• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ganti Rugi Pada Jasa Angkutan Darat Dalam Perspektif Akad Ijārah Bi Al-‘Amāl (Studi Di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Ganti Rugi Pada Jasa Angkutan Darat Dalam Perspektif Akad Ijārah Bi Al-‘Amāl (Studi Di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF AKAD IJĀRAH BI AL-‘AMĀL (Studi di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

IRZUQNI

NIM. 150102023

Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2019 M/1441 H

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Nama : Irzuqni

NIM : 150102023

Fakultas/Prodi : Syari’ah dan Hukum/Hukum Ekonomi Syari’ah

Judul : Sistem Ganti Rugi pada Jasa Angkutan Darat dalam

Perspektif Akad Ija>rah bi al-‘Ama>l (Studi di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)

Tanggal Sidang : 17 Desember 2019

Tebal Skripsi : 70 Halaman

Pembimbing I : Dr. Mursyid Djawas, S.Ag, M.HI.

Pembimbing II : Dr. Irwansyah, M.Ag, M.H.

Kata Kunci : Ganti Rugi, Jasa Angkutan Darat, Ija>rah Bi Al-‘Ama>l Dalam konsep fikih muamalah, sistem ganti rugi pada jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai akad ija>rah bi al-‘ama>l. Tanggung jawab mengganti kerugian harus dilakukan oleh muajjir sebagai pihak yang menyediakan jasa pengangkutan kepada musta’jir sebagai pengguna jasa jika muajjir terbukti lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Berdasarkan perjanjian pengiriman barang pada jasa angkutan darat yang ada di Terminal Mobar Aceh Besar, sebagian perusahaan jasa angkutan hanya memberikan ganti rugi maksimal 10 kali biaya pengiriman tanpa adanya asuransi. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana sistem ganti rugi pada jasa angkutan darat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta perspektif akad ija>rah bi al-‘ama>l terhadap sistem ganti rugi kerusakan dan kehilangan barang pada perusahaan jasa angkutan darat di Terminal Mobar, Aceh Besar. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian perusahaan jika kasus kerusakan dan kehilangan barang milik konsumen disebabkan oleh kelalaian perusahaan, maka kerugian maksimal yang ditanggung adalah 10 kali ongkos kirim. Pada sebagian yang lain disepakati dengan musyawarah. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa kerugian harus diganti dengan jumlah yang senilai baik berupa barang atau uang. Kemudian, faktor yang mempengaruhi ganti rugi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu pihak penyedia jasa dan juga konsumen. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem ganti rugi pada jasa angkutan darat tidak memenuhi prinsip ganti rugi dalam akad ija>rah bi al-‘ama>l.

(6)

vi KATA PENGANTAR

لا نحمرلا للها مسب

ر

ميح

للهدملحا

,

للها لوسر ىلع ملاسلاو ةلاصلاو

,

هلااو نمو هباحصاو هلا ىلعو

,

دعب امأ

:

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah membimbing kita ke alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.

Dengan segala kelemahan dan kekurangan akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul “Sistem Ganti Rugi pada Jasa Angkutan Darat dalam Perspektif Akad Ija>rah Bi Al-‘Amal (Studi di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)”. Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi sekaligus untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.

Dalam penulisan karya ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan ini dengan segala rasa kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat serta terima kasih dan juga penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Ibu yang telah menjaga, membimbing dan mendidik dengan setulus cinta dan kasih, serta abang, adik dan kakak-kakak yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis.

2. Dr. Mursyid Djawas, S.Ag, M.HI, selaku pembimbing I dan Dr. Irwansyah, M.Ag, M.H, selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, ide, dan pengarahan kepada penulis.

(7)

vii

3. Bapak Muhammad Siddiq, M.H., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Bapak Arifin Abdullah, S HI. M.H., Bapak Muslim Abdullah, M.H., selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Bapak Dr. Bismi Khalidin, M.Si., selaku Penasehat Akademi, Bapak Dr. Muhammad Maulana, M.Ag., yang telah membimbing penulisan proposal serta semua dosen dan asisten yang mengajar dan membekali penulis dengan ilmu sejak semester pertama hingga akhir.

4. Para sahabat seperjuangan yang setia memberi motivasi Aina, Haya, Lisha, Mawaddah, Ridha, Uri, Dara, Akbar dan teman-teman Unit 1 lainnya serta teman-teman Prodi Hukum Ekonomi Syariah tahun angkatan 2015. Terima kasih juga kepada sahabatku Maghfira dan Ulvia serta teman-teman Dayah Modern Arun angkatan 2015.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki kekurangan yang ada di waktu mendatang dan mampu memberikan kontribusi yang bernilai positif dalam bidang keilmuan.

Banda Aceh, 17 Desember 2019

(8)

viii

TRANSLITERASI

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543b/u/1987

1. Konsonan

Fonem konsonan dalam bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf Latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا Ali>f tidak dilamba -ngkan tidak dilamba-ngkan ط t}a>’ ṭ t (dengan titik di bawah) ب Ba>’ B be ظ z}a ẓ z (dengan titik di bawah) ت Ta>’ T te ع ‘ain ‘ koma terbalik (di atas) ث S|a’ ṡ s (dengan titik di atas) غ Ghain g ge ج Ji>m J je ف Fa>’ f ef ح Ha>’ ḥ h (dengan titik di bawah) ق Qa>f q ki خ Kha>’ Kh ka dan ha ك Ka>f k ka د Da>l D de ل La>m l el ذ Z|al Ż zet (dengan titik di atas) م mi>m m em ر Ra>’ R er ن Nu>n n en

(9)

ix

س Si>n S es ه Ha>’ h ha ش Syi>n Sy es dan ye

ء

Hamz

ah ’ apostrof ص S}ad ṣ s (dengan titik di bawah) ي Ya>’ y ye ض D}ad ḍ d (dengan titik di bawah)

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bentuk Perjanjian Pengiriman pada Anugerah Jaya Abadi ... 46 Gambar 2 Bentuk Perjanjian Pengiriman pada TAM Cargo ... 48 Gambar 3 Bentuk Perjanjian Pengiriman pada Cipta Mandiri Cargo ... 51

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nama-Nama Perusahaan Jasa Angkutan Darat ... 44 Tabel 2 Tarif Jasa Angkutan TAM Cargo ... 47 Tabel 3 Tarif Jasa Angkutan Cipta Mandiri Cargo ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK ... 74

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 75

Lampiran 3 Lembar Kontrol Bimbingan Skripsi ... 77

Lampiran 4 Tampak Depan Terminal Mobar ... 80

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Tampak Depan CV Anugerah Jaya Abadi ... 81

Lamipran 6 Tampak Depan PT TAM Cargo... 82

Lampiran 7 Tampak Depan CV Cipta Mandiri Cargo ... 83

(13)

xiii

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN SIDANG ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB SATU PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Kajian Pustaka ... 8 E. Penjelasan Istilah ... 11 F. Metode Penelitian ... 12 1. Pendekatan Penelitian ... 13 2. Jenis Penelitian ... 14 3. Bahan Hukum ... 14

4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

5. Objektivitas dan Validitas Data ... 16

6. Populasi dan Sampel ... 18

7. Teknik Analisis Data ... 19

8. Pedoman Penulisan ... 20

G. Sistematika Pembahasan... 20

BAB DUA SISTEM GANTI RUGI DAN KONSEP IJA>RAH BI AL-‘AMA>L MENURUT FIKIH MUAMALAH ... 22

A. Pengertian Ganti Rugi ... 22

B. Dasar Hukum Ganti Rugi ... 25

C. Macam-macam Ganti Rugi ... 29

D. Hal-hal yang Berkaitan dengan Ganti Rugi ... 30

(14)

xiv

BAB TIGA SISTEM GANTI RUGI PADA JASA ANGKUTAN DARAT DALAM PERSPEKTIF AKAD IJA>RAH BI AL-‘AMA>L DI

TERMINAL MOBAR ACEH BESAR ... 42

A. Gambaran Umum Terminal Mobil Barang di Aceh Besar . 42 B. Sistem Ganti Rugi pada Jasa Agkutan Darat di Terminal Mobar... 51

C. Faktor-fakor yang Mempengaruhi Terjadinya Ganti Rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobar ... 60

D. Sistem Ganti Rugi Kerusakan dan Kehilangan Barang pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Menurut Konsep Akad Ija>rah bi al-‘Ama>l ... 63

BAB EMPAT PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 73

(15)

1

BAB SATU

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini pengiriman barang telah menjadi salah satu lahan bisnis untuk memperoleh income, sehingga semakin banyak yang menggeluti bisnis ini, apalagi dengan booming bisnis online sekarang ini sehingga jasa pengiriman barang semakin meningkat omzetnya. Berbagai korporasi pengiriman dibangun baik perusahaan pengiriman pada jalur darat, udara maupun laut namun ada juga yang mengombinasikan jalur pengirimannya. Pengiriman barang merupakan segala upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memberikan pelayanan jasa berupa pengiriman barang.1

Setiap konsumen yang melakukan pengiriman barang menginginkan barang yang dikirim dapat sampai dengan cepat dan aman. Sehingga perusahaan pengangkutan yang bergerak pada bidang layanan atau jasa pengiriman barang, baik via darat, udara maupun laut berusaha memberikan pelayanan yang baik sehingga barang kiriman konsumennya sampai dalam kondisi yang baik sebagaimana yang diinginkan oleh pihak pengirim atau penerimanya.

Dalam konsep fikih muamalah, pengiriman barang dapat dikategorikan sebagai akad ijārah dengan spesifikasinya ijārah bi al-‘amāl. Menurut Wahbah Zuhaili, ijārah bi al-‘amāl merupakan suatu akad yang dilakukan untuk mengambil manfaat dari suatu pekerjaan dengan memberikan imbalan tertentu sesuai dengan kesepakatan para pihak. Ijārah bi al-‘amāl digunakan untuk memperoleh jasa dari seseorang dengan membayar upah atas jasa yang diperoleh. Pada dasarnya, ijārah bi al-‘amāl pihak pekerja atau orang yang disewa jasanya harus spesifik, seperti pengrajin, tukang pewarna pakaian,

1

Hosea Irlano Mamuaya, Aminah dan Suradi, “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Pengangkutan Pengiriman Barang PT JNE Di Semarang”, Jurnal Hukum, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015, 2.

(16)

pengantar barang dan sebagainya. Pada akad ijārah bi al-‘amāl ini, pengguna jasa dapat menggunakan jasa yang ditawarkan penyedia jasa secara maksimal.

Salah satu bentuk implementasi akad ijārah bi al-‘amāl yang menjadi objek kajian ini adalah perusahaan jasa pengiriman barang atau jasa pengangkutan yang bertanggung jawab mengirimkan barang dari satu wilayah ke wilayah tertentu. Pihak perusahaan pengangkutan dan konsumen membuat suatu perjanjian yang memuat kesepakatan para pihak yang kemudian melahirkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hal ini menuntut pihak perusahaan ekpedisi untuk berhati-hati dalam melakukan kewajibannya untuk mencegah terjadinya resiko yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan jasa pengiriman barang.

Berdasarkan pendapat para fuqaha, jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa haruslah sesuatu yang dibolehkan Islam dan tidak diharamkan.2 Para pihak dalam ijārah bi al-‘amāl harus bertanggung jawab melakukan seluruh kewajibannya agar memperoleh hak yang telah disepakati diawal perjanjian. Di sisi lain, risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari harus dinegosiasikan oleh para pihak untuk menghilangkan jahalah atau ketidaktahuan yang mengakibatkan sengketa antara penyedia jasa dan pengguna jasa.

Abu Hanifah, Zufar, Hasan bin Ziyad, Ulama Hanabilah dalam pendapat yang sahih dari dua pendapatnya berpendapat bahwa tanggung jawab pekerja umum adalah bersifat amanah sama seperti pekerja khusus. Oleh karena itu, dia tidak bertanggung jawab atas barang yang rusak di tangannya kecuali karena pelanggaran dan kelalaiannya, karena berdasarkan hukum asal seseorang tidak wajib mengganti kecuali disebabkan oleh pelanggarannya.3

Sedangkan Ash-Shahiban (dua sahabat Abu Hanifah) dan Ahmad dalam riwayat lainnya berpendapat bahwa tanggung jawab pekerja umum adalah

2

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-Aspek

Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 267.

3

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jld. 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 419.

(17)

bersifat tanggung jawab garansi/jaminan (yad d}ama>n). Oleh karena itu, ia bertanggung jawab atas barang yang rusak di tangannya walaupun bukan disebabkan oleh pelanggaran dan kelalaiannya, kecuali jika rusaknya disebabkan oleh kebakaran umum atau tenggelam umum dan sejenisnya. Mereka behujjah dengan perbuatan umar dan Ali.

Jumhur ulama berpendapat bahwa kekuasaan (tanggung jawab) pekerja umum adalah bersifat amanah (yad ama>nah), maka dia tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang kecuali disebabkan pelanggaran atau kelalaiannya.4 Hal ini didasarkan pada perkataan Nabi Shallallu ‘Alaihi Wasallam:

مَس ْنَع ِنَسَْلحا ْنَع

َ صَِدم ؤ بََِح ْ َتَذَأ اَم ِدَيْلا ىَلَع َلاَا َمبِلَسَو ِهْيَلَع مهبِللا ىبِلَص صِيِّبَِلا ْنَع َةَر

)

اسَلا لاا ةسملخا هاور

ىئ

)

Dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sebuah tangan bertanggung jawab atas apa yang diambilnya sampai dapat mengembalikannya. (HR. Imam yang lima, kecuali Nasa’i).

Berdasarkan hadits di atas, yang dimaksud sebuah tangan disini ialah perusahaan pengangkutan. Oleh karena itu, perusahaan pengangkutan selaku pihak yang melakukan pengiriman barang haruslah bertanggung jawab memberikan ganti rugi kepada konsumen apabila terjadi kerusakan maupun kehilangan barang yang disebabkan oleh kelalaian dan keteledorannya.6

Pada pasal 31 Undang-Undang No. 38 Tahun 2009 Tentang Pos juga disebutkan bahwasanya yang wajib memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh pengguna layanan pos adalah penyelenggara pos dengan syarat pihak pos telah melakukan kesalahan yang merugikan konsumen akibat kelalaiannya dalam melakukan pekerjaannya.

4

Ibid, hlm. 425.

5

Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ah}mad Ibnu Hanbal, juz 3, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1999), hlm. 277.

6Rahmat Syafi’i,

(18)

Tenggang waktu dan persyaratan yang dipenuhi untuk memperoleh ganti rugi didasarkan pada kesepakatan antara pengguna layanan pos dan penyelenggara pos.7

Para pihak yang terikat pada perjanjian harus memenuhi syarat-syarat yang telah mereka sepakati, hal ini sejalan dengan prinsip umum dalam syari’at, yaitu:

ْمِهِطْومرمش ىَلَع َنْوممِلْسممْلا

Kaum muslimin wajib menunaikan persyaratan yang telah mereka sepakati.8

Setiap muslim yang telah terikat dengan kesepakatan yang telah mereka buat diharuskan untuk konsisten atas kesepakatan tersebut sampai batas waktu yang ditentukan, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Para pihak dilarang untuk menyalahi setiap kesepakatan yang telah dibuat. Apabila terjadi penyimpangan terhadap kewajiban masing-masing pihak, maka mereka berkewajiban untuk menanggung semua resiko yang diakibatkan oleh penyelewengan kewajiban tersebut.

Dalam kontrak antara perusahaan pengangkutan dan konsumen terdapat klausula yang memuat tentang kewajiban para pihak. Sebagai suatu bentuk jaminan atas kepastian hukum bagi pihak konsumen, perusahaan pengangkutan dalam perjanjiannya memuat klausul yang memberikan jaminan keamanan terhadap barang milik konsumen. Klausula tersebut berisi kesepakatan bahwasanya perusahaan pengangkutan berkewajiban memberikan ganti rugi terhadap kerusakan dan kehilangan barang yang disebabkan oleh kelalaian pihak perusahaan pengangkutan. Hal ini juga berguna untuk menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap perusahaan pengangkutan.

7

http://Asperindo.id/web.asperindo/regulations/undang-undang, diakses pada 1 April 2019.

8

(19)

Perjanjian pengiriman barang pada perusahaan pengangkutan dengan menggunakan akad ijārah bi al-‘amāl, yang menjadi muajjir adalah perusahaan pengangkutan dan yang menjadi musta’jir adalah pengguna jasa perusahaan pengangkutan atau customer. Menurut para fuqaha, muajjir atau penyedia jasa merupakan penanggung jawab terhadap kerusakan maupun kehilangan barang yang diakibatkan oleh pekerjaan muajjir sendiri. Hal ini berlaku apabila kerusakan maupun kehilangan disebabkan oleh sesuatu yang tidak dapat dihindari atau force majeur. Sebaliknya, apabila kerusakan maupun kehilangan disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa atau musta’jir maka yang bertanggung jawab terhadap kerusakan maupun kehilangan barang tersebut adalah musta’jir sendiri.9

Beberapa alasan pengiriman barang dilakukan oleh pihak pelanggan perusahaan pengangkutan diantaranya yaitu: Pertama, pihak konsumen ingin mengirim barang yang telah dibelinya di suatu tempat atau pihak penjual ingin mengirim barang yang telah dibeli oleh pihak pembeli. Kedua, adanya kebutuhan barang di suatu tempat. Ketiga, untuk mengisi kebutuhan stok barang di lokasi yang lainnya.10 Untuk melakukan pengiriman barang dibutuhkannya alat transportasi, sementara moda transportasi yang dipakai untuk pengiriman barang dapat melalui darat, laut, hingga udara, baik itu pengiriman antar kota, provinsi hingga antar negara.

Pada umumnya barang yang diperdagangkan di Kota Banda Aceh maupun Aceh Besar merupakan barang yang dipasok dari luar wilayah provinsi Aceh. Oleh karena itu, perusahaan pengangkutan sangat diperlukan untuk memasok kebutuhan pasar di wilayah Banda Aceh maupun Aceh Besar. Seperti pada perusahaan pengangkutan di Aceh Besar ini. Perusahaan tersebut menawarkan jasa pengiriman barang antar provinsi maupun antar pulau. Pada

9

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu…, hlm. 425.

10

https://rapi.co.id/mengenal-sedikit-mengenai-perusahaan-jasa-pengiriman-barang/. Diakses pada 18 Januari 2019.

(20)

realitanya, fenomena kerusakan maupun kehilangan barang sering terjadi pada proses pengiriman barang di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, komitmen untuk memberikan ganti rugi dari perusahaan pengangkutan sangat diperlukan guna memberikan kepastian hukum kepada konsumen.

Dalam kasus kerusakan barang, pihak jasa eskpedisi akan memberikan pertanggungan atas kerugian sampai dengan 10 kali ongkos kirim.11 Hal ini akan diberikan apabila customer dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut merupakan kesalahan perusahaan pengangkutan. Pihak pengangkutan akan menolak memberikan pertanggungan atas kerugian apabila klaim yang dilakukan customer melebihi tenggang waktu yang telah ditetapkan masing-masing pengangkutan. Perusahaan jasa pengangkutan juga akan mengganti kerugian atas kerusakan barang apabila packaging atau pembungkus barang sudah tidak sempurna atau rusak yang mengindikasikan kerusakan barang yang ada di dalamnya.

Kasus kehilangan barang pada proses pengiriman barang sering terjadi di wilayah tertentu karena penjarahan yang dilakukan oleh oknum. Dalam kasus kehilangan seperti ini, perusahaan pengangkutan juga akan melakukan pertanggungan dengan memberikan ganti rugi maksimal 10 kali ongkos kirim.12 Ganti rugi atas kehilangan barang akan diberikan baik berupa uang maupun barang yang serupa, sesuai dengan kesepakatan antar para pihak.

Adakalanya kerusakan atau kehilangan barang terjadi diakibatkan oleh kelalaian sopir dalam melaksanakan kewajibannya. Untuk menutupi kerugian yang dialami perusahaan akibat pertanggungan terhadap kerusakan dan kehilangan barang customer, biasanya pihak perusahaan akan melakukan negosiasi dengan sopir untuk menentukan pihak mana yang akan menanggung kerugian tersebut. Namun, dalam beberapa kasus, kerusakan maupun kehilangan

11

Wawancara dengan Rahmat , salah satu staf CMC Pada 5 Oktober 2018 di Aceh Besar.

12

(21)

barang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, pihak perusahaan sebagai pemberi jasa harus memberikan pertanggungan sepenuhnya tanpa melimpahkan pertanggungan tersebut terhadap sopir.13

Persoalan ganti rugi antara perusahaan pengangkutan dengan konsumen ini berkaitan erat dengan satu kaidah fikih berikut:

ااوأ براأ ليإ ثيدلحا ةفاضإ لصلأا

Hukum asal adalah penyandaran suatu peristiwa kepada waktu yang lebih dekat kejadiannya. 14

Pihak pengangkutan yang telah memeriksa bahwa barang konsumen dalam kondisi baik sebelum dikirim, namun barang yang diterima dalam kondisi cacat, maka perusahaan pengangkutan harus bersedia menanggung kerugian yang dialami konsumen. Sebaliknya, jika barang yang dikirim konsumen terbukti rusak sebelum dikirim, maka perusahaan pengangkutan tidak dapat disalahkan.

Berdasarkan kontrak antara para pihak, ganti rugi atas kerusakan maupun kehilangan barang yang disebabkan oleh kelalaian pihak pengangkutan hanya ditanggung oleh pihak perusahaan jasa pengangkutan maksimal 10 kali ongkos kirim. Bahkan pihak perusahaan pengangkutan bisa menolak untuk tidak memberikan ganti rugi jika perusahaan pengangkutan merasa kerusakan maupun kehilangan bukan disebabkan oleh kelalaian pihak pengangkutan. Hal ini tentu bertentangan dengan konsep ijārah bi al-‘amāl yang menyatakan bahwa muajjir berkewajiban menanggung kerusakan barang apabila kerusakan tersebut dikarenakan oleh kelalaian pihak pengangkutan.

Maka dari itu, berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Sistem Ganti Rugi pada Jasa Angkutan

13

Wawancara dengan Effendi, salah satu pemilik CV Anugerah Jaya Abadi Pada 5 Oktober 2018 di Aceh Besar.

14

Abbas Arfan, 99 Kaidah Fiqh Muamalah Kulliyah, (Malang: Uin-Maliki Press, 2013), hlm. 58.

(22)

Darat dalam Perspektif Akad Ijārah bi al-‘Amāl. (Studi Kasus di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana sistem ganti rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya ganti rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar? 3. Bagaimana perspektif akad ijārah bi al-‘amāl terhadap sistem ganti rugi

kerusakan dan kehilangan barang yang dilakukan oleh perusahaan Jasa Angkutan Darat?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sistem ganti rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya ganti rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar.

3. Mengetahui perspektif akad ijārah bi al-‘amāl terhadap sistem ganti rugi kerusakan dan kehilangan barang yang dilakukan oleh perusahaan Jasa Angkutan Darat.

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan sistem ganti rugi pada perusahaan pengangkutan dalam perspektif akad ijārah bi al-‘amāl belum ada yang membahas kajian ini, namun ada beberapa tulisan yang berkaitan dengan

(23)

ganti rugi, namun mereka melihat dari sudut pandang dan dengan konsep yang berbeda.

Adapun karya ilmiah yang mempunyai keterkaitan dengan karya ilmiah penulis adalah sebagai berikut:

Skripsi yang ditulis oleh Aftahul Jannah Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry dengan judul “Pertanggungjawaban Risiko Terhadap Kerugian Penumpang Angkutan Umum Akibat Pelanggaran Standar Pelayanan Menurut Konsep Ijārah bi al-‘Amāl (Penelitian Pada Angkutan Mikrolet/Labi-Labi Darussalam)”. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai tanggung jawab terhadap kerugian penumpang angkutan umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan mikrolet/labi-labi bertanggung jawab atas kerugian yang dialami penumpang yang disebabkan oleh sopirnya, namun dialihkan ke Asuransi Jasa Raharja. Jika terjadi kecelakaan tunggal tidak bisa ditanggung oleh asuransi dan sopir pun tidak memberikan ganti rugi. Sopir juga tidak memberikan ganti rugi jika rusaknya barang bawaan penumpang dalam hal ketidaksengajaan sopir.15

Skripsi yang disusun oleh Finni Rahmawati, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Hukum Ekonomi Syariah lulus pada tahun 2017 dengan judul “Analisis Hukum Terhadap Pertanggungan Barang Hilang/Rusak Pada PT JNE Batoh Banda Aceh (Pendekatan Teori Yad-Ama>nah dan

Yad-D}ama>nah)” dengan permasalahannya yaitu tidak sesuainya ganti rugi yang diberikan pihak JNE dengan hukum positif dan hukum islam.16 Hasil dari penelitian ini ialah pihak JNE hanya memberikan ganti rugi 10 kali dari biaya pengiriman. Namun jika barang konsumen bernilai tinggi, pihak JNE akan

15

Aftahul jannah, “Pertanggungjawaban Risiko Terhadap Kerugian Penumpang Angkutan Umum Akibat Pelanggaran Standar Pelayanan Menurut Konsep Ijarah Bi Al-Amal (Penelitian Pada Angkutan Mikrolet/Labi-Labi Darussalam)”, (Skripsi tidak dipublikasi) Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2018.

16

Finni Rahmawati, “Analisis Hukum Terhadap Pertanggungan Barang Hilang/Rusak Pada PT JNE Batoh Banda Aceh (Pendekatan Teori Yad-Amanah dan Yad-Dhamanah)”, (Skripsi tidak dipublikasi), Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2017.

(24)

menawarkan asuransi yang preminya dibayar sendiri oleh konsumen. Apabila konsumen setuju maka barang yang rusak atau hilang dapat diganti sepenuhnya dengan persyaratan tertentu.

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Rahmayani salah satu Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry dengan judul “Perjanjian Pertanggungan Pembiayaan Murabahah Untuk Nasabah Oleh PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Banda Aceh dan PT Asuransi Takaful Cabang Banda Aceh”.Skripsi ini menjelaskan tentang tidak adanya pengembalian premi terhadap nasabah yang tidak mengalami klaim dikarenakan pada perjanjian tersebut dana premi nasabah/peserta hanya dialokasikan dalam bentuk dana tabarru’ dan ujrah dan tidak terkandung unsur tabungan di dalamnya.17

Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Putri Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry dengan judul “Pertanggungan Risiko Dan Pembiayaan Klaim Pada Produk Mobilkoe Syari’ah Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Syari’ah Aceh”. Skripsi ini membahas tentang pemberian manfaat pertanggungan menyeluruh pada mobil maupun pemilik kendaraan.18

Selanjutnya jurnal ilmiah yang ditulis oleh A.A.A. Nadia Andina Putri dan Nyoman Mas Ariani Fakultas Hukum Universitas Udayana dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Pengiriman Barang dalam Hal Keterlambatan Sampainya Barang”. Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu apabila terjadi

17

Rahmayani, “Perjanjian Pertanggungan Pembiayaan Murabahah Untuk Nasabah Oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Banda Aceh Dan PT Asuransi Takaful Cabang Banda Aceh”, (Skripsi tidak dipublikasi), Fakultas Syari’ah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2012.

18

Nadia Putri, “Pertanggungan Risiko Dan Pembiayaan Klaim Pada Produk Mobilkoe Syari’ah Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Syari’ah Aceh”, (Skripsi tidak dipublikasi), Fakultas Syari’ah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2012.

(25)

keterlambatan dalam pengiriman barang yang mengakibatkan wanprestasi, maka perusahaan pengangkutan wajib memberikan ganti rugi. Hal ini berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 86 ayat (1), pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan pasal 4 huruf g dan pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.19

Jurnal yang ditulis oleh Hosea Irlano Mamuaya, Aminah dan Suradi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Pengangkutan Pengiriman Barang PT JNE di Semarang”. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa perusahaan akan memberikan ganti rugi apabila barang yang sampai dalam keadaan cacat atau terjadi keterlambatan pengiriman yang disebabkan oleh perusahaan. Ganti rugi yang diberikan berupa potongan harga atau voucher pengiriman secara gratis.20

E. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah diperlukan untuk memudahkan para pembaca dalam memahami istilah dalam kajian ilmiah ini dan membatasi ruang lingkup kajian dan penafsiran yang salah. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam kajian ilmiah ini, antara lain:

1. Ganti Rugi

Dalam kamus Bahasa Indonesia, arti kata ganti adalah sesuatu yang jadi penukar dari sesuatu yang hilang.21 Sedangkan arti kata rugi adalah terjual dan sebagainya kurang dari modalnya. 22

Ganti rugi adalah penggantian kerugian yang dialami seseorang (seorang debitur yang cidera janji harus membayar ganti rugi kepada kreditur).23

19

A.A.A. Nadia Andina Putri dan Nyoman Mas Ariani, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Pengiriman Barang dalam Hal Keterlambatan Sampainya

Barang”.

20

Hosea Irlano Mamuaya, Aminah dan Suradi, “Perlindungan Hukum…, hlm. 2. 21

Tri Kurnia Nurhayati, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet. 2, (Jakarta: Eska Media, 2003), hlm. 248.

22

(26)

Maksud ganti rugi pada skripsi ini ialah penggantian kerugian bagi konsumen yang mengalami kerusakan atau kehilangan barang pada perusahaan pengangkutan.

2. Jasa Angkutan Darat

Jasa Angkutan Darat adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang layanan pengiriman, yang dalam hal ini adalah pengiriman barang. Pengiriman barang merupakan suatu proses memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya.24 Jasa Angkutan Darat yang dimaksud adalah perusahaan Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobil Barang Kabupaten Aceh Besar.

3. Ijārah bi al-‘Amāl

Al- Ijārah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah

al-‘iwad}, dalam bahasa indonesianya adalah ganti dan upah. Sedangkan menurut istilah adalah menukarkan sesuatu dengan adanya imbalan, yaitu sewa-menyewa dan upah-mengupah. Jadi, Ijārah bi al-‘amāl adalah upah-mengupah yang objek akadnya adalah amal atau pekerjaan seseorang.25 Ijārah bi al-‘amāl pada skripsi ini ialah pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan pengangkutan dalam hal mengirimkan barang milik konsumen ke tempat tujuan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Cara-cara yang digunakan untuk menyusun sebuah karya ilmiah sangat berhubungan erat terhadap permasalahan yang ingin diteliti, yang akan memberi pengaruh untuk kualitas sebuah penelitian. Oleh

23

Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005), hlm. 136. 24

https://rapi.co.id/mengenal-sedikit-mengenai-perusahaan-jasa-pengiriman-barang/. Diakses pada 5 Juni 2018.

25

(27)

karena itu, cara-cara yang ditempuh dalam penulisan serta penyusunan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Creswell mendefinisikan kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.26 Menurut Chaedar Alwasilah, metode kualitatif memiliki kelebihan yaitu adanya fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah penelitian.27Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan yang peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, mengetahui makna tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaraan data dan meneliti sejarah perkembangan.28

Pendekatan kualitatif yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai sistem ganti kerugian pada perusahaan pengangkutan di Santan, Kec. Ingin jaya, Kab. Aceh Besar.

26

John W Creswell, Research Design Quantitative & Qualitative Approach, (London: Sage Publication, Inc, 1994), hlm. 8. Dikutip dari Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 4-5.

27

A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2003), hlm. 97. Dikutip dari Mahi M. Hikmat, Metode Penelitiandalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 37.

28

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2017, hlm. 34.

(28)

2. Jenis Penelitian

Setiap penelitian akan selalu memerlukan data yang lengkap dan objektif dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada penulisan karya ilmiah ini, jenis penelitian yang dipakai oleh penulis yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang diambil. Pengumpulan data diperoleh dari mengkaji baik dari buku, data empiris (dokumen kepustakaan) maupun artikel dengan menjelajahi situs maupun website internet untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan ganti rugi.29

b. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian untuk menyelidiki gejala objektif sebagaimana yang terjadi di tempat tersebut.30 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang valid dan akurat. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan mendatangi objek penelitian yaitu perusahaan pengangkutan yang berlokasi di Kec. Ingin Jaya Kab. Aceh Besar.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang dimaksud di sini ialah dari mana data diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diolah. Dalam penyusunan penelitian ini bahan hukum yang digunakan ada dua, yaitu:

29

Abdurrohman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), hlm. 96.

30 Ibid.

(29)

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang diperoleh secara langsung dari informan atau objek penelitian. Informan ditentukan sesuai dengan masalah penelitian. Informan untuk penelitian ini berasal dari perusahaan pengangkutan di Santan, Kec. Ingin Jaya, Kab. Aceh Besar.

b. Bahan Hukum Sekunder

Selain bahan hukum primer, penelitian ini juga menggunakan bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain.31 Bahan hukum sekunder penelitian bersumber dari literatur, buku, dokumen, maupun sumber dari media lain yang menunjang penelitian ini agar penelitian berjalan akurat dan sesuai kenyataan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, maka teknik yang penulis gunakan yaitu wawancara dan studi dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang pihak diantaranya pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.32 Wawancara yang penulis lakukan ialah wawancara mendalam atau in-dept interviews. In-dept interviews terdiri atas unstructured interviews (wawancara terstukur) dan semi-struktur interviews (wawancara semi terstruktur). Dalam unstructured interviews, peneliti tidak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan penuntun sebelum melakukan wawancara, tetapi cukup menyediakan tema-tema umum yang hendak didalami dari informan. Sedangkan dalam semi-structured interviews, peneliti menyiapkan

31

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 141. 32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 187.

(30)

pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk dijadikan panduan utama ketika melakukan wawancara. Pada awal wawancara peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang lebih spesifik berdasarkan jawaban partisipan.33

b. Studi Dokumentasi

Merupakan suatu penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Data tersebut berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijakan, sejarah dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian.34 Sehingga akan diperoleh data yang akurat, sah dan bukan perkiraan saja.

5. Objektivitas dan Validitas Data c. Uji Kredibilitas

Pada penelitian ini, uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian dan menggunakan bahan referensi.

1) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke tempat penelitian, melakukan pengamatan, wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui ataupun yang baru. Pada tahap awal peneliti masih dianggap asing sehingga adanya ketidakterbukaan informasi yang diberikan sumber data, tidak mendalam dan tidak lengkap. Dengan perpanjangan pengamatan, peneliti dapat mengecek apakah data yang diberikan sudah benar atau tidak.35

33

Agustinus Bandur, Peneltian Kualitatif Metodologi, Desain, dan Teknik Analisis Data

dengan NVIVO 11 Plus, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016), hlm. 108.

34

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitiandalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 83.

35

Sugiyono, Motode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 366.

(31)

2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan demikian, maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis.36 Dalam membuat penelitian ini, peneliti membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumen yang terkait dengan sistem ganti rugi.

3) Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan suatu data. Contohnya dalam penelitian ini peneliti menggunakan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil wawancara.37

d. Pengujian Transferability

Nilai transfer ini berkenaan dengan sejauh mana suatu penelitian dapat diterapkan atau digunakan pada situasi lain. Supaya orang lain dapat memahami hasil dari suatu penelitian, maka peneliti harus membuat laporan dengan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Sehingga pembaca dapat memahami dengan jelas atas hasil penelitian tersebut dan memutuskan dapat atau tidaknya diaplikasikan pada tempat lain.38

e. Pengujian Dependability

Pengujian dependability disebut juga pengujian reliabilitas. Suatu penelitian dapat dikatakan reliabel apabila orang lain dapat mengulangi mereplikasi proses penelitian tersebut. Pengujian depenability dapat dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dimulai dengan cara peneliti menentikan masalah/fokus, memasuki lapangan,

36 Ibid., hlm. 368. 37 Ibid., hlm. 372. 38 Ibid., hlm. 373.

(32)

menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti.39

f. Pengujian Confirmability

Pengujian confirmability disebut juga pengujian objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila disepakati oleh banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Jika hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.40

6. Populasi dan Sampel

Dalam melakukan penelitian ini, populasi yang penulis gunakan yaitu populasi yang karakteristiknya bersifat homogen. Karena yang dijadikan objek pada penelitian ini ialah jasa angkutan darat yang ada di Terminal Mobar dalam perspektif akad ija>rah bi al-‘ama>l, penulis memilih perusahaan jasa angkutan yang bersedia dimintai informasi dengan detail mengenai penelitian ini. Atas dasar itu, pengambilan sampling pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik penarikan sampel ini didasarkan pada orang-orang yang dianggap ahli dan memahami dengan baik pada bidangnya.41

Lokasi penelitian ini berada di Terminal Mobar Kabupaten Aceh Besar dengan 19 perusahaan jasa pengangkutan darat. Nama-nama perusahaan tersebut adalah CV Kantin Kejujuran, CV Cipta Mandiri Cargo, CV Kantin Rakyat, CV Indo Cemerlang, PT Bintang Asia, CV Mandiri Perkasa, PT TAM Cargo, CV Anugrah Jaya Abadi, CV Kumita Sabe, CV A’AD, CV Barona Jaya, CV Aceh Expedisi, CV Fajar Utama, CV Nafakat, CV Indo Plastik/Telor, CV Berkat P.V.C, CV Remako Utama, CV Bumi Asia, CV Aceh Trasindo. Sedangkan

39 Ibid., hlm. 374. 40 Ibid. 41

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, MetodePenelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 135.

(33)

yang menjadi sample adalah CV Anugrah Jaya Abadi, PT TAM Cargo dan CV Cipta Mandiri Cargo.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode deskriptif. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pertama, memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi masalah sistem ganti rugi pada perusahaan pengangkutan, kemudian menetapkan pokok permasalahan serta tujuan pembahasan dan menetapkan metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini. Langkah kedua, mengkaji dan menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan sistem ganti rugi pada perusahaan pengangkutan. Langkah terakhir adalah mencari jawaban dari pokok permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan hasil kajian mengenai perusahaan pengangkutan di Santan, Kec. Ingin Jaya, Kab. Aceh Besar. Kemudian dari langkah-langkah menganalisis data tersebut penulis mendapatkan kesimpulan yang merupakan akhir dari penelitian ini.

Selanjutnya, metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah dengan langkah memilih, mengurangi dan memilah-milah data yang dipakai dan yang tidak dipakai berkaitan dengan topik pembahasan. Hal ini memudahkan untuk menguji validitas data yang objektif dan sistematis dari hasil penelitian tersebut. Kemudian dilakukan proses pengeditan yang berupa menyempurnakan dan menyesuaikan bahasa (sesuai dengan ejaan yang disempurnakan atau EYD), peletakan kalimat dan tanda-tanda baca (yaitu peletakan titik dan koma) dari kata-kata yang digunakan dalam penulisan. Setelah semua data penulisan didapatkan, maka data tersebut diolah menjadi suatu pembahasan untuk menjawab persoalan yang ada, didukung oleh data lapangan dan teori.42

42

(34)

8. Pedoman Penulisan

Penyajian data yang disajikan dalam skripsi ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry tahun 2018 Edisi Revisi 2019. Sedangkan untuk menerjemahkan ayat-ayat Alquran yang dikutip di skripsi ini berpedoman pada Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Kementerian Agama tahun 2009.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mengetahui gambaran dari masing-masing bab, penulis memaparkan tentang penulisan skripsi ini yang terbagi dalam empat bab dan terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Adapun sistematikanya ialah sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, penjelasan istilah metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, bahan hukum, teknik pengumpulan data yang meliputi, wawancara dan studi dokumentasi, objektivitas dan validitas data, populasi dan sampel, teknik analisis data, pedoman penulisan dan sistematika pembahasan.

Bab dua merupakan sistem ganti rugi dan konsep ijārah bi al-‘amāl yang terdiri dari Pengertian Ganti Rugi, Dasar Hukum Ganti Rugi, Macam-Macam Ganti Rugi, Hal-hal yang Berkaitan dengan Ganti Rugi yang terdiri dari Sebab Ganti Rugi, Perhitungan Ganti Rugi, Prinsip Umum Pentapan Ganti Rugi, Pendapat Ulama Tentang Ganti Rugi, Tanggung Jawab Ajir Dalam Akad Ijārah bi al-‘amāl dan Sistem Ganti Rugi Dalam Hukum Positif.

Bab tiga merupakan gambaran umum Terminal Mobil Barang di Aceh Besar, Sistem Ganti Rugi pada Jasa Angkutan Darat di Terminal Mobar, Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Ganti Rugi pada Jasa Angkutan Darat di

(35)

Terminal Mobar dan Sistem Ganti Rugi Kerusakan dan Kehilangan Barang pada pada Jasa Angkutan Barang Menurut Konsep Akad Ijārah bi al-‘amāl.

Bab empat berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok masalah dan saran-saran sebagai upaya ganti rugi dalam perusahaan jasa

(36)

22

BAB DUA

SISTEM GANTI RUGI DAN KONSEP AKAD

IJĀRAH BI

AL-‘AMĀL

MENURUT FIKIH MUAMALAH

A. Pengertian Ganti Rugi

Secara etimologis, ganti rugi berasal dari kata

مضصوَعم ي َضبِوَع

dengan mashdar

ضْيِوْعَ ؤ

yang bermakna mengganti kerugian.43 Wahbah az-Zuhaili menyebut bahwa ta’wi>d} adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan.44

Dalam term fikih, ganti rugi sering diistilahkan dengan d}ama>n. Dalam kamus Al-Munawwir45, d}ama>n diartikan dengan menanggung atau menjamin. Dalam pengertian yang lain, d}ama>n adalah menjamin (menanggung) untuk membayar hutang, menggadaikan barang atau menghadirkan orang pada tempat yang telah ditentukan. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa d}ama>n biasanya mengandung tiga masalah pokok; 1) jaminan atas hutang seseorang. 2) jaminan dalam pengadaan barang 3) jaminan dalam menghadirkan seseorang di tempat tertentu.46 Hal ini senada dengan pengertian dari Ulama Mazhab Syafi’i bahwa d}ama>n adalah bersedia memberikan hak sebagai jaminan pihak lain, menghadirkan seseorang yang mempunyai kewajiban membayar hak tersebut, atau mengembalikan harta benda yang dijadikan barang jaminan.

Dari dua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengertian tentang

d}ama>n masih sangat terbatas. Yaitu d}ama>n mengarah kepada makna perpindahan hak akan suatu hutang kepada hutang lainnya. Padahal d}ama>n bisa

43

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Progressif, 1997), hlm. 986.

44

Wahbah az-Zuhaili, Naz}ariyah ad-D{aman, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1998), dikutip dari Fatwa DSN-MUI No.43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (ta’widh).

45

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir ..., hlm. 829. 46

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 259.

(37)

bermakna mengganti kerugian seperti pengertiand}ama>n yang diungkapkan oleh para ahli berikut ini:

Al-Hamawy pensyarah kitab al-Asybah wa an-Naz}a>'irkarya Ibn Nujaim mengatakan bahwa d}ama>nadalah

لثم ِر نع ةرابع

هؤاما وأ

Mengganti barang yang rusak dengan barang yang sama atau yang sepadan dengan nilai jualnya.

Sedangkan Asy-Syaukani mengatakan bahwa d}ama>n adalah

ةرابع

فيلتلا ةمارغ نع

Mengganti barang yang rusak.

Menurut az-Zarqa' d}ama>n adalah

ب مازتلا

ت

وع

ضي

ليام

يرغلا ررض نع

Keharusan mengganti kerugian harta atas kerugian orang lain.

Ganti rugi juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang berarti penggantian atas kerugian riil yang dibayarkan oleh pihak yang melakukan wanprestasi.50

Sedangkan Asmuni mengungkapkan pengertian ganti rugi yang lebih kompleks yakni tanggungan seseorang untuk memenuhi hak yang berkaitan

47

Ahmad ibn Muhammad al-Hamawy, Gamzu ‘Uyuni al-Basha>ir wa Syarah al-Asybah wa an-Nazha>ir, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1985 ), hlm. 2/211. Dikutip dari Asmuni Mth, “Teori Ganti Rugi Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 2. No. 1 Maret 2013, hlm. 48.

48

Asy-Syaukani, Nail al-Authar Syarh Muntaqa al-Akhbar, (Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabi, 1380 H), hlm. 5/299. Dikutip dari Asmuni Mth, “Teori Ganti Rugi Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 2. No. 1 Maret 2013, hlm. 48.

49

Mustafa Ahmad Az-Zarqa, Al-Madkhal al-Fiqh al-‘Am, (Dar al-Fikr, 1968), hlm. 1032. Dikutip dari Asmuni Mth, “Teori Ganti Rugi Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal

Hukum dan Peradilan, Vol. 2 No. 1 Maret 2013, hlm. 48.

50

Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Bandung: Fokusmedia, 2008), hlm. 17.

(38)

dengan kehartabendaan, fisik, maupun perasaan seperti pencemaran nama baik. Hal ini berlaku baik d}arar yang muncul akibat pelanggaran seluruh atau sebagian perjanjian dalam akad, melakukan perbuatan (yang diharamkan) dan atau tidak melakukan perbuatan yang (diwajibkan) oleh pembuat undang-undang.51

Dari pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa ganti rugi merupakan bentuk denda berupa sejumlah uang atau harta kekayaan lainnya yang dapat digunakan sebagai bentuk pembayaran akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang telah terbukti dan memiliki kekuatan hukum tetap melakukan wanprestasi terhadap akad atau perjanjian yang disepakatinya. Oleh karena itu, d}ama>n dapat diterapkan dalam berbagai bidang dalam muamalah, menyangkut jaminan atas harta benda dan jiwa manusia.

Dalam konsep Islam, tanggung jawab sesama muslim merupakan fardu kifayah. Salah satu kewajiban manusia yang diembankan Allah kepadanya adalah menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Menyusun perekonomian dengan berkeadilan adalah seruan untuk melaksanakan kebaikan dan mesti menjadi tanggung jawab bersama seperti yang pernah dilaksanakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam banyak hal, Rasulullah menegaskan kewajiban individu dan masyarakat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial, dasar penetapannya ialah kemaslahatan umum (mas}lahah a>mmah). Dengan konsep sederhananya, mereka telah dapat mewujudkan suatu masyarakat yang saling bertanggung jawab.52

Prinsip ganti rugi dalam fikih Islam dapat dilihat dalam praktek ad-diyah

‘ala> al-a>qilah, al-‘a>qil adalah orang yang membayar denda. Para ulama mengatakan, wajib membayar denda (pertanggungan) terhadap sebagian

51

Asmuni Mth, “Teori Ganti Rugi dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 2. No. 1 Maret 2013, hlm. 49.

52

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 237.

(39)

kerusakan yang disebabkan kekeliruan, seperti pembunuhan, melukai karena kekeliruan atau kerusakan karena kekeliruan.53

Imam Mawardi (Mazhab Syafi’i) mengatakan bahwa d}ama>n dalam pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diat, jaminan terhadap harta kekayaan, terhadap jiwa dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Dengan demikian, d}ama>n dapat diterapkan dalam masalah jual beli, pinjam-meminjam, titipan, jaminan, kerja patungan atau qira>d}, barang temuan, peradilan, pembunuhan, rampasan dan pencurian.54 Berbeda halnya dengan yang ditetapkan pada Fatwa DSN, bahwa ta’wid} (ganti rugi) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang menimbulkan utang piutang (dain), seperti sala>m, istis}na’ serta mura>bahah dan

ija>rah.

B. Dasar Hukum Ganti Rugi

Dalam beberapa literatur, ayat-ayat yang dijadikan sebagai dasar hukum ganti rugi adalah sebagai berikut:

1. Alquran a) Q.S. Al-Maidah Ayat 1

َاي

ي َه

بِلا ا

ِت ْي

َن

َما م َ

ْو

َأ ا

ْو م ف ْ

و

ِب ا

ْلا مع

مق ْو

ِِ

ْتبِلِحما

ىصلِممُ َرْ يَغ ْممكْيَلَع ىَلْ تم ي اَم بِلاِا ِماَعْ نَلاا مةَمْيَِبَ ْممكَل

مدْيِرمي اَم مممكَْيَ للها بِنِا ٌممرمح ْممتْ نَا َو ِدْيبِصلا

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. 55

Dalam ayat ini mengandung perintah untuk menyempurnakan segala rupa akad (janji, kontrak) yang telah diakadkan oleh para pihak dengan Allah atau antara para pihak itu sendiri baik berupa perintah maupun larangan syara’,

53

Ibid., hlm. 241. 54

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi…, hlm. 260. 55

(40)

seperti jual-beli dan pernikahan. Pada kalimat

ِِ

مق ْو

ْلا مع

ِب ا

ْو

َأ ْو م ف

mempunyai keterkaitan dengan pembahasan ganti rugi bahwa apabila dalam kontrak terdapat klausula yang menyatakan ganti rugi akan dilaksanakan apabila wanprestasi. Oleh sebab itu, wajib bagi setiap mukmin untuk menyempurnakan akad dan menepati janji sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Yang penting akad tidak berlawanan dengan kehendak syara’.56

b) Q.S. Al-Baqarah Ayat 194. …

َف َم

ِن

ْعا َت

َد

َع ى

َل ْي

مك

ْم

َف

ْعا َت

مد ْو

َع ا

َل ْي ِه

ِِب

ْث ِل

َم

ْعا َت

َد

َع ى

َل ْي

مك

ْم

,

َو بِ تلا

مق

َللها او

َو

ْعا َل

مم

َأ او

بِن

َللها

َم

َع

ْلا مم

بِت ِق

ِْي

…maka, barang siapa melakukan aniaya (kerugian) kepadamu, balaslah ia, seimbang dengan kerugian yang telah ia timpakan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.57

Dengan ayat ini, Syafi’i berdalil tentang wajib membunuh orang yang membunuh setimpal dengan perbuatannya. Maka, jika dia menyembelih, balaslah dengan menyembelih. Jika dia mencekik hendaklah dibalas dengan mencekik. Jika dia membenamkan dalam air, maka benamkanlah ke dalam air. Ayat ini memberi isyarat, memerangi musuh sama dengan memerangi mujrimi>n, tidak boleh ada penangguhan (penundaan). Juga tidak boleh sembrono menghadapi mereka. Jika mereka memerangi dengan bom, gas dan sebagainya, maka hendaklah mereka kita hadapi sedemikian juga, supaya mereka menghentikan perbuatan kejinya.58 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ganti rugi, salah satu pihak yang dirugikan oleh pihak yang lain dapat meminta pertanggungjawaban terhadap kerugian tersebut dengan nilai yang sama.

56

Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Tafsir Al-Quran Majid An-Nuur, (Semarang: Rizki Putra, 2000), hlm. 1026.

57

Q.S. Al-Baqarah (2): 194. 58

(41)

c) Q.S. Al-Nahl Ayat 126.

َو ِإ ْن

َع

َ اا ْب

مت ْم

َ ف

َع ِاا

م ب ْو

ِِب ا

ْث ِل

َم

مع ا

ِاو ْب

مت

م

ِهِب

...

Dan jika kamu membalas maka balaslah dengan (balasan) yang sama yang dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...59

Ayat ini mengajarkan bahwa jika ada orang yang menyiksa orang mukmin cukup dibalas siksaan itu dengan seimbang. Jangan berlebih. Jelasnya, jika tiba waktunya seseorang memperoleh kesempatan mengambil pembalasan kepada musuh-musuh yang telah menimpakan berbagai kesukaran terhadapnya, maka cukuplah ia melakukan qisas} dan membalas siksaan seimbang dengan apa yang ia derita, tidak lebih.60 Ayat ini mengisyaratkan bahwa jika ingin meminta pertanggungan terhadap kerugian agar disesuaikan dengan yang senilai sehingga tidak ada yang diuntungkan.

2. Al-Hadits

Sedangkan hadis-hadis yang dijadikan sebagai landasan hukum ganti rugi dalam beberapa literatur adalah sebagai berikut.

صَِدم ؤ بََِح ْ َتَذَأ اَم ِدَيْلا ىَلَع َلاَا َمبِلَسَو ِهْيَلَع مهبِللا ىبِلَص صِيِّبَِلا ْنَع َةَرمَس ْنَع ِنَسَْلحا ْنَع

َ

)

اسَلا لاا ةسملخا هاور

ىئ

)

Dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sebuah tangan bertanggung jawab atas apa yang diambilnya sampai dapat mengembalikannya. (HR. Imam yang lima, kecuali Nasa’i).

Berdasarkan hadis ini, Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tenaga kerja yang pekerjaannya menangani barang secara langsung harus menjamin barang yang rusak ditangannya walaupun bukan disebabkan oleh pelanggaran atau kelalainnya jika barang tersebut termasuk barang yang dapat disembunyikan. Seperti juru masak menjamin masakannya yang rusak, tukang pemutih kain

59

Q.S. An-Nahl (16): 126. 60

Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Tafsir Al-Quran Majid An-Nuur, (Semarang: Rizki Putra, 2000), hlm. 2292.

61

Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Ah}mad Ibnu Hanbal, juz 3, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1999), hlm. 277.

(42)

menjamin kain yang robek di tangannya dan tukang panggul menjamin barang bawaan yang jatuh dari kepalanya atau rusak ketika terpeleset.62

َع ْن

َأ

ِْب

َس ِع

ْي د

َس ْع

ِد

ْب

ِن

ِس ََ

نا

مْلخا

ْد ِر

َر

ِض

َي

مللها

َع َْ

مه

:

َأ بِن

َر

مس ْو

َل

ِللها

ص

.

م

.

َا

َلا

:

َلا

َض َر

َر َ

و َلا

ِض

َر َرا

(

اهيرغو نيطارادلا و ةجام نبا هاور

)

Dari Abu Sa’id bin Malik bin Sinan Al-Khudriy ra. berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Janganlah kalian saling merugikan”. (HR. Ibnu Majah, Daruquthni dan lain-lain).63

Hadis di atas mengandung makna bahwa setiap orang dilarang menimbulkan kemudharatan baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Pada kasus konsumen yang kehilangan atau mengalami kerusakan terhadap barang yang dikirimkan dapat meminta ganti rugi yang senilai pada jasa pengangkutan barang. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kemudharatan yang dialami konsumen dikarenakan penyedia jasa tidak memenuhi kewajibannya terhadap hak konsumen.

Pada dasarnya, tidak ada seorang manusia pun yang dapat dengan pasti mengetahui apa yang terjadi. Sehingga semua aspek kehidupan di dunia ini pada dasarnya adalah ketidakpastian bagi manusia. Namun, kemampuan yang dikembangkan manusia dapat membantu manusia dalam menghadapi ketidakpastian atau resiko tersebut dengan memperkirakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan, tentunya dalam batas-batas kemampuan manusia. Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa manusia dapat berusaha untuk menghindari pengambilan resiko yang melebihi kemampuan yang wajar untuk menanggulanginya.

Prinsip ganti rugi merupakan hal yang wajar dalam rangka memelihara hak dan tanggung jawab terhadap harta benda yang dititipkan Allah kepada hamba-Nya. Karena itu, sebagai konsekuensi logis dari tanggung jawab yang

62

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jld. 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 419-420.

63

Imam An-Nawawi, Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawi, (Jakarta: Al-I’tishom, 2001), hlm. 52.

(43)

dititipkan Allah, maka perusahaan berkewajiban menanggung kerugian konsumen.

C. Macam-macam Ganti Rugi

Dalam melakukan perikatan, para pihak diharuskan melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Jika salah satu pihak tidak melaksanakannya, maka pihak yang lain akan mengalami kerugian. Oleh karena itu, hukum melindungi pihak yang dirugikan dengan membebankan ganti rugi kepada pihak yang ingkar janji. Dalam Islam, d}ama>n dibedakan menjadi dua macam, yaitu:64

d) D{ama>n al-‘aqd, yaitu tanggung jawab perdata untuk memberikan ganti rugi yang bersumber kepada ingkar akad.

e) D{ama>n al-‘udwa>n, yaitu tanggung jawab perdata yang memberikan ganti rugi yang bersumber kepada perbuatan merugikan (al-fi’il

ad-d}arr) atau dalam istilah hukum perdata Indonesia disebut perbuatan melawan hukum.

Begitu juga dengan Al-Bazdawi yang mengisyaratkan dua macam

d}ama>n, yaitu,

يعلا فصوا ضمتعي ناوِرلا نامض و ضاترلاب بيج ازئاج وا ناك اديسف دقعلا نامض

Ganti rugi akibat pelanggaran terhadap perjanjian dalam akad fasid maupun jaiz (akad sahih) diwajibkan berdasarkan kerelaan masing-masing pihak, dan ganti rugi akibat pelanggaran tersebut mengacu pada sifat-sifat barang.65

Pembagian ini didasarkan pada d}arar (kerugian). D{arar-lah yang mengharuskan ganti rugi. Sehingga d}ama>n menjadi sesuatu yang wajib pada perjanjian untuk menghilangkan d}arar yang muncul akibat pelanggaran pada akad, melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan tertentu sehingga mengakibatkan mafa>sid (kerusakan). Hal ini berlaku baik d}arar yang muncul

64

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 330.

(44)

akibat pelanggaran seluruh dan atau sebagian perjanjian dalam akad, melakukan perbuatan (yang diharamkan) dan atau tidak melakukan perbuatan yang (diwajibkan) oleh pembuat undang-undang. Dengan demikian, ganti rugi dapat terjadi atas barang yang rusak atau manfaat barang yang hilang, atau luka fisik seseorang sehingga mengakibatkan kerugian, baik total atau sebagian.66 Ganti rugi pada penelitian ini, akan difokuskan pada barang yang rusak atau hilang karena kelalaian dari pihak perusahaan pengangkutan.

D. Hal-hal yang Berkaitan dengan Ganti Rugi 1. Sebab-sebab Ganti Rugi

Macam-macam perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya ganti rugi ada dua, yaitu:

a. Akad, baik itu tidak melaksanakan akad maupun alpa dalam melaksanakannya. Suatu akad yang sudah memenuhi ketentuan hukum yang sifatnya mengikat dan wajib dipenuhi oleh para pihak menandakan akan muculnya tanggung jawab (d}ama>n). Apabila akad yang sudah sah tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak atau dilaksanakan, namun alpa (tidak sebagaimana mestinya), maka pihak tersebut melakukan pelanggaran pada akad baik karena sengaja tidak melakukannya maupun karena kelalaiannya.67 Dalam fikih, pelanggaran seperti ini disebut ta’addi, yaitu melakukan perbuatan terlarang dan atau tidak melakukan kewajiban menurut hukum.

b. Kekuasaan, yang dalam bahasa fikih dikenal dengan istilah yad, yang dibagi menjadi dua: Pertama, penguasaan yang tidak atas dasar kepercayaan (yad ghairu ama>nah), yaitu penguasaan barang yang berada pada tangan seorang gasib, orang yang sedang menawar, orang yang meminjam, dan orang yang melakukan jual beli yang tidak memenuhi

66 Ibid. 67

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 331.

Gambar

Gambar 1 Bentuk Perjanjian Pengiriman pada Anugerah Jaya Abadi  .............. 46  Gambar 2 Bentuk Perjanjian Pengiriman pada TAM Cargo .............................
Tabel 1 Nama-Nama Perusahaan Jasa Angkutan Darat ....................................
Tabel 1. Nama-nama Jasa Pengangkutan Darat
Gambar 1. Bentuk perjanjian pengiriman barang pada Anugerah Jaya Abadi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan tidak mewajibkan debitur untuk membayar bunga terus, tetapi bunga yang diperjanjikan wajib dibayar sampai pada saat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menerapkan metode pembelajaran PBL (Problem Based Learning) atau inquiry pada matakuliah Teori dan Praktek

Pengeringan Contoh Tanah Persiapan Contoh Tanah Pencampuran Pupuk Organik Granul Uji Geser Langsung Analisis Unsur Kimia Analisis Tekstur Tanah Uji Konsistensi Selesai

Ketentuan mengenai luasnya ganti rugi (kerugian yang nyata) dalam KUHPerdata, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1246, bahwa ”Biaya, rugi dan bunga oleh si berpiutang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar siswa PKBM Cipta Tunas Karya, untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap

Adakah hubungan antara kelengkapan laboratorium kimia dengan pelaksanaan praktikum kimia di SMA/MA yang ada di Kota Yogyakarta ditinjau dari aspek keterlaksanaan,

berhubungan dengan pola input untuk dihitung nilai kesalahan. Kesalahan tersebut akan dipropagasikan mundur. Sedangkan fase modifikasi bobot bertujuan untuk menurunkan

Distribusi rata-rata frekuensi indeks DMF dapat dilihat pada Tabel 3, dimana dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki gigi yang mengalami kerusakan berat