• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Naungan Dan Pemberian Iaa Terhadap Pertumbuhan Setek Mucuna Bracteata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Naungan Dan Pemberian Iaa Terhadap Pertumbuhan Setek Mucuna Bracteata"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

N3A2 N0A0 N1A1 N2A0

N3A1 N0A2 N1A0 N2A1

UN3A0 N0A1 N1A2 N2A2

N3A0 N1A0 N0A0 N2A0

N3A1 N1A1 N0A2 N2A2

N3A2 N1A2 N0A1 N2A1

N2A2 N3A1 N0A2 N1A0

N2A1 N3A0 N0A0 N1A1

N2A0 N3A2 N0A1 N1A2

(2)

Lampiran 2. Bagan Plot

100 cm

100 cm

(3)

Lampian 3. Jadwal kegiatan penelitian

X = Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan Mingguke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 PersiapanLahan X

2 Persiapan media

tanam X

3 Penanaman X

4 Pemeliharaan tanaman

Penyulaman X

Penyiraman Disesuaikandengankondisi di lapangan Penyiangan Disesuaikandengankondisi di lapangan

Pemupukan X

5 Pengukuran intensitas

cahaya X X X

6 Pengamatan parameter

7 Persentasi tumbuh

tunas X X

8 Panjang tunas X X X X X X

9 Jumlah cabang primer X X X X X X

10 Panjang ruas batang

utama X X X X

11 Diameter batang

(4)

Lampiran 4. Data Pengamatan Internsitas Cahaya (%)

Pengamatan di Luar Paranet Pengamatan di Dalam Paranet

Pengamatan Intensitas Cahaya (lux) Pengamatan Intensitas Cahaya (lux) Intensitas Cahaya (%)

Pengamatan 3 MST (Tanggal 22 Juli 1015)

NAUNGAN

Pengamatan 5 MST (Tanggal 5 Agustus 2015)

NAUNGAN

Pengamatan 7 MST (Tanggal 19 Agustus 2015)

(5)

Lampiran 5. Data pengamatan tinggi tanamanMucuna bracteata 3 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 6.Sidik ragam tinggi tanamanMucuna bracteata 3 MST

(6)

Lampiran 7. Data pengamatan tinggi tanaman Mucuna bracteata 4 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 8.Sidik ragam tinggi tanamanMucuna bracteata 4 MST

(7)

Lampiran 9.Data pengamatan tinggi tanamanMucuna bracteata 5 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 10.Sidik ragam tinggi tanamanMucuna bracteata 5 MST

(8)

Lampiran 11.Data pengamatan tinggi tanamanMucuna bracteata 6 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 12.Sidik ragam tinggi tanamanMucuna bracteata 6 MST

(9)

Lampiran 13.Data pengamatan tinggi tanamanMucuna bracteata 7 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 14.Sidik ragam tinggi tanaman Mucuna bracteata 7 MST

(10)

Lampiran 15.Data pengamatan tinggi tanaman Mucuna bracteata 8 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 16.Sidik ragam tinggi tanaman Mucuna bracteata 8 MST

(11)

Lampiran 17. Data pengamatan panjang ruas batang utamatanaman

Mucuna bracteata5 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(12)

Lampiran 19.Data pengamatan panjang ruas batang utamatanaman

Mucuna bracteata 6 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(13)

Lampiran 21.Data pengamatan panjang ruas batang utamatanaman

Mucuna bracteata 7 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(14)

Lampiran 23.Data pengamatan panjang ruas batang utamatanaman

Mucuna bracteata8 MST (cm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(15)

Lampiran 25. Data pengamatan diameter batangtanaman Mucuna bracteata 8 MST (mm)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 26. Sidik ragam diameter batangtanaman Mucuna bracteata 8 MST

(16)

Lampiran 27. Data pengamatan jumlah cabang primertanaman Mucuna bracteata 5 MST

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(17)

Lampiran 29.Data pengamatan jumlah cabang primertanaman Mucuna bracteata 6 MST

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(18)

Lampiran 31. Data pengamatan jumlah cabang primertanaman Mucuna bracteata 7 MST

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(19)

Lampiran 33. Data pengamatan jumlah cabang primertanaman Mucuna bracteata 8 MST

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

(20)

Lampiran 35. Datapengamatan volume akartanaman Mucuna bracteata (cm3)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 36. Sidik ragam volume akartanaman Mucuna bracteata

(21)

Lampiran 37. Data pengamatan berat basah tajuktanaman Mucuna bracteata(g)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 38. Sidik ragam berat basah tajuktanaman Mucuna bracteata

(22)

Lampiran 39. Data pengamatan berat kering tajuktanaman Mucuna bracteata (g)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 40. Sidik ragam berat kering tajuktanaman Mucuna bracteata

(23)

Lampiran 41. Data pengamatan berat basah akartanaman Mucuna bracteata (g)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 42. Sidik ragam berat basah akar tanaman Mucuna bracteata

(24)

Lampiran 43. Data pengamatan berat kering akartanaman Mucuna bracteata (g)

PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN

1 2 3

Lampiran 44. Sidik ragam berat kering akar tanaman Mucuna bracteata

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1994. Dasar–dasar Pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung.

Amanah, S. 2009. Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper nigrum Linnaeus) Pada Beberapa Macam Media dan Konsentrasi Auksin. Universitas Sebelas Maret. Hal 39.

Chong, D. T., K. F. Ng dan I. Tajuddin. 1994. Evaluation Of Selected Forage Species In Rubber Plantation For Sheep Production.Paper Presented At 7th Animal Science Congress Of Australian-Asia Animal Production System Societies, Bali –Indonesia, july 11-16

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.

Davies, J.P., 1995. Plant Hormones, Physiology Biochemistry and Molecular Biology. Dortrech: Kluwar Academic Publisher

D.C dan W. Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka, Tanggerang.

Dutta, A.C. 1970. Botany for Degree Student.Oxfort University Press. England.

Fathonah, D. 2008. Pengaruh IAA Dan GA3 Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Saponin Tanaman Purwaceng (Pimpinella alpina, Molk).Tesis Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Gardner, P. Franklin,. Pearce, Brent R,.dan Mitchell, L. Roger. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo; pendamping Subiyanto.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Harahap, I.Y dan Subroto. 2002. “Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna

bracteata pada pertanaman kelapa sawit”. Warta Pusat Penelitian Kelapa

Sawit. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10(1): 1-6.

Harahap, I. Y., T. C. Hidayat, G. Simangunsong, E. S. Sutarta, Y. Pangaribuan, E. Listia, dan S. Rahutomo. 2008. Mucuna bracteata: Pengembangan dan Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute). Medan.

HartmandanKester.1983.PlantPropagationPrincipleandPractise.Prentice Hal 1. Internasional Inc. Engelwoods Clifs, New Jersy.

(26)

Hidayatullah, S. 2013. Uji Kombinasi Pemberian Beberapa Konsentrasi IAA dan IBA dengan Teknik Perendaman pada Stek Batang Melati Gambir (Jasminum officinale L.). Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hal 1.

Irwanto.2006.PengaruhperbedaannaunganterhadapPertumbuhansemaiShoreaspdi persemaian Tesis.SekolahpascasarjanaUGMJurusanilmu-ilmu pertanian.Program studi ilmu kehutanan,Yogyakarta

Khuluq, A.D. 2013. Stimulasi Akar dan Tunas Tebu pada Benih Tebu dengan Inkubasi Lapang.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Situbondo.Hal. 10.

Lakitan, B.1994.Dasar-Dasar Klimatologi.Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Manurung, S. D. 1987. Status dan Potensi ZPT Rootone-F serta prospek Penggunaan Rootone-F Dalam Perbanyakan Tanaman. Departemen Kehutanan, Jakarta.

Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.

Noggle, G. R. And G. J. Fritz. 1983. Introductory Plant Physiology, New Jersey; Prentice.Hall.Inc.

Purwanto, Imam. 2011.Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. KanisiusYogyakarta.

Puttileihalat.M,2001.PengaruhRootone-FdanUkuranDiameterStekTerhadap

PertumbuhanTunasDariStek Pulai Gading (Alstonia scholaris, R.Br) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.Rahardja,

Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1995. Plant Physiology Second Edition. Sworth Publishing Company Inc., Belmonth.

Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap. 2004. Penggunaan

Mucunabracteata pada Kelapa Sawit: Pengalaman di Kebun Tinjowan

Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV. Warta PPKS 2004. Vol. 12(2-3): 15-22.

Setyowati, N. 2011.Pengaruh Intensitas Cahaya dan Media TanamTerhadap Pertumbuhan Bibit Rosella. Jurnal Agrivigor, vol. 10 (2) :218-227

Setyowati, N. dan N.W. Utami. 2009. Respon pertumbuhan bibit

Picrasma javanica Blume terhadap intensitas naungan dan media tanam.

(27)

Siagian, N. 2003.Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Medan.

Widiastoety,D.danFarid,A.Bahar.1995.PengaruhIntensitasCahayaterhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium.J. Hort.5(4): 72-75.

Widiastuti, L., Tohari, dan E. Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian, vol. 11 (2) : 35-42.

Wrigley,G. 1982.TropicalAgriculture theDevelopmentofProduction.Fourth Edition.Longman,New York.

Wudianto, R. 1999. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian rakyat Desa Sendang Rejo,

Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat dengan ketinggian ± 50 meter diatas

permukaan laut dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2015

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bagian vegetatif

tanaman mucuna, sub soil,polybag berukuran 25x15 cm dan naungan paranet

(persentase 0%, 25%, 50%, 75%), IAA (Indole Acetic Acid) sebagai perangsang

pertumbuhan, air untuk perlakuan melarutkan IAA.

Bambusebagaikerangkanaungan, sertabahan lain yang mendukung dalam

pelaksanaan penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

penggaris untuk mengukur tinggi tunas, meterán, alat tulis, timba, label, oven

untuk mengeringkan tanaman, timbangan analitik untuk menimbang tanamandan

peralatan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) Faktorial

dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Persentase Naungan, yaitu :

N0 : Tanpa Naungan

(29)

N2 : Naungan 50%

N3 : Naungan 75%

Faktor II : Konsentrasi IAA, yaitu :

A0 = 0 ppm (direndamdengan air saja)

A1 = 100 ppm

A2 = 200 ppm

Maka diperoleh 12 kombinasi, yaitu :

N0A0 N1A0 N2A0 N3A0

N0A1 N1A1 N2A1 N3A1

N0A2 N1A2 N2A2 N3A2

Jumlahulangan (blok) : 3 ulangan

Jumlah petak utama : 12 petak

Jumlahpetak : 36petak

Jumlah tanaman per anak petak : 10 tanaman

Jumlah tanaman per petak utama : 30 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 360 tanaman

Jumlah sampel per anak petak : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

Jarak antar anak petak : 30 cm

Jarak antar petak utama : 50 cm

(30)

Data

hasilpenelitiandianalisisdenganmenggunakansidikragamdenganmodel linear

sebagaiberikut :

Yijk= µ + Bk + Ni + εik +Aj+ (NA)ij+σijk

i = 1,2,3,4 j = 1,2,3 k = 1,2,3,

Dimana:

Yijk : Hasilpengamatan akibatperlakuan Intensitas Naungan (N) taraf ke-i dan

pengaruh Konsentrasi IAA (A) taraf ke-j pada ulangan ke-k.

µ : Nilai tengah umum.

Bk : Efek dari blok ke-k.

Ni : Efek perlakuan Intensitas Naungan (N) pada jenis ke-i.

εik : pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor N taraf ke-ipada kelompok ke-k.

Aj : Efek Konsentrasi IAA (A) pada jenis ke-j,

(NA)ij :Pengaruh Interaksi antara Intensitas Naungan (N) taraf ke-i dan

Konsentrasi IAA (A) jenis ke-j,

σijk : Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh

Interaksi antara Intensitas Naungan (N) taraf ke-i dan

Konsentrasi IAA (A) jenis ke-j pada kelompok ke-k.

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata

dilanjutkan dengan menggunakan UjiBeda Nyata Terkecil (BNT)dengan taraf 5 %

(31)
(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembuatan plot dan naungan. Lahan yang akan

digunakan diukur,kemudiandibersihkandari gulma.Dibuatplotdengan ukuran 100

x 100 (cm)

Pembuatan Naungan

Dipasangkerangkanaungandari bambuataukayudenganketinggian sekitar

0,8 m dari permukaantanah.Ukuranpanjangdanlebarnaungan disesuaikan dengan

ukuran plot percobaan.Naungandibuatdenganmenggunakanparanet.

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan yaitu top soil : kompos : pasir (4:1:1). Media yang

telah disediakan diayak terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan

penghomogenan,Kemudian media disterilkan dengan fungisida .Polibag yang

digunakan ukuran

25 x 15 cm. Media tanam dimasukkan pada polibag yang telah disediakan.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam diambil batang yang sehat dari ruas ke 4 dan 5 dari pucuk.

Setiap bahan tanammenggunakan 2 ruas dengan panjang berkisar 20-25cm dan

hindari pengambilan bahan tanam dari batang yang tua. Kurangi luas permukaan

daun dengan cara memotong setengah bagian daun dari ujung.

Perendaman Bahan Tanam

IAA disediakan dalam ember dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Bahan

tanam yang telah disediakan direndam dalam larutan IAA tersebut selama

(33)

Perendaman ini bertujuan agar mucuna dapat menyerap zat pengatur tumbuh

tersebut dan dapat digunakan secara efektif oleh tanaman. Setelah perendaman

selesai, mucuna langsung ditanam kedalam media tanam.

Penanaman

Setelah bahan tanam direndam dalam hormon pertumbuhan akar (IAA)

sesuai perlakuan.Kemudian tancapkan batang tersebut kedalam polybag yang

telah berisi media tanam.Tinggalkan batang sepanjang 2 - 3 cm di atas sebagai

bakal tumbuhnya tunas.

Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan

tumbuhnya setek Mucuna bracteata, meliput i:

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor,

disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari sesuai kapasitas lapang.

b. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi di lapangan.Gulma yang

tumbuh dapat dicabut dengan tangan dan alat.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk mamicu pertumbuhan Mucuna bracteata

dengan menggunakan pupuk NPK pada umur 6 MST dengan dosis

1 gram/bibit.

Pengukuran Intensitas Cahaya Matahari

Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan pada pukul 08.00 WIB,

(34)

lux meter. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan lux meter dibawah dan diluar

naungan/ paranet. Pengukuran dilakukan 3 kali selama percobaan, yaitu 3 MST,

5 MST dan 7 MST.

Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Parameter

yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

Panjang tanaman (cm)

Diukurpanjang tunas dari pangkal tunas sampai ujung tunas terpanjang

dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai setelah tanaman berumur 3

minggu setelah tanam di polibag dan dilakukan satu minggu sekali.

Panjang ruas batang utama (cm)

Diukur panjang ruas batang utama dengan cara memilih 1 ruas pada

batang utama, dan di ukur pada 5 MST. Pengukuran diameter batang utama

dilakukan sampai 8 MST.

Diameter batang utama (mm)

Diukur diameter batang utama dengan cara memilih salah satu ruas pada

batang utama dan mulai diukur pada 5 MST. Pengukuran diameter batang utama

dilakukan sampai 8 MST.

Jumlah cabang primer

Di hitung jumlah cabang primer berdasarkan jumlah cabang yang muncul

pada sulur / batang utama.Diamati setiap minggu selama penelitian berlangsung,

(35)

Volume akar (cm3)

Dilakukan pengukuran volume akar dengan cara mengisi mengisi gelas

ukur dengan air, kemudian masukkan seluruh bagian akar kedalam gelas ukur,

kemudian hitung volume akar dengan volume akhir dikurangi dengan volume

awal.

Beratbasahtajuk (g)

Dilakukan pengamatan berat segar tunas meliputi bagian atas tanaman

yaitu batang dan daun tanaman. Batang dan daun diberihkan dari kotoran atau

tanah, setelah itu batang dan daun tanaman ditimbang.

Berat kering tajuk(g)

Dilakukan pengamatan berat kering tajuk meliputi bagian atas tanaman

yaitu bagian batang dan daun tanaman. Batang dan daun dioven dengan suhu

60-80°C selama 48 jamsampai diperoleh berat konstan.

Beratbasah akar (g)

Dilakukan pengamatan berat segar akar dengan cara mengambil semua

bagian perakaran tanaman lalu di cuci dan dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan

kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Berat kering akar (g)

Didapat berat kering akar dengan cara mengambil semua bagian perakaran

tanaman. Kemudian akar dioven dengan suhu 60-80°C selama 48 jamsampai

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 5 – 16) dapat diketahui

bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada

umur 3 – 8 MST. Pemberian IAA berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman

3, 4, 6, 7, dan 8 MST. Sedangkan interaksi antara naungan dan IAA

berpengaruhnyata terhadap panjang tanaman3- 5 MST.

Panjang tanaman Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian hormon IAA 3 - 8 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan pada umur 3, 4 dan 5 MST tanaman terpanjang

diperoleh pada perlakuan tanpa naungan dengan pemberian IAA 200 ppm (N0A2).

Pada umur 6, 7 dan 8 MST panjang tanaman terpanjang terdapat pada

perlakuan N0 (tanpa naungan) yang berbeda nyata dengan N1 (Naungan 25 %),

N2 (naungan 50 %) dan N3 (naungan 75 %). Begitu juga tanaman terpanjang

diperoleh pada pemberian IAA 200 ppm (A2) yang berbeda tidak nyata dengan

(37)

Tabel 1.Panjang tanaman Mucuna bracteata padaperlakuan naungan dan pemberian IAA 3-8 MST (cm)

UMUR Persentase Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Rataan 104.26b 114.17a 122.96a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada umur yang sama (3,4,5 MST) menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengan taraf5 %, sedangkan pada 6,7,8 MST, angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris dan umur yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Hubungan perlakuan naungan dengan panjang tanaman

(38)

Gambar 1.Hubungan persentase naungan dengan panjang tanaman

Mucuna bracteata 8 MST

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan panjang tanaman dimana tanaman terpendek sebesar

80,02 cm.

Hubungan pemberian hormon IAA dengan panjang tanaman

Mucuna bracteata 8 MST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan pemberian IAA dengan panjang tanamanMucuna

(39)

Gambar 2 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan panjang

tanaman berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih

menaikkan panjang tanaman Mucuna bracteatasebesar 122,96 cm.

Panjang Ruas Batang Utama (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 17 – 24) dapat diketahui

bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruhtidak nyata terhadap

panjang ruas batang utama pada 5 - 8 MST, Sedangkan interaksi antara naungan

dan pemberian IAA berpengaruh nyata terhadap panjang ruas batang utama pada

8 MST.

Panjang ruas batang utama Mucuna bracteata pada perlakuan naungan

dan pemberian IAA 5- 8 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Panjang ruas batang utama Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA 5 - 8 MST (cm)

UMUR Persentase Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

(40)

Tabel 2 menunjukkan bahwa, pada umur 8 MST pada perlakuan tanpa

naungan (N0) ruas batang utama terpanjang diperoleh pada pemberian IAA

100 ppm (A1) yang berbeda tidak nyata dengan A0 dan A1. Pada pemberian

naungan 25 % (N1), ruas batang utama terpanjang diperoleh pada pemberian

IAA 200 ppm (A2) yang berbeda tidak nyata dengan A0 dan A1.Sedangkan pada

pemberian naungan 50 % (A2) ruas batang utama terpanjang diperoleh pada

perlakuan tanpa IAA (A0) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan A1 dan A2.

Pada pemberian naungan 75% (A3), ruas batang urama perpanjang diperoleh pada

pemberian IAA 200 ppm (A2) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan A1

tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A0.

Hubungan perlakuan naungan dan pemberian IAA dengan panjang ruas

batang utama Mucuna bracteata 8 MST dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan pemberian IAA dengan panjang ruas batang utamaMucuna

bracteata pada berbagai persentase naungan

Gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik pada interaksi

persentase naungan dan konsentrasi IAA dimana panjang ruas batang utama

terpendek terdapat pada interaksi naungan 75 % dan IAA 0 ppm sebesar 3,47 cm.

(41)

Diameter Batang (mm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 25 – 26) dapat diketahui

bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruh nyata terhadap

diameter batang, Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan pemberian

IAAberpengaruh tidak nyata pada terhadap diameter batang.

Diameter batang Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Diameter batang Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Tabel 3menunjukkan bahwa diameter batangtertinggiterdapat pada

perlakuan N0 (tanpa naungan) yaitu 3,39 mm, yang berbeda tidak nyata dengan

N1(naungan 25%) tetapi berbeda nyata dengan N2(naungan 50%) dan

N3 (naungan 75%). Diameter batang tertinggi pada pemberian hormon IAA,

terdapat pada perlakuan A2(IAA 200 ppm)yaitu 3,25 mm yang berbeda tidak

nyata dengan A0(tanpa IAA) tetapi berbeda nyata dengan

A1 (IAA 100 ppm).

Hubungan perlakuan naungan dengan diameter batang

(42)

Gambar 4. Hubungan perlakuan naungan dengan diameter batang

Mucuna bracteata

Gambar 4 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan diameter batang dimana diameter batang terkecil

sebesar 2,89 mm.

Hubungan pemberian IAA dengan diameter batang Mucuna

brachteatadapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.Hubungan pemberian IAA dengan diameter batangMucuna bracteata

(43)

Gambar 5 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan diameter

batang berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih

menaikkan diameter batang tanaman Mucuna bracteatasebesar 3,25 mm.

Jumlah Cabang Primer

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 27 – 34) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang

primer pada 5 – 8 MST, pemberian IAA berpengaruh nyata terhadap jumlah

cabang primer pada 7 dan 8 MST, sedangkan interaksinya berpengaruh nyata

terhadap jumlah cabang primer pada 7 dan 8 MST.

Jumlah cabang primer Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Jumlah cabang primer Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA

UMUR Tingkat Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

(44)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 5 dan 6 MST rataan jumlah

cabang primer tertinggi didapat pada perlakuan N0 (tanpa naungan) yang berbeda

nyata dengan N1 (naungan 25%), N2 (naungan 50%) dan N3 (naungan 75%).

Pada umur 7 dan 8 MST jumlah cabang primer tertinggi diperoleh pada

interaksi perlakuan N0A2 (tanpa naungan dan pemberian IAA 200 ppm).

Hubungan perlakuan naungan dengan jumlah cabang primer

Mucuna bracteata 8 MSTdapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Hubungan perlakuan naungan dengan jumlah cabang primer

Mucuna bracteata 8 MST

Gambar 6 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan jumlah cabang primer dimana jumlah cabang primer

terendah sebesar 1,13.

Hubungan pemberian IAA dengan jumlah cabang primerMucuna

bracteata 8 MSTdapatdilihat pada Gambar 7.

(45)

Gambar 7.Hubungan pemberian IAA dengan jumlah cabang primer

Mucuna bracteata 8 MST.

Gambar 7 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan jumlah cabang

primer berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih

menaikkan jumlah cabang primer tanaman Mucuna bracteatasebesar 2,00 .

VolumeAkar (cm3)

Dari hasil pengamata dan sidik ragam (Lampiran 35 dan 36) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruh nyata

terhadap volume akar, Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan

pemberianIAAberpengaruh tidak nyata pada terhadap volume akar.

Volume akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian

IAA dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Volume akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA(cm3)

Persentase Naungan (%)

Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(46)

Tabel 5 menunjukkan volume akar tertinggididapat pada perlakuan N0

(tanpa naungan)yaitu 38,73 cm3, yangberbeda nyata dengan perlakuan

N1 (naungan 25%), N2 (naungan 50%) dan N3 (naungan 75%). Volume akar

tertinggi pada pemberian IAA terdapat pada perlakuan A2(200 ppm) yaitu 25,78

cm3, yangberbeda tidak nyata dengan A1 tetapi berbeda nyata dengan A0.

Hubungan perlakuan naungan dengan volume akar Mucuna bracteata

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8.Hubungan perlakuan naungan dengan volume akar Mucuna

bracteata.

Gambar 8 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan volume akar dimana volume akar terendah sebesar

12,23 cm3.

Hubungan pemberian IAA dengan volume akar Mucuna bracteata dapat

dilihat pada Gambar 9.

(47)

Gambar 9. Hubungan pemberian IAA dengan volume akarMucuna bracteata

Gambar 9 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan volume akar

berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih menaikkan

volume akar tanaman Mucuna bracteata sebesar 25,78 cm3.

BeratBasahTajuk(g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 37 dan 38) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruh nyata

terhadapberat basah tajuk,Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan

pemberian IAA berpengaruh tidak nyata pada terhadap beratbasah tajuk.

Berat basah tajuk Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Berat basah tajuk Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA (g)

Persentase Naungan (%)

Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(48)

Tabel 6menunjukkanberat basah tajuk tertinggi pada perlakuan N0(tanpa

naungan) yaitu 109,60 g,yang berbeda nyata dengan N1 (naungan 25%), N2

(naungan 50%) dan N3 (naungan 75%). Rataan berat basah tajuk tertinggi pada

pemberian IAA, terdapat pada perlakuan A2(IAA 200 ppm) yaitu 68,37 g,yang

berbeda nyata dengan A1(IAA 100 ppm) dan A0 (tanpa IAA)

Hubungan perlakuan naungan dengan berat basah tajuk

Mucuna bracteata dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10.Hubungan perlakuan naungan dengan berat basah tajuk

Mucuna bracteata (g)

Gambar 10 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan berat basah tajuk dimana berat basah tajuk terendah

terdapat sebesar 26,34 g.

Hubungan pemberian IAA dengan berat basah tajukMucuna

bracteatadapat dilihat pada Gambar 11.

(49)

Gambar 11. Hubungan pemberian IAA dengan berat basah tajuk

Mucuna bracteata (g)

Gambar 11 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan berat basah

tajuk berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih menaikkan

berat basah tajuk tanaman Mucuna bracteatasebesar 68,37 g.

Beratkering tajuk(g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 39 dan 40) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAAberpengaruh nyata

terhadap berat kering tajuk, Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan

IAA berpengaruh tidak nyata pada terhadap berat kering tajuk.

Berat kering tajuk Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Berat kering tajuk Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA (g)

Persentase Naungan (%)

Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(50)

Tabel 7menunjukkan berat kering tajuk tertinggi terdapat pada

perlakuanN0(tanpa naungan) yaitu 32,55 g, yang berbeda tidak nyata dengan

N1(nangan 25%), tetapi berbeda nyata dengan N2(naungan 50%) dan

N3 (naungan 75%).Berat kering tajuk tertinggi pada pemberian IAA, terdapat pada

perlakuan A2(IAA 200 ppm) yaitu 20,32 g, yang berbeda nyata dengan A1(IAA

100 ppm) dan A0 (tanpa IAA)

Hubungan perlakuan naungan dengan berat kering tajuk

Mucuna bracteata dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12.Hubungan perlakuan naungan dengan berat kering tajuk

Mucuna bracteata

Gambar 12 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan berat kering tajuk dimana berat kering tajuk terendah

terdapat sebesar 7,81 g

Hubungan pemberian IAA dengan berat kering tajuk Mucuna

bracteatadapat dilihat pada Gambar 13.

(51)

Gambar 13. Hubungan pemberian IAA dengan berat kering tajuk

Mucuna bracteata

Gambar 13 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan berat kering

tajuk berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih menaikkan

berat kering tajuk tanaman Mucuna bracteatasebesar 20,32 g.

Beratbasah akar (g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 41 dan 42) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruh nyata

terhadap berat basah akar, Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan

hormon IAA berpengaruh tidak nyata pada terhadap berat basah akar.

Berat basah akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Berat basah akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA (g)

Persentase Naungan (%)

Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(52)

Tabel 8 menunjukkan bahwa berat basah akar tertinggiterdapat pada

perlakuanN0(tanpa naungan) yaitu 40,52 g, yang berbedanyata dengan

N1(naungan 25%), N2(naungan 50%) dan N3 (naungan 75%).

Berat basah akar tertinggi pada pemberian IAA, terdapat pada perlakuan A2(IAA

200 ppm) yaitu 27,03 g, yang berbeda nyata dengan A1(IAA 100 ppm) dan

A0(tanpa IAA).

Hubungan perlakuan naungan dengan berat basah akar Mucuna bracteata

dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14.Hubungan perlakuan naungan dengan berat basah akar Mucuna

bracteata

Gambar 14 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan berat basah akar, dimana berat basah akar terendah

sebesar 12,77 g.

Hubungan pemberian IAA denganberat basah akarMucuna bracteata

dapat dilihat pada Gambar 15.

(53)

Gambar 15. Hubungan pemberian IAA denganberat basah akar

Mucuna bracteata

Gambar 15 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan berat basah

akar berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih menaikkan

berat basah akar tanaman Mucuna bracteatasebesar 27,03 g.

Beratkering akar (g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 43 dan 44) dapat

diketahui bahwa perlakuan naungan dan pemberian IAA berpengaruh nyata

terhadap berat kering akar, Sedangkan interaksi antara perlakuan naungan dan

pemberian IAA berpengaruh tidak nyata pada terhadap berat kering akar.

Berat kering akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan

pemberian IAA dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Berat kering akar Mucuna bracteata pada perlakuan naungan dan pemberian IAA (g)

Persentase Naungan (%)

Konsentrasi IAA (ppm)

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(54)

Tabel 9menunjukkan bahwa berat kering akar tertinggiterdapat pada

perlakuanN0(tanpa naungan) yaitu 12,10 g, yang berbeda nyata dengan

N1(naungan 25%), N2(naungan 50%) dan N3 (naungan 75%).

Berat kering akar tertinggi pada pemberian hormon IAA, terdapat pada

perlakuanA2(IAA 200 ppm) yaitu 8,06 g, yang tidak berbeda nyata dengan

A1 (IAA 100 ppm), namun berbeda nyata dengan A0 (tanpa IAA).

Hubungan perlakuan naungan dengan berat kering akar

Mucuna bracteatadapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16.Hubungan perlakuan naungan dengan berat kering akar Mucuna

bracteata

Gambar 16 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara

persentase naungan dengan berat kering akar dimana berat kering akar terendah

sebesar 3,78 g.

Hubungan pemberian IAA dengan berat kering akarMucuna bracteata

dapat dilihat pada Gambar 17.

(55)

Gambar 17. Hubungan pemberian IAA dengan berat kering akar

Mucuna bracteata

Gambar 5 menunjukkan hubungan konsentrasi IAA dengan berat kering

akar berbentuk linear dimana pemberian IAA hingga 200 ppm masih menaikkan

berat kering akar tanaman Mucuna bracteatasebesar 8,06 g.

ŷ= 1.036x + 4.975 r = 0.998

0 2 4 6 8 10

0 100 200

B

er

at

K

er

in

g A

k

ar

(

g)

(56)

Pembahasan

Pengaruh perlakuan naungan terhadap pertumbuhan Mucuna(Mucuna

bracteata)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa

perlakuan naungan (N0) dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan

mucuna secara nyata, terlihat pada beberapa parameter yang diamatiseperti rataan

panjang tanaman 8 MST 163,03 cm, diameter batang 3,39 mm,

jumlah cabang primer 8 MST 3,04, volume akar 38,73 cm3,

berat basah tajuk 109,60 g, berat kering tajuk 33,55 g, berat basah akar 40,52 g

dan berat kering akar 12,10 g. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya tanpa

naungan (N0) dapat mempercepat dan meningkatkanpertumbuhan

Mucuna bracteata. Hal ini dikarenakan 100% energi pada penyinaran matahari

dipergunakan untuk proses fotosintesisMucuna bracteatayang akhirnya akan

berpengaruh pada biomassa tanaman.Disini dapat dikatakan bahwa bibit

Mucuna bracteata termasuk bibit yang responsip terhadap cahaya matahari,

sehingga tidak mampu tumbuh dengan baik dalam kondisi ternaungi. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Setyowati dan Utami (2009) pada bibit

picrasma (Picrasma javanica), pertumbuhan bibit paling baik pada perlakuan

tanpa naungan.Gardner (1991) mengemukakan bahwabeberapa jenis tanaman

mempunyai respon positif terhadap intensitas cahaya tinggi dan dapat

meningkatkan bobot kering tajuk dan akar secara nyata, seperti pada

Gynura procumbens (Utami, 2000), Sonchus arvensis (Hartutiningsih dan Utami,

2000).Laju fotosintesa meningkat dan bobot kering tanaman bertambah seiring

dengan semakin tinggi intensitas cahaya. Chong et al, (1994) mengemukakan

(57)

naungan di perkebunan kelapa sawit dan karet, khususnya pada tanaman muda.

Namun produktivitas hijauan itu sendiri akan menurun seiring bertambahnya

umur tanaman perkebunan disebabkan karena berkurangnya penetrasi cahaya

dalam arti taraf naungan semakin besar dengan berkembangnya kanopi tanaman.

Hal yang sama juga di kemukakan oleh Setyowati (2011) yang menunjukkan

bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Rosela

(Hibiscus sabdariffa L.). Intensitas cahaya penuh, tanpa naungan (N0), dengan

rataan intensitas cahaya 39300 lux dapat mempercepat dan meningkatkan

pertumbuhan bibit rosela secaranyata, terlihat pada semua parameter yang diamati

lebih tinggi (rataan tinggitanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar,

jumlah akar, berat kering tanaman, berat kering akar, dan indeks mutu bibitnya).

Pengaruh pemberian hormon IAA terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa

pengaruh pemberian hormon IAA 200 ppm dapat mempercepat dan meningkatkan

pertumbuhan mucuna secara nyata, terlihat pada beberapa parameter yang diamati

seperti pada rataan panjang tanaman 8 MST 122,96 cm, diameter batang 3,52 mm,

jumlah cabang primer 2,00, volume akar yaitu 25,78 cm3,

berat basah tajuk 68,37 g, berat kering tajuk 20,32 g, berat basah akar 27,03 g dan

berat kering akar 8,06 g.Pemberian IAA pada Mucuna bracteata

memberikanpertumbuhan yang optimal pada konsentrasi IAA 200 ppm

dibandingkan perlakuan kontrol dan 100 ppm dan 0 ppm. Hal ini menunjukkan

bahwa hormon dapat mempengaruhi sintesis protein dan pengaturan aktifitas

enzim. Adanyapeningkatan sintesis protein sebagai bahan baku penyusun enzim

(58)

Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Fathonah (2008) yang menyatakan

bahwa perlakuan IAA memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rata-rata

tinggi tanaman.Tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan 200 ppm pada

daun

P. alpina, molk. Selanjutnya dikemukakan oleh Kusumo (1984) yang menyatakan

bahwa IAA berperan dalam pemanjangan sel. Salisbury dan Ross (1995)

menyatakan bahwa pengangkutan auksin secara polar terjadi dengan

menggunakan ATP-asemembran plasma pada sel untuk memompa H+ dari sitosol

menuju dinding sel yang mengakibatkan lunaknya dinding sel sehingga terjadi

kenaikan penyerapan air oleh sel yang akan berakibat sel memanjang.Noggle dan

Fritz (1983) juga menyatakan bahwa pemanjangan sel ini terutamaterjadi pada

arah vertikal.Davies (1995) mengemukakan bahwa eksperimen dengan IAA

secara nyata menunjukan bahwa transpor polar IAA menyebabkan pembentukan

jaringan berkas pengangkut primer dan aktivitas pembelahan sel dari cambium

pembuluh (Uggla dkk., 1998).Selain itu,diferensiasi jaringan xilem dan floem

juga dipengaruhi oleh IAA.Abidin, (1990) Pemberian auksin pada konsentrasi

yang relatif tinggi ternyata dapat menghambat perpanjangan akar, akan tetapi

jumlah akar yang terbentuk menjadi meningkat. Penghambatan yang terjadi

tersebut sebanding dengan peningkatan kadar auksin.

Pengaruh interaksi perlakuan naungan dan pemberian hormon IAA terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa

interaksi perlakuan naungan dan pemberian hormon IAA terhadap pertumbuhan

Mucuna (Mucuna bracteata) berpengaruh nyata terhadap parameter panjang ruas

(59)

parameter panjang ruas batang utama diperoleh pada perlakuan naungan

0% dan IAA 100 ppm (N0A1). Ini mengindikasikan bawah IAA berpengaruh

terhadap aktivitas sel, IAA merangsang pemanjangan sel yang juga akan berakibat

pada pemanjangan koleoptil dan organ batang.Hal ini sesuai dengan yang di

kemukanan oleh Heddy (1996) yang mengemukakan bahwa IAA dan auksin lain

berfungsi merangsang pemanjangan sel dan juga akan berakibat pada

pemanjangan koleoptil dan organ batang. Distribusi IAA yang tidak merata

dalam batang dan akar akan menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama

disertai dengan pembengkokan organ.

Kombinasi pelakuan yang terbaik pada parameter jumlah cabang primer

diperoleh pada perlakuan naungan 0% dan IAA 200 ppm (N0A2). Hal ini

dikarenakan dengan intensitas cahaya tinggi, maka proses fotosintesis juga

meningkat,karena cahaya matahari merupakan sumber energi bagi proses

fotosintesis. Hasil dari proses fotosintesis ini selanjutnya digunakan untuk

merespon pertumbuhan tunas. Begitu juga dengan pemberian auksin yang

merespon pemanjangan sel pada tanaman, sehingga jumlah cabang meningkat.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lakitan(1994) yang menyatakan

bahwa hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman

melalui pembuluh floem, selanjutnya energi dari hasil fotosintesis tersebut akan

mengaktifkan pertumbuhan tunas, sehingga jumlah cabang meningkat.

Hidayat ( 2007) mengemukakan bahwa IAA dalam budidaya jaringan berperan

dalam mempengaruhi perkembangan dan pembesaran sel, sehingga tekanan

dinding sel terhadap protoplasma berkurang, hal ini mengakibatkan protoplast

(60)

sel-sel di bagian maristem.Dahlia(2001) mengemukakan bahwa dominasi apikal

diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal

pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertumbuhan tunas lateral

akan terhambat sampai jarak tertentu dari tunas pucuk. Dominasi apikal

disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan

ditimbun pada tunas lateral.

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan naungan N0(0 %) dapat mempercepat dan meningkatkan

pertumbuhan mucuna secara nyatapada 8 MST (rataan panjang

tanaman 163,03 cm, diameter batang 3,39 mm, jumlah cabang primer 3,04,

volume akar 38,73 cm3, berat basah tajuk 109,60 g, berat kering

tajuk 33,55 g, berat basah akar 40,52 g dan berat kering akar 12,10 g).

2. Pemberian hormon A2(200 ppm) dapat mempercepat dan meningkatkan

pertumbuhan mucuna secara nyata pada 8 MST (rataan panjang

tanaman 122,96 cm, diameter batang 3,52 mm, jumlah cabang primer 2,00,

volume akar 25,78 cm3, berat basah tajuk 68,37 g, berat kering tajuk 20,32 g,

berat basah akar 27,03 g dan berat kering akar 8,06 g).

3. Kombinasi pelakuan yang terbaik pada parameter panjang ruasbatang utama

diperoleh pada perlakuan naungan0% dan IAA 100 ppm (N0A1) dan

pelakuan yang terbaik pada parameter jumlah cabang primer diperoleh pada

perlakuan naungan 0% dan IAA 200 ppm (N0A2).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap hormon IAA dengan

dosis0-300 ppm dimana tingkat konsentrasi IAA yang lebih detail untuk mengetahui

(62)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman dan Syarat Tumbuh

1. Botani Tanaman Mucuna bracteata

Tanaman legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru

yang masuk ke Indonesiauntuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal

perkebunan.Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanaman

penutup tanah lainnya. Legum ini merupakan kelompok legum perennial atau

tahunan, yang tumbuh menjalar diatas permukaan tanah, tanaman ini tumbuh

merambat ke arah kiri pada ajir atau tanaman lainnya(purwanto, 2011).

TanamanMucuna bracteata memiliki sistem perakaran tunggang yang

berwarna putih kecokelatan, tersebar di bawah permukaan tanah dan dapat

mencapai kedalaman 1 meter di bawah permukaan tanah. Tanaman ini memiliki

bintil akar yang menandakan adanya simbiosis mutualisme yang saling

menguntungkan antara tanaman kacangan dengan bakteri Rhizobium sehingga

dapat memfiksasi nitrogen bebas menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman

(Dutta, 1970).

Batang daritanaman initumbuh menjalar, merambat/membelit, berwarna

hijau muda sampai hijau kecokelatan. Batang ini memiliki diameter 0,4-1,5 cm

berbentuk bulat, memiliki ruas yang berbuku dengan panjang ruas 25-34 cm,

tidak berbulu, bertekstur lunak, lentur, mengandung banyak serat dan berair. Jika

batang dipotong akan mengeluarkan banyak getah yang berwarna putih dan

berubah menjadi cokelat setelah kering (Harahap dan Subronto, 2002).

Daun tanaman ini berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3 helaian

(63)

akanmenutup apabila suhu lingkungan tinggi (termonastik), sehingga sangat

efisien dalam mengurangi penguapan di permukaan daun tanaman (Sebayang,dkk,

2004).

Bunga padatanaman penutup tanah ini berbentuk seperti tandan yang

menyerupai rangkaian bunga anggur dengan panjang 20–35 cm, terdiri dari

tangkai bunga 15-20 tangkai dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga ini

berwarna ungu, dengan bau yang sangat menyengat untuk menarik perhatian

kumbang penyerbuk (Harahap dan Subronto, 2002).

Dalam satu rangkaian bunga Mucuna bracteata, yang berhasil menjadi

polong sebanyak 4–15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkungan

setempat termasuk perubahan musim.Polong diselimuti bulu halus berwarna

merah keemasan yang berubah warna menjadi hitam ketika matang. Polong ini

memiliki panjang 5-8 cm, lebar 1-2 cm, dan memiliki 2-4 biji untuk setiap

polongnya (Harahap, dkk, 2008).

2. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh baik di berbagai daerah, baik

dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan

pertumbuhan generatif atau berbunga memerlukan ketinggian > 1000 m dpl, jika

berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan subur tetapi tidak dapat

terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2002).

Untuk mendapat pembungaan tanaman ini memerlukan suhu harian

berkisar antara 120C – 230C. Apabila suhu berada diatas 180C maka pembungaan

(64)

Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman mucuna baik

berkisar antara 1000 - 2500 mm/thn dan 3 - 10 merupakan hari hujan setiap

bulannya.Sedangkan untuk kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika kelembaban

terlalu tinggi akan berakibat bunga busuk, layu dan kering. Untuk panjang

penyinaran, Mucuna bracteata membutuhkan lama penyinaran penuh antara 6 - 7

jam/hari(Harahap dan Subronto, 2002).

b. Tanah

Tanaman mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah,

pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang

cukup tinggi, gembur serta tidak jenuh. Apabila mucuna di tanam pada tanah yang

tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif sedikit serta lambat. Untuk

pertumbuhan tanaman mucuna secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran

pH 4,5 - 6,5 (Harahap dan Subronto, 2002).

Mucuna bracteata dapat tumbuh baik pada semua tekstur tanah, baik tanah

liat, liat berpasir, lempung, lempung berpasir atau tanah pasir. Tanaman ini juga

dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5. Pertumbuhan

vegetatif akan sedikit terganggu jika Mucuna bracteata ditanam di areal yang

tergenang air (Harahap dan Subronto, 2002).

Pengaruh Cahaya dan IAA Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Intensitascahaya

berpengaruhsecaranyataterhadaplajusintesiskarbohidratpadapertumbuhan

tanaman.Lajufotosintesisakanmeningkatdenganmeningkatnyaintensitas

cahayasampaipadabatastertentu.Batasdimanapeningkatanintensitastidaklagimenin

(65)

akanberpengaruhterhadapsuhuudara,tanahdantanamandimanaperubahan

suhukemudianakanmempengaruhitanamannya.Radiasipadatengahhari

berkisar1.50g.cal/cm3/menit(setara10.000footcandleatau108.000lux).Titik

kompensasicahayauntukkebanyakantanamanadalahpadaintensitascahaya sekitar

100 footcandle atau 1080 lux (Lakitan, 1994).

Tanaman mucuna memiliki batas kemampuan untuk tumbuh dan

berkembang, hal ini erat hubungannya dengan intensitas cahaya. Seperti yang

dikemukakan oleh Wilson and Ludlow (1990) dalam Zakariah (2012) menyatakan

bahwa tingkat naungan yang di hasilkan oleh kanopi tanaman perkebunan dapat

mencapai 80 %. Yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tanaman lain

yang berada dibawah kanopi tanamn perkebunan tersebut.

Naunganmerupakansalahsatualternatifuntuk

mengatasiintensitascahayayangterlalutinggi.Naunganselaindiperlukanuntuk

mengurangiintensitascahayayangsampaiketanamanpokok,jugadimanfaatkan

sebagaisalahsatumetodepengendaliangulmadibawahpenaung,bersihdari

gulmaterutamarumputan.Pemberiannaunganakanmengurangiradiasiyangditerimat

anamandan mengakibatkanadanya perubahan–perubahan unsur–

unsuriklimsepertisuhuudara

dankelembabanudaradisekitardaerahpertanaman(WidiastoetydanBahar, 1995).

Banyakspesiesmemerlukannaunganpadaawalpertumbuhannya,

walaupundenganbertambahnyaumurnaungandapatdikurangisecarabertahap.

Beberapa spesies yang berbedamungkin tidakmemerlukan naungan danyanglain

mungkinmemerlukannaunganmulaiawalpertumbuhannya.Pengaturannaungan

(66)

sangatpentinguntukmenghasilkansemai-semaiyangberkualitas.Naunganberhubunganeratdengan temperatur

danevaporasi.Olehkarenaadanya naungan, evaporasi dari semai dapat

dikurangi.Beberapaspesieslain

menunjukkanperilakuyangberbeda.Beberapaspesiesdapathidupdengan

mudahdalamintensitascahayayangtinggitetapibeberapaspesiestidak

(Suhardi,etal.,1995dalamIrwanto,2006).

Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Rosela

(Hibiscus sabdariffa L.). Intensitas cahaya penuh, tanpa naungan (dengan rataan

intensitas cahaya 39300 lux) dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan

bibit rosela secara nyata, terlihat pada semua parameter yang diamati lebih tinggi

(rataan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, jumlah akar,

berat kering tanaman, berat kering akar, dan indeks mutu bibitnya)

(Setyowati, 2011). Hal yang sama juga terjadi pada bibit picrasma

(Picrasma javanica), pertumbuhan bibit paling baik pada perlakuan tanpa

naungan (Setyowati dan Utami, 2009).

IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai auksin utama pada tanaman,

dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara

sejumlah substansi yang secara alami mirip auksin (analog) tetapi mempunyai

aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam

Indolpiruvat) dan IAAld (Indolasetatdehid). Proses biosintesis auksin dibantu oleh

enzim IAA-oksidase (Gardner, et al., 1991).

Pertumbuhan bibit setek lada dipengaruhi oleh ZPT (auksin).Pada

(67)

jumlah akar (7.78).Jumlah akar menurun dan meningkat kembali sesuai dengan

peningkatan konsentrasi auksin (Amanah, 2009).

Eksperimen dengan IAA secara nyata menunjukan bahwa transpor polar

IAA menyebabkan pembentukan jaringan berkas pengangkut primer dan aktivitas

pembelahan sel dari cambium pembuluh (Uggla. et al, 1998).Selain itu,

diferensiasi jaringan xilem dan floem juga dipengaruhi oleh IAA (Davies, 1995).

Dominansi perpanjangan tunas lebih banyak terjadi pada bagian atas bagal

(bagian teratas dari tanaman yaitu pucuk tunas) daripada perpanjangan akar. Hal

ini dikarenakan akumulasi auksin pada bagian atas (top setek) lebih banyak

dibandingkan bagian bawah yang lebih banyak kandungan sitokinin sehingga

lebih memicu pertumbuhan tunas pada bagal atas (Khuluq, 2013).

Perlakuan tingkat konsentrasi IAA memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penurunan variabel pertumbuhan setek melati gambir yaitu jumlah daun, bobot kering tunas, dan jumlah akar, perlakuan tingkat konsentrasi IBA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel pertumbuhan tunas maupun akar setek melati gambir, dan terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap jumlah daun yaitu pada IAA 0 ppm + IBA 300 ppm (98.44 helai), serta interaksi nyata terhadap bobot kering tunas yaitu pada IAA 0 ppm + IBA 300 ppm (0.45 g) dan jumlah akar yaitu pada IAA 0 ppm + IBA 300 ppm (13.78 buah) (Hidayatullah, 2013).

Carapemberian hormone dapatdilakukandengancara pemberiandengan

perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode

perendaman,konsentrasizatpengaturtumbuhbervariasiantara20ppmsampai 200

(68)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman penutup tanah yang tumbuh

merambat. Tanaman ini juga banyak digunakan di perkebunan sawit dan karet di

Indonesia karena tanaman ini memiliki biomassa yang tinggi jika bandingkan

dengan penutup tanah lainya seperti Centrocema pubesces dan lainnya

(Siagian,2003).

Pada umumnya tanaman Mucuna bracteata diperbanyak dengan cara

generatif. Namun Perbanyakan secara generatif sangat sulit dilakukan

dikarenakan kulit keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada

bijinya dan jika dilakukan perkembangbiakan kecambah, persentase kecambahnya

hanya 12% serta biji tanaman ini tidak tersedia di Indonesia sehingga biji ini harus

diimpor dari India (Siagian,2003).

Sejak pertama kali digunakan di Indonesia sebagai tanaman penutup tanah

tahun 1999, Mucuna bracteata tidak pernah menghasilkan bunga dan buah atau

biji,oleh karena itu perbanyakannyadapat dilakukan dengan cara perbanyakan

vegetatif, salah satunya dengan cara setek. Tetapi perbanyakan dengan cara setek

mempunyai kelemahan yaitu sangat rentan terhadap kematian

(tingkat kematiaannya mencapai 90%). Kegagalan pada penyetekan

Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh (a) sulitnya untuk mendapatkan

bahan setek yang baik, berupa ruas batang mucuna yang bulu akarnya sudah

mulai muncul (akar putih), (b) kurangnya perlakuan penyesuaian setelah setek

dipotong dari tanaman induknya, seperti perendaman dengan ZPT

(69)

Cara lain yang dapat di lakukan untuk perkembangbiakan Mucuna secara

vegetatif adalah dengan cara rundukan, namun cara ini sulit untuk menghasilkan

bibit dalam jumlah banyak sehingga cara setek menjadi alternatif dalam

perbanyakan tanaman ini.

MenuruthasilpenelitianIrwanto(2006),perbedaannaunganmemberikan

pengaruhnyataterhadaptinggitanaman.Haliniberkaitanlangsungdengan

intensitas,kualitasdanlamapenyinarancahayayangditerimauntuktanaman

melaksanakanprosesfotosintesis.

Lakitan (1994) menyatakan bahwa hasil fotosintesis akan ditranslokasikan

ke seluruh jaringan tanaman melalui pembuluh floem, selanjutnya energi dari

hasil fotosintesis tersebut akan mengaktifkan pertumbuhan tunas, sehingga

menyebabkan jumlah cabang meningkat.

Pada tanaman yang ternaungi,

intensitascahayarendahakanmenimbulkanpengaruhyang

kurangmenguntungkanbagipertumbuhantanaman terutama pada pembibitanseperti

pertumbuhan akarnya menjadi lambat.Untuk merangsang pertumbuhan akarnya

menjadi cepatmaka di anjurkan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Wudianto

1999).

Auxin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh satu jenis triptofan yang

secara teknis sangat aktif dalam mempercepat dan memperbanyak tumbuhnya

akar pada perbanyakan tanaman dengan setek, sehingga berperan dalam proses

penyerapan air dan unsur hara bagi tanaman(Soemarno,1987 dalam Puttileihakat,

(70)

Pengujian terhadap zat pengatur tumbuh Rootone-F yang biasanya telah

dilakukan secara luas pada tanaman perkebunan, industri, holtikultura, serta

tanaman hutan. Salah satu pemakaian zat pengatur tumbuh yaitu dengan

perendaman pangkal setek batang dalam air dengan konsentrasi zat pengatur

tumbuh yang sesuai (Manurung,1987).

Senyawa auksin yang disintesis secara alamiah di dalam tubuh tanaman,

mudah mengalami degradasi akibat pengaruh cahaya matahari dan oksidasi

enzimatik. Oleh karena itu, IAA biasanya diberikan pada konsentrasi yang relatif

tinggi, serta pembuatan naungan untuk mengurangi pancaran matahari langsung

(Zulkarnain, 2009).

Adapun Masalah pada pembibitan Mucuna bracteata dengan metode setek

batang adalah sulitnya tumbuh akar dan tunas. Oleh karena itu perlu dilakukan

modifikasi perlakuan sebelum setek di semai dalam polybag dengan memberikan

IAA (Indole Acetic Acid)untuk merangsang pertumbuhan akar dan tunas.Dan

pemberian naungan untuk mengurangi degradasi ZPT yang ada akibat dari

pengaruh sinar matahari langsung.

Berdasarkan uraian di atas, Penulis tertarik melakukan penelitian Pengaruh

Persentasi Naungan dan Konsentrasi IAA Terhadap Pertumbuhan setek

Mucunabracteata agar dapat mengetahui persentasi naungan dan konsentras IAA

yang tepat pada perbanyakan setek mucuna.

Tujuan Penelitian

Untukmengetahui pengaruh persentasi naungan dan konsentrasi IAA

(71)

HipotesisPenelitian

Adapengaruhyangnyatadaripersentasi naungan dan konsentrasi IAA serta

interaksinya terhadap pertumbuhan setek Mucuna bracteata.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

dansebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam perbanyakan

(72)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh persentasi naungan dan konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan setek Mucuna bracteata. Dilaksanakan dilahan pertanian rakyat Desa Sendang Rejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat dengan ketinggian ± 50 meter diatas permukaan laut dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2015. Dilakukan dengan Rancangan Petak Terpisah (RPT) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan.Faktorpertamaberupa intensitas naungan yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan faktor keduaadalahkonsentrasi IAA yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dengan tiga kali ulangan. Variabel yang diukurdalampenelitianiniadalahpertumbuhanrataan panjang sulur, panjang ruasbatang utama, diameter batang, jumlah cabang primer, volume akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar. Dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) kemudiandilanjutkandenganUji Beda Nyata Terkecil (BNT) padatarafuji 5% untukmengetahuibedanyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan N0 (0%)dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan

tanaman Mucuna bracteata8 MST pada variable rataan panjang sulur 163,03 cm,

diameter batang 3,39 mm,

jumlah cabang primer 3,04, volume akar 38,73 cm3, berat basah tajuk 109,60 g, berat kering tajuk 33,55 g, berat basah akar 40,52 g dan berat kering akar 12,10 g.Pemberian hormon A2 (200 ppm) dapat mempercepat

dan meningkatkan pertumbuhan Mucuna bracteata secara nyata 8 MST pada variable rataan panjang sulur 122,96 cm, diameter batang 3,52 mm, jumlah cabang primer 2,00, volume akar 25,78 cm3, berat basah tajuk 68,37 g, berat kering tajuk 20,32 g, berat basah akar 27,03 g dan berat kering akar 8,06 g. Sedangkan kombinasi pelakuan yang terbaik pada parameter panjang ruasbatang utama diperoleh pada perlakuan naungan 0% dan IAA 100 ppm (N0A1) dan

pelakuan yang terbaik pada parameter jumlah cabang primer diperoleh pada perlakuan naungan 0% dan IAA 200 ppm (N0A2).

(73)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of shade percentage and concentration of IAA on the growth ofslip a plant Mucuna bracteata. Implemented at farm folk Sendang Rejo Village, District of Binjai, Regency of Langkat with a height of ± 50 meters above sea level and carried out in June and September 2015. Draft Done Split Plot Design (SPD) Factorial with 2 factors. The first factor is the form of the intensity of the shade is 0%, 25%, 50%, 75% and the second factor is the concentration of IAA is 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm with three replications. The variables measured in this study are the average growth of long tendrils, long main trunk roads, stem diameter, number of primary branches, root volume, crown wet weight, shoot dry weight, root fresh weight and root dry weight. Were analyzed using analysis of variance (ANOVA) followed with test Least Significant Difference (LSD) at 5% level test to determine significant difference between treatments. The results showed that shade treatment N0( 0% )

can accelerate and enhance the growth of plants Mucuna bracteata 8 WAP on variable the average length of tendrils 163,03 cm, stem diameter 3,39 mm, number of primary branches 3,04, root volume 38,73 cm3, heavy wet canopy

109,60 g, dry weight canopy 33,55 g, wet weight root 40,52 g and root dry weight of 12,10 g. Hormone A2

(200 ppm) can accelerate and enhance the growth of plant Mucuna bracteata 8 WAP on variable the average length of tendrils 12,.96 cm, stem diameter 3,52 mm, number of primary branches 2,00, root volume 25,78 cm3, heavy wet canopy 68,37 g, dry weight canopy 20,32 g, wet weight root 27,03 g and root dry weight 8,06g. While involves the combination of the best in the segment length parameter obtained on the main stem shade treatment 0% and IAA 100 ppm (N0A1) and treatment of the best in the branch number of primary parameters

obtained at 0% shade treatment and IAA 200 ppm (N0A2).

(74)

PENGARUH NAUNGAN DAN PEMBERIAN IAA TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK Mucuna bracteata

SKRIPSI

OLEH :

RIZKI FAUZI 100301021

AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(75)

PENGARUH NAUNGAN DAN PEMBERIAN IAA TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK Mucuna bracteata

SKRIPSI

OLEH :

RIZKI FAUZI 100301021

AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(76)

Judul Penelitian

Nama NIM

Program Studi Minat Studi

: Pengaruh Naungan dan Pemberian IAATerhadap PertumbuhanSetekMucunabracteata

: Rizki Fauzi : 100301021 : Agroekoteknologi

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Meiriani, MP) Ketua

(Ir. Asil Barus, MS)

Anggota

Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(77)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh persentasi naungan dan konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan setek Mucuna bracteata. Dilaksanakan dilahan pertanian rakyat Desa Sendang Rejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat dengan ketinggian ± 50 meter diatas permukaan laut dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2015. Dilakukan dengan Rancangan Petak Terpisah (RPT) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan.Faktorpertamaberupa intensitas naungan yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan faktor keduaadalahkonsentrasi IAA yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dengan tiga kali ulangan. Variabel yang diukurdalampenelitianiniadalahpertumbuhanrataan panjang sulur, panjang ruasbatang utama, diameter batang, jumlah cabang primer, volume akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar. Dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) kemudiandilanjutkandenganUji Beda Nyata Terkecil (BNT) padatarafuji 5% untukmengetahuibedanyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan N0 (0%)dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan

tanaman Mucuna bracteata8 MST pada variable rataan panjang sulur 163,03 cm,

diameter batang 3,39 mm,

jumlah cabang primer 3,04, volume akar 38,73 cm3, berat basah tajuk 109,60 g, berat kering tajuk 33,55 g, berat basah akar 40,52 g dan berat kering akar 12,10 g.Pemberian hormon A2 (200 ppm) dapat mempercepat

dan meningkatkan pertumbuhan Mucuna bracteata secara nyata 8 MST pada variable rataan panjang sulur 122,96 cm, diameter batang 3,52 mm, jumlah cabang primer 2,00, volume akar 25,78 cm3, berat basah tajuk 68,37 g, berat kering tajuk 20,32 g, berat basah akar 27,03 g dan berat kering akar 8,06 g. Sedangkan kombinasi pelakuan yang terbaik pada parameter panjang ruasbatang utama diperoleh pada perlakuan naungan 0% dan IAA 100 ppm (N0A1) dan

pelakuan yang terbaik pada parameter jumlah cabang primer diperoleh pada perlakuan naungan 0% dan IAA 200 ppm (N0A2).

Gambar

Tabel 1.Panjang tanaman Mucuna bracteata padaperlakuan naungan dan pemberian IAA 3-8 MST (cm) UMUR Persentase Konsentrasi IAA (ppm)
Gambar 1.Hubungan Mucuna bracteata
Tabel 2.Panjang ruas batang utama Mucuna bracteata pada perlakuan naungan       dan pemberian IAA 5 - 8 MST (cm) UMUR Persentase Konsentrasi IAA (ppm)
Gambar 3. Hubungan pemberian IAA dengan panjang ruas batang utama Mucuna bracteata pada berbagai persentase naungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

microphylla dapat menghasilkan deposisi protein yang lebih baik, dilihat dari massa protein daging, sehingga dapat menunjang produksi telur pada periode selanjutnya.. Ayam

Context Diagram Sisfo Keuangan Berbasis Area 2.0 Pencatatan Transaksi 3.0 Setting Rekening Transaksi 4.0 Pembuatan Laporan Keuangan Cabang 1.0 Proses Login Pusat Login Login

Banyak cara yang digunakan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara dalam tanah salah satunya adalah melalui pemupukan.Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons

Simpulan penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan kualitas pelayanan antara pasien BPJS dengan umum pada dimensi keselamatan pasien, (2) terdapat perbedaan kualitas

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Stock Selection Skill, Market Timing Ability, Fund Age, dan Fund Size Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah Saham di Indonesia Pada Tahun

Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintahan nomor 24 tahun 1997 bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

Persamaan penelitian yang diacu dengan penelitian sekarang adalah sama- sama menggunakan rasio Net Profit Margin dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan sebelum dan

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis pada apusan darah tepi yang sudah diwarnai menggunakan pewarnaan Giemsa, Wright dan kombinasi Wright- Giemsa, didapat