• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH REVISI KEBIJAKAN

DESENTRALISASI FISKAL TAHUN 2004 TERHADAP

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN TENAGAKERJA

DI SUMATERA

AFANINA MEITHASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Afanina Meithasari

(4)

ABSTRAK

AFANINA MEITHASARI. Analisis Pengaruh Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera. Dibimbing oleh SRI HARTOYO.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan menganalisis kebijakan desentralisasi fiskal terhadap IPM dan tenagakerja di Sumatera. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif. Pada analisis deskriptif memperlihatkan kenaikan yang signifikan hingga tahun 2012 angka IPM mencapai 72 hingga 77 dan berkurangnya pengangguran yang terjadi mulai tahun 2004-2005. Pada analisis kuantitatif menggunakan metode data panel (Pooled data). Pada analisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap IPM, terdapat variabel yang berpengaruh signifikan yaitu pengeluaran pemerintah, produk domestik bruto dan dummy desentralisasi fiskal. Pada analisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja terdapat variabel yang berpengaruh positif yaitu, pengeluaran pemerintah dan pendapatan asli daerah. Variabel upah minimum provinsi dan dummy fiskal berpengaruh negatif terhadap Tenagakerja. koefisien dummy menyatakan dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal malah mengurangi Tenagakerja kerena perekonomian Indonesia yang terus meningkat belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan.

Kata kunci: Desentralisasi fiskal, IPM, Tenagakerja

ABSTRACT

AFANINA MEITHASARI. Analysis Effects of Revised Fiscal Decentralization Policy in 2004 for Human Development Index and Labor in Sumatra. Supervised by SRI HARTOYO

This research is intended to discribe the condition of Human Development Index (HDI) and to analyze rivised fiscal decentralization policy affect for HDI and labor in Sumatra. This Research used a descriptive and quantitative analysis. In the descriptive analysis showed a significant increase HDI figures reached 72 to 77 in 2012 and show the reduction of unemployment from 2004-2005. The quantitative analysis using pooled data, the analysis fiscal decentralization policy affect to HDI, variables that significantly affect there are government spending, gross domestic product and fiscal decentralization dummy. the analysis fiscal decentralization policy affect to Labor. The variable who positive effect there are, government expenditure and revenue. Provincial minimum wage and dummy variables negatively affect employment. dummy expressed the policy of fiscal decentralization because they actually reduce labor growing Indonesian economy has not been able to provide jobs.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL

TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN

TENAGAKERJA DI SUMATERA

AFANINA MEITHASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan dan Tenagakerja di Sumatera”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh revisi kebijakan desentralisasi fiskal terhadap pembangunan manusia dan tenagakerja di Sumatera.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah H. Muchtar dan Ibu Kusweni serta adik dari penulis, Faiq Rakha Agentha atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Dr. Muhammad Findi, ME selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

4. Teman-teman satu bimbingan, Ayu Frianka, Fauziyah Adzimatinur, Ahmad Fauzi, Titis, Mega. Serta sahabat-sahabat, Angga FP, Rengganis RA, Erlangga R, Penny S, Vicky O, dan Nindya .U yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Keluarga Ilmu Ekonomi47 , Departemen KOMINFO BEM FEM 2013 dan keluarga BEM FEM 2013 atas segala pelajaran, pengalaman, motivasi, dan dorongan selama ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Desentralisasi Fiskal 3

Indeks Pembangunan Manusia 5

Tenagakerja 7

Penelitian Terdahulu 7

Kerangka Penelitian 8

Hipotesis 8

METODE PENELITIAN 9 Jenis dan Sumber Data 9 Metode Analisis dan Pengolahan Data 9 Model Analisis Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Indeks Pembangunan Manusia 12

Model Analisis Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Tenagakerja 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Kondisi IPM dan Tenagakerja pada Wilayah Sumatera 14 Analisis Desentralisasi Fiskal terhadap Indeks Pembangunan Manusia 16 Analisis desentralisasi Fiskal terhadap Tenagakerja 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1. Hasil estimasi desentralisasi fiskal terhadap indeks pembangunan

manusia di Sumatera Tahun 2002-2012 14 2. Hasil estimasi desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja

di Sumatera Tahun 2002-2012 15 3. Tingkat pengangguran 9 Provinsi di Sumatera 2002-2012 15

DAFTAR GAMBAR

1. Kenaikan belanja pemerintah dalam model IS-LM 4 2. Kurva Keseimbangan Pasar Tenagakerja 6 3. Kerangka Berfikir Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap

IPM dan Tenagakerja 8

4. Perkembangan IPM di Sumatera Tahun 2002-2012 12 5. Perubahan angkatan kerja di Sumatera Tahun 2004-2012 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil pengujian analisis desentralisasi fiskal terhadap indeks

pembangunan manusia 18

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia dimulai dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan. Tujuan utama dari Undang-Undang ini adalah pertama, mewujudkan desentralisasi politik dari kepala daerah memberikan kesempatan dan kepuasan politik kepada masyarakat daerah. Kedua, setiap daerah akan mengelolah dan menggunakan akses untuk menikmati sumberdaya alam yang ada didaerahnya masing-masing. Secara nyata kebijakan ini dijalankan pada tahun 2001 yang menjadikan sebuah gebrakan dengan berubahnya sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Kebijakan ini di Indonesia diarahkan untuk mempercepat pelayanan, pemerdayaan dan peran masyarakat (Suparno, 2010). Evaluasi yang terjadi dengan pelaksanaan kebijakan ini adalah kurangnya pemahaman terhadap Undang-Undang mengenai otomoni daerah ditingkat daerah, adanya konflik kewewenangan pada daerah kehutanan, investasi, pelabuhan dan lain-lain.

Adanya upaya untuk penyempurnaan terhadap kebijakan ini dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Pusat Daerah. Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999, pada Undang-Undang-Undang-Undang Tahun 2004 lebih mengatur persyaratan administrasi, teknis dan fisik kewilayahan. Aspek penting demokratisasi yang diukur dari unsur keterlibatan masyarakat dalam menentukan pejabat publik di daerah. Pemerintahan dapat dikatakan demokratis apabila Pemimpin Pemerintahan Daerah itu dipilih secara langsung dan bebas oleh masyarakat dengan cara yang terbuka dan jujur. Perbedaan mendasar dari kedua Undang-Undang ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengadopsi kembali rumusan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 yang menyatakan otonomi daerah adalah hak sekaligus juga kewajiban daerah otonom. Sementara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 hanya menyatakan sebagai kewenangan. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sumber penerimaan yang digunakan untuk pendanaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah: Pendapatan Asli Derah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dana bagi hasil, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.

(12)

2

Kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya juga dapat menunjukan kualitas sumberdaya manusia. Seseorang dapat membeli sesuatu atau memiliki daya beli yang tinggi berarti kualitas sumberdaya manusia baik, karena orang itu telah mempunyai penghasilan atau pemasukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. IPM pada tahun 2012 menurut pulau di Indonesia. Sumatera 74.13, Jawa 74.31, Bali dan Nusa Tenggara 69.55, Kalimantan 75.46, Sulawesi 72.48, Maluku 71.20, Papua 68.04. menempatkan Sumatera pada peringkat ke tiga (BPS, 2012).

Aspek lain yang ingin dilihat perubahannya adalah aspek sosial dengan dilihatnya tenagakerja. Pembangunan manusia akan lebih meningkat apabila adanya kemandirian masyarakat yang dapat dilihat dengan jumlah tenagakerja. Ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maka hal ini pula akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Angka Pengangguran yang terjadi di Sumatera mengalami trend yang menurun pada tahun 2004 sebesar 15.5%-5.6% dan tahun 2012 sebesar 7.5%-2.0% (Provinsi Dalam Angka, 2002-2012 (diolah)). Indonesia merupakan negara kepulauan, dalam meningkatkan perekonomian Indonesia menerapkan pembangunan koridor ekonomi yang di bagi menjadi 6 koridor yaitu : Koridor Sumatera menjadi Sentra Produksi dan Pengelolahan Hasil Bumu dan Lumbung Energi, Koridor Jawa menjadi pendorong Industri dan Jasa, Koridor Kalimantan menjadi Pusat Produksi dan Pengelolahan Hasil Bumu dan Lumbung Energi, Koridor Bali dan Nusa Tenggara menjadi pintu gerbang pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional, Koridor Sulawesi menjadi pusat produkasi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan dan Koridor Papua dan Kepulauan Maluku menjadi pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional.

Pada kenyatannya koridor Jawa telah menjadi pusat perekonomian dan pembangunan di koridor Jawa lebih tinggi dibandingan dengan koridor yang lainnya. Upaya yang saat ini ingin ditingkatkan dengan adanya optimalisasi koridor Sumatera menjadi pusat perekonomian kedua setelah Jawa. Sumatera harus mempersiapkan sumberdaya manusia yang efektif dan berdaya saing. Dengan menjadikan Sumatera sebagai pusat perekonomian dapat menarik banyak tenagakerja.

Dengan adanya desentralisasi Fiskal diharapkan dapat membantu tumbuhnya pembangunan di Sumatera sehingga perlu adanya evaluasi terhadap kebijakan yang lama. Sehingga menarik untuk diteliti apakah kebijakan revisi Undang-Undang Tahun 2004 Telah mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat dan aspek sosial.

Perumusan Masalah

(13)

3 Berdasarkan pada uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera?

2. Bagaimana pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan manusia di Sumatera?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Tenagakerja di Sumatera?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi Indeks Pembangunan Manusia dan Tenagakerja di Sumatera.

2. Menganalisis pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan manusia di Sumatera.

3. Menganalisis pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Tenagakerja di Sumatera.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pengaruh revisi kebijakan fiskal tahun 2004 terhadap IPM dan tenagakerja dalam kesiapan menghadapi Sumatera menjadi pusat perekonomian kedua di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis tentang pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tenagakerja di pulau Sumatera dengan provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung. Variabel yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tenagakerja Bekerja (TKB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Penerimaan Asli Daerah (PAD), Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Pengeluaran Pemerintah (PP).

TINJAUAN PUSTAKA

Desentralisasi Fiskal

(14)

4

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Desentralisasi merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan umum yang lebih baik, menciptakan pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis, kemandirian pemerintahan daerah dalam mengelolah daerah sendiri. Secara jelas di dalam Pasal 11 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 menyebbutkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, Industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi, dan tenagakerja (Saragih, 2003).

Berdasarkan tujuan desentralisasi menurut Rondinelli (1989) dalam Mungkasa (2012) mengklasifikasikan desentralisasi menjadi empat bentuk yaitu: Desentralisasi politik digunakan oleh pakar ilmu politik untuk mengidentifikasi transfer kewewenangan pengambilan keputusan kepada unit pemerintah yang lebih rendah atau kepada masyarakat dengan tujuan memberikan kekuasaan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan kepada masyarakat melalui perwakilan yang dipilih oleh masyarakat sehingga dengan demikian masyarakat dapat terlibat dalam penyusunan dan implementasi kebijakan, Desentralisasi pasar digunakan oleh para ekonom untuk menganalisis dan melakukan promosi barang dan jasa yang diproduksi melalui mekanisme pasar yang sensitif terhadap keinginan dan melalui desentralisasi pasar barang-barang dan pelayanan publik diproduksi oleh perusahaan kecil dan menengah, kelompok masyarakat, dan koperasi. desentralisasi ekonomi, bertujuan lebih memberikan tanggungjawab yang berkaitan sektor publik ke sektor swasta, Desentralisasi administratif digunakan untuk memusatkan perhatian pada upaya ahli hukum dan pakar administrasi publik untuk menggambarkan distribusi kewenangan serta fungsi-fungsi di antara unit pemerintah pusat dengan unit pemerintah non pusat yang bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan efektif dan efisien, Desentralisasi fiskal bertujuan memberikan kesempatan kepada daerah untuk menggali berbagai sumber dana, meliputi pembiayaan mandiri, dan pemulihan biaya dalam pelayanan publik, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak secara lebih tepat, transfer dana ke daerah, utamanya melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) secara lebih adil, kewenangan daerah untuk melakukan pinjaman berdasar kebutuhan daerah.

Dalam pelaksanaannya dentralisasi akan berjalan dengan baik dengan mempedomani hal-hal sebagai berikut (Suparno 2010) :

1. Adanya pemerintah pusat yang kapabel dalam melakukan pengawasan dan enforcement.

2. Terdapat keseimbangan antara akuntabilitas dan kewewenangan dalam melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah.

3. Stabilitas politik dan retribusi daerah.

4. Proses pengambilan keputusan di daerah harus demokratis, dimana pengambilan keputusan tentang manfaat dan biaya harus transparan serta pihak-pihak yang terkait memiliki kesempatan mempengaruhi keputusan-keputusan tersebut.

(15)

5 tanggung jawab masyarakat setempat dengan dukungan institusi dan kapasitasnya manajerial yang diinginkan sesuai permintaan pemerintah 6. Kualitas sumberdaya manusia yang kapabel dalam menggantikan peran

sebelumnya yang merupakan peran pemerintah pusat.

Indeks Pembangunan Manusia

Menurut United Nations Development Programme (UNDP) (1995) Paradigma pembangunan manusia mempunyai empat elemen, yaitu:

1. Produktifitas, peran aktif dari masyarakat dalam meningkatkan produktifitas mereka dalam memperoleh penghasilan dan pekerjaan. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menjadi bagian dalam pembangunan manusia.

2. Pemerataan, tidak adanya ketimpangan yang terjadi sehingga masyarakat dapat memperoleh kesempatan yang adil.

3. Berkelanjutan, bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi untuk generasi masa depan.

4. Pemberdayaan, partisipasi laki-laki atau perempuan harus diperdayakan dalam perencanaan dan pelaksanaan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Dalam membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), UNDP menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka Harapan Hidup. Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca tulis atau angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Ada tiga komponen dalam perhitungan Indeks Pembangunan Manusia, yaitu :

1. Indeks Kesehatan (Angka Harapan Hidup)

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah pengukuran yang melihat perkiraan tahun yang ditempuh seseorang selama hidup. Menurut standart UNDP angka tertinggi atau batas maksimal adalah 85 tahun sementara minimal adalah 25 tahun.

(16)

6

3. Standar Hidup Layak

Standar Hidup Layak dapat dilihat dari kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk. UNDP mengukur dengan Produk Domestik Bruto Riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dengan menghitung dengan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Tabel 1. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan

1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25

Tenagakerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenagakerja dan bukan tenagakerja

Berdasarkan batas kerja tenagakerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya

Bellante (1990) mengatakan individu yang digolongkan dalam angkatan kerja apabila selama seminggu survei mereka:

1. Melakukan pekerjaan apa saja dengan imbalan pembayaran upah.

2. Bekerja paling sedikit 15 jam tanpa imbalan pembayaran dalam suatu perusahaan atau pertanian milik keluarga sendiri.

(17)

7

Sumber : Bellante. Jackson 1990

Gambar 2 Kurva Keseimbangan Pasar Tenagakerja

Gambar 2 merupakan kurva keseimbangan Tenagakerja. Sumbu vertikal memperlihatkan upah dan horizontal memperlihatkan jumlah Tenagakerja. Adanya perubahan permintaan Tenagakerja akan menggeser garis D naik ke kanan atau pun turun ke kiri dan memperlihatkan keseimbangan yang baru. Ketika ada perubahan penawaran Tenagakerja akan menggeser kurva S naik ke kiri atau pun turun ke kanan dan menghasilkan keseimbangan yang baru

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Septian (2008) menggunakan panel data yang penelitiannya dimulai dari tahun 2002 hingga 2006 menggunakan 16 kabupaten dan 6 kota di Jawa Barat. Memperlihatkan bahwa desentralisasi fiskal mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia dilihat dari variabel penerimaan daerah seperti pajak dan retribusi. Penelitian yang dilakukan oleh Permata (2011) menggunakan metode 2 Stage Least Square (2SLS) terhadap persamaan simultan. Dummy desentralisasi fiskal perpengaruh positif terhadap PDRB dan Tenagakerja. Pada penelitian ini hasil estimasi terhadap tenagakerja menyatakan bahwa upah signifikan memperngaruhi kesempatan kerja hal ini sama dengan teori permintaan tenagakerja. Dirgantoro (2010) melakukan penelitian dampak desentralisasi fiskal terhadap transformasi struktur tenagakerja di Jawa Barat memeperlihatkan pengeluaran terhadap infrastruktur akan berdampak positif terhadap peningkatan output dan menciptakan lapangan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sasana (2009) tentang desentralisasi fiskal yang mempengaruhi Tenagakerja di Jawa Tengah.

(18)

8

Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2010) tentang kemandirian fiskal yang mempengaruhi pendapatan daerah kabupaten/kota di Provinsi Banten memperlihatkan tingkat kemandirian di fiskal di kota lebih baik dibandingkan dengan daerah kabupaten

Kerangka Pemikiran

Gambar 3 Kerangka Berfikir Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap IPM dan Tenagakerja

Hipotesis

(19)

9 2. Diduga adanya pengaruh revisi kebijakan desentralisasi fiskal yang di lihat dari Pengeluaran Pemerintah, Pendapatan Asli daerah, Upah Minimum Provinsi dan dummy terhadap Tenagakerja .

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang merupakan data time series tahun 2002 sampai 2012 dan data cross section yaitu, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung. Provinsi Kepulauan Riau tidak termasuk karena ketersediaan data yang tidak lengkap. Data yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tenagakerja Bekerja (TKB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Penerimaan Asli Daerah (PAD), Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Pengeluaran Pemerintah (PP) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode Kuantitatif merupakan metode yang menggunakan model ekonometrika. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel 2003 dan Eviews 6.

Metode Data Panel Statis

Data panel (pooled data) adalah data yang menggabungkan data time series

dan data cross section. Baltagi (2005) dalam Juanda (2012) Mengemukakan adanya keuntungan dalam menggunakan data panel antara lain metode panel dapat mengontrol unobserved heterogenity, data lebih informatif, lebih bervariasi, menguraingi koliniearitas antarpeubah, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien. Data panel dapat digunakan untuk melihat model perilaku yang lebih kompleks.

Juanda (2012) terdapat tiga pendekatan dalam menghitung model regresi data panel, yaitu :

1. Metode Common-Constant (The Pooled OLS Method / PLS) 2. Metode Fixed Effect (FEM)

3. Metode Random Effect (REM)

Metode Common-Constant (The Pooled OLS Method / PLS)

(20)

10

Metode Fixed Effect (FEM)

Metode FEM, Intersep pada regresi dapat dibedakan antara individu karena setiap individu dianggap mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam membedakan intersepnya dapat digunakan dummy sehingga metode ini dikenal dengan model Least Square Dummy Variable (LSDV) (Juanda 2012)

Dengan menggunakan pendekatan ini akan terjadi degree of freedom

sebesar NT-N-K. keputusan memasukkan variabel boneka ini harus didasarkan pada pertimbangan statistik. Tidak dapat kita pungkiri, dengan melakukan penambahan variabel boneka ini akan dapat mempengaruhi banyaknya degree of freedom yang akhirnya akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi.

Pada model fixed effect, estimasi dapat dilakukan tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobotan (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section

(Gujarati, 1978).

Metode Random Effect (REM)

Berbeda dengan metode REM, tidak konstan namu dianggap sebagai peubah random. Dimana adalah sisaan acak (error term). Dengan menggunakan model efek acak, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan oleh model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter akan menjadi semakin efisien.

Juanda (2012) Ada tiga pengujian untuk memilih model regresi data panel yang terbaik, yaitu :

Uji Chow

Uji Chow dilakukan untuk memlih antara model PLS dan FEM dengan melihat signifikansi model FEM menggunakan uji statistik F. Hipotesisnya sebagai berikut :

H0: α1= α2= α3= ... = αn

H1 : satu dari α tidak ada yang sama

Hipotesis tersebut dapat digunakan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan PLS atau FEM. Penolakan pada H0 adalah dengan uji statistik F.

(21)

11 Dimana :

= keofisien determinasi FEM = keofisien determinasi PLS

= jumlah individu = jumlah periode

= banyaknya peubah

Jika nilai F-Stat hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga dugaan bahwa α adalah sama untuk semua individu dapat ditolak (Firdaus 2011). Teknik regresi data panel dengan FEM lebih baik dari model regresi data panel dengan PLS.

Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan untuk memlih antara model REM dan FEM dengan melihat kriteria Wald. Hipotesisnya sebagai berikut :

H0 : ) = 0 H1 : ) ≠ 0

Penolakan H0 digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan

Chi-square. Jika penilaian statistik Hausman lebih besar daripada nilai staitistik

Chi-square. Teknik regresi data panel dengan FEM lebih baik dari model regresi data panel dengan REM.

Uji LM

Uji Chow dilakukan untuk memlih antara model PLS dan REM. Hipotesisnya sebagai berikut :

H0 : PLS H1 : REM

Penolakan pada H0 adalah dengan uji LM

[

]

Dimana :

= jumlah individu = jumlah periode

= residual metode PLS

Jika nilai LM test lebih besar dari nilai kritis statistik Chi-square , maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode REM

Setelah melakukan uji pemilihan model terbaik dilanjutkan dengan Uji asumsi yaitu Uji heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokolerasi, dan Uji Normalitas.

Uji Heteroskedastisitas

(22)

peubah-12

peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastositas sering terjadi di dalam data cross section. Akibat heteroskedastisitas adalah dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias, dan masih konsisten, tapi standar errornya bias ke bawah dan penduga OLS tidak efisien lagi. Mengatasi masalah ini bisa menggunakan Uji Goldfeld-Quandt, Uji Breusch-Pagan atau Uji White.

Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi linier bahwa tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinieritas ganda sempurna (perfect multicollynearity). Cara mengatasinya dengan memanfaatkan informasi sebelumnya, mengeluarkan peubah dengan kolinearitas tinggi, menggunakan regresi komponen utama, menggabungkan data cross section dengan data time series.

Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi model regresi linier bahwa tidak ada autokorelasi antar sissaan. Jika antar sisaan tidak bebas maka dapat dikatakan terdapat masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi sering terdapat dalam data time series. Akibatnya nilai harapan dari dugaan koefisiennya sama dengan nilai sebenernya atau tidak bias, mempunyai standart error yang bias ke bawah, dan penduga OLS tidak efisien. Cara mengatasi autokorelasi adalah dengan generalized differencing, prosedur Chchrane-Orcutt, dan prosedur Hildreth-Lu.

Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besarAda beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain: Dengan peluang normal, uji chi-kuadrat, uji Liliefors.

Model Analisis Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pengolahan regresi panel pada analisis desentralisasi fiskal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggunakan Model Fixed Effect.

(23)

13

Model Analisis Revisi Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Tenagakerja

Pengolahan regresi panel pada analisis desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja menggunakan model Pooled OLS.

lnTKBit = α + β3 lnPADit +β4 lnUMPit + β5 lnPPit + DF + εit Keterangan :

IPMit : Indeks Pembangunan Manusia Provinsi pada tahun t (IPM) TKBit : Tenagakerja Bekerja Provinsi pada tahun t (%)

PDRBit : Produk Domestik Regional Bruto Provinsi pada tahun t (rupiah) PADit : Penerimaan Asli Daerah Provinsi pada tahun t (rupiah)

UMPit : Upah Minimum Provinsi pada tahun t (rupiah)

PPit : Pengeluaran Pemerintah Provinsi pada tahun t (orang) DF : Dummy Desentralisasi Fiskal

0 = Sebelum Revisi kebijakan Desentralisasi Fiskal 1 = Sesudah Revisi kebijakan Desentralisasi Fiskal α : intercept

βi : slope ( i = 1, 2, ..., k)

εit : error term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi IPM dan Tenagakerja di Sumatera

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumatera ada salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan luas 443,1 km2. Menurut sensus penduduk tahun 2010 sekitar 52,2 juta penduduk. Pulau Sumatera terdiri dari 10 provinsi yaitu : Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Pulau sumatera merupakan pulau yang kaya dengan hasil bumi dan dengan populasi penduduk yang besar dapat dikatakan pulau sumatera dapat dikembangkan menjadi pusat perekonomian kedua setelah pulau Jawa.

Kesiapan pulau Sumatera dalam mengadapi pembangunan dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakat ditiap-tiap provinsi dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari indikator kesehatan, indikator pendidikan dan daya beli seseorang. IPM ini banyak digunakan oleh berbagai negara sebagai gambaran kesejahteraan masyarakatnya. Di Indonesia sejak tahun 2002 telah menggunakan perhitungan IPM setiap tahunnya. Tahun sebelumnya hanya dilakukan perhitungan IPM dalam kurung waktu lima tahun sekali.

(24)

14

yang terjadi pada tahun 2012 berkisar pada 72,00 hingga 77,00 . Berdasarkan range nilai IPM mencapai besaran sekitar 70-an hal ini menyatakan bahwa pembangunan manusia yang telah berlangsung di wilayah sumatera termasuk katagori cukup baik.

Garis pemisah untuk menggambarkan kondisi sebelum dan sesudah revisi kebijakan desentralisasi fiskal. Pada gambar 4 memperlihatkan kenaikan yang signifikan setelah adanya revisi kebijakan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mungkin saja menggambarkan setiap pemerintah daerah telah secara efektif melakukan pengelolahan dengan baik untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Sumber : IPM, Badan pusat statistik, 2002-2012 (diolah)

Gambar 4 Perkembangan IPM di Sumatera Tahun 2002-2012

Tenagakerja

Perkembangan jumlah kebutuhan akan Tenagakerja setiap tahunnya bertambah hampir ada diseluruh provinsi di Indonesia akan tetapi ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas. Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan didaerah pedesaan membuat banyak orang melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan. Di Indonesia pulau Jawa telah menjadi magnet tersendiri bagi seriap orang untuk mencari lapangan pekerjaan.

(25)

15

Sumber : Provinsi Dalam Angka, 2004-2012 (diolah)

Gambar 5 Perubahan angkatan kerja di Sumatera Tahun 2004-2012 Tingkat Pengangguran yang terjadi di provinsi Sumatera mengalami penurunan yang rata-rata dimulai pada tahun 2005-2006. Akan tetapi dari tahun 2002-2004 banyak yang mengalami fluktuasi yang bisa saja terjadi peningkatan. Menurut data tersebut telah menggambarkan bahwa adanya kebijakan desentralisasi yang dimulai pada tahun 2001 belum dapat menurunkan pengangguran secara efektif. Setelah adanya revisi Undang-Undang tahun 2004 berdampak pada menurunan tingkat penangguran yang signifikan tiap tahunnya. Pada Tabel 2 menunjukan perubahan angka pengangguran yang terjadi. Angka yang dipertebal memperlihatkan angka tingkat penangguran yang paling tinggi 7 dari 9 provinsi mengalami penurunan penangguran mulai tahun 2004-2006, 2 sisanya telah mengalami peurunan dari tahun 2002 dan 2003. Pada tahun 2012 tingat penangguran berada pada angka 7.43% -2.14%

Tabel 2 Tingkat pengangguran 9 Provinsi di Sumatera 2002-2012

Nama Propinsi Aceh

Sumber : Provinsi Dalam Angka, 2002-2012 (diolah)

(26)

16

Analisis Revisi Desentralisasi Fiskal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pada pengujian ekonometrika menggunakan metode panel menunjukan hasil estimasi lebih cocok menunjukan pada metode fixed effect dengan menggunakan Uji Hausman pemilihan antara pemilihan REM dan FEM dan dilanjutkan dengan Uji Asumsi. Hasil analisis dari model ekonometrika yang terbentuk dirangkum pada tabel 1 melihatkan hasil estimasi dari metode fixed effect pada data panel untuk analisis desentralisasi fiskal terhadap IPM. Pada tabel R-Squared sebesar 0.822571 menunjukan bahwa variabel-variabel independen yang digunakan pada model mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar 82%. Probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 10% menunjukan signifikan pada uji F. Tabel 3 Hasil estimasi desentralisasi fiskal terhadap indeks pembangunan manusia

di Sumatera pada periode 2002-2012 Variabel Dependent : IPM

Variabel Koefisien t-Statistic Probabilitas

LNPP 1.416001 4.809411 0.0000

LNPDRB 0.510320 1.392431 0.08375

DF 2.198790 5.650647 0.0000

C 14.36530 1.322505 0.1896

R-Squared 0.822571 F-statistic 34.98107

Adjusted R-Squared

0.799056 Prob(F-statistic) 0.000000

Pada hasil estimasi regresi data panel fungsi yang berasal dari teori dan penelitian sebelumnya menunjukan faktor yang mempengaruhi tenagakerja bekerja di Sumatera adalah Pengeluaran Pemerintah (PP), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Dummy Fiskal

Pengeluaran pemerintah memiliki probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 10% yang menandakan variabel ini signifikan mempengaruhi IPM. Maka dapat djelaskan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1% mempengaruhi perubahan IPM sebesar 1.416001%.

Pengeluaran pemerintah terbagi atas pengeluaran publik dan pengeluaran pegawai. Pada pengeluaran publik pemerintah mengeluarkan subsidi-subsidi yang dilakukan untuk membantu masyarakat. Sehingga subsidi yang diberikan pada sektor pendidikan dan kesehatan telah mempengaruhi kenaikan IPM tersebut. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Razmi (2012) yang memperlihatkan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi IPM. Pemerintah akan memberikan investasi terhadap barang publik seperti sekolah, kesehatan, dan lain-lain sehingga secara langsung dapat meningkatkan IPM.

(27)

17 Revisi kebijakan desentralisasi fiskal memiliki probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 10%. Maka dapat djelaskan bahwa revisi kebijakan fiskal yang dilakukan pada tahun 2004 akan menambah IPM sebesar 2.198790. Desentralisasi fiskal dilakukan untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam mengelolah pemerintahan dan alokasi pendanaan. Peningkatan pelayanan menjadi tujuan utama untuk mensejahterakan masyarakat yang lebih efektif dan efisien. Pada sektor keuangan setiap daerah mampu mengoptimalisasi sumber-sumber keuangannya. Berbeda saat pemerintahan bersifat sentralisasi yang pemerintah pusatlah yang mengatur. Dengan peningkatan sumber keuangan ini setiap daerah dapat mengalokasikannya langsung kepada masyarakat lewat pendanaan pada sektor-sektor yang terkait seperti rumah sakit, sekolah, pasar, dan lain-lain.

Analisis Revisi Desentralisasi Fiskal terhadap Tenagakerja

Pada pengujian ekonometrika menggunakan metode panel menunjukan hasil estimasi lebih cocok menunjukan pada metode Pooled OLS dengan menggunakan Uji Chow pemilihan antara pemilihan PLS dan FEM dan dilanjutkan dengan Uji Asumsi. Tabel 3 melihatkan hasil estimasi dari metode Pooled OLS pada data panel untuk analisis desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja. Pada tabel, R-Squared sebesar 0.761117 menunjukan bahwa variabel-variabel independen yang digunakan pada model mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar 76%. Probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 5% menunjukan signifikan pada uji F.

Tabel 4 Hasil estimasi desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja di wilayah sumatera pada periode 2002-2012

Variabel Dependent : LNTKB

Variabel Koefisien t-Statistic Probabilitas

LNUMP -1.161038 -5.653069 0.0000

LNPP 0.373098 4.463797 0.0000

LNPAD 0.690159 9.188025 0.0000

DF -0.230743 -1.554647 0.0520

C 0.953541 0.437647 0.6629

R-Squared 0.761117 F-statistic 62.13004

Adjusted R-Squared

0.748867 Prob(F-statistic) 0.000000

Pada hasil estimasi regresi data panel fungsi yang berasal dari teori dan penelitian sebelumnya menunjukan faktor yang mempengaruhi tenagakerja bekerja di Sumatera adalah Upah Minimum Provinsi (UMP), Pengeluaran Pemerintah (PP), Penerimaan Asli daerah (PAD), dan Dummy Fiskal.

(28)

18

permintaan yang mengambarkan tingginya upah yang ditawarkan akan menguraingi jumlah tenagakerja. Jika dijelaskan pada kondisi perusahaan yang harus memilih untuk menambah jumlah pekerja dengan mengurangi upah atau perusahaan akan menaikan upah akan tetapi berakibat pada pengurangan orang yang bekerja. Suatu perusahaan akan mementingkan efisensi dalam mengelolah modal dan tenagakerja.

Variabel lain yang memperlihatkan signifikan berpengaruh terhadap Tenagakerja adalah Pengeluaran pemerintah yang memiliki probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5% dan memiliki nilai koefisien sebesar 0.373098. Pada penelitian sebelumnya pada Dirgantoro (2010) mengatakan adanya peningkatan belanja pemerintah akan berdampak pada peningkatan PDRB yang secara langsung peningkatkan penyerapan tenagakerja. Chambers dan Quiggin (2005) juga mengatakan dampak subsidi yang dikeluarkan pemerintah akan meningkatkan penyerapan tenagakerja.

Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5% sehingga PAD mempengaruhi secara signifikan terhadap kenaikan jumlah Tenagakerja. Maka dapat dijelaskan bahwa bahwa kenaikan 1% pendapatan asli daerah akan menambah jumlah Tenagakerja sebesar 0.690159%. Besarnya penerimaan PAD bersumber pada pajak yang berasal dari masyarakat. Tingginya angka tingkat Tenagakerja akan mempengaruhi banyaknya orang yang akan membayar pajak sehingga pendapatan PAD yang berasal dari pajak pun meningkat. pada penelitian sebelumnya Suparno (2010) mengatakan peningkatan PAD yang disebabkan oleh desentralisasi fiskal sebenarnya cukup mampu menggerakan perekonomian sehingga menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Akan tetapi peningkatan angkatan kerja tidak dapat seluruhnya tertamppung oleh lapangan pekerjaan yang baru.

Pada dummy desentralisasi fiskal terlihat bahwa probabilitas probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5% dan koefisien dummy menyatakan setelah adanya revisi kebijakan desentralisasi fiskal menggambarkan tenagakerja bekerja di Sumatera berkurang dengan koefisien 0.230743. Berkurangnya penyerapan tenagakerja di Sumatera karena masih banyak orang yang lebih tertarik untuk bekerja di luar Sumatera. Padahal Sumatera memiliki banyak potensi untuk menciptakan lapangan pekerjaan apalagi dengan adanya rencana pembangunan yang menjadikan Sumatera sebagai koridor ekonomi ke dua setelah Jawa. Optimisasi pada sumberdaya yang dimiliki akan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga akan menarik lebih banyak para pekerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak revisi desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan tenagakerja di Sumatera dengan metode analisis panel dapat disimpulkan sebagai berikut :

(29)

19 di wilayah sumatera termasuk katagori cukup baik. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya tetap bahkan bertambah dan tingkat penangguran menurun sehingga penyerapan tenagakerja lebih tinggi pada tahun 2012.

2. Pada analisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap IPM terdapat variabel yang berpengaruh signifikan yaitu pengeluaran pemerintah, produk domestik bruto dan dummy desentralisasi fiskal. Ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah, produk domestik regional bruto dan dummy desentralisasi fiskal telah mempengaruhi IPM. Setelah adanya revisi kebijakan desentralisasi fiskal memperlihatkan adanya kenaikan IPM yang sangat signifikan.

3. Pada analisis pengaruh revisi desentralisasi fiskal terhadap Tenagakerja terdapat variabel yang berpengaruh positif yaitu, pengeluaran pemerintah dan pendapatan asli daerah. Variabel upah minimum provinsi berpengaruh negatif terhadap Tenagakerja hasil ini sama dengan teori. koefisien dummy

sebesar 0.230743 menyatakan dengan adanya revisi kebijakan desentralisasi fiskal malah mengurangi tenagaerja karena perekonomian Indonesia yang terus meningkat belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan para pekerja lebih tertarik untuk bekerja diluuar Sumatera.

Saran

Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak revisi desentralisasi fiskal tahun 2004 terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan tenagakerja di Sumatera dengan metode analisis panel dapat diperoleh saran sebagai berikut :

1. Pemerintah perlu ada pengawasasn dan evaluasi untuk setiap kebijakan agar dapat dirumuskan lagi kebijakan baru untuk memperbaiki kekurangan dari kebijakan sebelumnya.

2. Dalam mempersiapkan Sumatera sebagai koridor perekonomian Indonesia diperlukan adanya kontribusi penuh pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur yang berhubungan pada aspek pendidikan, kesehatan dan barang publik lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Ketertarikan masyarakat untuk bekerja diluar pulau Sumatera telah menjadi masalah tersendiri sehinggs pemerintah dan pihak-pihak terkait harus dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baik dan bermutu untuk meningkatkan penyerapan tenagakerja di Sumatera maupun dari luar Sumatera.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003-2013. Provinsi Dalam Angka 2002-2012. Jakarta (ID). Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Indeks Pembangunan Manusia 2002-2012. Jakarta (ID). Badan Pusat Statistik.

(30)

20

Chambers RG, Quiggin J. 2005. Output Price Subsidie in a Stochastic World.

Jurnal. American Journal of Agricultural Economics:87 (7): 501-508

Dirgantoro A, Mangkuprawira S,etc. 2010. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap transformasi Struktur Tenagakerja di Provinsi Jawa Barat. Jurnal. Vol 33 (2):91-100

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press Juanda B, Junaidi. 2013. Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. Bogor

(ID): IPB Press.

Mankiw N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Imam Nurmawan [penerjemah]. Jakarta (ID). Erlangga.

Mungkasa O . 2012. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia: Konsep, Pencapaian dan Agenda Kedepan. [diacu 2014 Juli 7]. Tersedia dari http://www.academia.edu.

Permata S. 2011. Analisis Dampak desentralisasi fiskal dan pengaruhnya terhadap pdrb, Tenagakerja, dan kemiskinan di provinsi Jawa Barat. Skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Pujiati R. 2010. Analisis kemandirian fiskal dan faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan daerah kabupaten/kota di provinsi banten. Skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Razmi J. 2012. Investigating Effect of Goverment Health Expenditureon HDI in Iran. Jurnal. Iran. Ferdowsi University of Mashlad.

Saragih J.P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Sasana H. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal. Vol 10 (1):103-124

Septian B. 2008. Analisis Pengaruh Kemandirian Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Suparno. 2010. Desentralisasi Fiskal dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia Tesis. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

UNDP. 1995. United Nations Development Programme. Paradigma Pembangunan Manusia.

Undang-Undang RI No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang RI No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(31)

21 Lampiran 1 Pengujian Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Fixed Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPP 1.416001 0.294423 4.809411 0.0000

LNPDRB 0.510320 0.366496 1.392431 0.1675

DF 2.198790 0.389122 5.650647 0.0000

C 14.36530 10.86219 1.322505 0.1896

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.822571 Mean dependent var 71.45568

Adjusted R-squared 0.799056 S.D. dependent var 2.534733

S.E. of regression 1.136239 Akaike info criterion 3.210921

Sum squared resid 107.1563 Schwarz criterion 3.533516

Log likelihood -140.5187 Hannan-Quinn criter. 3.341273

F-statistic 34.98107 Durbin-Watson stat 1.163899

Prob(F-statistic) 0.000000

Cross-section F 16.266742 (8,83) 0.0000

Cross-section Chi-square 89.592616 8 0.0000

(32)

22

Korelasi

IPM LNPP LNPDRB DF

IPM 1.000000 0.550783 0.431171 0.691968

LNPP 0.550783 1.000000 0.730833 0.521500

LNPDRB 0.431171 0.730833 1.000000 0.279631

(33)

23 Lampiran 1 Pengujian Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap

Tenagakerja

LNUMP -1.161038 0.205382 -5.653069 0.0000

LNPP 0.373098 0.083583 4.463797 0.0000

LNPAD 0.690159 0.075115 9.188025 0.0000

DF -0.230743 0.148422 -1.554647 0.1241

C 0.953541 2.178787 0.437647 0.6629

R-squared 0.761117 Mean dependent var 14.33935

Adjusted R-squared 0.748867 S.D. dependent var 0.709230

S.E. of regression 0.355418 Akaike info criterion 0.827304

Sum squared resid 9.853094 Schwarz criterion 0.973017

Log likelihood -29.33311 Hannan-Quinn criter. 0.885843

F-statistic 62.13004 Durbin-Watson stat 0.617275

(34)

24

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2 Kurva Keseimbangan Pasar Tenagakerja
Gambar 3 Kerangka Berfikir Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap IPM dan
Gambar 4 Perkembangan IPM di Sumatera Tahun 2002-2012
Gambar 5 Perubahan angkatan kerja di Sumatera Tahun 2004-2012

Referensi

Dokumen terkait

The method based on the correlation coefficient with geometric constraint, POS supported geometry corrective for matching window, and global relaxation optimization

Beberapa hal mengenai pedestrian tersebutlah yang ingin penulis angkat, mengenai Pengaruh Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pengguna di Kawasan Wisata dengan studi kasus Kebun

KODE SUB BIDANG/ BAGIAN SUB BIDANG TAHUN Nilai (Juta Rp)..

Di sepanjang Jalan pada daerah perumahan ini memiliki beberapa bangunan yang dengan atau tidaknya memiliki fungsi yang sama. Di dominasi oleh Ruko, di sertai beberapa bangunan

Alamat Perusahaan Jalan/Nomor/Rt/Rw Kelurahan/Desa Kecamatan Kabupaten Propinsid.

Maka dari itu seharusnya jika penggunaan kaca tidak bisa dihindarkan, dapat di gunakan kaca yang hemat energi dan panel surya untuk menyimpan energ listrik

Dalam rangka pelaksanaan keputusan Menteri Pertanian No.404/kpts/OT.210/6/2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan, bersama ini kami mengajukan permohonan

1) Bahan pengawet berarti setiap bahan yang dapat menghambat, memperlambat, menutupi menahan proses fermentasi, pembusukan, pengasaman atau dekomposisi lainnya di dalam atau