• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta (Studi Khusus tentang Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta (Studi Khusus tentang Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP))"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI SIMPAN

PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN ( SPP ) DI DESA CIBENING

KABUPATEN PURWAKARTA

USULAN PENELITIAN

Ditujukan Sebagai Salah Satu Tugas

Laporan Kuliah Kerja Lapangan di (Desa Cibungur Kabupaten

Purwakarta)

Pada program studi Ilmu Pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh :

RAENALDI WIBISONO

41709017

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)
(3)
(4)

IV

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR…...………..………....………..i

DAFTAR ISI…….…..……….……….…...iii

DAFTAR TABEL ………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………..……….……. 1

1.2 Maksud dan Tujuan KKL ………. 4

1.2.1 Manfaat Bagi Pribadi ……….. 4

1.2.2 Manfaat Teoritis ……… 5

1.2.3 Manfaat Praktis ………... 5

1.3 Metode KKL ……….………. 5

1.3.1 Teknik Pengumpulan Data….………..…… 6

1.4.5 Pelaksanaan KKL ……….…….………... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ………..……….. 7

2.1.1 Pengertian Implementasi ……… ……….. 7

2.1.2 Pengertian Kebijakan ………... 8

2.1.3 Pengertian Kebijakan Pemerintah..………... 11

2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan……….. 15

2.1.5 Tahap-tahap Implementas Kebijakan ……….. 21

2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan………. 22

2.1.7 Model Kebijakan Pemerintah……….. 23

2.2 PNPM Mandiri Pedesaan ………... 26

2.2.1 Latar Belakang PNPM ………. 26

(5)

V

2.2.4 Jenis dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan.. 29

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan KKL ………... 31

3.2 Pembahasan Kuliah Kerja Lapangan……… 33

3.2.1 Letak Geografis Desa Cibening……….…………. 33

3.2.2 Visi dan Misi Desa Cibening ……… 34

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Desa Cibening…… 35

3.2.4 Implementasi Kebijakan Pemerintahan Desa Cibening Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta …….…… 35

3.2.5 Komunikasi Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebiajakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening………. 37

3.2.6 Sumber Daya Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta………..…. 39

3.2.7 Disposisi Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta ………….…. 44

3.2.8 Struktur Birokrasi Pemerintahan Desa Cibening dalam Mengimplementasikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta ……….…………..… 54

(6)

VI

4.2 Saran ……….… 61

DAFTAR PUSTAKA ………. 62

(7)

i

Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala berkah dan nikmat serta ilmu pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. Shalawat

serta salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, yang

selalu kita nantikan syafa’atnya hingga akhir zaman.Pada kesempatan ini penulis mengambil judul “Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Studi

Khusus Tentang (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) di Desa

Cibening Kabupaten Purwakarta”. Sehubungan dalam tahap

pembelajaran penulis meminta maaf apabila dalam penulisan laporan Kuliah

Kerja Lapanganini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, maka

dari itu dengan ikhlas penulis memohon saran dan kritiknya sebagai bahan

acuan dalam penulisan laporan berikutnya.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dari

bimbingan, dorongan ataupun segala fasilitas yang bermanfaat, untuk itu

dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati

penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Dewi Kurniasih ,S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi serta saran yang membangun

kepada penulis guna menyelesaikan laporan penulisan ini.

4. Bapak Edi Darmadji selaku pembimbing penulis di Desa Cibening

Kabupaten Purwakarta.

5. Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikando’a, dukungan

(8)

ii

Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan

dalam penyusunan laporan ini, besar harapan penulis semoga penyusunan

laporan KKL ini dapat bermanfaat umumnya bagi semua pihak yang

memerlukannya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Bandung, 10 November 2012

(9)

62

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakarta :Med

Press ( Anggota IKAPI ).

Syafiie, Kencana, Inu. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan ( Revisi 2001 ).

Bandung : PT. Refika Aditama.

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Blau, Peter M, dan Meyer W. Marshal. 1987. Birokrasi Dalam Masyarakat

Modern.Penerjemah : Yusuf M. Gary. Edisi Kedua. Jakarta : UI – Press.

CST, Kansil. 1985. Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta :Asara Baru.

Thoa, Miftah, Dimensi dimensi Prima Administrasi Negara”, Rajawali,

Jakarta, 1986.

Dean_winchester, pengarang indrayanto, dalam buku berjudul apa yang

dimaksud dengan struktu rbirokrasi (terbit 13 juli 2010)

Edwards III, George C (1980), Implementing Public Policy .Washington,D.C.:

Cngressional Querterly Inc.

Van Veter, Donald and Carl E. Van Hom (1975). “The Police Implementasion

Process: A Conceptual Framework”, Administration and Society, Vol.

6,NO.4,February

Dye, Thomas R. (1975).Understanding Public Policy.Englewood Cliff, N.J.:

Printice-Hall 2nded.

Lester, James P. and Joseph Stewart (2000).Public Policy: An Evolutionary

Approach. Australia: Wadsworth, Second Edition.

Laswell, Harold (1956). The Decision Process.College Park, MD: Bureau of

(10)

63

Hogwood, Brian W. and Lewis A.Gunn (1984).Policy Analysis for the Real

World.New York: Oxford University Press.

Winarno, Budi (1974). “Kebijakan Publik di Brazil dan Kuba: suatu Analisis

Komperasi”. Laporan Peneliti pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Perangkat Elektronik

Sumber:

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan

±18.110 pulau yang dimilikinya dengan begitu banyak pula pedesaan yang

tersebar di beberapa pulau tersebut. Begitu banyaknya pedesaan yang

tersebar diseluruh wilayah Indonesia pemerintah harus mencari jalan untuk

meningkatkan beberapa desa yang belum berkembang dengan cara

membuat satu kebijakan untuk mengembangkan dan memberdayakan

masyarakat di daerah, khususnya di daerah pedesaan, melalui program

yang dinamakan PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri), merupakan salah satu mekanisme program

pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat

penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah

pedesaan.

PNPM Mandiri Pedesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan

prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah

dilaksanakan sejak tahun 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara

resmi oleh Presiden RI pada 30 April 2007 di kota Palu, Sulawesi Tengah.

Program Pemberdayaan Masyarakat ini dapat dilakukan sebagai program

pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, dalam pelaksanaannya

program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin

di pedesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat

/ kelembagaan local seperti: pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan

Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung.

Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3

milliar per kecamatan, tergantung dari pada jumlah penduduk tersebut.

PNPM Mandiri Pedesaan seluruh anggota masyarakatnya diajak terlibat

(12)

2

Mandiri Pedesaan berada di bawah naungan Direktorat Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini

didukung dengan pembiyaan yang berasal dari alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih memfokuskan pada dana

hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank

Dunia.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang - undang tentang

Pemerintahan Daerah telah dibuka saluran baru (kran) bagi Pemerintah

Propinsi dan Kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar

dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri. Pada prinsip acuan dasar dari otonomi

daerah telah diwujudkan melalui undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, serta Peraturan Pemerintahan

Nomor 25 Tahun 2000, Peraturan Pemerintahan Nomor 84 Tahun 2000,

selanjutnya Peraturan Pemerintahan Nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109,

dan 110 Tahun 2000 dan ketentuan lainnya yang relevan.

Inti konsep pelaksanaan Otonomi Daerah, adalah upaya

memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan

dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan

demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan

penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak

diabaikan, salam serta memelihara kesinambungan fiskal secara nasional.

Otonomi Daerah ini merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan

dalam era globalisasi (penjagadan, penduniaan) dan demokrasi, apa lagi

jika dikaitkan dengan tantangan masa depan memasuki era perdagangan

bebas antara lain ditandai dengan tumbuhnya berbagai bentuk kerja sama

regional (sijori), perubahan pola atau sistem informasi global, melalui

otonomi diharapkan Daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh

kegiatannya dan Pemerintah Pusat diharapkan tidak terlalu mengatur

daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah diperlukan

(13)

propesional dan berkeadilan, jauh dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan

nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan Pemerintahan Pusat

dan Daerah.

Permasalahan PNPM ini lebih menggunakan model kebijakan

procedural karena kebijakan prosuderal ini lebih menampilkan hubungan

yang dinamis diantara variable-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu

masalah kebijakan dengan membuat sebuah prediksi-prediksi dan

melahirkan beberapa solusi yang optimal.pembuatan kebijakan tersebut

dapat diartikan orang yang memperoleh pengakuan sebagai pemegang hak

dan kewajiban untuk mengembangkan kebijakan itu sendiri. Kebijakan itu

dimaksud untuk memberikan pendekatan cara mengatasi suatu

permasalahan dimasyarakat, kebijakan itu sendiri lebih tertuju pada solusi

untuk situasi-situasi tertentu. Tujuan analisis kebijakan ;membuat keputusan

dengan cara memilih alternative yang paling baik dari berbagai alternative

yang ada. Dari definisi tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi

analisis kebijakan ditujukan untuk mendifinisikan masalah yang dihadapi

pembuat kebijakan dan menempatkannya pada proposi yang tepat,

merumuskan tujuan pokok yang akan dicapai, serta pada saat yang

berusaha sedemikian rupa guna menyajikan alternatif-alternatif kebijakan

baru dengan tindakan-tindakan yang efektif, efisiensi, dan logis.

PNPM Mandiri Pedesaan juga memiliki beberapa prinsip lainnya, yakni:

1. Bertumpu pada pembangunan manusia.

2. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia seutuhnya dan prinsip demokratis.

3. Setiap pengambilan keputusan pengambilan keputusan

pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat

dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat

miskin.

Prinsip-prinsip dalam PNPM Mandiri Pedesaan juga dikenal dengan

sebutan SiKOMPAK dilanjut dengan tagline: SiKOMPAK, kunci kemandirian

Desa Kami. Prinsip tersebut selain memiliki filosofi yang mencerminkan

(14)

4

untuk kompak (bersatu padu) dalam mendukung upaya penanggulangan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah pedesaan.Memulai

SiKOMPAK ini diharapkan kemandirian desa dapat terwujud dan

berkembang.

Berdasarkan latar belakangdi atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang hasilnya disusun dalam sebuah laporan dan

akan mencoba mencari pemecahan masalah dengan mengajukan judul

Laporan KKL sebagai berikut : “Implementasi Kebijakan Pemerintah

Tentang Program PNPM Mandiri (Studi KhususTentang Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPP) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta”.

1.2 Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.2.1 Manfaat bagi pribadi

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,

penulis memberikan manfaat bagi diri sebagai berikut :

1. Supaya mahasiswa akan memperoleh pengalaman belajar

yang berharga, melalui keterlibatannya dalam masyarakat

secara langsung.

2. Mengetahui pengertian dan penghayatan terhadap

kemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajari bagi

pelaksanaan pembangunan.

3. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa

terhadap kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam

melaksanakan pembangunan.

4. Memberikan pengalaman bekerja dalam melakukan

penalahan perumusan dan memecahkan masalah secara

langsung, akan lebih menumbuhkan sifat profesionalisme

dalam diri mahasiswa untuk melaksanakan program-program

dan proyek pembangunan yang berada dibawah tanggung

(15)

1.2.2 Manfaat Teoritis

Melalui Laporan KKL ini dapat menambah pengetahuan tentang

teori dan konsep baru dalam ilmu pemerintahan yang berkaitan

dengan judul yang diteliti sehingga menambah wawasan dan

pengetahuan.

1.2.3 Manfaat Praktis

Melalui Laporan KKL ini dapat mengurangi Tingkat Kemiskinan di

Desa Cibening Kabupaten Purwakarta dengan Melalui Progam

PNPM Mandiri diharapkan masyarakat akan mendapat

pelayanan yang mudah dan terbaik.

1.3 Metode KKL

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam praktek kuliah kerja

lapangan ini adalah metode deskritif analisis, yaitu metode penelitian

berlaku yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu

penelitian dilakukan, dengan cara mencari, mengumpulkan dan menyusun

data secara sistematis. Kemudian data tersebut dianalisis untuk

mendapatkan pemecahan masalah, hal ini sesuai dengan pendapat

Surakhmad yang mengemukakan ciri-ciri metode deskritif analisis adalah

sebagai berikut ;

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang yang aktual,

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian

dianalisis.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat penulis kemukakan,

bahwa dengan menggunakan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis

tertuju pada masa sekarang yang aktual. Selain itu pula dengan metode

penelitian tersebut penulis dapat mengumpulkan, menguraikan, dan

menggambarkan data-data yang penulis temui selama penelitian, yang

(16)

6

kesimpulan untuk mendapat jawaban dari permasalahan yang dihadapi

dalam penelitian tersebut.

1.3.1 Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut ;

a. Studi kepustakaan

Dengan cara mempelajari badan-badan bacaan berupa buku-

Buku, dan bahan-bahan bacaan lainnya secara teoritis yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Observasi

Yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan secara langsung dan pencatatan peristiwa,

kejadian serta kegiatan yang ada relevansinya dengan

masalah yang diteliti,

c. Wawancara

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan

pertanyaan yang telah ditentukan oleh informan atau nara

sumber yang berkaitan dengan masalah yang telah peneliti

ambil.

1.4 Lokasi KKL

Kuliah kerja lapangan bertempat di Jl.Raya Cibening No.2002

Purwakarta Desa Cibening Kabupaten Purwakarta.

1.4.1 Pelaksanaan KKL

Untuk waktu pelaksanaan kuliah kerja lapangan (KKL) untuk saat

(17)

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

Kegiatan Tahun 2012/2013

Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Feb

Obserpasi awal KKL

Pengajuan Judul KKL

Bimbingan Usulan KKL

Penyusunan Usulan

KKL

Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan

KKL

Bimbingan Laporan KKL

Pengumpulan Laporan

KKL

(18)

7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap

sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau

akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah

dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster

yang dikutip oleh Solihin Abdul Wahab adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implemen”t. Dalam kamus besar webster, to implement

(mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu),

(Webster dalam Wahab, 2004:64).

Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam

membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan

tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.

Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan

masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan

tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.

Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi

(19)

membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang

seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai

berikut:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,

biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif

yang penting atau keputusan badan peradilan”

(Mazmanian dan Sebastiar).

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan

kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau

keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan.

Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan

tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output

kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai

perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

2.1.2Pengertian Kebijakan

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau suatu target, dibutuhkan adanya

pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan,

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Parlata Westa, bahwa:“Aktifitas atau usaha – usaha yang

dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi semua unsur yang

dibutuhkan“.(Marsuki, 2002:19)

Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan bahwa

kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sebuah rencana seharusnya

dilakukan dalam bentuk perumusan terlebih dahulu lalu ditetapkan dan ini

amat terasa didalam sebuah instansi pemerintah di Desa Cibening yang

telah diteliti.

Konsep implementasi dalam penelitian ini juga didasari oleh apa yang

(20)

9

kebijakan sebagai :“Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang

diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

(Agustino, 2008:149).

Melihat dari uraian diatas penyusun menyimpulkan bahwa konsep

implementasi itu telah digunakan oleh intansi kelurahan cibening untuk

memenuhi sinergitas yang sudah ditetapkan.Edward mengemukakan

adanya 4 (empat) variabel baik langsung maupun tidak langsung yang

mempengaruhi proses implementasi, yaitu:

a. Komunikasi, persyaratan utama bagi komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan harus mengetahui apa yang harus mereka kerjakan.Komunikasi berpengaruh besar terhadap berhasilnya implementasi kebijakan.Komunikasi yang baik akan melancarkan penerapan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan pada saat kebijakan itu dibuat. b. Disposisi, atau sikap adalah watak dan karakteristik yang dimilikii

oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis, sehingga sikap yang positif juga akan memberikan pengaruh positif terhadap implementasi kebijakan.

c. Sumber Daya,variabel ini merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumber daya, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, maupun sumber daya finansial. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya akan tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

d. Struktur Birokrasi, struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan .salah satu dari aspek struktur dari setiap organisasi adalah adanya Standar Operasi Prosedur (SOP). Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan Red-Tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.

(Edward, 2001:28)

Melihat dari keempat variabel Edward, penyusun menyimpulkan

bahwa: pertama,komunikasi itu sangat berpengaruh terhadap kelancaran

penerapan suatu kebijakan dalam pembuatan sebuah kegiatan. Kedua,

implementasi kebijakan berpengaruh positif ataupun negatif itu tergantung

(21)

daya.Sedangkan menurut Agustino, dalam bukunya,Dasar-Dasar Kebijakan

Publik juga mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu,pejabat-pejabat, ataupun kelompok-kelompok pemerintah atauswasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yangtelah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan“(Agustino,2008:32).

Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa

definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl Friedrich.

Easton menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai:“kekuasaan

mengalokasikan nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan ”.

Penyusun menyimpulkan bahwa ini mengandung konotasi tentang

kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat.

Tidak ada suatu organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup

seluruh masyarakat kecuali pemerintah.kebijakan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang

diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek.Dari beberapa

teori-teori tersebut di atas, selajutnya penyusun menyimpulkan implementasi

kebijakan menyangkut dalam tiga hal pokok, yaitu:

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan

3. Adanya hasil kegiatan.

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang

dijadikan pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha untuk mencapai tujuan,

sehingga setiap kegiatan memiliki kejelasan dalam bergerak. Menurut Lowi

dalam bukunya American Bussines Public Polis memberikan batasan

tentang kebijakan yaitu sebagi berikut :

“Kebijakan adalah pernyataan umum yang dibuat oleh otoritas

pemerintahan dengan maksud untuk mempengaruhi perilaku warga Negara dengan menggunakan sanksi-sanksi yang positif dan negatif

(22)

11

Selanjutnya menurut Lowi masihdalambukunya Penelitian Kebijakan

Penelitian Sosial yang sama pula memberikan batasan tentang kebijakan,

yaitu :

“Kebijakan adalah sebagai suatu keputusan yang mencakup suatu

tindakan yang akan datang atau diharapkan, sebagaimana berbeda

dengan suatu keputusan mengenai suatu pelayanan kognitif atau

evaluatif”.Lewi (1980:2)

Melihat dari pendapat bauer di atas penyusun menyimpulkan bahwa

kebijakan adalah yang diharapkan dapat memberikan suatu perbaikan

dimasa yang akan datang dan dapat memeberikan suatu

terobosan-terobosan terbaru

2.1.3 Pengertian Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah adalah pemilihan sebuah alternatife terbaik

dari sekian banyak alternatife yang bersaing satu sama lain untuk

mendominasi yang lainnya, kegiatan ini berlangsung terus menerus. Hal ini

sangat penting untuk mengatasi keadaan pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan. Masyarakat biasanya lebih menilai apa yang tidak

dilaksanakan oleh ketimbang melakukan penilaian terhadap apa yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah. Dapat dibayangkan apabila pemerintah kita

saat ini berdiam diri terhadap kondisi krisis multi dimensional yang sedang

menimpa bangsa kita atau terhadap meningkatnya angka pengangguran,

kriminalitas, penyakit, musibah bencana alam dan lain-lain.Bahkan

pemerintah dapat menciptakan pengaturan politik untuk mencapai

konsensus, sehingga pada gilirannya pemerintah dapat mengambil

keuntungan dari peran pengendali, penengah dan pelindung atau protektor

dari konflik tersebut. Sampai disini kita dapat mengatakan bahwa kebijakan

pemerintah dapat menciptakan situasi dan kondisi, dapat pula terjadi

sebaliknya bahwa kebijakan pemerintah diciptakan oleh situasi dan kondisi,

(23)

situasi dan kondisi.Faried Ali dalam Studi Tentang Kebijakan Pemerintah,

menguraikan defenisi kebijakan secara rinci. Ia mengungkapkan bahwa

“Kebijakan Sebagai studi diartikan sebagai pernyataan kehendak yang diikuti oleh unsur paksaan atau pengaturan, sehingga dalam

pelaksanaanya akan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.

(Faried Ali, 2010:2)

Maka dalam kerangka tersebut Ia menekankan perlunya kekuasaan

(power)dan wewenang (autority) dalam pelaksanaan kebijakan yang dapat

dipakai untuk membina kerjasama dan meredam serta menyelesaikan

berbagai kemungkinan terjadinya konflik sebagai akibat dari pencapaian

kehendak.

Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi

kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan.

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang

begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya

intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses

implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan

oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene Bardach, yaitu:

”Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas.Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang”(Leo Agustino (2008:138).

Dari kutipan tersebut, penulis pahami bahwa memang cukuplah

mudah membuat dan merumuskan suatu kebijakan, namun implementasi

dan pelaksanaannya yang kemudian akan tidak sesuai dengan harapan dan

yang dicita-citakan sebelumnya, terlebih jika berada diatas kepentingan

orang banyak.Inu Kencana Syafie, dalam bukunya Kamus Pemerintahan

(24)

13

“Dimana perhatian utama kepemimpinan pemerintah adalah public policy (kebijakan pemerintah), yaitu apapun juga yang dipilih pemerinah, apakah mengerjakan sesuatu itu, ataukah tidak mengerjakan sama sekali (mendiamkan) sesuatu itu“.

(Inu Kencana Syafie,2001:147 )

Penyusun dari paparan Inu Kencana Syafiie diatas, pada hakekatnya

pemerintah telah menjadi lokomotif dalam kegiatan bernegara, apapun yang

dipilih oleh pemerintah adalah kebijakannya dan selalu bernaung dibalik

otoritasnya dan kewenangannya, karena sistem perumusan kebijakan

disuatu negara terdapat beraneka ragam model, tergantung pada situasi

dan kondisi serta sistem pemerintahan yang berlaku pada suatu negara.

Dalam konteks negara demokrasi, mengingat pentingnya masalah

pengambilan kebijakan maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak

melibatkan publik dalam mengambil sebuah kebijakan.Perlu kita ketahui

bahwa kebijakan itu tidak dibuat lebih berupa sebuah akumulasi.

Didalam proses kegiatan politik dengan proses kegiatan administrasi

yaitu proses menggerakkan, menghidupkan dan mengembangkan Negara

dalam mengembangkan ciri-ciri bangsa dan Negara, maka

kebijakan-kebijakan yang merupakan reaksi respon atau tanggapan-tanggapan

keinginan rakyat, kemauan bangsa dan kehendak Negara itu diwujudkan

dalam sikap-sikap, langkah-langkah, dan perbuatan-perbuatan yang

diterapkan dan dilakukan oleh pemerintah.

Selain itu, banyak definisi lain yang dibuat oleh para ahli untuk

menjelaskan arti kebijakan, Agustino dalam bukunyaDasar-dasar Kebijakan

Publikmenyebutkan kebijakan sebagai: “Pilihan pemerintah untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to

do or not to do)“, (Agustino, 2008:42).

Penyusun menyimpulkan dari pendapat di atas yaitu mengandung

konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan

kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain yang wewenangnya

dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah. Sementara

(25)

tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan

berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals,

values and practices).Carl Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok

bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective), atau

kehendak (purpose).

Selanjunya Thomas R. Dye lebih lanjut yang kiranya sesuai dengan

jalan pikiran ini dalam bukunya Understanding Public Policy edisi V yang

mengatakan “Public Policyadalah :“Keadaan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu”. (Dye 1999:42)

Berangkat dari defenisi tersebut ditegaskan bahwa apa yang

diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan itulah

Public Policy atau kebijakan pemerintah. Untuk itu berdasarkan fenomena

tarsebut penulis menggunakan kebijakan pemerintah untuk menerjemahkan

Public Policy.berkenaan dengan aturan main yang terdapat dalam

kehidupan bersama baik dalam hubungan antar warga masyarakat maupun

hubungan antar masyarakat dengan pemerintah, “kerja” hubungan suatu

pemilihan keputusan oleh pemerintah yang meliputi aktivitas perumusan,

pelaksanaan dan penilaian kebijakan pemerintah, kemudian “pemerintah”

menurut Riant adalah Negara.

Selanjutnya Thomas R. Dye, masih didalam bukunya berjudul “Public

Policy Making” mengemukakan pula defenisi Public Policy dari Robert

Eyestone sebagai berikut :“Kebijakan Pemerintah adalah hubungan suatu

lembaga pemerintah terhadap lingkungan”.(Soenarko, 2005:42), Ini merupakan defenisi yang sangat luas, yang tentu saja baru memberikan

kejelasan yang masih samar-samar dan orang masih perlu banyak

mencari-cari pengertiannya”.Berdasarkan defenisi-defenisi diatas yang telah dikemukakan beberapa ahli tersebut, maka akan ditemukan konsep inti

kebijakan pemerintah, yaitu:

a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan pemerintah adalah

tindakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh badan pemerintah yang

(26)

15

b. Sebuah reaksi kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijkan

pemerintah berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkrit yang

sedang berkembang di masyarakat.

c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijkan

pemerintah biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan

terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategis yang dibuat untuk

mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.

d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Kebijakan pemerintah pada umumnya merupakan tindakan kolektif

untuk memecahkan masalah sosial.

e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.

Kebijakan pemerintah berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap

langka-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan.

2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh

Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur danteknikyang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraihdampak atau tujuan yang

diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno,2002:101-102). Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk

mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam

bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau

turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu,

implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua

pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk

(27)

Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka Edward III

mengemukakanbeberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

implementasi, yaitu:

1. Comunication (Komunikasi) 2. Resources (Sumber Daya) 3. Disposition (Disposisi)

4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)

Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses

penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga

dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran

kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut

dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain

dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi

(consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik

dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan

pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki

agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group

dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung

terhadap kebijakan dapat diterimadengan jelas sehingga dapat diketahui

yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran.

Kedua, sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terhadap terlaksanakanya keberhasilan terhadap suatu implementasi,

walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,

akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber

daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud,

seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya

peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang

(28)

17

sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan

demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping

harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk

melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena

itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah

staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas

pekerjaan yang di tanganinya. Sumber daya anggaran merupakan sumber

daya yang mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya

menusia, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas

pelayanan terhadap publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga

terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi parapelaku rendah

bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku terhadap

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Sumber daya peralatan juga merupakan sumber daya yang

mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi,

menurut Edward III yaitu :

“Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanahdan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan”. (Edward III, 1980:102)

Terbatasnya fasilitas peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan

kebijakan menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan, karena dengan

terbatasnya fasilitassulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat,

andal, dan dapat dipercayaakan sangat merugikan pelaksanaan

akuntabilitas. Sumber daya informasi dan kewenangan juga menjadi faktor

penting dalam implementasi, informasi yang relevan dan cukup tentang

berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan.

Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang

terlibatdalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana

tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang

(29)

Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat

demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau

watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik

sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Menurut

Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam elemen yang dapat

mempengaruhi disposisi, antara lain:

“Tiga elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, yaitu:

pengetahuan(cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection), intensitas terhadap

kebijakan”(Van Meter dan Van Horn dalam Widodo,2007:105). Elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah pengetahuan,

dimanapengetahuan merupakan elemen yang cukup penting karena dengan

pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat membantu

pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga

dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai

dengan tujuan yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat

menentukan keberhasilan suatu implementasi, karena dapat menentukan

sikap apakah masyarakat menerima, netral atau menolak.

Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur

Organisasi merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki

pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Didalam struktur birokrasi

terdapat dua hal penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek

struktur birokrasi yang penting dari dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang standar (standard operatingprocedures atau SOP).

SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak

atau menjalankan tugasnya. Selain SOP yang mempengaruhi

strukturbirokrasi adalah fragmentasi yang berasal dari luar organisasi.

Menurut Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

(30)

19

2. Sumber-sumber kebijakan.

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana.

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

5. Sikap para pelaksana, dan

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik. (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79)

Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat

dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu:

Kesatu yaitu ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam

melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan

program yang sudah direncanakan.

Kedua, sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang

dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan

proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan

sumber daya manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino,

2006:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk

keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber

penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran

pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan.

Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan

kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan.

Sumber daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan

dan melaksanakan kebijakan.

Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri

badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja

implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri

yang tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya.

Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya

koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang

dikutip oleh Wahab bahwa:

“Koordinasi bukanlah sekedarmenyangkut

(31)

menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik

pelaksanaan kebijakan” (Hogwood dan Gunn dalam Wahab,

2004:77).

Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka

terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu

pula sebaliknya.

Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo,

bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi,

norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter

dan Horn dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus

dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi

pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya

masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan

menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh

mana lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik

yang telah ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial,

dan politik(Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:144). Lingkungan

ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan

keberhasilan suatu implementasi.

Menurut Teori implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial

karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan

direncanakan dengan baik implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan

kebijakan publik tidak akan terwujud (George Edward III 1980: 1).

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses

kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan

agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi

kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi

(32)

21

diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

2.1.5 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka

diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M.Irfan Islamy

1997:102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.

(Islamy 1997: 102-106)

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul

Wahab (1991:36) dalam buku analisis kebijakan: dari formulasi ke

implementasi kebijakan negara mengemukakan sejumlah tahap

implementasi sebagai berikut:

Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan

tujuan secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu

pelaksanaan.

Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan

mendayagunakanstruktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan:

a. Menentukan jadwal b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan

penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan

Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah

(33)

senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan.

Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses

pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk

mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada

masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga

yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan

berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada

impelementasi kebijakan negara.

2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Menurut Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam

pengertian yang luas, merupakan:

“Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi,

prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang

diinginkan” (Winarno 2002:102).

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan

dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus

dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.

Berdasarkan teori diatas bahwa faktor pendukug implementasi kebijakan

harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat

mengikuti dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi

kebijakan akan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada

hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setelah membaca dan mengutip beberapa definisi menurut para ahli

diatas saya dapat mengerti dan menganalisi apa itu implementasi kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan

pemerintah untuk menjalankan suatu keputusan atau program yang dibuat

dan dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri untuk memperbaiki atau

mengatasi masalah yang ada.

Implementasi kebijakan dapat berhasil apabila empat faktor dapat

(34)

23

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

4. Struktur birokrasi

Dengan komunikasi masyarakat atau pemerintah yang mengimplementasi

mengetahui apa yang harus dilakukan, dapat terhubung dengan semua

elemen yang ada.

Sumber daya juga merupakan hal yang penting dalam implementasi.

Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, sumber daya

anggaran, sumber daya peralatan, dan juga sumber daya informasi.

Disposisi merupakan faktor selanjutnya agar suatu kebijakan dapat

diimplementasikan dengan baik. Disposisi merupakan watak yang dimiliki

oleh pelaksana kebijakan itu sendiri.

Dan faktor terakhir yang mempengaruhi suksesnya implementasi kebijakan

adalah struktur birokrasi. Struktur birokrasi merupakan yang bertugas

melaksanakan kebijakan dan sangat berpengaruh besar terhadap kebijakan.

2.1.7 Model Kebijakan Pemerintah

Membuat kebijakan pemerintah ini merupakan studi tentang proses

pembuatan keputusan, karena bukankah kebijakan pemerintah (public

policy) itu merupakan pengambilan keputusan (Decision Making) dan

pengambilan kebijkan (Policy Making), yaitu memilih dan menilai informasi

yang ada untuk memecahkan masalah. menurut Harold Laswell dalam

bukunya The Dicision Proces bahwa ada beberapa tugas intelektual dalam

persoalan tesebut di atas, yaitu:“Penjelasan tujuan, penguraian

kecenderungan, penganalisaan keadaan, proyeksi pengembangan masa

depan penelitian, penilaian penelitian, serta penilaian dan pemilihan

kemungkinan “.(Laswell 1986:54). Selain daripada itu, ada beberapa model

yang dipergunakan dalam pembuatan public policy, yaitu sebagai berikut di

(35)

1. Model Elit

Pembentukan public police hanya berada pada sebagian kelompok

orang-orang tertentu yang sedang berkuasa. Walaupun pada

kenyataannya mereka sebagai preferensi dari nilai-nilai elit tertentu

tetapi mereka masih saja berdalih mereflesikan tuntutan-tuntutan rakyat

banyak.Oleh karena itu mereka cenderung mengendalikan dengan

kontinyu, dengan perubahan-perubahan hanya bersifat tambal

sulam.Masyarakat banyak dibuat sedemikian rupa tetap miskin

informasi.

2. Model Kelompok

Berlainan dengan model elit yang dikuasai oleh kelompok tertentu yang

berkuasa, maka pada model ini terdapat beberapa kelompok

kepentingan (interest group) yang saling berebutan mencari posisi

dominan.Jadi dengan demikian model ini merupakan fakta sentral dari

politik serta pembuatan public police.Antar kelompok mengikat diri

secara formal atau informal dan menjadi penghubung pemerintah

dengan individu.Antar kelompok berjuang mempengaruhi pembentukan

public police, bias membentuk koalisi mayoritas, tetapi juga dapat

menimbulkan check and balance dalam persaingan antar kelompok

untuk menjaga keseimbangan.

3. Model Kelembagaan

Yang dimaksud dengan kelembagaan disini adalah kelembagaan

pemerintah.Yang masuk dalam lembaga-lembaga pemerintah seperti

eksekutif (presiden, menteri-menteri dan departmentnya), lembaga

legislative (parlemen) lembaga yudikatif, pemerintah daerah dan

lain-lain.Dalam model ini public police dikuasai oleh lembaga-lembaga

tersebut, dan sudang barang tentu lembaga tersebut adalah

satu-satunya yang dapat memaksa serta melibatkan semua pihak.Perubahan

(36)

25

4. Model Proses

Model ini merupakan rangkaian kegiatan politik mulai dari identifikasi

masalah, perumusan usul pengesahan kebijakan, pelaksanaan dan

evaluasinya.Model ini akan memperhatikan bermacam-macam jenis

kegiatan pembuatan kebijakan pemerintah (public polic).

5. Model Rasialisme

Model ini bermaksud untuk mencapai tujuan serta efisien, dengan

demikian dalam model ini segala sesuatu dirancang dengan tepat, untuk

meningkatkan hasil bersihnya. Seluruh nilai diketahui seperti kalkulasi

semua pengorbanan politik dan ekonomi, serta menelusuri semua

pilihannya dan apa saja konsekuensinya, perimbangan biaya dan

keuntungan (cost and benefit).

6. Model Inkrimentalisme

Model ini berpatokan pada kegiatan masa lalu dengan sedikit

perubahan.Dengan demikian hambatan seperti waktu, biaya dan tenaga

untuk memilih alternative dapat dihilangkan.Dalam arti model ini tidak

banyak bersusah payah, tidak banyak resiko, perubahan-perubahannya

tidak radikal tidak ada konflik yang meninggi kestabilan terpelihara tetapi

tidak berkembang (konsentratif) karena hanya menambah dan

mengurangi yang sudah ada.

7. Model Sistem

Model ini beranjak dari memperhatikan desakan-desakan lingkungan

yang antara lain berisi tuntutan, dukungan, hambatan, tantangan,

rintangan, gangguan, pujian, kebutuhan, atau keperluan dan lain-lain

yang mempengaruhi public police.Dan setelah di proses akan

mengeluarkan jawaban. Desakan lingkungan sebagaimana yang

penulis sampaikan di atas, dianggap masukan (input) sedangkan

jawabannya dianggap keluaran (output), yang berisi

keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, tidakan-tindakan,

(37)

2.2 Pengertian PNPM Mandiri Pedesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) adalah

peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin

pedesaan secara mandiri melalui peningkatan pastisipasi masyarakat

(terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan

komunitas/kelompok yang terpinggirkan), meningkatkan kapasitas

kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatkan modal social

masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

2.2.1 Latar Belakang PNPM

Program yang dinamakan PNPM Mandiri (Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri), merupakan salah satu mekanisme

program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya

mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja

di wilayah pedesaan.

PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI

pada 30 April 2007 di kota Palu, Sulawesi Tengah. Program Pemberdayaan

Masyarakat ini dapat dilakukan sebagai program pemberdayaan masyarakat

terbesar di tanah air.Dalam pelaksanaannya program ini memusatkan

kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di pedesaan. Program ini

menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat / kelembagaan local

seperti: pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk

Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM

yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 milliar per kecamatan,

tergantung daripada jumlah penduduk tersebut.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan berada di bawah naungan

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam

Negeri.Program ini didukung dengan pembiyaan yang berasal dari alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih memfokuskan pada dana

hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank

(38)

27

Pada permasalahan PNPM ini lebih menggunakan model kebijakan

prosedural karena kebijakan prosuderal ini lebih menampilkan hubungan

yang dinamis diantara variable-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu

masalah kebijakan dengan membuat sebuah prediksi-prediksi dan

melahirkan beberapa solusi yang optimal. PNPM Mandiri Pedesaan juga

memiliki beberapa prinsip lainnya, yakni:

1. Bertumpu pada pembangunan manusia.

2. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat

manusia seutuhnya dan prinsip demokratis.

3. Setiap pengambilan keputusan pengambilan keputusan pembangunan

dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi

pada kepentingan masyarakat miskin.

2.2.2Prinsip – prinsip pokok siKompak PNPM Mandiri Pedesaan

Pada pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan menekankan prinsip –

prinsip pokok siKOMPAK, yang terdiri dari :

1. Transparansi dan Akuntabilasi. Masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan

keputusan, sehingga pengelola kegiatan dapat dilaksanakan secara

terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal

maupun administratif.

2. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau

masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.

3. Keberpihakan pada orang/masyarakat miskin dan kelompok masyarakat

yang kurang beruntung.

4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk

berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan

pembangunan secara swakelola.

5. Partisipasi atau penglibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara

aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan secara

(39)

6. Prioritas Usulan. Pemerintah dan Masyarakat harus memproirotaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengetasan kemiskinan, kegiatan

mendesak bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam

menikmati secara adil dan bermanfaat.

8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi

antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan.Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk

saat ini juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

2.2.3 Sosialisasi Dan Penyebaran Informasi PNPM

Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM Mandiri

pedesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan

informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan

kepada masyarakat.Upaya ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran

mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, tahapan, pelaksanaan dan

hasil pelaksanaan PNPM Mndiri Pedesaan kepada masyarakat luas.

Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat penerima manfaat

langsung kegiatan, yakni Rumah Tangga Miskin : para pelaku Program :

instansi atau lembaga pendukung pelaksana PNPM Mndiri Pedesaan

lainnya, baik dari kalangan pemerintah dan swasta : serta kelompok

masyarakat umum lainnya.

Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi dan penyebaran

informasi adalah dimengerti dan dipahaminya konsep, prinsip, prosedur,

kebijakan dan tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan secara utuh,

khususnya masyarakat di lokasi program sebagai pelaku sekaligus sasaran

(40)

29

Dengan demikian, upaya pelembagaan dan pengintegrasian prinsip serta

prosedur program dalam masyarakat dan sistem pemerintahan regular,

dapat berjalan optimal.

Guna mencapai pemahaman yang utuh tentang PNPM Mndiri

Pedesaan di lokasi program, serta dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman masyarakat luas terhadap keberadaan

program, maka dalam pelaksanaannya, proses sosialisasi dan penyebaran

informasi ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan oleh

berbagai pihak. Baik dalam berbagai kesempatan dan kegiatan yang

khususnya dibuat oleh program maupun kesempatan dan kegiatan terhadap

setiap lokasi program.

2.2.4 Jenis Dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan

Lingkup KegiatanPNPM Mandiri Pedesaan pada prinsipnya adalah

peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin

perdesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat

miskin pedesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat

(terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan

komunitas/kelompok yang terpinggirkan), meningkatnya kapasitas

kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal social

masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

Usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Pedesaan

dapat diklarifikasikan atas 4 jenis kegiatan yang meliputi :(1) kegiatan

pembangunan atau perbaikan prasarana dan sarana dasar yang dapat

memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara

ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin, (2) peningkatan

bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan

pengembangan keteranpilan masyarakat, (3) kegiatan peningkatan

kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok

usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya local, (4)

penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan

(41)

Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat

dalam musyawarah antar desa dengan menetapkan sejumlah kriteria yang

meliputi aspek manfaatn, berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan,

dapat dikerjakan masyarakat, didukung sumber daya yang ada dan upaya

pelestarian kegiatan.

Prasaran dan sarana yang dipilih harus mendukung pengembangan

kegiatan ekonomi masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat

pedesaan dalam bidang kesehatan dan pendidikan.PNPM Mandiri

Pedesaan tidak diperbolehkan untuk membiayai beberapa kegiatan

sebagaimana dicantumkan dalam daftar larangan (negative list).Pelarangan

ini didasarkan atas komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk

mendukung pelestarian lingkungan hidup, perlindungan hak anak, dan lebih

memberikan perhatian kepada masyarakat umum terutama masyarakat

(42)

21

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan

Aktifitas penyusun dalam pelaksanaan kuliah kerja lapangan (KKL)

di Kantor Desa Cibening Kabupaten Purwakarta yang dilaksanakan pada

tanggal Sembilan juli tahun 2012 sampai dengan tanggal tigapuluh satu

bulan juli 2012, yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh program

studi ilmu pemerintahan Unikom Bandung.

1. Pada minggu pertama 09-07-2012 / 13-07-2012 :

a. Pada tanggal 09-07-2012 Saya mengajukan permohonan ijin untuk

melaksanakan KKL kepada Kepala Desa yang bersangkutan.

b. Pada tanggal 10-07-2012 Saya memulai berorientasi kepada

seluruh staff / pegawai kelurahan dan sekaligus saya memohon

bimbingan dari para staff / pegawai kelurahan, terutama pada staff

/ pegawai yang bertanggung jawab dalam kegiatan PNPM Mandiri

Pedesaan.

c. Pada tanggal 11/12-07-2012 Saya di suruh Pembimbing dari pihak

kelurahan yang bertanggung jawab dalam kegiatan PNPM Mandiri

Pedesaan, memerintahkan saya untuk mengunjungi kantor PNPM

Mandiri Pedesaan dan memperkenalkan tentang kegiatan PNPM

Mandiri Pedesaan.

d. Pada tanggal 13-07-2012 Pembimbing membawa saya pada

kantor tersebut untuk mengamati proses kerja kegiatan PNPM

Mandiri Pedesaan, sekaligus saya memilih program apa yang akan

saya amati dan teliti di dalam kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan.

2. Pada minggu kedua 16-07-2012 / 20-07-12 :

a. Pada tanggal 16/17-07-2012 Saya mengikuti pada awal MAD &

MUSDES Sosialisasi mengenai kegiatan PNPM Mandiridalam

program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) kepada masyarakat

khususnya kaum perempuan. yang dilaksanakan oleh pihak

Kelurahan Cibening, Kecamatan Bungursari, Kabupaten

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
Tabel 3.1 Alur Kegiatan SPP
Tabel Indikator

Referensi

Dokumen terkait

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

Sehingga dalam mekanisme mesin KERS E3 dengan menggunakan flywheel berinersia 0.18472kg.m 2 dipastikan memenuhi syarat dalam membangkitkan energi kinetik yang

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkepentingan khususnya yang terkait dengan pengaruh rasio keuangan (PER, DER, EPS, ROA, CR, dan

1) Sesuai dengan sifat accesoir dari Hak Tanggungan, adanya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Oleh karena itu, apabila piutang

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan