• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

UNA SELVI TUAPUTY

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir ditesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(4)
(5)

RINGKASAN

UNA SELVI TUAPUTY. Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat di Kabupaten Buru Maluku. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan

ZUZY ANNA.

Pertambangan emas di Kabupaten Buru dimulai tahun 2012, dengan ditemukan emas pada akhir tahun 2011di lokasi “Gunung Botak” atau biasa disebut masyarakat adat dengan nama “Leabumi”. Pertambangan ini diatur oleh Pemerintah adat Dataran Waeapo petuanan Kayeli yang diatur oleh Raja (Kepala Desa) Kayeli dan Hinolong Baman (kewang/penjaga dataran tinggi) serta marga-marga yang mempunyai hak atas wilayah Leabumi. Karena pertambangan yang ada tidak ada campur tangan pemerintah maka pertambangan ini termasuk pertambangan tanpa izin usaha (PETI) atau illegal.

Permasalahan umum yang terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya dampak pertambangan rakyat terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan kualitas lingkungan yaitu pencemaran Merkuri. Tujuan penelitian yaitu : 1) mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan. 2) mengidentifikasi kerusakan air tanah yang diakibatkan dari pertambangan. 3) mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan. 4) mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan emas rakyat liar. 5) mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan kualitas lingkungan. 6) mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan pertambangan emas rakyat liar. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis pendekatan statistik, uji laboratorium untuk kualitas air, analisis nilai perubahan produksi perikanan, analisis willingness to pay dengan model contingent valuation method (CVM), analisis regresi linier dan analisis logistic regression.

Hasil dari penelitian ini adalah : 1) Persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan emas illegal ini 20 responden memilih ditutup dan 24 responden memilih dibuka. Responden yang merasakan akan adanya bahaya lingkungan yang juga berpengaruh terhadap usahanya akan memilih ditutup, sedangkan responden yang merasakan dampak positif dari pertambangan terhadap pendapatan akan memilih dibuka. 2) Pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Penurunan kualitas lingkungan dalam hal ini air sungai maupun air tanah di Kabupaten Buru belum terdeteksi adanya Merkuri namun bukan berarti tidak terjadi pencemaran Merkuri, karena Merkuri yang ada masih sangat kecil. 3) Akibat adanya pertambangan produksi perikanan mengalami penurunan produksi pada tahun 2012 sebesar 1.560,2 ton. 4) Biaya masuk pertambangan diatur oleh Pemerintah Adat Dataran Kayeli. Biaya masuk untuk penambang laki-laki sebesar Rp.750.000/orang/tiga bulan, untuk penambang wanita sebesar Rp.500.000/orang/tiga bulan 5) Kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan sebesar Rp.430.000/orang/bulan. 6) Total kerugian pemerintah daerah terhadap pungutan biaya masuk pertambangan emas rakyat ini adalah sebesar Rp.131.187.700.000/ tahun, dan total kerugian dari penurunan produksi perikanan adalah sebesar Rp.1.214.227.000.

.

(6)
(7)

SUMMARY

UNA SELVI TUAPUTY. The Illegal Gold Mining Externality in Buru District, Maluku. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI and ZUZY ANNA.

The gold mining in Kabupaten Buru has been conducted since 2012, by the discovery of gold at the end of 2011 in a "Gunung Botak" or commonly called as "Leabumi" by the indigenous peoples. The regulation of the mining was arranged by the local government, King in Kayeli (The head of village) and Hinolong Baman (Kewang/guard plateau) and the clans who have the rights to “Leabumi” region. The Absence of the government intervention is causing this mining including mining without a business license (PETI) or illegal mining.

The general problem of this study is the presence impact of artisanal mining in the community life and the decreasing environmental quality. The purpose of research are: 1) Knowing the public perception of the mining existence. 2) Identify ground water due to illegal gold mining. 3) Estimate the changes in fisheries production due to illegal gold mining. 4) Identify and estimate the transaction costs of illegal gold mining. 5) Identify and estimate WTP transaction costs and WTP improving environmental quality. 6) Identify the value of externalities of illegal gold mining activities. The methods of analysis used statistic analysis approach, laboratory test for water quality, analysis of the changes production fisheries, analysis of willingness to pay (WTP) with the model contingent valuation method (CVM), multiple regression linear analysis and logistic regression analysis.

The results of this study are: 1) Community perception of the existence of this illegal gold mining were the 20 respondents chose closed and 24 respondents chose opened. The respondents who felt the environmental hazards of the mining, also affected his business would choose closing the mining. While selecting respondents who felt the impact of mining on income would choose opening the mining. 2) The gold mining in Buru Island gave positive and negative externalities. The positive impacts are the availability of job opportunities and increasing incomes. The negative impacts are the threat of environmental damage that was caused by Mercury waste. 3) Fisheries production decreased in 2012 amounted to 1.560,2 tons, It was also caused the displacement of the profession of fishermen to miners. 4) The mining entrance fee was set by the indigenous government. Entry fee for male miners is IDR.750.000 /person/three months and for women miners IDR 500.000/person/three months. 5) Willingness to pay for environmental quality improvement were IDR 430.000/person/month. 6) Total loss of local government because of the levies gold mining entrance fee was IDR 131.187.700 000 for years mining business, and total loss of fisheries production decline amounted IDR. 1.214.227.000.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI KABUPATEN BURU MALUKU

(12)
(13)
(14)
(15)

Judul Tesis : Eksternalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku

Nama : Una Selvi Tuaputy

NIM : H351110031

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(16)
(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan judul Ekstenalitas Pertambangan Emas Rakyat Di Kabupaten Buru Maluku. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan utama dalam mendapatkan gelar Magister Sains di Sekolah Pascasarjana IPB. Penyusunan tesis ini juga tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya arahan dan bimbingan dari komisi pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, lewat kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis, 2. Dr Dra Zuzy Anna, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberikan banyak ilmu, masukan dan semangat kepada penulis, 3. Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si selaku penguji luar komisi yang telah

memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini,

4. DIKTI sebagai lembaga sponsor yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor,

5. Kepada Pemerintah Kabupaten Buru terutama Dinas Pertambangan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas-dinas terkait serta masyarakat Desa Dava, Dusun Nametek yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data-data untuk kepentingan penelitian penulis,

6. Kepada Universitas Pattimura Ambon atas pengizinan melakukkan uji sampel penelitian di laboratorium, serta data sekunder yang sangat membantu penulisan tesis ini.

7. Mama dan Papa tercinta, atas doa dan dukungan yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Abang tercinta Ahmad Irhandi atas bantuannya dalam pengumpulan data, doa serta semangat yang selalu diberikan kepada penulis,

9. Adik tersayang Syahrul Tuaputty, atas doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis,

10.Keluarga Hi. Tamzil chatib dan istri caca Suraiz, serta semua keluarga besar Lisaholet tersayang atas doa serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini,

11.Teman-teman kuliah PS ESL 2011, terutama angela, mbak nisa atas bantuan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan. Akan tetapi dengan segala kekurangan yang ada semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat.

(18)
(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1 PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Ruang Lingkup Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Pertambangan Rakyat ... 5

Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat ... 6

Dampak Pertambangan Rakyat ... 7

Eksternalitas Pertambangan Rakyat ... 7

Jenis-Jenis Eksternalitas ... 8

Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan ... 9

Solusi Eksternalitas ... 10

Willingness To Pay ... 10

Contingent Valuation Method ... 10

Definisi Biaya Transaksi ... 11

Klasifikasi Biaya Transaksi ... 11

Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu ... 12

3 KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

Kerangka Pemikiran ... 15

4 METODE PENELITIAN ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Jenis dan Sumber Data ... 17

Metode Pengambilan Sampel ... 18

Metode Analisis Data ... 19

Analisis Dampak Pertambangan Terhadap Ekonomi Lingkungan ... 19

Analisis Kerusakan Lingkungan ... 20

Analisis Perubahan Kualitas Air ... 20

Analisis Nilai Perubahan Produktivitas Perikanan ... 20

Analisis Nilai Willingness To Pay ... 20

Metode Regresi Linier Berganda ... 22

(20)

Daftar Isi (lanjutan)

Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan ... 24

Batasan dan Pengukuran ... 25

Asumsi Penelitian ... 25

5 GAMBARAN UMUM ... 25

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 25

Kondisi Sosio Demografi Wilayah Penelitian ... 26

Penduduk ... 26

Pendidikan ... 26

Gambaran Umum Kegiatan Pertambangan ... 27

Potensi Pertambangan Emas Di Kabupaten Buru ... 27

Aktivitas Pertambangan Emas Rakyat Di Gunung Botak ... 28

Penambang Emas Gunung Botak ... 29

Responden Nelayan ... 32

Responden Desa Dava ... 33

Karakteristik Penduduk Asli Pulau Buru ... 35

Karakteristik Masyarakat Pendatang ... 36

6 EKSTERNALITAS PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT ... 37

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pertambangan emas ... 37

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 39

Analisis Pendapatan Penambang dan Non Penambang ... 39

Analisis Pendapatan Penambang ... 41

Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan ... 42

Dampak Pertambangan Terhadap Sosial Ekonomi ... 43

Dampak Lingkungan Di Kabupaten Buru ... 45

Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan ... 45

Potensi dan Bahaya DAS Wae Apu Pulau Buru ... 45

Limbah Pertambang ... 46

BahayaPencemaran Limbah Merkuri di Lingkungan ... 47

Kondisi Air Di Kabupaten Buru Provinsi Maluku ... 48

Kondisi Air Di Desa Dava ... 49

Penurunan Produksi Perikanan Kabupaten Buru ... 51

Nilai Perubahan Total Penangkapan Ikan Kabupaten Buru ... 52

Biaya Transaksi Usaha Pertambangan Rakyat ... 54

Analisis Willingness To Pay ... 57

Analisis Willingness To Pay Biaya Masuk ... 57

Analisis Willingness To Pay Biaya Perbaikan Kualitas Lingkungan ... 59

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Willingness To Pay ... 61

(21)

7 SIMPULAN DAN SARAN ... 65

Simpulan ... 65

Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

RIWAYAT HIDUP ... 98

(22)

DAFTAR TABEL

(23)

DAFTAR GAMBAR

1 Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat ... 8 2 Kerangka Pemikiran ... 16 3 Peta Lokasi Penelitian ... 17 4 Lokasi Pertambagan Emas Di Kabupaten Buru ... 27 5 Lubang Galian Tambang Emas Di Gunung Botak ... 28 6 Alat Tromol ... 29 7 Rumah Adat Penduduk Asli Pulau Buru ... 36 8 Limbah Pertambangan ... 46 9 Kondisi Air Tanah Desa Dava ... 50 10 Perahu Ketinting dan Alat Penangkapan ... 53 11 Aliran Biaya Transaksi Pertambangan Gunung Botak ... 55 12 Data Identitas Penambang dan Kijang ... 56 13 Kurva Penawaran WTP Biaya Masuk Penambang Di Gunung Botak ... 58 14 Kurva Penawaran WTP Penambang Terhadap Biaya Perbaikan Lingkungan .... 61

DAFTAR LAMPIRAN

(24)
(25)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam yang dimiliki Negara Indonesia sangatlah melimpah baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam non hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah sumber daya mineral. Sumber daya mineral yaitu berupa minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber daya mineral merupakan sumber daya yang tidak terbarukan, artinya tidak dapat tumbuh maupun dikembang biakan oleh manusia. Sumber daya mineral yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Salah satu sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat adalah emas. Eksploitasi sumber daya mineral diatur dalam undang-undang dasar nomor 4 tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan batu bara.

Daerah-daerah yang berpotensi memiliki sumber daya mineral dan telah memproduksi emas di Indonesia yaitu : Timika (Papua), Cikotok (Jawa Barat), Bengkalis (Riau), Tanggamus (Lampung), Bombana (Sulawesi Tenggara), Rejang Lebong (Bengkulu), Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara), Logas (Riau), Sarolangun (Jambi), Merangin (Jambi), Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam), Monterado (Kalimantan Barat), Malinau (Kalimantan Timur), Kotabaru (Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) (Ahyani ,2011).

Usaha pertambangan secara langsung mengambil bahan galian dari alam, sehingga usaha ini disebut sebagai industri dasar tanpa daur ulang. Menurut Ahyani (2011), industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha harus meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem pertambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis, agar perolehannya dapat optimal.

Usaha penggalian mineral yang ada di Indonesia yaitu usaha pertambangan secara industri (perusahaan) dan usaha secara perorangan atau kelompok (individu). Izin usaha pertambangan diatur dalam peraturan menteri energi dan sumber daya mineral Republik Indonesia nomor 24 tahun 2012, tentang perubahan atas peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 28 tahun 2009 tentang penyelenggaraan usaha jasa pertambangan mineral dan batu bara. Undang-undang pertambangan juga mewajibkan pemerintah memperoleh iuran produksi pertambangan sebesar 10% dari hasil tambang yang diperoleh penambang.

(26)

pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai PETI. Pertambangan emas rakyat atau pertambangan skala kecil ini termasuk pertambangan tanpa izin (PETI) biasanya mempunyai keterbatasan ekonomi/permodalan, pendidikan/pengetahuan dan ketrampilan. (KEMSDM, 2000).

Sumber daya mineral berupa logam mulia atau emas ditemukan di Provinsi Maluku pada akhir tahun 2011. Pertambangan logam mulia atau emas ini terdapat di Kabupaten Buru tepatnya di Gunung Botak. Keberadaan pertambangan ini membuat banyak penduduk sekitar maupun penduduk dari luar Maluku berdatangan untuk mencari emas. Hasil survei oleh Pemerintah Kabupaten Buru awal tahun 2012 jumlah penambang di Gunung Botak ± 50 ribu jiwa baik pria, wanita maupun anak-anak. Pertambangan emas di lokasi Gunung Botak dikelola secara adat, karena areal pertambangan adalah areal milik masyarakat yang diklaim oleh empat marga adat sebagai milik mereka. Saat ini pengolahan lokasi tambang masih secara tradisional yang diatur oleh tetua adat petuanan Dataran Waeapo.

