• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pengadaan Mobil Coolbox Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Sayuran Kubis (Kasus : Desa Seribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Kelayakan Pengadaan Mobil Coolbox Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Sayuran Kubis (Kasus : Desa Seribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENGADAAN MOBIL COOLBOX

DALAM RANGKA MENDUKUNG PENGEMBANGAN

EKSPOR SAYURAN KUBIS

(Kasus : Desa Seribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten

Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

IBRAHIM SYAHPUTRA 080304058

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI KELAYAKAN PENGADAAN MOBIL COOLBOX

DALAM RANGKA MENDUKUNG PENGEMBANGAN

EKSPOR SAYURAN KUBIS

(Kasus : Desa Seribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten

Simalungun)

SKRIPSI

OLEH:

IBRAHIM SYAHPUTRA 080304058

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) (Siti Khadijah.SP,M.Si)) NIP. 196206241986031001 NIP. 1957310111999032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

IBRAHIM SYAH PUTRA (080304058/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Studi Kelayakan Pengadaan Mobile Coolbox Dalam Rangka Mendukung

Pengembangan Ekspor Kubis. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, M.Si, dan Siti Khadijah.SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)Untuk mengetahui berapa besar biaya dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian. (2) Untuk mengetahui benefit yang di peroleh dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian . (3) Untuk mengetahui bagaimana tingkat kelayakan pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan lokasi yang akan diadakannya pengadaan mobile coolbox. Penentuan sampel penelitian dihitung menggunakan rumus slovin. Pengujian hipotesis data menggunakan kriteria investasi dengan melihat kelayakan. Dari hasil penelitian diperoleh : (1) Total biaya pengadaan mobile coolbox adalah sebesar Rp 863.732.200. (2) Benefit yang diperoleh dari pengadaan mobile coolbox

adalah sebesar Rp 776.041.174. (3) Berdasarkan kriteria investasi pengadaan

mobile coolbox di daerah penelitian diperoleh nilai NPV pada tingkat OCC 12 persen sebesar Rp 644.209.460,-, Net B/C sebesar 3,22 dan EIRR sebesar 31,33 persen, dari hasil tingkat bunga diatas didapat nilai NPV > 0, Net B/C > 1, dan EIRR > dari tingkat OCC. yang artinya proyek pengadaan mobile coolbox layak untuk dilaksanakan. Dilihat dari analisis sensitivitas, jika biaya meningkat sebesar 10 persen dan 20 persen proyek masih tetap layak dilaksanakan dan masih memiliki kelenturan untuk menanggung perubahan biaya pada peningkatan biaya Kata kunci : studi kelayakan, pengadaan mobile coolbox, kubis.

(4)

RIWAYAT HIDUP

IBRAHIM SYAH PUTRA lahir di Medan pada tanggal 24 Januari 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, seorang putra dari Ayahanda Irhamsya Zulkifli, dan Ibunda Nurce Ernawati Pohan.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD Wahidin Medan dan tamat pada tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMP Pertiwi Medan dan tamat pada tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMA Negeri SMA N 3 Medan dan tamat pada tahun 2007.

4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur MANDIRI.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota Departemen Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode 2011-2012.

2. Kabid. Festival HUT IMASEP FP USU Ke-30.

3. Bulan Juli-Agustus 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “STUDI KELAYAKAN PENGADAAN MOBILE COOLBOX

DALAM RANGKA MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKSPOR KUBIS”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepaas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda tercinta Irhamsyah Zulkifli Tanjung dan Ibunda tercinta Nurce Ernawati Pohan serta kepada adik Indrawansyah Maulana.SE yang telah memberikan doa, semangat dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

2. Bapak Ir.Yusak Maryunianta, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(6)

menghargai hal-hal kecil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.

6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Zainal Abidin selaku ketua Gapoktan Dolok Mariah yang telah bersedia meluangkan waktunya memberikan pengalaman dan pengetahuan sehingga penulis dapat memperoleh data guna menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Seribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi. 9. Novanda Hafizham.SE yang selalu menjadi motivasi penulis mengerjakan

skripsi dan selalu mengingatkan penulis untuk tidak menyerah mengerjakan skripsi ini sampai selesai.

(7)

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah kalian berikan selama ini.

11. Kepada adik angkatan 2009 di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya untuk Fika Harini Sinaga.SP, Sri Rizky Amelia , SP, M. Rian Ramadhan BatuBara, SP, dan Ahmad Fauzi, SP, yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Sayur ... 9

2.1.2 Peranan Mobile Coolbox Dalam Ekspor Sayur ... 11

2.1.3 Studi Kelayakan ... 14

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Biaya Produksi ... 16

2.2.2 Evaluasi Proyek ... 17

2.2.3 Harga ... 18

2.2.3.1 Harga Input Output Diperdagangkan ... 18

2.2.3.2 Pajak ... 20

2.2.3.3 Subsidi ... 21

2.2.4 Kriteria Investasi ... 21

2.2.4.1 Net Present Value (NPV) ... 22

2.2.4.2 Economic Internal Rate of Return (EIRR) ... 22

2.2.4.3 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 23

2.2.4.4 Analisis Sensitifitas ... 23

2.3 Kerangka Pemikiran ... 24

2.4 Hipotesis ... 26

III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 27

(9)

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.4.1 Analisis Ekonomi yaitu dengan Harga Bayangan ... 28

3.4.2 Analisis Biaya ... 30

3.4.3 Analisis Kelayakan ... 31

3.4.4 Analisis Aspek Teknis ... 35

3.4.5 Analisis Aspek Manajemen ... 36

3.5 Defenisis dan Batasan Operasional ... 36

3.5.1 Defenisi ... 36

3.5.2 Batasan Operasional ... 37

IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 38

4.1.1 Kabupaten Simalungun ... 38

4.1.2 Kecamatan Silimakuta ... 39

4.1.3 Desa Seribudolok ... 39

4.2 Keadaan Penduduk ... 40

4.3 Sarana dan Prasarana ... 41

4.4 Karakteristik Responden ... 42

4.5.1 Gapoktan Dolok Maria ... 42

4.5.2 Tingkat Usia ... 43

4.5.3 Pengalaan Berusahatani ... 43

4.5.4 Lahan Usahatani ... 44

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kelayakan Ekonomi Pengembangan Mobile Coolbox ... 45

5.1.1 Penentuan Harga Bayangan ... 45

5.1.1.1 Harga Bayangan Mobile Coolbox ... 45

5.1.1.2 Harga Bayangan Tenaga Kerja ... 46

5.1.1.3 Harga Bayangan Kubis ... 46

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

5.2.1 Rencana Pembiayaan Proyek ... 47

5.2.1.1 Biaya Investasi ... 47

5.2.1.2 Biaya Operasional dan Pemeliharaan ... 48

5.2.1.3 Total Biaya ... 48

5.2.2 Manfaat Langsung ... 48

5.2.2.1 Manfaat Langsung ... 48

5.2.2.1.1 Manfaat Hasil Pertanian ... 48

5.2.2.2 Manfaat Tidak Langsung ... 50

5.2.3 Analisis Kelayakan... 51

5.2.3.1 Net Present Value (NPV) ... 52

5.2.3.2 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 52

5.2.3.3 Economic Internal Rate of Return (EIRR) ... 53

5.2.3.4 Analisis Sensitifitas ... 53

3.2.4 Analisis Aspek Teknis... 55

3.2.5 Analisis Aspek Manajemen... 55

(10)

6.2 Saran ... 57

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1.1 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran Menurut

Kecamatan di Kabupaten Simalungun (Ha) 2012 ... 3

1.2 Produksi Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun (Ha) 2012 ... 4

1.3 Perkembangan Ekspor Sumatera Utara Komoditi Kubis dan Negara Tujuan Ekspor 2010-2011 ... 5

4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 40

4.2 Distrubusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Seribudolok Tahun 2012 ... 40

4.3 Sarana dan Prasarana... 41

4.4 Jumlah Petani Menurut Kelompok Tani di Desa Seribudolok... 42

4.5 Tingkat Usia Petani Responden ... 43

4.6 Lama Berusahatani Petani Responden ... 43

4.7 Luas Lahan yang Dimiliki oleh Petani Responden ... 44

5.1 Harga Bayangan Mobile Coolbox ... 42

5.2 Harga Ekonomi Tenaga Kerja ... 43

5.3 Biaya Investasi Mobile Coolbox ... 44

5.4 Pendapatan Pertanian Tanpa Adanya Proyek Pengadaan Mobile Coolbox ... 46

5.5 Pendapatan Pertanian dengan Adanya Proyek Pengadaan Mobile Coolbox ... 46

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pengadaan Mobile

Coolbox dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Karakteristik Petani Sampel Pada Usahataani Kubis ... 61

2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) per Bulan Tahun 2012 ... 62

3 Perhitungan Harga Bayangan Mobile Coolbox ... 63

4 Perhitungan Harga Sosial Kubis ... 64

5 Biaya Investasi ... 65

6 Operasional dan Pemeliharan dengan Adanya Proyek ... 66

7 Biaya Tanpa Adanya Proyek ... 67

8 Manfaat ... 68

9 Benefit ... 69

10 Analisis Data Pada SOCC 12 Persen ... 70

11 Analisis Data Biaya Meningkat 10 Persen Pada SOCC 12 Persen .. 71

(14)

ABSTRAK

IBRAHIM SYAH PUTRA (080304058/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Studi Kelayakan Pengadaan Mobile Coolbox Dalam Rangka Mendukung

Pengembangan Ekspor Kubis. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta, M.Si, dan Siti Khadijah.SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)Untuk mengetahui berapa besar biaya dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian. (2) Untuk mengetahui benefit yang di peroleh dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian . (3) Untuk mengetahui bagaimana tingkat kelayakan pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengebangan ekspor kubis di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan lokasi yang akan diadakannya pengadaan mobile coolbox. Penentuan sampel penelitian dihitung menggunakan rumus slovin. Pengujian hipotesis data menggunakan kriteria investasi dengan melihat kelayakan. Dari hasil penelitian diperoleh : (1) Total biaya pengadaan mobile coolbox adalah sebesar Rp 863.732.200. (2) Benefit yang diperoleh dari pengadaan mobile coolbox

adalah sebesar Rp 776.041.174. (3) Berdasarkan kriteria investasi pengadaan

mobile coolbox di daerah penelitian diperoleh nilai NPV pada tingkat OCC 12 persen sebesar Rp 644.209.460,-, Net B/C sebesar 3,22 dan EIRR sebesar 31,33 persen, dari hasil tingkat bunga diatas didapat nilai NPV > 0, Net B/C > 1, dan EIRR > dari tingkat OCC. yang artinya proyek pengadaan mobile coolbox layak untuk dilaksanakan. Dilihat dari analisis sensitivitas, jika biaya meningkat sebesar 10 persen dan 20 persen proyek masih tetap layak dilaksanakan dan masih memiliki kelenturan untuk menanggung perubahan biaya pada peningkatan biaya Kata kunci : studi kelayakan, pengadaan mobile coolbox, kubis.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di bida tahun agrikultur. Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong (Anonimusa).

Pengalaman krisis moneter pada tahun 1998 telah menyadarkan semua pihak bahwa sektor pertanian memiliki peran strategis serta andil yang sangat besar sebagai mesin penggerak, peredam gejolak dan penyangga perekonomian nasional. Berdasarkan PDB riil, sektor pertanian telah pulih ke level sebelum krisis sejak tahun 1999 atau empat tahun lebih cepat dari perekonomian agregat yang baru pulih tahun 2003. Sektor pertanian juga menjadi kunci untuk pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan penyedia lapangan kerja (Departemen Pertanian, 2004).

(16)

menjadi dasar untuk diet yang sehat. Setiap orang, berapapun usianya, perlu melipatgandakan jumlah asupan sayur setiap harinya(Boga, 2001).

Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi makanan, membuat permintaan akan komoditi sayur-sayuran juga semakin meningkat. Peningkatan itu diikuti pula oleh peningkatan permintaan akan mutu dan jenis sayuran yang beraneka ragam, terutama untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri dan untuk ekspor (Anonimusb).

Selama ini, pembangunan sektor pertanian diarahkan terutama untuk meningkatkan produktivitas dan perluasan areal produksi. Peningkatan volume hasil panen terbukti tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Ketika hasil panen meningkat seringkali harga jatuh, bahkan dalam beberapa kasus petani sampai membuang hasil panennya. Di lain sisi, sering terjadi kelangkaan produk pertanian di beberapa wilayah yang berdampak terhadap lonjakan harga yang tinggi. Pada kasus ini pun, seringkali petani tidak menjadi

pihak yang mendapatkan keuntunga

Produk hortikultura bersifat mudah rusak (perishable), sehingga perlu penanganan khusus, mencakup penanganan di sentra produksi (pasca panen), dalam proses pengiriman, dan di tempat tujuan. Secara umum, proses penanganan produk hortikultura di Indonesia masih kurang baik. Hal ini berdampak terhadap tingkat kerusakan produk yang tinggi hingga mencapai kisaran 40%. Kerusakan produk ini akan dibebankan kepada produk yang terjual (kondisi baik), sehingga

(17)

Perbaikan sistem distribusi produk pertanian, termasuk hortikultura, perlu mendapat perhatian lebih serius. Perencanaan saluran distribusi harus dilakukan secara baik dengan mengintegrasikan proses-proses bisnis di antara para pelaku. Penggunaan mobile berpendingin (coolbox) menjadi salah satu alternatif, terutama berkaitan dengan waktu transportasi yang lama akibat kemacetan. Fasilitas-fasilitas distribusi harus dibangun sepanjang aliran produk, termasuk pembangunan sub terminal agro (STA) beserta fasilitas dan peralatannya, seperti cold storage, yang sangat diperlukan untuk produk hortikultura. Selain itu, metode cross-docking dan

overnight shipping bisa menjadi alternatif penting untuk digunakan (Anonimuse)..

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentral produksi sayuran di Provinsi Sumatera Utara. Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun adalah penghasil kubis terbesar nomor dua setelah Kabupaten Karo. Kubis termasuk tanaman intensif artinya membutuhkan modal/biaya per satuan luas relatif tinggi. Areal produksi tanaman kubis hanya terdapat di beberapa kecamatan yang terletak di dataran tinggi yaitu Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Silau, Kecamatan Raya, Kecamatan D.Pardamean dan Kecamatan G.S).

(18)

Tabel 1.1 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Jennis Sayuran Menurut Kabupaten Simalungun (Ha) 2012

No Kecamatan Luas Panen Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran (Ha)

Kentang Kubis Wortel Terong Tomat Cabe Buncis

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Silimakuta 609 1.006 14 22 66 158 22

2 Pematang Silimahuta 343 735 8 8 49 93 3

3 Purba 1.596 1.584 - 19 484 1.028 391

4 Haranggaol Horison - - - - 1 22 -

5 Dolok Pardamean 26 21 9 14 49 134 15

6 Sidamanik - - - -

7 Pematang Sidamanik 6 - - 3 11 36 6

8 Girsang Sipanganbolon 9 - - - 2 13 -

9 Tanah Jawa - - - 32 -

10 Hatonduhan - - - 1 - - -

11 Dolok Panribuan - - - 7 - 21 1

12 Jorlang Hataran - - - -

13 Panei - - - 1 - 3 5

14 Panombeian Panei - - - 1

15 Raya - 24 - 20 29 49 20

16 Dolok Silou 161 108 33 107 53 592 23

17 Silou Kahean - - - 1 1 167 1

18 Raya Kahean - - - 12 -

19 Tapian Dolok - - - 2 2

20 Dolok Batu Nanggar - - - 18 - - -

21 Siantar - - - 3 - - -

22 Gunung Malela - - - 19 - 33 -

23 Gunung Maligas - - - 6 - 13 -

24 Hutabayu Raja - - - -

25 Jawa Maraja Bah Jambi - - - 22 - 24 -

26 Pematang Bandar - - - 29 - 252 -

27 Bandar Huluan - - - 24 - 379 2

28 Bandar - - - 7 - 9 -

29 Bandar Masilam - - - 11 1 11 1

30 Bosar Maligas - - - 6 - 8 -

31 Ujung Padang - - - -

Kab. Simalungun 2.750 3.478 64 348 746 3.091 493

Sumber: BPS Kabupaten Simalungun 2013

Tabel 1.1 dapat dilihat dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Silimakuta merupakan daerah yang memiliki luas panen terluas dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Dilihat dari jenis tanaman yang diusahakan di daerah tersebut, tanaman kubis merupakan tanaman terluas luas panennya yaitu sebesar 1.006 Ha.

(19)

produksi tanaman sayuran dan jenis sayuran menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun pada tahun 2011 pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Produksi Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran Menurut Kabupaten Simalungun (Ton) 2012

No Kecamatan Luas Panen Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran (Ha)

Kentang Kubis Wortel Terong Tomat Cabe Buncis

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Silimakuta 10.416 23.440 212 155 964 2.293 331

2 Pematang Silimahuta 5.866 17.125 121 56 715 1.353 45

3 Purba 27.296 36.907 - 126 7.066 14.896 5.892

4 Haranggaol Horison - - - - 15 322 -

5 Dolok Pardamean 445 489 137 98 716 1.935 226

6 Sidamanik - - - -

7 Pematang Sidamanik 103 - - 21 161 522 91

8 Girsang Sipanganbolon 154 - - - 29 190 -

9 Tanah Jawa - - - 468 -

10 Hatonduhan - - - 7 - - -

11 Dolok Panribuan - - - 50 - 305 16

12 Jorlang Hataran - - - -

13 Panei - - - 7 - 44 75

14 Panombeian Panei - - - 15

15 Raya - 559 - 141 424 704 301

16 Dolok Silou 2.753 2.516 502 758 773 8.555 347

17 Silou Kahean - - - 6 15 2.415 14

18 Raya Kahean - - - 172 -

19 Tapian Dolok - - - 29 31

20 Dolok Batu Nanggar - - - 129 - - -

21 Siantar - - - 21 - - -

22 Gunung Malela - - - 135 - 482 -

23 Gunung Maligas - - - 41 - 190 -

24 Hutabayu Raja - - - -

25 Jawa Maraja Bah Jambi - - - 155 - 346 -

26 Pematang Bandar - - - 206 - 3.669 -

27 Bandar Huluan - - - 170 - 5.519 30

28 Bandar - - - 50 - 130 -

29 Bandar Masilam - - - 78 14 159 15

30 Bosar Maligas - - - 43 - 115 -

31 Ujung Padang - - - -

Kab. Simalungun 47.033 81.036 972 2.455 10.892 44.813 7.429 Sumber: BPS Kabupaten Simalungun 2013

Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa produksi tanaman sayuran tertinggi adalah di Kecamatan Silimakuta dengan jumlah produksi tanaman sayuran kubis sebesar 23.440 ton.

(20)

bahkan salah satu produk unggulan dari kubis ini mampu menembus pasar ekspor. Berikut dapat dilihat data perkembangan ekspor Sumatera Utara komoditi kubis dan negara tujuan ekspor pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Perkembangan ekspor Sumatera Utara Komoditi Kubis dan Negara Tujuan Ekspor 2011-2012

Kode HS Negara

Berat Bersih (Kg) Nilai FOB (US$)

Jan-Maret'10 Jan-Maret'10 Perub (%) Jan-Maret'10 Jan-Maret'10 Perub (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

704901000 Jepang 12.362 - -100,00 8.532 - -100,00

Korea Selatan - 803.291 0,00 - 203.439 0,00

Singapura 2.212.083 1.588.038 -28,21 639.334 599.523 -6,23 Malaysia 2.731.668 2.725.972 -0,21 660.236 506.191 -23,33

Pakistan - 24.000 0,00 - 4.597 0,00

Subtotal 4.956.113 5.141.301 3,74 1.308.102 1.313.750 0,43

Sumber: BPS Ekspor ImporSumatera Utara 2012

Tabel 1.3, data perkembangan ekspor Sumatera Utara komoditi kubis dan negara tujuan ekspor, ekspor kubis tertinggi dari Sumatera Utara adalah ke Malaysia dan Singapura. Ekspor kubis ke Malaysia pada Januari sampai Maret 2010 sebesar 2.731.668 kg dan pada Januari sampai Maret 2011 sebesar 2.725.972 kg, hal ini mengalami penurunan ekspor sebesar 0,21 % dibanding dengan tahun 2010. Sedangkan ekspor ke Singapura pada Januari sampai Maret 2010 sebesar 2.212.083 kg dan pada Januari sampai Maret 2011 sebesar 1.588.038 kg, hal ini mengalami penurunan ekspor sebesar 28,21 % dibanding dengan tahun 2010.

(21)

kehilangan dapat ditekan secara maksimal. Untuk menjaga kualitas kubis dan kentang agar tetap segar dan tidak busuk, maka dibutuhkan mobilecoolbox sebagai

mobile pendingin sayuran. Tentunya dalam memanfaatkan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran, ada biaya yang dikeluarkan dan ada manfaat atau keuntungan yang diperoleh. Karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang studi kelayakan pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang didapat antara lain:

1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis di daerah penelitian?

2. Berapa benefit yang diperoleh dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis di daerah penelitian?

3. Apakah pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis layak di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox

dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis di daerah penelitian.

(22)

3. Untuk mengetahui apakah pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor kubis layak di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para petani sayur, pedagang sayur dan para pembaca.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sayur

Sayuran merupakan sebutan umum bagi baha biasanya mengandung kadar setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara

Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut melalui kegiatan produksi. Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses pemotongan, perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penyimpanan, penggilingan, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan. Teknologi penggilingan sangat menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Untuk itu penanganan proses penggilingan padi perlu diperhatikan secara continiu

agar permintaan konsumen dapat dipenuhi (Setyono, 1994).

(24)

dibandingkan tanaman sayuran dataran rendah. Sedangkan tanaman sayuran yang benar-benar asli dari dataran rendah jumlahnya tidak banyak sebab sebagian besar tanaman sayuran memerlukan daerah yang bersuhu dingin. Meskipun demikian, sebagian tanaman sayuran daaran tinggi sekarang telah diadaptasi menjadi tanaman sayuran daaran rendah (Seitiawan,1993).

Upaya perluasan daerah penanaman sayuran daaran tinggi semakin gencar digalakkan. Tujuannya agar penanaman jenis sayuran tidak terlalu dibatasi oleh ketinggian tempat sehingga dapat dilakukan di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun kalu daerahnya memungkinkan, tanaman sayuran akan berproduksi dengan baik jika ditanam pada ketinggian yang sesuai dengan kebutuhannya. Kesimpulannya, tanaman sayuran dataran tinggi paling cocok ditanam di dataran tinggi itu sendiri (Seitiawan,1993).

Selama ini belum diperoleh kesepakatan secara pasti mengenai batasan antara tanaman sayuran dataran tinggi dan rendah. Ada jenis tanaman yang digolongkan ke dalam sayuran dataran tinggi, ternyata bisa juga ditanam ditaran rendah atau sebaliknya. Sebagai contoh tanaman bawang putih. Tanaman umbi ini pada awalnya hanya dikenal sebagai tanaman sayuran dataran tinggi, tetapi sekarang bisa ditanam di dataran rendah. Meskipun demikian, masing-masing varietas di dalam satu jenis tanaman masih tetap bisa dibedakan. Misalnya, hanya sebagian varietas bawang putih yang dapat ditanam di dataran rendah sehingga masih bisa dibedakan dengan varietas bawang putih yang baik ditanam ditaran tinggi (Seitiawan,1993).

(25)

pertumbuhannya sebab semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka semakin rendah suhunya. Setiap kenaikan tinggi tempat 100 m maka suhu udara turun sekitar 0.5oC. Karena itu, seringkali para ahli membagi tanaman sayuran berdasarkan suhu lingkungan pertumbuhannya. Dengan menggunakan penggolongan suhu lingkungannya, tanaman sayuran dapat dibedakan menjadi tanaman sayuran bersuhu dingin dan tanaman sayuran bersuhu panas. Penggolongan berdasarkan suhu, walaupun tidak bisa dikatakan sama, hamper sama dengan penggolongan berdasarkan ketinggian tempat. Jadi, tanaman sayuran dataran tinggi biasanya juga dapat digolongkan sebagai tanaman sayuran bersuhu dingin (Seitiawan,1993).

Sebagaimana jenis tanaman hortikutura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial cukup tinggi. Kenyataan ini mudah dipahami sebab tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang senantiasa dikonsumsi setiap saat. Barangkali sulit ditemui masakan yang sama sekali bebas dari sayuran. Paling tidak walaupun tidak dijumpai dalam bentuk sayur asem, sayur lodeh, sayur sop, dan lain-lain. Sayuran masih dijumpai dalam bentuk bumbu masakan (Seitiawan,1993).

2.1.2. Peranan Mobile Coolbox dalam Ekspor Sayur

(26)

system” dalam usahanya biasanya adalah ”supermarket” atau ”hypermarket”, ataupun perusahaan yang orientasi usahanya adalah untuk tujuan ekspor (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

Dalam upaya penerapan “cooling system” di Indonesia, maka pada tahun 2008 Ditjen PPHP telah melaksanakan kegiatan pengadaan Cold Storage di 8 Provinsi. Adapun pemanfaatan Cold Storage tersebut dikhususkan untuk produk hortikultura, diharapkan kualitas produk hortikultura dapat dipertahankan untuk kurun waktu tertentu baik berupa buah-buahan maupun sayuran agar tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan Cold Storage diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat kerusakan komoditi secara alami yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani dan akhirnya akan mensejahterahkan petani (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

Menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2011), cold storage terbagi atas 2 jenis, yaitu:

1. Bangunan Cold Storage

Terdapat beberapa jenis bangunan penyimpanan, salah satunya adalah bangunan penyimpanan bersuhu dingin yang lebih dikenal dengan sebutan Cold storage. Bangunan Cold storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan sampai pada waktu dikirim ke konsumen. Pencegahan kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan.

(27)

rapat, dan memakai alat pendingin (refrigeenerator) untuk menjaga temperatur tetap rendah serta mengeluarkan udara dingin.

2. sarana angkutan berpendingin (cold storage mobile)

Tidak hanya berupa bangunan, cold storage juga terdapat pada kendaraan atau alat trasnportasi. Ada beberapa metode transportasi yang digunakan untuk memindahkan produk pertanian segar dari titik pengiriman ke pasar tujuan, antara lain :

a. Kontainer kargo udara, untuk tarnsportasi udara dan jalan raya. b. Kargo udara dan jaring, untuk transportasi udara dan jalan raya.

c. Trailer jalan raya ( mobilebox pendingin), untuk transportasi jalan raya saja. d. Piggyback trailer, untuk kreta api, jalan raya, tranportasi laut.

e. Van kontainer. Untuk kreta api, jalan raya, transportasi laut/

Sarana pengangkutan yang digunakan sesuai dengan karakteristik produk yang dimuat dan diangkut, pada suhu penyimpanan yang direkomendasikan dan kelembapan relatif untuk mempertahankan kualitas. Jenis sarana angkutan pendingin harus dipilih dengan hati-hati. Pemilihan sarana transportasi dan jenis peralatan yang digunakan harus didasarkan pada:

a. Tujuan. b. Nilai produk.

c. Tingkat rusaknya produk.

d. Jumlah produk yang akan diangkut.

(28)

g. Waktu dalam perjalanan untuk mencapai tujuan melalui udara, darat, atau transportasi laut.

Untuk skala pengangkutan yang tidak terlalu besar dan hanya menggunakan jalur darat untuk tujuan antar provinsi atau antar daerah biasanya digunakan mobile

box pendingin. Mobile box pendingin adalah salah satu jenis alat transportasi yang dilengkapi refrigeration unit dengan sistem pendingin tertutup. Secara bahasa sarana anggkutan berpendingin ini adalah kontainer yang dilengkapi dengan sistem refrigeration untuk mengawetkan atau menjaga temperature komoditi yang ada di dalamnya. Komoditi yang disimpan dalam kontainer seperti ini adalah komoditi untuk tujuan ekspor/impor. Untuk dapat beroperasi pada saat transportasi reefer menggunakan power supply diesel atau genset (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

2.1.3. Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2001).

Studi kelayakan sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit

(29)

social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2009).

Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi (Teguh, 2010).

Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan adalah menyangkut dengan beberapa aspek antara lain aspek marketing, aspek teknis produksi, aspek manajemen, aspek lingkungan, dam aspek keuangan. Dengan demikian apabila gagasan usaha/proyek yang telah dinyatakan layak dari segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali disebabkan oleh faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, terbakar, dan bencana alam lainnya yang diluar jangkuan manusia.

(30)

untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan dari investasi yang dimiliki (Ibrahim, 2009).

Berdasarkan pada uraian ini, baik studi kelayakan maupun evaluasi proyek sama-sama bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha/proyek dan hasil dari penilaian kelayakan ini merupakan suatu pertimbangan apakah usaha/proyek tersebut diterima atau ditolak dan sebagai perbedaan diantara kedua analisis ini dapat dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan serta metode penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2009).

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Biaya Produksi

Konsep biaya merupakan salah satu hal yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Secara umum, dalam akuntansi manajemen dikenal 2 (dua) golongan biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap (Anonimush).

(31)

Besarnya penerimaan merupakan total yang diterima perusahaan dari hasil penjualan. Secara singkat, formula untuk menghitung besar penerimaan yaitu:

TR = Y . Py Dimana:

TR = total penerimaan Y = produksi

Py = harga Y

Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula pendapatannya (Teguh, 2010).

2.2.2 Evaluasi Proyek

Bertujuan untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga diperlukan sekali adanya pemilihan antara berbagai macam proyek. (Anonimusi)

Menurut Soetriono (2006) evaluasi proyek menekankan pada 2 (dua) macam analisis yaitu :

a . Analisis Finansial

(32)

b. Analisis Ekonomis

Dalam analisa ekonomi yang diperhatikan ialah hasil keseluruhan berupa produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat, atau perekonomian secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut. Hasil ekonomi ini disebut "The Social Returns" atau "The Economic Returns".

1. Harga

Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market price), sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas ekonomi akan digunakan harga bayangan. beberapa cara penggunaan harga bayangan antara lain:

a. Harga Input Output Diperdagangkan

Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar. border price yang relevan untuk input dan output impor adalah harga impor CIF lepas dari pelabuhan (dikurangi segala jenis bea masuk, pajak impor, dan lain sebagainya), sedangkan pada input output yang merupakan barang ekspor maka border price yang relevan digunakan adalah harga FOB pada titik masuk pelabuhan.

b. Harga Input Tidak Diperdagangkan

(33)

c. Biaya Tenaga Kerja

Dalam pasar persaingan sempurna tingkat upah pasar mencerminkan nilai produktivitas marginalnya. Untuk tenaga kerja terdidik, upah tenaga kerja bayangan sama dengan upah pasar (finansial), sedangan tenaga kerja tidak terdidik dengan anggapan belum bekerja sesuai dengan tingkat produktivitasnya, maka harga bayangan upahnya disesuaikan terhadap harga upah finansialnya yaitu sebesar 80 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian mengacu pada Suryana (1980) dalam Siregar (2009).

d. Nilai Tukar Valuta Asing

Penetapan nilai tukar Rupiah didasarkan atas perkembangan nilai tukar mata uang asing yang menjadi acuan. Untuk menentukan harga bayangan nilai tukar digunakan formula yang telah di rumuskan oleh Squire Van der Tak (1982) yang diacu dalam Gitingger (1986), bahwa penentuan harga bayangan nilai tukar mata uang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Dimana,

SER : Nilai Tukar Bayangan (Rp.US$) OER : NIlai Tukar Resmi (Rp/US$) SCFt : Faktor Konversi Standar

(34)

Dimana,

SCFt : Faktor konversi standar untuk tahuk ke-t Xt : Nilai Ekspor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp) Mt : Nilai Impor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp)

Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t (Rp) Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t (Rp) 2. Pajak

Pembayaran pajak dalam analisis finansial akan dikurangkan pada manfaat proyek atau dianggap sebagai biaya. Sedangkan pada analisis ekonomi pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit proyek yang diserahkan pada pemerintah untuk kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, dan oleh karena itu dianggap sebagai biaya.

3. Subsidi

Didalam analisis finansial, subsidi (pengurangan pajak, pembatasan pajak impor terhadap bahan baku, dapat pula berupa sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan proyek yang bersangkutan) akan mengurangi biaya proyek, jadi menambah benefit proyek, sedangkan pada analisis ekonomi subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab bertambahnya keuntungan oleh karena itu tidak dihitung.

(35)

selama umur ekonomis proyek (in the future) nilainya saat ini (at present = t0) diukur dengan nilai uang sekarang (present value) (Soetriono, 2006).

2.2.3 Kriteria Investasi

Kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk

present value selama umur ekonomis proyek (Ibrahim, 2009).

Menurut Ibrahim (2009), ada beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan, yaitu :

a. Net Preset Value (NPV)

Net present value adalah kriteria investasi yang digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Secara singkat, formula untuk menghitung NPV yaitu:

Dimana:

Bt = Penerimaan total Ct = Biaya total i = Interest rate

Dengan kriteria:

(36)

b. Ekonomi Internal Rate of Return (EIRR)

Ekonomi Internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan nol. Dengan demikian apabila hasil perhitungan EIRR lebih besar dari Opportunity Cost of Capital (OCC) dikatakan proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan OCC berarti pulang pokok dan bila di bawah OCC proyek/usaha tersebut tidak layak. Secara singkat, formula untuk menghitung EIRR yaitu:

) (

( 1 2 1 2

1

1 i i

NPV NPV

NPV i

EIRR

− +

=

Dengan kriteria:

Bila EIRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan.

Bila EIRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

c. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Secara singkat, formula untuk menghitung B/C yaitu:

Dimana: NB = Net benefit

Dengan kriteria:

(37)

Menurut Gitingger dan Hans (1993), analisa sensitifitas adalah menganalisa kembali suatu proyek untuk melihat apa yang akan terjadi pada proyek tersebut bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan dating, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu:

a. Perubahan harga jual produk b. Keterlambatan pelaksanaan proyek c. Kenaikan biaya.

d. Perubahan Volume Produksi. 2.3. Kerangka Pemikiran

(38)
[image:38.595.129.495.69.360.2]

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pengadaan Mobilee Coolbox dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Sayuran Kubis

Keterangan:

: Menyatakan hubungan : Menyatakan perbandingan

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian yang dapat ditarik yaitu :

1. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran di daerah penelitian tinggi.

Perkembangan Pemasaran Sayur

Ekspor Sayur

Sifat perishable

Biaya Penganggkutan Manfaat

MobileCoolbox

(39)

2. Benefit yang diperoleh dari pengadaan mobilecoolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran di daerah penelitian tinggi.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive atau secara sengaja, yaitu di Desa Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Pertimbangannya adalah karena daerah ini merupakan salah satu desa penghasil sayur, dimana pemasarannya sampai diekspor ke Singapura dan Malaysia dengan

mobilecoolbox sebagai sarana transportasi.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus slovin (Umar, 2004).

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai presisi

(41)

2 ) 15 . 0 )( 500 ( 1

500 +

=

n

43

= n

Jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 43 petani. Jumlah ini dipilih karena dianggap cukup mewakili gambaran pengadaan

mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran kubis 3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada sampel yaitu anggota kelompok tani dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara serta literatur-literatur lainnya.

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Ekonomi yaitu dengan Harga Bayangan (Shadow Price)

(42)

Dimana:

SER : Nilai Tukar Bayangan (Rp.US$) OER : NIlai Tukar Resmi (Rp/US$) SCFt : Faktor Konversi Standar

Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut :

Dimana:

SCFt : Faktor konversi standar untuk tahuk ke-t Xt : Nilai Ekspor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp) Mt : Nilai Impor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp)

Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t (Rp) Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t (Rp)

Untuk melihat harga komoditas perdagangan internasional pada analisis ekonomi, dapat dilihat dari status komoditas dalam perdagangan internasional (ekspor/impor). Berikut beberapa pendekatan penentuan harga :

a. Harga diperkirakan atas dasar harga di negara lain yang terdekat.

(43)

c. Diturunkan dari harga FOB negara pengekspor dengan menambahkankan semua biaya, seperti biaya asuransi,transportasi, pajak impor, biaya handling

di pelabuhan, sampai diperolehharga komoditas impor di lokasi usaha.

[image:43.595.119.512.282.484.2]

Catatan: Harga FOB dan CIF dapat diperoleh dari Bank Dunia (Price Prospects for Major Primary Commodities) atau FAO, yang direview oleh Depperindag atau Deptan.Berikut diagram penentuan shadow price untuk traded goods.

Gambar 3.1 Diagram Penentuan Shadow Price untuk Traded Goods 3.4.2 Analisis Biaya

Untuk menganalisis masalah (1), diuji untuk menganalisis biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran. Untuk menganalisisnya digunakan analisis biaya (Sukirno, 2005):

TC = TFC + TVC Dimana,

(44)

TVC = Biaya Tidak Tetap/Variabel (Rp)

Untuk menganalisis masalah (2), diuji untuk menganalisis apakah manfaat yang diperoleh dari mobile coolbox dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Untuk mengetahuinya digunakan metode deskriptif. Dimana data akan diperoleh melalui kuisioner yang akan ditanyakan kepada sampel. Serta dihitung berapa nilai yang diperoleh baik dari segi harga maupun volume produk setelah adanya mobile coolbox dengan sebelum adanya mobile coolbox. Dengan kata lain,

benefit dapat dihitung sebagai berikkut:

Benefit = Nilai sesudah proyek – Nilai sebelum proyek

3.4.3. Analisi Kelayakan

Untuk menganalisis masalah (3), diuji untuk menganalisis kelayakan pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran. Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria finansial, yaitu Net Present Value

(NPV), Ekonomi Internal Rate of Return (EIRR),Benefit Cost Ratio (B/C), dan analisis sensitivitas, sedangkan pengolahan data secara kualitatif denganmenggunakan analisis deskriptif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek teknis dan aspek manajemen.

(45)

seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim, 2009).

Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return). NPV menetapkan tingkat penerimaan yang ditargetkan seperti discount factor atau

discount rate, kemudian menentukan apakah tingkat itu dicapai dengan melihat apakah nilai nol atau positif (Soetriono, 2006).

1) Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV adalah selisih antara present value dari arus benefit dikurangi present value dari arus cost

(Soekartawi, 1996).

Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya total yang dikeluarkan (keadaan BEP atau TC=TB). NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

( )

1

NB

NPV

n

1 i

1

=

+

=

n

i

Dimana :

(46)

n = Tahun (Waktu)

2) Ekonomi Internal Rate of Return (EIRR)

Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan, digunakan analisis EIRR. EIRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan proyek (Soekartawi, 1996). Penggunaan investasi akan layak jika diperoleh ERR yang persentasenya lebih besar dari tingkat OCC yang ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan. Demikian juga sebaliknya, jika ERR lebih kecil dari tingkat OCCyang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan.

EIRR= i1 +

[

]

( )

NPV -NPV

NPV

1 2 2 1

1

i i

Dimana :

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

3) Benefit Cost Ratio (B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif (Soekartawi, 1996).

(47)

/DF B C /DF C B B/C

Net n

1 t t t t n 1 t t t t

= = − − = Dimana :

Bt = Benefitpada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat bunga yang berlaku t = Jangka waktu proyek/usahatani n = Umur proyek/usahatani

Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan

Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau TR=TC

Kelayakan usaha ditentukan dengan mempertimbangkan alat analisis tersebut dimana usaha tersebut layak apabila:

NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan.

Net B/C > 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan.

4) Analisa Sensitifitas

(48)

ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akanterjadi dimasa yang akan datang, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu:

a. Perubahan harga jual produk. b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. c. Kenaikan biaya.

d. Perubahan volume produksi. 3.4.4. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dilakukan secara kualitatif deskriptif. Analisis aspek teknis ini dilihat darioperasional mobile coolbox yang meliputi proses kegiatan produksi dan aliran bahan produk hortikultura di dalam mobile coolbox. Aspek teknis dikatakan layak jika teknis kegiatan produksi pada mobile coolbox berjalan lancar dan teratur sesuai aliran bahan yang digunakan, sehingga dapat memberikankelangsungan produksi yang baik bagi pelaku mobile coolbox.

3.4.5 Aspek Manajemen

Aspek manajemen dilakukan secara kualitatif deskriptif pada manajemen

(49)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

1. Ekspor sayur adalah kegiatan menjual sayur ke luar negeri.

2. Mobile coolbox adalah mobile pendingin yang berfungsi untuk menjaga kualitas sayur agar tetap segar.

3. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

4. Pendapatan adalah jumlah penerimaan setelah dikurangi total biaya.

5. Studi kelayakan adalah bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.

6. Layak adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan memberi manfaat atau benefit baik dalam arti finansial benefit

maupun dalam arti sosial benefit. 7. Refrigeratior adalah alat pendingin. 8. Benefit adalah manfaat.

3.5.2. Batasan Operasional

(50)

2. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani dari Gapoktan Dolok Mariah.

(51)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Simalungun terletak antara 2.36 - 3.18 LU dan 98.32 - 99.35

BT, berada pada ketinggian 20 – 1.400 m diatas permukaan laut. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 km2 atau 6,12% dari luas propinsi Sumatera Utara dan terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 329 desa dengan ketinggian tempat antara 20 – 1.400 m diatas permukaan laut.

Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang dan suhu tertinggi terdapat pada bulan Juli dengan rata-rata 26,4 C. Rata-rata suhu udara tertinggi pertahun adalah 29,3 C dan terendah 20,6 C kelembapan udara rata-rata

perbulan 84,2% dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 87,42% dengan penguapan rata-rata 3,35 mm/hari. Dalam 1 tahun rata-rata terdapat 16 hari curah hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September dan Oktober sebanyak 22 hari hujan, kemudian bulan Maret sebanyak 21 hari curah hujan. Curah hujan terbanyak terdapat pada bulan September sebesar 574 mm (Badan pusat Statistik, 2012).

(52)

4.2. Gambaran Daerah Penelitian 4.2.1. Kecematan Silimakuta

Kecamatan Silimakuta merupaka suatu kecamatan yang berada di kabupaten Simalungun. Kecamatan ini memiliki Luas 77,50 km2. Dengan jumlah penduduk 13.611 jiwa dan kepadatan penduduk 176 orang/ km2.

4.2.2 Desa Seribu Dolok

Desa Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta terletak 64 km dari Raya, Ibukota Kabupaten Simalungun. Kelurahan Seribu Dolok mempunyai luas wilayah

2060 ha (20.600.000 m2) dan berada pada ketinggian 1400 m dpl dengan topografi datar, bergelombang dan berbukit. Secara administrasi Kelurahan Seribu Dolok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purba Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sibangun Meriah Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tua

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pematang Silimakuta.

(53)

4.3 Keadaan Penduduk

[image:53.595.103.516.209.268.2]

Desa Seribu Dolok terdiri dari 5 dusun dengan jumlah pendduduk 6536 jiwa, jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1365 KK.

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 3280 50,18%

2 Perempuan 3256 49,82%

Jumlah 6536 100%

Sumber : Gapoktan Desa Seribudolok

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3280 jiwa atau persentase sebsar (50,18%), sedangkan perempuan sebanyak 3256 jiwa atau persentase sebesar (49,82%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang terbanyak berjenis kelamin laki-laki, yaitu 50,18%. Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Seribu

Dolok Tahun 2012

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 1059 48,09

2 Pedagang 254 11,53

3 PNS 471 21,39

4 Buruh Tani 415 18,85

5 Pengusaha Ternak 3 0,14

Jumlah 2202 100,00

Sumber :BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu Dolok dalam Angka,2012

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa mayoritas penduduk Desa Saribudolok mempunyai

mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1059 jiwa (48,09%). Penduduk dengan

sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 415 jiwa ( 18,85%). Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian. Penduduk

(54)

mata pencahariannya pedagang yaitu sebanyak 254 jiwa ( 11,54%). Penduduk yang

menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling sedikit terdapat di Desa Saribudolok

yaitu sebanyak 3 jiwa (0,14%). Lembaga pembiayaan cukup banyak terdapat di daerah ini.

Lembaga keuangan meliputi bank dan Bank Perkereditan Rakyat (BPR) ada 4 buah dan

lembaga bukan bank ada 4 buah seperti Credit Union dan Koperasi.

4.4 Sarana dan Prasarana

[image:54.595.110.514.383.543.2]

Sarana dan prasarana mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik sarana dan prasarana desa, maka kemajuan desa akan cepat tercapai. Untuk mengetahui sarana dan prasaarana yang ada di Desa Seribudolok dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3. Sarana dan prasarana di Desa Seribudolok Tahun 2012

No Uraian Jumlah (Unit)

1 Gudang Pertanian 22

2 Kilang Padi Besar 3

3 Bengkel Mobil 9

4 Mobile Coolbox 1

5 Truck 98

6 Becak Motor 112

7 Bank 6

8 Koperasi Unit Desa (KUD Harapan Tani) 1

s9 Pasar Umum dan Pasar sayuran 2

Sumber : Gapoktan Desa Seribudolok

[image:54.595.116.518.386.543.2]
(55)

4.5 Karakteristik Responden 4.5.1. Gapoktan Dolok Mariah

Gapoktan Dolok Mariah merupakan Gapoktan dari Desa Seribudolok, yang beranggotakan 500 petani dengan 25 kelompok tani. Struktur Gapoktan Dolok Mariah :

Ketua : Zainal Abidin Sekretaris : Paskasius Sipayung Bendahara : Horasman Sinaga

[image:55.595.112.538.428.736.2]

nama kelompok tani beserta rincian jumlah anggota yang tergabung dan nama ketua di setiap kelompok dalam Gapoktan Dolok Mariah pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Petani Menurut Kelompok Tani di Desa Seribudolok

No. Nama Kelompok Jumlah Anggota (Orang) Ketua

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Maduna Tani Pinarasan Kanan Tani Halabas Makmur Jaya Cahaya Tani Bukit Indah Singgalang Jaya Wanita Tani Sapan Riah Penabur Serasi Bintang Terang Silodok Karya Tani Halabas Karya Bersama Bina Tani Konco Permata 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 K. Sumbayak J. Purba P.T. Saragih P. Girsang

Jhon Fredi Sinaga L. Girsang Zainal Abidin J. Damanik Nimpan Barus J. Saragih Monang Sialagan R. Saragih D. Purba S. Saragih S. Sipayung K.S. Saragih R.J. Girsang P.Sipayung Paskasius Sipayung Antima Girsang

Jumlah 500

(56)

4.5.2 Tingkat Usia

[image:56.595.114.401.249.337.2]

Berdasarkan usia responden pada usahatani kubis, rata-rata usia petani adalah 44,60 tahun. Data mengenai usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Tingkat Usia Petani Responden

Kisaran Usia (Tahun) Jumlah (Orang) ≤ 40

41-50 51-60 > 60

17 20 5 1

Jumlah 43

Sumber : Lampiran 1

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa paling banyak petani berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 20 orang dan paling sedikit berusia > 60 tahun yaitu 1 orang

4.5.3 Pengalaman Berusahatani

[image:56.595.116.419.552.639.2]

Tingkat pengalaman berusahatani menggambarkan berapa lama petani telah berkecimpung dalam usahatani yang sekarang sedang dijalani. Data mengenai pengalaman bertani petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Lama Berusahatani Petani Responden

Kisaran Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) ≤ 10

11-20 21-30 > 30

7 21 10 5

Jumlah 43

Sumber : Lampiran 1

(57)

4.5.4 Lahan Usahatani

[image:57.595.112.509.244.330.2]

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata luas lahan petani kubis adalah seluas 0,63 ha. Data mengenai luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Luas Lahan yang Dimiliki oleh Petani Responden

Luas Lahan (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

< 0,5 0,5-1 > 1

19 21 3

Jumlah 43 100

Sumber : Lampiran 1

(58)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Analisis Kelayakan Ekonomi Pengadaan Mobile Coolbox 5.1.1. Penentuan Harga Bayangan

5.1.1.1. Harga Bayangan Mobile Coolbox

Harga ekonomi untuk mobile coolbox Dapat Dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Harga Ekonomi Mobile Coolbox

Uraian Nilai

Fob Mobile coolbox 60,000,000.00

Biaya pengapalan, biaya bongkar muat, asuransi 18,000,000.00 Handling di pelabuhan Harumi 1,530,000.00 Biaya transportasi dari jepang ke Indonesia 7,500,000.00 Tarif Impor di Indonesia 170% 102,000,000.00 Handling di pelabuhan Belawan 2,116,000.00 Biaya Transportasi lokal 1,400,000.00 Nilai Ekonomi Mobile Coolbox 192,546,000.00

Sumber : Lampiran 1

Menurut Tabel 5.1 harga Ekonomi Mobile Coolbox sebesar Rp 192.546.000. Harga ini diperoleh dari penjumlahan nilai Fob Mobile Coolbox

(59)

5.1.1.2 Harga Bayangan Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja ini merupakan biaya dalam pengadaan Mobile Coolbox

dalam rangka Ekspor sayuran. Upah tenaga kerja ini dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 5.2. Harga Ekonomi Tenaga Kerja.

Jenis Tenaga Kerja Harga Finansial Harga Ekonomi

Supir Rp 375.000 Rp 300.000

Bongkar muat Rp 87.500 Rp 70.000

Packing house Rp 75.000 Rp 60.000

[image:59.595.110.501.278.392.2]

Sumber : Lampiran 5

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa harga dari jenis tenaga kerja berbeda-beda. Tenaga kerja yang digunakan di dalam studi kelayakan pengadaan mobile coolbox iniadalah tenaga kerja yang umumnya tidak terdidik sehingga perhitungan harga bayangan tenaga kerja tersebut yaitu sebesar 80 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Seperti tenaga kerja untuk supir, harga finansial untuk supir sebesar Rp 375.000, karena tenaga kerja tersebut tidak terdidik maka upah yang berlaku untuk supir dikalikan dengan 80%, sehingga upah ekonomi yang berlaku untuk supir menjadi sebesar Rp 300.000. Begitu juga dengan tenaga kerja bongkar muat dan tenaga kerja di packing house.

5.1.1.3 Harga Bayangan Kubis

(60)

biaya transportasi dan tata niaga. Sedangkan untuk output yang tidak diperdagangkan di pasaran internasional harga ekonominya sama dengan harga pasar domestik.

Pada Lampiran 2 Diperoleh nilai tukar bayangan (SER) sebesar Rp 12.815,18 dan pada Lampiran 3 didapatkan nilai CIF kubis sebesar $200/ton, jika di konversikan kedalam rupiah maka $200 x Rp 12.815,18 maka harga CIF kubis sebesar Rp 2.563.036/ton, atau sebesar Rp 2.563,04/kg. Dengan demikian nilai ekonomi kubis jika dikurangi dengan handling di pelabuhan, asuransi, dam transportasi, maka nilai ekonominya sebesar Rp 2.110,46

5.2 Pembahasahan Hasil Penelitian 5.2.1 Rencana Pembiayaan Proyek

Biaya adalah pengeluaran untuk pelaksanaan proyek, operasi serta pemeliharaan proyek. Biaya proyek pengadaan mobile coolbox dibagi menjadi dua, yaitu biaya Investasi dan biaya OP (Operasional dan Pemeliharaan).

5.2.1.1 Biaya Investasi

[image:60.595.117.509.637.750.2]

Biaya investasi ini termasuk didalamnya biaya mobile serta biaya bangunan garasi. Adapun biaya investasi pengadaan mobile coolbox di Desa Seribudolok adalah sebesar Rp 293.320.600. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Biaya Investasi Mobile Coolbox.

Uraian Unit Luas (m2) Harga (Rp) Total (Rp)

Mobile Elf 1 - 192,546,000 192,546,000 Coolbox 1 - 52,000,000 52,000,000 Biaya Sertifikat 1 - 19,254,600 19,254,600 263,800,600 Garasi

(61)

Total 293,320,600

Sumber :Lampiran 4

5.2.1.2 Biaya Operasional dan Pemeliharaan

Biaya Operasional dan Pemeliharaan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk proses pengoperasian maupun pemeliharaan mobile itu sendiri, baik biaya pergantian peralatan maupun perbaikan bagian-bagian dari mobile yang mengalami depresiasi fungsi sehingga dapat beroperasi selama umur fungsional mobile. Biaya ini diasumsikan setiap lima tahun sekali nilainya meningkat sebesar 5 persen. Rincian biaya operasional selama 10 tahun dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.2.1.3. Total Biaya

Total biaya adalah penjumlahan biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan. Data tersebut bisa dilihat pada Lampiran 5. Dari Lampiran 5 dapat dilihat total biaya untuk pengadaan mobile coolbox sebesar Rp 863.732.200.

5.2.2 Manfaat Pengadaan Mobile Coolbox 5.2.2.1 Manfaat Langsung

Manfaat langsung yang diperoleh dengan adanya pengadaan mobile coolbox ini adalah manfaat hasil pertaniannya, yaitu peningkatan penjualan produk hortikultura (dalaam penelitian ini dikhususkan untuk komoditi kubis) serta meningkatnya harga jual produk.

5.2.2.1.1. Manfaat Hasil Pertanian

(62)

proyek dengan manfaat tanpa adanya proyek pengadaan Mobile Coolbox. Manfaat pertanian tanpa adanya proyek pengadaan Mobile Coolbox dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Pendapatan Pertanian Tanpa Adanya Proyek Pengadaan Mobile Coolbox.

Volume 7.000

Presentase Kerusakan (10%) 0.10

Jumlah Kerusakan 700

Total Produk Bagus 6.300

Harga Jual Rp 1.100

Volume pengiriman produk bagus dalam 1 tahun

655.200

Penerimaan dalam 1 tahun Rp 720.720.000

Total Biaya Rp 660.354.000

Pendapatan Rp 60.366.000

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa pendapatan sebelum proyek pengadaan mobile coolbox adalah sebesar Rp 60.366.000. Dengan adanya proyek pengadaan mobile coolbox diharapkan volume penjualan kubis dapat meningkat dan diikuti peningkatan harga jual produk. Pendapatan pertanian yang diestimasikan setelah adanya proyek ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Pendapatan Pertanian dengan Adanya Proyek Pengadaan Mobile Coolbox.

Volume 7.000

Presentase Kerusakan (1%) 0.10

Jumlah Kerusakan 70

Total Produk Bagus 6.930

Harga Jual Rp 2.110,46

Volume pengiriman produk bagus dalam 1 tahun

720.720

Penerimaan dalam 1 tahun Rp 1.521.052.949

Total Biaya Rp 863.732.200

Pendapatan

Gambar

Tabel 1.1 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Jennis Sayuran Menurut Kabupaten Simalungun (Ha) 2012
Tabel 1.2 Produksi Tanaman Sayuran dan Jenis Sayuran Menurut Kabupaten Simalungun (Ton) 2012
Tabel 1.3 Perkembangan ekspor Sumatera Utara Komoditi Kubis dan Negara Tujuan Ekspor 2011-2012
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pengadaan Mobilee
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Validasi yang dimaksud disini adalah proses pengujian data yang dalam penanganan database biasanya dilakukan saat pemasukan dan pengubahan data. Pada saat pemasukan data, program

[r]

Berdasar hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh LDR terhadap ROA pada bank dengan total asset diatas 1 trilyun, menunjukan bahwa secara partial variabel

Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan

The process of mediation is seen, con- ceptually, to connect the interrelations among several dimensions including the symbolic nature of a political struggle and its material

soxhlet dikembalikan ke labu didih. Proses dilanjutkan dengan distilasi etanol dari minyak dengan suhu pemanas mantel 200 o C hingga ¾ sirkulasi. Etanol hasil distilasi

TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI..