• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu (Studi Kasus : Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Koridor 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu (Studi Kasus : Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Koridor 1)"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM

RUTE MEDAN – BANDARA KUALA NAMU

(Studi Kasus: Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara Koridor 1)

TESIS

Oleh

CONRAD BOMBONGAN

117016001/TS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM

RUTE MEDAN – BANDARA KUALA NAMU

(Studi Kasus: Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara Koridor 1)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

CONRAD BOMBONGAN

117016001/TS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM RUTE MEDAN-BANDARA KUALA NAMU (Studi kasus:

Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Koridor 1)

Nama Mahasiswa : Conrad Bombongan Nomor Pokok : 117016001

Program Studi : Magister Teknik Sipil

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua

(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE)

Anggota

(Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE)

Dekan,

(4)

Tanggal Lulus : 30 Januari 2014 Telah diuji pada :

Tanggal 30 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE

Anggota : 1. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT

2. Dr. Ir. A. Perwira MuliaTarigan, M.Sc

3. Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc

(5)

ABSTRAK

Bandara Internasional Kuala Namu mulai beroperasi tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia. Hal ini juga diikuti oleh beroperasinya Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai layanan moda angkutan umum bagi masyarakat. Beroperasinya Kereta Api Bandara ini menimbulkan masalah baru bagi lalu lintas kota Medan. Kondisi ini menyebabkan semakin macetnya kota Medan khususnya di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan sebidang dengan rel kereta api yang dilalui Kereta Api Bandara. Apalagi saat ini Kereta Api Bandara cukup diminati masyarakat karena menawarkan pelayanan yang lebih dan waktu perjalanan yang lebih singkat sehingga frekuensi keberangkatannya semakin meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan karakteristik pengguna moda KA Bandara dan Bus Bandara. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar keduanya dan menguji sensitifitas pelaku perjalanan apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atributnya. Dalam penelitian ini digunakan metode

stated preference untuk menggambarkan preferensi pemilihan moda Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara. Data yang diperoleh dengan metode stated preference

kemudian dimodelkan dengan model logit biner dan probit biner. Kedua model ini digunakan hanya untuk pilihan 2 moda transpotasi alternatif. Dari kedua model ini dapat diketahui probabilitas pemilihan moda transportasi KA Bandara serta Bus Bandara.

Dari hasil analisis, diperoleh persamaan fungsi selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai berikut:

UKAB-BB = 2,606 – 0,028X1 – 0,007X2 – 0,014X3 – 0,016X4 + 0,044X5

dengan X1 (atribut cost), X2 (atribut time), X3 (atribut headway), X4 (atribut access time, dan X5 (atribut service). Hasil yang diperoleh dari analisis sensitifitas fungsi

utilitas dengan model logit biner dan probit biner bahwa atribut-atribut cost, time, headway dan access time memperlihatkan arah kemiringan garis yang negatif yang artinya semakin besar selisih perbedaan atribut-atribut cost, time, headway dan access

time akan semakin memperkecil probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara

sementara atribut service memperlihatkan arah kemiringan garis yang positif yang artinya semakin besar selisih perbedaan pelayanan antara KA Bandara dan Bus Bandara akan semakin memperbesar probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara.

(6)

ABSTRACT

Kuala Namu International Airport started operating on July 25, 2013 to replace Polonia International Airport followed by the operation of airport train and bus as a public transport service modes. The operation of the airport train created a new traffic problem for the city of Medan. This condition caused more traffic jam in Medan especially in arterial roads with railway crossing passed by the airport train. Furthermore the people are fairly interested in airport train because it offers better service and faster trip, and its frequency of departure is increasing.

The purpose of the study was to define the characteristic airport train and bus users to model the choice of both transportation modes and to test the sensitivity of the users of transportation modes if one of the attribute changes. This study used stated preference method to describe the preference of choosing the airport train and bus mode. The data obtained through stated preference method was modelled by using binary logit and probit models. These two models were only used for two alternative transportaion modes. From these two models, the probablity of using airport train and bus transportation can be known.

The result of analysis showed the equations of the function of utility difference of airport train and bus:

UKAB-BB=2.606 – 0.0028X – 0.07X – 0.014X – 0.016X + 0.044X in which X, (cost attribute), X2 (time attribute), X3 (headway attribute), X4 (access attribute) and X5 (service attribute). The result obtained from the analysis of utility function sensitivity using binary logit and probit models that the attributes between the cost, time, head way and access time showed the negative slope which meant that the larger the difference of the cost, time, headway, and access time attributes, the smaller the probability of choosing the airport train, while the service attribute showed the positive slope which meant the larger the difference between the the service provided by the airport train and bus, the larger the probability of choosing the airport train will be.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan penulis ucapkan kepada Allah Bapa di

surga yang telah memberikan pertolongan dan kasih karunia-Nya hingga selesainya

tesis ini yang berjudul “Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan –

Bandara Kuala Namu (Studi Kasus : Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara Koridor 1)”.

Tesis ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian Magister Teknik

Sipil Program Studi Manajemen Prasarana Publik pada Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini masih banyak

kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak-bapak

dosen serta rekan mahasiswa sangatlah saya harapkan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu penulis. Ucapan terima kasih penulis

ucapkan kepada :

Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE sebagai Ketua Program Studi Magister

Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara dan sekaligus juga sebagai dosen

pembimbing I serta Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT sebagai dosen

pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta masukan kepada

penulis dalam penyelesaian tesis ini. Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc,

Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc, Bapak Ir. Syahrizal, MT dan Bapak Ir.

Rudi Iskandar, MT, selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang telah memberikan

masukan dan saran demi perbaikan tesis ini, serta seluruh dosen-dosen di Magister

Teknik Sipil USU.

BPPS DIKTI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana. Seluruh staf PT. Railink dan Perum

Damri yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data. Teman-teman

(8)

Teknik Sipil USU, sdr.Yunardi yang telah membantu kelancaran administrasi selama

penulis menempuh pendidikan hingga selesai.

Kedua orangtuaku Pdt. Edius Nainggolan dan Ibunda Resti Pakpahan, yang

telah kembali kepada Bapa di Surga, yang selama hidup mereka telah memberikan

teladan hidup yang luar biasa kepada penulis. Selanjutnya Istriku tercinta Rosinta M.

Sitanggang, A.Md yang setia mendampingi penulis, anak-anakku tersayang Tiffany

Sarah Gabriella dan Timothy Michael Joe, yang menjadi sumber motivasi yang kuat

bagi penulis. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Kiranya Tuhan memberkati semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan

referensi bagi pengambilan kebijakan serta untuk keperluan pengembangan ilmu

pengetahuan.

Medan, Januari 2014

(9)

PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam tesis saya ini yang berjudul “Analisis

Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu (Studi kasus:

Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Koridor 1) adalah karya saya

dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.

Sumber informai dalam tesis ini yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, dicantumkan dalam daftar pustaka.

Medan , Januari 2014

Conrad Bombongan

(10)

RIWAYAT HIDUP

A.DATA PRIBADI

Nama : Conrad Bombongan

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 08 Desember1970

Jenis Kelamain : Laki-laki

Status : Kawin

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Pabrik Tenun Gang Surau No.2, Medan Petisah,

Medan 20118

HP/Fax. : 081376555678

Email : conrad_nainggolan@yahoo.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Inpres 064007 Medan 1976-1983

SMP Negeri 18 Medan 1983-1986

SMA Negeri Labuhan Deli 1986-1989

Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, USU Medan 1989-1997 Fakultas Teknik, Prodi Magister Teknik Sipil, USU Medan 2011-2014

C. RIWAYAT PEKERJAAN

BT/BS Medica 1993-1999

Universitas Putra Batam 1999-2009

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTACT ii

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN v

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

DAFTAR NOTASI xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 5

1.3 Tujuandan Manfaat Penelitian 5

1.4 Kerangka Konseptual 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 7

1.6 Sistematika Penulisan 8

(12)

2.1 Angkutan Umum 10

2.1.1 Pengguna Transportasi (user) 12

2.1.2 Pengusaha Angkutan (operator) 14

2.2 Variabel Penentu Pemilihan Moda 14

2.2.1 Pelayanan Moda 15

2.2.2 Persepsi Pengguna 17

2.2.3 Variable Supply dan Demand 20

2.2.3.1 Variable Demand (Pelaku Perjalanan) 21

2.2.3.2 Variabel Supply (Sistem Transportasi 22

2.3 Model Pemilihan Moda 23

2.3.1 Definisi Model 23

2.3.2 Model Pemilihan Moda Transportasi 25

2.3.3 Model Peluang Pemilihan Moda 26

2.3.4 Prosedur Pemilihan Moda 29

2.4 Pendekatan Model Pemilihan Moda 34

2.5 Model Pemilihan Diskret 38

2.6 Utilitas 40

2.6.1 Utilitas Acak 41

2.7 Teknik Stated Preference (SP) 43

2.7.1 Identifikasi Pilihan (Identification of Preference) 47

2.7.2 Perilaku Perjalanan 48

2.7.3 Analisis Data Stated Preference 49

(13)

2.9 Model Probit Biner 55

2.10 Analisa Regresi Linier Berganda 58

2.11 Regresi Logistik 59

2.12 Koefisien Determinasi (R2) 60

2.13 Korelasi 61

2.14 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum 62

2.15 Biaya Operasi Kendaraan 63

2.15.1 Biaya Tetap (fixed cost) 63

2.15.2 Biaya Tidak Tetap (Variable cost) 66

2.15.3 Biaya Overhead 66

2.16 Studi Terdahulu 67

BAB III METODE PENELITIAN 72

3.1 Jenis Penelitian 72

3.2 Tahap -Tahap Proses Penelitian 72

3.3 Hipotesa 76

3.4 Peralatan Penelitian 77

3.5 Pengumpulan Data 77

3.5.1 Data Primer 77

3.5.2 Data Sekunder 78

3.5.3 Lokasi Survei 78

3.5.4 Waktu Survei 79

3.5.5 Penentuan Jumlah Sampel 79

(14)

3.7 Analisa Data, Fungsi Utilitas dan Probabilitas 81

3.8 Pengujian Hipotesa Secara Parsial (Uji-t) 86

3.9 Pengujian Hipotesa Secara Menyeluruh (Uji-F) 87

3.10 Uji Sensitifitas 88

3.11 Skema Tahapan Perhitungan 89

3.12 Kesimpuland an Saran 91

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 92

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 92

4.1.1 Medan 92

4.1.2 Kuala Namu 93

4.2 Profil Perusahaan 94

4.2.1 PT Railink 94

4.2.2 Perum DAMRI 95

4.3 Penentuan Jumlah Sampel 98

4.3.1 Populasi 98

4.3.2 Sampel 99

4.3.3 Perolehan Data Survei 101

4.4 Pemaparan Hasil Survei 102

4.5 Analisa Regresi Linier 113

4.5.1 Analisis Persamaan Fungsi Utilitas 114

4.5.2 Kompilasi Data 116

4.5.3 Analisa Korelasi Model Binomial Logit 118

(15)

4.5.5 Uji Determinasi 121

4.5.6 Uji t 123

4.5.6.1 Uji t pada Model Binomial Logit Selisih 124

4.5.7 Uji F 126

4.5.7.1 Uji F pada Model Binomial Logit Selisih 127

4.5.8 Persamaan Model 128

4.5.8.1 Persamaan Model LogitBiner 128

4.5.8.2 Grafik Pemilihan Moda 129

4.5.9 Sensitifitas Model 132

4.5.9.1 Sensitivitas Model Logit Biner 132

4.5.9.2 PersamaanModel Probit Biner 138

4.5.9.3 Sensitifitas Model Probit Biner 138

4.5.9.4 Perbandingan Sensitivitas Model Logit Biner

dengan Probit Biner 144

4.6 Tinjauan Aspek Ekonomi dan Sosial Angkutan Bus Bandara 149

4.7 Analisis Tarif Bus Bandara Terhadap Kurva Sensitifitas

Atribut Biaya 158

4.8 Diskusi Hasil 159

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 161

5.1 Kesimpulan 161

5.2 Saran 163

DAFTAR PUSTAKA 165

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Kondisi saat ini (eksisting) pada KA Bandara dan Bus Bandara 98

4.2 Proporsi Penyebaran Kuesioner Masing-Masing Moda Transportasi 100

4.3 Ragam Kriteria Jawaban Responden 101

4.4 Distribusi Responden Pengguna Moda Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu 102

4.5 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara Perjalanan Medan – Kuala Namu 103

4.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara Perjalanan Medan – Kuala Namu 105

4.7 Distribusi Pekerjaan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu 106

4.8 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna KA Bandara

dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu 107

4.9 Distribusi Pemilihan Moda Responden Pengguna KA Bandara dan

Bus Bandara untuk Perjalanan Medan-Kuala Namu 108

4.10 Lama Waktu yang Dibutuhkan Responden Pengguna KA Bandara

dan Bus Bandara dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun 109

4.11 Jenis Kendaraan yang Digunakan dari Tempat Keberangkatan

Menuju Stasiun Kereta Api Bandara/Bus Bandara 110

4.12 Penumpang Kereta Api Bandara yang potensial Berpindah ke Bus

Bandara Jika Berangkat Lebih dari Satu Orang 111

4.13 Penumpang Bus Bandara potensial Berpindah ke KA Bandara jika

(17)

4.14 Nilai Skala Numerik 115

4.15 Preferensi Responden Terhadap Option yang ditawarkan untuk

Pengolahan Model Binomial Logit Selisih 117

4.16 Matriks Korelasi 118

4.17 Alternatif Persamaan Utilitas 120

4.18 Probabilitas Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner 130

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual 7

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pendapat Penumpang pada Pelayanan 18

2.2 Bangkitan Pergerakan Bersamaan dengan Pemilihan Moda diikuti

Sebaran Pergerakan 27

2.3 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda 28

2.4 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Rute Bersamaan Sebaran

Pergerakan 28

2.5 Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan 29

2.6 Proses Pemilihan Dua Moda 30

2.7 Proses Pemilihan Moda untuk Indonesia 31

2.8 Komponen Perilaku Konsumen 48

2.9 Hierarki Keputusan Perjalanan Individu 53

2.10 Grafik Perbandingan Logit dan Probit 58

3.1 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian 75

3.2 Diagram Alir Tahapan Perhitungan 89

4.1 Perbandingan Jumlah Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara 102

4.2 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna KA Bandara dan

Bus Bandara tujuan Medan – Kuala Namu 104

4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 105

(19)

dan Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 106

4.5 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 107

4.6 Distribusi Pemilihan Moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara

untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 108

4.7 Distribusi Waktu Dibutuhkan Responden Pengguna KA Bandara dan

Bus Bandara dari tempat berangkat Menuju Stasiun Keberangkatan 110

4.8 Distribusi Jenis Kendaraan yang Digunakan dari tempat keberangkatan

Menuju Stasiun Kereta Api Bandara/ Bus Bandara 111

4.9 Distribusi Penumpang Moda Kereta Api Bandara Berpotensi beralih

ke Bus Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang 112

4.10 Distribusi Penumpang Bus Bandara Berpotensi Beralih ke Kereta Api

Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang 113

4.11 Grafik Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner 130

4.12 Grafik Pemilihan Moda dengan Model Probit Biner 131

4.13 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Biaya perjalanan 133

4.14 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Waktu Tempuh perjalanan 134

4.15 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Headway 135

4.16 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Waktu Tempuh menuju

Stasiun Keberangkatan (access time) 136

4.17 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Pelayanan (service) 137

4.18 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Biaya Perjalanan 139

4.19 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Waktu Tempuh perjalanan 140

4.20 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Headway 141

4.21 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Waktu Tempuh Menuju

(20)

4.22 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Pelayanan (service) 143

4.23 Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner

Terhadap Biaya Perjalanan 144

4.24 Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner

Terhadap Waktu Tempuh Perjalanan 145

4.25 Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner

Terhadap Headway 146

4.26 Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner

Terhadap Waktu Tempuh Menuju Stasiun Keberangkatan 147

4.27 Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner

Terhadap Pelayanan (service) 148

4.28 Kondisi tarif Bus Bandara terhadap Kurva Sensitifitas Atribut

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Format Kuisioner Penelitian 168

2 Tabel Input Data Kuisioner Penelitian 173

3 Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas 177

4 Sensitifitas Model Logit Biner 208

5 Sensitifitas Model Probit Biner 211

6 Tabel Distribusi – F 216

7 Tabel Distribusi – t 217

8 Tabel Distribusi Normal Standar 218

9 Rekapitulasi Jumlah Penumpang Bandara KNIA Menggunakan

Bus Bandara 220

10 Rekapitulasi Jumlah Penumpang dan Volume Transaksi dengan

Menggunakan Kereta Api Bandara 222

11 Gambar Jalur Koridor 1 Bus Bandara 224

12 Gambar Jalur Kereta Api Bandara 225

13 Gambar Letak Stasiun Besar KA Bandara dan Shelter Plaza Medan

Fair terhadap Bandara Kuala Namu 226

14 Foto-foto Dokumentasi 227

(22)

DAFTAR NOTASI

a = Konstanta Regresi

b1, b2...., bn = Koefisien masing-masing atribut/parameter model

d = derajat kesalahan sampel (sampling error)

k = Jumlah atribut

n = Jumlah sampel

= Kesalahan acak (random error)

PKAB = Probabilitas memilih Kereta Api Bandara

PBB = Probabilitas memilih Bus Bandara

= Probabilitas memilih alternatif i bagi individu n

R2 = Koefisien determinasi

= Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n

= Fungsi deterministik utilitas i bagi individu n

... = Nilai atribut pelayanan

Zα = Nilai kritis distribusi

α = Koefisien kepercayaan

σ = Standart deviasi sampel

ϕ = Distribusi kumulatif standard normal

t – test = Uji t, yaitu pengujian hipotesa terhadap koefisien regresi

(23)

X1 = Selisih atribut biaya (cost) antara Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara.

X2 = Selisih atribut waktu (time) antara Kereta Api Bandara dan Bus

Bandara.

X3 =Selisih atribut waktu keberangkatan (headway) antara Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara.

X4 = Selisih atribut lama waktu yang diperlukan dari tempat asal menuju

stasiun keberangkatan (access time) antara Kereta Api dan Bus

Bandara.

X5 = Selisih atribut pelayanan (service) antara Kereta Api Bandara dan

(24)

ABSTRAK

Bandara Internasional Kuala Namu mulai beroperasi tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia. Hal ini juga diikuti oleh beroperasinya Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai layanan moda angkutan umum bagi masyarakat. Beroperasinya Kereta Api Bandara ini menimbulkan masalah baru bagi lalu lintas kota Medan. Kondisi ini menyebabkan semakin macetnya kota Medan khususnya di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan sebidang dengan rel kereta api yang dilalui Kereta Api Bandara. Apalagi saat ini Kereta Api Bandara cukup diminati masyarakat karena menawarkan pelayanan yang lebih dan waktu perjalanan yang lebih singkat sehingga frekuensi keberangkatannya semakin meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan karakteristik pengguna moda KA Bandara dan Bus Bandara. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar keduanya dan menguji sensitifitas pelaku perjalanan apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atributnya. Dalam penelitian ini digunakan metode

stated preference untuk menggambarkan preferensi pemilihan moda Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara. Data yang diperoleh dengan metode stated preference

kemudian dimodelkan dengan model logit biner dan probit biner. Kedua model ini digunakan hanya untuk pilihan 2 moda transpotasi alternatif. Dari kedua model ini dapat diketahui probabilitas pemilihan moda transportasi KA Bandara serta Bus Bandara.

Dari hasil analisis, diperoleh persamaan fungsi selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai berikut:

UKAB-BB = 2,606 – 0,028X1 – 0,007X2 – 0,014X3 – 0,016X4 + 0,044X5

dengan X1 (atribut cost), X2 (atribut time), X3 (atribut headway), X4 (atribut access time, dan X5 (atribut service). Hasil yang diperoleh dari analisis sensitifitas fungsi

utilitas dengan model logit biner dan probit biner bahwa atribut-atribut cost, time, headway dan access time memperlihatkan arah kemiringan garis yang negatif yang artinya semakin besar selisih perbedaan atribut-atribut cost, time, headway dan access

time akan semakin memperkecil probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara

sementara atribut service memperlihatkan arah kemiringan garis yang positif yang artinya semakin besar selisih perbedaan pelayanan antara KA Bandara dan Bus Bandara akan semakin memperbesar probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara.

(25)

ABSTRACT

Kuala Namu International Airport started operating on July 25, 2013 to replace Polonia International Airport followed by the operation of airport train and bus as a public transport service modes. The operation of the airport train created a new traffic problem for the city of Medan. This condition caused more traffic jam in Medan especially in arterial roads with railway crossing passed by the airport train. Furthermore the people are fairly interested in airport train because it offers better service and faster trip, and its frequency of departure is increasing.

The purpose of the study was to define the characteristic airport train and bus users to model the choice of both transportation modes and to test the sensitivity of the users of transportation modes if one of the attribute changes. This study used stated preference method to describe the preference of choosing the airport train and bus mode. The data obtained through stated preference method was modelled by using binary logit and probit models. These two models were only used for two alternative transportaion modes. From these two models, the probablity of using airport train and bus transportation can be known.

The result of analysis showed the equations of the function of utility difference of airport train and bus:

UKAB-BB=2.606 – 0.0028X – 0.07X – 0.014X – 0.016X + 0.044X in which X, (cost attribute), X2 (time attribute), X3 (headway attribute), X4 (access attribute) and X5 (service attribute). The result obtained from the analysis of utility function sensitivity using binary logit and probit models that the attributes between the cost, time, head way and access time showed the negative slope which meant that the larger the difference of the cost, time, headway, and access time attributes, the smaller the probability of choosing the airport train, while the service attribute showed the positive slope which meant the larger the difference between the the service provided by the airport train and bus, the larger the probability of choosing the airport train will be.

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013

yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya

mobilitas (pergerakan) dari Medan menuju Kuala Namu begitu pun sebaliknya.

Pergerakan ini tentunya membutuhkan sarana transportasi untuk dapat memindahkan

orang maupun barang.

Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

Provinsi Sumatera Utara

PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa

Beringin,dengan luas fisik bandara

1.365 hektare dan luas terminal 118.930 meter persegi. Bandara Kuala Namu berjarak

kurang lebih 39 km dari pusat kota Medan.

Melihat jarak tempuh rata-rata dari kota Medan – Kuala Namu lebih panjang

dari 30 km, bagi para penumpang (pelaku perjalanan) yang akan menuju Kuala

Namu dapat menggunakan beberapa pilihan moda angkutan. Mulai dari kendaraaan

pribadi, taksi, Bus Bandara maupun Kereta Api Bandara. Bila dibandingkan dengan

Bandara Polonia yang hanya berjarak 2 km dari pusat kota Medan pelaku perjalanan

masih dapat menggunakan angkot, ojek, betor selain kendaraan pribadi dan taksi

sebagai moda transportasinya.

(27)

Bandara Polonia Medan, pelayanan sistem angkutan umum massal yang akan

melayani menuju dan dari bandara yang sudah direncanakan adalah moda kereta api

dan bus. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan sistem angkutan umum massal

inilah masalah kemacetan kota diharapkan bisa diatasi.

Pemerintah telah merencanakan membuka sebanyak tujuh koridor bagi Bus

Bandara agar dapat melayani penumpang Medan dan luar kota Medan (Tebing

Tinggi, Binjai, Pematang Siantar, Kabanjahe), namun sampai saat ini masih tiga

koridor yang beroperasi yaitu koridor 1 : Plaza Medan Fair – Kuala Namu , koridor

2: Terminal Amplas – Kuala Namu dan koridor 3 : Binjai – Kuala Namu. Dimana

untuk koridor 1 dan 2 operatornya adalah Perum Damri sedangkan koridor 3

operatornya adalah PT. ALS. Sementara itu untuk pemadu moda berbasis rel

operatornya adalah PT. Railink yang merupakan anak perusahaan dari PT KAI dan

PT Angkasa Pura II.

Saat ini bagi pelaku perjalanan yang akan menuju Bandara Kuala Namu

dengan menggunakan moda Bus Bandara, Perum Damri menyediakan shelter di

Carrefour Plaza Medan Fair dengan tarif Rp 15.000 per orang dan satu lagi di

terminal Amplas dengan tarif Rp 10.000 per orang. Sementara itu untuk Kereta Api

Bandara berangkat dari stasiun besar kereta api Medan dengan tarif Rp 80.000 per

orang. Untuk headway (jedah keberangkatan) Bus Bandara setiap 45 menit sekali

dengan waktu tempuh rata-rata perjalanan 80 menit, sedangkan headway Kereta Api

Bandara setiap lebih kurang 2 jam sekali dengan waktu tempuh rata-rata perjalanan

(28)

Melihat kondisi saat ini bahwa moda transportasi Kereta Api Bandara semakin

banyak diminati masyarakat kota Medan dan sekitarnya, Hal ini dikarenakan Kereta

Api Bandara memberikan pelayanan yang lebih dan waktu tempuh perjalanan yang

lebih singkat. Semakin diminatinya Kereta Api Bandara ini oleh masyarakat

mengakibatkan permintaan akan frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara semakin

tinggi. Frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara sampai tanggal 13 Nopember 2013

adalah sebanyak 20 kali PP dalam sehari. Dan direncanakan mulai tanggal 14

Nopember 2013 frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara menjadi 36 kali PP dalam

sehari.

Hal ini akan menimbulkan dampak baru bagi lalu lintas kota Medan yaitu

berakibat semakin macetnya kota Medan khususnya pada jam-jam sibuk (peak hour)

di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan dengan rel kereta api. Kondisi ini

terjadi karena saat ini infrastruktur rel kereta api masih sebidang dengan infrastruktur

jalan raya.

Menurut pengamatan penulis, setiap kereta api melintas di Jln. Hj.Ani Idrus

(Jl. Pandu) dan Jln. Sisingamangaraja terdapat antrian panjang kendaraan bermotor.

Di Jln. Sisingamangaraja, antrian kendaraan bermotor bisa mencapai ruas Jln.

Cirebon, bahkan sampai persimpangan Jln. MT. Haryono. Demikian juga di Jln. Hj.

Ani Idrus, antrian kendaraan bermotor bisa mencapai persimpangan Jln. Sutomo,

sementara, di Jln. Sutomo juga terdapat lintasan kereta api.

Apalagi saat ini PT. Railink telah mendatangkan Kereta Api Woojin, milik

pabrikan Korea sebanyak empat trainset yang masing-masing memiliki empat buah

(29)

bertahap seiring dengan permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi. Hal ini

nantinya akan menyebabkan semakin parahnya tingkat kemacetan lalu lintas di kota

Medan dan dikhawatirkan suatu saat bisa mengakibatkan kondisi gridlocked (macet

total).

Masalah ini perlu segera diantisipasi, salah satu caranya adalah dengan

mengupayakan agar pelayanan dan unjuk kerja Bus Bandara dapat mengimbangi

Kereta Api Bandara. Sehingga diharapkan pelaku perjalanan memiliki preferensi

(tingkat memilih) yang seimbang antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara

sebagai kendaraannya menuju dan dari Bandara Kuala Namu.

Adanya kompetisi sengit dalam pemilihan kedua moda yaitu antara Kereta

Api Bandara dan Bus Bandara oleh pelaku perjalanan sangat terkait oleh kondisi

sosioekonomi pelaku perjalanan dan juga karakteristik dan segala atribut yang ada

pada moda yang bersangkutan.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku

pelaku perjalanan yang mempengaruhi probabilitas pemilihan moda, sehingga dapat

dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan bagi moda yang bersangkutan

khususnya Bus Bandara.

Diharapkan dengan kondisi pelayanan yang semakin meningkat, masyarakat

pelaku perjalanan akan lebih memilih menggunakan Bus Bandara dalam melakukan

perjalanannya sehingga akan mengurangi beban jalan raya dan akan berdampak

(30)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di latar belakang masalah ada

beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana karakteristik pelaku perjalanan dalam pemilihan moda

transportasi?

2. Bagaimana menyusun bentuk model pemilihan moda antara Kereta Api

Bandara dan Bus Bandara dengan menggunakan model logit binomial?

3. Apakah ada pengaruhnya apabila dilakukan perubahan salah satu variabel

atribut perjalanan pada masing-masing moda tersebut terhadap probabilitas

pemilihan moda?

4. Bagaimana aplikasi model apabila terjadi perubahan atribut?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengguna moda Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda oleh

pelaku perjalanan.

3. Menyusun bentuk model yang dapat menjelaskan probabilitas pemilihan

moda.

4. Mengidentifikasi sensitifitas model dari respons individu pelaku perjalanan

apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atribut perjalanan yang

(31)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan

gambaran variabel-variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pelaku

perjalanan dalam pemilihan moda. Juga dapat menjadi dasar pertimbangan bagi

operator (pihak-pihak penyedia layanan angkutan umum bandara) yang sesuai

dengan keinginan pelalu perjalanan, sehingga mobilitas atau pergerakan orang dapat

lebih efisien dan lebih efektif.

1.4 Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini ada tiga hal utama yang dicari seperti tergambar pada Gambar

1.1, yaitu nilai selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara, nilai probabilitas,

dan grafik sensitifitas dari Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.

Nilai selisih utilitas ini bisa dihitung bila diketahui terlebih dahulu persamaan

Fungsi utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Persamaan Fungsi utilitas ini

didapatkan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Ada lima variabel

bebas (atribut) dalam penelitian ini yaitu cost, time, headway, access time, dan

service.

Nilai probabilitas didapatkan dari dua model yaitu model logit biner dan probit

biner dimana kedua model ini khusus digunakan hanya untuk memilih dua pilihan

moda transportasi alternatif. Dari grafik sensitifitas model logit biner dan probit

biner untuk masing masing atribut dapat menjadi masukan yang berharga bagi

(32)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah maka dilakukan pembatasan masalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan untuk perjalanan dari Medan ke Bandara

Internasional Kuala Namu dan tidak demikian sebaliknya.

2. Rute yang dipertandingkan adalah untuk Kereta Api Bandara dari stasiun

besar Kereta Api kota Medan sampai Bandara Kuala Namu sementara Bus

Bandara dipilih koridor 1 dari Carrefour Plaza Medan Fair sampai Kuala

Namu. Hal ini disebabkan kedua stasiun tersebut letaknya cukup

berdekatan.

Pemilihan Moda

Kereta Api Bandara dan Bus

Cost, Time, Headway, Access Time, dan Service

Fungsi Utilitas

Nilai Utilitas Probabilitas Sensitifitas

(33)

3. Moda yang dipertandingkan dalam tesis ini adalah Kereta Api Bandara dan

Bus Bandara sementara moda lainnya seperti taksi dan kendaraan pribadi

tidak turut dipertandingkan.

4. Penelitian hanya ditinjau dari segi pengguna jasa angkutan sebagai pelaku

perjalanan;

5. Model pemilihan moda yang digunakan adalah Model Logit Biner dan

Probit Biner.

6. Data untuk analisis preferensi pelaku perjalanan menggunakan teknik

stated preference dengan Skala Rating.

7. Estimasi parameter model menggunakan Analisa Regresi.

I.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang

ada perlu dilakukan sistematika penulisan yang disusun dalam beberapa bab sebagai

berikut:

Bab 1. Pendahuluan

Bab ini menggambarkan informasi awal dari keseluruhan penelitian ini, yang

berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab 2. Studi Pustaka

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang transportasi massal, variabel penentu

pemilihan moda, Metode Stated Preference, Teori Pengambilan Sampel,

(34)

Bab 3. Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang Proses Penelitian, Lokasi Penelitian,

Metodologi Survei, Penerapan pengambilan sampel, dan Metode analisis

data.

Bab 4. Analisa dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai hasil pengolahan data, model pemilihan moda yang

terbentuk sesuai dengan data yang diperoleh, pengujian dan analisis dari

model tersebut, probabilitas dari kedua moda, serta analisis sensitifitas dari

setiap atribut kedua moda tersebut.

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi pernyataan pernyataan singkat dan jelas yang disarikan dari

analisis dan pembahasan yang berkaitan erat dengan menjawab tujuan

penelitiaan serta saran yang dapat diberikan untuk melanjutkan penelitian

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angkutan Umum

Angkutan dapat dikatakan sebagai sarana untuk memindahkan orang maupun

barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan

sedangkan angkutan umum adalah setiap angkutan yang disediakan untuk

dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (langsung maupun tidak

langsung). Tujuannya membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau

berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke

tempat tujuannya secara baik dan layak.

Dalam perjalanannya beberapa tujuan yang seharusnya dapat dicapai dalam

proses operasional angkutan umum adalah:

1. Tujuan sosial

Sistem angkutan umum secara langsung atau tidak langsung dapat

memperkecil kesenjangan sosial yang terdapat dalam struktur masyarakat,

hal ini dikarenakan adanya kesetaraan pelayanan yang ditawarkan kepada

pengguna jasa angkutan umum.

2. Tujuan ekonomi

Dalam hal ini adalah tercapainya tingkat efektifitas menyangkut

pemanfaatan secara ekonomis sarana dan prasarana kota atau daerah

tersebut dan memberi aksesibilitas yang lebih baik untuk pelaksanaan

(36)

3. Tujuan lingkungan

Ketika sebuah sistem angkutan berjalan dengan baik dan mampu mencapai

tujuan dalam memfasilitasi pergerakan sehingga meminimalisir penggunaan

kendaraan pribadi, maka akan terjadi efisiensi penggunaan bahan bakar serta

tidak diperlukan suatu pelebaran ruang jalan ketika kapasitas jalan tersebut

sudah melebihi level of service (LOS).

Secara umum dalam sistem angkutan umum terdapat tiga komponen utama yang

memiliki peranan dan kepentingan tertentu yang seringkali saling bertolak belakang,

hal ini disebabkan karena ketiga komponen tersebut memiliki kepentingan yang

berbeda, yaitu:

1. Pelaku perjalanan (User)

Komponen ini adalah pembangkit perjalanan, dan memiliki kebebasan dalam

melakukan suatu jenis dan tujuan perjalanan, meskipun masih dikendalikan

oleh kemampuan dan kemauan untuk membelanjakan uangnya dalam

melakukan perjalanan dan urgensi dari perjalanan tersebut.

2. Pengusaha angkutan (Operator)

Komponen ini adalah fasilitator moda dalam sistem angkutan umum, sesuai

dengan kemampuan dan keinginan dari operator untuk menyediakan jenis dan

fungsi pelayanan yang akan diberikan, termasuk didalamnya pengaturan

jadwal, rute, dan jenis moda yang dijalankan.

3. Pemerintah (Regulator)

Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai komponen perantara antara

(37)

pemerataan kesempatan pelayanan terhadap masyarakat dapat tercapai.

Regulator memiliki kewenangan dalam mengatur, merubah, dan menyetujui

jenis moda, trayek, tarif dan hal-hal lain yang berkaitan dengan operasional

sistem angkutan umum sehingga layak untuk digunakan oleh user dengan

tidak membebani operator.

2.1.1 Pengguna Transportasi (User)

Pengguna transportasi didefinisikan sebagai individu yang mempunyai kebebasan

untuk membuat keputusan terhadap komoditas yang akan dikonsumsi selama periode

waktu tertentu (Kanafani, 1983). Asumsi-asumsi dasar teori pelanggan adalah sebagai

berikut:

1. Konsumen bebas memilih, artinya pelanggan mempunyai pilihan

terhadap variasi yang ditawarkan.

2. Barang atau jasa yang ditawarkan mempunyai karakteristik dan kegunaan

berbeda untuk pelanggan berbeda.

3. Konsumen akan memilih barang dan jasa yang ditawarkan dalam struktur

yang konsisten, artinya produk yang ditawarkan merupakan keputusan

pelanggan yang kompetitif.

4. Konsumen mempunyai ketidakpuasan terhadap pilihannya, artinya

konsumen selalu akan memilih produk yang terbaik yang ditawarkan.

5. Batas biaya, yaitu konsumen mempunyai keterbatasan terhadap biaya

(38)

Asumsi dalam melakukan analisis individu antara lain adalah individu

mempunyai pilihan, tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi komoditas,

keberpihakan atau pilihan, kecenderungan untuk mengkonsumsi lebih banyak, dan

dapat dipengaruhi oleh batas biaya (budget constraint). Sedangkan market merupakan

kumpulan dari pengguna, yang mempunyai karakteristik sosioekonomi yang berbeda.

Untuk mengembangkan market demand function, dibuat segmentasi pasar

dimana masing-masing segmen diasumsikan terdiri dari konsumen (pengguna jasa

dalam transportasi) yang memiliki karakteristik sosioekonomi homogen yang

merupakan jumlah dari individual demand function yang dibutuhkan untuk mewakili

gambaran hasil yang mendekati kenyataan.

Kegiatan pasar jasa angkutan umum pada dasarnya tidak dapat memenuhi

kebutuhan seluruh pengguna secara tepat, karena setiap pengguna jasa memiliki

kebutuhan yang berbeda (Wells dandan Prensky, 1996). Pasar terdiri dari para

pembeli yang berbeda dalam keinginan, kebutuhan, daya beli, sikap dalam

mengkonsumsi suatu barang, lokasi geografis, dan kegiatannya dalam pembelian

suatu barang. Pengelompokan pengguna dalam angkutan umum didasarkan atas tiga

segmen yaitu:

1. Pengguna tidak memiliki pilihan, hanya ada pilihan utama sampai pada

tujuan.

2. Pengguna yang memiliki pilihan dengan membandingkan pada beberapa

(39)

3. Pengguna yang mempunyai pilihan dengan membandingkan pada

beberapa alternatif moda pilihan serta mempertimbangkan aspek

psikologis yang berkaitan dengan kepuasan dan prestise pelanggan.

2.1.2 Pengusaha Angkutan (Operator)

Pengusaha angkutan transportasi merupakan penyedia jasa moda transportasi

dengan keseluruhan atributnya yang kemudian akan menciptakan suatu penawaran

kepada user, baik dengan adanya persaingan dari bentuk moda lain ataupun sejenis

dengan trayek yang sama.

2.2 Variabel Penentu Pemilihan Moda

Dalam melakukan pertimbangan umum bagi pelaku perjalanan ketika menentukan

pilihan moda angkutan umum yang akan digunakan dalam melakukan pergerakan ada

beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

1. Tingkat Pelayanan yang diberikan oleh moda angkutan yang ada. Baik

dalam teori maupun kenyataan, pelaku perjalanan akan lebih memilih

suatu angkutan umum yang dianggap lebih aman, nyaman, dan cepat

untuk menuju tempat tujuan dengan maksimal dua kali pergantian moda.

2. Persepsi pengguna jasa terhadap suatu moda. Contohnya adalah terdapat

beberapa orang yang enggan menggunakan pesawat udara diakibatkan

oleh hal-hal tertentu, seperti ketakutan akan tempat tinggi, pemberitaan

(40)

3. Aspek sosial ekonomi pelaku perjalanan. Untuk user dengan kemampuan

ekonomi yang baik, maka pengguna akan lebih memilih angkutan umum

yang paling nyaman dan aman serta cepat, untuk pengguna dengan

tingkat ekonomi rendah, user akan lebih memilih tetap menggunakan

angkutan umum.

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan

menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi

model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui variabel bebas yang

mempengaruhi pemilihan moda tersebut.

2.2.1 Pelayanan Moda

Tingkat pelayanan adalah usaha penyedia jasa transportasi untuk memenuhi

keinginan pengguna, yang tergantung pada banyak aspek selain kecepatan dan waktu

perjalanan. Aspek-aspek tersebut selain dipengaruhi oleh waktu perjalanan, juga

dipengaruhi oleh keandalan (reliability), kenyamanan (comfort), keamanan dan harga

(Morlok, 1994). Pada dasarnya tingkat pelayanan merupakan refleksi kepuasan

pengguna terhadap waktu perjalanan, aman, dan nyaman berdasarkan motivasi dan

citra yang didapatkan.

Tingkat pelayanan dapat dipahami dengan mengetahui perilaku konsumen yang

dalam perspektif ekonomi tergantung dari pasar, atau sasaran produk yang ditawarkan

Wells dan Prensky (1996), meliputi unsur sebagai berikut:

(41)

2. Merupakan proses yang terjadi pada masing-masing individu termasuk

didalamnya adalah pemahaman tentang motivasi, persepsi, pengalaman

(learning), pembentukan perilaku dan pengambilan keputusan.

3. Ekonomi.

4. Merupakan hal yang paling mendasar dalam pembuatan keputusan untuk

memilih secara rasional.

5. Sosiologi.

6. Merupakan pemahaman dari sisi sosial, seperti informasi yang didapat

dari orang lain, media, termasuk juga karakteristik umum, ras, pekerjaan

dan suku.

7. Antropologi.

8. Yaitu pemahaman terhadap kultur dan nilai-nilai masyarakat.

9. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour).

10. Yaitu pemahaman terhadap selera pasar, perusahaan, atau kebijakan

pemerintah yang akan mempengaruhi perilaku individu.

Menurut Manheim (1979) atribut pelayanan moda dapat dibagi dalam empat

garis besar, adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan waktu, adalah total waktu tempuh reliabilitas/ketepatan

waktu, waktu tunggu dan waktu transfer antar moda dan frekuensi

pelayanan.

2. Biaya, dalam hal ini adalah biaya langsung (tarif, tol, bensin, dan parkir),

biaya pengoperasian (bongkar pasang, pemeliharaan, bengkel), biaya

(42)

3. Keamanan, dalam hal ini adalah tingkat kecelakaan dan tingkat

kerusakan.

4. Comfort dan conveniency, adalah tingkat kenyamanan yang diperoleh

pelaku perjalanan seperti, jarak berjalan kaki menuju angkutan dan dari

angkutan menuju tujuan, jumlah pergantian moda, kenyamanan dalam

kendaraan, kenyamanan psikologis, pelayanan pra dan purna pergerakan.

2.2.2 Persepsi Pengguna

Definisi persepsi adalah “perception is the process by which an individual

selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of

the world”. Pengertian stimuli adalah, input yang mempengaruhi indera manusia.

Aspek persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Seleksi Persepsi (Perceptual Selection). Secara tidak sadar manusia

menyeleksi aspek lingkungan (stimuli) yang diterima. Dipengaruhi oleh

pengalaman sebelumnya dari individu yang mempengaruhi harapan dan

motivasi pada saat tersebut.

2. Pengorganisasian Persepsi (Perceptual Organization). Menstimulasi

pengalaman-pengalaman manusia, tidak memisahkannya melainkan

mengorganisasikannya dalam sebuah kelompok. Jadi karakteristik yang

diterima merupakan fungsi dari stimulus.

3. Interpretasi Persepsi (Perceptual Interpretation). Interpretasi merupakan

hasil dari pengorganisasian stimulus, jadi interpretasi merupakan

(43)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi baik secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut Zeithaml dan Bitner (1996) faktor yang

mempengaruhi persepsi pengguna pada suatu pelayanan adalah Service Encounters,

The evidence of Service, Image, serta Price. Hubungan dari faktor-faktor tersebut

[image:43.612.140.497.229.544.2]

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapat Penumpang terhadap Pelayanan (Zethaml dan Bitner, 1996)

a. Service Encounter

Kesan yang penting dari layanan dalam sudut pandang pelanggan

terbentuk ketika terjadi kontak langsung antara pelanggan dengan

penyedia jasa. Terdapat tiga jenis kontak pelayanan, (a) remote

Se Service Quality

Customer Satisfaction Nilai

Perception of Service Service

Encounters

Price Image

(44)

encounter, yaitu kontak yang terjadi tanpa adanya hubungan antara

pelanggan dan penyedia jasa secara langsung, (b) phone encounter,

yaitu kontak melalui telepon, dan (c) face to face encounter, yaitu

kontak yang langsung terjadi antara pelanggan dengan penyedia jasa.

Layanan angkutan umum yang akan dibahas yaitu kereta api dan bus

adalah termasuk dalam kontak pelayanan face to face yang berarti

variabel waktu menjadi penting.

b. The evidence of Service

Merupakan usaha dari pelanggan untuk mencari dan mengetahui

kemampuan dan kehandalan dari suatu penyedia jasa didasarkan atas

fakta-fakta tentang layanan yang dapat dipercaya oleh pengguna.

Terdapat tiga variabel yang digunakan, yaitu: (a) Orang, termasuk

kontak personal, pelanggan itu sendiri, dan pelanggan lainnya, (b)

proses, termasuk proses kegiatan, langkah dalam proses pelayanan,

teknologi vs manusia, fleksibilitas vs standar, dan (c) physical

evidence, termasuk komunikasi nyata, garansi, teknologi dan peralatan.

c. Image

Image adalah nilai yang mengendap, merupakan persepsi yang

terorganisir dalam dan direfleksikan ke dalam ingatan pelanggan dapat

sangat nyata, misalnya jam kerja angkutan, waktu keberangkatan dan

kedatangan angkutan, dan sebagainya. Citra pada pelanggan dapat juga

terjadi dalam bentuk yang kurang konkret dan subjektif pada setiap

(45)

tertentu, kepercayaan terhadap perusahaan operator, tradisi, keamanan,

kenyamanan, dan sebagainya. Citra merupakan hasil pengalaman

pelanggan sendiri atau melalui komunikasi dengan pelanggan lain.

d. Price

Harga yang muncul yang ditawarkan secara langsung akan

mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas, kepuasan, dan

nilai. Kesesuaian antara harga yang ditawarkan dengan tingkat

pelayanan dan diterima akan membentuk karakteristik dari pilihan

pelanggan berdasarkan persepsinya.

2.2.3 Variable Supply dan Demand

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui probabilitas terpilihnya suatu

moda (dalam hal ini adalah moda bus dan kereta api). Proses ini dilakukan untuk

mengetahui atribut dan variabel-variabel yang mempengaruhi preferensi pelaku

perjalanan untuk pemilihan moda. Pemilihan moda kemungkinan juga dipengaruhi

oleh variabel demand yang berkaitan dengan kondisi sosioekonomi pelaku perjalanan

dan variabel supply yang berkaitan dengan tingkat pelayanan yang diberikan oleh

moda transportasi tersebut.

Menurut Sucipto (1999), “Variabel yang digunakan untuk menentukan preferensi

antar moda transportasi yang bersaing adalah, perbedaan waktu perjalanan dan biaya

perjalanan. Kedua variabel tersebut dapat mewakili dan terukur sebagai indikator

(46)

pertimbangan utama bagi pelaku perjalanan dalam memutuskan memilih moda yang

digunakan untuk melakukan perjalanan.

2.2.3.1 Variabel Demand (Karakteristik Pelaku Perjalanan)

Variabel demand yang mempengaruhi pelaku perjalanan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Penghasilan (income), penghasilan seseorang akan sangat berpengaruh

terhadap pemilihan moda karena orang yang berpenghasilan terbatas

biasanya akan memilih moda yang termurah, dibanding dengan orang

yang berpenghasilan tinggi yang akan mempertimbangkan kenyamanan

walaupun akan membayar lebih mahal.

2. Umur, faktor umur akan mempengaruhi pemilihan moda angkutan karena

usia yang lanjut akan cenderung memilih angkutan yang nyaman dan

kurang memperhatikan waktu tempuh, dibanding dengan usia muda yang

lebih agresif dan sangat memperhitungkan waktu tempuh dan keleluasan.

3. Jenis kelamin, secara umum jenis kelamin akan mempengaruhi pemilihan

moda antara bus dengan kereta api, baik untuk alasan keamanan dan

lain-lain.

4. Maksud perjalanan, hal ini sangat erat kaitannya dengan pemilihan moda,

karena maksud perjalanan akan berhubungan waktu. Misalnya berdagang,

belajar, sekolah, tujuan sosial dan rekreasi akan mempengaruhi pilihan

moda angkutan yang akan digunakan. Maksud perjalanan juga dapat

(47)

kemudian akan mempengaruhi pemilihan moda walaupun hal ini masih

sangat jarang terjadi di Indonesia. Misalnya untuk tujuan perjalanan

mewakili rapat dengan sebuah perusahaan tertentu, maka akan

membangun image dari perusahaan, karyawan dari perusahaan tersebut

diwajibkan menggunakan pesawat udara, dan lain sebagainya.

2.2.3.2 Variabel Supply (Karakteristik Sistem Transportasi)

Karakteristik sistem transportasi dapat diartikan sebagai keadaan dan bentuk

pelayanan yang dapat diberikan oleh penyedia moda transportasi kepada pelaku

perjalanan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Waktu tunggu di terminal (waiting time)

Merupakan waktu yang harus disediakan pelaku perjalanan mulai sampai

di terminal hingga angkutan yang dipilih berangkat meninggalkan

terminal menuju tempat tujuan yang dikehendaki. Lamanya waktu

tunggu untuk masing-masing pelaku perjalanan tidak selalu sama.

2. Waktu tempuh relatif

Waktu tempuh relatif antara moda yang bersaing sangat mempengaruhi

pelaku perjalanan dalam memilih moda. Untuk menentukan waktu relatif

masing-masing moda, dapat dilakukan dengan menghitung waktu yang

digunakan dimulai saat perjalanan dari tempat tinggal pelaku perjalanan,

waktu menunggu angkutan, dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke

(48)

3. Biaya perjalanan

Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku perjalanan mulai dari

perjalanan meninggalkan rumah sampai ke tempat tujuan. Besarnya biaya

perjalanan akan mempengaruhi pelaku perjalanan dalam menentukan

pemilihan moda angkutan yang digunakan, karena merupakan pilihan

mutlak pengguna untuk mau menggunakan dan membayar biaya sebesar

yang dibebankan oleh perusahaan angkutan atau untuk memilih moda

yang lain yang lebih mewakili pengguna.

4. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan yang ditawarkan kedua moda angkutan bersaing

dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama bersifat subjektif dan sulit

diukur seperti : kenyamanan, kemauan pengguna melakukan transfer

moda untuk mencapai tujuan, dan prestise.

2.3 Model Pemilihan Moda

2.3.1 Defenisi Model

Dalam proses perencanaan transportasi, salah satu langkah yang harus kita

lalui adalah menganalisis setiap data dan informasi yang relevan sebagai landasan

untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Data dan informasi ini bisa berupa data sekunder, yaitu data yang sudah

tersusun yang didapat dari instansi atau badan-badan terkait, namun bisa pula berupa

data primer yaitu data dan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung di

(49)

Dunia nyata ini memiliki karakteristik antara lain:

1. Bersifat kompleks dan beragam.

2. Memiliki variabel yang cukup banyak.

3. Cepat berubah, sesuai dengan pergantian waktu dan tempat.

4. Sangat relatif dan sulit untuk diukur secara absolute.

Hal ini menyebabkan data primer, yang diperoleh dari aktifitas mengamati

secara langsung, sulit untuk dianalisis dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar

prakiraan (prediksi) kejadian dan hasil-hasil pada masa yang akan datang.

Untuk keperluan prakiraan (estimasi) atas hasil tersebut, data dan informasi realistis

ini perlu disederhanakan dan diringkas seoptimal mungkin, tanpa menyimpang dari

maksud, tujuan, dan substansi dari data dan informasi terkait.

Aktifitas meringkas dan menyederhanakan kondisi realistis (nyata) tersebut dikenal

sebagai aktivitas pemodelan. Dengan demikian, model dapat didefinisikan sebagai

berikut:

1. Model adalah suatu representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud

suatu bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi

riil tersebut untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981).

2. Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu

yang disepakati dari suatu kondisi tertentu (Simatupang, 1995).

3. Model adalah suatu kerangka utama atau formalisasi informasi/data

tentang kondisi nyata yang dikumpulkan untuk mempelajari/menganalisis

(50)

Adapun peranan model pada transportasi (terutama dalam perencanaannya) adalah:

1. Sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja sistem (Tamin,

2008).

2. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan terhadap

hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah/alternatif yang diambil

dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang akan

datang.

3. Untuk memudahkan kita menggambarkan dan menganalisis realita (Miro,

2002).

2.3.2 Model Pemilihan Moda Transportasi

Pemilihan moda transportasi merupakan model terpenting dalam perencanaan

transportasi. Hal ini disebabkan karena peran kunci dari angkutan umum dalam

berbagai kebijakan transportasi. Tidak seorangpun dapat menyangkal bahwa moda

angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien daripada moda angkutan

pribadi. Selain itu, kereta api bawah tanah dan beberapa moda transportasi kereta api

lainnya tidak memerlukan ruang jalan raya untuk bergerak sehingga tidak ikut

memacetkan lalu lintas jalan.

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan

menggunakan setiap moda. Bruton (1985), mendefinisikan pemilihan moda sebagai

pembagian secara proporsional dari semua orang yang melakukan perjalanan

terhadap sarana transportasi yang ada, yang dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi,

(51)

diestimasi jumlah orang yang menggunakan masing-masing sarana transportasi,

seperti kendaraan pribadi, bus, kereta api dan angkutan umum lainnya. Proses ini

dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun

dasar dengan mengetahui peubah (atribut) yang mempengaruhi pemilihan moda

tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi, model dapat digunakan untuk

meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai peubah bebas (atribut) untuk

masa mendatang.

Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan

memutuskan bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Dalam kebanyakan, pilihan

pertama adalah dengan menggunakan telepon (atau pos) karena hal ini akan

menghindarkan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut

mengharuskan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut

mengharuskan terjadinya perjalanan, dalam hal ini keputusan harus ditentukan dalam

hal pemilihan moda yang mana. Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan

pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi, yaitu angkutan umum dan

angkutan pribadi(Tamin, 2008).

2.3.3 Model Peluang Pemilihan Moda

Dalam memodelkan peluang pemilihan moda transportasi, ada beberapa jenis

model yang dapat digunakan (Miro, 2002). Diantaranya adalah:

1. Model jenis I

Dalam pendekatan ini, proses menghitung bangkitan tarikan bersamaan

(52)

dengan angkutan pribadi dan kemudian setiap moda selama tahapan proses

pemodelan sudah dianalisis terpisah. Biasanya untuk model bangkitan pergerakan

digunakan model analisis regresi ataupun kategori.

Gambar 2.2 Bangkitan Pergerakan bersamaan dengan Pemilihan Moda Diikuti Sebaran Pergerakan

2. Model jenis II

Dalam model ini, setiap moda dianggap bersaing dalam mencari penumpang.

Sehingga ada sesuatu penentu yang menjadi faktor dalam mempengaruhi hal tersebut,

yaitu pemilihan moda. Biasa digunakan bukan untuk angkutan umum, namun untuk

perencanaan angkutan jalan raya. Dengan adanya pengabaian angkutan umum, maka

pemfokusannya lebih kepada sebaran pergerakan angkutan pribadi. Model ini dimulai

dengan tahap perhitungan bangkitan tarikan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan

pemilihan moda. Baru setelah itu mencari sebaran pergerakan dan terakhir adalah

pemilihan rute.

G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute

MS = pemilihan moda D = sebaran pergerakan D

(53)
[image:53.612.245.463.82.230.2]

Gambar 2.3 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda

3. Model jenis III

Model jenis III ini memperlihatkan bahwa tahapan bangkitan pergerakan dan

pemilihan rute ikut dalam penentuan pemilihan moda. Sebaran pergerakan dan

pemilihan moda dapat diletakkan dimana saja antara tahapan bangkitan pergerakan

dan pemilihan rute. Sehingga urutan tahapannya dapat berupa seperti ini.

Model jenis ini mengkombinasikan antara model gravity dengan model pemilihan

moda.

Gambar 2.4 Bangkitan Pergerakan diikuti Pemilihan Rute Bersamaan Sebaran Pergerakan

G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute

MS = pemilihan moda D = sebaran pergerakan

G

MS-D

A

G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute MS = pemilihan moda D = sebaran pergerakan G

MS

D

(54)

4. Model jenis IV

Model ini menggunakan kurva diversi, persamaan regresi ataupun variasi

model III. Dalam model ini, digunakan selisih hambatan antara moda yang bersaing.

Misalnya suatu moda dapat bergerak empat kali lebih cepat dari moda lainnya, dan

sebagainya. Model ini menjamin apabila nisbah atau selisih hambatan antara

angkutan umum dengan angkutan pribadi sama dengan 1, maka masing-masing moda

memiliki peluang yang sama yaitu 50% : 50%. Namun walaupun begitu, tentu masih

ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis moda

[image:54.612.222.481.357.516.2]

transportasi.

Gambar 2.5 Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan

2.3.4 Prosedur Pemilihan Moda

Beberapa prosedur pemilihan moda memodel pergerakan dengan hanya dua

buah moda transportasi: angkutan umum dan angkutan pribadi. Di beberapa negara

Barat terdapat pilihan lebih dari dua moda, misalnya, London mempunyai kereta api

bawah tanah, kereta api, bus, dan mobil. Di Indonesia terdapat beberapa jenis moda G

D

MS

A

G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute

(55)

kendaraan bermotor (termasuk ojek di tambah becak dan berjalan kaki. Pejalan kaki

termasuk penting di Indonesia. Jones dalam Tamin (2008) menekankan dua

[image:55.612.115.525.195.372.2]

pendekatan umum tentang analisis sistem dengan dua buah moda seperti terlihat pada

Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Proses Pemilihan Dua Moda (Tamin, 2008)

Gambar A mengasumsikan pemakai jalan membuat pilihan antara bergerak

dan tidak bergerak. Jika diputuskan untuk membuat pergerakan, pertanyaannya

adalah dengan angkutan umum atau pribadi. Jika angkutan umum yang dipilih,

pertanyaan selanjutnya apakah bus atau kereta api.

Sedangkan pada Gambar B mengasumsikan bahwa begitu keputusan

menggunakan kendaraan diambil, pemakai jalan memilih moda yang tersedia. Model

pemilihan moda yang berbeda tergantung pada jenis keputusan yang diambil. Gambar

sebelah kiri lebih sederhana dan mungkin lebih cocok untuk kondisi di Indonesia.

Akan tetapi, khusus untuk Indonesia, pendekatan yang lebih cocok adalah seperti

(56)
[image:56.612.115.522.81.497.2]

Gambar 2.7 Proses Pemilihan Moda untuk Indonesia (Tamin, 2008)

Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini menurut Ben-Akiva dan

Lerman dapat dikelompokkan menjadi empat (Tamin, 2008):

1. Ciri pengguna jalan

Beberapa faktor berikut ini diyakini akan sangat mempengaruhi pemilihan

(57)

a. Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi

pemilikan kendaraan pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan

pada angkutan umum.

b. Pemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM).

c. Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga, dengan anak,

pensiun, bujangan, dan lain-lain).

d. Pendapatan, semakin tinggi pendapatan akan semakin besar peluang

menggunakan mobil pribadi.

e. Faktor lain, misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat

bekerja dan keperluan mengantar anak sekolah.

2. Ciri Pergerakan

Pemilihan moda juga akan sangat dipengaruhi oleh:

a. Tujuan pergerakan

Contohnya, pergerakan ke tempat kerja di negara maju biasanya lebih

mudah dengan memakai angkutan umum, karena ketepatan waktu dan

tingkat pelayanannya sangat baik dan ongkosnya relatif lebih murah

dibandingkan dengan angkutan pribadi (mobil). Namun sebaliknya di

negara sedang berkembang, orang masih tetap menggunakan mobil

pribadi ke tempat kerja, meskipun lebih mahal, karena ketepatan

waktu, kenyamanan, dan lain-lainnya tidak dapat dipenuhi oleh

(58)

b. Waktu terjadinya pergerakan

Kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita pasti membutuhkan

kendaraan pribadi, karena pada saat itu angkutan umum tidak atau

jarang beroperasi.

c. Jarak perjalanan

Semakin jauh perjalanan, kita semakin cenderung memilih angkutan

umum dibandingkan dengan angkutan pribadi. Contohmya, untuk

bepergian dari Jakarta ke Surabaya, meskipun mempunyai mobil

pribadi, kita cenderung menggunakan angkutan umum (pesawat,

kereta api dan bus) karena jaraknya yang sangat jauh.

3. Ciri fasilitas moda transportasi

Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, faktor

kuantitatif seperti:

a. Waktu perjalanan, waktu menunggu di tempat pemberhentian bus,

waktu berjalan kaki ke tempat pemberhentian bus, waktu selama

bergerak, dan lain-lain.

b. Biaya transportasi (tarif, biaya bahan bakar, dan lain-lain).

c. Ketersediaan ruang dan tarif parkir.

Faktor kedua bersifat kualitatif yang cukup sukar menghitungnya, meliputi

(59)

Gambar

Grafik Perbandingan Logit dan Probit
Gambar 2.1   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapat Penumpang                      terhadap Pelayanan (Zethaml dan Bitner, 1996)
Gambar 2.3   Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda
Gambar 2.5  Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Habib Muhammad Bagir bin Yahya, metode yang digunakan Alumni Darul Musthafa Tarim Hadromaut Yaman dalam berdakwah itu sama semua. Semuanya merupakan metode

Komponen utama karkas adalah daging diduga penambahan enzim sampai taraf 0,15 persen tidak mampu meningkatkan ketersediaan protein yang diperlukan untuk sintesis

Hasil rata-rata pengujian melalui kuisioner antara lain 91,25% responden menyatakan bahwa aplikasi ini menarik; 92,3% responden menilai aplikasi ini mudah digunakan;

Salah satu alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah karir pada mahasiswaadalah dengan mengidentifikasi keputusan karir pada

Hasil perhitungan persentase ketidakseimbangan tegangan dari data yang diperoleh dengan menggunakan alat yang dibuat dan alat ukur milik PLN ditunjukkan pada Gambar

Pemanfaatan sumber belajar akan memperkaya wawasan serta pengetahuan siswa dan dimaksudkan untuk memperoleh kemudahan dalam mendalami dan memahami pelajaran serta

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan structural, khususnya yang terkait