• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scrambling Index dari Kelas Digraf Hamilton Dwiwarna dengan n Titik Ganjil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Scrambling Index dari Kelas Digraf Hamilton Dwiwarna dengan n Titik Ganjil"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

MERRYANTY LESTARI P 110803067

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MERRYANTY LESTARI P 110803067

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Scrambling Index dari Kelas Digraf Hamilton Dwiwarna dengan n Titik Ganjil

Kategori : Skripsi

Nama : Merryanty Lestari P

Nomor Induk Mahasiswa : 110803067

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Mardiningsih, M.Si Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc NIP. 19630405 198811 2 001 NIP. 19640109 198803 1 004

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

MERRYANTY LESTARI P 110803067

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan pertolongan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWI-WARNA DENGAN N TITIK GANJIL”ini dengan baik. Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Dalam penulisan skiripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, moti-vasi dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda Tetti Mahrani Lubis, AMS dan Ayahanda Anwar Pasaribu, S.Hut serta Kakanda Rahmelya Oktari, S.IA yang telah mendo’akan, memotivasi, dan memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, yang telah banyak mem-bantu penulis dan memberikan dukungan baik berupa nasihat, motivasi maupun ilmu pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si, selaku Dosen Pembanding I dan Ketua Departemen Matematika FMIPA USU Medan, dan Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si, selaku Dosen Pembanding II, yang telah memberikan nasi-hat, kritik dan saran yang membangun selama penelitian ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Matematika, Fakul-tas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UniversiFakul-tas Sumatera Utara, Medan.

(6)

mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan Matematika 2011 terkhu-sus kepada Matematika Murni 2011 yang telah memberikan bantuan moril kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(7)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

ABSTRAK

Scrambling index dari digraf dwiwarnaD(2) primitif adalah bilangan bulat positif

terkecil h+ℓ dari seluruh pasangan bilangan bulat tak negatif (h, ℓ) sedemikian hingga untuk setiap pasangan titikudanv diD(2) terdapat sebuah titikwdiD(2)

dengan sifat bahwa terdapat sebuah (h, ℓ)-walkdari titikuke titikwdan sebuah (h, ℓ)-walk dari titik v ke titik w. Tulisan ini membahas mengenai scrambling index dari kelas digraf Hamilton dwiwarna atas n ≥ 5 titik ganjil yang terdiri dari dua cycle dengan panjang n dan (n−1)/2. Pertama, tulisan ini membahas primitifitas dari sebuah digraf dwiwarna D(2) dan selanjutnya memperlihatkan

rumus scrambling index yang bergantung pada n titik dan posisi arc biru yang relatif terhadap titik berderajat masuk dua.

(8)

SCRAMBLING INDEX OF A CLASS OF TWO-COLORED HAMILTONIAN DIGRAPH WITH N ODD VERTICES

ABSTRACT

The scrambling index of a primitive two-colored digraph D(2) is the least positive

integer h+ℓ over all pairs of nonnegative integers (h, ℓ) such that for each pair of vertices u andv in D(2) there is a vertex win D(2) with the property that there

is an (h, ℓ)-walk from u to w and an (h, ℓ)-walk from v to w. This paper discuss the scrambling index of a class of two-colored Hamiltonian digraph on n ≥5 odd vertices consist of two cycles of length n and (n−1)/2, respectively. First, this paper discuss the primitivity of a two-colored digraph D(2) and then present

for-mulae for scrambling index that depend on n vertex and the position of the blue arcs relative to the vertex of indegree two.

Keywords: Primitive, two-colored digraph, Hamiltonian digraph, scrambling index.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF 5

2.1 Definisi Digraf Dwiwarna 5

2.2 Matriks Ketetanggaan Digraf Dwiwarna 7

2.3 Primitifitas Digraf Dwiwarna 8

2.4 Scrambling Index Digraf Dwiwarna 11

2.5 Batas Scrambling Index Digraf Dwiwarna 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19

BAB 4 SCRAMBLING INDEX DIGRAF HAMILTON DWIWARNA 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Digraf Wielandt Wn 3

1.2 (a) D(2) dengan 2 arc biru dan (b) D(2) dengan 3 arc biru 4

2.1 Digraf dwiwarna dengan 4 titik dan 5 arc 6

2.2 Digraf dwiwarna dengan 7 titik dan 10 arc 8

2.3 (a) D(2) terhubung kuat, (b) D(2) tidak terhubung kuat 9

2.4 Digraf dwiwarnaD(2) terhubung kuat primitif 10

2.5 Digraf dwiwarnaD(2) primitif 13

(11)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

ABSTRAK

Scrambling index dari digraf dwiwarnaD(2) primitif adalah bilangan bulat positif

terkecil h+ℓ dari seluruh pasangan bilangan bulat tak negatif (h, ℓ) sedemikian hingga untuk setiap pasangan titikudanv diD(2) terdapat sebuah titikwdiD(2)

dengan sifat bahwa terdapat sebuah (h, ℓ)-walkdari titikuke titikwdan sebuah (h, ℓ)-walk dari titik v ke titik w. Tulisan ini membahas mengenai scrambling index dari kelas digraf Hamilton dwiwarna atas n ≥ 5 titik ganjil yang terdiri dari dua cycle dengan panjang n dan (n−1)/2. Pertama, tulisan ini membahas primitifitas dari sebuah digraf dwiwarna D(2) dan selanjutnya memperlihatkan

rumus scrambling index yang bergantung pada n titik dan posisi arc biru yang relatif terhadap titik berderajat masuk dua.

(12)

SCRAMBLING INDEX OF A CLASS OF TWO-COLORED HAMILTONIAN DIGRAPH WITH N ODD VERTICES

ABSTRACT

The scrambling index of a primitive two-colored digraph D(2) is the least positive

integer h+ℓ over all pairs of nonnegative integers (h, ℓ) such that for each pair of vertices u andv in D(2) there is a vertex win D(2) with the property that there

is an (h, ℓ)-walk from u to w and an (h, ℓ)-walk from v to w. This paper discuss the scrambling index of a class of two-colored Hamiltonian digraph on n ≥5 odd vertices consist of two cycles of length n and (n−1)/2, respectively. First, this paper discuss the primitivity of a two-colored digraph D(2) and then present

for-mulae for scrambling index that depend on n vertex and the position of the blue arcs relative to the vertex of indegree two.

Keywords: Primitive, two-colored digraph, Hamiltonian digraph, scrambling index.

(13)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

MERRYANTY LESTARI P 110803067

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(14)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MERRYANTY LESTARI P 110803067

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(15)

PERSETUJUAN

Judul : Scrambling Index dari Kelas Digraf Hamilton Dwiwarna dengan n Titik Ganjil

Kategori : Skripsi

Nama : Merryanty Lestari P

Nomor Induk Mahasiswa : 110803067

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Mardiningsih, M.Si Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc NIP. 19630405 198811 2 001 NIP. 19640109 198803 1 004

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(16)

PERNYATAAN

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

MERRYANTY LESTARI P 110803067

(17)

PENGHARGAAN

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan pertolongan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWI-WARNA DENGAN N TITIK GANJIL”ini dengan baik. Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Dalam penulisan skiripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, moti-vasi dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda Tetti Mahrani Lubis, AMS dan Ayahanda Anwar Pasaribu, S.Hut serta Kakanda Rahmelya Oktari, S.IA yang telah mendo’akan, memotivasi, dan memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, yang telah banyak mem-bantu penulis dan memberikan dukungan baik berupa nasihat, motivasi maupun ilmu pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si, selaku Dosen Pembanding I dan Ketua Departemen Matematika FMIPA USU Medan, dan Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si, selaku Dosen Pembanding II, yang telah memberikan nasi-hat, kritik dan saran yang membangun selama penelitian ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Matematika, Fakul-tas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UniversiFakul-tas Sumatera Utara, Medan.

(18)

mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan Matematika 2011 terkhu-sus kepada Matematika Murni 2011 yang telah memberikan bantuan moril kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(19)

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL

ABSTRAK

Scrambling index dari digraf dwiwarnaD(2) primitif adalah bilangan bulat positif

terkecil h+ℓ dari seluruh pasangan bilangan bulat tak negatif (h, ℓ) sedemikian hingga untuk setiap pasangan titikudanv diD(2) terdapat sebuah titikwdiD(2)

dengan sifat bahwa terdapat sebuah (h, ℓ)-walkdari titikuke titikwdan sebuah (h, ℓ)-walk dari titik v ke titik w. Tulisan ini membahas mengenai scrambling index dari kelas digraf Hamilton dwiwarna atas n ≥ 5 titik ganjil yang terdiri dari dua cycle dengan panjang n dan (n−1)/2. Pertama, tulisan ini membahas primitifitas dari sebuah digraf dwiwarna D(2) dan selanjutnya memperlihatkan

rumus scrambling index yang bergantung pada n titik dan posisi arc biru yang relatif terhadap titik berderajat masuk dua.

(20)

SCRAMBLING INDEX OF A CLASS OF TWO-COLORED HAMILTONIAN DIGRAPH WITH N ODD VERTICES

ABSTRACT

The scrambling index of a primitive two-colored digraph D(2) is the least positive

integer h+ℓ over all pairs of nonnegative integers (h, ℓ) such that for each pair of vertices u andv in D(2) there is a vertex win D(2) with the property that there

is an (h, ℓ)-walk from u to w and an (h, ℓ)-walk from v to w. This paper discuss the scrambling index of a class of two-colored Hamiltonian digraph on n ≥5 odd vertices consist of two cycles of length n and (n−1)/2, respectively. First, this paper discuss the primitivity of a two-colored digraph D(2) and then present

for-mulae for scrambling index that depend on n vertex and the position of the blue arcs relative to the vertex of indegree two.

Keywords: Primitive, two-colored digraph, Hamiltonian digraph, scrambling index.

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF 5

2.1 Definisi Digraf Dwiwarna 5

2.2 Matriks Ketetanggaan Digraf Dwiwarna 7

2.3 Primitifitas Digraf Dwiwarna 8

2.4 Scrambling Index Digraf Dwiwarna 11

2.5 Batas Scrambling Index Digraf Dwiwarna 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19

BAB 4 SCRAMBLING INDEX DIGRAF HAMILTON DWIWARNA 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Digraf Wielandt Wn 3

1.2 (a) D(2) dengan 2 arc biru dan (b) D(2) dengan 3 arc biru 4

2.1 Digraf dwiwarna dengan 4 titik dan 5 arc 6

2.2 Digraf dwiwarna dengan 7 titik dan 10 arc 8

2.3 (a) D(2) terhubung kuat, (b) D(2) tidak terhubung kuat 9

2.4 Digraf dwiwarnaD(2) terhubung kuat primitif 10

2.5 Digraf dwiwarnaD(2) primitif 13

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matriks stochasticS adalah sebuah matriks bujursangkar berordo n yang setiap entri memenuhi 0< sij <1 dan jumlah entri setiap baris dan kolom sama dengan

1. Andaikan matriksstochastic S memenuhi sifat koefisien ergodicity τ1(S)<1,

dimana

τ1(S) =

1 2

{

max

ij n ∑

l=1

|sil−sjl| }

.

Matriksstochastic S disebut matriks scrambling jika dan hanya jika untuk setiap dua baris dari matriks stochastic S memiliki paling sedikit satu entri positif pada kolom yang sama (Seneta, 1979). Matriks tak negatif A adalah sebuah matriks persegi berordo n yang setiap entri aij ≥ 0. Matriks tak negatif A

dikatakan primitif jika terdapat bilangan bulat positif k sehingga Ak bernilai

positif. Scrambling index dari matriks tak negatif A primitif adalah bilangan bulat positif terkecil k sedemikian hingga Ak merupakan matriks scrambling.

Termotivasi dari gagasan Seneta diatas, Akelbek dan Kirland memperke-nalkan scrambling index dari digraf primitif D. Suatu digraf primitif D dengan n titik dapat direpresentasikan dalam bentuk matriks ketetanggaan A(D), yaitu matriks berukuran n×n yang setiap entrinya didefinisikan dengan aij = 1 jika

terdapat walk berarah dari titik vi ke titik vj dan aij = 0 jika tidak terdapat

walk berarah dari titik vi ke titik vj. Berdasarkan definisi matriks ketetanggaan

A(D) dapat dilihat bahwa A(D) adalah sebuah matriks tak negatif. Scrambling index dari digraf primitif D bernilai sama dengan scrambling index dari matriks tak negatif A(D).

(24)

2

Setelah diperkenalkannya definisi scrambling index, mulai banyak pengem-bangan penelitian mengenai scrambling index. Diawali Akelbek dan Kirland (2009a) mengemukakan batas atas scrambling index dari digraf primitif dengann titik dangirth s. Andaikan D adalah digraf primitif dengann titik dan girth s. Maka k(D) ≤ K(n, s) terpenuhi, jika D = Ds,n dan gcd(s, n) = 1, dimana Ds,n

adalah sebuah digraf dengan sebuah cycle Hamilton v1 → vn → vn−1 → · · · →

v2 → v1 dan sebuah cycle v1 → vs → vs−1 → · · · →v2 → v1 dengan panjang s,

K(n, s) =n−s+k(n, s) dan

k(n, s) =

{

((s−1)/2)n, ketika s ganjil, ((n−1)/2)s, ketika s genap.

Akelbek dan Kirland (2009b) menjelaskan karakteristik dari digraf-digraf primitif dengan scrambling index terbesar. Andaikan D adalah digraf primitif dengan n titik, girth s ≥ 2 dan k(D) = K(n, s), maka memenuhi sifat berikut ini.

1. Tidak terdapatcycle dengan panjang p, s < p < n, sehingga gcd(s, p) = 1.

2. D memuat Ds,n sebagai subgraf dan gcd(s, n) = 1.

Chen dan Liu (2010) menentukan hubungan antara scrambling index dan ekspo-nen dari digraf simetrik primitif D dengan n ≥ 2 titik. Andaikan titik u dan v berada di D, maka ku,v(D) ≤

expD(u, v)/2⌉

dan k(D) = ⌈

exp(D)/2⌉

, dimana

a⌉

adalah bilangan bulat terkecil yang tidak kurang dari a.

Liu dan Huang (2010) menentukan scrambling index dari digraf-digraf pri-mitif yang salah satunya adalah digraf pripri-mitif dengan d loop. Andaikan Ln,d

adalah digraf dengan himpunan titik V ={1,2,· · · , n} dan himpunan arc A = {(i, i+ 1)|1 ≤ i ≤ n −1} ∪ {(n,1)} ∪ {(i, i)|n−d ≤ i ≤ n}, dimana n, d ada-lah bilangan bulat dengan n ≥ 2 dan 1 ≤ d ≤ n, maka k(Ln,d) = n−

d/2⌉

. Selanjutnya, Gao dan Shao (2013) mengemukakan scrambling index dari digraf primitif dengancycle ganjilCn, dimana n≡1 (mod 2), maka k(Cn) = (n−1)/2.

Terlihat bahwa penelitian terdahulu pada umumnya membahas mengenai srcam-bling index dari digraf primitif. Kemudian, Mulyono dan Suwilo (2014) memper-kenalkan gagasan scrambling index dari digraf dwiwarna primitif.

Digraf dwiwarnaD(2) adalah digraf yang mana setiap arcnya diberi warna

merah atau biru (Fornasini dan Valcher, 1997). Digraf dwiwarna D(2) dikatakan

(25)

3

b

b b

b

b

b

b

b

b

b

vn

v1

v2

v3

vn−1

vn−2

[image:25.595.231.410.79.244.2]

vn−3

Gambar 1.1 : Digraf Wielandt Wn

terdapat walk berarah dari titik u ke titik v dan walk berarah dari titik v ke titik u. Digraf dwiwarna D(2) terhubung kuat dikatakan primitif dengan syarat

terdapat bilangan bulat tak negatifh danℓ sehingga untuk setiap pasangan titik u dan v di D(2) terdapat walk berarah dari titik u ke titik v dan walk berarah

dari titikv ke titik u dengan panjang h+ℓ. Bilangan bulat positif terkecil h+ℓ merupakan eksponen dari D(2), dinotasikan denganexp(D(2)).

Mulyono dan Suwilo (2014) membahas tentang scrambling index dari digraf Wielandt dwiwarna, yaitu sebuah digraf Hamilton dwiwarna yang terdiri dari cycle Hamilton v1 → v2 → v3 → · · · → vn−1 → vn → v1 dan cycle v1 → v2 →

v3 → · · · →vn−1 →v1 dengan panjangn−1. Representasi grafis digraf Wielandt

Wn dapat dilihat pada Gambar 1.1. AndaikanWn(2) adalah digraf Wielandt

dwi-warna dengan n titik. Scrambling index dari Wn(2) dengan n ≥ 4 ditentukan

berdasarkan posisi dan jumlah arc biru pada Wn(2), diperoleh sebagai berikut:

1. Jika Wn(2) memiliki satu arc biru vx →vx+1, dimana 1≤x ≤n−2, maka

k(Wn(2)) =n2 −2n+ 1−x.

2. Jika Wn(2) memiliki dua arc biru vn−1 → v1 dan vn →v1, maka k(Wn(2)) =

n2 2n+ 1.

3. JikaWn(2) memiliki duaarcbiruvn−1 →v1 danvn−1 →vn, maka k(Wn(2)) =

n2 2n+ 2.

Lebih lanjut, penulis akan membahas mengenai scrambling index dari kelas digraf Hamilton dwiwarna dengan n titik ganjil yang terdiri dari cycle Hamilton v1 → v2 → v3 → · · · → vn−1 → vn → v1 dan cycle v1 → v2 → v3 → · · · →

(26)

4

1.2 Perumusan Masalah

AndaikanD(2) adalah digraf Hamilton dwiwarna dengann 5 titik ganjil terdiri

atas cycle Hamilton dan cycle dengan panjang n dan (n−1)/2. Penelitian ini membahas mengenaiD(2)memiliki duaarcbiru, yaituv

x →vx+1dimana 1≤x≤

(n−3)/2 danvy →vy+1dimana (n−1)/2≤y≤ndanD(2)memiliki tigaarcbiru,

yaitu v(n−1)/2 → v1, vx → vx+1, dan vy → vy+1 dimana (n−1)/2≤ x < y ≤ n,

seperti pada Gambar 1.2. Masalah penelitian ini adalah menentukan formula scrambling index yang bergantung pada n titik dan posisi arc biru yang relatif terhadap titik berderajat masuk dua atau v1.

b b b b

b

b

b

b b b b

b

b

b

b

b

b b b b

b b b b b b b b

bb b

bbb

bb b

b b b

v1

v2

v3 v4 vn−7

2 vx

vx+1

vn−1

2

vn+1 2

vy

vy+1

vn−2

vn−1

vn

v1

v2

v3 v4 vn−7

2 v

n−5

2

vn−3

2

vn−1

2

vx

vx+1

vy

vy+1

vn

(a) (b)

[image:26.595.140.502.285.494.2]

: arc merah : arc biru

Gambar 1.2 : (a) D(2) dengan 2 arc biru dan (b) D(2) dengan 3 arc biru

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan scrambling index dari kelas digraf Hamilton dwiwarna dengan n ≥ 5 titik ganjil terdiri atas cycle Hamilton v1 →

v2 → v3 → · · · → vn−1 → vn → v1 dan cycle v1 →v2 →v3 → · · · → v(n−3)/2 → v(n−1)/2 →v1 dengan panjang (n−1)/2.

1.4 Manfaat Penelitian

(27)

BAB 2

DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan peneli-tian digraf Hamilton dwiwarna dan menjadi landasan berfikir untuk mempermu-dah dalam pembahasan hasil pada bab berikutnya. Adapun teori-teori yang akan dibahas mencakup definisi, primitifitas, scrambling index dan batas scrambling index digraf dwiwarna.

2.1 Definisi Digraf Dwiwarna

Pada subbab ini akan dipaparkan definisi digraf dwiwarna, notasi dan terminologi yang akan digunakan pada pembahasan selanjutnya.

Secara sederhana, suatu digrafD didefinisikan sebagai kumpulan titik ber-hinggaV dan sisi berarah atauarc A. Secara matematika, suatu digrafDadalah sebuah objek yang terdiri atas dua himpunan, yaitu

1. Himpunan berhingga dan tak kosong V = {v1, v2, v3,· · · , vn}, dimana vi

dengani= 1,2,3,· · · , n disebut titik dari digraf D.

2. Himpunan A yang merupakan himpunan bagian dari himpunan V × V. Unsur himpunan A disebut sisi berarah atau arc dari digraf D.

Suatu digraf dwiwarna, dinotasikan dengan D(2), adalah sebuah digraf D yang

setiap arc-nya diberi warna merah atau biru (Fornasini dan Valcher, 1997). Bila a = (vi, vj) ∈ V ×V adalah sebuah arc pada digraf dwiwarna D(2), maka titik

vi disebut sebagai titik asal dan titikvj disebut titik terminal. Suatu a= (vi, vj)

dikatakan arcmerah dinotasikan dengan vi −→vj dana = (vi, vj) dikatakanarc

biru dinotasikan dengan vi − →vj.

Contoh 2.1.1. Himpunan titik V = {v1, v2, v3, v4} bersama dengan himpunan

arc yang terdiri dari himpunan arc merah R = {(v1, v2),(v3, v4),(v4, v1)} dan

himpunan arc biru B = {(v2, v3),(v4, v1)} merupakan sebuah digraf dwiwarna

D(2) dengan 4 titik dan 5 arc. Representasi grafis dari digraf dwiwarna D(2)

(28)

6

bc

bc

bc

bc

v1

v2

v3

[image:28.595.248.394.82.199.2]

v4

Gambar 2.1 : Digraf dwiwarna dengan 4 titik dan 5arc

Konsep insidensi antara titik dengan arc pada digraf dwiwarna D(2)

di-definisikan sama dengan konsep insidensi pada digraf D. Andaikan a = (vi, vj)

adalah sebuaharcpada digraf dwiwarnaD(2). Titikv

i dikatakan insiden kearc a

dan titikvj dikatakan insiden dariarc a. Sedangkan,arc adikatakan insiden dari

titik vi dan arc a dikatakan insiden ke titik vj. Derajat masuk (indegree) dari

sebuah titik vi, dinotasikan dengan id(vi), adalah banyaknya arc yang insiden

ke titik vi. Derajat keluar (outdegree) dari sebuah titik vi, dinotasikan dengan

od(vi), adalah banyaknya arcyang insiden dari titik vi. Pada Gambar 2.1

perha-tikanarc(v1, v2), maka titikv1insiden ke (v1, v2) dan titikv2 insiden dari (v1, v2).

Selain itu, diperoleh bahwa id(v1) = 2 dan od(v1) = 1, sedangkan id(v2) = 1 dan

od(v2) = 1.

Sebuah (h, ℓ)-walk berarah pada digraf dwiwarna D(2) adalah sebuahwalk

berarah dengan panjangh+ℓyang terdiri darih arcmerah danℓ arcbiru. Notasi vi

(h,ℓ)

−→ vj digunakan untuk menyatakan sebuah (h, ℓ)-walk berarah dari titik vi

ke titik vj. AndaikanW adalah sebuahwalk berarah, banyaknyaarcmerah dari

W dinotasikan dengan r(W) dan banyaknyaarcbiru dariW dinotasikan dengan b(W). Panjang dariW adalahℓ(W) = r(W)+b(W) dan vektor

[

r(W) b(W)

]

adalah

komposisi dari W.

Sebuahwalk berarah yang memuat setiap titik berbeda kecuali pada titik awal dan titik akhir disebut path. Sebuah (h, ℓ)-path adalah sebuah path yang terdiri dari h arc merah dan ℓ arc biru. Notasi Pvi,vj menyatakan terdapat path

dari titikvike titikvj. AndaikanPvi,vj adalah sebuahpath, banyaknyaarcmerah

dari Pvi,vj dinotasikan dengan r(Pvi,vj) dan banyaknya arc biru dari Pvi,vj

dino-tasikan dengan b(Pvi,vj). Vektor [

r(Pvi,vj)

b(Pvi,vj) ]

adalah komposisi dariPvi,vj. P ath

(29)

7

Perhatikan Gambar 2.1, akan diperlihatkanwalk,path, dan cycleyang ada pada digraf dwiwarna D(2) tersebut.

1. v1 −→ v2 − → v3 −→ v4 − → v1 −→ v2 − → v3 adalah walk berarah

dengan komposisi

[

3 3

]

dan bukan path karena titik v1, v2, v3 muncul 2

kali.

2. v1 −→v2 − →v3 −→v4 adalahpath dengan komposisi

[

2 1

]

.

3. v1 −→v2 − →v3 −→v4 −→v1 adalah cycle dengan komposisi

[

3 1

]

.

Definisi 2.1.2. Path Hamilton adalah path yang memuat setiap titik yang ada pada digraf dwiwarna D(2) tepat satu kali. Cycle Hamilton adalah cycle yang

melalui setiap titik yang ada pada digraf dwiwarna D(2) tepat satu kali, kecuali

pada titik awal dan titik akhir.

Suatu digraf dwiwarna D(2) yang memuat cycle Hamilton disebut digraf

Hamilton dwiwarna, sedangkan digraf dwiwarna D(2) yang memuat path Hamil-ton disebut digraf semi-HamilHamil-ton dwiwarna.

2.2 Matriks Ketetanggaan Digraf Dwiwarna

Suatu digraf dwiwarna D(2) atas n titik dapat direpresentasikan dalam bentuk

matriks ketetanggaan(adjacency matrix). Matriks ketetanggaan dari suatu digraf dwiwarna D(2) terbagi menjadi dua, yaitu matriks ketetanggaan merah R dan

matriks ketetanggaan biru B.

Matriks ketetanggaan merah dari D(2) adalah matriks bujursangkar R =

(rij) berordon didefinisikan sebagai

rij = 

1, jika (vi, vj) adalah arc merah,

0, jika sebaliknya.

Matriks ketetanggaan biru dariD(2) adalah matriks bujursangkarB = (b

ij)

berordo n didefinisikan sebagai

bij = 

1, jika (vi, vj) adalah arc biru,

(30)

8

Contoh 2.2.1. Perhatikan digraf dwiwarna D(2) dengan 7 titik dan 10arc

beri-kut ini. bc bc bc bc bc bc bc v1

v2 v3

v4

v5

v6

[image:30.595.212.430.123.247.2]

v7

Gambar 2.2 : Digraf dwiwarna dengan 7 titik dan 10 arc

Matriks ketetanggaan merah dan biru dari Gambar 2.2 adalah sebagai berikut. R =           

0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0

          

dan B =

          

0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

           .

Suatu matriks bujursangkarM = (mij) berordon, untuk setiap i, j = 1,2, . . . , n,

dikatakan matriks tak negatif jikamij merupakan bilangan bulat tak negatif dan

dikatakan matriks positif jika mij merupakan bilangan bulat positif.

