISIP USU yang telah memberikanku kesempatan untuk pernah berada dalam majelis kalian walaupun tidak
10.Untuk kawan-kawan Administrasi Perpajakan stambuk 2011 khususnya kelas B, terima
kasih karena kita saling mendukung satu sama lain. Semoga kita segera meraih
keberhasilan, Aamiin.
11.Terima Kasih kepada kawan-kawankusemasa SMA yang selalu mendukungku, dan
terima kasih juga karena kalian tetap menerima perubahanku yang aneh.
12.Yang terakhir adalah yang paling istimewa dan spesial bagiku. Terima Kasih kepada
Wirdha Rahmah Siagianyang telah membuat hidupku menjadi lebih indah.. Terima Kasih karena sudah pernah hadir dikehidupanku. Terima Kasih karena sudah membuka
cakrawala pemikiranku. Terima Kasih karena sudah menyadarkanku akan banyak hal
mengenai kehidupan. Dan yang terakhir, Terima Kasih karena sudah membuatku sadar
dan mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya.
Semoga mereka semua dirahmati dan diridhoi oleh Allah SWT, Aamiin Yaa Rabbal
„Alamiin.Saya menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir saya ini. Oleh karena itu saya mengharapkan
kepada semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Medan, 22 Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ... 3
C. Uraian Teoritis ... 5
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 11
F. Metode Pengumpulan Data PraktikKerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 13
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... (PKL M) ... 14
BAB II GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ... 16
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ... 16
B. Strktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 18
C. Uraian Tugas Poko dan Fungsi Dinas ... 20
D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan ... 29
E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan ... 30
BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ... 31
A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 31
C. Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 34
D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak ... 35
E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mengisi SPOP ... 35
F. Sanksi-Sanksi ... 36
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI... 39
A. Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 39
B. Kendala-Kendala dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 43
C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Berkembangnya kehidupan manusia yang mempunyai tujuan sama membentuk
lembaga pemeritahan. Dimulai dengan terbentuknya kerajaan sampai dengan pemerintahan
modern yang bercirikan demokrasi. Setiap bentuk pemerintahan membutuhkan biaya untuk
memajukan dan mengembangkan pembangunannya. Karena pemerintahan tidak bisa berjalan
tanpa adanya sumber pendapatan yang tetap, maka untuk menunjang berlangsungnya suatu
pemerintahan diperlukan pungutan yang bersifat wajib. Oleh karena itu pengenaan pajak
merupakan sumber dana yang ideal bagi pemerintahan.
Salah satu sumber pendapatan bagi negara yang sangat potensial adalah penerimaan
pajak. Maka pemerintah berupaya keras untuk memaksimalkan penerimaan di sector pajak,
yang bersumber dari pusat dan daerah. Bukan hanya penghasilan yang dikenakan pajak tetapi
dapat juga berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak. Pengenaan pajak terhadap
barang bergerak misalnya adalah kendaraan bermotor sedangkan barangtidak bergerak adalah
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang hanya menangani perkebunan,
perhutanan, dan pertmbangan P3).Sedangkan sektor perdesaan dan perkotaan
(PBB-P2) yang tertera dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 yang sebelumnya dikelola
oleh pemerintah pusat sekarang sudah dialihkan ke pemerintah daerah. Sebagaimana telah
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah merupakan langkah yang sangat strategis untuk lebih memantapkan
kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang lebih ideal.
Sebagai salah satu continuous improvement (upaya yang dilakukan dalam
pengembangan suatu proses), maka Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang baru ini setidaknya memperbaiki 3 (tiga) hal pokok, yaitu penyempurnaan sistem
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, pemberian kewenangan yang lebih besar
kepada daerah dibidang perpajakan daerah (Local Faxing Empowerment), serta peningkatan
efektifitas pengawasan. Seluruh penerimaan dialokasikan ke pemerintah daerah dan
digunakan untuk keperluan pemerintah daerah terutama untuk pembangunan daerah.
Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak sebagai
partisipasi dan menanggung pembiayaan negara, maka dituntut kesadaran warga negara
untuk memenuhi kewajiban kewarganegaraannya.Salah satu kewajiban tersebut adalah
subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan.
Untuk itu, penulis mencoba membahas dan meneliti serta menuangkannya dalam
Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor
Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1.1 Untuk mengetahui Tata Cara Pengisian dan Pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
1.2 Untuk mengetahui masalah-masalah dan kendala-kendalan dalam pengisian dan
pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor
Dinas Pendapatan Kota Medan.
1.3 Untuk mengetahui upaya maupun langkah-langkah dalam penanganan masalah dan
kendala yang ada dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah.
b. Guna menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang akan dibutuhkan ketika
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
a. Memperoleh ide-ide dan upaya untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah khususnya di bidang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan.
b. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.
2.3 Bagi Program D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Mempererat hubungan kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah dalam hal ini
Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang disampaikan selama masa perkuliahan.
c. Meningkatkan interaksi antara dosen dan instansi pemerintah.
d. Guna Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai bidang keahliannya.
C. Uraian Teoritis
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang brsifat memaksa berdasarkan Undang-Undang yang tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dari pengertian pajak diatas, maka terdapat dua fungsi pajak, yaitu budgetair
(sumber keuangan negara) dan regulared (pengatur). Pajak mempunyai fungsi budgetair yang
artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran rutin maupun pembangunan.
Pajak mempunyai fungsi regulared yang artinya sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai
Pajak dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya aspek ekonomi, aspek hukum,
aspek keuangan, dan aspek sosiologi.Dari aspek ekonomi, pajak merupakan penerimaan
negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
Dari aspek hukum merupakan dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah
keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang). Aspek keuangan
pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara.Aspek sosiologi ini
bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak
terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil yang dapat disampaikan kepada masyarakat
(Waluyo, 2007:3-6).
Pendapatan daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan asli
daerah yang berasal dari pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah
lainnya yang sah. Selanjutnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah dan
retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah,
dan lain-lain pendapatan asli daerah (Darwin, 2010:67).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
Pada tahun 2009, dindangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang mencabut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Jenis-jenis pajak dan retribusi daerah antara lain:
1. Pajak Provinsi yaitu pajak daerah yang dipungut oleh daerah provinsi, terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;dan
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan air Permukaan.
2. Pajak Kabupaten/ Kota yaitu pajak yang dipungut oleh daerah Kabupaten/Kota, terdiri
dari :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Pengambilan bahan Galian golongan C;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Sedangkan dari pembagian Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,
1. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
m.Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Jasa Usaha.
2. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
c. Retribusi Izin Gangguan;
d. Retribusi Izin Trayek; dan
e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1969,
nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah.
Dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) dengan objeknya sector
perdesaan, perkotaaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27
Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan yang mulai berlaku 1 Januari 1986.
Menurut Mardiasmo (2009:311) Pajak Bumi dan Bangunan adalah:
a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, dan perairan) serta
laut wilayah Republik Indonesia.
b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap ditanah
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini akandilakukan pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan yang penulis bahas secara rinci mengenai:
1. Untuk mengetahui Tata Cara Pengisian dan PelaporanSPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah dan kendala-kendalan dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan.
3. Untuk mengetahui upaya maupun langkah-langkah dalam penanganan masalah dan kendala yang ada dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang sesuai, maka metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, penentuan judul proposal,
penentuan lokasi PKLM, mencari dan merancang bahan untuk dituangkan dalam proposal
dan surat pengantar.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti
Undang-Undang, buku-buku perpajakan, dan literature lain yang berhubungan dengan Tata
Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu pengantar sebagai syarat untuk
mengumpulkan data yang akan diperoleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang penulis terapkan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) adalah:
4.1 Wawancara
Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang
memahami tentang Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak
Bumi dan Bangunan(SPOPBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
4.2 Observasi
Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan
administrasi yang dilakukan oleh Subjek Pajak, Objek Pajak, maupun pihak yang berwenang.
