ANALISIS KANDUNGAN DIBUTIL PTALAT (DBP)
PADA KEMASAN KERTAS DAUR ULANG SERTA
MIGRASINYA KE DALAM SIMULAN PANGAN
MADE GAYATRI ANGGARKASIH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Dibutil Ptalat (DBP) pada Kemasan Kertas Daur Ulang serta Migrasinya ke dalam Simulan Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
MADE GAYATRI ANGGARKASIH. Analisis Kandungan Dibutil Ptalat (DBP) pada Kemasan Kertas Daur Ulang serta Migrasinya ke dalam Simulan Pangan. Dibimbing oleh NANCY DEWI YULIANA dan SLAMET BUDIJANTO.
Kemasan merupakan salah satu aspek yang penting bagi produk pangan. Kemasan kertas sebagai kemasan primer umum digunakan untuk mengemas produk yang digoreng, maupun jenis produk makanan berlemak lainnya. Pembuatan kertas melibatkan penggunaan bahan kimia seperti bahan adesif, pelembut, serta tinta cetak. Pada kertas daur ulang, kandungan zat-zat kimia tersebut dapat terakumulasi akibat penggunaan bebagai macam kertas sebagai bahan baku proses pembuatan. Di dalam bahan-bahan kimia tersebut terkandung banyak kontaminan seperti ptalat, salah satu jenisnya adalah dibutil ptalat (DBP). Paparan DBP dapat terjadi akibat migrasi dari kemasan ke produk pangan. DBP bersifat karsinogenik, menyebabkan defisiensi reproduksi, dan efek dari stimulasi kelenjar dan hormon endokrin yang berbahaya bagi kesehatan konsumen, namun informasi mengenai kandungan ptalat khususnya DBP pada kemasan kertas daur ulang belum banyak tersedia pada Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi metode dan analisis DBP pada kemasan kertas daur ulang, serta melakukan uji migrasi DBP ke dalam simulan pangan. Tahapan penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga. Tahap pertama yaitu melakukan validasi metode analisis DBP yang meliputi uji linieritas, kecermatan, penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi. Tahap kedua yaitu analisis kandungan DBP pada kertas dupleks dari 5 produsen kertas yang berbeda. Tahap ketiga yaitu penentuan persentase migrasi DBP dari kertas dupleks dan kemasan kertas daur ulang ke simulan pangan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan ekstraksi ultrasonik dibantu dengan pelarut diikuti analisis dengan kromatografi gas (GC-MS).
Kadar DBP pada kemasan kertas dupleks dianalisa dengan metode GC-MS tervalidasi yang memiliki nilai linieritas (R2) 0.999, limit deteksi (LOD) dan limit kuantifikasi (LOQ) berturut-turut sebesar 0.04 dan 0.06 mg/L, dan rentang akurasi antara 89.98–102%. Hasil analisis kadar DBP pada sampel kemasan kertas dupleks dari lima produsen kertas berbeda nyata pada taraf uji 5% dengan kisaran 1.7 – 3.9 mg/kg. Kontak langsung antara simulan pangan dan kemasan kertas dupleks selama 2 jam pada suhu 40oC menyebabkan migrasi komponen DBP rata-rata sebesar 2.3 mg/kg dengan rata-rata-rata-rata persentase migrasi sebesar 57.7%. Nilai migrasi DBP ke dalam simulan pangan yang melebihi nilai migrasi spesifik yang ditetapkan Badan POM RI maupun European union (EU) sebesar 0.3 mg/kg, mengindikasikan bahwa penggunaan kertas daur ulang sebagai kemasan primer produk pangan tidak dianjurkan.
SUMMARY
MADE GAYATRI ANGGARKASIH. Analysis of Dibutyl Phthalate on Recycled Paper Packaging and Its Migration into Food Simulant. Supervised by NANCY ingredients composition and nutritional information. Packaging made from paper
is frequently used as primary food packaging to package many type of foods, including fatty foods products. Paper manufacturing involves the use of printing inks and many additives to improve its performance such as adhesives, fabric softener, and whitening. In recycled paper, the content of these chemicals might be accumulated in a higher amount than those in virgin paper. These chemicals may contain many contaminants such as phthalates. Dibutyl phthalate (DBP) is the most common phthalates compound found in paper based packaging. DBP exposure can occur as a result of its migration from packaging material into food products. DBP were reported as carcinogen and reproductive/endocrine system disrupter. DBP might be harmful to the consumer health, but the information about the content of DBP especially on recycled paper packaging in Indonesia is not available yet.
The objectives of this research were to validate GC-MS based analytical methods for DBP detection, to analyze DBP content in several commercial packaging materials (duplex papers) obtained from five different manufacturers in Indonesia, and to measure migration of DBP into food simulant. To achieve this, the research was conducted in three stages. The first step was validation of analytical methods for DBP detection which includes linearity, accuracy, limit of detection (LOD) and limits of quantification (LOQ) tests. The second stage was analysis of DBP content in duplex papers obtained from 5 different paper manufacturers. The third stage was the determination of DBP migration value from the duplex papers into food simulant. The method used in this research based on ultrasound-assisted solvent extraction (USE) followed by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) analysis.
The developed method had linearity value (R2) of 0.999, recovery percentage of 89.98–102.0%, LOD and LOQ at 0.04 mg/L and 0.06 mg/L, respectively. DBP content analysis on five duplex papers were found to be significantly different from the range of 1.7 to 3.9 mg/kg. Migration rate, which was measured from direct contact between food simulant (ethanol 95%) and recycled paper for 2 hours at 40°C, was 57.7%. The migration of DBP exceeded the limit set by The National Agency of Drug and Food Control and EU 2007/19/EC (0.3 mg/kg). The results indicated that the use recycled paper as food primary packaging is not recommended.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
ANALISIS KANDUNGAN DIBUTIL PTALAT (DBP) PADA
KEMASAN KERTAS DAUR ULANG SERTA MIGRASINYA
KE DALAM SIMULAN PANGAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
Judul Tesis : Analisis Kandungan Dibutil Ptalat (DBP) pada Kemasan Kertas Daur Ulang serta Migrasinya ke dalam Simulan Pangan
Nama : Made Gayatri Anggarkasih NIM : F251130311
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Nancy Dewi Yuliana, STP MSc Ketua
Prof Dr Ir Slamet Budijanto, MAgr Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Pangan
Prof Dr Ir Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah keamanan kemasan pangan, dengan judul Analisis Kandungan Dibutil Ptalat (DBP) pada Kemasan Kertas Daur Ulang serta Migrasinya ke dalam Simulan Pangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nancy Dewi Yuliana dan Bapak Prof Slamet Budijanto selaku pembimbing, serta Bapak Dr Nugraha Edhi Suyatma yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Yane Regiyana yang telah membantu selama penelitian berlangsung serta dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan terima kasih saya kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana, khususnya Mayor Ilmu Pangan angkatan 2013 atas kebersamaan dan bantuannya selama perkuliahan hingga penyelesaian studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Kemasan Kertas Daur Ulang 3
Dibutil Ptalat dan Toksisitasnya 4
Migrasi Komponen Ptalat 6
Metode Analisis Ptalat 7
Validasi Metode 8
3 METODE 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Bahan 9
Alat 9
Metode Penelitian 9
Prosedur Percobaan 9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Validasi Metode Analisis DBP 12
Analisis DBP pada Sampel Kertas Dupleks 15
Uji Migrasi DBP dari Kertas Dupleks ke Simulan Pangan 21
5 SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 30
DAFTAR TABEL
1 Jenis simulan pangan berdasarkan tipe pangan yang diuji 6
2 Rentang penerimaan nilai recovery 8
3 Hasil uji akurasi DBP pada kertas kemasan menggunakan GC-MS 14 4 Hasil penentuan LOD dan LOQ analisis DBP dengan GC-MS 15 5 Beberapa jenis kontaminan kertas dupleks dan kertas virgin
berdasarkan hasil scan dengan GC-MS 18
6 Hasil uji migrasi DBP dari karton dupleks ke simulan pangan 22 7 Karakteristik kertas daur ulang dan kertas virgin 23
DAFTAR GAMBAR
1 Lapisan kertas dupleks 3
2 Struktur kimia dibutil ptalat (DBP) 4
3 Mekanisme efek estrogenik EDC 5
4 Alat uji migrasi DBP 11
5 Kromatogram standar DBP konsentrasi 1 mg/L 13
6 Kurva linieritas standar DBP 13
7 Kandungan DBP pada sampel kertas dupleks 16
8 Kromatogram GC-MS dari kertas dupleks dan kertas virgin 17 9 Perbedaan panampakan serat kertas daur ulang dan kertas virgin 19
10 Spektrum massa DBP 20
11 Jalur fragentasi DBP 20
12 Mekanisme migrasi kemasan kertas 22
DAFTAR LAMPIRAN
1
Diagram alir analisis DBP 301
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemasan merupakan salah satu aspek yang penting bagi produk pangan. Menurut Robertson (2010) empat fungsi utama kemasan yaitu sebagai wadah penyimpanan yang akan memudahkan distribusi; melindungi produk pangan dari air, uap air, bau, gas, debu, getaran, guncangan, mikroorganisme, dan lainnya; sebagai media komunikasi marketing yang menampilkan informasi produk; serta memberikan kemudahan dan kenyamanan terhadap konsumen. Penggunaan kemasan kertas dan karton sebagai bahan pengemas produk pangan telah lama digunakan sebagai kemasan primer. Kemasan kertas sebagai kemasan primer umum digunakan untuk mengemas produk yang digoreng, maupun jenis produk makanan berlemak lainnya. Produk pangan seperti donat, brownies, teh, kopi, pizza, dan burger juga umum dikemas dengan bahan kertas yang disebut sebagai folding carton. Kemasan kertas merupakan salah satu pilihan yang banyak digunakan dan diminati oleh konsumen karena relatif murah, ramah lingkungan, penggunaan energi yang efisien dalam produksi, dan mudah dicetak (Coles et al. 2007). Salah satu jenis kertas yang banyak digunakan sebagai kemasan pangan yaitu kertas dupleks, dimana 80-100 % bahan penyusunnya berasal dari kertas daur ulang.