Contoh 2.2.2. Berikut diperlihatkan contoh matriks tak negatif dan matriks positif.

Matriks M =

1 0 5 3 2 7 6 0 9

 adalah matriks tak negatif.

Matriks M =

2 3 5 1 9 6 8 7 4

 adalah matriks positif.

2.3 Primitifitas Digraf Dwiwarna

Suatu digraf dwiwarna D(2) dikatakan terhubung kuat (strongly connected)

apa-bila digraf dari D(2), tanpa memperhatikan warna setiap arc, adalah terhubung

(31)

9

dan titik vj terdapatwalk berarah dari titikvi ke titikvj dan walk berarah dari

titik vj ke titik vi. Terdapat sifat khusus dari digraf dwiwarna D(2) terhubung

kuat yang berkaitan dengan keberadaan cycle.

Proposisi 2.3.1. AndaikanD(2) adalah sebuah digraf dwiwarna terhubung kuat.

Setiap titik di D(2) terletak pada sebuah cycle.

Bukti. Andaikan vi adalah sebarang titik di D(2). Dapat dibentuk sebuah cycle

yang memuat titikvi. KarenaD(2) terhubung kuat, maka terdapat titikvj diD(2)

sehingga (vi, vj) adalah sebuaharcdiD(2). KarenaD(2)terhubung kuat, terdapat

sebuahpath Pvi,vj dari titikvike titikvj. Sekarangarc(vi, vj) dilanjutkan dengan

path Pvi,vj adalah sebuah cycle yang memuat titik vi.

Berikut diperlihatkan contoh digraf dwiwarna D(2) terhubung kuat dan

tidak terhubung kuat.

b

b b b

b b

b b b

b

v1 v2 v3 v1 v2 v3

v4

v5 v5 v4

[image:31.595.165.475.340.465.2]

(a) (b)

Gambar 2.3 : (a) D(2) terhubung kuat, (b) D(2) tidak terhubung kuat

Gambar 2.3(a) merupakan digraf dwiwarna D(2) terhubung kuat karena

terdapat walk berarah yang menghubungkan setiap pasangan titik di D(2) atau

berdasarkan Proposisi 2.3.1 setiap titik berada pada sebuah cycle, sedangkan Gambar 2.3(b) merupakan digraf dwiwarna D(2) tidak terhubung kuat karena

tidak terdapat walk berarah yang menghubungkan titik v2 ke titikv5 atau

ber-dasarkan Proposisi 2.3.1 titik v1 dan v5 tidak berada pada sebuah cycle.

Suatu digraf dwiwarnaD(2) terhubung kuat dikatakan primitif dengan

sya-rat terdapat bilangan bulat tak negatif h dan ℓ sehingga untuk setiap pasangan titik vi dan vj di D(2) terdapat vi

(h,ℓ)

−→vj walk dan vj

(h,ℓ)

−→vi walk. Bilangan

bu-lat tak negatif h+ℓ terkecil merupakan eksponen dari D(2), dinotasikan dengan

exp(D(2)).

Andaikan D(2) adalah digraf dwiwarna dan andaikan C ={C

(32)

10

sebagai matriks 2×q yang mana kolom ke-i adalah komposisi dari cycle Ci, i=

1,2, . . . , q yaitu sebagai berikut

M =

[

r(C1) r(C2) · · · r(Cq)

b(C1) b(C2) · · · b(Cq) ]

.

Jika M memiliki rank 1, maka content dari M adalah 0 dan content dari M didefinisikan sebagai pembagi bersama terbesar dari determinan submatriks 2× 2 dari M. Berikut diberikan karakteristik dari sebuah digraf dwiwarna D(2)

primitif.

Teorema 2.3.2. (Fornasini dan Valcher, 1998) AndaikanD(2) adalah digraf

dwiwarna terhubung kuat dengan paling sedikit satuarcsetiap warna dan andaikan M adalah matriks cycle dari D(2). Digraf dwiwarna D(2) dikatakan primitif jika

dan hanya jika content dari M adalah 1.

Contoh 2.3.3. Perhatikan digraf dwiwarna D(2) terhubung kuat pada Gambar

2.4. Digraf dwiwarna D(2) tersebut terdiri atas dua cycle sehingga diperoleh

matriks cycle M sebagai berikut.

M =

[

r(C1) r(C2)

b(C1) b(C2)

]

=

[

5 2 2 1

]

karena det(M) = 1, berdasarkan Teorema 2.3.2 maka digraf dwiwarna D(2)

ter-sebut adalah primitif.

b b

b

b

b

b

b

v1

v2

v3

v4

v5

v6

[image:32.595.257.387.500.632.2]

v7

Gambar 2.4 : Digraf dwiwarna D(2) terhubung kuat primitif

AndaikanD(2) adalah digraf dwiwarna terhubung kuat dengan n titik.

Un-tuk sebarang pasangan matriks tak negatif (A, B) berukuran n×n dapat dite-mukan digraf dwiwarnaD(2)atasntitik yang berhubungan dengan (A, B) sebagai

berikut. Sebuah (vi, vj) diD(2) adalaharcmerah jika dan hanya jika aij >0 dan

(33)

11

Untuk sebarang pasangan matriks tak negatif (A, B), suatu (h, ℓ)-Hurwitz productdari matriksAdanB, dinotasikan dengan (A, B)(h,ℓ), didefinisikan secara

rekursif sebagai berikut. Untuk sebarang bilangan bulat tak negatif h ≥ 1 dan ℓ≥1, (A, B)(h,0) =Ah,(A, B)(0,ℓ) =B, dan

(A, B)(h,ℓ) =A(A, B)(h−1,ℓ)+B(A, B)(h,ℓ−1).

Lemma 2.3.4. AndaikanD(2)adalah digraf dwiwarna denganntitik dan andaikan

R danB adalah matriks ketetanggaan merah dan biru dariD(2). Maka entri (i, j)

dari (R, B)(h,ℓ) adalah banyaknya (h, ℓ)-walk dari titik v

i ke titik vj.

Bukti. Akan dibuktikan induksi pada (h+ℓ) dan (h+ℓ+ 1), jika h = 0 maka ℓ= 1 atau jikah= 1 makaℓ = 0. Jikah= 0 maka entri (i, j) dari (R, B)(0,1) =B

adalah walk dengan kompisisi

[

0 1

]

. Dengan cara yang sama, jika ℓ = 0 maka

entri (i, j) dari (R, B)(1,0) =R adalah walk dengan kompisisi

[

1 0

]

diD(2).

Asumsikan Lemma 2.3.4 adalah benar untuk bilangan bulat tak negatif h′ dan ℓ′

dengan h′ +ℓ′

≤ h+ℓ, akan diperlihatkan untuk h+ℓ+ 1 adalah benar dengan catatan sebagai berikut.

(R, B)(h+1,ℓ)=R(R, B)(h,ℓ)+B(R, B)(h+1,ℓ−1).

Berdasarkan hipotesis induksi, entri (i, j) pada R(R, B)(h,ℓ) adalah walk dari

ti-tik vi ke titikvj yang dimulai denganarc merah dan diikuti oleh (h, ℓ)-walk dan

entri (i, j) padaB(R, B)(h+1,ℓ−1) adalahwalk dari titikv

i ke titikvj yang dimulai

denganarcbiru dan diikuti oleh (h+ 1, ℓ−1)-walk sedemikian hingga entri (i, j) dariR(R, B)(h+1,ℓ) adalah banyaknya (h+ 1, ℓ)-walk dari titikv

i ke titikvj. Jadi,

entri (i, j) pada (R, B)(h,ℓ)adalah banyaknya (h, ℓ)-walkdari titikv

i ke titikvj.

2.4 Scrambling Index Digraf Dwiwarna

AndaikanD(2)adalah digraf dwiwarna primitif dan andaikan titikv

idanvj adalah

dua titik berbeda di D(2). Scrambling index lokal dari titik v

i dan vj di titik

vt ∈ V(D(2)), kvi,vj(vt), adalah bilangan bulat positif terkecil h+ℓ dari seluruh

pasangan bilangan bulat tak negatif (h, ℓ) sedemikian hingga terdapat sebuah vi

(h,ℓ)

−→vt walk dan vj

(h,ℓ)

(34)

12

D(2) didefinisikan sebagai,

kvi,vj(D

(2)) = min

vt∈V(D(2)){kvi,vj(vt)}.

Scrambling index dari D(2), dinotasikan dengan k(D(2)), adalah bilangan bulat

positif terkecil h+ℓ dari seluruh pasangan bilangan bulat tak negatif (h, ℓ) se-demikian hingga untuk setiap pasangan titik vi dan vj di D(2) terdapat sebuah

titik vt dengan sifat bahwa terdapat vi

(h,ℓ)

−→vt walk dan vj

(h,ℓ)

−→vt walk.

Berdasarkan definisi scrambling index, diperoleh hubungan sebagai berikut

max

vi,vj∈V(D(2)){kvi,vj(D

(2))} ≤k(D(2)).

Contoh 2.4.1. Representasi digraf dwiwarnaD(2) primitif dengan 3 titik, 2arc

merah, dan 2 arc biru seperti pada Gambar 2.5. Scrambling index lokal dari digraf dwiwarna D(2) tersebut sebagai berikut.

kv1,v2(D

(2)) = min{k

v1,v2(v1), kv1,v2(v2), kv1,v2(v3)}

= min{(1,1),(2,1),(3,1)}= min{2,3,4}= 2, kv1,v3(D

(2)) = min{k

v1,v3(v1), kv1,v3(v2), kv1,v3(v3)}

= min{(2,2),(3,2),(4,2)}= min{4,5,6}= 4, kv2,v3(D

(2)) = min{k

v2,v3(v1), kv2,v3(v2), kv2,v3(v3)}

= min{(0,1),(1,1),(2,1)}= min{1,2,3}= 1.

Dari definisi, maka diperolehk(D(2))max{k

v1,v2(D

(2)), k

v1,v3(D

(2)), k

v2,v3(D

(2))}

= max{2,4,1}= 4 dengan komposisi 2 arc merah dan 2 arc biru.

Selanjutnya, akan diperlihatkan bahwak(D(2))4 dengan komposisi 2arc

merah dan 2 arc biru, yaitu akan diperlihatkan untuk setiap dua pasang titik (vi, vj) yang berbeda diD(2) terdapat titikvtdiD(2) sedemikian hingga terdapat

vi

(2,2)

−→ vt walk dan vj

(2,2)

−→ vt walk. Pada Contoh 2.4.1, diperoleh setiap dua

pasang titik yang berbeda, yaitu (v1, v2),(v2, v3),(v1, v3) di D(2).

1. Untuk pasangan titik (v1, v2) terdapatv1sedemikian hingga terdapatv1 (2,2)

−→ v1 walk dan v2

(2,2)

−→v1 walk, yaitu

v1 −→v2 − →v1 −→v2 − →v1 dan v2 −→v3 − →v1 −→v2 − →v1.

2. Untuk pasangan titik (v1, v3) terdapatv1sedemikian hingga terdapatv1 (2,2)

−→ v1 walk dan v3

(2,2)

−→v1 walk, yaitu

(35)

13

b

b

b

v1 v2

v3

Gambar 2.5 : Digraf dwiwarna D(2) primitif

3. Untuk pasangan titik(v2, v3) terdapatv1 sedemikian hingga terdapatv2 (2,2)

−→ v1 walk dan v3

(2,2)

−→v1 walk, yaitu

v2 −→v3 − →v1 −→v2 − →v1 dan v3 − →v1 −→v2 −→v3 − →v1.

Telah diperlihatkan bahwak(D(2))4 dan k(D(2))4 dengan kompisisi 2

arc merah dan 2 arc biru. Jadi, dapat disimpulkan scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) primitif pada Gambar 2.5 adalah 4.

Berdasarkan Lemma 2.3.4, scrambling index dari suatu digraf dwiwarna D(2) primitif dapat dicari dengan menggunakan (h, ℓ)-Hurwitz productdari

mat-riks ketetanggaan merah R dan matriks ketetanggaan biru B. Jika untuk setiap dua baris pada (R, B)(h,ℓ) terdapat paling sedikit satu entri bernilai positif pada

kolom yang sama, maka k(D(2)) =h+ℓ.

Contoh 2.4.2. Matriks ketetanggaan merah dan biru dari digraf dwiwarna D(2)

primitif pada Gambar 2.5 diberikan sebagai berikut.

R =

0 1 0 0 0 1 0 0 0

 dan B =

0 0 0 1 0 0 1 0 0

,

maka untuk h+ℓ= 1, diperoleh

1. (R, B)(1,0) =R=

0 1 0 0 0 1 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 1 karena baris pertama dan baris kedua pada matriks (R, B)(1,0)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

2. (R, B)(0,1) =B =

0 0 0 1 0 0

(36)

14

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 1 karena baris pertama dan baris kedua pada matriks (R, B)(0,1)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

Untuk h+ℓ= 2, diperoleh

1. (R, B)(2,0) =R2 =

0 0 1 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 2 karena baris pertama dan baris kedua pada matriks (R, B)(2,0)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

2. (R, B)(0,2) =B2 =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 2 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(0,2) tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

3. (R, B)(1,1) =R(R, B)(0,1)+B(R, B)(1,0) =

1 0 0 1 1 0 0 1 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama dengan 2 karena baris pertama dan baris ketiga pada matriks (R, B)(1,1)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

Untuk h+ℓ= 3, diperoleh

1. (R, B)(3,0) =R3 =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 3 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(3,0) tidak

memiliki entri positif pada kolom yang sama.

2. (R, B)(0,3) =B3 =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 3 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(0,3) tidak

(37)

15

3. (R, B)(2,1) =R(R, B)(1,1)+B(R, B)(2,0) =

1 1 0 0 1 1 0 0 1

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 3 karena baris pertama dan baris ketiga pada matriks (R, B)(2,1)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

4. (R, B)(1,2) =R(R, B)(0,2)+B(R, B)(1,1) =

0 0 0 1 0 0 1 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 3 karena baris pertama dan baris kedua pada matriks (R, B)(1,2)

tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

Untuk h+ℓ= 4, diperoleh

1. (R, B)(4,0) =R4 =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 4 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(4,0) tidak

memiliki entri positif pada kolom yang sama.

2. (R, B)(0,4) =B4 =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 4 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(0,4) tidak

memiliki entri positif pada kolom yang sama.

3. (R, B)(3,1) =R(R, B)(2,1)+B(R, B)(3,0) =

0 1 1 0 0 1 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama

dengan 4 karena baris pertama dan baris ketiga pada matriks (R, B)(3,1) tidak memiliki entri positif pada kolom yang sama.

4. (R, B)(1,3) =R(R, B)(0,3)+B(R, B)(1,2) =

0 0 0 0 0 0 0 0 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarna D(2) pada Gambar 2.5 tidak sama dengan 4 karena untuk setiap dua baris pada matriks (R, B)(1,3) tidak

(38)

16

5. (R, B)(2,2) =R(R, B)(1,2)+B(R, B)(2,1) =

1 0 0 2 1 0 1 1 0

.

Scrambling index dari digraf dwiwarnaD(2) pada Gambar 2.5 sama dengan

4 karena untuk setiap dua baris pada (R, B)(2,2) terdapat paling sedikit satu

entri positif pada kolom yang sama. Jadi, diperoleh k(D(2)) = 4 dengan

komposisi [ 2 2 ] .

2.5 Batas Scrambling Index Digraf Dwiwarna

Pada subbab ini akan dibahas mengenai batas atas dan batas bawah untuk scram-bling index dari digraf dwiwarna D(2) primitif, terkhusus digraf dwiwarna D(2)

primitif yang terdiri atas dua cycle (Mulyono dan Suwilo, 2014).

Setiapwalkberarah pada suatu digraf dwiwarnaD(2) dapat diuraikan

men-jadi sebuahpath dan beberapacycle. Hal ini berarti untuk setiapvi

(h,ℓ)

−→vj walk

memiliki hubungan sebagai berikut.

[ h ℓ ] = [

r(Pvi,vj)

b(Pvi,vj) ]

+z1

[

r(C1)

b(C1)

]

+z2

[

r(C2)

b(C2)

]

+· · ·+zq [

r(Cq)

b(Cq) ]

=

[

r(Pvi,vj)

b(Pvi,vj) ]

+Mz

untuk beberapa path Pvi,vj dari titik vi ke titik vj dan beberapa vektor bilangan

bulat tak negatif z.

Proposisi berikut ini digunakan untuk menentukan batas atas scrambling index digraf dwiwarna.

Proposisi 2.5.1. (Mulyono dan Suwilo, 2014) Andaikan D(2) adalah digraf

dwiwarna primitif yang terdiri atas dua cycle C1 dan C2. Andaikan vj adalah

sebuah titik yang berada pada kedua cycle. Jika untuk beberapa bilangan bulat positif h dan ℓ, terdapat sebuah path Pvi,vj dari titik vi ke titik vj sedemikian

hingga sistem

Mz+

[

r(Pvi,vj)

b(Pvi,vj) ] = [ h ℓ ] (2.1)

(39)

17

Bukti. Asumsikan bahwa solusi dari sistem (2.1) adalah z =

[

z1

z2

]

. Terdapat

empat kemungkinan nilai z1 dan z2 sebagai berikut.

Jika z1 > 0 dan z2 >0, maka walk berarah bergerak mulai dari titik vi ke

vj melalui sepanjang (r(Pvi,vj), b(Pvi,vj))-path Pvi,vj dan akhirnya bergerak

meng-elilingicycle C1 sebanyak z1 kali dan bergerak mengelilingi cycle C2 sebanyak z2

kali, dan kembali ke titikvj adalah sebuah (h, ℓ)-walk berarah dari titikvi kevj.

Jika z1 = 0 dan z2 >0, maka walk berarah bergerak mulai dari titik vi ke

vj melalui sepanjang (r(Pvi,vj), b(Pvi,vj))-path Pvi,vj dan akhirnya bergerak

meng-elilingi cycle C2 sebanyak z2 kali. Dengan cara yang sama, Jika z1 > 0 dan

z2 = 0, maka walk berarah bergerak mulai dari titik vi ke vj melalui sepanjang

(r(Pvi,vj), b(Pvi,vj))-path Pvi,vj dan akhirnya bergerak mengelilingi cycle C1

seba-nyak z1 kali dan kembali ke titikvj adalah sebuah (h, ℓ)-walk berarah dari titik

vi ke vj.

Jika z1 = z2 = 0, maka (r(Pvi,vj), b(Pvi,vj))-path Pvi,vj dari titik vi ke vj

adalah sebuah (h, ℓ)-walk berarah.

Lemma berikut ini digunakan untuk menentukan batas bawah scrambling index digraf dwiwarna. Didefinisikan bahwa ℓ(C1) adalah panjang dari cycle C1

dan ℓ(C2) adalah panjang dari cycle C2.

Lemma 2.5.2. (Mulyono et al. 2015) AndaikanD(2) adalah digraf dwiwarna

primitif yang terdiri atas dua cycle C1 dan C2 dengan matriks cycle

M =

[

r(C1) r(C2)

b(C1) b(C2)

]

,

dan andaikan vi dan vj adalah sebarang dua titik yang berbeda di D(2). Jika

kvi,vj(vt) diperoleh dari sebuah (h, ℓ)-walk berarah, maka

[

h ℓ

]

≥M

[

b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)

r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt) ]

.

Oleh karena itu,

kvi,vj(vt)≥ℓ(C1)[b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)]+ℓ(C2)[r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt)]

(40)

18

Bukti. KarenaD(2) adalah primitif, maka berdasarkan Teorema 2.3.2 diperoleh

det(M) = 1 atau det(M) = −1. Tanpa menghilangkan keumuman diasumsikan bahwa det(M) = 1. Karena det(M) = 1, terdapat bilangan bulat e1 dan e2

sedemikian hingga [ h ℓ ] =M [ e1 e2 ] . (2.2)

Karena setiap walk berarah dapat diuraikan menjadi sebuah path dan beberapa cycle, maka [ h ℓ ] = [

r(Pvi,vt)

b(Pvi,vt) ]

+Mz, (2.3)

untuk beberapa path Pvi,vt dari titik vi kevt dan beberapa vektor bilangan bulat

tak negatif z. Bandingkan persamaan (2.2) dan (2.3), maka diperoleh

z=

[

e1

e2

]

−M−1

[

r(Pvi,vt)

b(Pvi,vt) ]

≥0.

Oleh karena itu,

[

e1

e2

]

≥M−1

[

r(Pvi,vt)

b(Pvi,vt) ]

=

[

b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)

r(C1)b(Pvi,vt)−b(C1)r(Pvi,vt) ]

.

Sehingga, diperolehe1 ≥b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt) untuk beberapapath Pvi,vt

dari titik vi ke vt dan e2 ≥ r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt) untuk beberapa path

Pvj,vt dari titikvj ke vt. Jika kvi,vj(vt) diperoleh dari sebuah (h, ℓ)-walk berarah,

maka [ h ℓ ] =M [ e1 e2 ] ≥M [

b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)

r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt) ]

dan diperoleh

kvi,vj(vt)≥ℓ(C1)[b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)]+ℓ(C2)[r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt)]

(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan scrambling index dari digraf Hamilton dwiwarnaD(2) adalah dengan studi penelahaan terhadap

jurnal-jurnal dan buku yang berkaitan dengan teori graf dan scrambling index. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Menentukan primitifitas digraf dwiwarna

Penelitian ini membahas digraf Hamilton dwiwarna D(2) terdiri atas dua

cycle dengan panjang n dan (n−1)/2. Akan dicari matriks cycle M dari D(2)

sehingga berdasarkan Teorema 2.3.2 content dari matriks cycle M adalah 1. Dengan kata lain, diketahui

M =

[

n−a (n−1)/2−b

a b

]

akan ditentukan nilai a danb sedemikian hingga det(M) = 1 atau det(M) =−1.

2. Komputasi nilai scrambling index

Terdapat dua cara untuk menghitung scrambling index dariD(2). Pertama,

dengan menggunakan sof twareMATLAB akan diperolehh+ℓ, sehinggak(D(2))

= h+ℓ. Berikut algoritma program scrambling index dari D(2) dengan n 5

titik ganjil.

1. Menginput matriks ketetanggaan dari D(2), yaitu matriks ketetanggaan

merah R dan matriks ketetanggaan biru B.

2. Menghitung (h, ℓ)-Hurwitz product, (R, B)(h,ℓ), dari matriks ketetanggaan

merah R dan matriks ketetanggaan biru B.

3. Jika untuk setiap dua baris pada (R, B)(h,ℓ) sedikitnya terdapat satu entri

bernilai positif pada kolom yang sama, makak(D(2)) =h+ℓ.

(42)

20

Lemma 2.5.2, diketahui bahwa

[

h ℓ

]

≥M

[

b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)

r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt) ]

dengane1 =b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt) dane2 =r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt),

agar mendapatkanh+ℓ, maka harus dicari nilaie1 dan e2 yaitu dengan mencari

path Pvi,vt dari titik vi ke titik vt yang memuat arc merah paling banyak dan

sedikit arc biru dan mencaripath Pvj,vt dari titik vj ke titikvt yang memuatarc

biru paling banyak dan sedikit arc merah. Karena digraf Hamilton dwiwarna D(2) memuat dua cycle, maka terdapat paling banyak dua kemungkinan path

Pvi,vt dan path Pvj,vt. Apabila terdapat dua path Pvi,vt dari titik vi ke titik vt,

maka e1 = min{b(C2)r(Pvi,vt)−r(C2)b(Pvi,vt)}. Apabila terdapat dua path Pvj,vt

dari titik vj ke titik vt, maka e2 = min{r(C1)b(Pvj,vt)−b(C1)r(Pvj,vt)}. Karena

nilai e1 dan e2 yang dipilih bernilai kecil, maka akan menghasilkan h+ℓ yang

bernilai kecil. Setelah diperolehkvi,vj(vt) = h+ℓuntuk setiap titik vt∈V(D

(2)),

maka k(D(2)) = min{k

vi,vj(vt)}.

Selanjutnya, menentukan bentuk umum formula scrambling index dari digraf Hamilton dwiwarna D(2) dengan n 5 titik ganjil berdasarkan komputasi nilai

scrambling index yang diperoleh.

3. Pembuktian formula scrambling index

Pembuktian formula scrambling dengan cara menentukan batas atas dan batas bawah dari dcrambling index tersebut. Berdasarkan Proposisi 2.5.1 akan diperlihatkan bahwak(D(2))h+ dan berdasarkan Lemma 2.5.2 akan

(43)

BAB 4

SCRAMBLING INDEX DIGRAF HAMILTON DWIWARNA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian ini, yaitu primitifitas dari digraf Hamilton dwiwarna yang terdiri atas dua cycle dan formula scrambling index yang bergantung pada n titik dan posisi arc biru yang relatif terhadap titik berderajat masuk dua atau v1.

Andaikan D(2) adalah digraf Hamilton dwiwarna primitif dengan n titik

ganjil yang memuat cycle Hamilton v1 → v2 → · · · → vn−1 → vn → v1 dan cycle v1 → v2 → · · · → v(n−3)/2 → v(n−1)/2 → v1 dengan panjang (n− 1)/2. AndaikanC1 dan C2 adalah duacycleyang terdapat padaD(2). Didefinisikan C1

adalah cycle Hamilton v1 → v2 → · · · → vn−1 → vn → v1 dan C2 adalah cycle

v1 →v2 → · · · →v(n−3)/2 →v(n−1)/2 →v1. Akibat dari Teorema 2.3.2, diperoleh

karakteristik primitifitas dari D(2) sebagai berikut.

Corollary 4.1. Andaikann ≥5adalah bilangan ganjil dan andaikanD(2) adalah

digraf Hamilton dwiwarna primitif atas n titik yang memuat C1 dan C2 dengan

panjang n dan(n−1)/2. Matrikscycle M dariD(2) adalah salah satu dari kedua

bentuk berikut.

M =

[

n−2 (n−3)/2

2 1

]

atau M =

[

2 1

n−2 (n−3)/2

]

.

Bukti. Matriks cycle dari D(2) adalah M =

[

n−a (n−1)/2−b

a b

]

dimana

0 ≤ a ≤ n dan 0 ≤ b ≤ (n −1)/2. Berdasarkan asumsi D(2) adalah primitif,

maka det(M) = 1 atau det(M) =−1.

1. Jika det(M) = 1 diperoleh ((2b−a)n+a)/2 = 1, agar memenuhi 0≤a≤n, maka 2b−a = 0. Oleh karena itu, diperoleh a= 2 danb = 1.

2. Jika det(M) = −1 diperoleh ((2b − a)n +a)/2 = −1, agar memenuhi 0 ≤ a ≤ n, maka 2b−a = −1. Oleh karena itu, diperoleh a = n−2 dan b= (n−3)/2.

(44)

mat-22

M =

[

n−2 (n−3)/2

2 1

]

atau M =

[

2 1

n−2 (n−3)/2

]

.

Pada dasarnya, kedua matriks cycle M yang diperoleh pada Corollary 4.1 hanya mengganti arc merah dengan arc biru dan arc biru dengan arc merah. Scrambling index merupakan jumlahan dari banyak arc merah dan banyak arc biru sehingga mempertukarkanarc merah denganarcbiru atau sebaliknya tidak akan mempengaruhi nilai scrambling index yang diperoleh. Oleh karena itu, kedua matriks cycle M tersebut memiliki scrambling index yang sama. Pada pe-nelitian ini, matrikscycle M yang digunakan adalahM =

[

n−2 (n−3)/2

2 1

]

.

Corollary 4.1 menyatakan bahwa D(2) memiliki dua arc biru atau tiga arc

biru. Scrambling index dari D(2) ditentukan berdasarkan jumlah arc biru yang

terdapat pada digraf dwiwarna tersebut. Pertama, akan dibahas D(2) memiliki

dua arcbiru yang didefinisikan sebagaivx →vx+1 dimana 1≤x≤(n−3)/2 dan

vy →vy+1 dimana (n−1)/2≤y≤n, seperti pada Gambar 1.2(a). Didefinisikan

d(vi, vj) adalah panjang walk berarah terpendek dari titik vi ke titik vj. Pada

penelitian ini, didefinisikan d1 =d(vy+1, v1) dan d2 = (vx+1, v1) dan diasumsikan

vn+1 =v1.

Teorema 4.2. Andaikan D(2) adalah digraf Hamilton dwiwarna primitif dengan

n ≥ 5 titik ganjil terdiri atas cycle Hamilton v1 →v2 → · · · → vn−1 → vn → v1

dan cycle v1 → v2 → v3 → · · · → v(n−3)/2 → v(n−1)/2 → v1 dengan panjang

(n−1)/2. Jika D(2) memiliki dua arc biru, maka

1. k(D(2)) = (n2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 ketika d1 > d2.

2. k(D(2)) = (n2+n(2d

2−2d1−3) + 2d1+ 2)/2 ketika d1 ≤d2.

Bukti. Terdapat dua keadaan kasus dimana d1 > d2 dan d1 ≤d2.

Kasus 1. d1 > d2

Berikut ini akan dibuktikan bahwak(D(2)) = (n2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2.

Pertama, akan diperlihatkan bahwak(D(2))(n2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2.

Asumsikan bahwa kvy+1,vx(vt) diperoleh dari (h, ℓ)-walk berarah dan asumsikan

terdapat vy+1 (h,ℓ)

−→vt walk dan vx

(h,ℓ)

−→vt walk. Andaikan

(45)

23

dan

e2 =r(C1)b(Pvx,vt)−b(C1)r(Pvx,vt). (4.2)

Terdapat tiga kemungkinan posisi titik vt sebagai berikut.

1. Titikvt terletak padav1 →vx path.

Terdapat sebuahpathPvy+1,vt dari titikvy+1ke titikvtyaitu (d1+d(v1, vt),0)-path.

Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.1), diperoleh

e1 = (1)(d1+d(v1, vt))−((n−3)/2)(0) =d1+d(v1, vt). (4.3)

Terdapat dua path Pvx,vt dari titik vx ke titik vt yaitu (d2+d(v1, vt),1)-path dan

((n−1)/2 +d2+d(v1, vt),2)-path. Dengan menggunakan (d2 +d(v1, vt),1)-path

dan persamaan (4.2), diperoleh

e2 = (n−2)(1)−(2)(d2+d(v1, vt)) =n−2−2d2−2d(v1, vt). (4.4)

Dengan menggunakan ((n−1)/2 + d2 +d(v1, vt),2)-path dan persamaan (4.2),

diperoleh

e2 = (n−2)(2)−(2)((n−1)/2 +d2+d(v1, vt))

=n−3−2d2−2d(v1, vt). (4.5)

Pilih nilai e2 yang lebih kecil yaitu pada persamaan (4.5). Berdasarkan Lemma

2.5.2, diperoleh

kvy+1,vx(vt)≥ℓ(C1)e1+ℓ(C2)e2

= (n)(d1+d(v1, vt)) + ((n−1)/2)(n−3−2d2−2d(v1, vt))

= (n2+n(2d1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 +d(v1, vt) (4.6)

untuk setiap titik vt terletak pada v1 →vx path.

2. Titikvt terletak padavx+1 →vy path.

Terdapat sebuahpath Pvy+1,vt dari titikvy+1ke titikvtyaitu (d1+d(v1, vt)−1,

1)-path. Dengan menggunakanpath ini dan persamaan (4.1), diperoleh

e1 = (1)(d1+d(v1, vt)−1)−((n−3)/2)(1)

(46)

24

Terdapat sebuah path Pvx,vt dari titik vx ke titik vt yaitu (d2+d(v1, vt)−(n−

1)/2,1)-path. Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.2), diperoleh

e2 = (n−2)(1)−(2)(d2+d(v1, vt)−(n−1)/2)

= 2n−3−2d2−2d(v1, vt). (4.8)

Berdasarkan Lemma 2.5.2, diperoleh

kvy+1,vx(vt)≥ℓ(C1)e1+ℓ(C2)e2

= (n)(d1+d(v1, vt)−(n−1)/2) + ((n−1)/2)(2n−3−2d2−2d(v1, vt))

= (n2+n(2d1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 +d(v1, vt) (4.9)

untuk setiap titik vt terletak pada vx+1 →vy path.

3. Titikvt terletak padavy+1 →vn path.

Terdapat sebuahpathPvy+1,vt dari titikvy+1ke titikvtyaitu (d1+d(vt, v1),0)-path.

Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.1), diperoleh

e1 = (1)(d1+d(vt, v1))−((n−3)/2)(0) =d1+d(vt, v1). (4.10)

Terdapat sebuah path Pvx,vt dari titik vx ke titik vt yaitu (d2 +d(vt, v1) + (n−

1)/2,2)-path. Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.2), diperoleh

e2 = (n−2)(2)−(2)(d2+d(vt, v1) + (n−1)/2)

=n−3−2d2+ 2d(vt, v1). (4.11)

Berdasarkan Lemma 2.5.2, diperoleh

[

h ℓ

]

[

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1 + 6d2+ 9)/2−d(vt, v1)

n−3 + 2d1−2d2

]

.

Perhatikanvy+1 →vtwalk. Karena menggunakan (d1−d(vt, v1),0)-pathdiperoleh

solusi dari sistem

Mz+

[

r(Pvy+1,vt)

b(Pvy+1,vt) ]

=

[

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2−d(vt, v1)

n−3 + 2d1−2d2

]

adalahz1 = 0 danz2 =n−3 + 2d1−2d2. Andaikanm = (n2+n(2d1−2d2−6)−

4d1+ 6d2+ 9)/2−d(vt, v1) danp=n−3 + 2d1−2d2. Karenapath Pvy+1,vt terletak

padaC1, maka tidak terdapatvy+1 (m,p)

(47)

25

terpendek dari titikvy+1 ke titik vt yang memuat paling sedikitm arcmerah dan

paling sedikitp arcbiru adalahwalk berarah yang dimulai dari titikvy+1 sampai

ke titikv1kemudian mengelilingiC2 sebanyakn−3+2d1−2d2 kali dan kembali ke

titikv1dan selanjutnya bergerak sampai ke titikvt. W alkberarah yang demikian

adalahwalk berarah dengan (n2+n(2d

1−2d2−4)−4d1+ 6d2+ 5)/2−d(vt, v1)

arc merah dann−1 + 2d1−2d2 arc biru. Karena d(v1, vt) +d(vt, v1) =n, maka

dapat disimpulkan bahwa

kvy+1,vx(vt)≥(n

2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 +d(v1, vt) (4.12)

untuk setiap titik vt terletak pada vy+1 →vn path.

Berdasarkan persamaan (4.6), (4.9), dan (4.12) dapat disimpulkan bahwa

kvy+1,vx(vt)≥(n

2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 +d(v1, vt)

untuk setiap t = 1,2, . . . , n. Oleh definisi scrambling index lokal dari titik vy+1

dan vx di D(2) yaitu kvy+1,vx(D

(2)) = min

vt∈D(2){kvy+1,vx(vt)}, diperoleh

kvy+1,vx(D

(2)) = min

vt∈D(2){(n

2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2 +d(v1, vt)}.

Nilai kvy+1,vx(D(2)) akan bernilai minimum ketika d(v1, vt) = 0 yaitu ketika t= 1

atau vt=v1 sehingga diperoleh

kvy+1,vx(D

(2)) = (n2 +n(2d

1−2d2−4) + 2d2 + 3)/2.

Berdasarkan hubungan k(D(2))max

vi,vj∈D(2){kvi,vj(D(2))}, maka diperoleh

k(D(2))≥ max

vi,vj∈D(2){kvi,vj(D

(2))} ≥k

vy+1,vx(D

(2)) = (n2+n(2d

1−2d2−4)+2d2+3)/2.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa k(D(2)) (n2 +n(2d

1 −2d2 −4) +

2d2+ 3)/2.

Kedua, akan diperlihatkan bahwak(D(2))(n2+n(2d

1−2d2−4) + 2d2+

3)/2. Hal ini berarti, akan ditunjukkan bahwa untuk setiap titik vt dimana t =

1,2,3, . . . , n diD(2) sistem

Mz+

[

r(Pvt,v1)

b(Pvt,v1)

]

=

[

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2

n−3 + 2d1−2d2

]

(48)

26

memiliki solusi bilangan bulat tak negatif untuk beberapapath Pvt,v1 dari titikvt

ke titik v1. Perhatikan bahwa dari sistem (4.13) diperoleh

Mz=

[

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2

n−3 + 2d1−2d2

]

[

r(Pvt,v1)

b(Pvt,v1)

]

Mz=

[

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2−r(Pvt,v1)

n−3 + 2d1−2d2−b(Pvt,v1)

]

z=M−1

[

(n2+n(2d

1−2d2 −6)−4d1+ 6d2+ 9)/2−r(Pvt,v1)

n−3 + 2d1−2d2−b(Pvt,v1)

]

z=

[

1 (3−n)/2 −2 n−2

] [

(n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2−r(Pvt,v1)

n−3 + 2d1−2d2−b(Pvt,v1)

]

z=

[

((n−3)/2)b(Pvt,v1) +d1−r(Pvt,v1)

(1−b(Pvt,v1))n+ 2(r(Pvt,v1) +b(Pvt,v1)−d2)−3

]

,

maka solusi dari sistem (4.13) adalah sebagai berikut.

z1 = ((n−3)/2)b(Pvt,v1) +d1−r(Pvt,v1) (4.14)

dan

z2 = (1−b(Pvt,v1))n+ 2(r(Pvt,v1) +b(Pvt,v1)−d2)−3. (4.15)

Jika 1≤t≤x−1, maka terdapat sebuah (r(Pvt,v1),1)-path dari titikvt ke

titik v1 dengan d2 + 1 ≤ r(Pvt,v1) ≤ (n −3)/2. Dengan menggunakan path ini

dan persamaan (4.14), diperolehz1 = (n−3)/2 +d1−r(Pvt,v1) karenar(Pvt,v1)≤

(n−3)/2, maka z1 ≥ d1. Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.15),

diperoleh z2 = 2(r(Pvt,v1)−d2)−1 karena r(Pvt,v1)≥d2+ 1, maka z2 ≥1.

Jika t=x, maka terdapat sebuah (r(Pvt,v1),2)-path dari titik vt ke titik v1

denganr(Pvt,v1)≤d2+ (n−1)/2. Dengan menggunakanpath ini dan persamaan

(4.14), diperoleh z1 = n−3 +d1 −r(Pvt,v1) karena r(Pvt,v1) ≤ d2 + (n−1)/2,

diperoleh z1 ≥ (n−5)/2 + d1 −d2 dan karena d1 > d2, maka z1 ≥ (n−3)/2.

Dengan menggunakanpath ini dan persamaan (4.15), diperolehz2 = 2(r(Pvt,v1)+

b(Pvt,v1)−d2)−(n+ 3) karena r(Pvt,v1) +b(Pvt,v1)≥d2+ (n+ 3)/2, makaz2 ≥0.

Jika x+ 1 ≤ t ≤ (n −1)/2, maka terdapat sebuah (r(Pvt,v1),0)-path dari

titik vt ke titik v1 dengan 1≤r(Pvt,v1)≤d2. Dengan menggunakan path ini dan

persamaan (4.14), diperolehz1 =d1−r(Pvt,v1) karenar(Pvt,v1)≤d2 dan d1 > d2,

maka z1 ≥ 1. Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.15), diperoleh

(49)

27

karena d2 ≤(n−3)/2, maka z2 ≥2.

Jika (n+ 1)/2 ≤ t ≤ y, maka terdapat sebuah (r(Pvt,v1),1)-path dari titik

vt ke titik v1 dengan d1 ≤ r(Pvt,v1) ≤ (n −1)/2 −d1. Dengan menggunakan

path ini dan persamaan (4.14), diperoleh z1 = (n−3)/2 +d1−r(Pvt,v1) karena

r(Pvt,v1) ≤ (n − 1)/2− d1, diperoleh z1 ≥ 2d1 −1 dan karena d1 > d2 ≥ 1,

maka z1 ≥ 3. Dengan menggunakan path ini dan persamaan (4.15), diperoleh

z2 = 2(r(Pvt,v1)−d2)−1 karena r(Pvt,v1)≥d1, diperoleh z2 ≥2d1−2d2−1 dan

karena d1 > d2, maka z2 ≥1.

Jikay+ 1 ≤t ≤n, maka terdapat sebuah (r(Pvt,v1),0)-path dari titikvt ke

titikv1 dengan 1 ≤r(Pvt,v1)≤d1. Dengan menggunakanpath ini dan persamaan

(4.14), diperoleh z1 =d1−r(Pvt,v1) karena r(Pvt,v1)≤ d1, maka z1 ≥ 0. Dengan

menggunakanpathini dan persamaan (4.15), diperolehz2 =n−3+2r(Pvt,v1)−2d2

karena r(Pvt,v1) ≥ 1, kita peroleh z2 ≥ n−1−2d2 dan karena d2 ≤ (n−3)/2,

maka z2 ≥2.

Oleh karena itu, untuk setiap t = 1,2, . . . , n, terdapat sebuah path Pvt,v1

dari titik vt ke titik v1 sedemikian hingga sistem (4.13) memiliki solusi bilangan

bulat tak negatif. Berdasarkan Proposisi 2.5.1, terdapat sebuah vt

(m,p)

−→ v1 jalan

denganm = (n2+n(2d

1−2d2−6)−4d1+ 6d2+ 9)/2 danp=n−3 + 2d1−2d2

sehingga

k(D(2))≤(n2+n(2d1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa

k(D(2)) = (n2+n(2d1−2d2−4) + 2d2+ 3)/2

ketika d1 > d2.

Kasus 2. d1 ≤d2

Berikut ini akan dibuktikan bahwak(D(2)) = (n2+n(2d

2−2d1−3) + 2d1+ 2)/2.

Pertama, akan diperlihatkan bahwak(D(2))(n2+n(2d

2−2d1−3) + 2d1+ 2)/2.

Asumsikan bahwa kvx+1,vy(vt) diperoleh dari (h, ℓ)-walk berarah dan asumsikan

terdapat vx+1 (h,ℓ)

−→vt walk dan vy

(h,ℓ)

−→vt walk. Andaikan

e1 =b(C2)r(Pvx+1,vt)−r(C2)b(Pvx+1,vt) (4.16)

dan

(50)

28

Terdapat tiga kemungkinan posisi titik vt sebagai berikut.

1. Titikvt terletak padav1 →vx path.

Terdapat dua path Pvx+1,vt dari titik vx+1 ke titik vt yaitu (d2 +d(v1, vt) + (n−

1)/2,1)-path dan (d2+d(v1, vt),0)-path. Dengan menggunakan (d2 +d(v1, vt) +

(n−1)/2,1)-path dan persamaan (4.16), diperoleh

e1 = (1)(d2+d(v1, vt) + (n−1)/2)−((n−3)/2)(1)

=d2+d(v1, vt) + 1. (4.18)

Dengan menggunakan (d2+d(v1, vt),0)-path dan persamaan (4.19), diperoleh

e1 = (1)(d2+d(v1, vt))−((n−3)/2)(0) =d2+d(v1, vt). (4.19)

Pilih nilaie1 yang lebih kecil yaitu p

Gambar

Gambar 1.1 : Digraf Wielandt Wn
Gambar 1.2 : (a) D(2) dengan 2 arc biru dan (b) D(2) dengan 3 arc biru
Gambar 2.1 : Digraf dwiwarna dengan 4 titik dan 5 arc
Gambar 2.2 : Digraf dwiwarna dengan 7 titik dan 10 arc
+3

Referensi

Dokumen terkait

Namun pengaruh yang lebih tinggi berdasarkan hasil belajar siswa adalah kelas eksperimen, karena saat proses pembelajaran selain menerapkan pendekatan

Hasil analisis regresi pada taraf keper- cayaan 95 persen menunjukkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penerapan PTT adalah tingkat pendidikan dan

Tujuan dari koordinasi proteksi sistem kelistrikan dengan parameter arus adalah untuk menentukan karateristik, rating , dan setting dari peralatan pengaman arus

Perangkat dimana disimpan semua sistem dr suatu komp yg berfungsi utk komp itu bekerja3. Suatu alat yg berfungsi utk memproses suatu input yg menghasilkan output yg

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B7, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Operasi tersebut meliputi operasi perpindahan/transfer data, operasi aritmatika &amp; logika, serta operasi pengendalian I/O device serta seluruh sumber daya

It can be concluded that:(1) the surface of Huangdao town and Jiaonan town is relatively stable, almost no settlement;(2) a large area of deformation happend

Implementasi CISC paralel untuk pertama kalinya, seperti 486 dari Intel, AMD, Cyrix, dan IBM telah mendukung setiap instruksi yang digunakan oleh prosesor-prosesor