4.3 Dokumentasi
Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan pengumpulan maupun pencarian data
secara langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari referensi-referensi ilmiah yang
mendukung proses penyelesaian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
4.4 Analisa dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul lengkap, maka penulis melakukan analisa
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun cara yang akan penulis gunakan dalam mengumpulkan dataadalah sebagai berikut:
1. Daftar Pertanyaan
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pegawai yang dianggap
mampu memberikan informasi tentang Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan Dan Perkotaan
Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Daftar Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam
pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yag berhubungan dengan Tata Cara
Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan (SPOPBB)
Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang PKLM, Tujuan
dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode
Pengumpulan Data PKLM, dan Sistematika Penulisan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA
MEDAN
Pada Bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas Pendapatan Kota
Medan, struktur organisasi, uraian Tugas Pokok dan Fungsi, serta gambaran
data pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN SERTA SURAT PEMBERITAHUAN
OBJEK PAJAK (SPOP) BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR
PERDESAAN DAN PERKOTAAN
Pada Bab ini penulis akanmenjelaskan tentang data pelaksanaan Tata Cara
Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan
Kota Medan.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada Bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan
data yang diperoleh dilapangan, yaitu dengan Tata Cara Pengisian dan
Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini merupakan penutupan dari bab-bab sebelumnya yang berisi
kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada
BAB II
GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian
keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini
belum terdapat Sub Seksi, karena pada saat itu wajib pajak/ wajib retribusi yang berdomisili
di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan di Kota
Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian
pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerima
pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak/ wajib retribusi di
dalam Kota Medan, yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan
Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur,
Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang,
Medan Sunggal, dan lainnya.
Sehubungan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 tentang
Penyeragaman Struktur Organisasi Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia. Maka
Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 menyesuaikan
dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru. Di dalam struktur organisasi
Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan, juga
perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang
cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung serta memelihara pembangunan
dan didalam peningkatan penerimaan pendapat daerah.
Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara
menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan
administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada
sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan
penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan
gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini
dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan
kebiajaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan
telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan
Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988,
tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya
serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan organisasi dan
tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang
Organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Perintah
Kota Medan, salah satunya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 khusus untuk Dinas Pendapatan
Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta
Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat terdiri dari :
2.1.Sub Bagian Umum
2.2. Sub Bagian Keuangan
2.3.Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari :
3.1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
3.2. Seksi Pemeriksaan
3.3.Seksi Penetapan
3.4.Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Bidang Penagihan terdiri dari :
4.1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
4.2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :
5.1. Seksi Bagi Hasil Pajak
5.2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
5.3. Seksi Penatauasahaan Bagi Hasil
5.4. Seksi Peraturan perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :
6.1. Seksi Pengembangan Pajak
6.2. Seksi Pengembangan Restitusi
6.3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsionalis
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Dinas
Dinas merupakan Unsur Pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah. Dinas mempunyai tugas dan pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas ekonomi dan tugas
pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Dinas
Pendapatan menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program.
Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas
c. Pelaksanaan dan penyelegaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang
meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas.
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan
ketatalaksanaan
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
g. Pelaksanan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Kesekretariatan terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum, menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusun rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum
3. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan
kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas
4. Pengelolaan administrasi kepegawaian
5. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
kepegawaian
6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas dan fungsinya
b. Sub Bagian Keuangan, menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan
3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi keuangan kegiatan penyusunan
rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan, dan verifikasi
4. Penyiapan bahan/ pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan
5. Penyusunan laporan keuangan dinas
c. Sub Bagian Penyusunan Program, menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program
2. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program dinas
3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas
3. Bidang Pendataan Dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data
Dalam melaksanakan tugas pokok seksi Pendataan dan Penetapan, menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidan Pendataan dan Penetapan
b. Peyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
pengolahan data dan informasi
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan
pendataan daerah lainnya
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan
informasi dari instansi yang terkait
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya
f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak dan wajib
retribusi
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan
Bidan Pendataan dan Penetapan terdiri dari :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan
lingkup pemeriksaan
c. Seksi Penetapan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi
4. Bidang Penagihan
Bidang penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang penagihan mempunyai tugas poko
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbanngan dan restitusi.
Dalam melaksanakan tugas pokok bidang penagihan menyelengarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pebukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan dan restitusi
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
daerah lainnya
d. Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
daerah lainnya
e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan daerah lainnya
f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas
permohonan wajib pajak
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang penagihan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang
penagihan dan perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang
penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Hasil Bagi Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan, meyenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil perundang-undangan dan pengkajian pendapatan
c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi dari dana bagi hasil pajak dan bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
d. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak provinsi
dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan
e. Pelaksanaan pengkajian peraturan perundang0undangan dan pengkajian hasil pendapatan
daerah di bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil
pendapatan.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang
bagi hasil pendapatan lingkup bagi hasil pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang bagi hasil pendapatan lingkup bukan pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang bagi hasil pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan, mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup peraturan
perundang-undangan dan kajian pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan
pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.
Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembanga Pendapatan Daerah
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan
lain-lain
c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya
d. Perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidan pengembangan pendapatan
daerah
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :
a. Seksi Pengembangan Pajak, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang
pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pajak
b. Seksi Retribusi, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan
pendapatan daerah lingkup pengembangan retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain, mempunyai tugas pokok sebagian tugas
bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsioanl Senior yang
ditunjuk
c. Jumlah Tenaga Kerja Fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja
d. Jenis dan Jenjang Jabatan Fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan
D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan NO Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah
1 Sekretariat 1 Orang
Dinas 1 Orang
Bagian Umum/ Keuangan/ Penyusunan Program
39 Orang
Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran 22 Orang
Penyimpanan Barang Berharga, Penyimpan Barang & Pengurus Barang 20 Orang
2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 30 Orang
3 Bidang Penagihan 52 Orang
4 Bidang Pendataan Dan Penetapan (DATAP) 88 Orang
5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 90 Orang
6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 57 Orang
Jumlah PNS/ Pegawai Honorer 400 Orang
E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan
No Golongan Jumlah
1 IV/b 1 Orang
2 IV/a 7 Orang
3 III/d 38 Orang
5 III/b 102 Orang
6 III/a 97 Orang
7 II/d 9 Orang
8 II/c 12 Orang
9 II/b 34 orang
10 II/a 7 Orang
11 I/c 1 Orang
Jumlah Keseluruhan 353 Orang
Keterangan :
Pegawai Negeri Sipil : 353 Orang
Pegawai Honor : 48 Orang
Pegawai Outsourcing : 31 Orang
BAB III
GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi atau Bangunan. Bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi
teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1. Tanah dan Pagar Mewah
2. Kolam Renang
3. Tempat Olahraga
4. Jalan Tol
5. Galangan Kapal Dermaga
6. Tanah Mewah
7. Tempat Penampungan/Kilang Minyak, air, gas, dan pipa minyak
8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
9. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan
emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan
tersebut.
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan
Bangunan adalah:
2. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah, social, kesehatan,
pendidikan, dan kebudayaan social yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan.
3. Perkuburan, peninggalan purbakala, dan lain-lain yang sejenis.
4. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang
dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
5. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
6. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
menteri keuangan.
Yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka orang atau badan) yang:
1. Mempunyai hak atas bumi atau tanah.
2. Memperoleh manfaat atas bumi atau tanah.
3. Memiliki, meguasai, atas bangunan.
4. Memperoleh manfaat atas bangunan.
B.Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Pendataan objek dan subjek pajak bumi dan bangunan dilakukan oleh petugas
mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk
mendaftarkan objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.
Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak
maka Dinas Pendapatan Daerah mengadakan kegiatan pendataan objek dan subjek pajak atau
bekerja sama dengan pihak lain/pihak ketiga yang telah ditentukan oleh pihak Dinas
Pendapatan Daerah tersebut. Pendataan dilakukan oleh Dinas Pendapatan dengan
menuangkan hasilnya dalam formulir Surat Pemberitahuan Subjek Pajak (SPOP). Pendataan
dapat dilakukan dengtan 4 alternatif sebagai berikut:
1. Pendataan dengan Cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian SPOP
Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalia SPOP pada
umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunyai peta, dan potensi
subjek pajak. Perbedaannya terletak pada aktifitas masing-masing pihak. Pada pelaksanaan
pendaftaran objek dan subjek pajak aktifitas dari subjek pajak sangat dominan, sedangkan
pada pendataan penyampaian pengembalian SPOP aktifitas dari petugas pajak yang lebih
dominan.
Para petugas pajak yang ditugaskan untuk melaksanakan pendataan dengan cara ini
mendatangi desa/kelurahan yang akan dilakukan pendataan sambil membawa formulir SPOP.
Kemudian dengan bantuan aparat desa /kelurahan formulir SPOP tersebut disebarkan kepada
subjek pajak yang ada di desa/kelurahan tersebut.
Setelah formulir diisi secara jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh subjek
pajak atau kuasanya, maka para petugas pajak akan mengambil kembali formulir tersebut dari
para aparat desa/kelurahan untuk dibawa ke Kantor Dinas Pendapatan daerah guna
dilakukannya perekaman data.
2. Identifikasi Objek Pajak
Pendataan dengan alternative ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah
mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relative objek pajak tetapi
tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. Data tersebut
merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir.
3. Verifikasi Data Objek Pajak
Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah
mempunyai peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data adminsitrasi pembukuan PBB
hasil pendataan tiga tahun terakhir secara lengkap.
4. Pengukuran Bidang Objek Pajak
Pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan pada daerah/wilayah yang hanya
mempunyai sket peta desa/kelurahan dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat
C.Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Pendaftaran dilakukan oleh subjek pajak (orang atau badan) dengan cara mengisi
SPOP dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jelas. Maksudnya adalah penulisan data yang diminta dalam SPOP harus dinyatakan
dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang merugikan negara maupun
wajib pajak.
2. Benar. Maksudnya adalah data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan harga perolehan, letak
tanah atau bangunan, serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan atau
dituliskan dalam SPOP harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Lengkap. Maksudnya adalah semua kolom dalam SPOP baik yang menyangkut subjek
pajak atau wajib pajak maupun data tanah atau bangunan sudah harus diisi sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Kemudian SPOP tersebut harus diberi tanggal pengisian surat
dan ditandatangani oleh wajib pajak serta mencantumkan NPWP dalam kolom yang
tersedia dalam SPOP.
4. Tepat Waktu. Maksudnya adalah SPOP yang sudah diisi wajib pajak dengan jelas, benar
dan lengkap serta ditandatangani haruslah dikembalikan ke Kantor Dinas Pendapatan
Daerah tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
diterimanya SPOP oleh wajib pajak.
5. Pengembalian SPOP oleh wajib pajak dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan
langsung ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau mengirimkannya melalui kantor pos
tercatat.
Untuk mendaftarkan objek pajaknya, maka subjek pajak/wajib pajak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mengisi Surat Permohonan
2. Mengisi blanko SPOP
D.Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung
PBB terutang menurut ketentuan Undang-Undang.
E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mengisi SPOP Hak Wajib Pajak dalam pengisian SPOP adalah:
1. Memperoleh formulir SPOP secara gratis pada Dinas Pendapatan yang ditunjuk.
2. Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian dan pelaporan SPOP.
3. Memperoleh tanda terima pengembalian SPOP.
4. Memperbaiki/mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan
melampirkan fotocopy bukti yang sah.
5. Menunjuk pihak lain dengan surat kuasa khusus bermaterai sebagai kuasa wajib pajak
untuk mengisi dengan menandatangani SPOP.
6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian SPOP sebelum batas
waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah.
Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam pengisian SPOP adalah:
1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi SPOP.
2. Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap.
3. Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi wajib pajak kepada Dinas Pendapatan yang
ditunjuk selambat-lambatnya 30 hari setelah pembetulan SPOP diterima.
4. Melaporkan perubahan data objek pajak/wajib pajak kepada kantor Dinas Pendapatan
yang ditunjuk dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/pembetulan SPOP
sebelumnya.
F. Sanksi-Sanksi 1. Sanksi Administrasi
Dalam hal Subjek Pajak tidak menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek
ditentukan dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) dengan sanksi berupa denda Administrasi sebesar 2% setiap bulannya dikalikan
pajak terutang.
2. Sanksi Pidana
a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak
benar atau tidak lengkap sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, dipidana dengan
kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda paling tinggi dua kali lipat pajak yang
terutang.
b. Barang siapa karena dengan sengaja:
1. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Dinas Pendapatan yang ditunjuk.
2. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan
keterangan yang tidak benar.
3. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar.
4. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya.
5. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan.
Sehingga menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 2 tahun atau denda setingi-tingginya sebesar 5 kali pajak yang terutang. Sanksi
pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau
seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda. Terhadap bukan wajib
pajak yang bersangkutan yang melakukan tindakan sebagaimana angka 4 dan angka 5,
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun atau denda setingi-tinginya Rp.
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
Dalam tata cara pengisian dan pelaporan SPOP, ada hal yang harus dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pengisian SPOP/LSPOP dilakukan. Hal tersebut adalah Pendaftaran
Objek Pajak dan Subjek Pajak Baru.
1. Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Adapun tata cara pengisian dan pelaporan SPOP adalah:
a. Formulir SPOP dapat diperoleh ditempat-tempat pengambilan yang telah ditentukan.
Dalam hal ini, Subjek Pajak dapat mengambil formulir SPOP di Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan atau melalui kuasanya untuk mengambil formulir-formulir tersebut.
b. Wajib Pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek dan subjek pajak bumi dan
bangunan lengkap dengan bukti-bukti pendukung ke Dinas Pendapatan Kota Medan
melalui petugas.
Bukti-bukti yang yang perlu dilampirkan berupa:
1. Fotocopy salah satu bukti Surat Tanah antara lain seperti Sertifikat, Akte Jual Beli Tanah,
Surat tanah Garapan, Surat Perjanjian Sewa-Menyewa, Surat Keterangan Lurah/Kepala
Desa atau dokumen lainnya.
3. Fotocopy salah satu bukti Surat BAngunan antara lain seperti Surat Izin Mendirikan
Bangunan (SIMB), Surat Keterangan Lurah/Kepala Desa, Fotocopy Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan dokumen lainnya.
c. Setelah Subjek Pajak menyebarkan permohonan pendaftaran lengkap dengan bukti-bukti
pendukungnya, kemudian Subjek Pajak mengisi formulir SPOP dengan jelas, benar,
lengkap, tepat waktu, dan ditandatangani.
d. Dalam hal Subjek Pajak atau kasanya mengalami kesulitan dalam pengisian formulir
tersebut, mereka dapat meminta petunjuk kepada petugas yang menaungi persoalan ini.
Dalam hal formulir tersebut diisi oleh kuasa dari Subjek Pajak, maka harus dilampiri surat
kuasa yang dibubuhi materai Rp. 6.000.
e. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran sudah lengkap, kemudian petugas akan
melakukan penelitian atas pengisian formulir SPOP yang sudah diisi apakah sudah benar,
jelas, dan lengkap. Apabila dari hasil enelitian terdapat item-item yang belum diisi atau
terdapat ketidakjelasan penulisan dan/atau belum ada tanda tangan Subjek Pajak atau
kuasanya, maka petugas dapat melakukan konfirmasi dan mengembalikan formulir SPOP
tersebut kepada Subjek Pajak untuk memenuhi kelengkapan dan kejelasan pengisian
formulir SPOP tersebut.
f. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran dan formulir SPOP sudah diisi dengan lengkap,
petugas akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus
Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Subjek Pajak sedangkan LPAD akan
digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, kemudian seksi Pengolahan Data
dan Informasi melakukan perekaman SPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman, melakukan
pencocokan antara SPOP dan DHR guna pembentukan Basis Data Objek dan Subjek
Pajak dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Seksi Pelayanan untuk
dicetak.
Blanko SPOP terdiri dari Lembar Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP) dan
Lembar Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP).
Lembar SPOP adalah lembar yang digunakan untuk mengisi Identitas, letak Objek
pajak, Data Tanah, Denah/Sket/Lokasi Objek Pajak yang dimiliki Subjek Pajak.
Tabel 1: Lembar SPOP
Data Diisi Wajib Pajak Diisi Petugas Pajak
Jenis Transaksi
•
NOP
•
NOP Bersama
•
Tambahan untuk Data Baru
•
Data Letak Objek Pajak
•
Data Subjek Pajak
•
Data Tanah
•
Zona Nilai Tanah
•
Data Bangunan
•
Pernyataan Subjek Pajak
•
Identitas Pendata
•
Sket/ Denah Lokasi Objek Pajak
•
Keterangan:
a. NOP adalah nilai Identifikasi Objek Pajak yang mempunyai karakteristik Unik, Permanen,
Standar dengan satuan Blok dalam satu wilayah administrasi pemerintah desa/kelurahan
yang berlaku secara Nasional.
b. Zona Nilai Tanah adalah zona geografis yang terdiri dari sekelompok Objek pajak yang
mempunyai Bilai Indikasi Rata-Rata (NIR) sama yang dibatasi oleh batas
penguasaan/pemilikan Subjek Pajak dalam suatu wilayah adminsitasi pemerintahan
2. Lembar Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)
Lembar LSPOP ini tidak digunakan bila Subjek pajak tidak mempunyai benagunan pada
sebidang tanah dan digunakan apabila dalam suatu tanah tersebut terdapat 1 bangunan.
Jika dalam tanah tersebut terdapat 2 atau lebi bangunan, maka jumlah LSPOP yang
digunakan adalah sebanyak jumlah bangunan yang ada.
Tabel 2 : Lembar LSPOP
Data Tambahan untuk Jenis Penggunaan
Bangunan JPB=3/8
•
Data Tambahan untuk Bangunan Non-Standar •
Penilaian Individual •
Identitas Pendata •
Keterangan:
a. Bangunan Non-Standard adalah Objek Pajak yang tidak memenuhi kriteria Objek Pajak
Standard.
b. Objek Pajak Standard adalah Objek Pajak yang memiliki Luas Bangunan ≤ 1000 m2 dan jumlah lantai 4 (empat) serta luas tanah ≤ 10.000 m2.
c. Penilaian Individual adalah penelitian terhadap Objek Pajak dengan cara memperhatikan
semua karakteristik dari setiap Objek Pajak.
a. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan
kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang
dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.
b. Kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan
melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya yang relative rendah, khususnya pada
masyarakat yang berada didaerah-daerah terpencil atau perdesaan.
c. Kurangnya pemahaman Subjek Pajak dalam menghadapi kerumitan dalam pengisian
SPOP/LSPOP.
d. Keterlambatan pengembalian dan kesalahan pengisian SPOP/LSPOP.
1. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tidak tepat waktu sehingga menimbulkan
pada petugas pajak, disamping harus meneliti dan mentatausahakan kembali
SPOP/LSPOP tersebut, petugas juga harus membuat laporan pendaftaran Objek pajak
Baru yang diserahkan pada akhir bulan.
2. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tepat waktu, tetapi setelah melakukan
perekaman dan validasi data ternyata terdapat ketidakcocokan data antara formulir
SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya dilapangan. Maka hal ini akan menyulitkan
petugas pajak, karena petugas pajak harus melakukan perhitungan ulang kembali besarnya
pajak yang harus dibayar Subjek Pajak.
e. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam menangani jumlah Objek Pajak dan/atau Subjek
Pajak.
C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan a. Mengadakan Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak
Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus
pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan
kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.
Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak, maka
petugas harus mengadakan kegiatan pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak.
b. Mengadakan Penyuluhan kepada Masyarakat Mengenai Pentingnya Melaporkan Objek
Pajak
Hal ini penting dilakukan agar Subjek Pajak sadar akan kewajibannya untuk melaporkan
Objek Pajak mereka. Bahwasannnya membayar dan melapor sama pentingnya.
c. Menetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Bumi dan Bangunan.
1. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata
belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima Surat Teguran dari Dinas
Pendapatan Kota Medan yang akan dilanjutkan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKPD tersebut ditetapkan secara jabatan
(pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak.
2. Apabila setelah dilakukan perekaman terdapat ketidakcocokan data dengan keadaan
sebenarnya dilapangan, maka Dinas Pendapatan Kota Medan menerbitkan SKP sebesar
selisih pajak terhutang ditambah denda Administrasi 25% dari selisih pajak terhutang.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian SPOP tersebut yaitu agar diharapkan
kepada Subjek Pajak untuk tidak melakukan keterlambatan dalam melaporkan SPOP dan
tidak melakukan kecurangan dalam pengisian data-data dalam formulir SPOP nantinya dan
mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk memperjelas formulir
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uaraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data
yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, terdapat beberapa
kesimpulan yang penulis peroleh dalam melayani Pengisian dan Pelaporan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut:
1. Dalam pengisian dan pelaporan SPOP, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
pendaftaran objek pajak dan subjek pajak baru.
2. Mengisi formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta
ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung dan dikembalikan dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP.
Setiap pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda
terima penyampaian dan pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).
3. Formulir untuk melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan terdiri dari 2 lembar yaitu
SPOP dan LSPOP yang diisi oleh Subjek Pajak dan petugas pajak. Subjek Pajak cukup
mengisi data Objek Pajak, Identitas Objek Pajak untuk data tanah sedangkan data
bangunan seperti luas bangunan, tahun bangunan, dan harga jual bangunan. Diluar dari
data diatas diisi oleh petugas pajak.
4. Upaya dan cara mengatasi hambatan dan kendala dilapangan ketika pengisian
SPOP/LSPOP dapat dilakukan dengan sosialisasi kepada Subjek Pajak dan/atau Wajib
Pajak Pajak bumi dan Bangunan (PBB).
B. Saran
Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran yang nantinya dapat
dalam upaya peningkatan pendaftaran Objek Pajak oleh Subjek Pajak serta peningkatan
pemahaman Subjek Pajak dalam pengisian dan pelaporan SPOP/LSPOP.
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Pendataan Objek Pajak agar dilakukan dengan perencanaan dan mekanisme yang baik
sehingga SPOP mudah dihitung dan didata. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan
yang lebih giat lagi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk dapat memudahkan dan
meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan SPOP.
2. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan
kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang
dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih
relatif rendah. Oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi dan pembinaan yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: SalembaEmpat.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Jakarta: Andi.
Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: MitraWacana Media.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 1988 Tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.
Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988 Tentang Pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan Tentang Penetapan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.