• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekowisata Umbul Songo Di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Ekowisata Umbul Songo Di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DIAN AULA NAHRIYA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PENGEMBANGAN EKOWISATA UMBUL SONGO

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

DIAN AULA NAHRIYA. Pengembangan Ekowisata Umbul Songo Di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Dibimbing oleh TUTUT SUMARMINTO dan HARNIOS ARIEF.

Kawasan Umbul Songo merupakan salah satu obyek wisata di Taman Nasional Gunung Merbabu. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pengembangan ekowisata Umbul Songo, di Taman Nasional Gunung Merbabu berdasarkan aspek permintaan dan aspek penawaran ekowisata Umbul Songo. Penelitian dilakukan di kawasan Umbul Songo, Taman Nasional Gunung Merbabu selama satu bulan, yaitu Febuari – Maret 2015. Data diambil melalui observasi, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Data selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan ekowisata berdasarkan penilaian potensi Umbul Songo. Berdasarkan analisis SWOT, pengembangan ekowisata Umbul Songo dapat dilakukan melalui perbaikan sarana dan prasarana, penyelesaian konflik air, pemberdayaan masyarakat, promosi wisata, memberi pelatihan bagi calon pengelola, dan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga.

Kata kunci: ekowisata, strategi pengembangan, taman nasional, umbul

ABSTRACT

DIAN AULA NAHRIYA. Umbul Songo Ecotourism Development at Merbabu National Park, Central Java. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and HARNIOS ARIEF.

Umbul Songo area is one of the attractions at the Merbabu National Park. The main objective of this study is to formulate tourism development to Umbul Songo, Merbabu National Park based on aspects of demand and aspects of ecotourism suplay Umbul Songo. The study was conducted in the area of Umbul Songo, Merbabu Mountain National Park for one month, February until March 2015. Data retrieved through observation, questionnaires, interviews and literature. The data were then analyzed with descriptive analysis and SWOT analysis. SWOT analysis is used to formulate tourism development strategy based on an assessment of potential Umbul Songo. Based on the SWOT analysis, Umbul Songo ecotourism development can be done through improvement of infrastructure, water conflict resolution, community development, tourism promotion, providing training for prospective managers, and formed a partnership.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PENGEMBANGAN EKOWISATA UMBUL SONGO

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

JAWA TENGAH

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penelitian

yang dilakukan berjudul “ Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah” . Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Dr Ir Harnios Arief, MScF sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak Taman Nasional Merbabu yang telah menyediakan tempat dan banyak membantu dalam pengumpulan data.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan serta kepada seluruh keluaraga Ibu, Bapak, Rio, Fano, kakak, adik dan seluruh keluarga besar atas kasih sayang, motivasi dan dukungannya. Terimakasih juga disampaikan kepada DKSHE, tim PKLP TNGMb dan sahabat atas segala bentuk bantuan yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan serta pengembangan Umbul Songo.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 2

METODE 3

Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Alat dan Obyek 5

Jenis Data 5

Metode Pengumpulan Data 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8

Potensi Ekowisata Kawasan Umbul Songo 12

Karakteristik, Motivasi, Persepsi, Preferensi dan Harapan Pengunjung 17 Karakteristik, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat 24

Persepsi, Rencana dan Harapan Pengelola 26

Strategi Pengembangan Ekowisata Kawasan Umbul Songo 27

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, metode dan sumber data 7

2 Matriks SWOT 8

3 Sarana dan prasarana 10

4 Karakteristik pengunjung Umbul Songo 18

5 Penilaian motivasi pengunjung 19

6 Tujuan kedatangan pengunjung 20

7 Jenis kunjungan pengunjung 20

8 Faktor pendorong berkunjung ke lokasi 20

9 Persepsi pengunjung terhadap sediaan wisata Umbul Songo 23

10 Persepsi pengunjung terhadap masyarakat 23

11 Penilaian masyarakata terhadap Umbul Songo 25

12 Matriks SWOT pengembangan Umbul Songo 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 3

2 Peta lokasi penelitian 4

3 Kondisi jalan menuju Umbul Songo 9

4 a. Jalan 11

b. Area parkir 11

5 Pohon pinus 12

6 a. Tupai Kekes 13

b.Cucak Kutilang 13

7 a. Air terjun 14

b. Mata air 15

8 Penari Topeng Ireng 15

9 Alur menentukan potensi unggulan 17

10 Jumlah pengunjung Umbul Songo tahun 2007-2011 18

11 Asal pengunjung 19

12 Sumber informasi pengunjung 21

13 a. Aktivitas pengunjung 21

b. Lama kunjungan 21

14 Biaya perjalanan 22

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki fungsi untuk pemanfaatan sumberdaya alam. Dephut (2009) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya melalui kegiatan wisata di Taman Nasional, khususnya untuk blok zona pemanfaatan merupakan salah satu bentuk perlindungan sumberaya alam hayati dan ekosistemnya. Umbul Songo merupakan salah satu lokasi wisata yang terdapat di TNGMb.

Kawasan Umbul Songo memiliki luas 16,4 ha (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2014). Umbul Songo merupakan tipe hutan pegunungan bawah dengan keunikan flora dan fauna khas pegunungan serta memiliki pemandangan khas pegunungan. Umbul Songo memiliki fungsi hidrologi bagi masyarakat sekitar kawasan yang memanfaatkan Umbul Songo sebagai sumber air utama masyarakat. Beberapa pihak yang terlibat langsung dan berpengaruh terhadap kawasan Umbul Songo adalah masyarakat pengguna air, pedagang di lokasi wisata, penyewaan tikar, peternak sampai dengan masyarakat secara umum. Gangguan yang menjadi ancaman terhadap kawasan Umbul Songo berupa pencurian kayu pinus dan puspa, serta adanya bloker air karena belum selesainya konflik pemanfaatan air hingga saat ini.

Kawasan Umbul Songo merupakan bekas obyek wana wisata Perhutani yang saat ini kondisinya ditutup untuk kegiatan wisata sejak tahun 2013, karena belum adanya pengelolaan dan perencanaan yang matang untuk kegiatan wisata di lokasi serta masih terdapat konflik aset bangunan dengan perhutani yang belum terselesaikan hingga saat ini. Penutupan kegiatan wisata Umbul Songo juga dipengaruhi oleh tingkat pengunjung yang menurun drastis tiap tahunnya.

Menurut Nugraharany (2013) jumlah pengunjung obyek ekoswisata Umbul Songo mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tidak sesuai dengan kunjungan wisata internasional yang tumbuh diatas 7% sejak tahun 2000 serta tidak sesuai dengan pertumbuhan dengan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mencapai pertumbuhan rata-rata 5,22% tiap tahunnya (Martaleni 2011).

(12)

2

ekosistem Umbul Songo sehingga dapat dibuat pengembangan ekowisata Umbul Songo.

Rumusan Masalah

Kawasan Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Kawasan ini juga memiliki fungsi hidrologi, ekologi, sosial, dan budaya yang harus tetap dijaga agar tetap lestari, maka diperlukan bentuk pengelolaan yang sesuai dalam pengembangan kawasan Umbul Songo. Saat ini dalam rencana pengembangan masih terdapat kendala yang dihadapi antara lain

1. Potensi ekowisata Umbul Songo belum teridentifikasi

2. Karakteristik, persepsi dan motivasi pengunjung ekowisata belum teridentifikasi

3. Kesiapan masyarakat dan pengelola belum teridentifikasi

4. Pengelola belum memiliki strategi pengembangan ekowisata Umbul Songo.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah yaitu :

1. Menilai potensi Ekowisata Umbul Songo

2. Menganalisis karakteristik, persepsi dan motivasi pengunjung Umbul Songo 3. Menganalisis kesiapan masyarakat dan pengelola dalam kegiatan ekowisata

Umbul Songo

4. Menyusun konsep pengembangan ekowisata Umbul Songo .

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kawasan Umbul Songo dan pemanfaatannya dalam ekowisata sehingga dapat terselenggara kegiatan ekowisata yang mampu memberikan manfaat bagi keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat serta memberi kepuasan bagi pengunjung Umbul Songo.

Kerangka Pemikiran

(13)

3 Pengembangan Umbul Songo untuk kegiatan ekowisata perlu dikaji mengenai potensi dan informasi mengenai sumberdaya dan kondisi masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan Umbul Songo. Pengkajian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pengunjung serta wawancara dengan masyarakat dan pengelola. Data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk menghasilkan rencana pengembangan kawasan Umbul Songo, sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan ekowisata Umbul Songo Taman Nasional Gunung Merbabu. Agar rencana pengembangan potensi ekowisata Umbul Songo tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka disusunlah suatu kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

(14)

4

Ga

mbar

2 P

eta loka

si p

ene

li

ti

(15)

5

Alat dan Obyek

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, panduan wawancara, tallyshet, buku panduan pengenalan jenis tumbuhan pegunungan, buku panduan pengenalan jenis satwa (mamalia dan burung), kamera digital, alat perekam, dan alat tulis. Obyek penelitian adalah kawasan wisata Umbul Songo, dengan subyek pengunjung, masyarakat lokal dan pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu.

Jenis Data

Data yang dikumpulkan dapat dikelompokan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang diambil melalui observasi lapang, studi literatur, wawancara dan kuesioner. Data sekunder merupakan data yang diambil untuk menunjang data primer.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain studi pustaka, observasi, wawancara dan kuesioner.

Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara menelusuri dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan terdiri atas: 1) Sejarah TNGMb, 2) Rencana pengelolaan TNGMb, 3) Kondisi umum kawasan, 4) Aktivitas wisata dan jumlah pengunjung, serta literatur lain yang mendukung penelitian ini. Sumber pustaka yang digunakan untuk acuan yaitu jurnal, buku dan dokumen penting terkait pengelolaan wisata di Taman Nasional Gunung Merbabu. Data yang diperoleh dari studi literatur akan digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan data di lapangan. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang suah tersedia.

Observasi lapang

Observasi lapang merupakan kegiatan pengamatan langsung ke kawasan wisata Umbul Songo untuk mendapatkan data mengenai potensi wisata, fasilitas, jasa pelayanan, pengelolaan, aksesibilitas, dan tumbuhan serta satwaliar yang telah didapatkan sebelumnya pada studi pustaka. Pengamatan tumbuhan dan satwa dilaksanakan dengan menggunakan metode rapid assessment. Metode ini digunakan untuk pengumpulan data secara cepat, dengan diawali pendugaan dari studi literatur (Harjo 2009). Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan mendokumentasikan jenis tumbuhan dan satwaliar yang ditemukan di sepanjang jalur. Waktu pengamatan dilakukan selama 5 hari pada pagi hari (07.00 - 09.00 WIB) dan sore hari (15.00-18.00 WIB).

Kuesioner

(16)

6

digunakan yaitu merujuk pada hasil gubahan Skala Likert yang awalnya hanya nilai 1 sampai 5, namun digubah menjadi nilai 1-7 (Avenzora 2008). Nilai atau skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (biasa saja), 5 (agak setuju), 6 (setuju) dan 7 (sangat setuju). Kuesioner dibagikan kepada pengunjung dan assesor.

Pengunjung

Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel pengunjung yaitu dengan menggunakan random sampling dilanjutkan dengan convenience sampling. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel acak dengan kriteria tertentu (Altinay dan Paraskevas 2008). Adapun sampel dari pengunjung yang diambil yaitu semua pengunjung yang telah berusia 17 tahun. Jumlah sampel yang diambil yaitu 30 responden, dikarenakan dalam penelitian sosial perhitungan dengan jumlah 30 tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga 30 responden sudah mencukupi (Agung 2005).

Assesor

Kuesioner untuk assessor berisi tentang berbagai hal terkait penilaian potensi obyek wisata Umbul Songo. Penilaian potensi wisata terfokus pada variabel flora, fauna, gejala alam, seni tari dan spiritual. Penilaian dilakukan dengan menilai tujuh aspek nilai yang terkait dan berasosiasi menurut Avenzora (2008) yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitivitas dan fungsi sosial.

Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses memperoleh keterangan terkait dengan penelitian yang diteliti. Wawancara merupakan metode untuk mendapatkan data yang lebih dalam dalam waktu yang lebih singkat (Suyanto dan Sutinah 2005). Wawancara ditujukan kepada masyarakat dan pengelola kawasan Umbul Songo. Masyarakat

Wawancara kepada masyarakat dilakukan di Desa Kopeng yang berbatasan langsung dengan kawasan Umbul Songo. Responden diambil sebanyak 30 orang (Wardiyanta 2010), penentuan responden dengan random sampling dengan dilanjutkan convenience sampling (Setyosari 2010). Adapun kriteria masyarakat yang menjadi responden yaitu semua masyarakat yang diambil secara acak dan mengetahui serta pernah memasuki kawasan Umbul Songo serta berusia diatas 17 tahun.

Pengelola

(17)

7 Tabel 1 Jenis data, metode, dan sumberdata yang dikumpulkan

Jenis data Metode

pengambilan data Sumber data Data primer

Potensi Umbul Songo terdiri atas: 1. Flora, fauna, gejala alam

2. Sosial budaya masyarakat.

Pengelola wisata Umbul Songo terdiri atas: Manajemen ekowisata, kebijakan dan partisipasi pengelola, serta ren-cana pengembangan.

Wawancara Pengelola

Masyarakat terdiri atas: Karakter-istik, persepsi, kesiapan dan partisipasi da-lam mendukung pengembangan wi-sata alam

Analisis deskriptif digunakan dalam menjabarkan dan menguraikan data lapangan. Analisis deskriptif terdiri dari analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu menguraikan secara deskriptif data yang didapat seperti pengelolaan kawasan, masyarakat dan aspek sediaan wisata. Analisis deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data menggunakan diagram dan presentase. Analisis deskriptif digunakan untuk data masyarakat, pengunjung, pengelola serta potensi sehingga dapat dipilih alternatif pengembangan berdasarkan data tersebut.

Analisis SWOT

(18)

8

Asumsi yang dibangun dari pendekatan SWOT dalam penelitian ini yaitu setiap instrumen dari kuadran matriks SWOT memiliki bobot yang sama dalam penilaiannya. Asumsi ini dibuat karena intrumen internal maupun eksternal dalam penelitian ini belum memiliki bobot karena belum pernah ada penilaian yang dilakukan pada lokasi penelitian ini (Muttaqin 2011).

Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang (SO), kebijakan berdasarkan penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST); pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT). Matrik SWOT dapat disajikan dengan Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Matrik SWOT (Rangkuti 2001)

Internal Strengths (S) Weaknesses (W) Eksternal

Opportunities (O) Strategi S-O Menciptakan

Threats (T) Strategi S-T

Menciptakan

Kawasan Wisata Umbul Songo merupakan kawasan wisata yang dimilki oleh Taman Nasional Gunung Merbabu tepatnya di SPTN Wilayah 1 Kopeng Resort Kalipasang. Kondisi kawasan saat ini ditutup untuk pengunjung umum dikarenakan belum adanya pengelolaan yang jelas akibat dari konflik aset bangunan dengan pihak Perhutani yang masih berlangsung sejak serah terima dari perhutani kepada TNGMb.

Kawasan Umbul Songo ditetapkan berdasarkan SK Menteri No 580/kpt/Um/1974 memiliki luas 6.5 Ha. Umbul Songo bertambah luas wilayahnya pada tahun 2006 luasnya menjadi 16,4 Ha. Dari tahun 1974 Umbul Songo merupakam pengelolaan oleh PHKA yang diserahkan pada Perhutani. Tahun 2004 Umbul Songo berubah fungsi menjadi kawasan taman nasional dan diserahkan dari Perhutani kepada taman nasional (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2014).

(19)

9 Semarang. Secara geografis Kawasan Umbul terletak pada 11020-11030 BT dan

7’20-7’30 LS. Kawasan Umbul Songo berbatasan langsung dengan dusun-dusun Desa Kopeng. Bagian utara berbatasan dengan Dusun Kaliduren, bagian timur berbatasan dengan Dusun Kopeng, bagian selatan berbatasan dengan Desa Seloduwur, dan bagian barat berbatasan langsung dengan jalan Desa Kopeng.

Kondisi lapangan berupa pegunungan dengan bentuk lapangan bergelombang sampai curam. Kemiringan 12-35 sebelah barat dan timur. Sebelah selatan sangat terjal atau miring. Mendatar sebelah utara. Umbul Songo terletak pada ketinggian 1300 - 1450 mdpl (Nugraharany 2013).

Kawasan Umbul Songo berada pada daerah cekung yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang - Rawa pening. Umbul Songo memiliki mata air berjumlah sembilan. Debit air 1200 l/detik (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2014). Sumber lainnya yaitu Tuk Dandang dimanfaatkan sumber minum Kecamatan Getasan dan pemanfaatan lainnya.

Aksesibilitas

Kawasan Umbul Songo dapat ditempuh melalui tiga jalur utama yaitu jalur Semarang - Salatiga dengan jarak tempuh 50 km, jalur Solo – Salatiga dengan jarak tempuh 65 km, serta jalur Yogyakarta - Magelang dengan jarak tempuh 75 km. Kondisi jalan merupakan jalan aspal dengan lebar jalan 6 meter. Akses ini dapat dilalui kendaraan pribadi, truk, maupun bus besar (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2010).

Umbul Songo dapat dijangkau dengan transportasi umum dari terminal Salatiga menuju lokasi Kawasan Umbul Songo dengan tarif Rp5000. Dari jalan utama cukup dijangkau dengan berjalan kaki sejauh 500 meter atau bisa dengan menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan menuju lokasi dari jalan utama memiliki lebar 5 meter dengan kondisi jalan aspal baik (Gambar 3).

Gambar 3 Kondisi jalan menuju Umbul Songo

Sarana dan prasarana

(20)

10

Pengelolaan sarana prasarana wisata tersebut saat ini belum ada yang mengelola dikarenakan lokasi Umbul Songo masih ditutup dan belum ada pengelolaan kegiatan wisata yang berlangsung. Berikut sarana prasarana di kawasan Umbul Songo disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sarana dan Prasarana Umbul Songo

No Sarana dan Prasarana Kondisi

1 Pusat Informasi Tidak baik

2 Penginapan Baik

Pusat Informasi merupakan tempat pengunjung memperoleh informasi melalui papan informasi, jalur informasi, penjualan tiket. Pusat informasi terletak di depan dekat pintu masuk Umbul Songo. Saat ini fasilitas ini masih ada namun kondisinya kotor dan tidak terawat.

Penginapan

Pengunjung yang ingin bermalam atau sekedar istirahat dapat bermalam di hotel atau motel yang berada di sepanjang jalan menuju lokasi Umbul Songo. Penginapan mulai dari kelas melati hingga bintang lima tersedia di lokasi ini. Jalan

Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan Kota Salatiga-Magelang. Kondisi jalan utama baik dimana jalan tersebut merupakan jalan aspal sehingga dapat dilalui mobil, truk dan bus.

Jalan di dalam Umbul Songo berupa jalan setapak dengan kondisi tidak baik, rusak dan menimbulkan potensi bahaya. Jalan ini bermaterial tanah dan kerikil dan tanpa adanya pelindung sisi yang dibawahnya jurang dan sungai (Gambar 5). Air

Sumber air di Umbul Songo berupa mata air dan air terjun. Mata air Umbul Songo memiliki sembilan sumber sehingga dinamakan Umbul Songo. Air ini digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air utama.

Listrik

Jaringan listrik berfungsi sebagai penerang belum masuk ke dalam lokasi Umbul Songo, hanya sampai tempat parkir yang sudah dialiri listrik. Hal ini karena lokasi Umbul Songo sudah lama tidak ada perawatan.

Toilet

(21)

11 sudah runtuh dan rusak, sedangkan musholla yang berada di musholla masih terawat dengan baik oleh warga yang menggunakan.

Musholla

Musholla sebagai tempat ibadah bagi umat islam dapat ditemui di di area parkir dan di dalam kawasan. Kondisi musholla di dalam kawasan sudah rusak, dan runtuh. Musholla di area parkir kondisinya sangat baik dilengkapi dengan tempat wudhu, mukena dan Al-quran dan kamar mandi. Musholla ini masih dirawat dan digunakan oleh warga sekitar.

Area parkir

Lokasi parkir area yang berada di luar pintu masuk Umbul Songo cukup luas dengan kapasitas sampai dengan 20 bus besar, di tempat ini terdapat juga musholla, pepohonan, serta gerbang masuk (Gambar 4).

(a)

(b)

(22)

12

Potensi Ekowisata Kawasan Umbul Songo

Kawasan Umbul Songo memiliki potensi ekowisata yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik ekowisata. Potensi tersebut diantaranya yaitu potensi flora, fauna, gejala alam, seni tari serta spiritual dari masyarakat sekitar.

Flora

Kawasan Umbul Songo memiliki potensi flora yang cukup beragam karena hutannya termasuk formasi hutan pegunungan, flora yang terdapat dilokasi diantaranya Pinus (Pinus merkusii), Akasia (Acasia decurent), Rasamala (Altingia excelsa), Kayu Putih (Melaleuca leucadendron), Petai Cina (Leucaena leucephala), Beringin (Ficus benjamina), Kina (Cinchona ledgeriana), Bambu Cendani (Bambusa glauscencens), Pakis (Cycas rumphii), Puspa (Schima walichii) dan Cemara Kipas (Cupressus sempervirens).

Kawasan Umbul Songo merupakan hutan tanaman bekas dari tanaman milik Perhutani. Umbul Songo memiliki tegakan pohon yang didominasi oleh Pinus dan Puspa. Kawasan wisata Umbul Songo ketika masih difungsikan secara legal sebagai obyek wisata untuk pengunjung, hutan dari kawasan Umbul Songo dijadikan bumi perkemahan. Hal ini dikarenakan pohon pinus dan puspa yang mendominasi hutan Umbul Songo memiliki tajuk yang tidak terlalu rapat dan jarak antar pohon cukup lebar karena merupakan bekas tanaman perhutani, sehingga sesuai untuk menjadi bumi perkemahan (Gambar 5).

Gambar 5 Pinus (Pinus merkusii)

Fauna

(23)

13 leucophaeus), Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus), Kicuit Batu (Motacilla cinerea), Layang-layang Batu (Hirundo tahitica), Sikatan Bubik (Muscicapa latirostris). Fauna pada Kawasan Umbul Songo sebagian besar merupakan jenis burung, sehingga potensi burung di lokasi ini cukup baik apabila potensi ini dijadikan sebagai obyek daya tarik wisata.

Pengamatan lapang yang dilakukan menggambarkan jenis-jenis satwaliar yang mudah dan sering dijumpai yaitu, Tupai Kekes (Tupaia javanica), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan satwa tersebut sering dijumpai berada di pepohonan dan tidak berkelompok (Gambar 6).

(a)

(b)

Gambar 6 (a) Tupai Kekes (Tupaia javanica), (b) Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Gejala alam

(24)

14

Kopeng yang memiliki banyak pilihan obyek wisata, yang saat ini telah menjadi Desa Vokasi. Gejala alam di Umbul Songo yang berpotensi sebagai daya tarik wisata diantaranya yaitu:

1. Air terjun

Air terjun di Umbul Songo memiliki tinggi l15 m, hulu sungainya merupakan bekas bumi perkemahan. Air terjun Umbul Songo mengalir hanya pada musim penghujan, saat musim kemarau air terjun ini kering. Kondisi sekitar air terjun cukup menarik seperti kolam taman alami hanya saja masih ada beberapa sampah yang sekarang tidak dikelola akibat dari tidak adanya pengelolaan yang dilakukan di lokasi ini (Gambar 7).

2. Mata air Umbul Songo

Mata air Umbul Songo atau Tuk Songo merupakan icon utama lokasi wisata ini selain air terjun Umbul Songo. Mata air ini mengairi beberapa dusun di bawah lokasi mata air seperti Dusun Dukuh, Dusun Selongisor, dan Dusun Seloduwur. Mata air ini memiliki debit 20 m3/detik dengan kondisi air jernih dan bersih (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2010).

Mata air Umbul Songo sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti PDAM, masyarakat langsung maupun masyarakat melalui broker. Bamyaknya pihak yang memanfaatkan dengan kepentingan masing – masing menyebabkan ketidakteraturan pipa air akibat penggunaan yang belum terkelola dengan baik (Gambar 7).

3. Pemandangan pegunungan

Umbul Songo merupakan lokasi dengan kondisi alam yang menarik, dengan ketinggian 1.450 mdpl, dan diapit oleh Gunung Telomoyo, Gunung Andong, dan Gungung Merbabu, sehingga kita dapat menikmati pemandangan tiga gunung sekaligus serta suasana asri dan menyejukkan sehingga menjadikan daya tarik dari obyek wisata ini. Potensi pemandangan yang indah merupakan salah satu daya tarik dari Umbul Songo yang bisa dikembangkan karena pemandangan indah dikelilingi gunung, lokasinya sejuk dan hijau, serta kicauan burung yang membuat pengunjung betah berlama-lama di lokasi ini.

(25)

15

(b)

Gambar 7 (a) Air terjun Umbul Songo, (b) Mata air Umbul Songo

Seni tari

Kawasan Umbul Songo merupakan kawasan yang berdekatan dengan obyek-obyek wisata lainnya di Desa Kopeng, sehingga masyarakat disana telah terbiasa dalam penyediaan jasa wisata dan kehidupan wisata. Potensi wisata berbasis masyarakat salah satunya yaitu kesenian tari yang khas dari masyarakat Umbul Songo

Topeng ireng

Tari Topeng Ireng merupakan salah satu salah satu jenis kesenian tari khas dari lereng Gunung Merbabu, khususnya kawasan Magelang dan Boyolali. Kostum yang digunakan oleh penari memiliki keunikan, salah satunya terdapat hiasan pada kepala penari dari bulu-bulu burung yang mirip seperti mahkota kepala suku Hindian. Sebagian masyarakat menyebut Tari Topeng Ireng dengan istilah Dayakan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengenal kostum tarian seperti pakaian yang dipakai suku Dayak. Selain mahkota serta busana yang dikenakan keunikan lain yang membedakan dengan pakaian adat suku dayak yaitu kerincing yang dipakai oleh penari pada mata kaki hingga lutut (Gambar 8 ).

Sumber : kelembagaan.pnri.go.id

(26)

16

Musik yang mengiringi berupa musik mocopatan dan keroncong dengan syair islami yang bertemakan dakwah atau nasehat. Pada dasarnya Topeng Ireng adalah penggabungan pencak silat dan syiar agama islam. Formasi tari Topeng Ireng sangat unik karena lurus dan berbaris semakin banyak pemain makan akan semakin menarik. Topeng ireng diperagakan selama 10-15 menit dan baiasanya berlangsung pada upacara bersih desa, kirab budaya, festival rakyat maupun acara hajatan masyarakat. Tari Topeng Ireng saat ini juga telah menjadi salah satu mata pencaharian tambahan masyarakat selain sebagai petani. Sebagian besar penari Songo yang bekerja sebagai penari untuk menambah ekonomi keluaraga.

Seni tari ini memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata khususnya daya tarik seni dan budaya masyarakat lokal. Identitas budaya yang dimiliki masyarakat dan berbeda dengan masyarakat lainnya merupakan sumber daya yang berharga untuk tujuan ekowisata (Cole 2006).

Spiritual

Merti desa

Kegiatan merti desa atau saparan atau syukuran atas berkah pada desa kepada Tuhan merupakan agenda tahunan desa-desa dilereng gunung Merbabu. Setiap desa memiliki kekhasan tersendiri dalam memperingati acara ini. Masyarakat sekitar Umbul Songo khususnya Desa Kopeng memperingati acara ini dengan diawali nyekar atau ziarah kubur. Selanjutnya masyarakat membagi-bagikan kue apem, uniknya setiap rumah memiliki kue apem untuk disajikan di depan rumah.

Masyarakat menyelanggarakan acara ini dengan persiapan matang, yaitu menggumpulkan penggalangan dana untuk memeriahkan acara dengan hiburan dari kesenian daerah seperti Tari Kuda Lumping, Topeng Ireng, Dangdutan, serta diakhiri pengajian pada sore sampai malam hari. Masyarakat telah menyajikan makanan dan minuman di setiap rumah dan semua tamu baik dikenal maupun tidak di jamu dengan sangat baik, tetapi masyarakat memiliki tamu khusus yang diundang yaitu kerabat dan keluarga. Pertunjukan lain yang dapat kita lihat saat Merti Desa yaitu pemotongan rambut gimbal pada anak-anak yang sudah mencapai umur agar diberi keselamatan oleh Tuhan.

Penilaian potensi ekowisata

(27)

17

Gambar 9 Menentukan alur potensi unggulan

Mata air Umbul Songo menjadi potensi unggulan berdasarkan penilaian assesor. Keunikan dari mata air ini yaitu mata air ini memiliki sembilan sumber mata air yang tetap mengalir dari tiap sumber airnya. Mata air ini memiliki keindahan dan seasonality tinggi, walaupun air terjun dan sungai yang mengalir di atas mata air ini kering akan tetapi sumber mata air ini tetap mengeluarkan air dengan lancar. Sensitivitas dari mata air ini sangat tinggi mata air ini hingga saat ini masih menjadi konflik utama masyarakat dalam pemanfaatannya.

Aksesibilitas menuju lokasi mata air ini sangat mudah karena letaknya yang strategis. Fungsi sosial dari mata air ini sangat tinggi, hingga saat ini mata air ini masih terus menjadi sumber mata air utama masyarakat dari Desa Kopeng hingga diperebutkan pemanfaatannya. Mata air ini memiliki legenda dan cerita tersendiri oleh masyarakat. Legenda tersebut menjadi asal mula nama dari mata air ini dan saat ini menjadi nama kawasan wisata ini.

Karakteristik, Motivasi dan Persepsi Pengunjung

Jumlah pengunjung

(28)

18

kemudian tahun berikutnya 2011 terjadi kenaikan jumlah tetapi hanya sedikit, hal ini akibat mulai terjadi kekosongan pengelolaan hingga tahun 2013 akhirnya resmi ditutup oleh Taman Nasional (Kabupaten Semarang dalam Angka Tahun 2012). Perubahan jumlah pengunjung disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Jumlah pengunjung Umbul Songo tahun 2007-2011

Karakteristik pengunjung

Pengunjung Kawasan Umbul Songo sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 53 % , didominasi oleh usia 21-25 tahun. Latar belakang pendidikan yang paling tinggi sebesar 63%, yaitu pada tingkat lulusan SMA. Status pekerjaan yang paling banyak adalah pelajar sebesar 46%. Data mengenai karakteristik pengunjung disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik pengunjung Umbul Songo

Parameter Kriteria Jumlah Pengunjung (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 53

Perempuan 47

Pekerjaan Pelajar 46

(29)

19 Asal pengunjung

Asal pengunjung Kawasan Umbul Songo sebanyak 27% berasal dari Semarang, 13% dari Salatiga, 13% dari Magelang, 13% dari Boyolali sisanya dari daerah lainnya. Berdasarkan presentase asal pengunjung (Gambar 11) maka dapat dilihat bahwa pengunjung sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berada dijalur-jalur utama Umbul Songo yaitu Semarang, Salatiga, Boyolali dan Magelang. Hal ini dikarenakan pengunjung melakukan pertimbangan mengenai jarak tempuh dan waktu tempuh yang tercepat dan terdekat dalam akses lokasi wisata.

Gambar 11 Asal pengunjung

Motivasi pengunjung

Pemahaman mengenai motivasi wisata dan proses pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang penting, terkait dengan promosi pariwisata dan perencanaan berwisata. Motivasi berdasarkan bentuk kegiatannya, maka dapat dibagi menjadi dua yaitu kegiatan aktif dan pasif. Kegiatan aktif adalah kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan pergerakan fisik untuk menjalankan kegiatan tersebut, seperti trekking, pendakian gunung atau berkemah. Kegiatan pasif adalah kegiatan yang tidak membutuhkan banyak pergerakan fisik, contohnya melihat pemandangan alam dan menikmati udara sejuk (Sharma 1995).

Pengunjung kawasan Umbul Songo sebagian besar datang untuk melihat pemandangan alam (nilai 6.2) dan fotografi (5.6), sebagian lainnya menyatakan biasa saja untuk pendidikan, berkemah maupun penjelajahan alam (Tabel 5).

Tabel 5 Penilaian motivasi pengunjung

No Pernyataan Penilaian

1

Keterangan 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Agak tidak suka

(30)

20

Pengunjung menyatakan bahwa kunjungan ke Umbul Songo merupakan tujuan utama dengan nilai 4.3 dan pengunjung yang menyatakan bahwa tujuan persinggahan memberikan nilai 5.1 yang artinya tujuan persinggahan ini berpengaruh dalam mendorong pengunjung ke lokasi wisata Umbul Songo (Tabel 6). Sebanyak 49% pengunjung merupakan pengunjung dengan kunjungan pertama, dan 37% lainnya merupakan kunjungan kedua dan selebihnya yang mengunjungi lebih dari dua kali sebanyak 14% (Tabel 7).

Tabel 6 Tujuan kedatangan pengunjung

No Jenis tujuan Nilai

Keterangan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju

4. Biasa saja 7. Sangat setuju

5. Agak setuju 6. Setuju

Tabel 7 Jenis kunjungan pengunjung

No Jenis kunjungan Presentase %

1 Motivasi kedatangan pengunjung ke lokasi wisata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong kegiatan wisata. Berdasarkan penilaian pengunjung berikut maka sebagian besar pengunjung terdorong mengunjungi lokasi Umbul Songo karena karena belum pernah mengunjungi lokasi (nilai 5.4) dan atas ajakan rekan atau keluarga (nilai 5.6), sedangkan faktor pendorong lain seperti kemudahan akses, ketertarikan informasi, dan harga tiket masuk diberikan penilaian agak berpengaruh (Tabel 8).

Tabel 8 Faktor pendorong berkunjung ke lokasi

No Faktor - faktor Nilai

Ketertarikan atas informasi yang diperoleh Kemudahan mencapai lokasi

Keterangan 1. Sangat tidak berpengaruh 2. Tidak berpengaruh 3. Agak tidak berpengaruh

4. Biasa saja 5. Agak perpengaruh 6. Suka

7. Sangat berpengaruh

Sumber informasi pengunjung

(31)

21

Gambar 12 Sumber informasi pengunjung Kegiatan pengunjung

Pengunjung Umbul Songo sebagian besar berada dilokasi wisata selama satu hari atau tidak menginap, sehingga kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung Umbul Songo merupak aktivitas jangka pendek. Kegiatan pengunjung di lokasi Umbul Songo sebagian besar yaitu jalan-jalan sebesar 36%, 27% beraktivitas refresing, sisanya melakukan aktivitas lainnya (Gambar 13a). Sebagian besar pengunjung tidak menginap di lokasi wisata Umbul Songo, aktivitas wisata banyak yang hanya dilalui dalam satu hari san yaitu sebesar 77%, selebihnya kunjungan dilakukan 2 hari atau lebih dari dua hari sebesar 20% atau 3% ( Gambar 13b).

(a)

(b)

Gambar 13 (a) Aktivitas pengunjung, (b) lama kunjungan teman

83% internet

7%

media massa 10%

jalan-jalan 36%

piknik dengan keluarga

27% refresing

17% penelitian

10%

pendidikan 10%

77% 20%

3%

1 hari

2 hari

(32)

22

Biaya perjalanan pengunjung

Menurut kuesioner yang telah di bagikan, pengunjung wisata Umbul Songo mengeluarkan biaya perjalan dalam kisaran Rp100 000 - Rp200 000 sebanyak 43% selanjutnya kisaran Rp10 000 sampai dengan Rp50 000 sebesar 37%. Hal ini didasari karena pengunjung membawa kendaraan pribadi dan datang bersama keluarga atau teman sehingga biaya akomodasi yang cukup tinggi (Gambar 14).

Gambar 14 Biaya perjalanan pengunjung Keinginan pengunjung untuk datang kembali

Pengunjung mengiginkan untuk kembali datang ke lokasi Umbul Songo sebesar 70%, 20% mengatakan tidak akan mengunjungi kembali, 10% mengatakan ragu-ragu (Gambar 15). Pengunjung mengingikan untuk mengetahui kondisi Umbul Songo dimasa mendatang, hal ini merupakan motivasi penting yang ada dari pengunjung Umbul Songo yang potensial dimasa yang akan datang.

Gambar 15 Keinginan datang kembali pengunjung

Persepsi pengunjung

Persepsi pengunjung mengenai sediaan wisata Umbul Songo dapat dinilai dari berbagai aspek yaitu aksesibilitas, sarana dan prsarana, serta pengelolaan. Secara umum sediaan wisata Umbul Songo masuk kategori biasa saja dengan nilai rataan total sebesar 3,8. Jika dilihat dari kondisi setiap jenis sediaan wisata yang

10%

37%

3% 43%

7%

5000-10000

10000-50000

50000-100000

100000-200000

>200000

ya 70% tidak

20%

(33)

23 ada, aksebilitas tergolong sediaan yang agak baik, dengan nilai masing-masing sebesar 4,1. sediaan wisata secara jelas dan terperinci disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Penilaian pengunjung terhadap sediaan wisata Parameter sediaan wisata Nilai Nilai Rata-rata Kategori

Menurut pengunjung, masyarakat sekitar umbul songo memiliki sikap yang agak terbuka, sikap pada lingkungan yang biasa saja, sikap keramahtamahan yang agak baik, dan tolong menolong yang agak baik yaitu mendapatkan nilai kisaran 4-5 untuk sikap masyarakat dari pengunjung (Tabel 10).

Tabel 10 Persepsi pengunjung terhadap masyarakat setempat

No. Pernyataan Nilai

1 Keterbukaan masyarakat kepada pengunjung 4.9 2 Sikap masyarakat pada lingkungan 4.2 3 keramahtamhan masyarakat kepada Pengunjung 4.8 4 Sikap tolong menolong Masyarakat 4.7

Keterangan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju

4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju

(34)

24

Karakteristik, Persepsi dan Harapan Masyarakat

Karakteristik masyarakat

Masyarakat sekitar Umbul Songo merupakan masyarakat tradisional yang mata pencaharian utamanya sebagai petani selebihnya yaitu berprofesi sebagai buruh, pengusaha,pegawai, pedagang, angkutan, TNI, pensiunan. Sebagian besar penduduk desa didaerah Umbul Songo merupakan lulusan SD, disusul SMP dan SMA serta S1 tetapi hanya sebagian kecil.

Masyarakat Desa Kopeng merupakan masyarakat yang bermukim berbatasan langsung daerah Umbul Songo, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kawasan tersebut khususnya mengenai air yang bersumber dari mata air Umbul Songo. Penduduk di sekitar Umbul Songo juga memiliki toleransi yang tinggi antar umat beragama mengingat di masyarakat kopeng yang 60% beragama nasrani dan 35% beragama islam serta 5% lagi beragama budha dapat hidup dengan tentram dan rukun bersama (Kecamatan Getasan 2012).

Jumlah penduduk Desa Kopeng 6523 jiwa, dengan 1997 KK, luas Desa Kopeng 800.6 Ha, dengan kepadatan 815 jiwa/ km2. Jumlah penduduk laki-laki 3316 jiwa, wanita berjumlag 3207 jiwa. Rata-rata penduduk berumur lebih dari 60 tahun sebanyak 19.05 % dr 100 persen (Kecamatan Getasan Tahun 2012).

Persepsi masyarakat

Menurut wawancara yang telah dilkukan sebanyak 27% dari masyarakat yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka mengetahui makna ekowisata dan memehami bahwa Umbul Songo merupakan kawasan yang berpotensi sebagai lokasi wisata yang dapat dikembangkan. Sebanyak 73% masyarakat belum pernah mendengar atau tidak mengetahui makna ekowisata

Penilaian masyarakat mengenai kesadaran lingkungan di daerah tersebut baik yaitu dengan nilai 6.0 . Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat sekitar Umbul Songo yang memang sangat bersih, rapi, teratur dan sejuk. Menurut masyarakat penginapan yang tersedia di sekitar Umbul Songo diberikan nilai 5,5 yaitu agak baik cenderung baik, yang memang penginapan disana tersedia sangat banyak dan beragam mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang tersedia di sekitar kawasan Umbul Songo. Dukungan masyarakat menjadi penting karena wisatawan Umbul Songo akan berinteraksi terlebih dahulu dengan masyarakat sebelum memasuki kawasan wisata Umbul Songo. Masyarakat sekitar Umbul Songo dapat diikutsertakan dalam pengelolaan ekowisata Umbul Songo sehingga manfaat ekowisata dapat dirasakan oleh masryarakat baik manfaat ekonomi khususnya dan manfaat sosial budaya pada umumnya. Masyarakat juga memiliki berbagai kebudayaan daerah. Budaya masyarakat merupakan hal yang dapat mendukung ekowisata karena memiliki keunikan sehingga mampu menarik wisatawan Umbul Songo.

(35)

25 dengan kondisi lapangan yang ada di dalam lokasi bahwa jalan setapak rusak dan listrik belum masuk hingga ke dalam lokasi wisata (Tabel 11).

Tabel 11 Penilaian masyarakat terhadap Umbul Songo

No Pernyataan Nilai

1 Kesadaran masyarakat 6.0

2 Penginapan 5.5

Keterangan 1. Sangat tidak baik 2. Tidak baik 3. Agak tidak baik

4. Biasa saja 5. Agak baik 6. Baik

7. Sangat Baik

Masyarakat memberikan penilaian mengenai potensi di Umbul Songo, untuk panorama pegunungan, mata air, ekosistem hutan dan air terjun. Untuk panorama pengunungan masyarakat memberikan nilai 5,7. Untuk Air terjun masyarakat memberikan nilai 5.8. Untuk ekosistem hutan masyarakat memberikan nilai 5.9, sedangakan untuk mata air masyarakat memberikan nilai 3.9 yang artinya biasa saja.

Masyarakat menyatakan bahwa pemandangan, air terjun, dan hutan memiliki nilai agak baik cenderung baik yang selama ini merupakan daya tarik wisata di Umbul Songo, akan tetapi masyarakat menilai mata air dengan nilai agak tidak baik cenderung biasa saja karena berbagai konflik kepentingan air yang belum terselesaikan dan masih dirasa membebani masyarakat yang menikmati air umbul Songo karena harus melalu broker air.

Permasalahan yang terjadi saat ini di Umbul Songo, merupakan permasalahan mengenai pengelolaan. Aktivitas wisata tidak dapat berjalan bagaimana mestinya sehingga berdampak pada masyarakat. Masala yng terjadi belum memiliki peneyelesaian yang jelas, mengenai kapan akan kembali dibuka secara resmi dan dikelola dengan baik, terutama kebersihan dan fasilitas di lokasi Umbul Songo.

Harapan masyarakat

Menurut masyarakat dahulu banyak kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Umbul Songo seperti outbond, traking, berkemah, piknik, berenang, pacaran, bermain air terjun, melihat flora dan fauna. Saat ini hal tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia sarana prasarana dan pengelola wisata tersebut.

(36)

26

Masyarakat yang memahami bahwa Umbul Songo merupakan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan wisata memiliki harapan keadaan Umbul Songo dapat kembali ramai seperti dulu sebelum terjadi penutupan dan vakum pengelolaan, masyarakat berharap dapat dilibatkan pula dalam pengelolaan ekowisata Umbul Songo. Pengelolaan segera dimulai kembali, dilakukan pembenahan sarana dan prasarana, masyarakat mengharapkan dan di kelola dan di promosikan sehingga pengunjung akan kembali meningkat.

Persepsi, Harapan dan Rencana Pengembangan Pengelola

Persepsi pengelola

Pengelola kawasan Umbul Songo menilai 3.4 untuk persepsi mengenai kondisi wisata Umbul Songo, hal ini berarti bahwa pengelola Umbul Songo menganggap wisata Umbul Songo agak kurang baik, sehingga memerlukan pengembangan wisata agar dapat dijalankan kembali untuk dibuka secara resmi.

Pengelola memaparkan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan di Umbul Songo adalah sebagai berikut pendidikan konservasi, kemah konservasi, konservasi sumberdaya air, traking, outbond, dan menikmati keindahan alam. Namun pada saat ini kegiatan tersebut belum dapat di selenggarakan karena beberapa hal yang menghambat pengelolaan yaitu masih perlu adanya penyempurnaan dan penataan sesuai tujuan ekowisata, belum memenuhi syarat-syarat ekowisata, manajemen yang kurang baik sehingga belum terjadi pengelolaa, belum ada pembukaan secara resmi, serta kondisi lapangan yang belum memenuhi syarat wisata.

Harapan pengelola

Pengelola sebanyak 100% menyatakan bahwa perkembangan dari tahun ke tahun cenderung menurun, strategi menurun manajemen menurun. Jumlah pengunjung menurut pengelola menururn drastis tiap tahunnya hingga akhirnya dilakukan penutupan guna menyelesaikan dan memperbaiki permasalahan dan kerusakan yang ada.

Belum ada usaha dari pengelola dalam peningkatan jumlah pengunjung. Nantinya yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan jumlah pengunjung yaitu pembangunan sarana dan prasarana, manajemen inovatif promosi, akuntabel, dan SDM yang berkualitas, penambahan koleksi seperti mini kebun binatang, dan yang paling utama yaitu dilakukan promosi dan sosialisi mengenai Umbul Songo nantinya.

Pengelola membutuhkan minimal 4 orang pegawai yang akan fokus dalam pengelolaan Umbul Songo nantinya. Dalam usaha pemenuha sumberdaya manusia belum di lakukan pelatihan khusus pengelolaan wisata, hanya dilakukan kunjungan studi banding ke TWA lain.

(37)

27

Rencana pengembangan pengelola

Pengelola Umbul Songo pada saat ini belum memiliki ada rencana pasti yang telah dibuat oleh pihak pengelola kawasan Umbul Songo, rencana sementara pengelola yaitu akan dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang mau mengajukan IPPA, mempercepat serah terima aset dari perhutani dan segera membuka kembali wisata Umbul Songo dengan fasilitas dan sarana prasarana yang memcukupi.

Dari seluruh pengelola yang diwawancara 100% mengatakan bahwa pengembangan Kawasan Umbul Songo akan membawa dampak positif apabila dibuka dan dikembangkan kembali. Kendala yang saat ini dialami pengelola yaitu belum adanya serah terima aset yang jelas dan belum ada kerjasama dengan pihak ketiga.

Menurut pengelola keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan Umbul Songo sudah ada. Namun saat ini hanya keterlibatan pasif, seperti penyedia tikar, berjualan makanan, dan pemungutan parkir.

Strategi Pengembangan Ekowisata Umbul Songo

Identifikasi faktor internal dan eksternal ekowisata Umbul Songo

Faktor internal ekowisata Umbul Songo 1.Kekuatan (Strenght)

a. Umbul songo memiliki potensi potensi flora, fauna, seni tari dan spritual. b. Umbul Songo merupakan kawasan yang diutamakan untuk dikembangkan

di TNGMb.

c. Kekhasan dan keunikan budaya masyarakat setempat

d. Letak Umbul Songo yang strategis karena mudah dijangkau dari berbagai kota Besar.

2. Kelemahan (Weakness)

a. Belum adanya perencanaan yang jelas dan matang untuk pengembangan wisata Umbul Songo

b. Belum ada pengelola atau SDM yang akan terlibat dalam pengembangan ekowisata

c. Saran dan Prasarana rusak dan tidak terawat

d. Belum adanya informasi dan media promosi mengenai wisata Umbul Songo

Faktor eksternal ekowisata Umbul Songo

1.Peluang (Opportunity)

a. Harapan dan kemauan pengelola TNGMb dalam pembukaan dan pengembangan Umbul Songo dalam waktu dekat.

b. Adanya keinginan pengunjung untuk kembali datang dan mengunjungi lokasi Umbul Songo

(38)

28

d. Masyarakat mendukung dan mau perpartisipasi dalam kegiatan wisata Umbul Songo

2. Ancaman (Threats)

a. Konflik mata air Umbul Songo

b. Sampah yang banyak terlihat di lokasi dan aliran air terjun c. Pipa-pipa yang mengganggu keindahan.

Alternatif strategi pengembangan ekowisata Umbul Songo

Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal ekowisata Umbul Songo, dapat disusun strategi pengembangan ekowisata Umbul Songo melalui pendekatan SWOT yang dijabarkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Matriks SWOT Pengembangan Umbul Songo

Strategi SO (Strengths - Opportunities)

Strategi ini dihasilkan dari kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang, sehingga didapatkan strategi yang dapat digunakan yaitu :

(39)

29 Pengembangan ekowisata dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan wisata seperti pemandu, penyedia makanan dan minuman, serta pemain kesenian daerah. Masyarakat merupakan kunci penting dalam berlangsungnya ekowisata di suatu daerah. Selain itu saat ini pengembangan ekowisata lebih diarahkan kepada lingkungan dan budaya masyarakat (Nugroho 2011).

a. Pemandu

Masyarakat dapat dilibatkan dalam kegiatan wisata Umbul Songo sebagai pemandu ekowisata melalui pembekalan materi dari pihak pengelola. Materi dasar berupa pengetahuan lokal dan dikemas dengan cara penyajian yang disosialisasikan dan dilatih oleh pengelola.

b. Penyedia makanan dan minuman

Masyarakat dapat memperoleh peluang pekerjaan dari berjualan makanan dan di kawasan Umbul Songo. Diharapkan dengan berdagang khususnya hasil pertanian masyarakat lokal berupa buah, sayur, dan makanan minuman khas dapat meningkatkan perokonomian masyarakat setempat.

c. Pemain kesenian daerah

Masayarakat dapat dilibatkan dalam program ekowisata untuk memainkan seni budaya pada event tertuntu di Umbul Songo. Masyarakat dapat memainkan tari Topeng Ireng, Kuda Lumping dan budaya-budaya masyarakat yang berpotensi seperti Saparan, pemotongan rambut, Merti Desa, serta Sedekah Gunung. Dalam hal ini masyarakat dan pengelola bekerja sama untuk menginformasikan program kebudayaan ini. Menurut Basuni dan Kosmaryandi (2008), sebagai upaya untuk meningkatkan manfaat ekowisata bagi masyarakat, maka perlu adanya keterlibatan masyarakat lokal dalam penyelenggaraan ekowisata sehingga pengelolaan kawasan konservasi bukan hanya dari segi ekologis saja tetapi juga harus ada manfaat sosial budaya, tidak hanya bersifat sentralistik.

Strategi WO (Weakness – Opportunity)

Strategi WO diperoleh dari pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang ekowisata Umbul Songo, strateginya sebagai berikut: 1. Melakukan perencanaan pengembangan secara detail dan membuat program

paket ekowisata Umbul Songo

Perencanaan mengenai pengembangan perlu di buat secara detail dan jelas agar dapat di jalankan secara nyata dan berjalan sesuai apa yang telah direncanakan. Progam atau paket ekowisata dibuat berdasarkan potensi flora, fauna, gejala alam, seni tari dan spritual. Program juga harus bersifat aman dan mengarah pada upaya konservasi. Paket ekowisata yang dapat dibuat di Umbul Songo antara lain pengamatan satwa khususnya burung, kemah konservasi, fotografi, permainan air, jelajah alam, wisata kuda dan cluster bunga, kirap budaya masyarakat, serta hiking.

2. Melakukan pelatihan dan pemberdayaan SDM dalam penyediaan tenaga kerja. Pengembangan Umbul Songo memerlukan SDM yang berkualitas sehingga perlu dilakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada pengelola agar pengelolaan berjalan dengan lebih baik dalam kegiatan ekowisata Umbul Songo.

(40)

30

tidak hanya terfokus pelayanan terhadap pengunjung tetapi juga pengelolaan ekowisata berbasis sumberdaya agar ekowisata dapat berjalan sesuai fungsinya.

Pelatihan berisi materi yang diperlukan untuk pengelolaan wisata sperti mengenai promosi, interpretasi, media informasi, pengendalian dampak, serta pengunjung. 3. Memperbaiki sarana dan prasarana yang ada, pengadaan fasilitas yang kurang

Pengadaan fasilitas yang kurang serta perbaikan sarana-prasaran di Umbul Songo sangat diperlukan. Mengingat kondisi sarana dan prasarana di Umbul Songo sebagian besar sudah rusak karena tidak terawat. Perlu penambahan fasiltas seperti kamar mandi, serta gazebo-gazebo bersantai keluarga, sarana yang masih ada perlu di perbaiki seperti kolam renang, gapura, loket karcis, jembatan kayu serta jalan setapak.

4. Menambah informasi dan promosi Umbul Songo.

Saat ini informasi mengenai Umbul Songo sangat minim, perlu diadakan promosi dan penambahan informasi baik diluar maupun di dalam kawasan wisata Umbul Songo. Promosi dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik maupun promosi langsung dari mulut ke mulut.

Berdasarkan kuesioner pengunjung promosi yang optimal melalui promosi langsung dari mulut ke mulut, serta promosi melalui internet, sehingga perlu ditambahkan promosi melalui website TNGMb. Promosi melalui mulut ke mulut bisa di tingkatkan dengan memperbaiki kesan pengunjung aktual yang datang ke lokasi. Promosi massal dapat dilakukan mengunakan media elektronik dan media cetak sperti televisi, koran, maupun brosur.

Strategi ST (Strength – Threats)

Strategi ST diambil berdasarkan penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang. Berikut alternatif strategi ST yang bisa diterapkan.

1. Meningkatkan keamanan, keindahan dan kerapian kawasan. a. Keamanan

Sebelum dilakukan pengembangan ekowisata Umbul Songo, perlu dilakukan penyelesaian dan penuntasan konflik permasalahan yang ada di dalam lokasi tersebut. Saat ini permasalahan mengenai perebutan hak pemanfaatan air antara TNGMb, broker air, PDAM, dan masyarakat masih terjadi. Perlu dilakukan diskusi dan dicari penyelesaian serta kebijakan sesuai fungsi lokasi sebagai Taman Nasional. Salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu peningkatan keamanan kawaasan melalui koordinasi dengan masyarakat lokal agar perambahan dan pencurian sumberdaya tidak terjadi di dalam kawasan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemanan dan kenyamanan pengunjung dan masyarakat sekitar dalam aktivitas ekowisata.

b. Kebersihan

Evaluasi dari dampak kegiatan wisata di Umbul Songo perlu dilakukan agar kebersihan tetap terjaga selama ini masih ditemukan sampah dibuang tidak pada tempatnya yang mengurangi keindahan lokasi wisata, perlu diberikan kesadartahuan pengunjung tentang menjaga lingkungan.

c. Kerapian

(41)

31 permasalahan tersebut, tertersebut tersebut, sehingga perlu didapatkan solusi bersama agar pipa tersebut tidak lagi menjadi masalah dalam pemandangan dan keteraturan di Umbul Songo.

Strategi WT (Weakness – Threats)

Strategi ini didapatkan dari pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang, berikut strategi yang diperoleh

1. Meningkatkan pengawasan dan kesartahuan pengunjung wisata

Pengawasan kegiatan wisata perlu ditingkatkan agar pengunjung Umbul Songo lebih bertanggungjawab baik dari segi kebersihan maupun keamanan yang ada di lokasi. Peningkatan pengawasan ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya gangguan terhadap kawasan dari perilaku pengunjung yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestasrian. Upaya dalam menghindari limbah sampah adalah upaya penyadartahuan pengunjung melalui papan interpretasi berupa peringatan-peringatan. Hal ini berlu diiringi oleh pelayanan pengunjung yang baik sehingga memberi dampak baik pada perilaku pengunjung di Umbul Songo.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Potensi ekowisata Umbul Songo yaitu flora yang didominasi pohon Pinus (Pinus merkusii), fauna yaitu mamalia dan burung, gejala alam yaitu Mata Air Umbul Songo, Air Terjun Umbul Songo, Topeng Ireng dan dari segi spiritual Merti Desa. Menurut penilaian Mata Air Umbul Songo merupakan obyek wisata unggulan Umbul Songo.

2. Pengunjung Kawasan Umbul Songosebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53 % , didominasi oleh usia 21-25 tahun. Motivasi pengunjung sebagian besar untuk melihat pemandangan alam (nilai 6.2), dengan faktor pendorong terbesar ajakan rekan atau keluarga (nilai 5.6). persepsi masyarakat mengenai sediaan wisata Umbul Songo yaitu biasa saja (Nilai 3.8).

(42)

32

Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat yang dilibatkan dapat memahami konsep ekowisata yang akan dikembangkan, kemudian memberikan pelatihan kepada masyarakat sesuai dengan partisipasinya baik secara aktif maupun pasif. Menindaklanjuti pengembangan ekowisata Umbul Songo dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Agung IGN. 2005. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Altinay L, Paraskevas A. 2008. Planning Research in Hopitality and Tourism.

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. 2014. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu. Boyolali : Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. 2010. Zonasi Taman Nasional Gunung Merbabu. Boyolali : Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.

Cole S. 2006. Cultural Tourism, Community, Participation and Empowerment. Di dalam: Smith MK dan Robinsom M, editor. Tourism and Cultural Change: Cultural Tourism in a Changing World Politics, Participation and

(Re)presentation 7th Ed. Britain (UK): Channel View Publications.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, WWF. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Direktorat Produk Pariwisata.

Douglass RW. 1970.Forest Recreations. New York (US): Pergamon Press.

Harjo A. 2009. Gambaran Keteraturan Pasien Terapi Medaton. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas indonesia.

Mahmetoglu. 2006. Typologising Nature. Based by Activity-Theoretical and Practical Implications. Tourism Management 28 : 651-660.

Martaleni. 2011. Pertumbuhan Pariwisata Global : Tantangan untuk Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. 2:18-27

Muttaqin T, Purwanto RH, Rufiqo SN. 2011. Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. GAMMA. 6(2):152 – 161.

Nugrahany LC. 2013. Kepuasan Wisatawan Terhadap Produk Wisata Umbul Songo untuk Pengembangan Wisata Alam Di Taman Nasional Gunung Merbabu[Tesis]. Yogyakarta (ID): UGM

Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.

(43)

33 Setyosari P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta

(ID): Kencana.

Sharma KK. 1995. Tourism and Development, New Delhi: Sarup & Sons.

Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta (ID): LP3ES Start dan Hovland. 2004. Tools for Policy Impact: A Handbook for Reasearchers. Research and Policy in Development Programme. Overseas Development Institute. London

Suyanto B, Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta (ID): Kencana.

(44)

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang 31 Mei 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Mashudi dan Ana Mahsunah. Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Salatiga dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) Undangan. Penulis memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah Putra-Putri Atlas Semarang (PATRA ATLASS). Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat pada tahun 2013. Tahun 2014 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada Tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

Sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tabel 2  Matrik SWOT (Rangkuti 2001)
Gambar 4  (a) Jalan setapak, (b) parkir area
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

[r]

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang , kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , serta salam dan sholawat kepada

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT, karena atas Berkah dan RahmatNya yang telah memberikan kemudahan kepada tim peneliti dapat menyelesaikan Laporan

yang akan datang, diharapkan FTTH akan menjadi sebuah arsitektur jaringan yang andal yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk dapat

Pada akhirnya analisis peta capaian mutu Standar Nasional Pendidikan (SNP) Kabupaten Karangasem ini diharapkan dapat menjadi baseline pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu

KARNIVAL PERMAINAN 1 MURID 1 SUKAN 2011.. BORANG PENYERTAAN ACARA