PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN
PEMUPUKAN BAWANG MERAH (
Allium cepa
) SECARA
HIDROPONIK DENGAN MEDIA PASIR
ZOLIAND SOBILHAQQ
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Kebutuhan Air Irigasi dan Pemupukan Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik dengan Media Pasir adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015 Zoliand Sobilhaqq NIM A24134012
ABSTRAK
ZOLIAND SOBILHAQQ. Penentuan Kebutuhan Air Irigasi dan Pemupukan Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik dengan Media Pasir. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebutuhan air pada tanaman bawang merah (Allium cepa) secara hidroponik. Menentukan waktu irigasi untuk produksi maksimum. Mempelajari pengaruh frekuensi pemberian pupuk hidroponik. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat selama 16 minggu, dimulai pada Januari sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume irigasi (2Eo, 4Eo, 6Eo, 8Eo). Faktor kedua yaitu interval pemupukan, terdiri atas empat taraf yakni satu minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali, dan empat minggu sekali, sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas satu tanaman, sehingga total ada 48 tanaman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa volume irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan. Jumlah umbi dan bobot kering daun maka direkomendasikan volume irigasi sebesar 2Eo dengan interval pemupukan empat minggu sekali.
Kata kunci: bobot kering daun, bobot umbi, jumlah anakan, volume irigasi
ABSTRACT
ZOLIAND SOBILHAQQ. Determining Water Requirment and Fertilitation of Onion (Allium cepa) Hidroponically with Sand Media. Supervised by EKO SULISTYONO.
This research aims to study the water needs of the crop of onion (Allium cepa) hydroponically. Determine the time of irrigation for maximum production. Studied the effect of frequency of hydroponic fertilizer. The research activities carried out at the Green House Garden Experiment Leuwikopo, Dramaga, Bogor, West Java, for 16 weeks, starting in January to May 2015. This study used a randomized Full Factorial Design Group (RKLT). The first factor consists of four levels of irrigation volume (2Eo, 4Eo, 6Eo, 8Eo). The second factor is the interval of fertilization, consists of four levels: one week, two weeks, three weeks, and four weeks, in order to obtain 16 combinations of treatments, each treatment consisted of three replications, and each replication consisted of one plant, for a total of 48 plants. Results from this study indicate that the volume of irrigation very significant effect on plant height at nine and ten weeks after planting, but did not significantly affect the number of leaves and number of tillers. Interval fertilization did not significantly affect the growth of all variables. The number of tubers and leaf dry weight, the recommended volume of 2Eo irrigation with fertilization interval of four weeks.
ZOLIAND SOBILHAQQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN
PEMUPUKAN BAWANG MERAH (
Allium cepa
) SECARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai Mei 2015 ini ialah hidroponik, dengan judul Penentuan Kebutuhan Air Irigasi dan Pemupukan Bawang Merah (Allium cepa) secara Hidroponik dengan Media Pasir.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan komisi pembimbing bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi yang telah memberikan banyak pengarahan, ilmu, dan saran. Dosen pembimbing akademik ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc atas pengarahan dan semangat yang diberikan selama menempuh pendidikan S1. Dosen penguji bapak Chandra Budiman, SP, MSi dan bapak Dr Ir Supijatno, MSi. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Supiyatna beserta staf rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo yang telah mendukung dalam pengamanan dan banatuan selama penelitian berlangsung. Seluruh tim dosen beserta staf Departemen Agronomi dan Hortikultura. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada, ayah, ibu, dan adik atas doa, dukungan, serta perhatian yang tulus. Teman-teman Alih Jenis Agronomi dan Hortikultura tahun 2013 khususnya Amalia Evadiyani, Ery Leonardo Saragih, Fitria Nanda Utami, Lany Hardiyani, Ellysa Dwi Gahara, Vivi Fitriani, Devi Delidha, Fachrul Maulana, Rudiyono, Reza Liliandra, dan lain-lain atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 2
Botani ... 2
Syarat Tumbuh ... 2
Hidroponik ... 3
Media Pasir ... 3
Unsur Hara Tanaman ... 3
Pupuk Hidroponik ... 4
Kebutuhan Air Tanaman ... 4
Evapotranspirasi Tanaman ... 4
METODE PENELITIAN ... 4
Tempat dan Waktu ... 4
Bahan dan Alat ... 5
Metode Penelitian... 5
Pengamatan ... 5
Pelaksanaan Penelitian ... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
Kondisi Umum ... 7
Pengaruh Volume irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi ... 7
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan ... 9
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan ... 10
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Produksi... 12
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Produksi ... 12
Pengaruh Interaksi Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Produksi ... 13
SIMPULAN ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan ... 8
2 Rekapitulasi analisis ragam produksi ... 9
3 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman ... 9
4 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun ... 10
5 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah anakan ... 10
6 Pengaruh interval pemupukan terhadap tinggi tanaman... 11
7 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah daun... 11
8 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah anakan ... 11
9 Pengaruh volume irigasi terhadap ukuran umbi ... 12
10 Pengaruh volume irigasi terhadap produksi umbi ... 12
11 Pengaruh interval pemupukan terhadap ukuran umbi ... 13
12 Pengaruh interval pemupukan terhadap produksi umbi ... 13
13 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap jumlah umbi ... 14
14 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap kadar air umbi ... 14
15 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap bobot kering daun ... 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kandungan hara pupuk hidroponik ... 202 Kombinasi perlakuan ... 20
3 Skema perlakuan penelitian ... 21
4 Jadwal pemupukan ... 22
5 Volume irigasi (cm3 atau cc atau ml) ... 23
6 Nilai evaporasi panci pada saat pemupukan (mm) ... 24
7 Hasil pengamatan evaporasi panci bulan Januari sampai Mei 2015 ... 25
8 Rekapitulasi suhu harian selama pengamatan ... 27
9 Ember tanam bawang merah (a) dan panci evaporasi (b) ... 33
10 Dokumentasi perlakuanvolume irigasi dengan interval pemupukan pada tanaman bawang merah umur 4 MST ... 34
11 Dokumentasi perlakuanvolume irigasi dengan interval pemupukan pada tanaman bawang merah umur 8 MST ... 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa) merupakan komoditas yang memiliki arti penting, terutama untuk masyarakat Indonesia. Komoditas bawang merah ini walaupun bukan komoditas pokok, tetapi keberadaan komoditas ini sangat diperlukan. Komoditas ini dapat digunakan, baik dari segi bumbu pelengkap maupun kesehatan. Bawang merah sebagai bumbu pelengkap karena banyak mengandung vitamin B dan C. Bawang merah juga digunakan dalam bidang kesehatan sebagai obat tradisional seperti menyembuhkan luka atau infeksi, memperbaiki pencernaan dan menghilangkan lendir di tenggorokan karena adanya efek antiseptik senyawa anilin dan alisin (Rukmana 1994). Perkiraan kebutuhan konsumsi bawang merah dalam kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 meningkat dari 812 103 ton menjadi 899 412 ton (Ditjen BPH 2005). Konsumsi bawang merah meningkat sekitar lima persen setiap tahunnya sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan (Ditjen PPHP 2006).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2013), bahwa dalam kurun waktu 2009 sampai 2013 produksi bawang merah Indonesia menunjukkan angka peningkatan dari 965 164 ton menjadi 1 010 773 ton atau dengan laju 3.36 persen/tahun. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh peningkatan produktivitas dengan laju 0.63 persen/tahun dan penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, yaitu 200 kg ha-1 Urea, 200 kg ha-1 SP36, 200 kg ha-1 KCl, dan 500 kg ha-1 ZA (Badan Litbang-Deptan 2006). Produktivitas tersebut akan menurun karena kurangnya ketersediaan air, sebagai akibat dari pemakaian air yang tidak efisien. Air yang sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman pada fase pertumbuhan tertentu akan terjadi defisit (curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi), maka pemberian air senilai defisit dapat dilakukan.
Menurut Savvas1 (2003) hidroponik merupakan metode untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media penumbuh tanaman. Metode tersebut melibatkan pasokan nutrisi anorganik melalui air irigasi. Pasir kuarsa dan kerikil (bebas dari batu kapur) adalah bahan agregat yang paling sering digunakan dalam penelitian yang melibatkan budidaya tanpa tanah pada saat itu. Budidaya dengan media air, budidaya dengan media pasir, dan budidaya dengan media kerikil, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode hidroponik ini dalam menumbuhkan tanaman (Savvas2 2003). Menurut Savvas3 (2003) budidaya tanaman dengan hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dibanding dengan budidaya pada umumnya serta membutuhkan keterampilan teknis untuk mengatasinya. Pencapaian hasil dan kualitas yang baik dapat dicapai, bahkan dalam keadaan salin ataupun dengan struktur media yang rendah.
pasir, sehingga dapat melihat kebutuhan air yang akan digunakan untuk efisiensi air dan menekan modal yang dikeluarkan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan secara finansial maupun penghematan air.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebutuhan air pada tanaman bawang merah (Allium cepa) secara hidroponik. Menentukan volume irigasi untuk produksi maksimum. Mempelajari pengaruh frekuensi pemberian pupuk hidroponik.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Volume irigasi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
2. Interval pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
3. Interaksi volume irigasi dan interval pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
4. Diperoleh kombinasi antara volume irigasi dan interval pemupukan tertentu untuk bawang merah
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman hortikultura, khususnya benih bawang merah. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku (Kartasapoetra 2003). Bawang adalah tanaman dua musim yang memiliki batang dan muncul tahun kedua, halus, lurus, gemuk, membesar di bagian pangkal, dan fistulous, bantalan di atas sebuah umbel, bunga putih-kehijauan. Daun berbentuk bulat dan fistulous warna hijau, kaku, dan lebih pendek dari batang. Bagian yang biasa digunakan adalah umbi. Bawang termasuk dalam kerajaan Plantae, keluarga Alliaceae, genus Allium, spesies: A. cepa (Chem, Pharm, dan Res 2010).
Syarat Tumbuh
Hidroponik
Taman Gantung Babilonia, salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno, sering dianggap pengguna pertama hidroponik (Resh 2000). Menurut Gericke (2000), bahwa teknik ini akan disebut "hidroponik" karena istilah budidaya sebelumnya telah didefinisikan sebagai pertumbuhan tanaman air dan hewan. Hidroponik adalah dari bahasa Yunani hydro berarti air dan ponos berarti tenaga kerja dan analog dengan geoponik, didefinisikan sebagai ilmu budidaya tanpa tanah. Budidaya secara hidoponik telah dilakukan untuk pemeliharaan tanaman yang terkontrol di dalam rumah kaca (Roger dan Smith 2001). Hidroponik substrat adalah budi daya tanaman yang ditumbuhkan di media non tanah, seperti arang sekam, zeolit, batu kerikil, perlit, pasir, rockwool, gambut, atau serbuk gergaji (Onny 2004).
Media Pasir
Pasir merupakan fraksi kasar dari bahan tanah. Pasir didefinisikan secara internasional dalam ilmu tanah sebagai partikel di atas 0.02 mm dan dikelompokkan menjadi pasir kasar (0.2 mm sampai 2 mm) serta pasir halus (0.02 mm sampai 0.2 mm). Pasir kasar lebih disukai sebagai substrat (Raviv et al. 2002). Tingkat difusi oksigen rata-rata dalam pasir halus adalah 10 sampai 100 kali lebih rendah dari gambut, perlite, kulit redwood, dan campuran lainnya (Bunt 2001). Menurut da Silva (2001), pasir memiliki distribusi ukuran pori yang sempit, sehingga fraksi pori-pori yang kecil mempertahankan volume airnya hampir konstan seiring bertambahnya daya hisap dari 0 sampai 10 cm air (pasir kasar) atau 0 sampai 20 cm (pasir halus). Peningkatan selanjutnya dalam daya hisap air menghasilkan penurunan yang tajam pada kadar air. Masalah aerasi diharapkan bila menggunakan pasir halus di pot umum yang digunakan dalam pertanian (Wever et al. 2007).
Unsur Hara Tanaman
Hubungan antara salinitas dan nutrisi mineral tanaman hortikultura sangat kompleks dan membutuhkan pemahaman mendalam dari interaksi yang terlibat. Salinitas juga dapat menyebabkan kombinasi interaksi kompleks yang mempengaruhi metabolisme tanaman, kerentanan terhadap penyakit atau kebutuhan hara tanaman (Grattan dan Grieve 2008). Kebutuhan nutrisi untuk budi daya kailan dan jenis sayuran batang dan daun lainnya yaitu Nitrogen (N-total) 250 ppm, Posphor (P) 75 ppm, Kalium (K) 350 ppm, Kalsium (Ca) 175 ppm, dan Magnesium (Mg) 62 ppm (Thompson dan Doerge 2005).
Pupuk Hidroponik
Pemberian pupuk atau unsur hara selain diberikan lewat tanah dapat pula diberikan lewat daun. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kelebihan utama dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar. Produk pupuk daun saat ini dengan berbagai merek dagang dengan komposisi hara makro dan mikro yang bervariasi. Unsur hara yang dominan dalam pupuk daun adalah hara makro dengan tambahan beberapa unsur mikro.
Menurut Sutedjo (2009), pupuk daun yang digunakan harus berkadar N tinggi. Pupuk daun yang berkadar N tinggi dengan kadar P dan K yang bervariasi seperti Growmore 32-10-10 (32 % N, 10 % P2O5 dan 10 % K2O). Growmore
adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah larut dalam air. Pupuk ini dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam media tanam dan mengandung hara lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Formula ini sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, stek (cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, dapat merangsang pembungaan dan pembuahan.
Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air konsumtif tanaman besarnya sama dengan evapotranspirasi. Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah dari evaporasi dan transpirasi tanaman. Evapotranspirasi merupakan bagian penting dari siklus air. Penguapan menyumbang pergerakan air ke udara dari sumber seperti tanah, kanopi intersepsi, dan badan air. Transpirasi menyumbang pergerakan air di dalam tanaman dan hilangnya bersama air sebagai uap melalui stomata pada daunnya. Evapotranspirasi potensial (PET) merupakan representasi dari permintaan lingkungan untuk evapotranspirasi dan mewakili tingkat evapotranspirasi dari tanaman hijau semusim, melengkapi ketajaman tanah, tinggi seragam dan status air yang memadai dalam profil tanah. Ini adalah refleksi dari energi yang tersedia untuk menguapkan air, dan angin yang tersedia untuk mengangkut uap air dari bawah ke atas ke atmosfer yang lebih rendah. Evapotranspirasi dikatakan sama dengan evapotranspirasi potensial bila ada air yang cukup (Allen et al. 2011). Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air yang harus diberikan untuk menggantikan kehilangan air akibat evapotranspirasi dan kehilangan air selama proses penyaluran air. Pada sistem hidroponik dengan media pasir volume irigasi dapat ditentukan berdasarkan besarnya evaporasi permukaan air bebas (Sulistyono dan Yuliana 2014).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat selama 16 minggu, dimulai pada Januari sampai dengan Mei 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas lokal, air, pupuk daun, dan pasir. Alat yang digunakan terdiri atas ember, gelas ukur, meteran, penggaris, kalkulator, kamera, dan timbangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Faktorial Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) untuk mengetahui respon evapotranspirasi satu varietas bawang merah dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume irigasi (2Eo, 4Eo, 6Eo, 8Eo) yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Faktor kedua yaitu interval pemupukan (W), terdiri atas empat taraf yakni W1 (satu minggu sekali), W2 (dua minggu sekali), W3 (tiga minggu sekali), dan W4 (empat minggu sekali), sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas satu tanaman, sehingga total ada 48 tanaman.
Model linear yang digunakan sebagai berikut menurut Gomez dan Gomez (1995):
βk = Nilai tambah pengaruh faktor interval pemupukan (W) ke-j (j = W1,
W2, W3, dan W4)
(αβ)jk = Nilai tambah pengaruh interaksi faktor intensitas pemupukan (I) ke-i
dengan faktor interval pemupukan (W) ke-j
ρk = Pengaruh aditif dari ulangan, dan diasumsikan tidak berinteraksi
dengan perlakuan (bersifat aditif) Ejk = Galat percobaan
Analisis data menggunakan uji F pada taraf nyata 5%. Hasil analisis ragam berpengaruh nyata, maka nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji Tukey (Honestly Significant Difference (HSD)) pada taraf 5% menggunakan software SAS 9.0. Rekapitulasi data menggunakan Microsoft Office Excel 2007.
Pengamatan
Variabel penelitian adalah tingkat evaporasi tanaman dengan metode evaporasi panci. Pengurangan air dalam panci diukur sesuai waktu yang telah ditentukan. Analisis air yang berkurang dengan menggunakan indikator peubah yang diamati. Pengamatan seluruh parameter dilakukan pada saat pertumbuhan, panen dan setelah panen. Parameter yang diamati, meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan cara mengukur panjang tanaman mulai dari leher akar sampai ujung daun tertinggi.
3. Jumlah anakan per rumpun (helai) dilakukan dengan cara menghitung jumlah anakan yang terbentuk pada setiap rumpun.
4. Bobot tanaman segar atau basah (daun, batang, dan akar) (g) per rumpun dilakukan setelah pemanenan saat akar masih dalam keadaan segar, penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitis.
5. Bobot tanaman kering (daun, batang, dan akar) (g) per rumpun dilakukan menggunakan oven (85oC) selama tiga hari hingga diperoleh berat konstan, penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital.
6. Bobot hasil umbi, yaitu bobot umbi segar (saat panen) dan bobot umbi kering (setelah di oven).
7. Jumlah umbi, dan ukuran umbi bawang (panjang umbi dan diameter umbi). Pelaksanaan Penelitian
Persiapan rumah kaca dan media tanam
Rumah kaca yang akan digunakan harus dalam keadaan rapih, bersih, dan tertutup atau layak. Media tanam pasir dibeli pada toko bangunan, kemudian pasir dibersihkan dari kotoran-kotoran, dikering anginkan, dan diayak. Pasir dimasukkan dalam pot 1/3 dari tinggi pot. Pasir diberi pupuk hidroponik dengan cara pengenceran sesuai dosis perlakuan, kemudian diinkubasi selama 2 minggu. Penanaman, penyulaman, dan pemeliharaan
Penanaman bibit dilakukan pada pot yang sudah berisi pasir. Umbi bibit ditanam dengan alat penugal, lubang tanaman dibuat sedalam rata-rata setinggi umbi. Satu umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekerup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan media pasir. Setelah tanam, seluruh pot disiram dengan embrat yang halus.
Penyulaman dilakukan terhadap bawang merah yang mati atau tidak memenuhi syarat pertumbuhan. Umbi untuk menyulam berasal dari persediaan bawang merah dan umur yang sama dengan umbi yang sudah di tanam dalam pot. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam dalam pot. Hama dan penyakit dikendalikan secara intensif dengan cara melakukan penyemprotan.
Penentuan volume irigasi
Irigasi diberikan setiap hari dengan volume yang sudah ditentukan berdasarkan evapotranspirasi panci, yaitu koefisien panci tanaman x evaporasi panci (cm) x luas permukaan ember tanaman (cm2).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan bersama-sama air irigasi dengan interval sesuai perlakuan dengan konsentrasi 1.5 gram pupuk hidroponik per liter larutan. Kandungan hara pupuk yang digunakan adalah seperti pada Lampiran 1.
Pemanenan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Bawang merah berada di dalam rumah kaca dengan batas sebelah timur adalah ruang kelas dan rumah kaca. Batas sebelah barat adalah tanaman kemangi. Batas sebelah utara adalah lahan tanaman sereh dan jahe. Batas sebelah selatan adalah tanaman singkong. Cahaya masuk rumah kaca mulai jam 10.00 karena terhalang tembok sampai dengan 16.00 WIB. Kondisi ini sesuai dengan syarat tumbuh bawang (Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999, Sutarya dan Grubben 1995).
Gambar 1 Rumah kaca di Leuwikopo (a) dan tanaman bawang merah (b) Tata letak tanaman bawang merah disusun berdasarkan ulangan, sehingga terdapat tiga baris untuk tiga ulangan. Bak penampung air bersih dan panci evaporasi diletakkan didekat pertanaman bawang merah tersebut. Bak penampung air ini akan digunakan sebagai stok air jika keran air dari rumah kaca tidak mengeluarkan air. Panci evaporasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak air yang menguap atau hilang setiap harinya, sehingga dapat mengetahui volume irigasi dan pemupukan yang dapat diberikan ke tanaman. Nilai evaporasi panci selama percobaan dari bulan Januari sampai dengan Mei sebesar 1 sampai dengan 4 mm per bulan dapat dilihat pada Lampiran 7. Perubahan evaporasi panci harian ini dapat berbeda-beda setiap harinya, tergantung dengan suhu harian, yaitu sekitar 30oC sampai dengan 32oC berdasarkan AccuWeather.com dalam Lampiran 8.
Hama dan penyakit dikendalikan secara intensif setiap minggu menggunakan furadan (Petrofur), insektisida dengan bahan aktif deltrametrin dan konsentrasi 0.5 sampai 1 ml L-1, serta fungisida dengan bahan aktif mankozeb 80% dan konsentrasi 3 sampai 6 g L-1.
Pengaruh Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Volume irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval pemupukan dan interaksi antara
volume irigasi dengan interval pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan.
Volume irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, bobot umbi per pot, dan kadar air umbi, berpengaruh sangat nyata terhadap panjang umbi, bobot basah umbi. Interval pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah produksi. Interaksi antara volume irigasi dan interval pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, kadar air umbi, dan bobot kering daun (Tabel 1).
Tabel 1 Rekapitulasi analisis ragam pertumbuhan
Tabel 2 Rekapitulasi analisis ragam produksi
Jumlah umbi 0.0527 0.6690 0.0315* 33.52310 3.422150 Diameter umbi 0.1154 0.2670 0.3720 19.54384 0.293479 Panjang umbi 0.0059 0.4286 0.2210 10.79983 0.327500 Keliling umbi 0.2477 0.2168 0.5375 18.20447 0.839203 Bobot umbi per
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
Perlakuan volume irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dari umur satu minggu sampai tujuh minggu. Pada umur delapan minggu setelah tanam dan sembilan minggu setelah tanam perlakuan volume irigasi 4Eo menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 2Eo, tetapi tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan 6Eo dan 8Eo. Pada umur 10 MST volume irigasi 2Eo menghasilkan tinggi tanaman 30.85 cm yang nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain (Tabel 2). Perlakuan volume irigasi menyebabkan tinggi tanaman meningkat sebesar 14.4 % dan 16.4 % dibandingkan dengan perlakuan 2Eo masing-masing pada umur delapan minggu setelah tanam dan sembilan minggu setelah tanam.
Tabel 3 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman
Volume irigasi
Tinggi tanaman pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Kebutuhan air tanaman adalah setara dengan evapotranspirasi. Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah dari evaporasi dan transpirasi tanaman. Evapotranspirasi merupakan bagian penting dari siklus air. Penguapan menyumbang pergerakan air ke udara dari sumber seperti tanah, kanopi intersepsi, dan badan air. Evapotranspirasi potensial (PET) merupakan representasi dari permintaan lingkungan untuk evapotranspirasi dan mewakili tingkat evapotranspirasi dari tanaman hijau semusim, melengkapi ketajaman tanah, tinggi seragam dan status air yang memadai dalam profil tanah. Ini adalah refleksi dari energi yang tersedia untuk menguapkan air, dan angin yang tersedia untuk mengangkut uap air dari bawah ke atas ke atmosfer yang lebih rendah. Evapotranspirasi dikatakan sama dengan evapotranspirasi potensial bila ada air yang cukup (Allen et al. 2011).
Tabel 4 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun Volume
irigasi
Jumlah daunpada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Perlakuan volume irigasi tidak mempengaruhi jumlah anakan. Hal ini dikarenakan volume irigasi 2Eo sudah mencukupi kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan jumlah anakan. Jumlah anakan pada akhir pertumbuhan yaitu umur 10 MST sebesar antara delapan sampai 10 anakan (Tabel 4).
Tabel 5 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah anakan Volume
irigasi
Jumlah anakan pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Perlakuan interval pemupukan tidak mempengaruhi tingggi tanaman. Kebutuhan pupuk sudah tercukupi dengan interval empat minggu sekali. Tinggi tanaman pada umur 10 MST sebesar 35.91 cm sampai dengan 37.22 cm (Tabel 5).
Tabel 6 Pengaruh interval pemupukan terhadap tinggi tanaman Interval
pemupuk-an
Tinggi tanaman pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah daun. Penelitian ini pada interval pemupukan empat minggu sekali sudah mencukupi untuk pertumbuhan jumlah daun. Jumlah daun pada umur 10 MST sebesar 18 sampai 27 helai (Tabel 6).
Tabel 7 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah daun Interval
pemupuk-an
Jumlah daun pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah anakan. Interval pemupukan empat minggu sekali sudah mencukupi kebutuhan hara untuk pertumbuhan jumlah anakan. Jumlah anakn pada umur 10 MST sebesar tujuh sampai sembilan anakan (Tabel 7).
Tabel 8 Pengaruh interval pemupukan terhadap jumlah anakan Interval
pemupuk-an
Jumlah anakan pada minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengaruh Volume Irigasi terhadap Produksi
Ukuran umbi
Perlakuan volume irigasi 8Eo menghasilkan panjang umbi lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Panjang umbi pada perlakuan 8Eo adalah sebesar 2.72 cm 14.4% lebih rendah dibandingkan dengan 6Eo. Panjang umbi antara perlakuan 2Eo, 4Eo, dan 6Eo adalah sama atau tidak berbeda nyata. Diameter umbi dan keliling umbi tidak dipengaruhi oleh perlakuan volume irigasi. Diamater umbi berkisar antara 1.39 cm sampai 1.64 cm. Keliling umbi berkisar antara 4.32 cm sampai 4.92 cm (Tabel 8).
Perlakuan volume irigasi tidak mempengaruhi jumlah umbi, bobot basah umbi per pot, bobot kering umbi per pot, dan kadar air umbi. Pada penelitian ini volume irigasi sebesar 2Eo sudah mencukupi kebutuhan air untuk produksi umbi (Tabel 9).
Tabel 9 Pengaruh volume irigasi terhadap ukuran umbi Volume
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Bobot basah umbi berkisar antara 18.662 gram sampai 27.258 gram atau setara dengan 3.53 ton sampai dengan 5.15 ton dengan asumsi populasi sebesar 189 000 tanaman ha-1. Rata-rata produktivitas bawang merah di lahan adalah sebesar 10.22 ton ha-1(Ditjen Horti 2014).
Tabel 10 Pengaruh volume irigasi terhadap produksi umbi Volume
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey); BB = Bobot Basah; BK = Bobot Kering.
Pengaruh Interval Pemupukan terhadap Produksi
Tabel 11 Pengaruh interval pemupukan terhadap ukuran umbi
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Perlakuan interval pemupukan tidak mempengaruhi jumlah umbi, bobot umbi per pot, bobot kering umbi per pot, dan kadar air umbi. Interval pemupukan empat minggu sekali sudah mencukupi untuk produksi umbi (Tabel 11).
Tabel 12 Pengaruh interval pemupukan terhadap produksi umbi Interval
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey); BB = Bobot Basah; BK = Bobot Kering.
Pengaruh Interaksi Volume Irigasi dan Interval Pemupukan terhadap Produksi
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan jumlah umbi tertinggi adalah volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan dua minggu sekali. Kombinasi perlakuan volume irigasi 6Eo dengan interval pemupukan satu minggu sekali dan volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan dua minggu sekali nyata menghasilkan jumlah umbi lebih banyak dibandingkan dengan volume irigasi 8Eo dengan interval pemupukan dua minggu sekali. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan jumlah umbi terendah adalah volume irigasi 8Eo dengan pupuk yang diberikan dua minggu sekali (Tabel 12). Jadi, berdasarkan jumlah umbi perlakuan yang terbaik adalah volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan dua minggu sekali.
Tabel 13 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Kombinasi perlakuan volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan tiga minggu sekali nyata menghasilkan kadar air umbi sebesar 1 273.3% berdasar bobot kering lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan volume irigasi 8Eo dengan pupuk yang diberikan tiga minggu sekali (Tabel 13).
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering daun terberat adalah volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan dua minggu sekali dan volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan empat minggu sekali nyata menghasilkan bobot kering daun lebih berat dibandingkan perlakuan 4Eo dengana pupuk yang diberikan satu minggu sekali.
Tabel 14 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap kadar air umbi
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering daun terendah adalah volume irigasi 4Eo dengan pupuk yang diberikan satu minggu sekali (Tabel 14). Jadi, berdasarkan bobot kering daun perlakuan yang terbaik adalah volume irigasi 4Eo dengan interval pemupukan empat minggu sekali.
Tabel 15 Pengaruh interaksi volume irigasi dengan interval pemupukan terhadap bobot kering daun
Interval pemupukan
Volume irigasi
2Eo 4Eo 6Eo 8Eo
Bobot kering daun (gram per rumpun)a
SIMPULAN
Volume irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur sembilan dan sepuluh minggu setelah tanam, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah anakan. Interval pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan. Jumlah umbi dan bobot kering daun maka direkomendasikan volume irigasi sebesar 2Eo dengan interval pemupukan empat minggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Allen RG, Pereira LS, Raes D, Smith M. 2011. Crop Evapotranspiration: Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and drainage. Rome (IT): Food and Agriculture Organization of the United Nations.
[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Produktivitas bawang merah [Internet]. [diunduh pada 2015 Sep 30]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/.
Arkoun M, Sarda X, Jannin L, Laine P, Etienne P, Maria JGM, Claude JY, Ourry A. 2012. Hydroponics versus field lysimeter studies of urea, ammonium, and nitrate uptake by oilseed rape (Brassica napus L.) [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://jxb.oxfordjournals.org/ content/63/14/5245.full.pdf. 63(14):5245–5258.doi:10.1093/jxb/ers183 [Badan Litbang-Deptan] Badan Penelitian dan Pengembang Departemen
Pertanian. 2006. Teknologi Hortikultura Mendukung Prima Tani (Cabai, Bawang Merah, Kentang, Jeruk, Pisang, Mawar Mini, dan Krisan). Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembahan Hortikultura.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Tahun 2009-2013 [Internet]. [diunduh pada 2014 Nov 15]. Tersedia pada: http://bps.go.id/.
Bunt AC. 2001. The relationship of oxygendiffultion rate to the air-filled porosity of potting substrates. Acta hort. 294:215-224.
Chem J, Pharm, Res. 2010. Allium cepa: A traditional medicinal herb and its health benefits [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://jocpr.com/second-ssue/J.%20Chem.%20Pharm.%20Res.,2010,%202 %281%29%20283-291.pdf. 2(1):283-291.
da Silva FF. 2001. Static and dynamic characterization of container media for irrigation management [Tesis]. Faculty of Agricultural: The Hebrew University of Jerusalem (in English).
[Ditjen BPH] Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2005. Perkiraan kebutuhan konsumsi bawang merah [Internet]. [diunduh pada 2014 Nov 15]. Tersedia pada: hortikultura.pertanian.go.id/.
Gericke WF. 2000. Hydroponics: Crop production in liquid culture media. Science. 85:177-178.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Ed ke-2.
Grattan SR, Grieve CM. 2008. Scientia Horticulturae: Salinity mineral nutrient relations in horticultural crops [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S030 4423898001927. 78(1–4):127–157.
Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
Lingga P, Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Nazaruddin. 1999. Budidaya dan pengaturan panen sayuran dataran rendah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Onny U. 2004. Hidroponik Sayuran: Sistem Nutrient Film Technique (NFT). Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Raviv M, Wallach R, Silber A, Bar-Tal A. 2002. Hydroponics production of vegetables and ornamentals: Substrates and their analysis [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 23]. Tersedia pada: http://www.fao.org/hortivar/scis/doc/publ/8.pdf
Resh HM. 2000. Hydroponic Home Food Gardens. Santa Barbara (CA): Woodbridge Press.
Richards LA, Gardner WR, Ogata G. 2000. Physical Processes Determining Water Loss from Soil [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 23]. Tersedia pada: https://dl.sciencesocieties.org/publications/sssaj/abstracts/20/3/SS 02030310. 20(3):310-314.
Rogers SLK, Smith MAL. 2001. Effects Of Growing Media and Aerial Environments on Acclimatization of In Vitro-Grown Miniature Rose Plantlet's [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://www.hriresearch.org/docs/publications/JEH/JEH_2001/JEH_2001_ 9_4/JEH%209-4-181-184.pdf . EnvironHort. 9(4):181-184.
Rukmana R. l994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
1
Savvas D. 2003. Hydroponics: A modern technology supporting the application of integrated crop management in greenhouse. Di dalam: Gericke WF, editor. Hydroponics – crop production in liquid culture media; 1937. Food, Agriculture & Environment 1(1):80-86.
2
. 2003. Hydroponics: A modern technology supporting the application of integrated crop management in greenhouse. Di dalam: Hewitt EJ, editor. Sand and water culture methods used in the study of plant nutrition. Technical communication No. 22 (revised); 1966. Kent (UK): Commonwealth Bureau of Horticulture and Plantation Crops. Food, Agriculture & Environment 1(1):80-86.
3
Sulistyono E, Juliana AE. 2014. Irrigation Volume Based on Pan Evaporation and Their Effects on Water Use Efficiency and Yield of Hydroponically Grown Chilli. Journal of Tropical Crop Science 1(1): 9-12.
Sutarya R dan Grubben G. 1995. Pedoman bertanam sayuran dataran rendah. Prosea Indonesia – Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Sutedjo MM. 2009. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Thompson TL, Doerge TA. 2005. Hortscience: Nitrogen and Water Rates for
Subsurface Trickle-irrigated Romaine Lettuce [Internet]. [diunduh pada 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://hortsci.ashspublications.org/content/ 30/6/1233.full.pdf+html. 30(6):1233–1237
Lampiran 1 Kandungan hara pupuk hidroponik
Molybdenum (Mo) 0.0005 0.0005
Zinc (Zn)
Lampiran 3 Skema perlakuan penelitian
I3W2 I4W3 I1W4 I4W2 I2W1 I2W3 I4W4 I1W1 I4W1 I2W4 I1W3 I3W1 I3W4 I1W2 I2W2 I3W3
I4W3 I1W1 I4W2 I2W2 I1W3 I2W3 I4W4 I3W2 I3W1 I1W2 I4W1 I2W1 I2W4 I3W4 I3W3 I1W4
I1W1 I1W4 I2W4 I1W3 I2W2 I4W2 I4W3 I2W1 I2W3 I3W2 I3W1 I1W2 I4W4 I4W1 I3W4 I3W3
U
JT = 25 cm x 25 cm Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Lampiran 4 Jadwal pemupukan Waktu
pemupukan
Perlakuan
W1 W2 W3 W4
1/31/2015 √ √ √ √
2/7/2015 √
2/14/2015 √ √
2/21/2015 √ √
2/28/2015 √ √ √
3/7/2015 √
3/14/2015 √ √ √
3/21/2015 √
3/28/2015 √ √ √
4/4/2015 √ √
4/11/2015 √ √
4/18/2015 √
4/25/2015 √ √ √ √
5/2/2015 √
Lampiran 5 Volume irigasi (cm3 atau cc atau ml) Evaporasi
panci (mm)
Eo Total volume
irigasi (cm3)
2 4 6 8
1 83.05 166.11 249.16 332.21 9 966.36
2 166.11 332.21 498.32 664.42 19 932.72
3 249.16 498.32 747.48 996.64 29 899.08
4 332.21 664.42 996.64 1 328.85 39 865.44
5 415.26 830.53 1 245.79 1 661.06 49 831.80
6 498.32 996.64 1 494.95 1 993.27 59 798.16
7 581.37 1 162.74 1 744.11 2 325.48 69 764.52 8 664.42 1 328.85 1 993.27 2 657.69 79 730.88 9 747.48 1 494.95 2 242.43 2 989.91 89 697.24 10 830.53 1 661.06 2 491.59 3 322.12 99 663.60 11 913.58 1 827.17 2 740.75 3 654.33 109 629.96 12 996.64 1 993.27 2 989.91 3 986.54 119 596.32 13 1 079.69 2 159.38 3 239.07 4 318.76 129 562.68 14 1 162.74 2 325.48 3 488.23 4 650.97 139 529.04 15 1 245.79 2 491.59 3 737.38 4 983.18 149 495.40 16 1 328.85 2 657.69 3 986.54 5 315.39 159 461.76 17 1 411.90 2 823.80 4 235.70 5 647.60 169 428.12 18 1 494.95 2 989.91 4 484.86 5 979.82 179 394.48 19 1 578.01 3 156.01 4 734.02 6 312.03 189 360.84 20 1 661.06 3 322.12 4 983.18 6 644.24 199 327.20
Lampian 6 Nilai evaporasi panci pada saat pemupukan Waktu
pemupukan
Perlakuan
W1 W2 W3 W4
Pemupukan fase vegetatif (mm)a
1/31/2015 3 3 3 3
2/7/2015 2
2/14/2015 1 1
2/21/2015 2 2
2/28/2015 2 2 2
Pemupukan fase generatif (mm)a
3/7/2015 3
3/14/2015 2 2 2
3/21/2015 2
3/28/2015 3 3 3
4/4/2015 2 2
4/11/2015 2 2
4/18/2015 3
4/25/2015 2 2 2 2
5/2/2015 5
Jumlah 34 15 11 10
a
Lampiran 7 Hasil pengamatan evaporasi panci bulan Januari sampai Mei 2015
Tanggal Bulan
Januari Februari Maret April Mei
Evaporasi (mm)
1 2 2 2 2
2 1 3 2 5
3 2 3 2 6
4 0 3 2 5
5 2 3 2 4
6 0 6 2
7 2 3 2
8 0 2 2
9 0 2 3
10 1 2 3
11 0 4 2
12 1 0 2
13 2 1 3
14 1 2 2
15 2 2 2
16 3 2 2
17 1 2 2
18 0 4 3
19 1 3 3
20 1 3 3
21 2 2 3
22 4 3 3
23 3 3 3
24 3 3 4
25 3 2 2
26 3 2 2
27 3 2 1
28 2 3 2
29 Mulai 3 4
30 0 3 1
31 3 3
Lampiran 8 Rekapitulasi suhu harian selama pengamatan
Tanggal Bulan
Januari Februari Maret April Mei
Suhu (oC)
1 28 30 32 33
2 31 30 32 33
3 29 31 31 32
4 30 31 33 32
5 30 31 32 32
6 30 31 32
7 30 32 31
8 30 29 32
9 26 32 32
10 29 31 33
11 27 30 33
12 29 31 34
13 29 31 30
14 30 29 32
15 26 31 31
16 33 31 32
17 28 33 29
18 31 34 33
19 29 33 32
20 30 33 34
21 32 31 32
22 33 32 32
23 31 32 33
24 32 32 31
25 31 31 29
26 33 31 32
27 32 31 30
28 31 33 32
29 31 32 33
30 31 33 33
31 31 34
Lampiran 9 Ember tanaman bawang merah dan panci evaporasi
Keterangan: Diameter pasir dalam ember (D1) = 21.5 cm; Diameter bawah ember (D2) = 19 cm;
Tinggi pasir dari bibir ember (h1) = 2 cm; Tinggi lubang (h2) = 1/3 h3 = 6 cm;
Tinggi ember (h3) = 18 cm; Jarak antar lubang (s) = 8 cm
Keterangan: Diameter luar panci evaporasi (D1) = 23.5 cm; Diameter dalam panci evaporasi (D2)
= 21 cm; Tinggi panci evaporasi (h1) = 14 cm; Tinggi air dari bibir panci (h2) =
1 cm
D1 = 23.5 cm
D2 = 21 cm
h1 = 14 cm h2 = 1 cm
Air Pasir
D1 = 21.5 cm
h1 = 2
cm
h2 = 6 cm
h3 = 18 cm
D2 = 19 cm
Lampiran 10 Dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan pada tanaman bawang merah umur 4 MST
I1W1 I1W2 I1W3 I1W4
I3W2 I3W3 I3W4
I4W1 I4W2 I4W3 I4W4
I2W1 I2W2 I2W3 I2W4
I3W1
1 2 3
1 2 3
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Lampiran 11 Dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan pada tanaman bawang merah umur 8 MST
I1W1 I1W2
I1W3 I1W4
I2W1 I2W2
I2W3 I2W4
I3W1 I3W2
I3W3 I3W4
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
Lampiran 11 Lanjutan dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan pada tanaman bawang merah umur 8 MST
I4W1 I4W2
I4W3 I4W4
1 2 3 1 2 3
Lampiran 12 Dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan umbi bawang merah
I1W1
I1W2
I1W3
I1W4
I2W1
I2W2
I2W3
I2W4
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
Lampiran 12 Lanjutan dokumentasi perlakuan volume irigasi dengan interval pemupukan umbi bawang merah
I3W1
I3W2
I3W3
I3W4
I4W1
I4W2
I4W3
I4W4
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi tanggal 29 Maret 1992 dari ayah Khozali dan Ibu Krisdiana. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 100 Jakarta pada jalur IPA dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Program Diploma III Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di program keahlian Teknologi Industri Benih. Tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk Program Alih Jenis S1 dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.