Pertambangan emas di Kabupaten Buru termasuk dalam usaha pertambangan emas rakyat atau pertambangan tanpa izin usaha (PETI). Pertambangan akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan, dan juga berdampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Buru. Seperti juga perusahaan pertambangan, pertambangan rakyat ini juga dituding sebagai sumber terjadinya degradasi lingkungan. Mulai dari rusaknya bentang alam, lenyapnya vegetasi permukaan, meningkatnya erosi, bahkan peristiwa banjir dan kekeringan, dan sejumlah kerusakan lingkungan lainnya. Kegiatan pertambangan di Kabupaten Buru, secara langsung membawa perubahan pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Kegiatan pertambangan juga menimbulkan eksternalitas terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Buru. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat yaitu kenaikan pendapatan, namun pada kenyataanya dampak negatif seringkali lebih dominan dibandingkan dampak positif atau adanya eksternalitas dari kegiatan ekonomi manusia terhadap lingkungannya.

Perumusan Masalah

Suatu pembangunan akan bermakna lebih baik ketika memiliki keberlanjutan (sustainability). Faktor penting untuk tercapainya keberlanjutan tersebut adalah faktor yang berkaitan dengan lingkungan. Di Kabupaten Buru masalah lingkungan menjadi isu yang sangat penting karena kegiatan ekonomi masyarakat sebagian besar berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam. Sektor yang berkaitan dengan sumber daya alam dan tergantung pada masalah lingkungan yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan. Ketika kualitas lingkungan mengalami penurunan, kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam itu juga akan mengalami penurunan.

(27)

tercemari logam berat limbah pertambangan. Oleh karena itu, tantangan besar bagi Kabupaten Buru adalah menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam itu tidak hanya untuk kepentingan sesaat dan jangka pendek, melainkan untuk kelangsungan alam itu sendiri dan kelangsungan pemanfaatannya oleh gerenasi berikutnya. Usaha pertambangan sering kali menimbulkan banyak masalah terhadap kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Permasalahan umum yang sering muncul dikawasan pertambangan adalah pencemaran terhadap lingkungan tanah dan air yang berakibat pada penurunan kualitas produksi tanah dan air sehingga dalam pengembangan ekonomi pembukaan lahan pertambangan, produksi dan pasca tambang sering menimbulkan dampak bagi manusia.

Permasalahan yang akan terjadi di Kabupaten Buru dengan adanya dampak pertambangan terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan kualitas lingkungan yaitu pencemaran Merkuri di sungai sehingga mengakibatkan kerusakan pada air dan produksi perikanan. Pertambangan rakyat ini juga didorong oleh keinginan masyarakat untuk mengubah kehidupan ekonomi sehingga mendorong penambang dari Maluku maupun dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong ingin melakukan usaha tambang di Kabupaten Buru. Hal ini mengakibatkan tingginya eksploitasi bahan galian B (emas) yang ada, sehingga dampak kerusakan sungai akibat Merkuri sebagai ekstraksi emas saat ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

Pertambangan emas rakyat ini juga memberikan kerugian yang besar terhadap pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan usaha pertambangan emas rakyat ini belum memiliki izin usaha dan pertambangan emas rakyat yang ada di Dataran Waeapo termasuk golongan usaha rakyat atau pertambangan tanpa izin (PETI), sehingga pemerintah tidak dapat mengambil pungutan pajak dari para penambang. Adanya pertambangan rakyat ini juga mendorong usaha-usaha ekonomi lain yang bermunculan di lokasi pertambangan, salah satunya usaha warung yang menyediakan kebutuhan para penambang di Gunung Botak. Usaha pertambangan emas rakyat ini akan memberikan dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi serta dampak terhadap lingkungan. Jika lingkungan tercemar maka akan menimbulkan dampak yang luas terhadap sektor perikanan, sehingga terjadi penurunan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan di pesisir Kabupaten Buru.

Dari uraian permasalahan diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru?

2. Bagaimana kerusakan air akibat pertambangan emas rakyat?

3. Bagaimana perubahan produksi perikanan akibat pertambangan emas? 4. Seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan untuk menjalankan

usaha?

5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan kualitas lingkungan?

(28)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat dirinci tujuan umum dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :

 Tujuan umum penelitian yaitu : Mengetahui dan menghitung nilai eksternalitas yang ditimbulkan dari petambangan emas, dan

 Tujuan khusus penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan. 2. Mengidentifikasi kerusakan air yang diakibatkan dari pertambangan. 3. Mengestimasi nilai perubahan produksi perikanan akibat pertambangan. 4. Mengidentifikasi dan menghitung biaya transaksi dari pertambangan.

5. Mengidentifikasi dan menghitung WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan kualitas lingkungan.

6. Mengidentifikasi nilai eksternalitas dari kegiatan pertambangan emas rakyat.

Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan ini mampu memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kabupaten Buru sebagai bahan pertimbangan pembuatan keputusan untuk menetapkan kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi serta menerapkan aturan untuk peningkatan kualitas lingkungan masyarakat Kabupaten Buru.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di lokasi penelitian untuk lebih dapat memahami dan mengetahui keberadaan pertambangan yang dapat memberi dampak positif maupun negatif terhadap sosial, ekonomi, maupun lingkungan. 3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji, dalam bidang yang sama

dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat eksternalitas negatif maupun eksternalitas positif yang terjadi akibat adanya pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Buru Provinsi Maluku dan khususnya di Kecamatan Waelata dan Kecamatan Namlea. Penelitian ini mengambil responden dari mayarakat Desa Dava, para penambang dan nelayan Dusun Nametek yang secara langsung merasakan dampak dari pertambangan. 2. Penelitian ini difokuskan pada eksternalitas yang muncul dari adanya usaha

pertambangan emas rakyat.

3. Dampak lingkungan yang dilihat dalam penelitian ini adalah kualitas air serta perubahan produksi perikanan.

(29)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan Rakyat

Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini disebutkan bahwa pertambangan rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. Golongan A (bahan galian strategis, seperti minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, uranium, nikel, kobalt dan timah), golongan B (bahan galian vital, seperti besi, mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, kristal kuarsa dan belerang) dan golongan C (bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital, seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu permata, dan batu setengah permata) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR).

Tambang emas di Maluku Kabupaten Buru merupakan salah satu pertambangan emas tanpa izin (PETI) atau rakyat. Usaha tanpa izin ini dilakukan perorang dan perkelompok di salah satu lokasi Pulau Buru tepatnya di Gunung Botak. Hal ini menyebabkan kerugian terhadap pemerintah daerah maupun terhadap lingkungan masyarakat, namun disisi lain dengan adanya pertambangan mampu menambah penghasilan masyarakat dan meningkatkan perekonomian penduduk Kabupaten Buru.

Undang-undang dasar nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dijelaskan dalam pasal 36 huruf k yang berbunyi; larangan melakukan pertambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis atau ekologis, sosial dan budaya menimbulkan kerusakan lingkungan atau pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Artinya dalam undang-undang dasar pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, secara tegas pemerintah melarang melakukan usaha tambang mineral jika usaha tersebut mempengaruhi atau merusak lingkungan daerah pesisir dan masyarakat sekitar. Dalam UUD 27 tahun 2007 menerangkan kewajiban dan peranan serta masyarakat. Dijelaskan dalam pasal 60 ayat 1 huruf c yaitu melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang dasar. Serta ayat 2 huruf b yang berbunyi menjaga, melindungi dan memelihara kelestarian pesisir dan pulau-pulau kecil.

Faktor-faktor Penyebab Munculnya Pertambangan Rakyat

(30)

dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, diantaranya adalah bahan galian (bahan tambang) dan mudah dijual dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, salah satunya adalah penambangan emas dan bahan galian lainnya seperti batu bara dan timah.

Keberadaan pihak ketiga (penyandang dana) yang memanfaatkan masyarakat tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan makin maraknya kegiatan pertambangn oleh rakyat yang sudah mengarah kepada kegiatan pertambangan tanpa izin, sebagai mana disinyalir oleh tim penanggulangan masalah pertambangan tanpa izin. Departemen Energi dan Sumber daya Mineral dalam publikasi yang diterbitkan pada tahun 2000, menjelaskan faktor pendorong kehadiran PETI dapat dikelompokkan menjadi:

1. Faktor Sosial , yaitu :

a. Keberadaan penambang tradisional oleh masyarakat setempat yang telah berlangsung secara turun - temurun.

b. Hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi/berizin dengan masyarakat setempat.

c. Penafsiran keliru tentang reformasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa batas.

2. Faktor Hukum, yaitu :

a. Ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku dibidang pertambangan.

b. Kelemahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, yang antara lain tercermin dalam kekurang berpihakan kepada kepentingan masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur). c. Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.

3. Faktor Ekonomi, yaitu :

a. Keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan tingkat keahlian/ ketrampilan masyarakat.

b. Kemiskinan dalam berbagai hal, miskin secara ekonomi, pengetahuan, dan ketrampilan.

c. Keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinanuntuk tujuan tertentu, yaitu penyandang dana (cukong), backing (oknum aparat) dan LSM.

d. Krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran terutama dari kalangan masyarakat bawah. Penemuan cadangan baru oleh perusahaan tambang resmi/ berizin.

Dampak Pertambangan Rakyat

(31)

kerusakan lingkungan hidup, kecelakaan tambang, pemborosan sumber daya mineral, pelecehan hukum, dan kerawanan sosial. Disamping dampak negatif tersebut, kegiatan pertambangan rakyat juga memberikan dampak positif, khususnya bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan itu sendiri, yaitu sebagai lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan utama bagi penambang dan keluarganya.

Eksternalitas Pertambangan Rakyat

Menurut Baumol 1978, eksternalitas adalah efek yang timbul dari suatu kegiatan yang tidak dikompensasi ataupun diapreasiasi. Kolm (1971) seperti dikutip oleh Simarmata (1994) mendefinisikan eksternalitas sebagai dampak dari keputusan seseorang pada orang lain tanpa melibatkan penerima dampak dalam proses pembuatan keputusan tersebut. Dengan kata lain eksternalitas adalah dampak negatif atau positif yang tidak memiliki harga dimana baik penghasil maupun penerimanya tidak merasa memilikinya. Dengan demikian, eksternalitas baik positif maupun negatif tidak dapat diperjual belikan karena tidak adanya harga dan property rights.

Fauzi (2006), mengartikan eksternalitas sebagai dampak kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas pihak lain secara tidak diinginkan. Dampak ini tidak hanya terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Musik yang terlalu keras, asap rokok yang terhisap dari orang lain, parfum yang tercium baik yang berbau sedap ataupun sebaliknya merupakan contoh-contoh dari eksternalitas yang ditemukan pada kegiatan sehari-hari. Dari sejumlah definisi yang disampaikan oleh para pakar ekonomi tersebut, kita bisa menarik sebuah pengertian bahwa eksternalitas merupakan dampak suatu kegiatan yang dirasakan baik oleh pihak penghasil dampak tersebut maupun pihak lain yang sama sekali tidak terlibat dalam proses kegiatan yang menimbulkan dampak tersebut.

Eksternalitas pertambangan emas rakyat adalah dampak kegiatan produksi suatu barang tambang yang dilakukan oleh penambang liar, mempengaruhi lingkungan maupun masyarakat disekitar pertambangan. Eksternalitas yang menguntungkan maupun yang merugikan menyebabkan pasar tidak bisa efisien. Gambar 1 menunjukkan kurva eksternalitas merugikan atau eksternalitas negatif. Dicontohkan sebuah kegiatan usaha pertambangan menurut standar industri haruslah memiliki fasilitas pengolahan limbah, akan tetapi pada kenyataannya perusahaan sering kali membuang limbahnya ke badan sungai dan belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sehingga perusahaan mampu memproduksi barang sampai penawaran S2.

Keseimbangan pasar akan terjadi saat jumlah emas yang di jual Q2. Namun dengan memproduksi emas sebesar Q2 maka akan mengakibatkan penderitaan terhadap penduduk, karena akan terjadi peningkatan pencemaran. Pederitaan itu merupakan biaya sosial atau (social cost). Agar tidak terjadi kerugian terhadap masyarakat pemerintah haruslah tegas dalam mewajibkan perusahaan memiliki fasilitas pengolahan limbah, dan kemampuan penawaran perusahan adalah sebesar S1. Keseimbangan yang efisien terjadi di Q1.

(32)

Jenis-Jenis Eksternalitas

Eksternalitas lingkungan dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruhnya terhadap individu dan wilayah. Pencemaran lingkungan atau kerusakan lingkungan dapat dikelompokkan sebagai eksternalitas daerah/lokal seperti terjadi kerusakan air danau, kerusakan tanah dan polusi udara. Putri et al. (2010) membagi eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan serta interaksi agen ekonomi. Eksternalitas berdasarkan interaksi agen ekonomi misalnya adalah sebagai berikut :

a. Dampak produsen terhadap produsen lain

Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatanya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produsen lain, contoh dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu proses produksi pengolahan ikan sardine menghasilkan limbah produk yang dimasukkan kedalam aliran sungai, sehingga produsen ikan yang menggunakan air dari aliran sungai tersebut akan dirugikan karena produksinya menurun.

b. Dampak produsen terhadap konsumen

Suatu produsen dikatakan mempunyai dampak terhadap konsumen, jika aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen). Contohnya yaitu pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau masyarakat luas.

c. Dampak konsumen terhadap konsumen lain

Dampak ini terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen lain. Dampak atau efek dari kegiatan ini contohnya yaitu bisingan suara pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.

d. Dampak konsumen terhadap produsen

Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen

S2

Kuantitas lingkungan Q2

Q1

(33)

tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumah tangga terbuang ke aliran sungai dan mencemari sungai sehingga menganggu perusahan tertentu yang memanfaatkan air seperti nelayan atau perusahaan yang memanfaatkan air bersih.

Eksternalitas Lingkungan Akibat Pertambangan

Lingkungan adalah keseluruhan dari keadaan disekitar suatu kelompok organisme, yang dapat berupa: 1) kombinasi dari kondisi fisik eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup organisme, dan 2) kondisi sosial dan budaya mempengaruhi individu atau komunitas. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut Putri et al. (2010) pencemaran air adalah masuknya atau dimasukan mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan pengertian ini masalah pencemaran air terkait dengan tiga hal penting, yaitu 1) unsur yang masuk atau dimasukkan kedalam air, 2) kualitas atau penurunan kualitas air, dan 3) peruntukan air.

Menurut Harsanto (1995), air dikatakan tercemar jika mengalami hal-hal berikut : a) air mengandung zat, energi dan komponen lain yang dapat merubah fungsi air sesuai peruntukkannya atau disebut parameter pencemaran, b) kandungan parameter pencemaran di dalam air telah melampaui batas toleransi tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan pengaruh terhadap pemanfaatannya.

Lingkungan yang terkontaminasi oleh Merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung Merkuri yang terbuang kedalam sungai atau laut dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi berubah menjadi senyawa methyl-Merkuri. Mikroorganisme dimakan ikan sehingga methyl-Merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Oleh karenanya, usaha pengolahan emas dengan menggunakan Merkuri seharusnya tidak membuang limbahnya (tailing) ke dalam aliran sungai sehingga tidak terjadi kontaminasi Merkuri pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung Merkuri harus ditempatkan secara khusus dan ditangani secara hati-hati.

Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti “perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.90C dan mendidih pada temperatur 3570C (Stwertka 1998 dalam Dwioktavia, 2011). Dengan karakteristik demikian Merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida, dsb.

(34)

Model dasar untuk membangun prinsip kebijakan ekonomi dalam memecahkan masalah eksternalitas. Contoh hubungan ekonomi antara perusahan penambang emas dengan usaha perikanan. Meski tidak ada hubungan keputusan ekonomi dari unit usaha tersebut, namun keduanya menjadi terkait karena adanya sungai sebagai barang publik. Penambang tersebut membuang limbahnya berupa zat Merkuri ke dalam sungai yang menjadi sumber mata pencaharian. Pada dasarnya Fauzi (2006) menjelaskan untuk meredam eksternalitas negatif, tidak terkecuali dalam kegiatan penambangan terdapat tiga alternatif kebijakan yang dapat digunakan: internalisasi, perpajakan dan memfungsikan pasar.

Willingness To Pay (WTP)

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukur jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lain. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Fauzi (2006) mengemukakan bahwa pengertian nilai atau value khususnnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan memang bisa di pandang dari berbagai disiplin ilmu.

Teknik valuasi WTP bisa dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik langsung dan tidak langsung. Teknik secara langsung dengan menggunakan percobaan dan survei. Teknik survei menggunakan kuesioner terdiri dari tiga tipe yaitu perolehan rengking dan nilai berupa keinginan untuk membayar dan kesediaan untuk menerima konpensasi. Nilai adalah persepsi dari manusia dimana itu diberikan khusus oleh manusia pada waktu dan tempat tertentu. Kegunaan, kepuasan, dan kenikmatan merupakan kata yang diberikan kepada nilai yang diterima.

Dalam pengukuran WTP terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu : 1) WTP tidak memiliki batas bahwa yang negatif; 2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan; 3) adanya keacakan pendugaan dan keacakan perhitungan. penelitian ini digunakan tenik langsung yaitu analisis CVM.

Contingent Valuation Method

Fauzi (2006) mengemukakan bahwa, pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian perilaku perburuan (hunter) di Miami. Pendekatan ini baru populer sekitar pertengahan 1970-an ketika Pemerintah Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumber daya alam. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun.

(35)

Definisi Biaya Transaksi

Transaksi adalah transfer/perpindahan barang dari satu tahap ke tahap lain melalui teknologi yang terpisah. Satu tahapan selesai dan tahap berikutnya dimulai (Williamson 1985). Sedangkan menurut Richter dan Furubotn (2000), transaksi merupakan perpindahan barang, jasa, informasi, pengetahuan dan lain-lain dari satu tempat (komunitas) ke tempat (komunitas) lain-lain atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen, atau pemindahan barang dari satu individu ke individu yang lain. Selain dalam pengertian perpindahan fisik, transaksi juga meliputi pemindahan hak kepemilikan atas barang dari pemiliki ke pihak lain dimana hal ini disebut transaksi dari aspek legal.

Klasifikasi Biaya Transaksi

Furubotn dan Richter (2000) membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan jenis transaksinya, yaitu:

1. Market transaction cost:

Seluruh biaya yang dikeluarkan agar barang/jasa bisa sampai ke pasar. Biaya persiapan kontrak (biaya pencarian/pengadaan informasi); biaya pembuatan kontrak (negosiasi dan pembuatan keputusan); biaya monitoring dan penegakan kontrak (biaya supervisi dan penegakan kesepakatan) .

a. Biaya informasi (mencari atau menyediakan informasi): biaya iklan, mendatangi pelanggan, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi (post, telepon, dll), harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas.

b. Bargaining and decision cost meliputi: biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan bermanfaat, biaya konsultan, dll.

c. Supervision and enforcement cost: biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat waktu, mengukur qualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan,

2. Managerial Transaction cost

Biaya terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contoh:

a. Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancangan/struktur oragnisasi, meliputi biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambilalihan pihak lain, public relation, dan lobby b. Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi (biaya pembuatan

keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputusan, mengukur kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan

3. Political Transaction cost

Biaya terkait pembuatan tata aturan/kelembagaan (Public Goods) sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik.

(36)

b. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan, peraturan pemerintah atau masyarakat yang bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan, administrasi hukum, pendidikan, termasuk di dalamnya semua biaya pencarian/pengumpulan dan pengolahan informasi yang diperlukan agar tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan masyarakat dalam proses politik termasuk ke dalam transaksi politik.

Tinjauan Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian mengenai eksternalitas pertambangan emas rakyat masih jarang ditemukan. Beberapa penelitian mengenai eksternalitas dan mengenai pertambangan memang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

Edward (2012) meneliti tentang eksternalitas negatif dan laju ekstraksi optimal penambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode valuasi ekonomi, keseimbangan marginal, maksimisasi keuntungan bersih saat ini. Pengangkutan pasir besi menuju pelabuhan cilacap jawa tengah yang melintasi jalan umum menyebabkan rusaknya akses jalan mencapai puluhan kilometer. Kondisi ini menyebabkan terjadinya percepatan kerusakan jalan umum yang tidak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan tetapi juga masyarakat umum. Pada bagian Hulu dengan adanya penambangan pasir besi ini juga telah menurunkan pendapatan nelayan tangkap dengan perubahan jumlah tangkapan setiap tahunnya. Dalam penelitian ini dampak yang ditimbulkan oleh penambangan pasir besi adalah kerusakan jalan dan penurunan produksi perikanan. Hasil perhitungan nilai kerugian ekonomi menggunakan pendekatan perubahan produksi didapat total kerugian sebesar Rp.305 juta dan nilai kerusakan jalan menimbulkan kerugian ekonomi bagi pengguna jalan sebesar Rp.3,36 milyar, sehingga didapat nilai eksternalitas dari kerusakan jalan ditambah dengan penurunan produksi perikanan adalah Rp. 3,67 milyar.

(37)

Keempat, munculnya berbagai persoalan sosial budaya masyarakat khususnya daerah lingkar tambang. Situasi ini mengakibatkan keteganggan hubungan antara masyarakat dengan PT. NNT sehingga kedua belah pihak tidak saling percaya.

Kardina (2005), meneliti tentang analisis kesediaan membayar biaya remediasi bagi masyarakat pertambagan emas tanpa ijin terhadap pencemaran sungai Cikaniki Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kulitatif, kesediaan membayar biaya remediasi dengan skenario untuk penggunaan bak penampung yang ditanami oleh eceng gondok dan diberi arang aktif pembuatan retort dan pembuatan bioreator. Hasil penelitian ini adalah diperoleh bahwa sungai Cikaniki telah tercemar logam merkuri akibat proses pengolahan limbah merkuri yang merusak lingkungan. Tingkat persepsi masyarakat terhadap pencemaran sungai untuk penduduk asli dengan tingkat persepsi sedang dan pendatang dengan tingkat persepsi rendah. Skenario yang banyak diminati responden adalah penggunaan bak penampung yang tanami oleh eceng gondok dan diberi arang aktif sebesar 66.67% dengan kesediaan membayar sebesar Rp.4.414,63/orang/bulan. Diharapkan dengan pemanfaatan teknologi remediasi masalah pencemaran sungai Cikaniki bisa ditanggulangi.

Siallagan (2010), meneliti tentang analisis buangan berbahaya pertambangan emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor ). Metode yang digunakan yaitu metode analisis kuantitatif maupun kualitatif. Hasil penelitian ini adalah dalam melakukan pengolahan bijih emas yang telah diperoleh dengan menambang secara liar, para responden melakukan proses pengolahan bijih emas dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para penambang liar tersebut adalah: Merkuri digunakan sebanyak 5,5 ton per tahunnya, Sianida digunakan sebanyak 530,520 ton per tahunnya. Penggunaan Pijer (Boraks) berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia hanya 9 orang responden yang menggunakan pijer, dan jumlah pijer yang digunakan per tahunnya adalah sebanyak 756 Kg. Jumlah penggunaan soda api untuk ketiga desa berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan adalah 2,34 ton per tiga hari atau 284,7 ton per tahunnya. Dan untuk penggunaan air keras berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 orang responden yang menggunakan air keras dengan total penggunaan per tahunnya adalah sebanyak 2.520 liter. Berdasarkan data penyakit-penyakit yang telah dijelaskan dapat dilihat bahwa ada yang telah memperlihatkan dampak akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pijer, sianida yaitu adanya penyakit infeksi saluran pernafasan atas, iritasi kulit (Dermatitis), Tuberkulosis, Conjunctivitis. Sedangkan dampak penggunaan merkuri yang merupakan gejala awal adalah sakit kepala yang sering diderita oleh para responden. Umur harapan hidup ditempat penelitian dalah 48,65 tahun, Pengeluaran biaya kesehatan oleh responden berdasarkan hasil wawancara: Desa Cisarua Rp 140.349,-/tahunnya, Desa Malasari Rp 192.833,-/tahunnya, Desa Bantarkaret Rp 171.800,- per tahunnya. Jumlah korban yang diperkirakan akan terkena dampak: 289 orang Dana yang diperkirakan akan dikeluarkan : Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban.

(38)

persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan emas rakyat, mengidentifikasi kerusakan lingkungan dan nilai perubahan produksi perikanan, biaya transaksi dan menganalisis WTP biaya transaksi dan WTP perbaikan kualitas lingkungan serta mengidentifakasi nilai eksternalitas, semua eksternalitas diasumsikan diakibatkan dari pertambangan emas rakyat rakyat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan survei dan valuasi ekonomi di lokasi penelitian. Lihat tabel 1.

Tabel 1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Peneliti Judul Tujuan Metode Output

(39)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kegiatan pertambangan emas rakyat tanpa izin (PETI) yang tidak menerapkan kaidah pertambangan secara benar (Good Mining Practice) dan hampir-hampir tidak tersentuh hukum, sementara disisi lain bahan galian bersifat tidak terbarukan (non renewable resources) dan dalam pengusahaannya berpotensi merusak lingkungan (potential polluter), maka yang terjadi kemudian adalah berbagai dampak negatif yang tidak saja merugikan pemerintah, tetapi juga masyarakat luas dan generasi mendatang.

Pertambangan illegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan aturan dari pemerintah. Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi sumber daya alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara illegal, sehingga terhindar dari pajak negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan aturan yang tegas terhadap para pihak yang melakukan pertambangan illegal. Kemudian, disisi lain, industri pertambangan juga mempunyai dampak negatif, yaitu kerusakan lingkungan. Wilayah yang menjadi area pertambangan akan terkikis, sehingga dapat menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan tambang juga dapat mencemari lingkungan.

Dampak lingkungan seperti perubahan kualitas air akibat penggunaan merkuri, Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila bercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit, karena sifatnya beracun dan cukup volatil, sehingga uap merkuri sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, artinya sejumlah kecil Merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa Merkuri di antaranya kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.

(40)
(41)

4 METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buru Provinsi Maluku tepatnya di Kecamatan Welata dan Kecamatan Namlea. Salah satu desa terdekat dari pertambangan emas yaitu Desa Dava dan lokasi pertambangan terletak di Gunung Botak. Untuk lokasi di Kecamatan Namlea dipilih dusun pesisir yaitu Dusun Nametek. Waktu penelitian ini Juni sampai dengan Agustus 2013.

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

Jenis Dan Sumber Data

(42)

Tabel 2 Matriks Penelitian

Tujuan Penelitian Data Primer dan Sekunder Teknik Pengumpulan

- Data produksi perikanan Wawancara Kuesioner

Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling atau pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu. Umar (2005) menyatakan bahwa purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkutpaut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus Slovin yaitu :

n =

...(1)

dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah seluruh anggota populasi

e = Toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk sosial lazimnya 0,01- 0,05 –>(2 = pangkat dua)

(43)

Masyarakat pengambilan sampel untuk Desa Dava, Dusun Nametek dan penambang menggunakan rumus diatas dan perhitungannya sebagai berikut :

n =

=

= n = 41.6 = 42 sampel untuk Desa Dava

n =

=

= n = 49,8 = 50 sampel penambang di Gunung

Botak

Sampel nelayan diambil keseluruhan nelayan yang ada di Dusun Nametek. Sampel masyarakat Kabupaten Buru ditentukan secara sengaja terhadap masyarakat yang merasakan dampak pertambangan terhadap kehidupannya sebagai responden sebanyak 44 orang.

Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian

Sampel Jumlah

Kepala Keluarga (Desa Dava) 42

Nelayan (Dusun Nametek) 22

Penambang emas rakyat (Gunung Botak) 50

Masyarakat (Kabupaten Buru) 44

Jumlah total 158

Jumlah sampel yang ingin diteliti sebanyak 158 sampel. Kriteria sampel atau responden KK atau nelayan adalah penerima dampak negatif dan positif dari usaha pertambangan emas rakyat atau PETI. Dampak positif dengan adanya pertambangan terjadi kenaikan pendapatan, tetapi ada dampak negatif yang harus dirasakan oleh masyarakat seperti penurunan kualitas lingkungan, dan penurunan produksi perikanan yang dirasakan nelayan yang diakibatkan dari pertambangan emas rakyat.

Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder maupun data primer yang telah dihimpun kemudian ditabulasi dan dilanjut pada kegiatan analisis sesuai dengan tujuan. Untuk keperluan ini digunakan beberapa alat analisis yaitu berupa perangkat lunak SPSS21 dan Microsoft office excel dengan penghitungan statistik sebagai berikut:

Analisis Dampak Pertambangan Terhadap Ekonomi Dan Lingkungan

Untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan lingkungan di Desa Dava dan lokasi pertambangan digunakan analisis pendekatan statistik yaitu dengan teknik statistik deskreptif dan frekuensi kumulatif yang meliputi :

A. demografi : umur, anggota rumah tangga, pendidikan dan tenaga kerja, tingkat kematian dan insiden akibat tambang emas.

(44)

Analisis Kerusakan Lingkungan 1. Analisis Perubahan Kualitas Air

Model yang digunakan adalah uji laboratorium untuk mengetahui penurunan kualitas air tanah maupun air sungai di Desa Dava dan Sungai Kayeli yang dicurigai terkontaminasi Merkuri.

2. Analisis Nilai Perubahan Produksi Perikanan

Teknik pengukuran perubahan produksi ini dihitung berdasarkan jumlah perubahan output perikanan akibat adanya pertambangan emas di Kabupaten Buru dataran Waeapo, yang membuang limbah Merkuri (Hg) ke sungai. Formula penghitungan menggunakan rumus (Fauzi dan Anna 2005):

DNP = ………... (2) Keterangan:

DNP = perubahan nilai produksi pada periode t (Rp) NOt = nilai output pada periode t (Rp)

Xt = output pada periode t (Kg) DW = perubahan produksi (Kg)

Perubahan produksi diukur berdasarkan rumus (3) dan (4) berikut:

DW = - ̅ ………... (3)

̅= ∑ ………... (4)

̅adalah produksi rata-rata dari tahun ke 1 sampai tahun basis (tb), tahun basis adalah tahun dimana perubahan produksi terjadi, n adalah jumlah tahun pengamatan. Dalam penelitian ini diamati dari tahun 2010 sampai tahun 2013.

Analisis Nilai WTP Responden Terhadap Pembayaran Biaya Masuk Dan Biaya Perbaikan Lingkungan.

Menurut Fauzi (2006), pada metode pengukuran dengan teknik ini, responden diberi nilai rupiah pada kartu pembayaran kemudian diberi pertanyaan mana diantara nilai ini yang menggambarkan WTP anda. Dalam operasionalnya untuk melakukan pendekatan CVM dilakukan beberapa tahapan kegiatan atau proses. Tahapan tersebut yaitu:

1). Membuat Hipotesis Pasar.

(45)

lingkungan akan dikenakan kepada pemanfaat sumber daya alam yang diperuntukan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Selanjutnya pasar hipotesis yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut. :

skenario:

“ Jika pemanfaatan sumber daya mineral di Gunung Botak Kabupaten Buru yang selama dua tahun terakhir ini akan mengakibatkan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan, sehingga penambang diminta untuk menjaga kualitas lingkungan dan memperbaiki kuliatas lingkungan, dengan melakukan pembayaran pajak atas kualitas lingkungan agar dapat memperbaiki kuliatas lingkungan. Suatu saat nanti kualitas lingkungan akan menurun, dikarenakan berbagai penyebab antara lain pengalian lubang-lubang untuk mengambil mineral dari dalam bumi, yang akan meninggalkan banyaknya lubang-lubang di lokasi Gunung Botak, pencemaran air akibat limbah Merkuri dan tidak tersedianya dana untuk perbaikan kualitas dari pemerintah, tidak ada punggutan pajak saat ini dikarenakan pertambangan yang ada masih bersifat rakyat atau tanpa izin pemerintah. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas lingkungan Kabupaten Buru yang menjadi daerah lumbung padi Maluku dan potensi perikanan yang tinggi. Serta biaya masuk pertambangan yang diatur oleh masyarakat adat apakah biaya masuk (biaya transaksi) yang dibayar untuk dapat masuk ke areal tambang apakah sudah sesuai atau belum.

Skenario diatas memberikan informasi dan gambaran tentang situasi hipotesis mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya perbaikan kualitas lingkungan untuk peningkatan kualitas lingkungan Kabupaten Buru. Nilai pembayaran untuk kualitas lingkungan ini akan diberlakukan dengan menggunakan kartu pembayaran, ditawarkan langsung kepada responden penambang untuk WTP per orang/bulan. Responden penambang akan ditanyakan apakah mereka mau atau tidak untuk membayar perbaikan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh mereka sendiri. Alat survei yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner terbuka, dilakukan agar peneliti bisa mengdeskripsikan mengapa responden harus membayar biaya perbaikan jasa lingkungan sebagai upaya perbaikan kualitas lingkungan. Serta akan ditanyakan kepada responden apakah biaya masuk (biaya transaksi) yang dibayar untuk dapat masuk ke areal tambang sudah sesuai atau belum, untuk memperoleh WTP biaya masuk yang ingin dibayar penambang.

2). Mendapatkan Nilai Penawaran Besarnya Nilai WTP

Jika alat survei telah dibuat, maka survei dapat dilakukan dengan wawacara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran dalam penelitian ini menggunakan metode kartu pembayaran yaitu metode yang dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden dengan memberikan kartu pembayaran yang telah ditetapkan nilai yang menggambarkan WTP penambang terhadap perbaikan kualitas lingkungan.

3). Menghitung Dugaan Rataan WTP

(46)

perhitungan. WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval kelas WTPi. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus:

∑ ...(5)

Dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP

Wi = Nilai WTP ke-I (batas bawah kelas) Pfi = Frekuensi relatif

n = Jumlah responden

i = Responden ke-I yang bersedia membayar 4). Menentukan WTP Agregat atau WTP Total

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. WTP agregat atau WTP total dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus :

...(6) Dimana : TWTP = Total kesediaan responden untuk membayar

WTP = WTP responden sampel ke-i

Ni = Jumlah sampel ke-I yang bersedia membayar sebesar WTP

P = Jumlah Populasi

I = Responden ke-I yang bersedia membayar 5). Memperkirakan Kurva Penawaran (bid curve)

Kurva penawaran diperoleh dengan, misalnya mengregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa variabel bebas (independent variable).

Wi = f (I, E, A, Q) ...(7) Dimana : I = pendapatan

E = Pendidikan A = Umur

Q = Ukuran/skala untuk perubahan lingkungan

Metode Regresi Linier berganda

1. Analisis Pendapatan

(47)

Y = (α + b1X1 + b2X2 + b3DX3 + b4X4 + b5DX5 + b6X6 + εi)………. (8) Dimana :

Y = Pendapatan (income) α = Intersep /konstanta b1– b6 = Koefisien regresi

X1 = Umur

X2 = Pengalaman kerja

DX3 = Gender (laki-laki = 1, perempuan = 0) X4 = Pendidikan

DX5 = Pekerjaan (tambang = 1, non tambang = 0) X6 = Jam kerja dan εi = Disturbance error

Dengan mengunakan rumus yang sama akan di analisis juga pendapatan penambang emas rakyat, untuk menganalisis hubungan tingkat pendapatan (Y) yang dipengaruhi oleh umur (X1), pengalaman kerja (X2), gender (DX3), tingkat pendidikan(X4), jam kerja(X5) dan status masyarakat (DX6).

2. Analisis Contingent Valuation Method (CVM).

Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengevaluasi penggunaan contingent valuation method (CVM). Evaluasi pelaksaan model CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan (reability) fungsi willingness to pay (WTP). Persamaan regresi liner berganda yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden adalah sebagai berikut:

WTP = (α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4DX4 + b5X5 +b6DX6+ εi)…………. (9) Dimana :

WTP = Nilai WTP Responden (Rp/orang) α = Intersep /konstanta

b1– bn = Koefisien regresi X1 = Umur

X2 = Pengalaman Kerja X3 = Tingkat Pendidikan

DX4 = Gender (laki-laki = 1, perempuan = 0) X5 = Pendapatan Responden (Rp/Bulan)

DX6 = Status masyarakat (lokal = 1, pendatang = 0) εi = Disturbance error

(48)

kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi pendapatan semakin tinggi pendapatan responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberi nilai kesediaan yang lebih tinggi. Berhasil tidaknya pelaksanaan CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP. Nilai R2 lebih rendah dari 0.15 dapat dikatakan tidak reliable, sedangkan nilai R2 yang lebih tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan CVM.

Analisis Logistic Regression

Menurut Priyatno (2009) Logistic Regression adalah analisis untuk memperkirakan suatu hasil berdasarkan pada peubah nilai-nilai variabel independen, atau untuk memperkirakan kemungkinan (Odds) berdasarkan masing-masing variabel independen. Analisis ini sebenarnya sama saja dengan regresi linier akan tetapi variabel dependen yang digunakan adalah dikotomi (dummy variable ).

Analisis Logistic Regression dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis peluang masyarakat memberikan persepsi terhadap pertambangan emas dibuka atau ditutup (DY) yang dipengaruhi oleh pekerjaan (DX1), umur X2), pendidikan (X3), pendapatan (X4), dan gender (DX5). Persamaan Logistic Regression adalah sebagai berikut :

DY = P(xi)

…... (10)

Dimana :

DY : Persepsi masyarakat (1= tutup, 0 = buka) β0 : Intersep

β1,…,βn : Koefisien Regresi

DX1 : Pekerjaan (0= petani, 1 = nelayan, 2 = lainnya) X2 : Umur Responden

X3 : Tingkat Pendidikan Responden X4 : Pendapatan Responden (Rp/Bulan) DX5 : Gender / Jenis Kelamin Responden

Analisis Keuntungan Usaha Pertambangan

Analisis keuntungan usaha penambang secara sederhana, dilakukan untuk melihat besaran biaya produksi sebanding dengan produksi emas yang diperoleh. Biaya-biaya yang dikeluarkan penambang dalam usaha ini meliputi biaya masuk, biaya konsumsi, biaya produksi yaitu pembelian alat dan bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses produksi, upah buruh pikul, dan upah jasa tromol. Keuntungan didapat dari TR = pendapatan total dikurangi TC = biaya total.

Π = TR –TC ……….. (11)

Dimana :

(49)

Batasan dan Pengukuran

Batasan dan pengukuran dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Eksternalitas yang diidentifikasi yaitu dampak sosial, ekonomi dan lingkungan di lokasi penelitian.

2. Dampak lingkungan yang diamati adalah kualitas air sungai, dan air tanah. 3. Biaya transaksi hanya diidentifikasi dari biaya masuk lokasi pertambangan dan

lamanya usaha dalam lokasi pertambangan.

4. Jumlah tangkapan adalah jumlah berat tangkapan untuk semua jenis tangkapan di lokasi penelitian oleh perahu 1 GT tanpa membedakan perjenis spesies tangkapan.

5. Kesediaan membayar perbaikan kualitas lingkungan WTP diperoleh secara langsung dari penambang yang diasumsikan sebagai pemberi dampak kerusakan lingkungan dengan menggunakan CVM

Asumsi Penelitian

1. Nilai eksternalitas yang dihitung saat penelitian diasumsikan menjadi nilai eksternalitas untuk tahun 2013.

2. Dampak yang ditimbulkan pada kualitas air dan perubahan produksi perikanan diasumsikan disebabkan hanya oleh pertambangan emas rakyat.

3. Penambang diasumsikan sebagai pemberi dampak kerusakan lingkungan dan dampak penurunan produksi perikanan.

5 GAMBARAN UMUM

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Buru secara geografis terletak di antara 2025’ - 3055’ Lintang Selatan dan 125070’ - 127021’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Buru 7.595,58 km2 (69,42% luas Pulau Buru) dengan batas wilayah sebagai berikut :

-Sebelah Utara berbatan dengan Laut Seram

-Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buru Selatan -Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Buru

Gambar

Gambar 1 Eksternalitas Negatif Pada Pertambangan Emas Rakyat Sumber : Disesuaikan dengan Rahardja dan Manurung (2010)
Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2 Matriks Penelitian
Gambar 4 Lokasi Pertambangan Emas di Kabupaten Buru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dinyatakan bahwa return saham BBNI dan TLKM tidak normal dan memiliki dependensi, maka kemudian dapat dilakukan estimasi parameter copula dengan menggunakan

Drive RAID 0 tidak ada Untuk pengujian yang kedua, penulis menguji RAID 1 dimana RAID 1 adalah RAID yang menyalin isi sebuah harddisk ke harddisk lain dengan tujuan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas, baik terhadap perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dana dekonsentrasi bidang pendidikan

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kotler (2011: 63) yang menyatakan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat formulasi sediaan liposom yang mengandung ekstrak etanol kunyit dengan karakter yang paling baik dan mengetahui

menurut Fatwa DSN NO. Tidak hanya itu, dalam fatwa tersebut juga disebutkan poin penting lainnya bahwa jumlah besarnya ganti rugi tidak boleh disebutkan dalam akad..

1) Lama Fermentasi / Waktu Fermentasi Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi salah satunya adalah lama fermentasi. Pemilihan lama fermentasi sebagai parameter

Wujud itu merupakan wujud hakiki dari kebudayaan atau yang sering disebut dengan adat, yang berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada