• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Densitas asupan zat gizi dan hubungannya dengan status gizi siswa sekolah dasar di kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Densitas asupan zat gizi dan hubungannya dengan status gizi siswa sekolah dasar di kota Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DENSITAS ASUPAN ZAT GIZI DAN HUBUNGANNYA

DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA

BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Densitas Asupan Zat Gizi dan Hubungannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

AHMAD FAUZI. Analisis Densitas Asupan Zat Gizi dan Hubungannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis densitas zat gizi dan hubungannya dengan status gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor. Desain yang digunakan adalah cross sectional study dengan metode random sampling di empat sekolah dasar, kemudian dari masing-masing kelas diambil seluruh siswa sebagai contoh. Contoh berjumlah 123 siswa sekolah dasar. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder serta analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dan uji beda Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki densitas asupan protein (61%) dan zat besi (51%) yang cukup, sedangkan densitas asupan kalsium (61.8%), Vitamin A (95.9%) dan vitamin C (89.4%) tergolong kurang. Sebagian besar densitas pangan sarapan contoh termasuk kurang baik (78.8%). Jenis kelamin pada setiap kategori densitas asupan zat gizi tidak berbeda signifikan. Sebagian besar status gizi contoh normal tetapi 25% contoh mengalami kegemukan. Terdapat hubungan signifikan antara densitas asupan protein dengan status gizi.

Kata kunci: Densitas asupan zat gizi, densitas zat gizi pangan, status gizi, siswa sekolah dasar

ABSTRACT

AHMAD FAUZI. The analysis of nutrient intake density and correlation with nutritional status at Elementary School Children in Bogor. Supervised by IKEU TANZIHA.

The purpose of this study was to analyze nutrient intake density and correlation with nutritional status of elementary school student in Bogor. The design of this study was cross-sectional study by random sampling method in four elementary schools. The subject of this study were all students taken from each class, with the total number of subject were 123 students of elementary school. The data collected were primary and secondary data. The data were further anlyzed by Chi Square correlation and Mann Whitney test. The result showed that most of subject had adequate density nutrients score in proteins (61 %) and iron (51 %), while density nutrients score in calcium (61.8 %), vitamin A (95.9 %) and vitamin C (89.4 %) were less. Most of subject's nutrient density in breakfast were categorized poor (78.8 %). There is no significant difference in each category of nutrient intake density for different gender. Most of subject's nutritional status were normal, but 25% of them were obese. The density of proteins intake had significant correlations with nutritional status.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

ANALISIS DENSITAS ASUPAN ZAT GIZI DAN HUBUNGANNYA

DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA

BOGOR

AHMAD FAUZI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ialah Analisis Densitas Asupan Zat Gizi dan Hubungannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ikeu Tanziha, M.S selaku pembimbing akademik dan skripsi yang telah membimbing dan memberikan arahan serta motivasi dalam kegiatan akademik dan penulisan skripsi ini.

2. dr. Naufal Muharam Nurdin, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ayah, ibu, Kakek, kakak Sofwatul Faiqoh, kakak Nurudin Syafi’i, kakak Uswatun Hasanah, kakak M. Ismail, Adik Siti Nur Jannah, Adik Abdul Karim serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

4. Donatur dan Pengurus Yayasan Karya Salemba Empat dan Keluarga Besar Paguyuban KSE IPB yang telah membantu banyak dalam bentuk beasiswa yang telah diberikan kepada penulis serta program-program dan pelatihan yang bermanfaat untuk Sharing, Networking dan Developing.

5. Penghargaan penulis sampaikan kepada pihak sekolah SDN Bantarjati 6, SDN Pengadilan 5, SDN Pajajaran 1, SDN Batutulis 2, dan seluruh siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

6. Penghargaan penulis sampaikan kepada Fifit Erliyana S, rekan-rekan Gizi Masyarakat 2010 (Isna, Pamila, Defika, Ade Cucu, Fara, Hafidudin, Aris Sulfiana, Yoga, Nawan, Irwan), teman-teman enumerator, teman KKP (Ega, Mitha, Uty, Mako dan Unuy), teman PKL di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (Hayu, Lilis, Lidya, April, Ichi, Kirana, Yeni, dll) dan teman-teman seperjuangan serta keluarga besar Warrior GM 47.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain,Tempat, dan Waktu Penelitian 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan Data dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umum Sekolah 9

Densitas Zat Gizi Pangan 9

Densitas Asupan Zat Gizi 10

Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan Karakteristik Contoh 12 Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan Karakteristik Keluarga 15 Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan TKG dan Status Gizi 18 Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26

(14)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data primer 6

2. Pengkategorian variabel penelitian 7

3. Sebaran contoh berdasarkan densitas zat gizi pangan sarapan 10 4. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi 11 5. Sebaran makanan yang sering dikonsumsi contoh 12 6. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan usia 13 7. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan jenis

kelamin 14

8. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan uang saku 15 9. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan besar

keluarga 16

10. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendidikan

orang tua 17

11. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendapatan

orang tua 18

12. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan protein dan tingkat

kecukupan protein 19

13. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan dan densitas asupan

Ca, Fe, Vitamin A dan Vitamin C 20

14. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan status gizi 22

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir kerangka pemikiran 4

2. Cara penarikan contoh 5

3. Sebaran tingkat kecukupan energi contoh 19

4. Sebaran status gizi contoh 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rangkaian kegiatan penelitian 26

2. Uji Statistik korelasi Chi Square 27

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan rangkaian upaya pembangunan berkelanjutan yang dilakukan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang lebih baik. Pembangunan yang hakiki adalah pembangunan sumber daya manusia yang mencakup semua komponen pembangunan dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas manusia dan kesejahteraan masyarakat (Bappenas 2010). Dalam mewujudkan tujuan pembangunan dan kualitas sumber daya manusia perlu adanya peran serta dari semua lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang tidak terlepas didalamnya anak-anak yang nantinya sebagai cikal bakal generasi perubahan bangsa dan penerus pembangunan, sehingga perlu diperhatikan secara optimal.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan status gizi penduduk umur 5−12 tahun yang didasarkan pada standar WHO tahun 2007 prevalensi nasional anak usia sekolah dasar kurus (IMT/U) adalah 11.2 persen yang terdiri dari 4.0 persen sangat kurus dan 7.2 persen kurus. Prevalensi kegemukan masih tinggi yaitu sebesar 18.8 persen dan prevalensi anak yang pendek (Stunting) sebesar 30.7 persen yang terdiri dari 12.3 persen sangat pendek dan 18.4 persen pendek.

Anak usia sekolah membutuhkan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sehari-hari. Asupan energi dan zat gizi yang cukup digunakan untuk mempertahankan hidupnya agar tetap sehat, menunjang pertumbuhan dan perkembangan, serta melakukan aktivitas fisik dan belajar (Almatsier 2009). Asupan gizi yang cukup dan baik diperlukan sejak masa anak-anak. Pada usia anak sekolah sangat rentan terjadi kekurangan zat gizi mikro ataupun makro apabila tidak mendapat asupan gizi dari makanan yang baik. Makanan yang baik harus mengandung zat gizi yang berimbang sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan dalam segi kuantitas maupun kualitas. Apabila tidak ada asupan gizi yang baik sejak anak-anak, maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan baik saat ini maupun yang akan datang seperti rendahnya poduktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah dan kehilangan sumberdaya karena tingginya biaya perawatan kesehatan (World Bank 2006). Anak yang tidak memperoleh asupan makanan dengan baik dan benar akan berdampak pada terganggunya kerja organ dan sistem tubuh anak.

(16)

2

untuk mengonsumsi makanan padat energi atau mengonsumsi pangan yang hanya tinggi pada salah satu zat gizi saja serta kurang pada asupan zat-zat gizi lainnya. Pada akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan densitas asupan zat gizi dengan status gizi pada siswa sekolah dasar di Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang ingin diketahui dan dianalisis dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan karakteristik contoh, sosial ekonomi keluarga dengan densitas asupan zat gizi?

2. Bagaimana hubungan densitas asupan zat gizi dengan status gizi siswa sekolah dasar?

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara densitas asupan zat gizi dengan status gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menganalisis densitas zat gizi pangan sarapan siswa sekolah dasar di Kota Bogor

2. Menganalisis densitas asupan zat gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, sosial ekonomi

keluarga dengan densitas asupan zat gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor 4. Menganalisis hubungan antara densitas asupan zat gizi dengan tingkat

kecukupan zat gizi dan status gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor. Manfaat Penelitian

(17)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak-anak usia sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan kecukupan zat gizi serta status gizi individu. Anak yang tercukupi asupan zat gizi dan memiliki status gizi normal merupakan cikal bakal sumber daya manusia yang memiliki potensial dan daya saing tinggi dikemudian hari. Kecukupan zat gizi dapat dipenuhi melalui konsumsi pangan yang baik dalam segi kuantitas dan kualitas pangan tersebut. Kualitas suatu pangan yang baik dapat mempengaruhi asupan zat gizi yang baik pula, baik asupan zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Terkait hal tersebut, pada menu makan anak komposisi zat gizi haruslah seimbang sesuai dengan jumlah dan kebutuhan yang dianjurkan.

Konsumsi pangan anak dapat dipengaruhi oleh karaketeristik keluarga, karakteristik individu, kebiasaan makan, tingkat kecukupan energi protein serta nantinya akan berhubungan dengan status gizi anak. Karakteristik keluarga, seperti besar keluarga, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan orang tua kemungkinan akan berhubungan dengan kualitas pangan yang dikonsumsi. Semakin besar pendapatan orangtua maka semakin besar kemungkinan anak mendapatkan akses kualitas pangan yang baik. Selain itu, karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan diduga berhubungan dengan kualitas pangan yang dikonsumsi. Adapun status gizi anak dapat dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi pangan. Konsumsi pangan anak-anak dapat dilihat dari tingkat kecukupan energi dan protein serta densitas energi dan zat gizi.

Kualitas konsumsi pangan yang kurang baik dapat mempengaruhi status gizi maupun status kesehatan individu di masa mendatang, terutama pada anak usia sekolah. Kualitas konsumsi pangan yang kurang baik dapat dicirikan dari tingginya salah satu zat gizi saja serta kurang pada asupan zat gizi lainnya. Perlu adanya batasan konsumsi pangan tertentu pada makanan anak, agar kualitas kesehatan anak dapat terjaga dengan optimal dan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, konsep densitas zat gizi dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi dan zat gizi dari makanan yang sebaiknya dibatasi konsumsinya.

(18)

4

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan antar variabel

: Hubungan antar variabel yang tidak diteliti

METODE

Desain,Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengambilan data yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Metode yang digunakan berupa pengukuran, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh responden. Penelitian ini dilakukan di empat sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu SDN Bantarjati 6, SDN

Karakteristik Contoh: - Usia

- Jenis Kelamin - Uang Saku

Karakteristik Keluarga: - Besar Keluarga

- Pendidikan Ibu dan Ayah - Pendapatan Ibu dan Ayah

Konsumsi Pangan

Tingkat Kecukupan Zat

Gizi Densitas Asupan Zat Gizi

Status Gizi (IMT/U) Kebiasaan

(19)

5 Pengadilan 5, SDN Pajajaran 1, dan SDN Batutulis 2. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian lintas fakultas/departemen dengan judul “Peningkatan Kesehatan Masyarakat melalui Interactive Breakfast-Nutrition Learning Content Management System Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar” (Rachmaniah et al. 2013). Penilitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah siswa kelas 6 dari keempat sekolah dasar. Contoh penelitian merupakan siswa kelas 6 sekolah dasar dengan usia 10─13 tahun. Pertimbangan pemilihan contoh karena pada usia ini anak sudah mampu berfikir secara logis dan mulai kooperatif sehingga dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 6 di keempat sekolah dasar tempat penelitian. Penarikan contoh dilakukan dengan metode random sampling dalam pemilihan kelas di empat sekolah dasar. Total contoh yang dipilih secara acak adalah 142 orang. Setelah dilakukan pengukuran status gizi, wawancara, serta pengisian kuesioner, contoh penelitian ini berjumlah 123 orang. Contoh terdiri dari siswa SDN Batutulis 2 sebanyak 37 orang, SDN Pajajaran 1 (36 orang), SDN Pengadilan 5 (34 orang), dan SDN Bantarjati 6 (16 orang). Partisipan terkecil dari SDN Bantarjati 6, karena jumlah siswa dalam satu kelas di SDN Bantarjati 6 yang sedikit (26 orang) dan terdapat beberapa anak yang tidak mengembalikan kuesioner penelitian. Berikut gambar cara penarikan contoh penelitian.

Gambar 2 Cara penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada siswa dan melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan secara langsung. Data sekunder diperoleh melalui data arsip sekolah. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh dan konsumsi pangan yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan contoh. Data karakteristik keluarga diisi oleh orang tua. Berat badan contoh diukur

SDN Bantarjati 6

26 orang SDN Pengadilan5 39 orang SDN Pajajaran 1 37 orang SDN Batutulis 2 40 orang

Pengukuran status gizi, wawancara dan pengisian kuesioner

SDN Bantarjati 6

16 orang SDN Pengadilan5 34 orang SDN Pajajaran 1 36 orang SDN Batutulis 2 37 orang 142 siswa dari 4 kelas yang

(20)

6

menggunakan timbangan digital dan untuk tinggi badan diukur menggunakan stature meter. Berikut jenis dan cara pengumpulan data primer dan data sekunder secara rinci pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer

No Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data

1 Karakteristik contoh

 Jenis Kelamin

 Usia

 Uang saku

Data primer Menggunakan kuesioner

2 Karakteristik keluarga  Besar keluarga  Pendidikan orang tua  Pekerjaan orang tua  Pendapatan keluarga

Data primer Menggunakan kuesioner

3 Konsumsi pangan

4 Status gizi secara antropometri  Berat badan (BB)

 Tinggi badan (TB)

Data primer Pengukuran BB dengan

timbangan digital. Pengukuran TB dengan

stature meter

5 Letak geografis Lokasi sekolah Arsip data sekolah

6 Gambaran umum Keadaan umum

sekolah Arsip data sekolah

Pengolahan Data dan Analisis Data

Data perimer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran dianalisis secara statistik dan deskriptif, sedangkan data sekunder yang diperoleh melalui data arsip sekolah dianalisis secara deskriptif. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2013. Data berat badan dan tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthro Plus.

Data konsumsi pangan yang diperoleh dari Recall 2 x 24 jam meliputi jenis dan jumlah pangan. Jenis dan jumlah pangan dikonversi menjadi jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Jumlah pangan yang dikonsumsi contoh dikonversi menjadi berat dalam gram kemudian dihitung asupan energi dan zat gizi lainnya menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Natrium dan lemak jenuh dihitung menggunakan Nutrisurvey dan gula tambahan diperoleh dari nutrtion fact pada produk makanan. Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan :

Kgij = penjumlahan zat gizi I dari setiap bahan makanan yang dikonsumsi Bj = berat bahan makanan j (gram)

(21)

7

Tingkat Kecukupan Gizi = Angka Kecukupan Gizi (AKG)Konsumsi zat gizi aktual x 100% Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) contoh diperoleh melalui perbandingan konsumsi zat gizi aktual dengan AKG 2012 (Kemenkes 2014). Batas anjuran gula tambahan yang dikonsumsi tidak lebih dari 50 gram per orang per hari (Kemenkes 2013). Skor densitas zat gizi pangan ditentukan berdasarkan data jenis pangan konsumsi dari recall 2 x 24 jam. Metode yang digunakan untuk menentukan densitas zat gizi pangan yaitu dengan Nutrient Rich Food Index (NRF 6.3). Index NRF merupakan sistem penilaian formal yang merangking makanan berdasarkan kandungan bahan zat gizi. Index NRF juga menyediakan validasi metrik yang dapat digunakan untuk menilai densitas zat gizi makanan individu. NRF 6.3 merekomendasikan untuk mengoptimalkan konsumsi enam jenis zat gizi esensial serta membatasi tiga jenis zat gizi yang berisiko. Enam jenis zat gizi yang direkomendasikan untuk dioptimalkan konsumsinya yaitu protein, serat, vitamin A, vitamin C, kalsium (Ca), dan zat besi (Fe), sedangkan tiga jenis zat gizi yang dibatasi yaitu gula tambahan, asam lemak jenuh dan natrium (Drewnowski 2010). Penentuan densitas zat gizi pangan dengan metode NRF 6.3 dihitung per 100 kkal makanan, yaitu sebagai berikut:

NRF 6.3 = ∑ 6 (%DV/100 kkal) − ∑ 3 (%DV/100 kkal) Keterangan:

DV : Daily Value (tingkat kecukupan zat gizi yang dianjurkan per hari) Densitas zat gizi pangan sarapan contoh diperoleh dari jumlah zat gizi tertentu yang terkandung pada pangan sarapan yang selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi pangan sarapan sebesar 25%. Hasil rasio tersebut lalu dibandingkan dengan jumlah energi yang terkandung pada pangan tersebut per 100 kkal. Hal yang sama juga digunakan untuk menghitung zat gizi lainnya sesuai dengan rumus NRF 6.3. Densitas asupan zat gizi (DG) ditentukan berdasarkan Drewnowski (2005) menggunakan rumus berikut ini:

DG = Asupan zat gizi X 1 000 kkal Asupan energi (kkal)

Densitas asupan zat gizi didapat dari rasio asupan zat gizi yang diperoleh dari mengonsumsi makanan terhadap kandungan energi total bahan makanan tersebut per 1 000 kkal. Berikut cara pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

1 Usia 10, 11,12, 13 tahun Sebaran

2 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan Contoh

(22)

8

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

5 Pendapatan orang

tua ≤ Rp2 500 000 > Rp2 500 000 Sebaran Contoh

6 Besar keluarga Keluarga kecil (≤4 orang)

Keluarga sedang (5─7 orang)

Defisit tingkat berat (<70% AKG) Defisit tingkat sedang (70─79% AKG) Defisit tingkat ringan (80─89% AKG) Normal (90─119% AKG)

9 Densitas asupan zat gizi (DG):

(23)

9 Definisi Operasional

Densitas zat gizi pangan adalah jumlah asupan zat-zat gizi per unit kalori makanan atau perbandingan antara asupan zat-zat gizi terhadap total energi yang terkandung pada makanan.

Densitas asupan zat gizi adalah rasio jumlah jenis zat gizi yang dikonsumsi per hari per 1 000 kkal.

Status gizi adalah keadaan siswa yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dalam waktu yang lama yang dinyatakan dalam satuan Indeks Massa Tubuh (IMT/U) untuk usia 10─13 tahun.

Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara jumlah zat gizi yang dikonsumsi siswa terhadap angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk anak usia sekolah (7─13 tahun).

Anak sekolah dasar adalah anak usia sekolah yang berumur 10─13 tahun yang duduk di kelas 6 dan menjadi unit contoh dalam penelitian.

Karakteristik contoh adalah ciri khas dari contoh yang diteliti yang meliputi usia antara 10─13 tahun, jenis kelamin dan uang saku.

Uang saku adalah bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk keperluan harian.

Karakteristik keluarga adalah hal-hal yang melekat pada keluarga contoh dan diduga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal menetap bersama dalam satu atap dan hidup dari penghasilan yang sama.

Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau ditamatkan orang tua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah

Penelitian ini dilakukan di empat sekolah dasar yang berakreditasi baik di kawasan Kota Bogor. Sekolah dasar tersebut yaitu SDN Bantarjati 6, SDN Pengadilan 5, SDN Pajajaran 1, dan SDN Batutulis 2. SDN Bantarjati 6 terletak di jalan Taweuran Raya nomor 6 Bogor Utara, SDN Pengadilan 5 terletak di jalan Pengadilan nomor 10 Bogor Tengah, SDN Pajajaran 1 terletak di jalan Raya Pajajaran Bogor Timur, dan SDN Batutulis 2 terletak di jalan Batutulis nomor 137 Bogro Selatan. Selain melakukan kegiatan belajar dan mengajar pada hari Senin hingga Jumat, keempat sekolah dasar tersebut juga menyediakan kegiatan ektrakulikuer seperti pramuka, seni dan olahraga guna mengembangkan potensi yang ada pada diri contoh.

Densitas Zat Gizi Pangan

(24)

10

garam dan lebih banyak megandung zat gizi yang menguntungkan bagi tubuh. Konsep densitas zat gizi pangan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi dan zat gizi dari makanan yang sebaiknya dibatasi konsumsinya agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan (Drewnowski 2005).

Penentuan densitas zat gizi pangan dengan metode NRF 6.3 dihitung per 100 kkal makanan. Pada penelitian ini densitas zat gizi pangan contoh yang diolah hanya berasal dari sarapan. Setelah dilakukan pengolahan dengan metode NRF 6.3, hasil yang telah didapat diklasifikasikan berdasarkan kategori kuintil 1 sampai kuintil 5 (Drewnowski 2010). Pada Tabel 3 disajikan sebaran contoh berdasarkan densitas zat gizi pangan sarapan.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan densitas zat gizi pangan sarapan Densitas zat gizi pangan

(NRF 6.3/100 kkal) n % Mean±SD Jenis Pangan

Kuintil 1 (<1) 90 76.3

0.7±2.3

Mie, biskuit/cookies

Kuintil 2 (1─10) 27 22.8 Nasi, telur/ayam,susu

Kuintil 3 (11─20) 1 0.9 Nasi, ayam, susu

Kuintil 4 (21─30) 0 0.0

Kuintil 5 (>30) 0 0.0

Total 118 100.0

Berdasarkan pendekatan Index NRF 6.3 skor densitas zat gizi pangan sarapan contoh sebagian besar termasuk kategori kuintil 1 yang artinya kualitas sarapan contoh kurang baik. Menurut Drewnowski (2010), semakin tinggi skor densitas zat gizi pangan dan rendahnya skor densitas energi pada pangan maka hal tersebut menunjukkan kualitas pangan tersebut semakin baik begitu pula sebaliknya. Secara umum jenis pangan contoh saat sarapan memiliki kualitas pangan yang kurang baik. Jenis pangan yang termasuk pada kuintil 1 dalam penelitian ini meliputi mie atau cookies atau biskuit saja tanpa ada tambahan dari jenis pangan lainnya. Kuintil 2 jenis pangannya berupa nasi, lauk berupa telur ayam atau ayam, dan susu. Hal yang tidak jauh berbeda pada jenis pangan di kuintil 3. Jenis atau kelompok pangan yang tergolong tinggi zat gizi (high nutrient-dense food) adalah susu dan produk olahannya, buah-buahan, sayur-sayuran, dan padi-padian/umbi-umbian, sedangkan jenis atau kelompok pangan yang tergolong tinggi kalori dan rendah zat gizi (high calorie, low nutrient-dense food) adalah snack atau jajanan, seperti permen, cookies, ice cream, dan lain sebagainya (Drewnowski 2005).

Densitas Asupan Zat Gizi

(25)

11 Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi

Densitas Asupan Zat Gizi n % Mean±SD keseluruhan sebanyak 61 persen (75 orang) contoh penelitian berada pada kategori densitas asupan protein 20 sampai 40 g per 1 000 kkal. Berdasarkan kategori WHO (1998) dan Drewnowski (2005) termasuk ke dalam kategori cukup. Rata-rata densitas asupan zat besi contoh juga termasuk kategori cukup 8.9 mg per 1 000 kkal. Sementara itu, densitas asupan zat gizi kalsium, vitamin A, dan vitamin C pada contoh masih tergolong dalam kategori rendah. Sebanyak 61.8 persen densitas asupan kalsium <500 mg per 1 000 kkal, 95.9 persen densitas asupan vitamin A <700 µg RE per 1 000 kkal, dan 89.4 persen densitas asupan vitamin C contoh <50 mg per 1 000 kkal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki densitas asupan kalsium, vitamin A dan vitamin C yang kurang. Semakin tinggi nilai densitas asupan zat gizi tertentu maka menunjukkan contoh tersebut mengonsumsi pangan yang kaya akan zat gizi tertentu (Zulaikhah 2012).

(26)

12

Tabel 5 Sebaran makanan yang sering dikonsumsi contoh Kelompok Pangan dan Anjuran Porsi Jenis Pangan Mean±SD

Pangan sumber karbohidrat Nasi 182.0±113.9

(4─5 porsi)* Mie 56.9±70.2

Roti 7.1±16.7

Ubi jalar 8.9±39.8

Pangan sumber protein hewani Telur 35.6±41.9

(2─3 porsi)* Ayam 27.9±38.9

Susu 75.0±142.4

Pangan sumber protein nabati Tempe 11.6±36.5

(2─3 porsi)* Tahu 6.7±25.9

Pangan sayuran Bayam 3.0±15.7

(3 porsi)* Kool dan wortel 4.5±27.0

Tomat 1.1±5.4

Pangan buah-buahan Apel 5.1±23.7

(4 porsi)* Pisang 3.2±24.0

Pangan lainnya Biskuit 53.6±91.2

Goreng-gorengan 12.4±30.2 Teh kotak/botol 46.3±104.6

*Pedoman Gizi Seimbang (Kemenkes 2014)

Pangan sumber energi yang sering dikonsumsi contoh adalah nasi, mie dan roti. Jenis pangan umbi-umbian yang sering dikonsumsi contoh adalah ubi jalar. Rasa yang gurih dan dianggap mengenyanggkan merupakan alasan contoh yang cukup sering mengonsumsi mie instant. Biasanya contoh mengonsumsi mie saja atau mie ditambah nasi dan telur dan kadang-kadang ditambah sayur. Mie yang terbuat dari tepung terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin dan mineral. Mengonsumsi jenis makanan tersebut dapat dikatakan belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Selain itu, contoh juga kurang mengonsumsi jenis pangan dari kelompok sayuran dan buah-buahan yang merupakan sumber vitamin dan mineral. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata contoh yang mengonsumsi kool dan wortel 4.5 gram/hari dan apel 5.1 gram/hari.

Menurut Bjellann et al (2013) mengonsumsi buah dan sayur merupakan bagian penting dalam gaya hidup sehat. Hasil penelitian Lock et al. (2005) menyebutkan bahwa anak usia 5─14 tahun memiliki kecenderungan 20% mengkonsumsi buah dan sayur lebih rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa 30─59 tahun.

Anak usia sekolah dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebanyak 300─400 gram per hari, pangan hewani 70─140 gram per hari, 100─200 gram per hari pangan nabati (Kemenkes 2014). Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa kurangnya konsumsi jenis pangan sumber vitamin dan mineral dapat mempengaruhi densitas asupan zat gizi tersebut.

(27)

13 9 tahun dan kelas tinggi yang berusia 10 sampai 12 tahun. Menurut Lucas & Feucht (2008), menyatakan bahwa masa usia sekolah terjadi pertumbuhan yang signifikan pada aspek sosial, kognitif, dan emosi. Anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dengan kegiatan fisik yang sangat aktif. Seiring dengan bertambahnya usia dan aktivitas fisik. Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dan lebih baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Asupan gizi yang baik bersumber dari pangan yang memiliki komposisi zat gizi yang baik pula. Seorang anak dalam memilih makanan sering dipengaruhi oleh lingkungannya. Contoh penelitian ini merupakan siswa kelas 6 yang termasuk kelompok kelas tinggi sekolah dasar. Usia, jenis kelamin, dan uang saku merupakan karakteristik contoh yang diteliti.

Usia

Perkembangan fisik dan motorik anak akan semakin berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Pada usia 10 sampai 12 tahun pertumbuhan dan perkembangan fisik pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan. Salah satunya adalah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan (Hidayat 2004). Semua itu dapat ditunjang dengan asupan gizi yang baik. Asupan komposisi zat gizi yang baik dapat memenuhi kebutuhan zat gizi anak tersebut. Berikut Tabel 6 sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan usia.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan usia

Densitas Zat Gizi 10 11 Usia (tahun) 12 ≥13 p

(28)

14

berbeda terjadi pada densitas asupan kalsium, vitamin A dan vitamin C yang menunjukkan sebagian besar contoh termasuk kategori kurang.

Berdasarkan uji Chi Square, tidak terdapat hubungan signifikan antara densitas asupan zat gizi dengan usia. Hal ini berbeda dengan penelitian Singer et al. (1995), menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan densitas asupan zat gizi, akan tetapi nilai konsistensinya tidak selalu kuat atau meningkat seiring bertambahnya usia anak. Perbedaan hasil penelitian tersebut diduga karena perbedaan kelompok contoh yang diteliti. Semakin bertambahnya usia anak, konsumsi makanan yang dimakan semakin beragam sesuai yang mereka inginkan. Jenis Kelamin

Sebagian besar contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan berjumlah 79 orang (64.2%) sedangkan contoh laki-laki berjumlah 44 orang (35.8%). Berdasarkan uji beda Man withney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada setiap kategori densitas asupan zat gizi. Pada Tabel 7 disajikan sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan jenis kelamin.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan jenis kelamin

(29)

15 Uang Saku

Orang tua pada umumnya memberikan sejumlah uang pada anak usia sekolah untuk keperluan jajan dan keperluan lainnya yang biasa disebut uang saku. Sebagian besar contoh memiliki uang saku Rp5 001─10 000 dengan rata-rata uang saku contoh keseluruhan Rp8353±3721. Suryaalamsyah (2009) menyebutkan bahwa rata-rata uang saku siswa sekolah dasar di Bogor berkisar Rp5 000─10 000 per harinya. Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan uang saku dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan uang saku

Besar uang saku yang dimiliki tiap anak sangat beragam tergantung pada faktor-faktor yang mendukungnya. Contoh dengan rata-rata uang saku Rp5 001─10 000 sebagian besar termasuk dalam kategori cukup untuk densitas asupan protein dan zat besi. Sebaliknya densitas asupan kalsium, vitamin A dan vitamin C tergolong rendah. Hal yang tidak jauh berbeda pada uang saku contoh ≤ Rp5 000 ataupun ≥ Rp10 001. Tidak terdapat hubungan antara uang saku terhadap densitas asupan zat gizi dalam penelitian ini.

Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan Karakteristik Keluarga Menurut almatsier (2009), Lingkungan dan tingkah laku keluarga banyak bepengaruh terhadap kebiasaan makan. Selain lingkungan keluarga, lingkungan yang ada di sekitar makanan dan waktu makan juga mempengaruhi pembentukan sikap terhadap makanan dan kebiasan makan. Pertambahan lingkup pergaulan dan pertambahan aktivitas dapat mengubah perilaku makan anak (Lucas 2004). Keluarga memiliki posisi yang penting dalam proses pertumbuhan dan

(30)

16

perkembangan seorang anak. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pada penelitian ini karakteristik keluarga yang diamati meliputi besar keluarga, pendapatan, dan pendidikan orang tua.

Besar Keluarga

Besar keluarga memberikan pengaruh terhadap interaksi antara anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin banyak interaksi yang terjadi. BKKBN (2005), mengkategorikan besaran keluarga sebagai berikut, keluarga kecil (jumlah anggota keluarga ≤4 orang), keluarga sedang (5─7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Berikut sebaran contoh berdasarkan denistas asupan zat gizi dan besar keluarga yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan besar keluarga

Contoh sebagian besar memiliki jumlah anggota rumah tangga 5─7 orang (52%), selanjutnya ≤4 orang (43.9%) dan terendah ≥8 orang (4.1%). Contoh yang memiliki anggota rumah tangga 5─7 orang memiliki densitas asupan protein yang cukup dan densitas asupan mineral dan vitamin termasuk kurang. Pada contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang memiliki densitas asupan protein dan zat besi yang cukup sedangkan densitas asupan kalsium, vitamin A dan vitamin C tergolong kurang. Hal yang serupa juga terjadi pada contoh dengan jumlah anggota keluarga ≥8 orang. Tidak terdapat hubungan antara besar keluarga dengan densitas asupan zat gizi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus dicukupinya meningkat dan biaya yang dikeluarkan relatif semakin besar (Arisman 2009).

Karakteristik keluarga yang diamati selanjutnya adalah pendidikan orang tua

(31)

17 contoh. Pendidikan orang tua contoh dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu ≤SMA dan >SMA. Pada Tabel 10 disajikan sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendidikan orang tua contoh.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendidikan orang tua

Sebagian besar pendidikan ayah dan ibu contoh adalah ≤SMA. Pendidikan ayah dan ibu contoh >SMA sebagian besar tergolong cukup pada densitas asupan protein dan zat besi. Tidak jauh beda pada densitas asupan protein dan zat besi dengan pendidikan orang tua contoh ≤SMA. Stein et al. (1991), menyatakan bahwa keluarga dengan pendidikan dan pendapatan rendah relatif memiliki hubungan kurang kuat terhadap konsumsi pangan dan densitas asupan zat gizi.

Selain pendidikan orang tua, pendapatan orang tua juga diamati dalam penelitian ini. Pendapatan orang tua dibagi dalam dua kategori yaitu ≤Rp2 500 000 dan >Rp2 500 000. Pendapatan orang tua contoh sebagian besar termasuk kategori ≤Rp2 500 000. Sebagian besar pendapatan ayah pada kategori >Rp2 500 000 memiliki densitas asupan protein dan zat besi yang cukup. Hal yang sama pada pendapatan ibu >Rp2 500 000 maupun ≤Rp2 500 000. Pendapatan ayah pada kategori ≤Rp2 500 000 memiliki densitas asupan kalsium, vitamin A dan vitamin C tergolong kurang. Hal tersebut tidak jauh beda pada kedua kategori pendapatan ibu. Semakin tinggi pendidikan orang tua diduga akan memiliki pendapatan yang tinggi dan pengetahuan gizi yang bagus (Hurley et al. 2009; Dubois et al. 2011). Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendapatan orang tua dapat dilihat pada Tabel 11.

(32)

18

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan pendapatan orang tua

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara densitas asupan zat gizi dengan pendapatan orang tua. Menurut Darmon et al. (2002), seseorang dengan pendapatan rendah diduga akan berpengaruh pada cara pemilihan pangan yang akan dikonsumsi sehingga akan berdampak pada densitas asupan zat gizi.

Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan TKG dan Status Gizi Anak usia sekolah membutuhkan gizi yang lebih banyak seiring dengan pertambahan usia dan aktivitas fisik anak. Kebutuhan yang meningkat harus diimbangi dengan makanan yang dikonsumsi merupakan sumber yang baik akan semua zat gizi yang diperlukan. Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja2009).

(33)

19 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi dan zat gizi dibutuhkan anak untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas sehari-hari. Kekurangan energi menyebabkan berat badan kurang dan berat badan seharusnya (ideal), sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga terjadi kegemukan (Almatsier 2009). Berikut gambar 3 menggambarkan sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein.

Gambar 3 Sebaran tingkat kecukupan energi contoh

Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi (TKE), sebanyak 16.3% contoh tergolong normal dan sebagian besar contoh berada dalam kategori defisit tingkat berat (40.7%) artinya sebagian besar contoh kekurangan asupan energi. Sebagian besar contoh dengan Tingkat Kecukupan Protein (TKP) defisit berat (85.3%) memiliki densitas asupan protein yang kurang. Tingkat konsumsi energi dan protein merupakan hasil recall konsumsi pangan contoh dan pemilihan pangan yang

dipengaruhi oleh banyak faktor. Berikut Tabel 12 menyajikan sebaran contoh berdasarkan densitas asupan protein dan tingkat kecukupan protein.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan protein dan tingkat kecukupan protein

Densitas Asupan Zat Gizi

Tingkat Kecukupan Protein

p Defisit

Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Lebih

n % n % n % n % n %

Protein (g/1000 kkal)

0.000

<20 29 85.3 2 5.9 1 2.9 2 5.9 0 0

20─40 40 53.3 11 14.7 7 9.3 11 14.7 6 8

≥40 3 21.4 1 7.1 1 7.1 3 21.4 6 43

Kekurangan asupan energi maupun protein secara terus menerus pada anak akan berdampak pada penurunan status gizi. Selain TKE dan TKP, penelitian ini

41%

18% 15%

16% 10%

(34)

20

juga menganlisis deskriptif tingkat kecukupan kalsium (Ca), zat besi (Fe), vitamin A dan vitamin C. Vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan menjadi 2, yaitu kurang (tingkat kecukupan <77%) dan cukup (tingkat kecukupan ≥77%) (Gibson 2005). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan Ca, Fe, vitamin A dan vitamin C dan densitas asupan Ca, Fe, vitamin A dan vitamin C disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan dan densitas asupan Ca, Fe, Vitamin A dan Vitamin C

Densitas Asupan Zat Gizi

Tingkat Kecukupan Ca, Fe, Vitamin A dan

Vitamin C p

Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar contoh (96.1%) dengan densitas asupan kalsium <500 mg per 1 000 kkal termasuk kategori tingkat kecukupan kalsium yang kurang sedangkan sebanyak 89.4% contoh termasuk kategori cukup dengan kategori asupan kalsium ≥500 mg per 1 000 kkal. Hal yang tidak jauh berbeda juga terlihat pada sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan dan densitas asupan zat besi, vitamin A, dan vitamin C. Secara umum pada penelitian ini, sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C yang tergolong kurang. Hal tersebut diduga karena sebagian besar contoh relatif kurang mengonsumsi jenis makanan sumber mineral dan vitamin seperti sayur dan buah.

(35)

21 Hubungan antara Densitas Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi

Gibson (2005) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Status gizi merupakan indikator baik atau buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Irianto 2006). Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak serta menunjang prestasi anak. Faktor yang dapat memengaruhi status gizi anak-anak salah satunya adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang atau rendah dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi status gizi yang kurang atau buruk (Lucas & Feucht 2008). Berikut pada gambar 3 disajikan sebaran status gizi contoh.

Gambar 4 Sebaran status gizi contoh

Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal sebanyak 70% (86 orang), selanjutnya status gizi gemuk 16% (20 orang), obesitas 9% (11 orang) dan terendah status gizi kurus 5% (6 orang). Pada sebaran contoh tidak terdapat contoh yang memiliki status gizi sangat kurus. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas semasa anak-anak akan mengakibatkan resiko yang tinggi dengan penyakit yang tidak menular atau degeratif. Moller et al. (2005) menyebutkan bahwa resiko obesitas adalah ke arah penyakit kardiovaskuler dan resistensi insulin (sindrom metabolisme). Selanjutnya, pada Tabel 14 disajikan sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan status gizi.

0% 5%

70% 16%

9%

(36)

22

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan densitas asupan zat gizi dan status gizi

Sebagian besar contoh dengan status gizi normal memiliki densitas protein dan zat besi yang cukup dan memiliki densitas kalsium, vitamin A dan vitamin C yang kurang. Berdasarkan uji chi square, terdapat hubungan antara densitas asupan protein terhadap status gizi. Zulaikhah (2012) menyatakan bahwa konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dapat mempengaruhi status gizi. Protein memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, memelihara netralitas tubuh dan sebagai sumber energi, sedangkan mineral dan vitamin secara umum mempunyai fungsi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan proses metabolisme dalam tubuh

(Almatsier 2009).

Berdasarkan penelitian Hakeem et al. (2002) pada keturunan Pakistan yang tinggal di Inggris bahwa densitas asupan protein cenderung cukup sedangkan densitas zat gizi mikro seperti kalsium, zat besi, vitamin B12, vitamin A, dan vitamin C di daerah perkotaan relatif lebih rendah, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap status gizi seorang anak dan risiko penyakit degenratif.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(37)

23 vitamin A (95.9%), dan vitamin C (89.4%) pada sebagian besar contoh tergolong kurang. Tidak terdapat hubungan antara densitas asupan zat gizi dengan usia, uang saku, jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jenis kelamin dengan densitas asupan zat gizi.

Sebagian besar contoh memiliki status gizi yang normal (70%). Pada sebaran contoh tidak terdapat contoh yang memiliki status gizi sangat kurus. Terdapat hubungan signifikan antara densitas asupan protein dengan status gizi contoh. Semakin tinggi nilai densitas asupan protein maka menunjukkan contoh tersebut mengonsumsi pangan yang kaya akan protein. Hal serupa juga berlaku terhadap zat gizi lainnya.

Saran

Perlu dilakukan sosialisasi baik melalui pemerintah, pihak sekolah, maupun keluarga untuk menginformasikan dalam memilah dan memilih jenis makanan yang mengandung zat gizi essensial (protein, kalsium, zat besi, vitamin A dan vitamin C) serta tiga zat gizi berisiko yang dibatasi (gula tambahan, asam lemak jenuh, dan natrium). Jenis makanan yang dianjurkan seperti padi-padian, susu dan olahannya, sayur, buah, lauk hewani dan pauk nabati dan umbi-umbian. Jenis makanan yang perlu dibatasi berupa snack atau jajanan seperti permen, cookies, ice cream dan lain sebagainya. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variabel aktivitas fisik atau kebiasaan makan yang diduga berkaitan dengan densitas asupan zat gizi. Selain itu, metode penilaian konsumsi pangan mungkin akan lebih baik jika diambil secara food record ataupun food weighing.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Umum.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku ajar Ilmu Gizi. Palupi Widyastuti, editor. Jakarta (ID): EGC penerbit buku kedokteran.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. Jakarta (ID): Bappenas RI.

Bjelland M, Brantsaeter AL, Haugen M, Meltzer HM, Nystad W, Andersen LF. 2013. Changes and Tracking of Fruit, Vegetables and Sugar-Sweetened Beverages Intake from 18 Months to 7 Years in the Norwegian Mother and Chils Cohort Study. BMC Public Health. 13:793.

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2-5 Pendapatan keluarga. BKKBN [Internet]. [diunduh 2014 Jan 30]. Tersedia pada: www.bkkbn.go.id.

(38)

24

Dubois L, Farmer A, Girard M, Burnier D, Porcherie M. 2011. Demographic and socio-economic factors related to food intake and adherence to nutritional recommendations in a cohort of pre-school children. Publich Health Nutrition. 14(6):1096-104. doi:10.1017/S1368980010003769.

Drewnowski A. 2005. Concept of a nutritious food: toward nutrient density score. Am J Clim Nutr. 2005 Oct:82(4): 721-32. Updated: August 22, 2007.

. . 2009. Nutrient Density of Dairy Product: Helping Build Healthier Diets Worldlife. International Dairy Federation (IDF) World Dairy Summit “United Dairy World 2009”. Conference Nutrition & Health, Tuesday 22 September 2009.

. 2010. The nutrient rich foods index help to identify healthly, affordable foods. Am J Clin Nutr 2010: 91 (suppl): 1095S-101S. 24 Februari 2010. Doi: 10.3945/ajcn.2010.28450D.

FAO/WHO. 1998. Preparation and use of food based dietary guidelines. Report of a joint FAO/WHO consultation, Nicosia, Cyprus 1995. WHO Technical report series:880.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. New York (US): Oxford University Press.

Hakeem R, Thomas J, Badaruddin SH. Food Habits and nutrient density of diets of Pakistani children living in different urban and rural settings. J Health Popul Nutr 20(3): 255-263.

Hidayat A, Alimul A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hurley KM, Oberlander SE, Merry BC, Wrobleski MM, Klassen AC, Black MM. 2009. The healthy eating index and youth healthy eating index are uniqu, nonredundant measures of diet quality among low-income, African American adolescents. The Jornal of Nutrition. 139(2): 359-65.

Irianto DP. 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Ed. 1. Yogyakarta (ID): ANDI.

Kusharto CM, Sa’adiyyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lee SK, Park HK, Choi YJ. 2014. Nutritional standards for energy-dense low nutrient density food for children in Korea. Asia Pac J Clin Nutr. 23(1):27-33.

Lock K, Pomerleau J, Causer L, Altmann DR, Mckee M. 2005. The global burden of disease attribute to low consumption of fruit and vegetables: implications for the global strategy on diet. Bull World Organ. 83(2): 100─108.

Lucas BL. 2004. Nutrition in Childhood. Di dalam: Mahan LK, Escott-Stump S, editor. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy 11th Edition.

Pennsylvania: The Curtis Center. Hlm 259-283.

Lucas BL, Feucht. 2008. Nutrition in Childhood. Di dalam: Mahan LK, Escott-Stump S, editor. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy 12th Edition.

Pennsylvania: The Curtis Center. Hlm 223-245.

Moller DE, Kaufman KD. 2005. Metabolic syndrome: a clinical and molecular perspective. Annu Rev Med. 56:45–62.

(39)

25 Puskesmas Noemuti. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurnal UNDANA.Vol.1, No.1: 1-7

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013.Perautaran Menteri Keshatan No. 30 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Rachmaniah M, Tanziha I, Firman I, Herdiani Y. 2013. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui interactive breakfast-nutrition learning content management system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sandjaja. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta (ID): Kompas. Singer MR, Moore LL, Garrahie EJ, Ellison RC. 1995. The tracking of nutrient intake in young children: the farmingham children’s study. American Journal of Public Health. Vol 85.(12):1673-1677.

Stein AD, Shea S, Basch CE, Contento IR, Zybert P. 1991. Variability and tracking of nutrient intakes of preschool children based on multiple administrations of the 24-hour dietary recall. Am J Epidemiol. 134: 1427-1437.

Suryaalamsyah II. 2009. Konsumsi fast food dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan anak sekolah di SD Bina Insani Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institiut Pertanian Bogor.

[WHO] World Health Organization. 2007. Cut off point nutritional status. WHO [Internet]. [diunduh pada 2013 Des 7]. Tersedia pada: http://www.euro.who.intnutrtion-20030507_1.

World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development: A Strategy for Large-Scale Action. Washington DC (US): The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.

(40)

26

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rangkaian kegiatan penelitian

Pengisian kuesioner penelitian Wawancara contoh

(41)

27 Lampiran 2 Uji Statistik korelasi Chi Square

Hubungan varibel dengan densitas asupan zat gizi

Variabel yang diteliti Protein Kalsium Zat Besi Vitamin A Vitamin C p

Usia 0.605 0.675 0.981 0.674 0.895

Jenis Kelamin 0.409 0.276 0.582 0.453 0.151

Uang Saku 0.183 0.372 0.597 0.727 0.642

Besar Keluarga 0.709 0.196 0.784 0.433 0.344 Pendidikan Ayah 0.748 0.499 0.270 0.867 0.689 Pendidikan Ibu 0.326 0.617 0.093 0.219 0.901 Pendapatan Ayah 0.684 0.292 0.145 0.834 0.851 Pendapatan Ibu 0.656 0.936 0.264 0.385 0.688

Hubungan densitas asupan zat gizi dengan TKG dan status gizi Densitas asupan zat gizi TKG p Status Gizi

Protein 0.000 0.016

Kalsium 0.000 0.369

Zat Besi 0.000 0.052

Vitamin A 0.000 0.057

Vitamin C 0.000 0.313

Lampiran 3 Kuesioner penelitian

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Peningkatan Kesehatan Masyarakat melalui Interactive Breakfast-Nutrition

Learning Content Management System Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah

Dasar

Isilah dengan huruf kapital. Jawaban yang jujur sangat membantu untuk keberhasilan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Anda.

Sheet 1: Cover

Nama Lengkap : ________________________________________ Usia : ____________________________________ tahun Tempat/tanggal Lahir_________________________________________ : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

(42)

28

Alamat Rumah : ________________________________________ _________________________________________ No. Telepon Rumah/HP ______________________________________ : Berat Badan : ___________ kg

Tinggi Badan : ___________ cm

Sheet 2: Data Karakteristik Individu

1. Saya adalah anak ke __________ dari _________ orang bersaudara sekandung.

2. Uang saku per hari saya sebanyak Rp __________________________ 3. Sumber uang saku saya adalah dari ____________________________

Sheet 3 : Data KSPN

Recall Konsumsi Pangan

CONTOH:

Hari Libur (12 /06/2013)

Waktu Jenis Makanan Makanan Bahan Jumlah yang dikonsumsi URT gr*

Pagi (06.00-10.00)

Nasi Goreng Nasi 1 Piring

Telur Ceplok Telur 1 Butir

Sayur Kacang Kacang Panjang 4 Sendok Makan Selingan

(10.00-12.00)

Roti Coklat Roti 1 Bungkus

COKLAT

PASTA 1 MAKAN SENDOK

Siang (12.00-16.00)

Nasi Nasi 1 Piring

Tempe Bacem Tempe 1 Potong

Sayur Bayam Bayam 1/2 Mangkuk Kecil Ikan Goreng Ikan Mujair 1 Potong

Buah Pepaya Pepaya 1 Potong

URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi, buah.

*= tidak perlu diisi oleh responden.

(43)

29

Hari Libur (Minggu) Tanggal :

Waktu Jenis Makanan Makanan Bahan Jumlah yang dikonsumsi

URT gr*

Pagi

(06.00-10.00)

Selingan

(10.00-12.00)

Siang (12.00-16.00)

Selingan

(16.00-19.00)

Malam

(19.00-21.00)

Selingan

(21.00-tidur)

URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi, buah.

(44)

30

Hari Sekolah. Tanggal :

Waktu Jenis Makanan Makanan Bahan Jumlah yang dikonsumsi

URT gr*

Pagi

(06.00-10.00)

Selingan

(10.00-12.00)

Siang (12.00-16.00)

Selingan

(16.00-19.00)

Malam

(19.00-21.00)

Selingan

(21.00-tidur)

URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi, buah.

(45)

31

Sheet 4 : Data Keluarga Nama/Kelas :

Pilihlah salah satu jawaban dan beri tanda silang. Jawaban yang jujur sangat membantu untuk keberhasilan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Anda.

KETERANGAN : DIBAWA PULANG KERUMAH DAN DIISI OLEH ORANGTUA SISWA.

1. Jumlah Keluarga (Seluruh orang yang tinggal di dalam rumah) a. 1 – 4 orang, sebutkan . . . ….orang

b. 5 – 7 orang, sebutkan . . . …..orang c. Lebih dari 8 orang, sebutkan . . . ….orang 2. Pendidikan terakhir ayah

a. Tidak sekolah/Tidak lulus SD b. SD/sederajat

c. SMP/sederajat d. SMA/SMK/sederajat e. Diploma

f. Sarjana/Pascasarjana 3. Pendidikan terakhir ibu

a. Tidak sekolah/Tidak lulus SD b. SD/sederajat

c. SMP/sederajat d. SMA/SMK/sederajat e. Diploma

f. Sarjana/Pascasarjana 4. Pendapatan ayah per bulan

a. 0

b. Kurang dari 1.000.000 c. 1.000.000 - 2.500.000 d. 2.500.000 – 5.000.000 e. Lebih dari 5.000.000 5. Pendapatan ibu per bulan

a. 0

(46)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lamongan pada tanggal 06 Februari 1992. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara, putra dari pasangan Bapak H. Agus Salim dan Hj. Kasiyati. Pendidikan Menegah Atas ditempuh penulis di SMA N 1 Babat dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi baik di dalam maupun di luar kampus. Penulis pernah mengikuti UKM Kopma dan menjadi anggota aktif (2010-2014), UKM Tenis Meja (2012-2013), Himpunan Mahasiswa Gizi (Himagizi) divisi Peduli Pangan dan Gizi periode 2012-2013, divisi HRD Ecoagrifarma (2012) dan divisi Produksi (2013). Selain itu, penulis juga aktif di Forum For Scientist Studies (FORCES) divisi Community Development 2012-2013. Penulis juga pernah menjadi staf divisi konsumsi Nutrition Fair 2013 dan staf divisi sponsorship dan konsumsi pada Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) 2012 dan 2013.

Pada bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Bersama Masyarakat (KKBM) dan bekerjasama dengan LPPM IPB mendirikan Posdaya di Desa Cikahuripan, Kecamatan Klapanunggal, Bogor dan pada bulan Maret 2014 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Gizi pada tahun 2013-2014. Penulis juga merupakan penerima beasiswa BBM dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) pada tahun 2011 dan Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) 2012-2014 dan menjadi bagian dari keluarga besar Paguyuban KSE IPB. Penulis juga pernah menjadi wakil ketua sosialisasi IPB rayon Lamongan.

Gambar

Gambar 2 Cara penarikan contoh
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data primer
Tabel 2  Pengkategorian variabel penelitian
Tabel 3  Sebaran contoh berdasarkan densitas zat gizi pangan sarapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik anak (usia, jenis kelamin, dan besar uang saku), kebiasaan jajan (frekuensi, jenis dan jumlah makanan jajanan),

DYAN FAJAR CHRISTIANTI. Analisis Asupan Zat Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri yang Sudah dan Belum Menstruasi di Bogor. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN. Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan status gizi sangat kurus mendapatkan asupan lemak kurang dan baik sebanyak 50%, anak dengan status gizi kurus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan status gizi sangat kurus mendapatkan asupan lemak kurang dan baik sebanyak 50%, anak dengan status gizi kurus

karena skor densitas energi yang rendah dan skor densitas zat gizi yang tinggi pada suatu kelompok pangan serta porsi makan yang tepat memberikan pengaruh

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan asupan energi, zat gizi makro protein, lemak, karbohidrat dan status gizi pada baduta 6-24 bulan yang mengonsumsi asi eksklusif dan

Apabila asupan karbohidrat kurang akan menyebabkan berkurangnya asupan energi sehingga akan mengakibatkan gngguan pada status gizi anak, menyebabkan tubuh lesu, lemah, tidak bertenaga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki asupan zat gizi makro yang kurang karbohidrat 84%, protein 94% dan lemak 64% dengan status gizi terbanyak sangat kurus