Menurut Balai Besar Pulp dan Kertas/BBPK (2012), ada tiga bahan utama dalam pembuatan kertas yaitu serat, air, dan aditif. Pada kertas daur ulang, kandungan zat aditif akan semakin banyak. Kertas daur ulang mengandung lebih banyak substansi yang tidak diinginkan akibat dari siklus daur ulang (CVUA 2013). Menurut Jamnicki et al. (2012), zat berbahaya pada kertas daur ulang dapat berasal dari residu tinta cetak, pernis, perekat dan bahan-bahan lain yang digunakan pada proses pembuatan kertas daur ulang. Zat-zat ini dapat bermigrasi ke dalam makanan dalam kondisi tertentu dan berpotensi menimbulkan masalah bagi kesehatan konsumen. Pocas dan Timothy (2007) melaporkan bahwa makanan yang kontak langsung dengan kemasan kertas daur ulang mengandung diisopropil-napatalen (DIPN), benzofenon, terfenil terhidrogenasi, amina aromatik primer, poliaromatik hidrokarbon (PAH), serta ester ptalat.
2
Di Eropa bahan pengemas produk pangan dari kertas daur ulang banyak digunakan sebagai kemasan sekunder untuk mengemas produk-produk pangan kering seperti sereal, biji-bijian, beras, dan tepung (Binderup et al. 2002) Sedangkan di Indonesia, jenis kemasan ini banyak digunakan untuk kemasan primer produk pangan yang digoreng atau produk pangan yang mengandung kadar lemak tinggi. Mengingat senyawa ptalat yang bersifat nonpolar, kontak langsung produk pangan berlemak ke permukaaan kemasan kertas daur ulang dapat menyebabkan terjadinya migrasi ptalat yang terkandung di dalam kemasan tersebut seperti dibutil ptalat, namun informasi mengenai kandungan ptalat pada kemasan kertas daur ulang belum tersedia pada Indonesia. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui kadar ptalat pada kemasan kertas daur ulang dan potensi migrasi ptalat khususnya dibutil ptalat ke dalam produk pangan. Hingga saat ini belum ada metode analisis ptalat yang standar sehingga untuk mengetahui kadar ptalat pada kemasan kertas daur ulang yang beredar di pasaran diperlukan metode analisis dengan parameter uji validasi. Validasi metoda dapat digunakan untuk menentukan kualitas, reliabilitas, dan konsistensi hasil analisis yang merupakan bagian penting dari good analytical practice (Huber 2010).
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu : 1. Belum ada metode standar untuk menganalisis kandungan dibutil ptalat pada
kemasan pangan yang terbuat dari kertas daur ulang.
2. Belum ada informasi kandungan dibutil ptalat pada kemasan kertas daur ulang yang dijual di Indonesia.
3. Belum ada data mengenai kemungkinan migrasi senyawa dibutil ptalat dari kemasan daur ulang ke bahan pangan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang melandasi perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujan dari penelitian ini adalah :
1. Melakukan validasi metode analisis komponen dibutil ptalat yang telah dimodifikasi pada kemasan kertas daur ulang.
2. Melakukan analisis kandungan dibutil ptalat pada kertas daur ulang yang diproduksi oleh beberapa produsen kertas di Indonesia.
3. Melakukan analisis migrasi komponen dibutil ptalat dari kemasan kertas daur ulang ke dalam bahan pangan dengan menggunakan simulan pangan.
Hipotesis
3
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kemasan Kertas Daur Ulang
Kemasan kertas banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Kertas dan karton secara umum digunakan untuk membuat kardus, kotak susu, kardus lipat, tas dan kantong, tisu, label, piring kertas serta gelas kertas (Robertson 2010). Kemasan kertas yang banyak digunakan saat ini sebagai kemasan primer maupun sekunder terbuat dari kertas daur ulang. Kertas daur ulang merupakan kertas yang dibuat dari kertas bekas yang dikumpulkan kemudian diproses sedemikian rupa sehingga diperoleh lembaran kertas kembali (CVUA 2013). Salah satu kertas daur ulang yang digunakan sebagai kemasan pangan yaitu kertas dupleks. Kertas dupleks (multilayered paperboard) merupakan kertas multilapis dengan salah satu bagiannya berasal dari pulp daur ulang yang diperoleh dari campuran kertas atau karton bekas. Lapisan kertas dupleks dapat dilihat pada Gambar 1.
Proses pembuatan kertas daur ulang dimulai dari pengumpulan guntingan/ sampah kertas dari rumah tangga, kantor, pabrik kertas dan percetakan yang digunakan sebagai bahan baku. Bahan baku kemudian dibawa oleh konveyor menuju penampungan pulp. Pada bagian ini, kertas dicampur dengan air hingga terbentuk bubur kertas (pulp). Pulp dilewatkan pada saringan untuk memisahkan partikel besar seperti plastik. Untuk partikel yang lebih kecil seperti klip kertas dan pasir dipisahkan secara sentrifugal. Selanjutnya, pemisahan tinta cetak (deinking) dilakukan dengan flotasi namun proses tersebut tidak dapat menghilangkan tinta secara sempurna. Oleh sebab itu, dilakukan penghembusan udara dari bawah bubur kertas sehingga tinta dapat terkumpul bersama gelembung udara yang naik ke permukaan kemudian dipisahkan, begitu pula dengan lumpur sisa proses deinking. Terkadang dilakukan juga proses pemucatan atau bleaching agar warna kertas daur ulang yang dihasilkan lebih cerah. Setelah proses deinking, pulp digiling dan dimasukkan ke dalam mesin pembentuk karton, dipipihkan, kemudian dijemur dan dilapisi dengan kalsium karbonat dan lateks (CVUA 2013).
4
Dibutil Ptalat dan Toksisitasnya
Ptalat atau ester asam 1,2-Benzendikarboksilat merupakan kelompok senyawa yang banyak digunakan sebagai plasticizer untuk polimer. Makanan dapat terkontaminasi ptalat melalui migrasi dari bahan kemasan, melalui berbagai jenis sumber-sumber lingkungan, atau selama proses pengolahan. Makanan berlemak atau berminyak sangat mudah terkontaminasi karena ptalat bersifat lipofilik. Sejumlah penelitian menemukan ptalat dalam berbagai jenis makanan, terutama makanan berlemak/berminyak (Wenzl 2009). Secara umum ptalat dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda yang memiliki perbedaan aplikasi dan sifat toksikologi. Menurut Balafas et al. (1999), jenis ptalat yang sering ditemukan pada bahan kemasan yaitu dibutil ptalat (DBP) dan benzil butil ptalat (BBP) yang merupakan jenis paling umum dari ptalat dengan berat molekul rendah. DBP merupakan salah satu jenis ester ptalat yang banyak terdapat di kemasan pangan. DBP (C6H4-1,2-(COOC4H9)2) memiliki berat molekul 278.34, titik nyala 157 0C,titik didih 340oC (644°F),titik leleh -35°C, larut dalam dietil eter, aseton, benzena, alkohol, pelarut organik, dan minyak. (SIKerNas 2011).Ion yang paling melimpah di spektrum massa ester ptalat dengan rantai alkil sisi jenuh seperti DBP yaitu m/z 149 (George dan Harry 2001). Struktur kimia DBP ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Struktur kimia dibutil ptalat (DBP)
5 Perhatian pada ptalat semakin meningkat karena sifatnya yang merupakan karsinogen dan dapat menyebabkan gangguan pada kelenjar endokrin. The European Food Safety Authority (EFSA) telah menetapkan toleransi asupan harian (Tolerable Daily Intake/TDI) untuk DBP adalah 0.01 mg/kg berat badan per hari berdasarkan studi toksikologi (EFSA 2005). Tiga toksisitas ptalat yang telah diekplorasi yaitu karsinogenik; defisiensi reproduksi; dan efek dari stimulasi kelenjar dan hormon endokrin (Tienpont 2004). Ptalat merupakan satu dari Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs) karena efek yang kompleks terhadap beberapa sistem hormonal termasuk estrogen dan androgen. Beberapa ptalat seperti BBP dan DBP bertindak sebagai estrogen lemah di dalam sistem jaringan sel. Keduanya dapat diikat oleh reseptor estrogen (ER, Gambar 3), menginduksi respon seluler pada estrogen yang sesuai dan bertindak bersama estradiol alami estrogen. Ptalat juga dapat menginduksi proliferasi, invasi ganas, dan pembentukan tumor di lini sel kanker payudara yang kekurangan reseptor hormon (Gray 2010). Selain itu DBP juga dapat menyebabkan perpanjangan siklus estrus dan anovulasi pada tikus betina (Lovekamp-Swan & Davis 2003).
Gambar 3 Mekanisme efek estrogenik EDC (Modifikasi Anonim, www.nies.go.jp)
6
Migrasi Komponen Ptalat
Proses migrasi senyawa kimia kebanyakan terjadi selama proses produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan pemasakan dan ketika dikonsumsi. Proses migrasi terbagi atas 2 jenis: migrasi menyeluruh (global migration) dan migrasi spesifik/khusus (spesific migration). Migrasi menyeluruh terjadi dimana keseluruhan dari substansi atau kompenen yang ada (toksik dan non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke dalam makanan. Sedangkan migrasi spesifik atau khusus yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan pangan (Syarief et al. 1989). Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi yaitu jenis kontak (langsung atau tidak langsung); jenis makanan atau simulan pangan; jenis kertas (karakteristik seperti ketebalan, porositas, kandungan serat daur ulang); sifat kimia (tekanan uap, polaritas, ukuran molekul dan struktur) dan konsentrasi awal migran di kemasan; waktu dan suhu kontak (Triantafyllou et al. 2005; Zhang et al, 2008).
Penelitian mengenai migrasi komponen ptalat ke dalam produk pangan telah dilakukan beberapa tahun terakhir. Konsentrasi DBP pada air mineral kemasan botol PET dilaporkan sebanyak 0.32-0.51 µg/L (Psillakis et al. 2003); 7.30-85.3 µg/kg pada susu sterilisasi yang dikemas kertas laminasi Tetra Brik (Casajuana et al. 2004); dan pada makanan sekolah yang dikemas polietilen tereptalat (PET) berlapis alumunium sebesar 44.1-80.5 ng/g (Cirillo et al. 2011). Migrasi DBP dari kemasan daur ulang ke makanan bayi pada suhu 70 0C (akselerasi) ditemukan sebesar 20-40% (Triantafyllou et al. 2007). Analisis migrasi kontaminan dari kemasan ke bahan pangan merupakan suatu hal yang sulit dilakukan karena sifat bahan pangan yang kompleks. Penggunaan simulan pangan dapat dilakukan untuk uji migrasi karena hasil analisis lebih konsisten dan reliabel, sederhana, dan diketahui komposisinya sehingga dapat dibandingkan dengan bahan pangan sebenarnya. Simulan pangan yang digunakan dalam analisis migrasi ditentukan oleh tipe pangan yang diuji. Empat jenis simulan pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Simulan pangan A, B dan C digunakan untuk makanan yang memiliki karakter hidrofilik, sedangkan simulan pangan D digunakan untuk makanan yang memiliki karakter lipofilik (Fasano et al. 2012).
Tabel 1 jenis simulan pangan berdasarkan tipe pangan yang diuji
Tipe Pangan Simulan Pangan Singkatan
Pangan basah (pH > 4.5) Air distilasi Simulan A Pangan asam (pH < 4.5) Asam asetat 3% dalam air (b/v) Simulan B Pangan beralkohol Etanol 10% dalam air (b/v) Simulan C
Pangan berlemak Minyak sayur Simulan D
7
Metode Analisis Ptalat
Hingga saat ini belum ada metode standar untuk analisis ptalat. Namun seperti kontaminan kimia lainnya, tahapan dalam analisis ptalat meliputi persiapan sampel, ekstraksi, clean up, pemisahan, dan deteksi. Ekstraksi dan clean up adalah proses penting dalam menentukan tingkat batas deteksi dari keseluruhan metode. Ekstraksi ptalat biasa digunakan ekstraksi menggunakan pelarut. Berbagai jenis pelarut digunakan dalam mengekstraksi ptalat dari produk pangan maupun kemasan pangan seperti aseton, toluene:diklorometana, diklorometana, dan metanol (Song et al. 2000; Wei et al. 2011; Parigoridi et al. 2010; Suciu et al. 2013). Menurut Parigoridi et al. (2014), pelarut diklorometana memiliki kemampuan ekstraksi yang paling baik dibandingkan etanol dan heksana.
Berbagai jenis metode ekstraksi dan purifikasi ptalat telah dilakukan seperti ultrasound assisted solvent extraction (USE) (Parigoridi et al. 2010; Wei et al. 2011), solid phase extraction (SPE) (Liu et al. 2013), solid phase microextraction (SPME) (Cao 2008; Moreira et al. 2014), liquid-liquid extraction (LLE) (Wu et al. 2012), microwave assisted extraction (MAE) (Mooibroek et al. 2002) and soxhlet extraction (Suciu et al. 2013). Masing-masing jenis ekstraksi dan purifikasi memliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Song et al. (2000) USE merupakan metode ekstraksi untuk komponen dimetil ptalat (DMP) dari kertas daur ulang. USE merupakan metode ekstraksi yang cepat, sederhana, dan murah (Parigoridi et al. 2014).
Tahapan setelah ekstraksi dan purifikasi yaitu deteksi, namun tahapan ini relatif lebih mudah. Ptalat merupakan komponen semi-volatil yang stabil, dan bersifat non polar, oleh karena itu diperlukan instrumen yang sesuai agar dapat memisahkan dan mendeteksi ptalat dengan baik. Salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam mendeteksi ptalat yaitu kromatografi gas – spektrometri massa/gas chromatography – mass spectrometry (GC-MS). Instrumen GC-MS banyak digunakan karena sangat sensitif sehingga dapat mendeteksi kontaminan dalam konsentrasi yang rendah. Penggunaan GC-MS dalam mendeteksi ptalat dari kemasan kertas daur ulang telah dilakukan oleh Parigoridi et al. (2014), Suciu et al. (2013), dan Song et al. (2000). Jenis kolom GC yang digunakan adalah kolom non polar seperti DB-5MS, gas pembawa berupa helium, suhu injektor antara 250–280 oC, dan suhu kolom dibuat gradien dan terakhir dipertahankan di kisaran 300 oC.
8
Validasi Metode
Ptalat ditemukan dalam berbagai makanan pada konsentrasi rendah sehingga diperlukan pengembangan teknik analisis yang sangat sensitif untuk kuantifikasi. Belum ada metode standar baku untuk analisis ptalat, khususnya DBP sehingga diperlukan validasi metode analisis DBP. Validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi atau memastikan bahwa metode analisis yang digunakan telah memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya (Harmita 2007). Parameter validasi mencakup spesifisitas, selektivitas, presisi, keberulangan, reproduksibilitas, akurasi, linieritas, rentang, batasan deteksi (Limit of Detection/ LOD), batasan kuantifikasi (Limit of Quantification/LOQ), ketegasan, dan kekasaran.
Linearitas menunjukkan kemampuan prosedur analitis untuk menghasilkan hasil tes yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel sesuai kisaran konsentrasi yang diberikan (APVMA 2004). Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r2 pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang ideal tercapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 tergantung arah garis (Harmita 2007). Sedangkan kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Batas keberterimaan pada uji keterulangan menurut AOAC (2012) untuk analisis komponen dengan konsentrasi rendah yaitu RSD < 15%. Kriteria penerimaan recovery harus berada dalam rentang seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 rentang penerimaan nilai recovery
9
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian validasi metode analisis dan penentuan kandungan dibutil ptalat (DBP) pada kemasan kertas daur ulang serta migrasinya ke dalam simulan pangan telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 hingga Januari 2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Pangan dan Laboratorium Analisis Pangan Terakreditasi dan Instrumen, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel kertas dupleks dari lima produsen kertas di Indonesia dan kertas virgin (bukan kertas daur ulang) sebagai kontrol. Pelarut metanol chromatography grade, diklorometan pro-analysis, aseton pro-pro-analysis, aseton, dan etanol 95% dari Merck (Darmstadt, Jerman). Standar DBP dari Sigma Aldrich (Saint Louis, USA) dan Natrium sulfat anhidrat dari Merck (Darmstadt, Jerman).
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah peralatan gelas, neraca analitik Kern & Sohn GmbH (Balingen, Jerman), pipet mikro 10-100 µL dan 100-1000 µL Eppendorf Research (Mississauga, Ontario), vorteks mixer Barnstead Maxi Mix (USA), ultrasonik water bath Bransonic (Danbury, USA), rotary evaporator BUCHI (Flawil, Switzerland), inkubator Heraeus, vial gelap, alat uji migrasi, pompa vakum Buchi, dan instrumen kromatografi gas-spektroskopi massa/gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) dengan autosampler SHIMADZU QP 2010.
Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu melakukan pengembangan metode analisis dan validasi metode analisis DBP yang meliputi uji linieritas, kecermatan, penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi. Tahap kedua yaitu analisis kandungan DBP pada kertas dupleks dari 5 produsen kertas berbeda Tahap ketiga yaitu penentuan persentase migrasi DBP dari kemasan kertas daur ulang ke simulan pangan.
Prosedur Percobaan
10
Pembuatan larutan standar
Larutan standar eksternal DBP disiapkan dengan konsentrasi 1000 mg/L (larutan stok) dan 5 mg/L dalam methanol (larutan kerja). Larutan kalibrasi DBP disiapkan pada konsentrasi 0.05, 0.1, 0.25, 1 dan 1.5 mg/L. Larutan pengadisi (spiking) DBP untuk uji recovery disiapkan dalam konsentrasi 1 mg/L.
Validasi metode analisis
1. Uji Linieritas
Linearitas dievaluasi dengan pengamatan visual terhadap suatu plot yang menyatakan hubungan antara konsentrasi analit (X) dengan signal yang terukur yaitu luas area puncak (Y). Uji linieritas dilakukan dengan mengencerkan larutan baku induk standar eksternal DBP pada konsentrasi 0.05, 0.1, 0.25, 1 and 1.5 mg/L, kemudian dianalisis dengan GC-MS secara duplo pada masing-masing konsentrasi. Hubungan antara konsentrasi analit dengan luas area pada puncak kromatogram dibuat dalam persamaan regresi linier. Nilai linieritas diperoleh ketika nilai koefisien determinasi (r2) kurva standar > 0.99.
2. Akurasi dan Keterulangan
Akurasi diukur diukur sebagai banyaknya analit DBP yang diperoleh kembali (recovery) pada suatu pengukuran dengan metode spiking pada kertas virgin. Sebanyak 1 ml larutan pengadisi DBP dengan konsentrasi 1 mg/L diadisi ke dalam kertas virgin kemudian diekstrak dan dianalisis dengan GC-MS. Persen perolehan kembali harus berada pada kisaran 80 – 110% dan keberterimaan uji keterulangan adalah jika nilai RSD < 15% (AOAC 2012). Prosedur uji akurasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil pengujian digunakan untuk menghitung % recovery, yang dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
� ��� �� % = [� − �� ∗ �] �
Keterangan :
Cf = konsentrasi total DBP yang diperoleh dari pengukuran CA = konsentrasi DBP dari kertas virgin
C*A = konsentrasi standar DBP yang ditambahkan 3. LOD dan LOQ
Pengukuran LOD dan LOQ dilakukan dengan menginjeksikan larutan standar DBP konsentrasi 0.05 mg/L sebanyak 6-10 kali secara duplo pada GC-MS. Rata-rata respon pengukuran (X) dan standar deviasi (SD) dihitung. Prosedur uji LOD dan LOQ dapat dilihat pada Lampiran 3. Batas deteksi dan batas kuantifikasi dapat diperoleh menggunakan rumus :
11
Tahap II : Analisis kandungan DBP pada kemasan kertas daur ulang
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Parigoridi (2014) yangterdiri tahap ekstraksi dan analisis dengan menggunakan GC-MS. Kertas daur ulang dipotong dengan ukuran 5x5 mm2, ditimbang sebanyak 175 mg, lalu diekstrak dengan 10 ml diklorometan pada ultrasonic bath suhu 25oC selama 30 menit. Setelah itu, sampel disaring dengan kertas saring yang diberi natrium sulfat anhidrat dan dicuci dengan 1 ml diklorometan sebanyak dua kali. Fase organik dievaporasi dengan penghembusan gas nitrogen hingga kering, dan dilarutkan dengan 1 ml metanol. Sampel disimpan dalam vial gelap dan diberi parafilm untuk kemudian dianalisis dengan GC-MS. Prosedur penentuan kandungan DBP mengikuti metode Parigoridi (2014). Sebagai kontrol digunakan kertas virgin. Tahapan analisis DBP pada kemasan kertas daur ulang (dupleks) secara garis besar mengikuti prosedur pada Lampiran 1.
Tahap III : Uji migrasi DBP pada kemasan kertas daur ulang
Uji migrasi dilakukan menggunakan alat yang dimodifikasi dari Pace dan Hartman (2010) seperti pada Gambar 3. Uji migrasi dilakukan dengan menggunakan simulan pangan berupa etanol 95% yang merupakan substitusi simulan pangan tipe D (minyak sayur). Uji migrasi dilakukan pada karton dupleks yang memiliki kandungan DBP paling tinggi. Uji migrasi DBP dilakukan dengan merendam kertas dupleks ke dalam 30 ml simulan di dalam alat uji migrasi pada 400C selama 2 jam, kemudian simulan dipekatkan dengan rotavapor (suhu 40oC), dikeringkan dengan gas N2 lalu dilarutkan dengan 1 ml metanol. Sampel kemudian dianalisis menggunakan GC-MS. Persentase migrasi DBP dapat dihitung dengan rumus :
Persentase Migrasi = K K a DBP a a aa DBP a a a a aa x %
12
Kondisi Instrumen GC-MS
Analisis dibutil ptalat (DBP) dilakukan menggunakan GC-MS Shimadzu QP2010. Kolom yang digunakan adalah kolom kapiler Rtx-5 MS(Crossbonds®, 5% diphenyl, 95% dimethyl polysiloxane) setara DB-5MS dengan panjang 30 meter dan diameter dalam 0.25 mm (RESTEK, USA). Kondisi instrumen GC-MS yang digunakan untuk pengujian DBP mengikuti Parigoridi (2010), dimana suhu kolom awal adalah 100 oC ditahan selama 2 menit dan ditingkatkan hingga 340 oC dengan laju 6oC/menit, lalu ditahan 3 menit. Gas pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan kemurnian ultra tinggi (Ultra High Purity/UHP) dengan laju aliran 0.8 ml/menit. Temperatur injektor dipertahankan 250 oC dan volume injeksi 1 µl pada mode splitless. Kondisi spektroskopi massa diatur dengan mode Electron Impact (EI) 70 eV dengan 2.92 scan/detik. Rentang massa/muatan (m/z) yang digunakan adalah 29–450. Identifikasi puncak dilakukan dengan membandingkan waktu retensi dan spektrum massa dari komponen yang dielusi pada NIST/Wiley library.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validasi Metode Analisis DBP
Pada penelitian ini dilakukan analisis DBP pada kemasan kertas daur ulang menggunakan metode Parigoridi (2014). Metode tersebut digunakan untuk menganalisis beberapa jenis kontaminan pada kemasan kertas daur ulang yaitu benzofenon, DIPNs, dan HTPs. Pada penelitian ini yang akan dianalisis adalah komponen DBP sehingga metoda Parigoridi perlu divalidasi terlebih dahulu untuk mengetahui kesesuaian metode analisis tersebut. Menurut Huber (2010), validasi prosedur analitik adalah proses yang dilakukan dengan studi laboratorium agar prosedur memiliki karakteristik performa yang sama dengan yang diperlukan dalam aplikasi. Validasi metode dilakukan apabila metode yang digunakan dalam suatu pengujian atau penelitian merupakan metode yang benar-benar baru atau apabila telah dilakukan modifikasi pada metode yang telah divalidasi sebelumnya. Parameter validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji linieritas, presisi: keterulangan, akurasi, limit deteksi, dan limit kuantifikasi.
Uji Linieritas
13
Gambar 5 Kromatogram standar DBP konsentrasi 1 mg/L
Persamaan linier yang diperoleh dari kurva linieritas yaitu y = 634525x + 2088.8 dengan koefisien determinasi r2 sebesar 0.999. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa hubungan antara konsentrasi DBP terhadap luas area DBP terbukti linier karena nilai tersebut memenuhi syarat kriteria instrumen yang dipersyaratkan oleh AOAC (2012) yaitu > 0.99. Kurva linieritas DBP ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Kurva linieritas antara konsentrasi standar DBP dengan luas area puncak kromatogram (N = 2)
y = 634525x + 2088.8 R² = 0.999
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5
Lua
s Are
a
14
Uji Akurasi dan Keterulangan
Akurasi menunjukkan tingkat kedekatan hasil analisis dengan nilai yang sebenarnya (Huber 2010). Pada penelitian ini, uji akurasi (recovery) dan keterulangan (repeatability) dilakukan dengan metode spiking yaitu menggunakan kertas virgin yang diadisi dengan standar DBP pada konsentrasi 1 ppm, kemudian kertas virgin diekstrak dan dianalisis menggunakan GC-MS. Nilai recovery dihitung dari persentase perbandingan antara konsentrasi DBP pada kertas virgin yang diadisidengan konsentrasi DBP kertas virgin. Hasil uji akurasi dan keterulangan ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil uji akurasi menunjukkan bahwa perolehan kembali konsentrasi DBP yang telah melalui proses ekstraksi dan dianalisis dengan instrumen GC-MS yaitu sebesar 95.18%. Nilai perolehan kembali analit dalam penelitian sesuai dengan rekomendasi AOAC (2012) untuk konsentrasi analit sebesar 10-100 ppb yaitu sebesar 80-110% maupun untuk konsentrasi 0.001-0.01% sebesar 90-107%.
Nilai repeatability atau keterulangan ditunjukkan pada nilai RSD yaitu sebesar 5.1%. Nilai RSD hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan syarat yang dikeluarkan oleh AOAC menurut Harsojo (2012), dimana nilai keberterimaan RSD untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit harus berada pada rentang 5 – 15%. Hasil tersebut menunjukkan tingkat presisi metode yang dilakukan dapat diterima.
Tabel 3 Hasil uji akurasi DBP pada kertas kemasan menggunakan GC-MS
Ulangan Konsentrasi DBP yang diadisi (mg/L)
15 Tabel 4 Hasil penentuan LOD dan LOQ analisis DBP dengan GC-MS
Ulangan Konsentrasi DBP diinjeksi (mg/L) Rata-rata Konsentrasi terbaca (mg/L)
1 0.0508 0.0318
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa instrumen GC-MS yang digunakan pada penelitian ini dapat medeteksi analit DBP hingga konsentrasi 0.04 mg/l (40 ppb) dan dapat mengkuantifikasi hingga 0.06 mg/L (60 ppb). Nilai LOD dan LOQ pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai LOD dan LOQ yang pernah dilaporkan oleh Oh et al. (2013) yaitu berturut-turut sebesar 9.77 µg/kg (9.77 ppb) dan 29.6 µg/kg (29.6 ppb). Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan metode analisis dan kondisi instrumen yang digunakan. Penentuan nilai LOD dan LOQ dalam analisis DBP penting untuk dilakukan karena menurut peraturan BPOM HK.03.1.23. 07.11.6664, batas migrasi maksimum DBP dari kemasan pangan ke dalam produk pangan sebesar 0.3 ppm, sehingga instrumen harus dapat mendeteksi dan atau mengkuantifikasi analit pada konsentrasi tersebut.
Analisis DBP pada Sampel Kertas Dupleks
16
Gambar 7 Kandungan DBP pada sampel kertas dupleks. Garis vertikal di atas tiap balok data menunjukkan standar error dan huruf-huruf di atas balok data menunjukkan perbandingan nilai tengah antar sampel berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05 (N=3 kecuali sampel C dan E)
Pada kemasan kertas daur ulang seperti dupleks, banyak terdapat kandungan kontaminan di dalamnya. Hasil penelitian Parigoridi et al. (2010) menunjukkan bahwa terdapat setidaknya 21 komponen organik yang terkandung di dalam kertas daur ulang dalam berbagai konsentrasi seperti naptalen (0.07-0.19 mg/kg), asenaptilen (<0.01 mg/kg), asenapten (<0.01 mg/kg), fluoren (<0.01 g/kg), penantren (0.42-0.54 mg/kg), antrasen (<0.01 mg/kg), fluorantren (<0.01 mg/kg), piren (< 0.01 mg/kg), benzo [b] fluor antren (<0.01 mg/kg), benzo [a] piren (<0.01 mg/kg), benzofenon (4.77-11.19 mg/kg), m-terfenil (2.8-18.0 mg/kg), 2,6-diisopropil-naptalen (0.04-0.09 mg/kg), 2,7-2,6-diisopropil-naptalen (0.03-0.07 mg/kg), dibutil ptalat (0.03-0.07 mg/kg), benzyl butyl ptalat (0.01-0.02 mg/kg), bis (2-etilheksil)-adipat (0.01-0.02 mg/kg),bis(2-etilheksil)ptalat (0.10-0.22 mg/kg), di-n-oktil ptalat (<0.01 mg/kg), dimetil ptalat (<0.01 mg/kg), dan dietil ptalat (< 0.01 mg/kg).
Efek ptalat yang membahayakan bagi kesehatan manusia perlu menjadi perhatian khusus karena paparan ptalat utama pada manusia berasal dari makanan melalui migrasi ptalat dari kemasan. Hal ini disebabkan ptalat tidak terikat secara kovalen di dalam kemasan sehingga mudah sekali lepas (leaching) dan masuk ke dalam makanan. Produk makanan yang mengandung ptalat dalam konsentrasi tinggi disebabkan adanya kontaminasi dari bahan pengemas, terutama kemasan yang dicetak melalui proses migrasi (Wenzl 2009, Balafas et al. 1999).
17
18
Pada kromatogram terlihat bahwa puncak DBP (2) pada kertas virgin lebih rendah dibandingkan dengan dengan kelima kertas dupleks. Hasil kuantifikasi juga menunjukkan bahwa konsentrasi DBP pada kertas virgin lebih rendah dibanding kelima kertas dupleks. Tingginya DBP pada kertas dupleks disebabkan karena bahan baku kertas dupleks merupakan kertas-kertas bekas yang telah mengandung tinta cetak seperti koran, majalah, dan kertas bekas lainnya. Walaupun terdapat proses penghilangan tinta (deinking) namun tidak dapat menghilangkan tinta secara sempurna (CVUA 2013). DBP merupakan jenis ptalat dengan berat molekul rendah yang banyak digunakan dalam tinta dan pernis (Cao 2010). Hal ini yang menyebabkan kandungan DBP kertas dupleks lebih tinggi dibandingkan dengan kertas virgin karena bahan baku pembuatannya adalah serat kayu. Berdasarkan hal tersebut, tinta meruakan sumber DBP pada kertas daur ulang seperti dupleks. Selain itu, tinta juga mengandung logam berat yang dapat membahayakan kesehatan manusia (EuPIA 2013).
Berdasarkan hasil scan sampel kertas dupleks dengan GC-MS, terdapat beberapa jenis kontaminan toksik lain selain DBP yang diketahui dari library GC-MS. Beberapa jenis kontaminan yang terdapat di dalam kertas virgin dan dupleks dirangkum pada Tabel 5.
Tabel 5 Beberapa jenis kontaminan kertas dupleks dan kertas virgin berdasarkan hasil scan dengan GC-MS
19 Selain DBP, terdapat beberapa jenis kontaminan lain yang terdapat di dalam kertas dupleks yaitu DIPN, MEHP, fenantrena dan DOP. Menurut Jamnicki et al. (2012) jenis kontaminan yang paling banyak di dalam kertas daur ulang adalah ptalat dan diisopropilnaptalen (DIPN), hal ini berkaitan dengan proses deinking pada proses pembuatan kertas daur ulang. DIPN digunakan sebagai pengganti PCB (polychlorinated biphenyl) yang lebih berbahaya untuk pembuatan kertas bebas karbon (Parigoridi et al. 2010). Pada kertas dupleks B, terdapat fenantrena yang merupakan salah satu bentuk PAHs (polyaromatic hydrocarbons). Efek yang dapat ditimbulkan akibat paparan fenantrena berdasarkan pengujian pada hewan coba yaitu tumor, kerusakan sistem reproduksi, dan kerusakan kulit (EPA 2010).
Pada Tabel 5 terlihat bahwa semua jenis kertas mengandung MEHP yang yang termasuk ke dalam golongan senyawa ptalat. MEHP (mono-2-etilheksil ptalat) merupakan metabolit primer dari di-2-etlheksil ptalat (DEHP). Mirip dengan DBP, MEHP di dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan reproduktif terutama pada laki-laki. MEHP merupakan bentuk paling aktif dari DEHP yang dapat menghambat kemampuan FSH (hormon stimulasi folikel) dalam menstimulasi cAMP pada sel tikus, sehingga diketahui dapat menyebabkan kerusakan testikular (Grasso et al. 1993). Hal ini juga ditegaskan oleh US EPA (2007) bahwa DEHP dengan metabolit aktifnya berupa MEHP merupakan jenis ptalat yang dapat menyebabkan efek teratogenik pada tikus. Sedangkan jenis ptalat lainnya pada sampel seperti DiOP dan DOP diketahui tidak memiliki efek terhadap organ reproduksi pria (Grasso et al. 1993).
Di dalam penelitian ini, tidak dilakukan analisis kuantitatif pada MEHP. Tinggi puncak MEHP pada kertas virgin paling tinggi dibandingkan kelima sampel kertas dupleks. Pada kromatografi, tinggi puncak tidak selalu berkorelasi dengan konsentrasi, hal ini baru benar dalam teknik spektrometri. Kandungan DBP dan MEHP di dalam kemasan kertas dapat bermigrasi ke dalam produk pangan, baik dari kemasan daur ulang maupun kertas virgin. Kemungkinan migrasi DBP dan MEHP maupun kontaminan lainnya sangat besar terjadi pada kertas dupleks karena kertas dupleks dibuat dari serat daur ulang sedangkan kertas virgin dari serat kayu. Perbedaan jenis serat keduanya akan mempengaruhi kekuatan kertas (ICG 2003). Serat pada kertas virgin lebih panjang dan kompak dibandingkan dengan kertas dupleks yang lebih pendek dan kurang rapat (Gambar 9). Oleh karena itu, walaupun kandungan MEHP kertas virgin lebih tinggi dibanding dupleks namun migrasinya belum tentu lebih tinggi dibandingkan pada kertas dupleks.
20
Penggunaan instrumen GC-MS untuk mengidentifikasi DBP di dalam kertas dupleks, selain menghasilkan kromatogram diperoleh pula puncak-puncak spektra massa yang spesifik untuk zat tertentu. Spektra massa akan menampilkan nilai-nilai m/z (rasio massa/muatan) yang kemudian akan dibandingkan dengan library GC-MS untuk mengidentifikasi komponen kimia yang belum diketahui dalam sampel, library akan menampilkan nama dan rumus molekul bahkan struktur dari komponen kimia tersebut (Akande 2013). Spektrum massa DBP dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Spektrum massa DBP
Di dalam GC-MS setelah melewati kolom, komponen kimia seperti DBP akan memasuki ionizer. Pada proses ionisasi, elektron akan membombardir molekul komponen tersebut sehingga terpecah menjadi fragmen bermuatan yang spesifik. Menurut Cao (2010), intensitas spektrum massa DBP dengan kelimpahan terbesar adalah ion m/z 149, 205, dan 223. Fragmen-fragmen DBP yang memiliki nilai m/z tersebut diperoleh dari proses fragmentasi seperti pada Gambar 11.
21 Gambar 11 menunjukkan bahwa DBP memiliki tiga jalur fragmentasi. Pada jalur pertama (garis merah). DBP dengan berat molekul 278 g/mol mengalami ionisasi sehingga satu elektron atom oksigen lepas dan menjadi spesies radikal (O+). Inisiasi pada letak radikal memiliki kecendrungan yang kuat untuk pasangan electron-elektron ganjil disumbangkan untuk membentuk ikatan baru
pada molekul didekatnya disertai pemecahan ikatan ion terhadap atom α sehingga terjadi pemecahan α dengan lepasnya C4H9 yang letaknya berdekatan dengan atom berelektron ganjil sehingga terbentuk struktur baru dengan m/z 205. Selanjutnya terjadi reaksi tata ulang degan membentuk produk siklis baru (rc) dengan nimai m/z tetap yaitu 205. Hal ini terjadi pada elektron tak berpasangan yang mampu membentuk ikatan baru pada atom di dekatnya melalui ruang elektron kedua dari pasangan ini yang digunakan untuk memindahkannya dari ikatan lain ke atom yang berdekatan. Fragmentasi terakhir terjadi melalui tata ulang yang melibatkan transfer hidrogen (rH) yang diikuti lepasnya molekul C4H8 yang menghasilkan ptalat anhidrida dengan m/z 149 yang merupakan base peak dari DBP.
Pada jalur kedua (garis biru), DBP mengalami reaksi penggantian (rd). Tata ulang non hidrogen yang terjadi pada dua atom atau gugus (satu mengandung radikal) bereaksi secara intramolekul. Pembentukan ikatan baru yang disertai dengan pemecahan dari ikatan lain terhadap satu gugus tersebut atau keduanya. Reaksi ini melibatkan lepasnya gugus C4H9O dan menghasilkan produk siklis dengan nilai m/z 205. Selanjutnya produk siklis tersebut terfragmentasi lebih lanjut melalui reaksi tata ulang yang melibatkan transfer hidrogen (rH) membentuk ptalat anhidrida. Jalur fragmentasi lain dari DBP ditunjukan oleh garis hijau. DBP mengalami reaksi tata ulang yang melibatkan transfer 2 hidrogen (r2H) yang diikuti dengan lepasnya gugus C4H7 membentuk struktur baru dengan m/z 223. Pada struktur ini, terjadi reaksi tata ulang melalui reaksi siklisasi yaitu pembentukan struktur siklis baru dengan m/z tetap 223 namun memiliki struktur yang berbeda. Selanjutnya terjadi tata ulang dengan transfer hidrogen (rH) diikuti dengan lepasnya C4H8 lalu dilanjutkan dengan lepasnya molekul air (H2O) sehingga terbentuk ptalat anhidrida dengan m/z 149.
Uji Migrasi DBP dari Kertas Dupleks ke Simulan Pangan
Kontak langsung makanan dengan kemasan memiliki tingkat migrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak kontak langsung. Hal ini disebabkan adanya lapisan tambahan kemasan antara pembungkus sekunder dan kemasan primer akan mengurangi transfer migran ke dalam produk pangan. Mekanisme migrasi dari kertas dapat melalui 4 cara seperti Gambar 12, yaitu kontak langsung dengan kemasan (a), kontak dari kemasan secara tidak langsung (b) karena
migrasi dapat terjadi tidak hanya dari bahan kemasan primer, tetapi juga dari kemasan
sekunder, biasanya kertas atau karton bergelombang meskipun telah diantisipasi tidak bersentuhan langsung dengan makanan, senyawa organik volatil dan semi volatil dalam kemasan sekunder tersebut mungkin bermigrasi melalui kemasan primer ke
makanan, dari luar melewati matriks kemasan (c), dan matriks kertas ke luar
22
Gambar 12 Mekanisme migrasi kemasan kertas (Pocas et al. 2011)
Pada penelitian ini, uji migrasi DBP dilakukan dengan merendam kertas dengan simulan pangan berupa etanol 95% sebanyak 30 ml menggunakan alat uji migrasi (Gambar 3). Migrasi DBP ke simulan pangan etanol 95% mewakili migrasi DBP ke dalam pangan berlemak. Menurut EU 82/711/EC, etanol 95% digunakan sebagai simulan pengganti pengganti minyak sayur atau simulan D2. Penggunaan simulan pengganti berupa etanol 95% dilakukan karena minyak sayur menyatu dengan diklorometan (miscible) saat proses ekstraksi dan sangat sulit dipisahkan. Oleh karena itu, dipilih etanol 95% untuk kemudahan mendapatkan ekstrak DBP. Uji migrasi dilakukan secara single side contact yaitu merendam kemasan pada sisi yang kontak langsung dengan produk pangan untuk mendekati kondisi yang sebenarnya.Kondisi uji migrasi dilakukan pada 40 oC selama 2 jam. Menurut EU Directive 82/711/EC jika waktu kontak terburuk sebenarnya selama 1 jam <t<2 jam maka uji migrasi dilakukan selama 2 jam dan jikakondisi suhu sebenarnya 20oC<T<40oC maka uji migrasi dilakukan pada suhu 40 oC. Uji migrasi DBP dilakukan pada sampel dupleks yang memiliki kandungan DBP paling tinggi (sampel dupleks C). Hasil uji migrasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 6 Hasil uji migrasi DBP dari karton dupleks ke simulan pangan
Ulangan [DBP] Awal (mg/kg) [DBP] Bermigrasi (mg/kg) [DBP] Bermigrasi (mg/dm2) Migrasi %
1 3.8964 2.2579 4.7534 57.95
2 3.8964 2.2961 4.8340 58.93
3 3.8964 2.1916 4.6138 56.25
Rata-rata 57.71
SD 1.36
% RSD 2.35
23
1. Karakteristik kertas
Pada penelitian ini, uji migrasi hanya dilakukan pada kertas dupleks C yang memiliki kandungan DBP tertinggi dibandingkan sampel lainnya. Konsentrasi DBP awal pada kertas dupleks bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi migrasi, namun karakteristik kertas seperti ketebalan dan kerapatan kertas. Menurut Pocas et al. (2011), gramatur dan ketebalan kertas memberikan efek yang signifikan terhadap laju migrasi. Gramatur kertas yang rendah memiliki kecepatan migrasi yang lebih cepat. Migrasi DBP mungkin terjadi baik dari kertas virgin maupun kertas dupleks ke dalam produk pangan. Karakteristik kertas seperti ketebalan, porositas, dan kandungan serat daur ulang akan mempengaruhi proses migrasi (Zhang et al. 2008). Beberapa perbedaan karakteristik kertas virgin dan kertas dupleks seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik kertas daur ulang dan kertas virgin
Kertas Daur Ulang Kertas Virgin
Serat pendek dan akan semakin memerlukan substansi yang lebih sedikit
24
3. Metode uji migrasi
Pada penelitian ini, digunakan metode uji migrasi single side contact dengan alat uji migrasi menggunakan simulan pangan cair yaitu etanol 95%. Menurut Barnes et al. (2007) penggunaan simulan pangan cair pada uji migrasi kertas adalah kurang tepat. Hal ini disebabkan karena simulan pangan cair akan terserap ke seluruh bagian kertas. Pada kenyataannya, penggunaan kertas sebagai kemasan primer produk pangan padat tidak terjadi proses imersi, sehingga penggunaan simulan pangan cair sebenarnya kurang tepat. Metode single side contact lebih tepat diterapkan pada kemasan kertas yang dilaminasi plastik atau pelapis lainnya. Tanpa adanya penghalang, seluruh komponen DBP pada kemasan kertas dupleks akan terekstrak, sehingga hasil uji migrasi akan setara dengan sistem imersi (Rachmani 2015). Uji migrasi DBP dari kemasan kertas daur ulang dapat dilakukan dengan menggunakan simulan pangan berupa modified polyphenylene oxide (MPPO)/Tenax. Tenax merupakan polimer resin 2,6-difenilena oksida dengan ukuran pori tertentu yang dapat menangkap senyawa volatil dan semi volatil pada sampel udara, padat, atau cair (SIS 2015).Uji migrasi dapat dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah bubuk tenax di atas kertas sampel yang diletakkan di dalam cawan petri tertutup. Kemudian tenax diekstraksi dengan pelarut tertentu seperti heksana, lalu dianalisis dengan GC-MS (Pocas et al. 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ini, migrasi DBP dari kemasan kertas dupleks ke dalam simulan pangan cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kertas daur ulang khususnya dupleks tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai kemasan primer yang langsung kontak dengan produk pangan berlemak atau berminyak.
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Validasi metode analisis DBP pada kemasan kertas dupleks menggunakan instrumen GC-MS telah dilakukan. Semua parameter yang diujikan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam pedoman validasi metode analisis. Dari hasil analisis DBP pada sampel kertas dupleks dari 5 produsen yang berbeda, diperoleh konsentrasi DBP tertinggi pada sampel C yaitu 3.9 mg/kg dan konsentrasi terendah pada sampel B yaitu 1.7 mg/kg. Hasil uji migrasi DBP menggunakan simulan pangan D pengganti berupa etanol 95% menunjukkan bahwa rata-rata persentase migrasi DBP dari sampel ke dalam simulan sebesar 57.7%. Nilai migrasi DBP ke dalam simulan pangan melebihi batas migrasi spesifik yang ditetapkan Badan POM RI maupun EU. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kertas daur ulang sebagai kemasan primer produk pangan tidak dianjurkan.
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Akande WG. 2012. A review of experimental procedures of gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) and possible sources of analytical errors. Earth Sci. 1(1):1-9.
Anonim. 1998. The Mechanism of Estrogenic Effects. [Internet]. [Diunduh 26 Maret 2015]. Tersedia pada: https://www.nies.go.jp/archivedc/english /Ehorumon _mechanism.htm
[AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 2012. Guidlines for single laboratory validation of chemical method for dietary supplements and botanical. [Internet]. [Diunduh 12 Juli 2914]. Tersedia pada: http://www.eoma.aoac.org/app_k.pdf
[APVMA] Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority (AU). 2004. Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active Constituent, Agricultural and Veterinary Chemical Products. [Internet]. [Diunduh 25 Februari 2014]. Tersedia di http://www.apvma.gov.au/ publications/guidelines/docs/gl69_analytical_methods.pdf.
Balafas D, Shaw KJ, &Whitfield FB. 1999. Phthalate and adipate esters in Australian packaging materials. J Food Chem. 65:279–287.
Barnes KA, Richard S, DH Watson. 2007. Chemical migration and food contact material. North America : CRC Press LLC.
[BBPK] Balai Besar Pulp dan Kertas (ID). 2012. Kajian penggunaan kertas daur ulang (waste paper) sebagai bahan baku industri kertas. Jakarta (ID) : Kementerian Perindustrian RI.
Binderup ML, Pedersoen GA, Vinggaard AM, Rasmussen ES, Rosenquist H & Cederberg T. 2002. Toxicity testing and chemical analysis of recycled fiber based paper for food contact. J Food Addit Contam.25(19):13-28. Bornehag CG, J Sundell CJ, WeschlerT, SigsgaordB, LundgrenM, Hasselgren L,
& Hagerhed-Engman. 2004. The association between asthma and allergic symptoms in children and phthalates in house dust: A nested case-control study. J Environ Health Perspect 112:1393–1397.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan (ID). 2011. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.07.11.6664. Pengawasan Kemasan Pangan. [Internet]. [Diunduh 15 Agustus 2014]. Tersedia pada: headspace solid-phase microextraction and gas chromatography/mass spectrometry. J Chromatogr A. 1178:231–238.
26
Cirillo T, Fasano E, Castoldi E, Montuori P, &Cocchieri RA. 2011. Children’s
Exposure to Di(2-ethylhexyl) phthalate and Dibutyl phthalate Plasticizers from School Meals. J Agric Food Chem 59:10532–10538.
Coles R, Dowell DM, Kirwan MJ. 2007. Food Packaging Technology. London: Blackwell Publishing, CRC Press.
[CVUA] Chemisches und Veterinaruntersuchungsamt Stuttgart. 2013. Recycle paper – Approriate for food packaging?. Chemical and Veterinary Investigatory Office of Stuttgart. [Internet]. [Diunduh 18 September 2014]. Tersedia pada: http://www.cvuas.de/pub/beitrag.asp?subid=1&Thema_ID =3&ID=1769&lang=EN&Pdf=No
Driesche V. 2012. Effects of phthalate exposure on fetal testis development and function: a comparison of in vivo and in vitro models. Medical Research Center. IVTS conference, London 21 November 2012.
[EFSA] European Food Safety Authority (EU). Opinion of the Scientific Panel on food additives, flavourings, processing aids and materials in contact with food (AFC) related to di-butylphthalate (DBP) for use in food contact materials. EFSA J. 242:1–17.
[EPA] Environmental Protection Agency (USA). 2010. Phenantrene. [Internet]. [Diunduh 24 Maret 2015]. Tersedia pada: http://www.epa.gov/osw/hazard/ wastemin/minimize/factshts/phenanth.pdf
[EPA] United State of Environment Protection Agency (US). 2007.Chemical Summary: Phthalates. [Internet]. [Diunduh 27 Maret 2015]. Tersedia pada: http://www.epa.gov/teach/chem_summ/phthalates_summary.pdf
[EU] European Union. 1982. Commission Directive 82/711/EEC of 18 October 1982. Laying down the list of simulants to be used for testing migration of constituents of plastic materials and article intended to come into contact with foodstuff. OJEU L 297, 23 October 1982.
[EU] European Union. 2011. Commission Directive 10/2011 of the European Commission of 14 January 2011 on plastic materials and articles intended to come in contact with food. OJEU L12.
[EuPIA] European Printing Ink Association. 2013. Environmental impact of printing inks. Information Note.
Fasano E, Fransisco BB, Teresa C, Paolo M, & Silvia L. 2012. Migration of phthalates, alkylphenols, bisphenols A and di(ethylhexyl)adipate from food packaging. J Food Contr 27:132-138.
George C. and Harry P. 2001. A new approach to the analysis of phthalate esters by GC-MS (Application). Agilent Technologiest.
Grasso P, Jerrold JH, Cassandra JP & Leo ER. 1993. Effects of mono(2-Ethylhexyl) phthalate, a testicular toxicant, on follicle-stimulating hormone binding to membranes from cultured rat sertoli cells. Biol reprod 48:454-459.
Gray, J. 2010. Phthalates: State of the evidence on phthalates. [Internet]. [Diakses pada 10 Maret 2015]. Tersedia pada:http://www.breastcancerfund.org/ clear-science/radiation-chemicals-and-breast-cancer/phthalates.html
27 Harmita. 2007. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian 1(3):117-135. ISSN: 1693-9883.
Harsojo (Pengantar). Ed: Abdul R, Harsojo, Tri Joko, Sismindari, Kuwat T, & Pudji A. 2012. Analisis makanan dan lingkungan secara fisika-kimia. Yogyakarta (ID) : Pustaka Pelajar.
[ICG] Independent Carton Group. 2003. The ABC’s of Folding Carton. [Internet].
[Diunduh 27 Maret 2015]. Tersedia pada: http://lso-inc.com/docs/mpt/ ABC_ sofSubstrates.pdf
Jamnicki S, Branka L, Vera R, and Lidija B. 2012. A study on the food contact suitablity of recycled paper and board.Research, Developement, Technology- Papíripar. LVI(4):14-19.
Jimenez M. 2008. Recycled and virgin paperboard are complementary products.
Think of them as the “yin and yang” of the paper industry. [Internet].
[Diunduh 27 Maret 2015]. Tersedia pada: http://mypages.iggesund.com/ Main.aspx?ID=0dc90669-4ca2-443d-90f8-8e5217ffd8e6
Li Z, Feng X, Liguang X, Chifang P, Hua K, Tao D, Chuanlai X, Chongyu S, Yuxia G, and LibingW. 2011. Simultaneous Determination of Nine Types of Phthalate Residues in Commercial Milk Products Using HPLC– ESI-MS–MS. J Chromatogr Sci 49:338-343.
Liu YP, Wang, SH, & Wang L. 2013. Development of rapid determination of 18 phthalate esters in edible vegetable oils by gas chromatography tandem mass spectometry. J Agric Food Chem:1160-1164.
Lovekamp-Swan T & Davis BJ. 2003. Mechanisms of phthalate ester toxicity in the female reproductive system. Environ Health Perspect. 111:139–145. Mclafferty FW. 1988. Interpretasi Spektra Massa, Ed.3. Penerjemah: Hardjono
Sastrohamidjojo. Editor: Chairil Anwar. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Mikula P, Zdeňka S. & Miriam S. 2005. Phthalates: Toxicology and Food Safety
– a Review. Czech J Food Sci. 23(6):217–223.
Mooibroek D, Hoogerbrugge R, Stoffelsen BHG, Dijkman E.], Berkhoff CJ&Hogendoorn EA. 2002. Comparison of various extraction techniques for the determination of polycyclic aromatic hydrocarbons in worms. J Chromatogr. A 975:165-173.
Moore RW, Rudy TA, Lin TM, Ko K, & Peterson RE. 2001. Abnormalities of sexual development in male rats with in utero and lactational exposure to the antiandrogenic plasticizer di(2-ethylhexyl) phthalate. J Environ Health Perspect 109:229–237.
Moreira MA, Leiliane CA, & Zenilda LC. 2014. Analysis of phthalate migration to food simulants in plastic containers during microwave operations. Int’l J Environ Res Public Health 11:507-526.
28
edible oils using isotop dilution-gas chromatography-mass spectrometry. JFood AdditContam. DOI: 10.1080/19393210.2013.869770.
Pace GV and HartmanTG. 2010. Migration studies of 3-chloro-1,2-propanediol in polyethylene extrusion-coated paperboard food packaging. J Food AdditContam 27(6):844-891.
Parigoridi IE, Demertzi KA, &Demertzis PG. 2010. A study on the suitability of recycled paper and board intended for use as food packaging materials. Greece Protection Confererence:1-8.
Parigoridi IE, Demertzi KA,&Demertzis PG. 2014. Determination of five (5) possible contaminants in recycled cardboard packages and food simulants using ultrasiund assited extraction coupled to GC-MS. Materials Sci App (5):745-751.
Poças MFF, Jorge CO, Joel RP, Rainer B, &Timothy H. 2011. Modelling migration from paper into a food simulant. JFood Contr 22:303-312. Poças MFF and Timothy H. 2007. Exposure assessment of chemicals from
packaging materials in foods: a review. Trends in Food Science & Technology, 18:219-230.
Psillakis E and Kalogerakis N. 2013. Hollow-fibre liquid-phase microextraction of phthalate esters from water. J Chromatogr A 999:145–153.
Rachmani, ID. 2015. Validasi metode analisis dan penentuan 3-mcpd pada kemasan kertas dupleks serta migrasinya ke dalam simulan pangan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Robertson GL. 2010. Food Packaging and Shelf Life : A Practical Guide. New York (US) : CRC Press.
[SIKerNas] Sentra Informasi Keracunan Nasional. 2011. Dibutilptalat(DBP). Jakarta (ID): Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI.
Silva MJ, Barr DB, Reidy JA, Malek NA, Hodge CC, Caudill SP, BrockJW, NeedhamLL, & Calafat AM. 2004. Urinary levels of seven phthalate metabolites in the US population from the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999-2000. J Environ Health Persp 112:331-338.
[SIS] Scientific Instrument Services. 2015. Tenax® TA adsorbent resin physical properties. [Internet]. [Diunduh 10 Mei 2015]. Tersedia pada: http://www.sisweb.com/index/referenc/tenaxtam/htm.
Song YS, Hong JP, & Vanee K. 2002. Analytical procedure for quantifying five compounds suspected as possible contaminants in recycled paper/paperboard for food packaging. J Agri Food Chem 48:5856-5859. Suciu NA, Fransesca T, Sotirios V, Lucrezia L, & Marco T. 2013. Precycled
paper-paperboard for food contact materials: Contaminants suspected and migration into foods and food simulant. J Food Chem 141:4146-4151. Suryawan WB. 2011. Polimorfisme gen insl3 dan lgr8, kadar hormon insl3 dan
estradiol sebagai faktor risiko kriptorkismus pada anak. [Disertasi]. Denpasar: Sekolah pascasarjana, Universitas Udayana.
Syarief R, Sassya S, dan ST. Isyana. 1989. Teknologi pengemasan pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID):IPB.
29 Triantafyllou VI, Akrida-Demertzi K & Demertzis PG. 2007. Analytical, Nutritional and Clinical Methods: A study on the migration of organic pollutants from recycled paperboard packaging materials to solid food matrices. J Food Chem 101:1759–1768.
Triantafyllou VI, Akrida-Demertzi K & Demrtzis PG. 2005. Determination of partition behavior of organic surrogates between paperboard packaging materials and air. J Chromatogr A 1077(1):74-79.
Wang H, Anaïs V & Kurt Thaxton. 2010. Determination of Phthalate Compounds in Plastic Toys Using the Varian 225-MS Ion Trap Mass Spectrometer and
V:Results™ GC/MS software. Application note SI-02388. [Internet]. [Diunduh 24 Maret 2015]. Tersedia pada: http://www.chem.agilent.com/ Library/applications/SI-02388.pdf
Wei CK, Loke CF & Michelle P. 2011. Determination Of Six Phthalates In Polypropylene Consumer Products By Sonication-Assisted Extraction/Gc-Ms Methods. The Malaysian J Anal Sci 15(2):167 – 174.
Wenzl T. 2009. Methods for the Determination of phthalates in food. European Commission Joint Research Centre. European Communities.
Wu PG, Yang DJ, Zhang LQ, Shen XH, Pan XD, Wang, LY, Zhang J, Tan Y, Feng L& Ying Y. 2012. Simultaneous determination of 17 phthalate esters in edible vegetable oils by GC-MS with silica /PSA-mixed solidphase extraction. Sep Sci. 35:2932-2939.
30
Lampiran 1 Diagram alir analisis DBP
Hasil Kertas Dupleks
Ekstraksi dengan water bath ultrasonik
T=25 0C; t=30 menit
Disaring 10 ml diklorometan
Ampas
Dihembus gas N2 hingga kering
Dilarutkan 1 ml metanol
Disimpan dalam vial gelap
Injek GC-MS duplo Na2SO4 anhidrat
31 Lampiran 2 Hasil analisis statistik kertas dupleks dari lima produsen berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Konsentrasi
Sample Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Konsentrasi Source Type III Sum
R Squared = ,917 (Adjusted R Squared = ,875)
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1990, dari pasangan Bapak Made Santika dan Ibu Ni Made Murtini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Yadika 5 Jakarta Barat hingga tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima pada jenjang pendidikan diploma III di Jurusan Supervisor Jaminan Mutau Pangan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, dan menyelesaikan pendidikan diploma pada tahun 2010. Pada tahun 201, penulis kemudian melanjutkan studi ke jenjang sarjana di jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya Malang melalui jalur seleksi alih program. Penulis menyelesaikan studi sarjana selama 1 tahun 9 bulan.