• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis undang-undang nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi ditinjau dari konsep pegelolaan kepemilikan umum dalam Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis undang-undang nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi ditinjau dari konsep pegelolaan kepemilikan umum dalam Islam"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

MIFTAHUL JANNAH

NIM. 107046102082

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2011

Miftahul jannah

(5)

ABSTRAK

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DITINJAU DARI PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM DALAM ISLAM.

Skripsi, Konsentrasi Perbankan syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta, 2011.

Kata kunci: Minyak dan Gas bumi dan Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam.

1. Minyak dan Gas bumi merupakan hal yang penting dalam kehidupan, menjadi barang kebutuhan bagi setiap keluarga, baik skala keluaga kecil maupun dalam cangkupan keluarga besar dalam artian Negara. Setiap keluarga maupun negara baik dapat membuat keluarga sejahtera dan tidak takut untuk menghadapi masa depan dalam hal ekonomi dan dapat meminimalisir resiko yang mungkin akan terjadi. Dengan menggunakan analisis penelitian kualitatif, penelitian yang menggunakan metode eksploratif, yang mengkombinasikan pendekatan normatif dengan studi kepustakaan (library research). kualitatif, penulis berusaha menganalisis secara objektif bagaimana

konsep yang diajarkan Islam dalam pengelolaan/pengaturan Kepemilikan Umum dan bagaimana pengelolaan/pengaturan Minyak Bumi dan Gas yang

(6)

diatur dalam Undang-undang No.22 tahun 2001, karena mengelola sumber daya Alam merupakan “Tanggung Jawab” manusia sebagai khalifah dimuka bumi, dengan baik tanpa menimbulkan kerusakan atau merugikan semua orang. Sehingga semua orang khususnya rakyat merasakan kesejahteraan yang hakiki dalam hal ekonomi.

(7)

KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺣ ﺮﻟا ﻦﻤﺣ ﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

Segala puji hanya bagi Allah yang menciptakan dan mengatur semesta alam. Yang menciptakan manusia beserta seluruh perangkatnya. Yang menciptakan akal kepada manusia, sehingga manusia harus berfikir dalam setiap tindakkannya. Segala potensi dan bakat yang beraneka ragam diberikan secara Cuma-Cuma tanpa biaya sedikitpun dan atas ridho dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

Shalawat serta salam kepada Nabi dan Rasul termulia, Nabi kita Muhammad SAW, keluarganya dan semua shahabatnya yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

Sungguh merupakan tonggak dasar bagi umat Islam, jika memiliki ekonomi yang kuat yang merealisasikan kecukupannya, menjaga kemandiriannya, dan membantu dalam melaksanakan risalahnya.

Alhamdulillah, skripsi ini merupakan perjalanan akhir penulis setelah sekian tahun menimba ilmu dibangku kuliah. Skripsi ini berjudul Analisis Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Mintak dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam. Semoga bermanfaat untuk semua orang.

(8)

Terlebih dahulu, penulis menyadari bahwa banyak pihak dan orang-orang yang terlibat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan berlipat ganda kepada mereka semua atas bantuan yang diberikan baik moril maupun materil. Adapun untaian terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Allah SWT. Yang telah memberikan segudang kenikmatannya, keberkahan dan kasih sayangnya kepada setiap hamba-Nya. Shalawat serta salam kepada Rasulullah dan keluarganya. Kemudian trimakasih juga kepada kedua orangtua ana tersayang umi ana, Laila latifa shahab dan Alm. Ayahanda H. Hamim Sulaiman yang selalu memberikan kasih sayang dan cintanya dengan sepenuh hati untuk memberikan dukungan baik moril maupun materiil yang tak terhingga. Semoga kalian diberi syurga oleh Allah SWT. Jazkallah khair. 2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin

Suma, SH, MA,MM.

3. Ketua Program Studi Muamalat, ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, beserta sekretaris Program Studi Muamalat bapak Mu’min Rouf, S.Ag,.MA.

4. Pembimbing, bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. Yang senantiasa memberikan arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga selesai dalam penulisan skripsi.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Pimpinan Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

(9)

6. Seluruh Staf pengajar beserta Asisten Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Mpok-mPok ana dan kkquu tersayang, mPok Aji, mPok many, ka biba, ka qimah, ka diah, n smua keponakan ana yang shalih n shaliha dan khususnya kepada teman2 di HTI, JAT, Ps B angkatan 2007 dan sohibku di SMA Jamiat Kheir, Rahmah, nadiya, wiwi, nida dll, yang telah memberikan bantuan moril dan materil yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Spesial untuk ka qiqi, fikri n ka widi yang sudah benerin notebook miftah dan memberi pinjaman modemnya selama penulis menulis skripsi.

Akhir kalam, penulis sadar akan keterbatasan yang penulis miliki, tentu dalam skripsi ini ada banyak kekurangan dalam penyajian, oleh karena itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang santun dan membangun dari semua pihak yang membacanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pengguna. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin...

Jakarta, 30 September 2011

Miftahul Jannah

(10)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING i

PENGESAHAN MUNAQOSAH ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

D. Metodologi Penelitian 11

E. Kajian Pustaka 13

F. Sistematika Penulisan 16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepemilikan Umum 17

1. Pengertian 17

2. Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21

3. Pembagian Kepemilikan Umum 23

B. Pengelolaan Kepemilikan Umum 25

(11)

1. Pengertian Pengelolaan Kepemilikan Umum 25

2. Cara Pengelolaan Kepemilikan Umum 26

3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum 27

BAB III Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi

A. Latar Belakang Pembentukan Undang-undang 34

B. Azas dan Tujuan Undang-undang 36

C. Penguasaandan Pengusahaan 38

D. Kegiatan Hulu dan Hilir 41

E. Penerimaan Negara 43

F. Pembinaan dan Pengawasan 44

G. Badan Pelaksana dan Badan Pengatur 45

BAB IV Analisis Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam

A. Fisafat Azas dan Tujuan 47

B. Penguasaan dan Pengusahaan 48

C. Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir 53

D. Penerimaan Negara 57

E. Pembinaan dan Pengawasan 57

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 61

B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Latarb Belakang 3

Tabel 1.2 Review Terdahulu 14

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara dunia ketiga, yang secara riil memiliki kekayaan alam (SDA) yang sangat melimpah, dari pertambangan, perikanan (laut),hutan dan kandungan mineral, dll. Adapun berbagai jenis tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti minyak bumi, gas alam, emas, perak, timah, tembaga, dan batubara dan hasil tambang lainnya laut, sungai, mata air, lapangan, hutan belukar, padang gembalaan, dan masjid. Semua itu tidak boleh bagi Khalifah mngalihkan kepemilikannya untuk siapapun, baik individu maupun kelompok. Karena semua itu milik seluruh masyarakat. Khalifah mengelolanya sehingga memberi peluang seluruh manusia dapat memanfaatkan pemilikan ini, sesuai dengan ijtihadnya dalam mengatur urusan mereka dan dalam rangka meraih kemaslahatan mereka.1

Dari segi pertambangan Indonesia menghasilkan Minyak dan Gas bumi yang merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan serta

1

(15)

merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak. Komoditas ini juga mempunyai peranan penting dalam perkonomian nasional.2

Potensi kekayaan laut sebesar 6,2 juta ton ikan, mutiara, minyak dan mineral lainnya. Namun dengan banyaknya sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia, ironisnya posisi Indonesia kini justru sebagai pengimpor minyak dan gas bumi. Pengamat energi Institut Teknologi Bandung (ITB) Rudi Rubiandini mengatakan posisi Indonesia merupakan net importer minyak. Dengan menyatakan bahwa Indonesia memproduksi 960 barel per hari sementara kebutuhan 1.3 juta barel per hari.3 Sehingga kecenderungan mengimpor lebih tinggi demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut membuat posisi Indonesia menjadi posisi rawan dalam memenuhi kecukupan energi nasional, bahkan juga terhadap ketahanan kedaulatan energi bangsa. Dengan demikian yang terjadi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak, terutama minyak tanah dan premium yang menimbulkan keresahan konflik social. Hal tersebut salah satunya diisebabkan oleh pengelolaan yang cenderung didominasi oleh kepentingan asing.4

Pada tahun 2008 cadangan minyak bumi 8,219.22 MMSTB, tahun 2009 sebesar 7,998.49 MMSTB, dan tahun berikutnya yaitu tahun 2010 sebesar

2

Pengantar dalam UU Minyak Bumi dan Gas, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008), h. 3

3

Arsipberita.com. Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari http://arsipberita.com/show/ri-importir-minyak-yang-beri-subsidi-bbm-210064.html

4

(16)

7,764.48 MMSTB 5, cadangan dari tahun ketahun menunjukan penurunan, namun hal tersebut tidak menurunkan laju investasi bagi para investor asing terhadap Indonesia dibidang perminyakan.

Di bidang perminyakan, terdapat penghasil minyak utama didominasi oleh asing, diantaranya:

Tabel.1.1

HASIL SUMBER DAYA MINYAK

HASIL (%)

Chevron 44%

Mitra 16%

total E&P 10%,

Conoco Philip 8%,

Medco 6%,

CNOOC 5%,

Petrochina 3%

5

(17)

BP 2%,

Vico Indonesia 2%,

Kodeco Energy 1%

Lainnya 3%

(Dirgen Migas, 2009) Sementara disektor hilir migas, mulai November 2005 keran investasi hilir migas dibuka bagi investor swasta dalam negeri dan asing. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang menyatakan bahwa pada tahun 2005, terdapat 7 investor yang sudah menyatakan komitmen melakukan investasi di sektor hilir migas tersebut. (CEO, No. 5. Th. I, Februari 2005).6

Dibidang pertambangan, lebih dari 70% dikuasai asing. Porsi operator minyak dan gas, 75% dikuasai asing. Asing juga menguasai 50.6% asset perbankan nasional per Maret 2011. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Begitu pula telekomunikasi dan industri sawit pun juga lebih banyak dikuasai asing (lihat, Kompas, 22/5).

6

(18)

Sebagai pemilik sumber daya alam, Indonesia hanya mendapat 5% dari penggelolaan yang dilakukan pihak swasta/asing. Hal tersebut di ungkap Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek, yang mengatakan –sebagaimana dipetik dikompas (5/2/2010)—keluh kesahnya tentang ironi pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) propinsi tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat Badan Anggaran DPR (4/2/2010) ia mencontohkan, bagaimana perusahaan tambang batubara di propinsi tersebut setiap tahunnya dapat menghasilkan batubara sebesar 45 juta ton. Tetapi pemasaran hasilnya hanya 5% untuk kebutuhan dalam negeri sedangkan 95% ditujukan untuk ekspor. Hal tersebut jelas tidak memihak pada rakyat. Pernyataan tersebut diperkuat dengan posisi peringkat duanya Indonesia sebesar 203 juta ton, setelah Australia sebesar 252 juta ton.7

Dengan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak lain melalui mekanisme Penanaman Modal Asing (PMA) dan privatisasi (penjulan kepada swasta/asing). Hal tersebut dapat mengancam SDA Indonesia sendiri. Hal tersebut dipertegas oleh Hendri Saparini, Phd, menurutnya”…90 % kekayaan migas negeri ini memang sudah berada dalam cengkeraman pihak asing…”. Tentu, itu belum termasuk hasil-hasil dari kekayaan barang tambang yang lain (batubara, perak, tembaga, nikel, besi, dll). Akibatnya hak-hak kesejahteraan rakyat tercerabut. Harga listrik , bensin yang selalu naik, kemudian krisis gas

7

(19)

sehingga ada kebijakan tabung gas, krisis air bersih masyarakat. Hal tersebut tidak sesuai dengan pasal 33 ayat 3 yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

ﮫﺘﯿﻋار ﺔﺤﻠﺼﻤﺑ طﻮﻨﻣ مﺎﻣﻹا فﺮﺼﺗ

“Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan

rakyatnya”.8

Adapun Islam mengatur mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam yakni dijelaskan dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin Hamal. Dalam hadits tersebut, Abyad diceritakan telah meminta kepada Rasul untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul meluluskan permintaan itu, tapi segera diingatkan oleh seorang shahabat.9

8 Nasrun Haroen.

Figh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama.2007). h. 13

9

Dari Abyadl bin Hammal bahwa ia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta untuk menetapkan kepemilikan sebidang tambang garam untuknya lalu beliau menetapkan untuknya. Ketika hendak beranjak pergi seseorang yang berada di majelis berkata; Tahukah engkau apa yang engkau tetapkan untuknya? Sesungguhnya engkau menetapkan tanah yang memiliki air yang diam. Abyadl berkata; Beliau pun membatalkannya. Ia melanjutkan; Ia bertanya; Tanah seperti apa yang boleh untuk dihidupkan? Beliau menjawab: "Yang tidak diinjak oleh kaki unta." Apakah Qutaibah menetapkannya? Ia menjawab; Ya.

(20)

Dalam pandangan Islam, minyak dan gas bumi maupun barang tambang lainnya adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara dimana hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk barang yang murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum. Paradigma pengelolaan sumber daya alam milik umum yang berbasis swasta atau (corporate based management) harus dirubah menjadi pengelolaan kepemilikan umum oleh negara (state based management) dengan tetap berorientasi kelestarian sumber daya (sustainable resources principle).10 Dapat dikatakan bahwa barang-barang yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum (asset public) hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak boleh dimiliki oleh individu atau pihak swasta/asing. Dan lebih mengutamakan kebutuhan dalam negeri dibandingkan harus mengirim (ekspor) keluar negeri. Tetapi sebaliknya, pemerintah justru lebih mementingkan ekpor keluar dibandingkan memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Hal tersebut membuat rakyat menderita, kemiskinan dan kelaparan tak dapat dibendung lagi.

Konsep kepemilikan dalam Islam tidak sama dengan konsep kepemilikan dalam faham liberalisme-kapitalisme maupun sosialisme. Dalam faham liberalism-kapitalisme kepemilikan bersifat absolute yang menandakan seseorang bebas sebebas-bebasnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

1301, Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Bani dalam Ash Shahih wadh Dha’if Sunan At Tirmidzi Jilid 3, Hal 380)

10

Ismail Yusanto, “Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam perspektif Islam”, artikel diakses pada 27 Januari dari

(21)

terhadap harta yang dimilikinya. Dan dalam faham sosialisme menurut K. Bertens adalah sebaliknya. Orang seorang tidak diperkenankan untuk memiliki “capital atau modal, sebab yang memiliki capital dengan sendirinya memiliki juga sarana-sarana produksi”. Hal inilah menurut mereka yang akan menjadi penyebab adanya penindasan dan eksploitasi terhadap para buruh atau pekerja. Oleh sebab itu menurut paham ini capital dan atau alat produksi harus dikuasai oleh Negara.11

Menurut Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni mengatakan bahwa barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan tanpa biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat), petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan individualnya) selain harus dimaanfaatkan oleh seluruh kaum muslimin, sebab hal itu akan merugikan mereka. Oleh karena itu pendapat ini menegaskan bahwa barang siapa menemukan barang tambang atau petroleum pada tanah miliknya tidak halal baginya untuk memilikinya dan harus diberikan kepada negara untuk mengelolanya.

Sama halnya menurut Abû ‘Ubaid dalam Kitab al Amwal menjelaskan bahwa sumber dari publik seperti sumber air, pada rumput penggembalaan dan tambang minyak tidak boleh pernah dimonopoli seperti pada hima (tanam pribadi). Semua ini hanya dapat dimasukkan ke dalam kepemilikan negara yang

11

(22)

digunakan untuk pelayanan masyarakat. Karena Negara juga dipercaya memberikan keamanan social secara keseluruhan.12

Adapun Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya “Sistem Ekonomi Islam/Nizhom Al Iqhtishodiyah” juga mengatakan bahwa, hak kepemilikan dan pengelolahan sumber daya alam harus sesuai dengan ketentuan syara’. dimana kepemilikan umum merupakan fasilitas umum yang dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum, kalau tidak ada didalam suatu negeri atau suatu komunitas maka akan menyebabkan sengketa dalam mencarinya. Dalam hal tersebut membutuhkan Negara yang adil yang dapat memberikan kesejahteraan pada rakyatnya. 13

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mencoba menelaah dan meninjau lebih lanjut mengenai undang-undang yang mengatur Sumber Daya Alam yang akan ditinjau dari persfektif pengelolaan kepemilikan umum dalam Islam. Oleh karena itu, penulis akan menulis dengan fokus dalam skripsi yang berjudul: “UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

12 Euis Amalia,

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari masa klasik hingga Kontemporer, Jakarta, Pustaka Asatruss, April 2005 M, h. 179

13

(23)

Dikarenakan luasnya permasalahan terkait sumber daya alam yang terdapat di Indonesia, maka penulis membatasi sumber daya alam tersebut pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang diatur didalam UU N0. 22 tahun 2001 yang terkait dengan Minyak bumi dan Gas Alam dan terkait dengan kepemilikan dengan meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang pengelolahan Sumber Daya Alam dalam Islam. Berdasarkan pada uraian diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah :

2. Bagaimana konsep yang diajarkan Islam dalam pengelolaan/pengaturan Kepemilikan Umum dalam Islam ?

3. Bagaimana pengelolaan/pengaturan Minyak Bumi dan Gas yang diatur dalam Undang-undang No.22 tahun 2001?

4. Apakah Undang-undang Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan Gas yang terdapat didalam No. 22 Tahun 2001 tersebut sesuai dengan Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: a. Mengetahui pengelolaan Minyak bumi dan Gas berdasarkan

Ajaran/konsep Islam.

(24)

c. Dapat mengetahui perbandingan pengelolaan Sumber Daya Alam Migas yang terdapat didalam UU No. 22 Tahun 2001 dengan pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Islam.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, yaitu bagi:

1. Pemegang Kebijakan

Menjadikan motivasi dan masukan untuk membuat kebijakan yang senantiasa berpijak pada kepentingan rakyat bukan pada kepentingan para pemesan kebijakan.

2. Penulis

Sebagai perluasan wawasan dan pedoman langkah untuk turut menyelesaikan permasalahan yang ada di Indonesia saat ini.

3. Akademisi

Dapat menjadi kajian dan rujukan para akademisi yang ingin mengetahui secara mendalam mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam dalam islam dan UU yang ada.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

(25)

eksploratif. Penelitian ini akan mengkombinasikan pendekatan normatif dengan studi kepustakaan (library research). Pendekatan normatif yaitu kajian kepustakaan bertujuan mengekplorasi dan memahami berbagai konsep yang berkaitan dengan tema penulis yang dilakukan untuk mendapatkan data dan sedetail mungkin dengan mengacu pada teori yang sudah dijelaskan pada kajian teoritis.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan juga sumber dari data skunder: buku-buku yang berisi pendapat dan tulisan-tulisan yang membahas pengelolaan Minyak dan Gas bumi. Dimana data akan dibawa pada penelitan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya berwujud studi dokumentasi naskah (studi pustaka).

2. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai teknik pengumpulan data, penulis akan mendapatkan data melalui studi kepustakaan atau dokumenter, mencari, mengumpulkan, meneliti, menelaah serta mengkaji data dan informasi dari berbagai media yang relevan dan objektif guna memenuhi target pembahasan.

3. Sumber Data

(26)

b. Data sekunder, yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu literature berupa jurnal, majalah, artikel, surat kabar, serta website yang pembahasannya berkaitan dengan objek kajian penulis.

4. Teknik Analisa Data

Dalam skirpsi ini digunakan analisis isi yaitu pendekatan isi (content Analysis), yang menekankan pengambilan dari kesimpulan analisa yang bersifat deskriftif dan deduktif, seluruh data yang diperoleh akan diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum, kemudian dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu memberikan gambaran spesifik dan relevan mengenai data tersebut.

5. Teknis Penulisan skripsi

Adapun metode penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun dengan beberapa pengecualian berikut:

1. Kutipan ayat al-Quran tidak diberikan catatan kaki karena dianggap cukup dengan menyebutkan nama surat dan nomor ayat pada akhir kutipan.

(27)

E. Kajian Pustaka/ Review Terdahulu

(28)
(29)

Sedangkan penulis lebih memfokuskan mengenai kebijakan secara umum yang telah di tetapkan dalam Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi. Penulis juga menganalisis salah satu bagian dari harta publik yakni Minyak dan Gas bumi, dimana terdapat ketidakharmonisan mengenai pengelolaan Migas yang selalu bertentangan dengan hak rakyat. Metodologi yang digunakan berbentuk library research, studi kepustakaan yang menggunakan pendekatan normatif. Maka sudah barang tentu sangat berbeda dengan skripsi yang disusun oleh penulis-penulis sebelumnya. Baik dari objek sasaran penelitiannya maupun dari metodologi masing-masing studi review sebelumnya walaupun ada kesamaan dalam hal pendekatan analisisnya.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang diterapkan agar terfokus dalam kajian yang dimaksud, maka penulis membuat sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka/ Review terdahulu, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

(30)

kepemilikan umum. Pengelolaan Kepemilikan Umum; pengertian, fungsi dan tujuan, dan prinsip-prinsip pengelolaan kepemilikan umum.

Bab III, bab ini terdiri dari latar belakang pembentukan Undang-undang No. 22 tahun 2001, Azas dan tujuan Undang-Undang-undang, Penguasaan dan Pengusahaan, Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir, Penerimaan Negara, Pembinaan dan Pengawasan, dan Badan Pelaksana dan badan Pengatur tentang Minyak dan Gas Bumi.

Bab IV, bab ini menganalisis mengenai Undang-Undang No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang kemudian meninjau dari konsep pengelolaan kepemilikan umum dalam Islam yang terdiri dari falsafah azas dan tujuan Undang-undang, Penguasaan dan Pengusahaan, Kegiatan Hulu dan Hilir, Penerimaan Negara, Pembinaan dan Pengawasan.

(31)

BAB II

PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM DALAM ISLAM

A. Kepemilikan Umum

1. Pengertian Kepemilikan Umum

Makna etimologi kepemilikan berasal dari bahasa Arab al milk yang artinya penguasaan terhadap sesuatu. Al-Milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta) atau kepunyaan.14 Al-Milk juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta itu, kecuali adanya halangan syara’.15

Secara terminologi, menurut Muhammad Abu Zahra (1962) Al-Milk adalah “pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap benda itu (sesuai dengan keinginannya), selama

tidak ada halangan syara’.” Artinya, benda yang dikhususkan kepada seseorang

itu sepenuhnya berada dalam penguasaannya, sehingga orang lain tidak boleh bertindak dan memanfaatkannya.16 Dimensi penguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki suatu barang/harta berarti mempunyai kekuasaan/wewenang terhadap barang/harta yang dimiliki, sehingga ia dapat

14 Al-Munawwir, h. 1358

15

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pustaka, 2007), h. 31.

16

Ibid., h. 31

(32)

mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Dalam larangan syar’i yang dimaksud diatas ialah seperti keadaan gila, keterbelakangan mental, belum cukup umur ataupun cacat mental, dll.

Adapun pengertian ‘Am dalam kamus Al-Munawwir yang berarti umum, meliputi, meratai.17 Bahasa Indonesia ialah kebiasaan yang sudah baku dan sudah menjadi milik khalayak, atau Umum juga berarti untuk orang kebanyakan atau bertujuan untuk masyarakat.18

Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri ialah milik Allah. Allah SWT pemilik hakiki atas kepemilikan tersebut. Allah telah menegaskan dalam nash-Nya bahwa semua kekayaan adalah milik-Nya. Allah SWT berfirman:

﴿ ̸رﻮﻨﻟا ٢٤ ˸ ٣٣

﴾ ْﻢُﻛﺎَﺗَ آ يِﺬﱠ ﻟا ِ ﱠ ﷲ ِ لﺎَ ﻣ ْ ﻦِﻣ ْﻢُھﻮُﺗَ آَ و

Artinya: “Berikanlah kepada mereka harta dari Allah yang telah Dia

berikan kepada kalian”. (QS. An-Nur [24]: 33)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa pemilik kekayaan yang sesungguhnya ialah Allah SWT. Oleh karena itu, kekayaan hakikatnya milik

17 Al Munawwir, h. 974

18

Wikipedia bahasa Indonesia,Pengertian Umum, Artikel di akses pada tanggal 26

(33)

Allah SWT semata. Hanya saja, Allah SWT telah melimpakan kekayaan tersebut kepada manusia untuk dikelola sekaligus memberikan hak kepemilikan-Nya kepada manusia. Menurut Anwar Abbas, menyatakan bahwa kepemilikan yang ada pada manusia adalah hanya kepemilikan dalam pengelolaannya saja.19 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan umum ialah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh Allah bagi kaum muslim dengan kekayaan yang melimpah dan kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun terlarang memilikinya secara pribadi.

Sedangkan Jalal Al Anshari mengatakan bahwa kepemilikan umum merupakan berbagai komoditas yang dijadikan Islam sebagai hak milik seluruh kaum Muslim, sehingga setiap individu berhak memanfaatkannya, akan tetapi tidak diperkenankan untuk menguasai atau memilikinya sebagai hak milik pribadi.20 Sedangkan menurut Taqiyuddin An-Nabhani kepemilikan umum merupakan izin Asy-Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan benda/barang.21 Dan kemudian dengan Ibnu Taimiyah,

19

Anwar Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009, h. 34.

20 Jalal Al Anshari,

Mengenal Sistem Islam:dari A sampai Z. Penerjemah Abu Faiz (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2006), h. 146-147.

21

(34)

kepemilikan umum merupakan hak milik yang bisa saja dimiliki oleh dua atau lebih orang atau oleh organisasi ataupun asosiasi. 22

Dengan demikian, kepemilikan adalah sebentuk ikatan antara individu terkait dengan harta, yang pada tahapan proses kepemilikan, syara’ mensyaratkan berbagai hal yang disebut dengan asbab al Milki (asal usul kepemilikan). Selanjutnya, (pasca kepemilikan), syara’ mengharuskan beberapa aturan dalam pengeoperasian harta dan dalam mengembangkannya. Semua dimaksudkan, agar segalanya sesuai dengan tuntunan syara’.23

Contoh penting dari pemilikan bersama atau sosial ialah anugerah alam, seperti air, rumput dan api, yang secara khusus disebut dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

ِ رﺎﱠﻨﻟاَ و ِءﺎَ ﻤْ ﻟاَ و ِ َ ﻺَﻜْ ﻟا ﻲِﻓ ٍث َ ﻼَﺛ ﻲِﻓ ُءﺎَﻛَﺮُﺷ َ نﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْ ﻟا

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)24.

Dalam hadits tersebut menjelaskan salah satu dari alasan dari keharusan pemilikan kolektif terhadap obyek-obyek alam itu adalah semua itu diberikan Allah secara gratis/ secara Cuma-Cuma tanpa harus mengeluarkan

22

A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah.Penerjemah H. Anshari Thayib (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h. 142.

23

1 lihat al-Fiqhu al-‘Am, M. Muhammad Zarqa, jilid 1, h. 258.

24

(35)

biaya melainkan hanya membutuhkan tenaga untuk memperoleh kepemilikan tersebut yang kemudian digunakan untuk kepentingan umum.25

Jika ada perorangan secara individual menguasainya dan memilikinya secara pribadi, hal itu bisa mengakibatkan kesulitan dan kesusahan bagi masyarakat. Menurut Ibnu Taimiyah, air, rumput dan sumber api hanyalah sebuah misal saja. Banyak objek lain yang memiliki kesamaan karakteristik dengannya. Ia menganjurkan seluruh barang mineral yang dihasilkan oleh tanah bebas (tanah Negara) menjadi milik kolektif, seperti nafta, emas, perak, garam, minyak, gas dan sebagainya.26

2. Dasar Hukum Kepemilikan Umum

Dalam Islam telah ditetapkan hukum kepemilikan umum berdasarkan hadits-hadits shahih. Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadits bagaimana sifat kebutuhan umum tersebut. Dengan sabdanya:

ِ رﺎﱠﻨﻟاَ و ِءﺎَ ﻤْ ﻟاَ و ِ َ ﻺَﻜْ ﻟا ﻲِﻓ ٍث َ ﻼَﺛ ﻲِﻓ ُءﺎَﻛَﺮُﺷ َ نﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْ ﻟا

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)27.

25

Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, h. 143

26 Ibid., h. 144

27

(36)

Dalam riwayat yang lain yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu majah dari Ibnu Abbas ra. Terdapat tambahan: wa tsamanuhu haram (dan harganya haram)28, yang berarti dilarang untuk diperjualbelikan.

Abu Hurairah juga menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

ُ رﺎﱠﻨﻟا َ و َُﻸَﻜْﻟا َ و ُ ءﺎ َ ﻤْﻟا َ ﻦْﻌَـﻨُْﳝ َﻻ ٌث َﻼَﺛ

Artinya: “Ada tiga hal yang tidak akan pernah dilarang (untuk

dimanfaatkan siapapun): air, padang rumput dan api.” (HR

Ibnu Majah No. 2464)29.

Dalam hadist diatas menjelaskan bahwa terdapat Sumber Daya Alam

yang terdapat diperut bumi. Diantaranya air, padang rumput serta api.

Masing-masing sumber daya tersebut memiliki kegunaan yang bermanfaat untuk

manusia. Air, dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa air yang merupakan milik

umum ialah air yang belum diambil, baik yang keluar dari mata air, sumur,

maupun sungai atau danau bukan air yang dimiliki perorangan dirumahnya.30

Adapun al-kala’ adalah padang rumput baik rumput basah maupun rumput kering

(al-hashis) yang tumbuh di tanah, gunung atau aliran sungai yang tidak ada

28

ماﺮﺣ ﮫﻨﻤﺛو رﺎﻨﻟاو ﻺﻜﻟاو ءﺎﻤﻟا ﻲﻓ ثﻼﺛ ﻲﻓ ءﺎﻛﺮﺷ نﻮﻤﻠﺴﻤﻟا ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ لﺎﻗ سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ

dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram." (H.R. Ibnu Majah No. 2463 )

29 Dishahihkan Syaikh Al Bani dalam Shahih Wa Dha’if Sunan Ibni Majah Jilid 5

Hal.437 Hadits no. 2473

30

(37)

pemiliknya.31 Sedangkan yang dimaksud al-nar adalah bahan bakar dan segala

sesuatu yang terkait dengannya, termasuk didalamnya adalah kayu bakar,

listrik.32

3. Pembagian Kepemilikan Umum

Kepemilikan umum terdiri dari tiga kategori utama, yaitu:

a. Segala sesuatu yang menjadi kebutuhan vital bagi seluruh masyarakat, yang ketiadaannya akan membuat kehidupan masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam kelompok ini antara lain terdapat berbagai komoditas, seperti air, dan cadangan minyak, gas, dll. Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

ِ َ ﻺَﻜْ ﻟا ﻲِﻓ ٍث َ ﻼَﺛ ﻲِﻓ ُءﺎَﻛَﺮُﺷ َ نﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْ ﻟا ِ رﺎﱠﻨﻟاَ و ِءﺎَ ﻤْ ﻟاَ و

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)33.

b. Berbagai yang secara alamiah tidak mungkin menjadi milik pribadi, seperti lautan, sungai-sungai, taman-taman umum, masjid, dan jalan-jalan umum.

31

Al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jil. 6, 49

32Abd Rahman Maliki, Politik Ekonomi Islam, terj. Ibn Sholah (Bangil:

al-Izzah, 2001), h. 91.

33

(38)

c. Barang tambang yang depositnya tidak terbatas. Termasuk di dalamnya adalah berbagai sumberdaya mineral, seperti garam, magnesium, atau tembaga, yang jumlahnya sangat banyak.

Kepemilikan dapat dibedakan berdasarkan subjek pemiliknya yaitu, Kepemilikan Individu, Kepemilikan Negara dan Kepemilikan Umum. Untuk mendapatkan kepemilikan tersebut terdapat cara tertentu dalam perolehannya. Kepemilikan Individu, cara perolehannya bisa dengan upaya bekerja, pewarisan, hibah, pemberian dari negara, dll. Kepemilikan Negara yg berasal dari fai’, kharaj, jizyah, dll. Kepemilikan Umum, yang perolehannya dari sumber daya alam yg telah ada di bumi Allah termasuk fasilitas umum didalamnya, seperti halnya Air, Padang Rumput, dan Api (Minyak dan Gas bumi).34

B. Pengelolaan Kepemilikan Umum

1. Pengertian Pengelolaan Kepemilikan Umum

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.35 Wardoyo (1980:41) memberikan definisi sebagai

34

M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Jakarta: Al Azhar Press, 2009), h. 143

35

Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari

(39)

berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan ,pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.36

2. Cara Pengelolaan Kepemilikan Umum

Kepemilikan umum merupakan kepemilikan milik seluruh kaum muslim. Kepemilikan umum ada yang dapat langsung dimanfaatkan dan tidak dapat langsung dimanfaatkan. Bila komoditas milik umum tersebut merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan langsung maka setiap orang boleh menggunakannya. Contohnya air, padang rumput, jalanan umum, sungai atau lautan, dll.37

36

Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan/#ixzz1KbNiOeOk

37

(40)

Adapun kepemilikan umum yang tidak dapat langsung dimanfaatkan, sulit, dan membutuhkan proses, maka menjadi tugas Negara untuk mengekploitasi dan mengumpulkan pendapatannya ke Baitul Mal. Kemudian khalifah bertugas memanfaatkan hasilnya untuk kemaslahatan seluruh kaum muslim. Khalifah dapat mendistribusikan komoditas milik umum itu atau membelanjakan pendapatannya dalam berbagai cara,38 antara lain:

a. Digunakan untuk menjalankan dan mengelola tambang-tambang milik umum, bangunan-bangunannya, maupun untuk menggaji para pegawai, konsultan, dan para pakar yang mengelola fasilitas milik umum itu, serta untuk membeli mesin-mesin dan perlengkapan pabrik lainnya.

b. Dibagikan langsung kepada seluruh kaum muslim dan masyarakat lainnya, karena merekalah pemilik komoditas tersebut. Khalifah dapat membagikan secara langsung kepada masyarakat sejumlah komoditas, seperti air, gas minyak, atau listrik secara gratis; Khalifah juga dapat membagikannya dalam bentuk uang, hasil pendapatan milik umum tersebut sesuai dengan kondisi kaum Muslim, demi kebaikan dan kemaslahatan mereka.

c. Khalifah juga dapat menggunakan sebagian pendapatan harta milik umum untuk kepentingan jihad, maupun segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan jihad, seperti membangun pabrik senjata, menyiapkan tentara

38

(41)

yang kuat, serta berbagai pengeluaran lain yang wajib diberikan Negara kepada seluruh masyarakat.

3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum

Pada umumnya Islam menentang penggunaan energi untuk masalah yang tak dapat dikaji dengan seksama atau, kalaupun dapat, tidak bermanfaat bagi manusia. Nabi Muhammad SAW mengganggap sia-sia pengetahuan yang kalau didapat tak ada manfaatnya, dan kalau tak memilikinya tak ada mudharatnya.39Oleh karena itu, untuk mencapai kemashlahatan dari penggunaan sumber energi diharuskan memperhatikan beberapa prinsip yang memang Islam mengatur didalamnya, diantaranya:40

Pertama, prinsip musyawarah, yang dari sudut pandang Islam, prinsip

musyawarah merupakan sebuah prinsip yang diakui dalam masalah sosial. Dalam kasus-kasus yang belum ada ketentuan Islamnya, kaum Muslim dapat memutuskan melalui musyawarah dan pemikiran bersama.

Kedua, prinsip mendahulukan kepentingan masyarakat. Kalau terjadi pertentangan antara hak masyarakat dan hak individu, maka hak masyarakat atau hak publik harus didahulukan ketimbang hak pribadi atau individu. Namun, masalah ini harus diselesaikan melalui pengadilan Islam. Di antara kaidah syar’iyah yang amat penting disini, yang juga menjadi batasan aplikasi pendapat

39

Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta diterjemahkan dari Man and Universe, Penerjemah : Ilyas Hasan (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002 ), h. 47.

40

(42)

pemimpin ialah yang berbunyi, “Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut rakyat harus mengikuti prinsip kemaslahatan”. Ini merupakan kaidah yang sudah

disepakati para imam. 41

Al-Allamah Al-hafizh As-Suyuthy mengatakan didalam kitab Asybah wan-Nazha’ir, yang membicarakan masalah fiqih Syafi’y. “Kaidah kelima

mengatakan,

ﻪﺘﻴﻋار ﺔﺤﻠﺼﲟ طﻮﻨﻣ مﺎﻣﻹا فﺮﺼﺗ

“Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan

rakyatnya”.42

Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut rakyat harus mengikuti prinsip kemaslahatan’. Kaidah ini dinyatakan Asy-Syafi’y, dan dia berkata, “Kedudukan pemimpin dengan rakyat seperti kedudukan wali dengan anak yatim.”43 Kemudian di pertegas oleh Su’ad Ibrahim Shalih, mabâdi’u al-Nizhômi al-Iqtishôdî al-Islamî wa ba’dhu thathbiqôtihi mengatakan bahwa “masing-masing dari jenis kepemilikan tersebut tidaklah bersifat mutlak, tetapi terkait

41

Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam Persfektif Islam, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999, h. 108.

42

Nasrun Haroen, Figh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 13

43

(43)

dengan penciptaan kemashlahatan umum dan usaha untuk menghalangi terjadinya kemudharatan”.44

Dalam hal tersebut tergambar bahwa, betapa pentingnya rakyat dalam hal pemenuhan kebutuhan. Negara harus memprioritaskan terlebih dahulu orang-orang yang membutuhkan. Seperti yang dicontohkan Umar bin Khaththab Radhiayallahu Anhu selalu memberikan hak terhadap orang-orang yang

membutuhkan dan memprioritaskan pembagian bagi mereka jika ada harta rampasan yang datang. 45

Ketiga, prinsip meniadakan kerugian. Hukum Islam, meskipun sifatnya umum dan mutlak, hanya bisa diberlakukan kalau tak menimbulkan kerugian yang tidak pada tempatnya. Aturan ini sifatnya universal dan merupakan semacam hak veto terhadap setiap hukum.

Keempat, prinsip melarang eksploitasi. Islam mengecam setiap penzholiman. Bila ada unsur penzholiman didalamnya maka dapat merusak tantanan didalamnya. contohnya, dalam menggunakan tenaga orang lain untuk kepentingannya sendiri dan untuk tujuan yang tidak adil, membuang limbah tidak pada tempatnya, bahkan cenderung merugikan orang lain akibat dampaknya seperti yang terjadi free port.

44 Abbas,

Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, h. 36

45

(44)

Eksploitasi termasuk kedalam kategori masalah lingkungan yang dihadapi oleh manusia. Penyebab terpenting eksploitasi sumber daya alam yang ada adalah disebabkan oleh perilaku buruk manusia dalam mempergunakan apa yang Allah berikan. Salah satunya sifat berlebih-lebihan dalam memanfaatkannya yang sering menyebabkan kerusakan (fasad) yang dapat menghilangkan keseimbangan antara unsur-unsur lingkungan dan terjadilah kerusakan ekosistem.46

Usaha yang dilakukan Umar Radhiyallahu Anhu dalam melindungi lingkungan dan memerangi penyalahgunaannya adalah dengan hal-hal sebagai berikut:47

1. Peringatan-peringatan dasar, peringatan yang dilakukan tidak terlalu memberatkan menyulitkan, dikarenakan pada saat itu sederhananya kehidupan pada saat itu, juga karena tingginya ketaatan pada ajaran Islam dalam setiap sisi kehidupan.

2. Keseimbangan antara tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan menjaga lingkungan, kebanyakan investor mengeksploitasi sumber daya lingkungan yang dibutuhkan dalam investasi. Kerusakan lingkungan dapat bisa menghambat investasi ekonomi, yaitu dengan rusaknya sumber-sumber ekonomi, menyebabkan tingkat kualitas menurun dan beban produksi naik. Yang lebih bahayanya

46

Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khatab, Penerjemah: H. Asmuni Solihan Zamakhsyari, Lc (Jakarta: Khalifa, 2006), h. 703-704

47

(45)

lagi adalah akibatnya terhadap kesehatan manusia yang merupakan tujuan dan saran investasi ekonomi, serta akibat-akibat lain yang merusak kehidupan ekonomi bahkan semua kehidupan dan makhluk hidup.48

3. Menjaga sumber daya alam, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah membolehkan eksploitasi apapun terhadap sumber dayaalam dan menganggap sumber daya alam sebagai milik generasi yang akan datang dari umat Islam. Oleh karena itu, strateginya dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan alam adalah dengan melindungi hak-hak generasi tersebut. Misalnya beliau menolak untuk membagi tanah kepada orang-orang yang ikut dalam penaklukan untuk menjaga hak-hak generasi yang akan datang. Diantaranya yang menunjukkan perhatian Umar Radhiyallahu Anhu terhadap sumber daya alam, disebutkan bahwa

Umar tidak memperbolehkan merusaknya walaupun sedikit, dia mengambil benih kurma dan lain sebagainya yang jatuh ke tanah dan menaruhnya di rumah orang agar bisa dimanfaatkan.49

4. Memerangi pencemaran, untuk menangani pencemaran Umar Radhiyallahu Anhu memberikan tugas kepada para pegawainya yang dikirim ke berbagai daerah. Seperti halnya di Mekkah, Umar

48

Ibid., h. 710

49

(46)

mengampanyekannya dengan berkata kepada penghuni rumah, “Bersihkanlah halaman rumah kalian!” lalu Umar bertemu dengan Abu Sufyan dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Sufyan, bersihkanlah halaman rumahmu.”

5. Menjaga keseimbangan ekosistem, untuk menjaga keseimbangan ekosistem Umar Radhiyallahu Anhu melakukan suatu cara, salah satunya beliau menanami tanamannya dengan tangannya sendiri, hal tersebut dilakukan karena betapa perhatiannya Umar terhadap lingkungan.

Kelima, prinsip mengecam royal dan mubazir. Manusia dibolehkan mengatur hartanya, namun artinya tidak lebih bahwa manusia bebas untuk memanfaatkan hartanya dalam kerangka yang dibolehkan oleh Islam. Manusia tidak boleh memubazirkan hartanya, juga tidak boleh membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak perlu. Islam mengharamkan bermewah-mewahan (royal) yang digambarkan dalam Islam perbuatan penghamburan.

Keenam, prinsip melarang penimbunan. Menimbun pangan dan tidak

(47)

tidak bertanggung jawab. Dan sebagai pengawas terhadap naiknya harga yang tidak wajar di pasar.

Dari keenam prinsip tersebut di atas, Umer Capra juga mengatakan bahwa sumber-sumber daya adalah amanat, oleh karena sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia diberikan oleh Tuhan, maka manusia sebagai khalifah bukanlah pemilik sebenarnya. Ia hanya sebagai yang diberi amanat (titipan). Meskipun pengertian amanat ini tidak berarti “ peniadaan kepemilikan privat terhadap kekayaan”, tetapi memberikan implikasi penting yang menciptakan perbedaan revolusioner dalam konsep kepemilikan sumber-sumber daya dalam Islam dan system ekonomi lainnya yang harus memegang prinsip. 50 adapun prinsip-prinsip yang mengaturnya,antara lain:

Pertama, sumber daya itu dipergunakan untuk kepentingan semua,

bukan untuk segelintir orang (Al Baqarah: 29). Mereka harus dimanfaatkan secara adil bagi kesejahteraan semua orang.

Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan benar

dan jujur, dengan cara yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah. Ketiga, sumber daya tersebut telah diperoleh lewat cara-cara yang

benar, tetapi tidak boleh dimanfaatkan kecuali persyaratan keamanatan.

Keempat, tak seorang pun berhak menghancurkan atau

menyia-nyiakan sumber-sumber daya yang sudah diberikan oleh Allah. Berbuat demikian

50

(48)

disamakan oleh Al Quran dengan menyebarkan kerusakan (fasad), yang dilarang oleh Allah (al Baqarah: 205)

Dalam Islam, kewajiban datang lebih dahulu, dibandingkan dengan hak. Setiap individu, masyarakat dan Negara memiliki kewajiban tertentu. Sebagai hasil dari pelaksanaan kewajiban itu, setiap orang memperoleh hak-hak tertentu. 51

51

(49)

BAB III

UNDANG-UNDANG 22 NO. 2001 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

A. Latar Belakang Pembentukan UU No. 22 tahun 2001

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional52. Berbagai macam sumber daya alam tersedia, mulai dari sumber daya alam yang dapat terbarukan sampai pada sumber daya alam yang tak terbarukan. Sumber daya alam tersebut mempunyai berbagai macam fungsi yang strategis. Begitu hal yang sama dengan sumber daya alam yang tak terbarukan seperti minyak dan gas bumi bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh Negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.53

Pembentukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 ditujukan untuk Pembangunan Nasional yang dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Berbagai macam cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, melalui reformasi disegala bidang kehidupan yang berasaskan pada Pancasila dan Undang-Undang

52

Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 22 tahun2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2008), h. 6

53

Ibid., h. 5

(50)

Dasar1945.54 Bahwa dalam Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Undang-undang Nomor 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan usaha pertambangan minyak dan gas bumi.55

Untuk menyesuaikan usaha pertambangan minyak dan gas bumi tersebut, maka pembuatan Undang-undang juga mempertimbangkan perkembangan nasional maupun Internasional, yang kemudian dilakukan perubahan peraturan perundang-undangan tentang pertambangan minyak dan gas bumi yang memiliki kelebihan dari undang-undang sebelumnya yakni dapat menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan pelestarian lingkungan, serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional.56

Untuk memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan dan penataan atas penyelenggaraan pengusahaan minyak dan gas bumi tersebut maka dibentuklah pengaturan/pengelolaan Minyak dan Gas Bumi yang tertuang dalam kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001. Hal

54

Hadi Setia Tunggal, SH. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Mineral dan Batubara, Panas Bumi, dan Ketenagalistrikan,

(Jakarta: Harvarindo, 2010), h. 37

55

Ibid., h. 37-38

56

(51)

tersebut bertujuan untuk merealisasikan pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang tertulis bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam Rancangan Undang-undang Migas sebelumnya bertujuan untuk memisahkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah dari perusahaan. Pemerintah tidak mengatur operasional perusahaan dan perusahaan tidak seharusnya melakukan pengaturan sector.57

B. Azas dan Tujuan Undang-Undang No. 22 tahun 2001

Termuatnya Undang-Undang ini berawal dari tersusunnya draf yang membahas mengenai Minyak dan Gas bumi. Hal tersebut memberi perhatian yang cukup penting bagi pemerintah untuk menyelesaikan beberapa permasalahan dari sektor energi terutama masalah Minyak dan Gas bumi. Muncul adanya Risalah rapat yang membahas mengenai Minyak dan Gas bumi yang dirapatkan oleh legislatif. Penyelenggaraan pun berlangsung sangat hangat yang berisikan dari beberapa aspirasi, tanggapan dan pandangan dari anggota dewan untuk menyempurnakan Undang-undang Minyak dan gas bumi.

Terdapat beberapa tanggapan mengenai prinsip/ asas yang digunakan Undang-undang Minyak dan Gas bumi ini, diantaranya tanggapan dari fraksi Kebangkitan Bangsa yang mengatakan bahwa Undang-Undang tersebut masih

57

(52)

bersifat sentralistik dan belum menampung pandangan yang demokratik. Hal tersebut ditanggapi oleh pemerintah, menganggap bahwa tukar pikiran, diskusi, maupun sosialisasi merupakan bentuk dari pandangan demokratik.58

Berbeda halnya dengan fraksi Reformasi yang menekankan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama Undang-undang. Tidak sekedar melepaskan unsur monopoli dan fungsi pengawasan oleh pertamina, tetapi juga harus memikirkan fungsi perlindungan terhadap konsumen. Lain halnya pandangan fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia yang mengkhawatirkan lepasnya monopoli dalam penguasaan migas akan menyulitkan pemerintah dalam pengendalian harga BBM dalam negeri.

Dengan demikian, terbentuklah penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang termuat dalam Undang-undang Minyak dan Gas bumi ini yang berasaskan pada ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan. 59

Adapun menurut Nyoman, penyelenggaraan sumber daya alam haruslah berpegang pada keadilan, demokratis, dan berkelanjutan:60 beberapa prinsip yang dilontarkannya; prinsip Pertama, sumber daya alam harus

58

Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-RI atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi,( Jakarta : DPR-RI ) h. 10

59

Pasal 2, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.

60

(53)

dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Kedua, sumber daya alam harus dimanfaatkan dan dialokasikan secara adil dan demokratis di kalangan inter maupun antar generasi. Ketiga, pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan pendekatan sistem untuk mencegah terjadinya praktik-praktik pengelolaan yang bersifat parsial, ego-sektoral (tidak terpadu dalam pengelolaan sumber daya alam) , ego-daerah (tidak memberi ruang pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, terutama hak masyarakat adat/local atas penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam), dan tidak terkoordinasi.

Dari ketiga prinsip diatas I Nyoman menegaskan bahwa, maksud dari ketiga prinsip tersebut tidak lain adalah menjauhkan prinsip kebijakan pengelolaan sumber daya alam dari unsur eksploitasi (use-oriented) semata. Tetapi mengacu pada keberlanjutan fungsi sumber daya alam tersebut.

C. Penguasaan dan Pengusahaan

(54)

Terdapat kewenangan pemerintah dalam kepemilikan sumber daya alam sebelum terjadinya kesepakatan/penyerahan hak milik pada saat kontrak kerja sama berlangsung. Sebagaimana pasal 6 angka 2 a yang menyatakan bahwa “kepemiikan sumber daya alam tetap ditangan pemerintah sampai pada titik penyerahan”.

Dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdapat dua sektor pengaturan yakni sektor hulu dan hilir. Sektor hulu yang mencakup penanganan ekplorasi dan eksploitasi (kontrak kerja sama). Sedangkan sektor hilir mencakup mengenai pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga (izin Usaha). Hal tersebut tercantum dalam pasal 5 angka 1 dan 2.

Pasal 4 angka 1 menyatakan Minyak dan Gas bumi merupakan sumber daya strategis tak terbarukan yang merupakan kekayaan Negara dikuasai oleh Negara. Penguasaan sebagaimana pasal 4 angka 2 menjelaskan bahwa penguasaan oleh Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan.

(55)

sebagaimana yang dijelaskan pasal 8, pemerintah menjamin ketersediaan BBM diseluruh wilayah Indonesia. Dalam tataran operasional, ketentuan tersebut dilakukan melalui penyediaan dan pelayanan yang dilakukan pelaku usaha secara kompetitif melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar dan sehat, sehingga akan tercapai harga yang ekonomis dan relatif murah. Yang menjadi permasalahan bagi fraksi reformasi yakni, dimana persaingan usaha tidak dapat berlangsung dengan baik. Namun dalam hal tersebut, tidak terdapat pertentangan pengaturan dari kedua pasal tersebut seperti yang dikemukakan oleh fraksi reformasi.

Terbentuklah ketentuan dimana pemerintah wajib menjamin ketersediaan dan kelancaran pendistribusian Bahan Bakar Minyak yang merupakan komoditas vital dan menguasai hajat hidup orang banyak diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai mana Pasal 8 angka 2. Pada kegiatan usaha hulu dan hilir sebagaimana yang dimaksud pasal 5 angka 1 dan angka 2 dapat dilaksanakan oleh beberapa badan usaha, diantaranya Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Usaha kecil dan Badan Usaha Swasta/ Asing.

(56)

melakukan kegiatan usaha hilir tidak dapat melakukan kegiatan usaha hulu (Pasal 10 angka 1 dan 2)

Penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang tercermin dalam Undang-undang masih bercorak sentralistik dengan mengacu pada manajemen yang berpusat pada Negara/pemerintah61

D. Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir

Kegiatan usaha hulu merupakan kegiatan yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi. Sedangkan kegiatan hilir merupakan kegiatan usaha yang berintikan pada kegiatan usaha pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan/atau niaga.

Maksud kegiatan usaha eksplorasi yakni kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah kerja yang ditentukan. Dan Eksploitasi, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri dari pengeboran dan penyelesaian sumur, pengangkutan, penyimpanan, dan pengelolaan Migas.62

Kegiatan usaha hulu mencakup kegiatan eksploratif dan eksploitasi, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh badan usaha atau badan usaha tetap berdasarkan kontrak kerjasama dengan badan pelaksana.

61

Ibid., h. 132 62

(57)

Kontrak kerjasama yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam pasal 11 angka 3. Berdasarkan kontrak kerjasama tersebut terdapat ketentuan adanya perpindahan kepemilikan hasil produksi atas minyak dan gas bumi, kewajiban pemasokan minyak dan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, jangka waktu kontrak, dll.

Berdasarkan ketentuan jangka waktu yang tersedia untuk kontrak kerjasama, telah ditetapkan pelaksanaanya yaitu paling lama 30 tahun berdasarkan pasal 14 angka 1. Kemudian kontrak kerjasama dapat diperpanjang jangka waktunya paling lama 20 tahun. Jangka waktu tersebut terdiri dari jangka waktu eksploitasi dan eksplorasi.

Dalam kegiatan eksploitasi dan eksploitasi, badan usaha atau badan usaha tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% bagiannya dari hasil produksi minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (pasal 22 angka 1). Hal tersebut memunculkan ketidaksetujuan Mahkamah Konstitusi dalam hal penetapan/kebijakan pasal tersebut. Karena itu, menurut Mahkamah Konstitusi pasal tersebut bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945.63 MK menegaskan bahwa dalam pasal tersebut dan beberapa pasal lainnya seperti pasal 11 ayat 2, pasal 28 ayat 2 dan 3 dihapus. MK menyatakan bahwa pasal tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Hal tersebut tercantum didalam Keputusan MK Nomor 20/PPU-V/2007 Mahkamah Konstitusi Republik

63

(58)

Indonesia. Sehingga hal tersebut tidak berlaku jika kesepakatan kontrak yang dilakukan BU dan BUT mengandung pasal tersebut.

Adapun kegiatan hilir, kegiatan usahanya dilaksanakan oleh badan usaha, berbeda dengan kegiatan hilir yang dilakukan oleh badan usaha dan bisa juga dilaksanakan oleh badan usaha tetap. Kegiatan tersebut pastinya harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemerintah.

Izin usaha yang diperlukan dalam hal tersebut diantaranya mengenai izin usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga. Jangka waktu izin usaha dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Hasil olahan dari minyak dan gas bumi yang berbentuk bahan bakar siap pakai yang dipasarkan di dalam Negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendapatkan mutu dan standar yang telah ditetapkan (pasal 28 angka 1). Sebagaimana dalam penjelasan pasal tersebut penetapan standard dan mutu tersebut ditujukan untuk melindungi konsumen, kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Harga bahan bakar minyak dan gas bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Hal tersebut mendapat tanggapan dari fraksi Persatuan Pembangunan yang mengkhawatirkan kestabilan mengenai harga BBM.

(59)

E. Penerimaan Negara

Penerimaan Negara berupa pajak dan non pajak. Penerimaan pajak sebagaimana yang dimaksud pasal 31 ayat 2 terdiri atas: pajak-pajak, bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai; pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu pungutan Negara yang berupa iuran tetap dan iuran eksploirasi dan eksploitasi beserta bonus-bonus lainnya (pasal 31 angka 3b dan c). Sebagaimana yang dimaksud Penerimaan Negara bukan pajak yang tercantum dalam pasal 31 angka 3b dan c merupakan penerimaan yang diperuntukkan untuk pemerintah pusat dan daerah.

Dalam hal penerimaan negara, terdapat beberapa perdebatan/ tanggapan yang sangat hangat dari beberapa fraksi. Diantaranya pendapat yang dilontarkan fraksi Persatuan Pembangunan, yang mengatakan bahwa penghapusan monopoli pertamina dan sekaligus jaminan kestabilan harga BBM dan peranan minyak dan gas bumi bagi penerimaan negara. Hal tersebut harus dihindari karena dapat mengakibatkan ketidakefisiennya perekonomian Indonesia terjadi. Sama halnya dengan komentar yang diberikan oleh fraksi Bulan Bintang, ia mengkhawatirkan akan terjadinya persaingan yang tidak sehat sebagai akibat dari dihapusnya monopoli pertamina. Kemudian pemerintah memberi tanggapan bahwa pemerintah juga menyadari bahwa hal tersebut dapat membahayakan perekonomian Indonesia.64

64

(60)

F. Pembinaan dan Pengawasan

Pengawasan sangat penting. Maraknya kasus penggelapan, penyunatan, kebocoran dan korupsi, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengawasan. Terbentuklah Menko yaitu Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara. Upaya tersebut merupakan salah satu usaha agar setiap orang mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan Negara. 65

Tanggung jawab kegiatan pengawasan terhadap Minyak dan Gas bumi merupakan tanggung jawab yang sudah diwenangkan kepada departemen yang terkait dengan minyak dan gas bumi. Baik dalam hal pengawasan konservasi sumber daya dan cadangan minyak, pengelolaan data minyak dan gas bumi, alokasi dan distribusi bahan bakar minyak dan bahan baku sampai pada penggunaaan tenaga kerja asing. Dalam hal pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh badan Pelaksana sedangkan pada pelaksanaan Usaha Hilir dilaksanakan oleh Badan pengatur. Hal tersebut dilakukan demi tercapainya maksud dan tujuan dari ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan pemerintah yakni demi melindungi kebutuhan masyarakat konsumen dari tindakan monopoli, sebagaimana dalam penjelasan pasal 46 ayat 1 yang berbunyi:

“ketentuan ini dimaksud untuk melindungi kepentingan masyarakat

konsumen terhadap kelangsungan bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia,

65

(61)

pengawasan terhadap pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dilakukan untuk

optimasi dan mencegah terjadinya monopoli fasilitas pipa transmisi, distribusi

dan penyimpanan oleh Badan Usaha tertentu.”

Dalam penjelasan undang-undang tersebut terdapat perlindungan hukum terhadap masyarakat konsumen yang bertujuan menjauhkan praktik monopoli dan penguasaan secara sepihak pada aset Negara. Tidak terdapat penjelasan secara tegas mengenai ‘masyarakat konsumen’ dalam penjelasan Undang-undang Migas tersebut. Namun dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud masyarakat konsumen itu ialah para investor yang bekerja sama dalam kegiatan usaha hulu dan hilir migas.

G. Badan Pelaksana dan Badan Pengatur

Terdapat beberapa pandangan sebelum terbentuknya Undang-undang Minyak dan Gas bumi No.22 tahun 2001 yang berkaitan dengan pembahasan Badan Pelaksana. Pandangan tersebut terdiri dari beberapa fraksi, diantaranya fraksi Kebangkitan Bangsa yang berpandangan bahwa sebaiknya Badan Pelaksana Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi ditangani oleh sebuah BUMN atau Badan lain, dan pemerintah memberikan pendapat yang berbeda, yakni pengawasan.

(62)

“fungsi Badan Pelaksana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 melakukan pengawasan terhadap kegiatan Usaha Hulu agar pengambilan

sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik Negara dapat memberikan

manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi begara untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Selain melakukan fungsinya, Badan Pelaksana mempunyai tugas yang sangat penting yang salah satunya ialah “menunjuk penjual Minyak dan Gas Bumi bagian Negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi

Negara”(pasal 44 angka 3 g). Sehingga dalam pasal tersebut Badan Pelaksana

Gambar

Tabel 1.1 Latarb Belakang
Tabel.1.1
Tabel 1.2 Review Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Apabila referensi yang digunakan lebih dari satu referensi maka ditulis sebagai berikut [2], [3] masing-masing nomor referensi dipisahkan dengan tanda hubung [1]-[3].. Mengacu pada

On this view, Amelie and Bernoulli’s assertions are neither true nor false: for the assertions to have truth values, Amelie and Bernoulli would need to share the same taste

Dengan melihat dinamika dari beberapa hal tersebut dan mencocokkannya dengan perencanaan sumber daya manusia yang sudah tersusun maka akan diketahui jabatan apa saja yang sedang

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Alfika (2012) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Sadari Terhadap Sikap Remaja Putri di SMA Sleman 1

• Penerapan instrumen semacam unexplained wealth yang berlaku di negara lain ke Indonesia dapat dipastikan akan membawa konsep yang relatif baru dalam praktek hukum di

[r]

The Thripidae species were Selenothrips rubrocintus, Rhipiphorothrips pulchellus, Thrips hawaiiensis, Heliothrips hae- morrhoidalis, Zaniothrips ricini and Scolothrips

Dengan memberikan kegiatan ini selain bertujuan untuk mengatasi masalah penumpukan sampah, diharapkan nantinya peserta didik memiliki sikap kreatif yang dapat menjadi bekal