• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENUMBUHKAN SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENUMBUHKAN SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MENUMBUHKAN SOFT SKILL SISWA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

SKRIPSI

Oleh:

NUR FITA HANDAYANI NIM D74212085

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)

MENUMBUHKAN SOFT SKILL SISWA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

NUR FITA HANDAYANI NIM D74212085

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MENUMBUHKAN SOFT SKILL SISWA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

Oleh: Nur Fita Handayani

ABSTRAK

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang ini, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan, namun juga dituntut menguasai soft skill sehingga nantinya setelah lulus dari bangku pendidikan dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk itu soft skill perlu dilatihkan dan ditingkatkan dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika. Siswa dilatih bagaimana bekerjasama dalam kelompok dan kemampuan pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran matematika yang diharapkan dapat menumbuhkan soft skill siswa adalah model pembelajaran generatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui keefektifan model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika, dan (2) mengetahui soft skill siswa setelah diterapkannya model pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 2 di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 39 siswa. Data diperoleh melalui metode observasi, angket, dan tes. Rancangan penelitian yang digunakan adalah “One Shot Case Study” dan dianalisis dengan mencari rata-rata dan prosentase aspek yang diamati, yaitu keterlaksanaan perangkat pembelajaran, aktivitas siswa, respon siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika dikatakan efektif karena keempat indikator dari keefektifan telah terpenuhi, yaitu: (a)

keterlaksanaan RPP selama 3 kali pertemuan dalam kategori “sangat baik” dengan

perolehan persentase sebesar 86,9%, (b) aktivitas siswa tergolong efektif dengan persentase sebesar 97,7%, (c) respon siswa terhadap pembelajaran dalam kategori sangat positif dengan persentase sebesar 88,0%, dan (d) hasil belajar siswa mencapai ketuntasan secara klasikal dengan persentase sebesar 84,6%. (2) Setelah diterapkannya model pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika, soft skill siswa pada aspek kemampuan pemecahan masalah tergolong kriteria baik dengan rata-rata 78,9, sedangkan kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok tergolong kriteria baik dengan persentase sebesar 72,1%.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Asumsi ... 7

F. Batasan Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional Variabel ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran Matematika ... 9

B. Soft Skill ... 10

1. Pengertian Soft Skill ... 10

2. Pembagian Soft Skill ... 11

3. Atribut Soft Skill ... 12

a. Bekerjasama Dalam Kelompok ... 12

b. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 14

4. Manfaat Soft Skill ... 17

5. Pengembangan Soft Skill Dalam Pembelajaran Matematika ... 17

a. Kemauan dan Kemampuan Guru ... 17

(9)

c. Perencanaan Pembelajaran ... 19

d. Pelaksanaan Pembelajaran ... 20

C. Model Pembelajaran Generatif ... 21

1. Pengertian Model Pembelajaran Generatif ... 21

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Generatif ... 25

3. Kelebihan Model Pembelajaran Generatif ... 25

4. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Generatif ... 26

a. Proses Motivasi (The Motivational Processes) ... 26

b. Proses Belajar (The Learning Processes) ... 26

c. Proses Penciptaan Pengetahuan (The Knowledge Creation Processes) ... 27

d. Proses Generasi (The Processes of Generation) ... 27

5. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Generatif ... 28

a. Tahap Orientasi ... 28

b. Tahap Pengungkapan Ide ... 28

c. Tantangan dan Restrukturisasi ... 29

d. Penerapan ... 29

e. Melihat Kembali ... 29

D. Hubungan Soft Skill Dengan Model Pembelajaran Generatif ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Rancangan Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 35

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 36

3. Lembar Angket Respon Siswa ... 36

4. Lembar Tes Hasil Belajar Siswa ... 36

(10)

6. Lembar Observasi Kerjasama Siswa

Dalam Kelompok ... 37

7. Lembar Angket Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 37

F. Metode Pengumpulan Data ... 37

1. Metode Observasi ... 37

2. Metode Angket ... 38

3. Metode Tes ... 39

G. Analisis Data ... 39

1. Analisis Data Keefektifan Model Pembelajaran Generatif Untuk Menumbuhkan Soft Skill Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 39

a. Analisis Data Ketrelaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 39

b. Analisis Data Aktivitas Siswa ... 40

c. Analisis Data Respon Siswa ... 41

d. Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 42

2. Analisis Data Kemampuan Soft Skill Siswa ... 43

a. Analisi Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 43

b. Analisis Data Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

A. Deskripsi Data ... 49

1. Data Keefektifan Model Pembelajaran Generatif Untuk Menumbuhkan Soft Skill Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 49

a. Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 49

b. Aktivitas Siswa ... 50

c. Respon Siswa ... 55

d. Hasil Belajar Siswa ... 62

2. Data Kemampuan Soft Skill Siswa ... 63

(11)

b. Kemampuan Kerjasama Siswa

Dalam Kelompok ... 65

B. Analisis Data ... 69

1. Analisis Data Keefektifan Model Pembelajaran Generatif Untuk Menumbuhkan Soft Skill Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 69

a. Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 69

b. Aktivitas Siswa ... 70

c. Respon Siswa ... 74

d. Hasil Belajar Siswa ... 81

C. Analisis Data Kemampuan Soft Skill Siswa ... 82

a. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82

b. Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 83

D. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kemampuan Kerjasama Dalam Kelompok ... 14

Tabel 2.2 Pemecahan Masalah dan Indikatornya ... 16

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Shot Case Study ... 34

Tabel 3.2 Daftar Nama Validator ... 35

Tabel 3.3 Kriteria Keterlaksanaan RPP ... 40

Tabel 3.4 Kriteria Respon Siswa ... 42

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 44

Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ... 46

Tabel 3.7 Skala Kategori Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 47

Tabel 3.8 Skala Kategori Angket Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 48

Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 49

Tabel 4.2 Data Aktivitas Siswa Pertemuan I ... 51

Tabel 4.3 Data Aktivitas Siswa Pertemuan II ... 53

Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Pertemuan III ... 54

Tabel 4.5 Data Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 55

Tabel 4.6 Data Respon Siswa Terhadap LKS ... 59

Tabel 4.7 Data Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran ... 60

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa ... 62

Tabel 4.9 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 64

Tabel 4.10 Data Hasil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan I ... 65

Tabel 4.11 Data Hasil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan II ... 66

Tabel 4.12 Data Hasil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan III ... 66

Tabel 4.13 Data Hasil Angket Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 67

Tabel 4.14 Data Persentase Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 4.15 Data Persentase Aktivitas Siswa ... 70

(13)

Tabel 4.17 Data Persentase Respon Siswa Terhadap

Pelaksanaan Pembelajaran ... 74 Tabel 4.18 Data Persentase Respon Siswa

Terhadap LKS ... 77 Tabel 4.19 Data Persentase Respon Siswa Terhadap

Media Pembelajaran ... 79 Tabel 4.20 Data Respon Siswa ... 80 Tabel 4.21 Data Persentase Ketuntasan

Hasil Belajar Siswa ... 81 Tabel 4.22 Rata-Rata Hasil Tes Satu Kelas Kemampuan

Pemecahan Masalah ... 82 Tabel 4.23 Pengkategorian Kriteria Kemampuan

Pemecahan Masalah ... 83 Tabel 4.24 Data Persentase Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan I ... 84 Tabel 4.25 Data Persentase Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan II ... 85 Tabel 4.26 Data Persentase Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Pertemuan III ... 86 Tabel 4.27 Data Persentase Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Dari Ketiga Pertemuan ... 87 Tabel 4.28 Data Rata-Rata Persentase Kemampuan

Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Dari

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Pengetahuan Dalam

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (INSTRUMEN PENELITIAN)

Lampiran A – 1 Lembar Observasi Kemampuan Bekerjasama Siswa Dalam Kelompok

Lampiran A – 2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran A – 3 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Pertemuan I Lampiran A – 4 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Pertemuan II Lampiran A – 5 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Pertemuan III Lampiran A – 6 Rencana Pelaksanaan Perangkat Pembelajaran (RPP)

Pertemuan I

Lampiran A – 7 Rencana Pelaksanaan Perangkat Pembelajaran (RPP) Pertemuan II

Lampiran A – 8 Rencana Pelaksanaan Perangkat Pembelajaran (RPP) Pertemuan III

Lampiran A – 9 Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Lampiran A – 10 Soal Tes Hasil Belajar Lampiran A – 11 Jawaban Tes Hasil Belajar

Lampiran A – 12 Kisi-Kisi Soal Pemecahan Masalah Lampiran A – 13 Soal Tes Pemecahan Masalah Lampiran A – 14 Jawaban Soal Pemecahan Masalah

Lampiran A – 15 Lembar Angket Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok

Lampiran A – 16 Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Generatif

LAMPIRAN B (LEMBAR VALIDASI AHLI)

Lampiran B – 1 Lembar Validasi Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Terhadap Pembelajaran Generatif Dengan Melibatkan Soft Skill Siswa Lampiran B – 2 Lembar Validasi Rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP)

Lampiran B – 3 Lembar Validasi Kerja Siswa (LKS)

Lampiran B – 4 Lembar Validasi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Lampiran B – 5 Lembar Validasi Soal Tes Pemecahan Masalah Siswa Lampiran B – 6 Lembar Validasi Angket Kemampuan Kerjasama Siswa

(16)

Lampiran B – 7 Lembar Validasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Generatif Dengan Melibatkan Soft Skill Siswa

LAMPIRAN C (HASIL PENELITIAN)

Lampiran C – 1 Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Terhadap Pembelajaran Generatif Dengan Melibatkan Soft Skill Siswa

Lampiran C – 2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lampiran C – 3 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP

Lampiran C – 4 Lembar Angket Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Kelompok

Lampiran C – 5 Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Generatif Dengan Melibatkan Soft Skill Siswa

Lampiran C – 6 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan I Kelompok 1

Lampiran C – 7 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan I Kelompok 2

Lampiran C – 8 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan I Kelompok 3

Lampiran C – 9 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan II Kelompok 1

Lampiran C – 10 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan II Kelompok 2

Lampiran C – 11 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan II Kelompok 3

Lampiran C – 12 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan III Kelompok 1

Lampiran C – 13 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan III Kelompok 2

Lampiran C – 14 Hasil Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan III Kelompok 3

Lampiran C – 15 Hasil Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa Lampiran C – 16 Hasil Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa LAMPIRAN D (SURAT-SURAT)

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan. Pada dasarnya proses pendidikan dilakukan untuk mengajarkan dua keterampilan, yaitu hard skill dan soft

skill.1 Hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.2 Sementara soft skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu untuk mengatasinya.3 Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang ini, siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki hard skill, namun juga soft skill.4 Harapannya setelah lulus dari bangku pendidikan dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dengan kemampuan yang dimilikinya.

Kesuksesan seseorang tidak ditentukan hanya dari pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi juga kemampuan dalam mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hanya ditentukan sekitar 80% oleh soft skill dan sisanya 20% oleh hard skill. Salah satu penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa 82% kesuksesan

1

In Hi Abdullah., “Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Konstektual Yang Terintegrasi dengan Soft Skill” (Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 2012), 428. 2 Agus Wibowo, “Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi” (Malang: Pustaka Pelajar,

2013), 54.

3 Sonang Sitohang, “Pengembangan Soft Skill Melalui Formal Kurikulum atau Cukup Hidden Curikulum atau Kombinasi Keduanya”, Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), 3: 3, (Juni, 2007), 254.

(18)

2

seseorang ditentukan oleh keterampilan emosional dan soft skillnya. Sisanya 18% ditentukan oleh peranan ilmu.5

Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menanamkan soft skill siswa. Pembelajaran merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.6 Pembelajaran berfungsi mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh atau menyeluruh, aspek jasmani dan rohani. Pembelajaran juga mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, baik yang masih bersifat potensial maupun bakatnya.7 Salah satu pembelajaran yang dapat menumbuhkan soft skill siswa adalah pembelajaran matematika.

Pengembangan soft skill dalam pembelajaran matematika mampu mengembangkan sikap konsisten, tanggung jawab, dan sikap mandiri siswa.8 Konsisten jika dikaitkan dengan matematika yang memiliki makna sebagai ilmu yang memiliki nilai kebenaran dapat diartikan bahwa usaha terus menerus yang dilakukan siswa dalam menemukan solusi atau pemecahan masalah sampai pada akhirnya siswa menemukan solusi atau pemecahan masalah yang benar. Pengembangan sikap tanggung jawab dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk mempertanggung jawabkan atas semua yang dikerjakan, misal siswa sudah mengerjakan semua soal yang diberikan oleh gurunya dan siswa siap untuk mempertanggung jawabkan dengan cara menjelaskan di depan kelas kepada semua teman-teman dan guru. Sedangkan pengembagan sikap mandiri siswa jika dikaitkan dengan matematika yang mengutamakan proses dan hasil dapat diartikan sebagai pemberian kesempatan pada setiap siswa untuk melakukan

5 La Moma, “Peningkatan Soft Skill Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif”, Cakrawala Pendidikan, No 2, (Juni, 2015), 248

6 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer” (Jakarta: JICA, 2006), 11

7 Syaifurahman - Tri Ujiati, Manajemen dalam Pembelajaran (Jakarta: PT Indeks, 2013), 54

(19)

3

proses pengerjaan suatu soal matematika dalam rangka memecahkan suatu permasalahan dengan caranya masing-masing.9

Proses pembelajaran akan menumbuhkan soft skill jika siswa dilatih berkomunikasi yang efektif, bekerjasama dalam kelompok, kreativitas, berpikir kritis, percaya diri dan kemampuan pemecahan masalah.10 Dengan adanya kebiasaan seperti ini akan melahirkan siswa yang memiliki kemampuan pengetahuan yang unggul dan disertai dengan etika dan moral yang baik.

Namun kenyataannya pada pembelajaran matematika usaha untuk menumbuhkan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotor selalu diusahakan oleh guru pada setiap proses suatu pembelajaran. Tetapi faktanya, yang dominan adalah ranah kognitif, akibatnya kemampuan siswa yag sifatnya hard skill lebih menonjol dibandingkan kemampuan siswa yang sifatnya soft skill (afektif dan psikomotor) yang sangat masih kurang sekali.11

Fakta di atas menunjukkan rendahnya soft skill siswa disebabkan oleh beberapa penyebab yakni, pertama kurangnya melakukan penataan lingkungan belajar. Lingkungan belajar cenderung masih konvensional. Pengaturan meja belajar masih menggunakan pola lama, dimana siswa duduk ke samping dan memanjang ke belakang. Pola seperti ini menyebabkan partisipasi siswa berbeda antara yang duduk di depan dengan yang duduk di belakang. Penyebab kedua adalah kurang tepatnya pelaksanaan model pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Hal ini bisa dilihat dari: (a) pembentukan kelompok yang diserahkan kepada siswa bukan ditentukan oleh guru sehingga kelompok yang terbentuk homogen dari segi kemampuan, (b) kurangnya pemberian tugas oleh guru baik individu maupun kelompok.

9 Ibid, halaman 36.

10 Ratih Septiara, Skripsi: “Peningkatan Soft Skills Melalui Model Pembelajaran Generatif pada Pelajaran Fisika Kelas XI MIPA 1 SMA Babussalam Pekan Baru” (Riau: Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 2015), 4

(20)

4

Penyebab terakhir adalah tidak adanya pemberian tindakan berupa pengembangan soft skill siswa yang dilakukan oleh guru.12

Untuk menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu adanya suatu model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan yang dimaksud adalah model pembelajaran generatif (generative learning model).13

Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang lebih menekankan pada penyesuaian pengetahuan baru siswa dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Model pembelajaran generatif menuntut siswa untuk aktif dalam mengonstruksi pengetahuannya. Selain itu, siswa juga diberi kebebasan untuk mengungkap ide atau gagasan dan alasan terhadap permasalahan yang diberikan sehingga akan lebih memahami pengetahuan yang dibentuknya sendiri dan proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih optimal.14 Penerapan model pembelajaran generatif merupakan cara yang baik untuk mengembangkan pola berpikir siswa. Dalam pembelajaran generatif guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator yang mendorong siswa untuk melakukan sendiri aktivitas penggalian dan penemuan konsep serta mengarahkan siswa ke konsep yang benar.15

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran generatif akan memberikan tantangan kepada siswa untuk memecahkan suatu permasalahan matematika dan mendorong siswa untuk lebih kreatif, termotivasi belajar, percaya

12 Ni Kadek Sinarwati, “Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Mampu Meningkatkan Soft Skill dan Hard Skill Mahasiswa”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika JINAH, 3:2, (Juni, 2014), 1212.

13 La Moma, “Peningkatan Soft Skill Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif”, Cakrawala Pendidikan, No 2, (Juni, 2015), 250.

14 Ratna Dwi Asih, Skripsi: “Penerapan Model Pembelajaran Generatif Pada Perkuliahan Fisika Dasar dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika”. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2012), 12.

(21)

5

diri. Dengan kata lain dapat mendorong tumbuhnya soft skill siwa. Selain itu juga menuntut guru dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan bersifat terbuka dalam penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keefektifan model pembelajaran generatif untuk

menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika?

Keefektifan model pembelajaran generatif dapat diketahui dari pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana keterlaksanaan rencana pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa?

b. Bagaimana aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa?

c. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa?

d. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa?

2. Bagaimana soft skill siswa setelah diterapkannya model pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

6

yang meliputi:

a. Untuk mengetahui keterlaksanaan rencana pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa.

b. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa.

c. Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa.

d. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa.

2. Untuk mengetahui soft skill siswa setelah diterapkannya model pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu siswa dalam memahami materi, khususnya bagi siswa yang menjadi subjek ujicoba, mereka dapat mengembangkan soft skill masing-masing dalam pembelajaran matematika setelah diterapkannya model pembelajaran generatif. b. Memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

matematika.

c. Menumbuhkan sikap tenggang rasa, kerjasama antar kelompok dan menghormati pendapat orang lain.

2. Bagi Guru dan Sekolah

a. Dapat dijadikan alternatif pilihan model pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo dalam rangka menumbuhkan soft skill siswa.

(23)

7

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menambah cakrawala berpikir dalam mengembangkan pembelajaran matematika, terutama dengan model pembelajaran generatif dalam rangka menumbuhkan soft skill siswa.

E. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan:

a. Siswa dalam menyelesaikan tes hasil belajar dan mengisi angket sesuai dengan kemampuan sendiri dan kondisi sebenarnya.

b. Pengamatan dilaksanakan secara seksama dan menuangkan hasil pengamatan secara jujur pada lembar pengamatan.

F. Batasan Penelitian

Agar dalam penelitian ini nantinya tidak akan melebar, maka diperlukan suatu batasan masalah dalam penelitian ini, dengan harapan hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikehendaki peneliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas X IPA 2 MA Darul Ulum Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2016/2017. 2. Penelitian ini hanya fokus pada dua aspek soft skill siswa yang

mencakup yaitu aspek kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok dan kemampuan pemecahan masalah.

3. Materi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV).

G. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap maksud penelitian ini, maka berikut ini diberikan definisi yang terdapat dalam penyusunan penelitian ini:

1. Soft skill adalah kemampuan seseorang dalam mengolah diri dan emosi untuk berhubungan dengan orang lain atau berinteraksi dengan orang lain yang dapat berupa sikap pengendalian diri, menghargai diri dan orang lain.

(24)

8

yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan satu sama lain dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur (seluruh anggota).

3. Soft skill dalam kemampuan pemecahan masalah merupakan

kemampuan yang merujuk pada pengidentifikasian, prioritas, dan pemecahan masalah baik secara individual maupun kelompok, termasuk kemampuan mengajukan pertanyaan yang tepat, menguraikan masalah kedalam sub-sub masalah, mengontribusikan gagasan, dan memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang dihadapi.

4. Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai suatu proses terstruktur mengenai konsep atau prinsip dalam matematika sehingga dapat dipahami.

5. Model Pembelajaran Generatif merupakan suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada penyesuaian pengetahuan baru siswa dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, dimana dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide atau gagasan serta alasan terhadap permasalahan yang dihadapi.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa belajar diartikan sebagai usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.1 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.2 Belajar juga didefinisikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antar individu dan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap.3

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar individu untuk merubah tingkah laku yang terjadi secara keseluruhan sebagai hasil bentukan dari latihan maupun pengalamannya dengan lingkungan sekitar, dimana perubahan itu bukan hanya berkenaan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, minat, watak, dan penyesuaian diri dengan tujuan menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial pembelajaran dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Menurut Agus Suprijono, pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk

1 Kamus KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online). Diakses pada hari Jum’at, tanggal 1 April 2016, pukul 13.00.

2 Slameto Alfabeta, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 5.

3

(26)

10

mempelajari. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif antara guru dengan siswa.4

Sedangkan dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, Suherman mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu siswa untuk mengonstruksi atau membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun dengan sendirinya.5 Dalam hal ini siswa harus lebih berperan dalam mengonstruksi pengetahuan untuk dirinya sendiri, bukan hasil transformasi pengetahuan dari guru.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam upaya untuk membantu siswa dalam mengonstruksi atau membangun prinsip dan konsep matematika. Pembangunan prinsip dan konsep tersebut lebih diutamakan mengalami perubahan sikap dan pola pikirnya sehingga dengan bekal tersebut siswa akan terbiasa menggunakannya dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

B. Soft Skill

1. Pengertian Soft Skill

Soft skill merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia. Keterampilan tersebut dapat ditumbuhkan melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan lainnya.6

4 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), 13.

5 Ibid, halaman 12.

(27)

11

Widhiarso mendefinisikan soft skill sebagai kemampuan yang mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain.7 Sedangkan menurut Poppy Yuniawati, soft skill merupakan kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis yang lebih mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaran maupun proses pembiasaan dalam kehidupan sehari hari.8

Soft skill adalah suatu istilah dalam Sosiologi tentang EQ (Emotional Intelegence Quotient) seseorang yang dapat dikategorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasaan, keramahan, dan optimasi. Selain itu juga dapat mengembangkan perasaan positif, selalu berpikir positif dan mempunyai kebiasaan positif yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain.9

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah kemampuan seseorang dalam mengolah diri dan emosi untuk berhubungan dengan orang lain atau berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan tersebut dapat berupa sikap pengendalian diri, menghargai diri dan orang lain. Kemampuan ini merupakan modal dasar bagi seseorang untuk berkembang secara maksimal sesuai dengan pribadi masing-masing.

2. Pembagian Soft Skill

Secara garis besar soft skill dapat digolongkan dua kategori, yaitu: intrapersonal skill dan interpersonal skill.10 Intrapersonal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri. Sedangkan interpersonal skill adalah

7 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Malang: Pustaka Pelajar, 2013), 54.

8 Ibid, halaman 55.

9 Kadek Sinarwati, “Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Mampu Meningkatkan Soft Skils dan Hard Skills Mahasiswa?”, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika JINAH, 3: 2, (Juni, 2014), 1215

(28)

12

keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skill meliputi: (a) kesadaran diri (self awareness), yang didalamnya tercakup: kepercayaan diri, kemampuan untuk melakukan penilaian dirinya, pembawaan, kemampuan mengendalikan emosional, dan (b) kemampuan diri (self skill), yang didalamnya tercakup: upaya peningkatan diri, kontrol diri, dapat dipercaya, dapat mengelola waktu dan kekuatan, proaktif, konsisten. Sementara kemampuan interpersonal skil meliputi: (a) kesadaran sosial (social awareness), yang didalamnya tercakup: kemampuan kesadaran bermasyarakat, berorientasi untuk melayani, empati, dan (b) kemampuan sosial (social skill), yang didalamnya tercakup: kemampuan memimpin, mempunyai pengaruh, dapat berkomunikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan siapapun, dan dapat bekerjasama dengan tim.

3. Atribut Soft Skill

Kemampuan soft skill siswa dapat ditunjukkan dengan atribut-atribut soft skill yang digunakan untuk mengetahui kemampuan soft skill siswa dalam suatu proses pembelajaran, antara lain: kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam kelompok, kreativitas, berpikir kritis, percaya diri, dan kemampuan pemecahan masalah.11

Berbagai atribut soft skill yang dipaparkan di atas, sesuai dengan kebutuhan soft skill dalam pembelajaran yang terdiri dari 6 atribut soft skill. Peneliti hanya meneliti 2 aspek soft skill yang akan dikembangkan, diantaranya adalah:

a. Bekerjasama dalam kelompok

Soerjono Soekanto mendefinisikan bekerjasama dalam kelompok merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama. Sedangkan Huda menjelaskan bahwa kerjasama dalam konteks pembelajaran adalah ketika siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu

(29)

13

tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan.12

Kerjasama siswa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan yang dimaksudkan adalah untuk memahami materi atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bekerjasama dalam kelompok merupakan suatu interaksi atau hubungan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, bersama-sama mencari solusi mengenai suatu permasalahan agar terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama.

Zaltman mengungkapkan bahwa siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab diantara siswa.14 Bekerjasama dalam kelompok berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. Dengan adanya kerjasama dalam pembelajaran, siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Keterampilan berproses ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar, sehingga siswa secara aktif mengembangkan

12 Fitria Maryanah, Skripsi: “Penerapan Metode Buzz Group Untuk Meningkatkan Kerjasama dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten Klaten”. (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), 6.

13Mursid, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN N0.4 Parigi, Jurnal Kreatif Tadulako Online, 1: 4 (September, 2014). 111.

14 Dewi Apriyani, “Upaya Meningkatkan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya (PTK Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Negeri 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013)”, NASKAH PUBLIKASI

(30)

14

kemampuan-kemampuannya. Siswa dipacu untuk mengembangkan kemampuan kognitif, efektif ataupun kemampuan psikomotorik yang dimilikinya sesuai dengan pengalaman belajarnya baik melalui bimbingan maupun melalui hubungan langsung dengan teman-temannya atau dalam kontak langsung dengan lingkungan sekitarnya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator kerjasama kelompok yang diadopsi dari Sunardi. Dalam hal ini yang termasuk indikator bekerjasama dalam kelompok, meliputi:15

Tabel 2.1

Kemampuan Kerjasama Dalam Kelompok

No Indikator

1 Mudah bersosialisasi dalam anggota kelompok

2 Memiliki kemampuan dalam

memimpin kerjasama tim

3 Kemampuan pengambilan

keputusan dalam kelompok 4 Kemampuan mengelola waktu 5 Kemampuan bersikap demokratis

b. Kemampuan Pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang merujuk pada pengidentifikasian, prioritas, dan pemecahan masalah baik secara individual maupun kelompok, termasuk kemampuan mengajukan pertanyaan yang tepat, menguraikan masalah kedalam sub-sub masalah, mengontribusikan gagasan, dan memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang

(31)

15

dihadapi.16

Gagne menjelaskan pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk menentukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan-aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Asra mengemukakan bahwa pemecahan masalah atau problem solving merupakan suatu proses untuk menemukan suatu masalah yang dihadapi berupa aturan-aturan baru yang tingkatannya lebih tinggi.17

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemecahan masalah merupakan aplikasi dari konsep dan keterampilan bukan hanya metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah yang tidak rutin, baik masalah pribadi atau masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara berkelompok.

Tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umun yaitu: (a) membangun pengetahuan matematika baru, (b) memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lainnya, (c) menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan, dan (d) memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematika.18

16 Erly Sherlita – Yane Devi Anna, “Analisis Peran Metode Pembelajaran Soft Skills Pada Mata Kuliah Inti Prodi Akuntansi Dala Meningkatkan Kemampuan Soft Skills Mahasiswa, STIE Widyatama Universitas Ahmad Dahlan.

17Husnul Chotimah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (MPG) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa di Kelas X Pada SMA Negeri 8 Palembang”. (Palembang: Universitas PGRI Palembang, 2014), 178.

(32)

16

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator kemampuan pemecahan masalah yang diadopsi dari Hakim. Dalam hal ini yang termasuk indikator kemampuan pemecahan masalah, meliputi:19

1) Mengidentifikasi berbagai masalah. 2) Merencanakan penyelesaian masalah. 3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana. 4) Menafsirkan solusinya.

Tabel 2.2

Pemecahan Masalah dan Indikatornya

No Pemecahan Masalah Indikator

1 Menunjukkan pemahaman masalah

Mengidentifikasi masalah

(menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan dari soal)

2 Mampu atau menyusun model matematika

Merencanakan

penyelesaian masalah (menuliskan

model/rumus/algoritma

untuk memecahkan

masalah

3

Memilih dan

mengembangkan strategi pemecahan masalah

Menyelesaikan masalah

sesuai rencana

(menyelesaikan masalah dari soal matematika dengan benar, lengkap, sistematis)

4

Mampu menjelaskan

dan memerikasa

kebenaran jawaban yang diperoleh

Menafsirkan solusinya

(33)

17

4. Manfaat Soft Skill

Manfaat soft skill dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:20

a. Mampu berpartisipasi dalam tim. b. Mampu mengajar orang lain. c. Mampu memberikan layanan. d. Mampu memimpin sebuah tim. e. Bisa bernegosiasi.

f. Mampu menyatukan sebuah tim di tengah-tengah perbedaan budaya.

g. Motivasi.

h. Pengambilan keputusan menggunakan keterampilan. i. Menggunakan kemampuan memecahkan masalah. j. Berhubungan dengan orang lain.

5. Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran Matematika Adapun beberapa hal penting yang terkait dengan pengembangan soft skill dalam pembelajaran matematika, diantaranya yaitu: Kemauan dan kemampuan guru, penetapan tujuan, perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.21

a. Kemauan dan Kemampuan Guru

Komitmen guru untuk mengembangkan soft skill dalam pembelajaran sangatlah penting terutama pada pembelajaran matematika. Hal ini akan menjadi pengarah sekaligus sumber energi bagi guru dalam mewujudkan sasaran pembelajaran yang diinginkan. Beratnya beban mengajar guru matematika terdapat berbagai masalah pembelajaran yang dialami siswa selama proses berlangsung diantaranya dapat mengesampingkan dalam menumbuhkan soft skill siswa. Terutama kriteria keberhasilan belajar matematika selama ini cenderung masih didasarkan pada skor ujian yang dicapai siswa tanpa memiliki kemauan mengembangkan soft skill, hal

20 Wahyu Widhiarso., “Evaluasi Soft Skills dalam Pembelajaran” (Makalah Disampaikan pada Kegiatan Seminar dan Sarasehan “Evaluasi Pembelajaran Mata Kuliah Umum Kependidikan di FIP UNY, 2009), 10.

(34)

18

ini sangat mungkin guru berpacu pada suatu pembelajaran yang hanya mengejar nilai semata.

Tidak sekedar kemauan yang diperlukan guru matematika agar pengembangan soft skill dalam pembelajaran dapat dilaksanakan, dibutuhkan kemampuan yang baik dari guru, sehingga guru bisa mengelola pembelajarannya dengan optimal. Menyertakan pengembangan soft skill dalam pembelajaran menuntut guru memiliki kreativitas dalam mengelola kelasnya. Guru perlu memiliki pemahaman dan kemampuan menerapkan berbagai model, teknik, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran agar dapat menciptakan kelasnya dengan lebih baik. Kreativitas pembelajaran oleh guru dengan mengoptimalkan berbagai metodologi pembelajaran sangat menentukan seberapa jauh pengembangan soft skill dalam pembelajaran matematika akan berhasil. Oleh karena itu, hanya dengan kemampuan yang memadai dari guru tujuan pengembangan soft skill dalam pembelajaran matematika dapat terlaksana dan memberikan hasil yang optimal.

b. Penetapan Tujuan

Salah satu langkah awal penting keberhasilan pembelajaran adalah pemilihan kebutuhan belajar siswa. Identifikasi kebutuhan tersebut akan menjadi pengarah selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memulainya dengan memahami bahwa pengembangan soft skill ini penting bagi siswa dan bisa dilaksanakan dalam pembelajaran matematika yang dikelolanya.

(35)

19

pembelajaran yang dilaksanakan akan menjadi pengarah siswa saat mereka akan berproses, Oleh karena itu, sebelum pembelajaran matematika dilaksanakan, jika guru matematika mengembangkan soft skill dalam pembelajarannya, guru harus mengomunikasikan tujuan tersebut sehingga siswa memiliki arah yang sama dengan guru selama pembelajaran berlangsung.

c. Perencanaan Pembelajaran

Persiapan atau perencanaan pembelajaran merupakan salah satu aspek terpenting yang harus diperhatian guru agar pembelajaran yang dilaksanakan bisa memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas persiapan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Sasaran, prosedur, dan proses pembelajaran perlu direncanakan sebaik mungkin agar pembelajaran memberikan manfaat yang optimal bagi siswa. Oleh karena itu, tercapai atau tidaknya tujuan pengembangan softskill dalam pembelajaran matematika sangat tergantung dari perencanaan pembelajaran yang dibuat guru. Jika guru mengembangkan soft skill dalam pembelajarannya, guru harus mengawalinya pada tahap ini.

(36)

20

d. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan inti dari proses pembelajaran. Pada tahap inilah proses belajar siswa berlangsung. Sebaik apapun persiapan yang dilakukan guru tidak akan berhasil jika pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Demikian pula dalam rangka pengembangan soft skill pada pembelajaran matematika. Berbagai rencana yang telah dirancangkan pada tahap perencanaan harus benar-benar dapat diimplementasikan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Keberhasilan pengembangan soft skill siswa bergantung seberapa jauh guru mampu mendorong dan memantau kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Perhatian dan umpan balik guru sangat mempengaruhi berhasil atau gagalnya siswa berkembang pada aspek ini. Guru juga harus membantu dan mengarahkan siswa untuk berkembang dalam aspek soft skill ini. Tujuan pembelajaran bukan sekedar mengejar target pencapaian nilai melainkan juga mengembangkan aspek soft skill harus tetap dijaga dan diterapkan melalui kerjasama antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

(37)

21

aktivitas belajar yang sedang berlangsung. Guru harus secara kreatif memanfaatkan setiap tahap pembelajaran untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab belajar pada siswa. Pengembangan soft skill siswa hanya akan terwujud jika siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide terhadap apa yang diketahui dan memberi kesempatan siswa untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok.

Penciptaan kondisi belajar yang kondusif bagi pengembangan soft skill siswa juga harus diperhatikan guru matematika. Pelajaran matematika yang cenderung dipersepsikan dengan beban, aktivitas yang sulit, membosankan, tidak ada kegembiraan, rasa tertekan, dan rasa takut. Hal demikian perlu adanya perubahan cara mengajar yang dialakukan guru. Guru matematika harus mampu mengelola pembalajarannya dengan tetap menjaga minat, motivasi, dan keoptimisan siswa. Guru perlu lebih kreatif menggubah kelas menjadi lebih menggembirakan, positif, dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Terciptanya kondisi belajar matematika yang kondusif sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan soft skill. Untuk mendorong pengembangan soft skill siswa perlu dibangun lingkungan sosial yang positif di antara anggota kelompok belajar, antar siswa, atau antara siswa dan guru. Terbentuknya hubungan yang harmonis antar anggota kelompok belajar akan mendukung hasil belajar yang lebih baik.

C. Model Pembelajaran Generatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Generatif

Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seseorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah, dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa.22

(38)

22

La Moma mengungkapkan bahwa, Model Pembelajaran Generatif (MPG) merupakan suatu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang lebih menekankan pada penyesuaian pengetahuan baru siswa dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Model Pembelajaran Generatif menuntut siswa untuk aktif dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Selain itu siswa juga diberi kebebasan untuk mengungkap ide atau gagasan dan alasan terhadap permasalahan yang diberikan, sehingga akan lebih memahami pengetahuan yang dibentuknya sendiri dan proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih optimal.23

Model Pembelajaran generatif (generative learning

model) pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan

Wittrock. Menurut Osborne dan Wittrock model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada penyesuaian pengetahuan baru siswa dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Obsorne dan Wittrock menyatakan bahwa proses pembentukan pengetahuan menurut model pembelajaran generatif adalah sebagai berikut:24

23 Arif Muchyidin, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa (Studi Eksperimen di Kelas VIII MTs Negeri Luragung Kuningan)”, EduMa, 3: 1, (Juli, 2014), 113.

(39)

23

Gambar 2.1

Proses Pembentukan Pengetahuan dalam Model Pembelajaran Generatif 1. Otak

mengatur dan mengarah kan indera

2. Otak menentukan informasi mana yang dipilih dan diperhatikan

3. Informasi belum berupa pengetahu an

4. Siswa menghubung kan

informasi dengan pengetahuan yang dimiliki (tahap orientasi)

5. Hubungan yang dibangun membentuk pengetahuan (tahap pengungkapan ide, tantangan dan restrukturisasi)

6. Pengujian pengetahuan dengan informasi

(tahap penerapan)

[image:39.420.70.383.75.489.2]
(40)

24

Maksud dari gambar 1.1 adalah ketika siswa dalam proses pembelajaran mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, siswa menyerap informasi melalui otak kemudian disampaikan ke panca indera. Otak akan menentukan informasi mana yang akan diolah, tetapi informasi yang diperoleh siswa masih belum berupa pengetahuan melainkan masih hanya sekedar informasi saja. Setelah itu informasi yang diperoleh siswa akan dihubungkan dengan pengetahuan awal siswa, dalam hal ini termasuk tahapan orientasi (pengingatan). Pada tahap awal ini siswa mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Dengan demikian siswa akhirnya tahu bahwa informasi yang diperoleh mempunyai makna dan terbentuklah suatu pengetahuan siswa, dalam hal ini termasuk tahapan pengungkapan ide, tantangan dan restrukturisasi, dimana siswa akan mengungkapkan pendapat, ide atau gagasan mengenai topik yang akan dibahas dan juga siswa lain diminta untuk menanggapi pendapat beserta mengungkapkan alasannya.

Dari terbentuknya pengetahuan siswa, kemudian dilakukan pengujian pengetahuan dengan informasi, dalam hal ini termasuk tahapan penerapan. Pada tahap ini siswa diberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda, hal ini bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan baru mereka pada situasi dan kondisi yang baru. Selanjutnya pengetahuan yang dibangun siswa disimpan diotak, dalam hal ini termasuk tahapan mengingat kembali. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi dari pengetahuan baru dan mampu memberikan alasan yang tepat tentang pengetahuan baru yang mereka temuan, serta dapat mengingat kembali materi yang mereka pelajari.

(41)

25

ketahui sebelumnya. Keunggulan dari model pembelajaran generatif ini adalah lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Generatif

Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran generatif adalah sebagai berikut:25

a. Memberi kesempatan pada siswa untuk membangun kesan mengenai topik yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka sehari-hari.

b. Mengungkapkan ide-ide siswa.

c. Tantangan dan restrukturisasi untuk memunculkan konflik kognitif.

d. Penerapan untuk menguji ide-ide alternatif siswa dan melihat kembali untuk mengevaluasi kelemahan dari model lama.

Model belajar ini siswa diharapkan dapat mengutarakan konsepsinya dengan disertai argumentasi untuk mendukung konsepsinya tersebut dan diharapkan juga dapat beradu argumentasi dengan siswa lain. Hal ini akan membiasakan siswa menghargai konsepsi orang lain dan terbiasa mengungkapkan pendapatnya tanpa dibebani rasa ingin menang atau takut kalah serta melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Generatif

Kelebihan dari model pembelajaran generatif, adalah sebagai berikut:26

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, dan pemahamannya terhadap konsep.

b. Melatih siswa ntuk mengomunikasikan konsep.

25 Febrinita Nur Wulansari, “Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Upaya Peningkatan Pemahaman dan Hasil Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2013/2014”, Jupe UNS, 2: 3, (Juni, 2014), 186.

(42)

26

c. Melatih siswa untuk menghargai gagasan orang lain. d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk peduli

terhadap konsepsi awalnya.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri.

f. Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif, karena siswa dapat membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta intervensi guru.

g. Guru mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk mengonstruksi konsep yang akan dipelajari. h. Guru menjadi terampil dalam memahami pendangan siswa

dan mengorganisasi pembelajaran.

4. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Generatif

Adapun komponen-komponen dari model

pembelajaran generatif, yaitu:

a. Proses motivasi (the motivational processes)

Proses motivasi ditentukan adanya minat (interest) dan atribusi (attribution). Menurut Wittrock, persepsi siswa terhadap dirinya berhasil atau gagal sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, sedangkan minat sangat bersifat pribadi dan berasal dari diri siswa sendiri. Pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, ketekunan, dan motivasi adalah aktivitas yang bercirikan:

1) Pembelajaran yang mengatribusikan belajar sebagai hasil dan upaya individu memperbaiki konsep diri. 2) Menciptakan kepuasan dari keterlibatan dalam proses

belajar memodifikasi persepsi siswa sebagai siswa aktif. 3) Meningkatkan kendali, tanggung jawab, dan

akuntabilitas siswa dalam proses belajar.

4) Menggunakan sistem penghargaan sebagai atribusi langsung terhadap upaya individu.

b. Proses belajar (the learning processes)

(43)

27

Kegiatan pembelajaran yang membantu mendapatkan perhatian siswa tersebut dalah aktivitas yang: 1) Menyediakan latihan sebagai alat untuk memperhatikan

dengan cara kontrol diri, perencanaan, dan pengorganisasian.

2) Mengemukakan tujuan intruksional yang jelas dan pertanyaan yang menantang.

3) Memberikan interpretasi akan pentingnya topik yang dibahas.

4) Menjelaskan relevansi topik-topik yang disajikan dengan menggunakan kasus-kasus yang mencerminkan permasalahan yang menantang.

5) Mengarahkan perhatian siswa agar menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

c. Proses penciptaan pengetahuan (the knowledge creation processes)

Proses penciptaan pengetahuan dilandasi pada beberapa komponen ingatan (memory), yaitu hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya (preconceptions), kepercayaan atau sistem nilai (beliefs), konsep (concepts), keterampilan strategi kognitif (metacognition), dan pengalaman

(experiences). Ingatan berfungsi untuk menerima,

mengkode, dan menyimpan informasi. Sementara itu diantara lima komponen ingatan tersebut, maka hubungan antar konsep diformulasikan dan kebermaknaan terbentuk sebagai pengetahuan seseorang.

Hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya oleh seseorang sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan yang diharapkan dari belajar bermakna adalah kemampuan siswa dalam koneksi. Oleh karena itu, disarankan agar aktivitas pembelajaran merupakan aktivitas:

1) Mencoba menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengalaman dan pengetahuan awal siswa. 2) Menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dari proses

belajar.

d. Proses generasi (the processes of generation)

(44)

28

yang mereka peroleh dari pengalaman kemudian mereorganisasi, mengelaborasi, dan merekonseptualisasi informasi untuk membentuk pengetahuan. Jadi hal yang terpenting dalam model pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.

5. Tahap-tahap Model Pembelajaran Generatif

Tahap-tahap dari model pembelajaran generatif, yaitu:27

a. Tahap orientasi

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang sedang dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari. Tujuannya untuk mengarahkan siswa kearah konsep materi yang sedang dipelajari yang diperkenalkan serta dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah informal pada pokok bahasan yang sedang dihadapi. Dengan demikian siswa akan termotivasi mempelajari pokok bahasan yang akan dipelajari. Proses menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada akan melibatkan, motivasi, pengetahuan dan konsepsi awal yang akan menghasilkan pemaknaan dan pemahaman siswa terhadap konsep baru.

b. Tahap pengungkapan ide

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide mereka mengenai konsep yang akan dipelajari. Guru berperan memotivasi siswa dengan cara mengajukkan pertanyaan yang menggali sehingga akan terungkap ide atau gagasan yang ada dalam pikiran siswa.

Respon dan gagasan siswa ini diinterpretasi dan diklarifikasi oleh guru yang tujuannya untuk menyusun strategi apa yang harus dilakukan agar pembelajaran berlangsung dengan baik. Sebaliknya pada tahap ini siswa akan menyadari bahwa pada topik yang sedang dipelajari ada pendapatnya yang berbeda dengan teman yang lain. Hal

27

(45)

29

ini akan menimbulkan konflik dalam dirinya yang menghasilkan ketidakpuasannya perubahan. Ketidakpuasan siswa terhadap konsep-konsep yang telah ada dapat membangkitkan dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap gagasan-gagasan mereka sendiri, dan mendiskusikan konsep-konsep tersebut. Hal yang demikian akan tumbuh kerjasama tim keterampilan berkomunikasi yang efektif.

Pertanyaan yang menggali dapat membantu siswa menghargai kurangnya cara berpikir siswa dan mengonstruksi kembali gagasan mereka dengan cara yang lebih berkaitan secara logis. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali gagasan mereka dalam diskusi kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan contoh-contoh dengan multirepresentasi seperti bahasa verbal dan simbolik, diagram, tabel, atau grafik agar pemahamannya terhadap konsep tersebut menjadi luas, selanjutnya konsep-konsep yang telah dipahami dapat digunakan membuktikan kebenaran matematik.

c. Tantangan dan Restrukturisasi

Pada tahap ini guru menyiapkan suasana di mana siswa diminta membandingkan pendapatnya dengan pendapat siswa lain dan mengemukakan keunggulan dari pendapat mereka tentang konsep yang dipelajari. Kemudian guru mengusulkan peragaan demonstrasi untuk menguji kebenaran pendapat siswa. Pada tahap ini diharapkan siswa sudah mulai mengubah struktur pemahaman mereka. d. Penerapan

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji ide alternatif yang membangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi. Siswa diharapkan mampu mengevaluasi keunggulan konsep baru yang dia kembangkan. Melalui tahap ini guru dapat menerima siswa menyelesaikan persoalan baik yang sederhana maupun yang kompleks.

e. Melihat Kembali

(46)

30

baru dan mampu memberikan alasan yang tepat tentang pengetahuan baru yang mereka temukan, serta dapat mengingat kembali materi yang mereka pelajari.

Menurut Tyles, ada empat peran guru dalam pembelajaran generatif, yaitu:28

a. Sebagai stimulator rasa ingin tahu

Guru berperan membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk menyimak tujuan dalam pembelajaran, dengan demikian rasa ingin tahu siswa akan berkembang, untuk itu guru harus merancang aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan pengetahuan baru bagi siswa.

b. Membangkitkan dan menantang ide-ide siswa

Guru berperan sebagai pembangkit dan pemberi semangat kepada siswa untuk berpikir kritis dalam mengemukakan argumen maupun dalam melakukan investigasi.

c. Sebagai narasumber

Sebagai narasumber guru mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang mungkin akan ditanyakan siswa. Menyiapkan informasi yang memadai baik tertulis maupun verbal ataupun menyusun rencana untuk menggunakan alat peraga yang mendukung dalam proses belajar mengajar di kelas.

d. Sebagai Co-investigator

Guru bertindak sebagai model bagi siswa dalam mengajukan pertanyaan, merancang suatu aktivitas pembelajaran berupa diskusi ilmiah sehingga timbul sikap respek siswa terhadap teman belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran generatif khususnya dalam pembelajaran matematika, guru harus mengidentifikasi pendapat siswa tentang materi yang akan diajarkan, guru bertindak sebagai fasilitator, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, berperan sebagai

(47)

31

pendorong dalam usaha membangkitkan motivasi belajar siswa, sebagai narasumber, dan bertindak sebagai model bagi siswa yang mengajukan pertanyaan, sehingga aspek-aspek soft skill siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditumbuh kembangkan dan siswa juga akan mengikuti kegiatan proses pembelajaran di kelas dengan nyaman dan menyenangkan.

D. Hubungan Antara Soft Skill Dengan Model Pembelajaran Generatif

Dalam pendidikan guru merupakan salah satu komponen penting yang mendukung proses belajar mengajar, berkewajiban menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik agar tujuan pendidikan dapat berhasil. Guru yang baik adalah guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola proses pendidikan. Dimana dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran generatif untuk menumbuhkan soft skill siswa dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab suatu persoalan yang terkait. Jika pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Dimana siswa didorong untuk berperan aktif dalam pembelajaran didalam kelas yang pengajarannya berpusat pada siswa.29 Disamping itu juga peran guru sangat diperlukan, guru tidak hanya sekedar memberikan informasi terkait materi yang disampaikan atau pengendalian seluruh kegiatan di kelas, melainkan guru membantu siswa menemukan fakta, konsep/prinsip baik diri mereka sendiri ataupun terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi.

Soft skill merupakan kemampuan mengatur dirinya sendiri

dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini yang termasuk dalam soft skill siswa meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam kelompok, kreativitas, berpikir

(48)

32

kritis, percaya diri, dan pemecahan masalah.30 Mengingat pentingnya soft skill dalam upaya membentuk karakter siswa, strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang mampu menghasilkan proses belajar yang lebih menyenangkan. Perlu juga kreativitas guru dalam memancing siswa untuk terlibat aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosioal. Dengan demikian, jika hal tersebut terbiasa dilakukan oleh siswa, dengan sendirinya akan terbawa saat siswa terjun dalam dunia masyarakat.

Dari pemaparan diatas terlihat bahwa sangat erat sekali keterkaitan antara soft skill dengan model pembelajaran generatif dalam menumbuhkan soft skill siswa yang meliputi beberapa aspek diantaranya adalah: kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam kelompok, kreativitas, berpikir kritis, percaya diri, dan pemecahan masalah. Dalam hal ini aspek-aspek tersebut tidak semua siswa mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran dikarenakan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa yang

Gambar

Gambar 2.1   Proses Pembentukan Pengetahuan Dalam                         Model Pembelajaran Generatif  ............................
Gambar 2.1  Proses Pembentukan Pengetahuan
Desain penelitian Tabel 3.1 One Shot Case Study
Tabel 3.2  Daftar Nama Validator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Sumber

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis serta kemampuan soft skill siswa yang mendapatkan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok. Subyek penelitiannya adalah guru matematika kelas

Di era golobalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, siswa diharapkan bukan saja ditutut untuk menguasai pengetahuan semata, namun juga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat dan respon siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran TAPE kelas VII F SMP Negeri

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis proses pengelolaan pembelajaran soft skill di UPT BLK Kabupaten Rembang, dan mendeskripsikan hasil pengelolaan pembelajaran soft skill

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini,rekomendasi yang diajukan adalah model generatif sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa diterapkan

Skor rata-rata N-Gain soft skills siswa yang memperoleh pembelajaran generatif pada seluruh level sekolah (tinggi, sedang, dan ren- dah) lebih besar bila