Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: HERY KISWANTO
(105018200718)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dwiguna Depok
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur penunjang proses belajar mengajar dan diharapkan mampu mengantar peserta didik menuju kedewasaannya. Keterbatasan sarana pendidikan dan pengajaran di sekolah sudah barang tentu mempengaruhi hasil belajar siswa. Permasalahan pembelajaran bukan hanya dihadapi oleh guru itu sendiri tetapi juga didukung oleh keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pendukungnya. Apalagi jika dilihat dalam kenyataan bahwa banyak sekolah yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga pendidikan dan pengajaran tidak dapat berjalan efektif sebagaimana mestinya. Disamping itu juga sarana dan prasarana belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal, sarana dan prasarana sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan sering kali menjadi hambatan dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Selain itu, masalah sarana pendidikan lainnya adalah tidak efisiennya penggunaan-penggunaan sarana yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas pendidikan.
Sama halnya di sekolah pada umumnya, SMP Dwiguna memiliki manajemen tersendiri dalam menangani sarana dan prasarana pendidikan beserta permasalahannya yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan penghapusan. Akan tetapi manajemen tersebut tidak berjalan efektif dikarenakan ada beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya rasa peduli atau loyalnya pengurus terhadap sarana dan prasarana di SMP Dwiguna, dan juga dikarenakan tidak adanya dana yang memadai untuk memberikan honor kepada kepengurusan manajemen sarana dan prasarana tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan sekaligus untuk mengukur efektivitas pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis menyebarkan angket yang ditujukan kepada guru-guru SMP Dwiguna. Disamping itu juga penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah.
Setelah dilakukannya penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh SMP Dwiguna Depok sudah baik, sehingga sarana dan prasarana yang ada dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan yang diingikan.
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II ACUAN TEORITIS A. Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 7
1. Pengertian Prasarana dan Sarana Pendidikan ... 7
2. Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 9
3. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 11
B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 12
1. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 12
2. Fungsi-fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana ... 14
a. Fungsi Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 15
b. Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 18
e. Fungsi Pengawasan Sarana dan Prasarana
Pendidikan ... 21
3. Kriteria Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 23
a. Kriteria Untuk Alat Pengajaran dan Media Pengajaran ... 23
b. Kriteria Untuk Gedung Sekolah ... 23
c. Kriteria Untuk Ruangan/Bangunan Sekolah ... 24
d. Kriteria Untuk Perabot Sekolah ... 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tujuan ... 26
B. Tempat dan Waktu ... 26
C. Metode ... 26
D. Populasi dan Sampel ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 27
F. Teknik Analisa Data ... 27
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 30
B. Deskripsi, Analisis, dan Interprestasi Data ... 35
1. Proses Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35
2. Efektivitas Pengelolaan Sarana dan Prasaran Pendidikan ... 39
ix
Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 39
Tabel 4.3 Perencanaan Sarana dan Prasarana ... 40
Tabel 4.4 Usulan Program Sarana dan Prasarana ... 41
Tabel 4.5 Keterlibatan Guru dan Karyawan Dalam Menyusun Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 41
Tabel 4.6 Penyusuna Perkiraan Biaya Sarana dan Prasarana ... 42
Tabel 4.7 Penyediaan Sarana dan Prasarana ... 43
Tabel 4.8 Pelibatan Guru Dalam Menyusun/Merencanakan Program Sarana dan Prasarana ... 43
Tabel 4.9 Pemakaian Sarana dan Prasarana Dengan Baik ... 44
Tabeel 4.10 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dengan Baik ... 44
Tabel 4.11 Pembuatan Proposal Pengadaan Sarana dan Prasarana ... 45
Tabel 4.12 Sarana dan Prasarana Yang Ada Tersimpan Dengan Baik.. 45
Tabel 4.13 Peneguran Terhadap Menelantarkan Sarana dan Prasarana Dalam Proses Belajar Mengajar ... 46
Tabel 4.14 Pemeriksaan Pemeliharaan Barang Yang Dilaksanakan Oleh Guru dan Karyawan ... 47
Tabel 4.15 Pemeriksaan Penyimpanan Barang Yang Dilaksanakan Oleh Guru dan Karyawan ... 47
Tabel 4.16 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dengan Peminjaman atau Hibah ... 48
Tabel 4.17 Pengadaan Sarana dan Prasarana Dengan Pembelian ... 48
Tabel 4.18 Pengadaan Sarana dan Prasarana Dengan Membuat Sendiri ... 49
Tabel 4.19 Pencatatan/Pengkodean Sarana dan Prasarana ... 49
Tabel 4.20 Penyimpanan Sarana dan Prasarana ... 50
Tabel 4.21 Pembuatan Proposal Pengadaan Sarana dan Prasarana ... 51
xi
Tabel 4.26 Penjagaan atau Pencegahan Terhadapa Sarana
dan Prasarana ... 53
Tabel 4.27 Penghapusan Sarana dan Prasarana Yang Sudah Tidak
Berfungsi ... 54
Tabel 4.28 Pengecekan Sarana dan Prasarana Yang Sudah Tidak
Layak Pakai Untuk Dihapus/Dimusnahkan ... 54
Tabael 4.29 Pembuangan Sarana dan Prasarana Yang Tak Layak Pakai 55
Tabel 4.30 Penghapusan Sarana dan Prasarana Atas Persetujuan
Kepala Sekolah ... 55
Tabel 4.31 Pelaporan Sarana dan Prasarana Kepada Pihak Yayasan ... 56
Tabel 4.32 Skor Angket Efektifitas Pengelolaan Manajemen
Sarana dan Prasarana ... 58
yang berjudul “Pelaksanaan Manajemen Sarana dan Prasarana Di SMP Dwiguna
Depok” dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana dari Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam menghantarkan penyelesaian
skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan,
dukungan, serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu
sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis
menyampaikan penghargaan kepada semua pihak dan orang-orang yang telah
berjasa yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidyat, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarata.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phill, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H. Muarif SAM, M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. Syauki, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Agus Salim, M.M, selaku Dosesn Pembimbing I dalam penulisan
skripsi ini, beliau yang telah ikhlas dan sabar memberikan bimbingan serta
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya, sehingga dengan
ketulusan dan keikhlasannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Muarif SAM, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini, beliau yang telah ikhlas dan sabar memberikan
Depok terutama bapak Drs. H. Muhammad Sufie Sidiq, M.M, selaku
kepala sekolah dan bapak Muhtar, S.Pd, selaku wakil kepala sekolah yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah tersebut.
9. Kedua orang tuaku, yang tercinta Ibunda (Lisnizar) dan Ayahanda
(M. Zen, S.Pd), Adik, Kakak, dan seluruh keluarga besar yang selalu
mendoakan serta memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun
materil yang semuanya itu menjadi sumber semangat dan kekuatan bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Pamanku Ir. Iswanda dan Tanteku Rina Resminar, S.Pd yang selalu
memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Bapak Muhtar dan Ibu Siti Aminah yang selalu memberikan dukungan dan
motivasinya baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12.Kekasihku tercinta Isroyati (vivie) yang selalu menemaniku baik dikala
duka dan senang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman KI-MP angkatan 2005 kelas A dan B, yang teleh
memberikan dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
14.Teman-temanku IMAJI dan HIMBOJA yang telah memberikan dukungan
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
15.Kepada semua pihak yang penulis tidak bisa menyebutkannya satu
persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus baik
berupa moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
vi
memberikan saran dan usulan bagi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya
kepada Allah SWT jualah penulis memohon semoga penyusunan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Mei 2010
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada tanggal 20 Agustus 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam bidang Manajemen
Pendidikan.
Jakarta, 20 Agustus 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed, M. Phil ... ... NIP: 19560530 198503 1 002
Sekretaris (Ketua Prodi)
Drs. H. Mu’arif SAM, M. Pd ... ………
NIP: 19650717 199403 1 005
Penguji I
Drs. Syafril, M. Pd ... ... NIP: 150097592
Penguji II
Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd ... ... NIP: 150318723
Mengetahui Dekan,
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh:
Hery Kiswanto Nim: 105018200718
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Agus Salim, M.M Drs. H. Muarif SAM, M.Pd NIP. 131 874 776 NIP. 19650717 199403 1 005
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010 M/1431 H
Tempat/Tgl Lahir : Pelayang, 9 Mei 1987
NIM : 105018200718
Jurusan/Prodi : Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi : “Pelaksanaan Manajemen Sarana dan
Prasarana di SMP Dwiguna Depok”
Dosen Pembimbing : Agus Salim, M.M
Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya dan diajukan untuk memperoleh gelar
strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan
undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 7 Juni 2010
Hery Kiswanto 105018200718
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mempelajari bagaimana cara
meningkatkan dan mengembangkan potensi berupa intelektual, mental, sosial,
emosional dan kemandirian dalam kehidupan sehingga menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu menjawab tantang zaman. Saat ini, dunia pendidikan
harus diperlakukan dan dikelola secara professional, karena semakin ketatnya
persaingan lembaga pendidikan akan ditinggalkan konsumen atau masyarakat jika
dikelola seadanya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu keberhasilan
kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantarnya seperti
kurikulum, metode belajar mengajar, guru, serta sarana dan prasarana pendidikan.
Untuk mempelancar proses pencapaiaan tujuan pendidikan perlu didukung
oleh beberapa sumber daya yang ada baik manusia maupun materil, sarana dan
prasarana sebagai salah satu sumber daya materil aktivitas pendidikan, di sekolah
menengah sering kali menjadi faktor hambatan dalam proses penyelenggaraan
pendidikan.
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Hal ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, sarana dan prasarana yang minim, pengajar kurang profesional, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.1
Di samping itu sarana dan prasarana sekolah di sejumlah daerah masih jauh dari layak. Selain masalah kerusakan gedung sekolah yang parah, banyak fasilitas mendasar tak dimiliki sejumlah sekolah seperti perpustakaan, laboraturium dan lain sebagainya. Padahal, masalah kerusakan gedung sekolah ditargetkan pemerintah bisa selesai paling lambat tahun 2009. Pada kenyataannya dalam pantauan di beberapa wilayah di Banten dan Jawa Barat, masih ditemui persoalan gedung sekolah yang rusak parah sehingga terancam ambruk, sekolah kekurangan ruangan kelas, hingga sekolah yang tak memiliki fasilitas perpustakaan dan tempat buang air kecil. Contohnya ratusan siswa SDN Cikaret kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, sampai saat ini terpaksa belajar di gedung sekolah yang hampir roboh. Dinding bangunan sekolah yang terbuat dari papan dan bilik bambu sudah rusak sehingga ruangan kelas jadi menyambung.2
Sementara itu mengenai kerusakan fasilitas sekolah, Nanang Fattah pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengatakan, sekitar 60 persen bangunan sekolah di Indonesia rusak berat. Di wilayah Jabar, sekolah yang rusak mencapai 50 persen. Kerusakan bangunan sekolah tersebut berkaitan dengan usia bangunan yang sudah tua. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak tahun 2000-2005 telah dilaksankan proyek perbaikan infrastruktur sekolah oleh Bank Dunia, dengan mengucurkan dana Bank Dunia pada Komite Sekolah.3
Berbicara tentang anggaran pendidikan, permasalahan utama sebenarnya
bukan pada nilai anggaran saja. Hal ini terbukti bahwa meskipun anggaran kita
kurang dari angka 20 persen dari APBN. Tetapi dalam hal ini pemerintah
berusaha menaikkan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun. Pertanyaannya
adalah bahwa, apakah kenaikan anggaran itu telah dapat mendongkrak pencapaian
hakikat penyelenggaran pendidikan itu sendiri? Belum lagi adanya berbagai
penyalahgunaan anggaran pendidikan, mulai dari masih maraknya pungutan liar
dari tingkat perguruan tinggi sampai dengan penyelewengan dana BOS.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara
terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya
menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan angaran
1
Wulan Agustin Herdiana, Permasalahan Pendidikan Sekarang Ini, Homepage Pendidikan Network
2
Kompas Cetak, www.Kompas.com 3
saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar
Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang
dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program
wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak
yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun.
Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit
bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi
bertahan pada kompetisi di era global.
Setiap lembaga pendidikan mengetahui bahwa proses pembelajaran di
sekolah tidak akan pernah statis, akan tetapi senantiasa dinamis mengikuti
kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang pesat.
Untuk itu, sekolah dituntut lebih meningkatkan kualitas pendidikan dari segala
sisi, diantaranya dari segi sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 45
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Yaitu:4
1. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
2. Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur penunjang proses belajar
mengajar dan diharapkan mampu mengantar peserta didik menuju
kedewasaannya. Keterbatasan sarana pendidikan dan pengajaran di sekolah sudah
barang tentu mempengaruhi hasil belajar siswa. Permasalahan pembelajaran
bukan hanya dihadapi oleh guru itu sendiri tetapi juga didukung oleh keberadaan
dan kelengkapan sarana dan prasarana pendukungnya. Apalagi jika dilihat dalam
kenyataan bahwa banyak sekolah yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan efektif.
4
Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana dan prasarana belajar yang baik akan
menghasilkan prestasi belajar yang maksimal, sarana dan prasarana sebagai salah
satu penunjang keberhasilan pendidikan sering kali menjadi hambatan dalam
proses penyelenggaraan pendidikan. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Santoso S. Hamijoyo sebagai berikut:
Hambatan pertama dalam pendidikan kita dewasa ini adalah ledakan
penduduk yang tidak diimbangi oleh penyediaan fasilitas atau sarana
meningkatnya aspirasi dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.5
Selain itu, masalah sarana pendidikan lainnya adalah tidak efisiennya
penggunaan-penggunaan sarana yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas
pendidikan.
Sama halnya di sekolah pada umumnya, SMP Dwiguna memiliki
manajemen tersendiri dalam menangani sarana dan prasarana pendidikan beserta
permasalahannya yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, dan penghapusan. Akan tetapi manajemen tersebut tidak berjalan
baik dikarenakan adanya beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya rasa
peduli atau loyalnya pengurus terhadap sarana dan prasarana di SMP Dwiguna,
dan juga dikarenakan tidak adanya dana yang memadai untuk memberikan honor
kepada kepengurusan manajemen sarana dan prasarana tersebut.6
Oleh sebab itulah kepengurusan manajemen sarana dan prasarana di SMP
Dwiguna Depok ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Maka dari itulah
kepengurusan manajemen sarana dan prasarana tersebut dipegang langsung oleh
kepala sekolah baik dalam kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, penghapusan maupun evaluasi.
Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PELAKSANAAN MANAJEMEN SARANA DAN
PRASARANA DI SMP DWIGUNA DEPOK”
5
Santoso S. Hamijoyo, Beberapa Pemikiran Tentang Kebijaksanaan Strategi Pendidikan dalam Menunjang Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Setia, 1973), h. 401
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
diketahui banyak masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan.
Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana sekolah di sejumlah daerah masih jauh dari layak,
dikarenakan kerusakan gedung sekolah yang parah, dan banyak fasilitas
mendasar yang tidak dimiliki sejumlah sekolah.
2. Masih terdapat sekolah-sekolah yang tidak didukung dengan sarana dan
prasarana yang baik dikarenakan kurangnya biaya dan perhatian khusus
dari pemerintah.
3. Terdapat sekolah-sekolah yang memadai yang didukung oleh sarana dan
prasarana yang baik, akan tetapi tidak bisa mengelolanya dengan baik
sehingga banyak terdapat fasilitas yang rusak dan terbengkalai.
4. Tidak efisiennya penggunaan sarana prasarana yang mengakibatkan
terhambatnya aktivitas pendidikan dikarenakan ketakutan akan kerusakan
sarana tersebut, seperti alat-alat peraga dan laboraturim.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, diketahui banyak
masalah yang muncul terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan. Namun
mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan
akademik, masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP Dwiguna Depok.
Adapun yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan adalah
semua peralatan serta perlengkapan yang secara langsung maupun tidak langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.7
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
tersebut, maka permasalahan yang timbul adalah: Bagaimana pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana di SMP Dwiguna Depok?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman
mengenai pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang
sebenarnya terjadi dilapangan.
2. Bagi sekolah, sebagai informasi dan bahan masukan dalam upaya lebih
meningkatkan pengelolaan dan pengembangan kualitas sarana dan
prasarana pendidikan. Disamping memberikan penjelasan yang bersifat
teori tentang pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
BAB II
ACUAN TEORITIS
A. Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Prasarana dan Sarana Pendidikan
Prasarana pendidikan merupakan semua komponen yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai contoh:
jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya.1
Menurut Tholib Kasan prasarana secara etimologi (arti kata) berarti alat
tidak langsung untuk mencapai tujuan. Prasarana pendidikan misalnya
lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga dan sebagainya.2
Adapun menurut E. Mulyasa prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.3 Sedangkan sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan
yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung
sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain.4
1
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1989), h. 135
2
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2000), h. 91
3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 49
4
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, ... h. 135
Menurut Tholib Kasan sarana pendidikan adalah alat langsung untuk
mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboraturium,
dan sebagainya.5
Menurut E. Mulyasa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran.6
Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan di dalam sistem penyelenggaraan pendidikan adalah himpunan sarana yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Himpunan sarana ini dikelompokkan dalam:
1. Sarana tenaga pengajar. 2. Sarana fisik.
3. Sarana administrasi, dan 4. Waktu.7
Sebagai sarana akademik, tenaga pengajar merupakan sarana yang perlu
mendapat perhatian. Karena sifat manusiawinya, maka sarana ini harus dikelola
secara manusiawi pula. Tenaga pengajar merupakan sarana yang mahal,
investasinya lama, kerusakannya mudah. Seorang tenaga akademik yang karena
sebab kecil kehilangan motivasi dapat dikatakan tidak berfungsi lagi, oleh karena
itu pembinaan sarana ini sangat penting.
Sarana fisik, tergantung bidang studi. Satu bidang studi memerlukan
jumlah dan variasi sarana yang berbeda dengan bidang studi lainnya, seperti
laboratorium jurusan.
Sarana administrasi merupakan sarana penunjang. Dalam penyelenggaraan
pendidikan sistem kredit semester, maka dukungan administrasi yang kuat, cepat
dan tepat sangat penting. Sampai saat ini perhatian sekolah terhadap administrasi
ini masih kecil. Hal ini perlu diperbaiki untuk berhasilnnya sisitem kredit
semester.
5
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, ... h. 91 6
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, ... h. 49 7
Waktu merupakan sarana yang paling unik, ini adalah abstrak dan paling
sukar diatur dalam arti perjalanannya tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu
terjadinya penyelenggaraan pendidikan memerlukan bertemunya program, sarana,
dan input pada suatu waktu, maka waktu sebagai sarana menjadi sangat penting
seperti sarana ayang lain. Uniknya waktu adalah bila telah berlalu tidak kembali
dan kalau tidak dipakai hilang begitu saja. Karenanya, suatu acara pendidikan
yang tepat penyelenggaraannya bila diukur dengan waktu yang sudah hilang tak
akan dapat diulangi lagi, melainkan hanya dapat dicarikan waktu penggantinya.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sarana dan
prasarana pendidikan adalah semua komponen yang sacara langsung maupun
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan itu sendiri. Secara umum sarana pendidikan terdiri atas 3 (tiga)
kelompok besar, yaitu:
• Bangunan dan perabot sekolah.
• Alat pelajaran yang terdiri atas pembukuan dan alat-alat peraga dan
laboraturium.
• Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang
menggunakan alat terampil.
2. Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar mengajar, prasarana
pendidikan berfungsi tidak langsung. Yang termasuk di dalam prasarana
pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah,
jaringan jalan, air, telepon, serta perabot/mebiler. Sedangkan sarana pendidikan
berfungsi langsung terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat
peraga dan media pendidikan.8
Ketiga macam golongan tersebut akan diuraikan satu persatu berdasarkan
klasifikasinya masing-masing:
8
1. Alat pelajaran adalah semya benda yang dapat digunakan secara langsung
oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar, atau/alat benda
yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses
belajar mengajar. Alat pelajaran dapat berupa buku tulis, gambar-gambar,
alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur, penghapus, dan papan tulis
maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat
pelajaran.
2. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, baik
berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatnya paling kongkrit
sampai yang paling abstrak yang dapat memepermudah pemberian
pengertian (penyampaian konsep) kepada murid atau segala sesuatu yang
digunakan guru untuk memperagakan atau memperjelas pelajaran.
3. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai
perantara di dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi
efektivitas dan efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peranan guru.
Biasanya klasifikasi media pendidikan didasarkan atas indera yang
digunakan untuk menangkap isi dari materi yang disampaikan dengan
media tersebut. Dengan cara pengklasifikasian ini dibedakan atas:
• Media audio atau media dengar, yaitu media untuk pendengaran.
• Media visual atau media tampak, yaitu media untuk penglihatan.
• Media audio visual atau media tampak-dengar, yaitu media untuk
pendengaran dan penglihatan.
Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutif oleh Suryosubroto, ditinjau dari
fungsi atau perannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, maka sarana
pendidikan (sarana material) dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Alat pelajaran.
2. Alat peraga.
3. Media pengajaran.9
9
Selain memberi makna penting bagi terciptanya dan terpeliharanya kondisi
sekolah yang optimal administrasi sarana dan prasarana sekolah berfungsi
sebagai:
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala kebutuhan yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar.
2. Memelihara agar tugas-tugas murid yang diberikan oleh guru dapat
terlaksana dengan lancar dan optimal.10
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya sarana dan prasarana pendidikan
berfungsi secara langsung dan tidak langsung terhadap proses belajar mengajar
dan juga sebagai fasilitas untuk kebutuhan yang diperlukan dalam proses belajar
dan mengajar.
3. Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Ditinjau dari jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan
menjadi fasilitas fisik dan fasilitas non fisik.11
Fasilitas fisik atau material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati
atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan
sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga,
media, dan sebagainya. Adapun fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda
mati yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu
usaha seperti manusia, jasa, uang.
Menurut Suharsimi Arikunto Fasilitas atau sarana secara garis besar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Fasilitas fisik.
b. Fasilitas uang.12
10
http://kuliahme.blogspot.com/2009/05/bab-i-pendahuluan-1.html 11
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, ………. h. 115 12
a). Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan
sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materil. Contoh: kendaraan, alat
tulis-menulis, alat komunikasi, alat penampil atau praktek dan sebagainya.
b). Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu
kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang. Contohnya: penyewaan kendaraan,
dan berekreasi.
Adapun jenis sarana dan prasarana yang di perlukan di sekolah demi
kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah:
• Ruang kelas : tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.
• Ruang perpustakaan : tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.
• Ruang laboratorium ( tempat praktek) : tempat siswa mengembangkan.
• pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan.
• Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan mengenai keterampilan tertentu.
• Ruang kesenian : adalah tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni.
• Fasilitas olah raga : tempat berlangsungnya latihan-latihan olahraga.13 Jadi dapat disimpulkan bahwasannya sarana dan prasarana pendidikan
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik
dimana keduanya mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan
sesuatu usaha dalam proses belajar mengajar, agar tujaun pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai.
B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu kegiatan administrasi/manajemen/pengelolaan yang baik dan tidak
gegabah tentu diawali dengan suatu perencanaan yang matang dan baik
dilaksanakan demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak
diinginkan.
13
Administrasi sarana sering juga disebut sebagai administrasi materil, atau
administrasi peralatan yaitu segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan
pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai
tujuan yang dietapkan secara efektif dan efisien.14
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses
kegiatan yang telah direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar
senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar.15 Manajemen ini dilaksanakan demi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
Menurut Soebagio Atmodiwirio, bahwasanya manajemen perlengkapan
atau manajemen logistik merupakan upaya untuk mengelola sarana dan prasarana
sedemikian rupa sehingga organisasi dapat melakukan tugasnya mencapai tujuan
sesuai yang direncanakan.16
Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha
yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.17 Dengan demikian administrasi sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupaya sarana
dan alat peraga yang dibutuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan
tercapainya tujuan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa administrasi sarana dan prasarana
pendidikan adalah suatu usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.
14
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, ………. h. 81
15
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 184
16
Soebgio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Ardadizya Jaya, 2005), h. 252
17
Sedangkan yang menjadi tujuan dari administrasi sarana dan prasarana ini adalah
agar tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana
Secara operasional kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi:
1. Perencanaan pengadaan barang. 2. Prakualifikasi Rekanan.
3. Pengadaan sarana.
4. Penyimpanan, Inventarisasi, Penyaluran. 5. Pemeliharaan, Rehabilitasi.
6. Penghapusan dan Penyingkiran. 7. Pengendalian.18
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut harus merupakan satu kesatuan yang harmonis/terpadu. Dalam sistematika kerjanya harus dihindarkan timbulnya kesimpangsiuran dan tumpang tindih dalam wewenang, tanggung jawab, dan pengawasan menghindari timbulnya pemborosan biaya, tenaga, dan waktu.
Menurut Subagyo MS. dalam bukunya Manajemen Logistik. Menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen sarana dan prasarana terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan barang. 2. Penganggaran.
3. Pengadaan.
4. Penyimpanan dan penyaluran. 5. Pemeliharaan.
6. Penghapusan. 7. Pengendalian.19
Adapun di lingkungan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan manajemen (pengelolaan) sarana dan prasarana pendidikan dipandang sebagai suatu rantai. Rantai ini terdiri dari lima mata rantai itu terdapat suatu tonggak yang menghubungkan secara menyebar dengan tiap mata rantai yang bersifat 2 arah, yang juga bersifat cerminan dari fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan kebutuhan. 2. Proses pengadaan. 3. Proses pengiriman.
4. Penyempurnaan, pemeliharaan dan pendayagunaan. 5. Inventarisasi, monitoring, dan pengendalian.20
18
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, ………. h. 116 19
Subagyo MS., Manajemen Logistik, (Jakarta: Haji Masaagung, 1990), h. 10 20
Dari fungsi-fungsi manajemen sarana dan prasarana yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen sarana dan prasarana yang harus
dilakukan dalam lingkungan sekolah meliputi:
1. Fungsi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
2. Fungsi pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
3. Fungsi pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan.
4. Fungsi penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan.
5. Fungsi pengawasan sarana dan prasarana pendidikan.
Jadi fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan tersebut di atas
dipakai sebagai indikator untuk mengukur tingkat manajemen/pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah.
a. Fungsi Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Di dalam fungsi ini, fungsi perencanaan pengadaan barang, prakualifikasi
rekanan, perencanaan kebutuhan barang, dan penganggaran itu masuk ke dalam
fungsi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan menurut Suharsimi Arikunto adalah:
“Perencanaan kebutuhan yang meliputi semua barang yang diperlukan, baik yang
bergerak atau yang tidak bergerak, sebagai pendukung pelaksanaan tugas”.21 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya, oleh Dwiantara dan Sumarto (2004) dikemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.22
21
Suharsimi Arikunto, Pengelola Materil, (Jakarta: Prima Karya, 1987), h. 7 22
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat suatu rencana
pengadaan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan analisa terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan
alat atau media dalam penyampainnya dan analisa kebutuhan peralatan
lain untuk sekolah. Dari analisa ini dapat dibuat daftar kebutuhan alat-alat
media.
b. Mengadakan perhitungan taksiran biaya.
c. Apabila perhitungan jumlah taksiran biaya untuk pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan lebih besar dari anggaran yang tersedia, maka
perlu menyusun prioritas kebutuhan, atau pengurangan jumlah barang
sejenis yang akan dibeli.
d. Prioritas-prioritas kebutuhan yang ada pada urutan bawah, dapat ditunda
untuk perencanaan tahun berikutnya.
e. Menugaskan kepada staf tata usaha untuk melaksanakan pengadaan alat
tersebut.
Meskipun pada umumnya perencanaan dan pendirian bangunan bagi
sekolah negeri menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam kenyataannya dewasa
ini, sesuai dengan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran
di negara kita, banyak sekolah yang didirikan oleh masyarakat dan atau
pemerintah setempat dengan bekerja sama dengan para guru. Untuk itu sangat
diperlukan pengetahuan bagi para guru tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan perencanaan dan pendirian sekolah seperti pengetahuan dan kecakapan
mengenai:
1. Cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan.
2. Mengusahakan, merencanakan, dan menggunakan biaya pendirian gedung
sekolah.
3. Menetukan jumlah dan luas ruangan-ruangan kelas, kantor, gudang,
asrama, lapangan olah raga, podium, kebun sekolah, dan sebagainya. Serta
komposisinya satu sama lain.
4. Cara-cara penggunaan gedung sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang
5. Alat-alat perlengkapan sekolah dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.
6. Apa yang tercantum pada nomor 1 s/d 5 di atas sangat erat hubungannya
dengan kurikulum, kondisi-kondisi, serta kemajuan masyarakat setempat
dan bertambahnya jumlah anak-anak setiap tahunnya yang memerlukan
sekolah tersebut.23
Berdasarkan pengertian di atas, pada dasarnya perencanaan merupakan
suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan
dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian,
pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan
sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan pada setiap
kegiatan, karena tanpa ada rencana maka kegiatan tidak dapat berjalan lancar.
Demikian halnya dengan sarana dan prasarana pendidikan perlu dibuat rencana
pengadaannya. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan kebutuhan yang meliputi semua barang yang diperlukan, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, atau baik langsung maupun yang tidak
langsung yang menunjang proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Jadi dalam perencanaan sarana dan prasarana bangunan sekolah atau pendidikan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Perencanaan lokasi. 2. Perencanaan regional. 3. Perencanaan ekonomi. 4. Peserta didik.
5. Faktor-faktor sosial dan budaya. 6. Faktor transportasi.
7. Suplai (Pengadaan) personal. 8. Faktor-faktor administratif. 9. Fasilitas-fasilitas pendidikan. 10.Pembiayaan, dan
11.Lokasi (lahan). 24
23
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 12
24
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, yaitu: (1) Dapat membantu dalam
menentukan tujuan, (2) Meletakkan dasar-dasar dan menentukan langkah-langkah
yang akan dilakukan, (3) Menghilangkan ketidakpastian, dan (4) Dapat dijadikan
sebagai suatu pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian
dan bahkan juga penilaian agar nantinya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan
efisien.
b. Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua
jenis sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks
persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan
dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional pertama
dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada
hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan
dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk menyediakan perlengkapan dalam
usaha untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Ada beberapa
alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan.
Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembelian.
2. Pembuatan Sendiri.
3. Pengiriman Hibah atau Banatuan. 4. Penyewaan.
8. Perbaikan atau Rekondisi.25
c. Fungsi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Di dalam fungsi pemeliharaan ini, fungsi pendayagunaan termasuk di
dalamnya. Menurut Subagyo MS. Pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi fasilitas
kerja dengan jalan merawat, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakan.26 Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.27
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan perlu dilakukan agar
kondisi barang tetap dalam keadaan baik atau siap dipakai dan dapat bertahan
lama, sehingga dapat menghemat pengeluaran aggaran untuk pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan. Menurut hukum waktunya pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dapat dibedakan dalam:
• Pemeliharaan sehari-hari. Dilakukan oleh pegawai yang menggunakan
barang-barang tersebut dan bertanggung jawab atas barang tersebut.
• Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 2 bulan sekali, 3 bulan
sekali, dan sebagainya. Pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan sendiri
dan dengan piahakl kedua.28
Adapun tujuan dan manfaat dari pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan adalah sebagai berikut:
25
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajemen Sarana dan PrasaranaPendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, ………. h. 14-17
26
Subagyo MS., Manajemen Logistik, ………. h. 87 27
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajemen Sarana dan PrasaranaPendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, ………. h.31
28
Tujuan pemeliharaan:
a. Untuk mengoptimalkan usia pakai perlatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian
dari peralatan tersebut.
b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pencekkan secara rutin dan teratur.
d. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat
tersebut.
Manfaat pemeliharaan:
a. Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu
mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
b. Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang
berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
c. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol
sehingga menghindar kehilangan.
d. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
e. Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
d. Fungsi Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Di dalam fungsi ini, fungsi inventarisasi dan penyaluran termasuk di
dalamnya. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha melakukan
pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan.
Penyimpanan ialah kegiatan yang dilakukan untuk menampung hasil
pengadaan barang-barang yang keluar atau akan didistribusikan, dan disimpan
dalam gudang. Kegiatan penyimpanan meliputi: menerima, menyimpan, dan
mengeluarkan barang di/dari gudang. 29
29
Fungsi penyimpanan ini melliputi perencanaan/pengembangan
ruang-ruang penyimpanan (storage space), penyelenggaraan tatalaksana penyimpanan
(storage procedure) perencanaan/penyimpanan/pengoperasian alat-alat pembantu
pengatur barang (material handling equipment), tindakan-tindakan keamanan dan
keselamatan (security and safety).
e. Fungsi Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Di dalam fungsi ini, fungsi penghapusan, penyingkiran, pengendalian, dan
rehabilitasi masuk ke dalam fungsi pengawasan. Kegiatan pengawasan dapat
berupa melaksanakan pengamatan, evaluasi dan meminta laporan untuk
mendapatkan gambaran dan informasi tentang keadaan atau perlengkapan. Selain
itu pengawasan dapat pula berupa pemberian pengarahan dan bimbingan terhadap
pengelolaan sarana dan prasarana yang telah dilakukan dalam satu periode untuk
mencapai tertib administrasi dan tertib teknis.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian seperti disusun serangkaian
kegiatan sebagai berikut:
a. Mengikuti proses manajemen, dari perencanaan sampai penghapusan.
b. Mengadakan konsultasi dengan pihak pemimpin bila terjadi
penyimpangan dalam pelakasanaan.
c. Menyusun tata cara laporan baik lisan maupun tertulis.
d. Mengadakan konsultasi dengan pihak pelaksanaan fungsi masing-masing bila terjadi penyimpangan yang bersifat teknis.
e. Mengadakan koordinasi anatara fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi lainnya.
f. Menyusun laporan menyeluruh secara periodik tentang pelaksanaan proses manajemen yang terjadi dalam amsing-masing unit.30
Keseluruhan proses di atas dilakukan untuk mencegah adanya
penyelewengan dan kesalahan dalam pelaksanaan prosedur manajemen sarana dan
prasarana pendidikan. Maka dari itu diadakan kegiatan pengahapusan, setelah
kegiatan penghapusan selesai, proses selanjutnya menginformasikan kebutuhan
sarana dan prasarana yang bersangkutan untuk kemudian dilakukan kegiatan
perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
30
Di samping itu kegiatan penyusutan terhadap barang atau sarana di dalam
fungsi pengawasan sangatlah perlu dilakukan, dikarenakan penyusustan barang
penting jika sekolah akan menambah pengadaan barang, yang sering terjadi
adalah kekurangan tempat penyimpanan. Penyusutan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk memusnahkan barang yang sudah tidak dipakai lagi sehingga
tempatnya masih dapat dimanfaatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut kepala
sekolah perlu mempertimbangkan adanya tindakan penyusustan barang. Kegiatan
pengaturan, pemeliharaan dan penyusutan sarana pendidikan yang merupakan
bagian dari pengelolaan sarana dan prasarana haruslah selalau dilakukan dengan
cara yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar sarana pendidikan
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Adapun penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan
biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk,
berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.
2. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.
3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi.
4. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.
Kegiatan penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan
sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena
sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan
dan prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan
normatif tertentu dalam pelaksanaannya.31
3. Kriteria Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kriteria sarana dan prasarana pendidikan yang dapat penulis uraikan
sebagai berikut:
a. Kriteria untuk alat pengajaran dan media pengajaran
Bagi kriteria ini, tidak ada kriteria khusus yang menunjukan kepada
penilaian baik buruknya media dan alat pengajaran yang digunakan. Namun
demikian, menurut Roestiyah NK bahwa: “Media itu saling bertautan, erat
hubungannya dengan tujuan pendidikan, bahan pelajaran, metode pengajaran,
pribadi murid, minat, dan kemauan siswa”.32 Dengan kata lain kriteria media dan alat pengajaran yang baik adalah jika media itu:
1. Memperbesar/meningkatkan perhatian anak.
2. Mencegah verbalisme.
3. Membantu menumbuhkan pemikiran/pengertian yang teratur dan
sistematis.
4. dapat berorientasi langsung dengan lingkungan dan memberikan kesamaan
dalam pengamatan.
5. Membangkitkan motivasi kegiatan belajar serta memberikan pengalaman
yang menyeluruh.
b. Kriteria Untuk Gedung Sekolah
Untuk kriteria baik tidaknya gedung sekolah ini ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Peruntukan dan intensitas bangunan.
2. Arsitektur dan lingkungan.
3. Struktur bangunan gedung.
4. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
31
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajemen Sarana dan PrasaranaPendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, ………. h.52
32
5. sarana jalan masuk dan keluar.
6. Transfortasi dalam gedung.
7. Pencahayaan.
8. Instalasi listrik, penangkal petir dan komunikasi dalam gedung.
9. Instalasi gas.
10.Ventilasi dan pengkondisian udara.
11.Kebisingan dan getaran.
c. Kriteria Untuk Ruangan/Bangunan Sekolah
Untuk kriteria ruangan/bangunan ada empat macam tipe yaitu:
Tipe A : Mempunyai daya tampung maksimal 33 kelompok belajar,
masing-masing kelompok 40 murid dengan jumlah minimal 1200 dan
maksimal 1400 murid.
Tipe B : Mempunyai daya tampung maksimal 23 kelompok belajar,
masing-masing kelompok 40 murid dengan jumlah minimal 400 dan maksimal
900 murid.
Tipe C : Mempunyai daya tampung maksimal 12 kelompok belajar,
masing-masing kelompok 40 murid dengan jumlah minimal 400 dan maksimal
480 murid.
Tipe D : Mempunyai daya tampung 7 kelompok belajar, masing-masing
kelompok 40 murid dengan jumlah minimal 250 dan maksimal 280
murid.33
d. Kriteria Untuk Perabot Sekolah
Adapun untuk kriteria baik tidaknya perabot sekolah dapat dilihat melalui
indikator sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar, 1 sampai 13 ruangan
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 1 samapai 17 ruangan
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 1 sampai 19 ruangan.
33
Dari berbagai uraian teori tentang sarana dan prasarana pendidikan maka
yang dimaksud dengan manajemen sarana dan prasarana adalah seluruh proses
kegiatan yang telah direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar
senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar. Manajemen ini dilaksanakan
demi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan terbagi dalam tiga aspek.
Pertama, ditinjau dari fungsinya, ada barang berfungsi tidak langsung (seperti
pagar, tanaman, dan lain-lain) dan barang berfungsi langsung (seperti media
pembelajaran dan lain-lain). Kedua, ditinjau dari jenisnya, ada fasilitas fisik
(misalnya kendaraan, komputer dan lain-lain) dan fasilitas material (seperti
manusia, jasa dan lain-lain). Ketiga, ditinjau daro sifat barangnya, ada barang
bergerak dan barang tidak bergerak (seperti gedung, sumur dan lain-lain).
Efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana di sebuah sekolah dapat
diukur berdasarkan aspek (1) Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan, (2) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, (3) Pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan, (4) Penyimpanan sarana dan prasarana
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan sekaligus untuk mengukur efektivitas pelaksanaannya.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dwiguna Depok, adapun waktu
penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu bulan Juli dan bulan Agustus
tahun 2009. Dalam dua bulan inilah penulis berupaya menggunakan waktu
seefektif mungkin untuk melakukan penelitian.
C. Metode
Mengingat penelititan ini tidak dimaksudkan menguji hipotesis, penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap
objek yang diteliti.
D. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan
seluruh guru SMP Dwiguna Depok yang berjumlah 25 orang. Mengingat
keterbatasan populasi, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau sensus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu:
1. Observasi, digunakan untuk mengamati dan mencatat seluruh kegiatan
pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP
Dwiguna Depok.
2. Wawancara, untuk mengetahui kebenaran secara langsung penulis
mengadakan wawancara kepada kepala sekolah. Hasil wawancara ini
dapat memberikan keterangan tentang keadaan sarana dan prasarana yuang
tersedia di SMP Dwiguna Depok.
3. Dokumentasi, yang digunakan untuk mendapatkan hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
dan peraturan-peraturan. Dalam hal ini, penulis gunakan untuk
mendapatkan data-data yang berkenaan dengan latar belakang berdirinya
SMP Dwiguna Depok atau data-data yang berkenaan dengan dokumen
SMP Dwiguna.
4. Angket, yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup dengan
memberikan 4 pilihan jawaban bagi responden, yaitu selalu, sering,
kadang-kadang, dan tidak pernah.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif.
Data yang telah dikumpulkan ditabulasikan dan dihitung persentase jawaban yang
diberikan responden. Perhitungan persentase jawaban responden dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:1 Persentase = f x 100%
N
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
1
1. Mendeskripsikan data tersebut dan memberikan gambaran tentang
pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP
Dwiguna Depok.
2. Menganalisis data tersebut dengan mendeskripsikan tentang pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan judul yang diangkat dan metode penelitian yang digunakan,
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
NO ASPEK INDIKATOR JUML
AH
• Menyusun perkiraan biaya
• 2
• Menyediakan sarana dan
prasarana
• Penjagaan atau pencegahan
• Perbaikan sarana dan prasarana
• Pembersihan sarana dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dipaparkan temuan-temuan penelitian
sebagai berikut:
Kegiatan atau pengelolaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
SMP Dwiguna Depok dilakukan melalui:
1. Kegiatan perencanaan berupa pembelian/pengadaan sarana dan prasarana
yang baru maupun pembetulan sarana dan prasarana yang rusak dengan
mempertimbangkan skala prioritas, alokasi waktu, dan alokasi dana yang
tersedia. Pada kegiatan ini kepala sekolah melakukan agenda kegiatan
perencanaan terhadap pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang
proses belajar mengajar, agar tercapainya tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
2. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan berupa pengadaan
barang yang dibutuhkan yang dapat menunjang proses belajar mengajar.
Dalam hal ini sepenuhnya diberikan kepada bagian manajemen sarana dan
prasarana, akan tetapi karena manajemen itu sendiri tidak berjalan dengan
baik, maka kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ini
dipegang langsung oleh kepala sekolah yang dibantu oleh wakil kepala
sekolah dan bagian tata usaha sekolah. Agar pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah dapat digunakan secara efisien, maka
kepala sekolah terlebih dahulu mengadakan pembinaan terhadap para guru
dan karyawan mengenai penggunaan sarana dan prasarana pendidikan
yang ada setiap tahunnya.
3. Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan berupa
penyusunan dan peraturan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan
yang ada disekolah disamping itu kegiatan pemeliharaan ini berupa
perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang
ada agar dapat dipergunakan lebih lama. Bahkan kepala sekolah pun sering
mengintruksikan mengenai pemeliharaan sarana dan prasarana kepada
para murid, agar murid dapat disiplin dalam menggunakan dan menjaga
sarana dan prasarana belajar sekolah.
4. Dalam kegiatan penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di
sekolah, sekolah telah menyediakan ruangan dan beberapa lemari besar
untuk penyimpanan sarana dan prasarana tersebut. Akan tetapi ruangan
untuk sarana dan prasarana ini masih kurang memadai atau kurang
terorganisir dengan baik, ini dapat dilihat dari masih adanya penumpukan
barang-barang dan belum tersimpan sesuai dengan sifat dan bentuk barang
tersebut atau pengklasifikasian barang. Disamping itu kegiatan
penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan ini juga berupa
penggolongan atau pengelompokan barang sesuai dengan jenisnya
masing-masing.
5. Kegiatan penghapusan sarana dan prasarana ini dilakukan jika terdapat
atau adanya sarana dan prasrana sekolah yang tidak layak pakai lagi (rusak
berat). Bentuk kongkrit dari kegiatan penghapusan ini seperti pembakaran
buku-buku yang telah usang, kursi dan meja yang sudah rapuh, dan
pelelangan sarana dan prasarana yang sudah tidak produktif lagi seperti
komputer dan lain sebagainya.
Pada temuan-temuan tersebut, maka efektifitas pengelolaan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan di SMP Dwiguna Depok cukup baik, seperti
keadaan ruang belajar yang telah dilengkapi dengan perlengkapan penunjang
lainnya yaitu seperti kursi siswa dan guru, meja siswa dan guru, serta satu buah
Keadaan sarana dan prasarana yang baik itu telah dipergunakan sebaik
mungkin, hal ini dapat diketahui melalui hasil observasi yang menunjukkan
bahwa proses belajar mengajar telah berjalan dengan baik melalui penggunaan
sarana dan prasarana yang ada, sehingga tercapainya tujuan dari pendidikan itu
sendiri. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan ini memudahkan para guru
dan siswa dalam melakukan aktifitas belajar mengajar sehinggga tercapainya
suatu tujuan dari pendidikan.
B. Saran
Dalam kegiatan perencanaan, pengadaan, dan penghapusan sarana dan
prasarana sudah baik itu dapat dilihat dari kegiatan pangadaan penambahan ruang
kelas dan kantor yang terus ditingkatkan. Untuk itu hendaknya sekolah dalam hal
kegiatan pemeliharaan dan penyimpanan sarana dan prasaran perlu ditingkatkan
sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan pemeliharaan, hendakanya sekolah menyusunan peraturan
terhadap penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada disekolah.
Di samping itu dalam kegiatan pemeliharaan ini hendaknya sekolah
melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana
pendidikan yang ada, agar senantiasa dapat dipergunakan lebih lama.
Bahkan kepala sekolah diharapkan selalu mengintruksikan mengenai
pemeliharaan sarana dan prasarana kepada para murid, agar murid dapat
disiplin dalam menggunakan dan menjaga sarana dan prasarana belajar
sekolah.
2. Kegiatan penyimpanan sarana dan prasarana, hendaknya sekolah
menyediakan tempat yang memadai dengan memperhatikan beberapa
faktor pendukungnya seperti lokasi, konstruksi, bentuk, atau sifat/jenis
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dwiguna yang beralamat di Jl. H. Dul
No. 30 Pondok Terong Pancoran Mas Kota Depok berdiri pada tahun 2000 di
bawah kepemimpinan Drs. H. Muahammad Sufie Sidiq, M.M. SMP ini berada di
bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Ikhlas.
Adapun visi dan misi SMP Dwiguna Depok adalah sebagai berikut:
Visi
Menjadikan sekolah unggulan yang menghasilkan tamatan berkualitas
serta melahirkan generasi muda yang kompeten dan mandiri melalaui
pengembangan IPTEK dan IMTAQ.
Misi
1. Melaksanakan layanan prima terhadap siswa dalam semua aspek sarana
dan prasarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan
mandiri.
2. Meningkatkan kualitas tamatan yang sesuai dengan standar kompetensi
nasional (SKN) dalam menghadapi era globalisasi.
3. Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalaui penerapan IPTEK dan
IMTAQ.
4. Melaksanakan KBM dan kegiatan extrakurikuler untuk mengembangkan
minat dan bakat siswa dalam meraih prestasi.