KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI SIMPAN
PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN ( SPP ) DI DESA CIBENING
KABUPATEN PURWAKARTA
USULAN PENELITIAN
Ditujukan Sebagai Salah Satu Tugas
Laporan Kuliah Kerja Lapangan di (Desa Cibungur Kabupaten
Purwakarta)
Pada program studi Ilmu Pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh :
RAENALDI WIBISONO
41709017
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
IV
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR…...………..………....………..i
DAFTAR ISI…….…..……….……….…...iii
DAFTAR TABEL ………... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………..……….……. 1
1.2 Maksud dan Tujuan KKL ………. 4
1.2.1 Manfaat Bagi Pribadi ……….. 4
1.2.2 Manfaat Teoritis ……… 5
1.2.3 Manfaat Praktis ………... 5
1.3 Metode KKL ……….………. 5
1.3.1 Teknik Pengumpulan Data….………..…… 6
1.4.5 Pelaksanaan KKL ……….…….………... 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ………..……….. 7
2.1.1 Pengertian Implementasi ……… ……….. 7
2.1.2 Pengertian Kebijakan ………... 8
2.1.3 Pengertian Kebijakan Pemerintah..………... 11
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan……….. 15
2.1.5 Tahap-tahap Implementas Kebijakan ……….. 21
2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan………. 22
2.1.7 Model Kebijakan Pemerintah……….. 23
2.2 PNPM Mandiri Pedesaan ………... 26
2.2.1 Latar Belakang PNPM ………. 26
V
2.2.4 Jenis dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan.. 29
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan KKL ………... 31
3.2 Pembahasan Kuliah Kerja Lapangan……… 33
3.2.1 Letak Geografis Desa Cibening……….…………. 33
3.2.2 Visi dan Misi Desa Cibening ……… 34
3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Desa Cibening…… 35
3.2.4 Implementasi Kebijakan Pemerintahan Desa Cibening Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta …….…… 35
3.2.5 Komunikasi Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebiajakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening………. 37
3.2.6 Sumber Daya Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta………..…. 39
3.2.7 Disposisi Pemerintahan Desa Cibening Dalam Mengimplementasikan Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta ………….…. 44
3.2.8 Struktur Birokrasi Pemerintahan Desa Cibening dalam Mengimplementasikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta ……….…………..… 54
VI
4.2 Saran ……….… 61
DAFTAR PUSTAKA ………. 62
i
Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala berkah dan nikmat serta ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. Shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, yang
selalu kita nantikan syafa’atnya hingga akhir zaman.Pada kesempatan ini penulis mengambil judul “Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Studi
Khusus Tentang (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) di Desa
Cibening Kabupaten Purwakarta”. Sehubungan dalam tahap
pembelajaran penulis meminta maaf apabila dalam penulisan laporan Kuliah
Kerja Lapanganini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, maka
dari itu dengan ikhlas penulis memohon saran dan kritiknya sebagai bahan
acuan dalam penulisan laporan berikutnya.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dari
bimbingan, dorongan ataupun segala fasilitas yang bermanfaat, untuk itu
dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati
penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.
2. Nia Karniawati S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Dewi Kurniasih ,S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, motivasi serta saran yang membangun
kepada penulis guna menyelesaikan laporan penulisan ini.
4. Bapak Edi Darmadji selaku pembimbing penulis di Desa Cibening
Kabupaten Purwakarta.
5. Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikando’a, dukungan
ii
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan
dalam penyusunan laporan ini, besar harapan penulis semoga penyusunan
laporan KKL ini dapat bermanfaat umumnya bagi semua pihak yang
memerlukannya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Bandung, 10 November 2012
62
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakarta :Med
Press ( Anggota IKAPI ).
Syafiie, Kencana, Inu. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan ( Revisi 2001 ).
Bandung : PT. Refika Aditama.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Blau, Peter M, dan Meyer W. Marshal. 1987. Birokrasi Dalam Masyarakat
Modern.Penerjemah : Yusuf M. Gary. Edisi Kedua. Jakarta : UI – Press.
CST, Kansil. 1985. Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta :Asara Baru.
Thoa, Miftah, Dimensi – dimensi Prima Administrasi Negara”, Rajawali,
Jakarta, 1986.
Dean_winchester, pengarang indrayanto, dalam buku berjudul apa yang
dimaksud dengan struktu rbirokrasi (terbit 13 juli 2010)
Edwards III, George C (1980), Implementing Public Policy .Washington,D.C.:
Cngressional Querterly Inc.
Van Veter, Donald and Carl E. Van Hom (1975). “The Police Implementasion
Process: A Conceptual Framework”, Administration and Society, Vol.
6,NO.4,February
Dye, Thomas R. (1975).Understanding Public Policy.Englewood Cliff, N.J.:
Printice-Hall 2nded.
Lester, James P. and Joseph Stewart (2000).Public Policy: An Evolutionary
Approach. Australia: Wadsworth, Second Edition.
Laswell, Harold (1956). The Decision Process.College Park, MD: Bureau of
63
Hogwood, Brian W. and Lewis A.Gunn (1984).Policy Analysis for the Real
World.New York: Oxford University Press.
Winarno, Budi (1974). “Kebijakan Publik di Brazil dan Kuba: suatu Analisis
Komperasi”. Laporan Peneliti pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Perangkat Elektronik
Sumber:
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan
±18.110 pulau yang dimilikinya dengan begitu banyak pula pedesaan yang
tersebar di beberapa pulau tersebut. Begitu banyaknya pedesaan yang
tersebar diseluruh wilayah Indonesia pemerintah harus mencari jalan untuk
meningkatkan beberapa desa yang belum berkembang dengan cara
membuat satu kebijakan untuk mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat di daerah, khususnya di daerah pedesaan, melalui program
yang dinamakan PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri), merupakan salah satu mekanisme program
pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah
pedesaan.
PNPM Mandiri Pedesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan
prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah
dilaksanakan sejak tahun 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara
resmi oleh Presiden RI pada 30 April 2007 di kota Palu, Sulawesi Tengah.
Program Pemberdayaan Masyarakat ini dapat dilakukan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, dalam pelaksanaannya
program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin
di pedesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat
/ kelembagaan local seperti: pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan
Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung.
Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3
milliar per kecamatan, tergantung dari pada jumlah penduduk tersebut.
PNPM Mandiri Pedesaan seluruh anggota masyarakatnya diajak terlibat
2
Mandiri Pedesaan berada di bawah naungan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini
didukung dengan pembiyaan yang berasal dari alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih memfokuskan pada dana
hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank
Dunia.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang - undang tentang
Pemerintahan Daerah telah dibuka saluran baru (kran) bagi Pemerintah
Propinsi dan Kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar
dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Pada prinsip acuan dasar dari otonomi
daerah telah diwujudkan melalui undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, serta Peraturan Pemerintahan
Nomor 25 Tahun 2000, Peraturan Pemerintahan Nomor 84 Tahun 2000,
selanjutnya Peraturan Pemerintahan Nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109,
dan 110 Tahun 2000 dan ketentuan lainnya yang relevan.
Inti konsep pelaksanaan Otonomi Daerah, adalah upaya
memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan
dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan
demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan
penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak
diabaikan, salam serta memelihara kesinambungan fiskal secara nasional.
Otonomi Daerah ini merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan
dalam era globalisasi (penjagadan, penduniaan) dan demokrasi, apa lagi
jika dikaitkan dengan tantangan masa depan memasuki era perdagangan
bebas antara lain ditandai dengan tumbuhnya berbagai bentuk kerja sama
regional (sijori), perubahan pola atau sistem informasi global, melalui
otonomi diharapkan Daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh
kegiatannya dan Pemerintah Pusat diharapkan tidak terlalu mengatur
daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah diperlukan
propesional dan berkeadilan, jauh dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan Pemerintahan Pusat
dan Daerah.
Permasalahan PNPM ini lebih menggunakan model kebijakan
procedural karena kebijakan prosuderal ini lebih menampilkan hubungan
yang dinamis diantara variable-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu
masalah kebijakan dengan membuat sebuah prediksi-prediksi dan
melahirkan beberapa solusi yang optimal.pembuatan kebijakan tersebut
dapat diartikan orang yang memperoleh pengakuan sebagai pemegang hak
dan kewajiban untuk mengembangkan kebijakan itu sendiri. Kebijakan itu
dimaksud untuk memberikan pendekatan cara mengatasi suatu
permasalahan dimasyarakat, kebijakan itu sendiri lebih tertuju pada solusi
untuk situasi-situasi tertentu. Tujuan analisis kebijakan ;membuat keputusan
dengan cara memilih alternative yang paling baik dari berbagai alternative
yang ada. Dari definisi tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi
analisis kebijakan ditujukan untuk mendifinisikan masalah yang dihadapi
pembuat kebijakan dan menempatkannya pada proposi yang tepat,
merumuskan tujuan pokok yang akan dicapai, serta pada saat yang
berusaha sedemikian rupa guna menyajikan alternatif-alternatif kebijakan
baru dengan tindakan-tindakan yang efektif, efisiensi, dan logis.
PNPM Mandiri Pedesaan juga memiliki beberapa prinsip lainnya, yakni:
1. Bertumpu pada pembangunan manusia.
2. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia seutuhnya dan prinsip demokratis.
3. Setiap pengambilan keputusan pengambilan keputusan
pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat
dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat
miskin.
Prinsip-prinsip dalam PNPM Mandiri Pedesaan juga dikenal dengan
sebutan SiKOMPAK dilanjut dengan tagline: SiKOMPAK, kunci kemandirian
Desa Kami. Prinsip tersebut selain memiliki filosofi yang mencerminkan
4
untuk kompak (bersatu padu) dalam mendukung upaya penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah pedesaan.Memulai
SiKOMPAK ini diharapkan kemandirian desa dapat terwujud dan
berkembang.
Berdasarkan latar belakangdi atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang hasilnya disusun dalam sebuah laporan dan
akan mencoba mencari pemecahan masalah dengan mengajukan judul
Laporan KKL sebagai berikut : “Implementasi Kebijakan Pemerintah
Tentang Program PNPM Mandiri (Studi KhususTentang Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan (SPP) di Desa Cibening Kabupaten Purwakarta”.
1.2 Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.2.1 Manfaat bagi pribadi
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
penulis memberikan manfaat bagi diri sebagai berikut :
1. Supaya mahasiswa akan memperoleh pengalaman belajar
yang berharga, melalui keterlibatannya dalam masyarakat
secara langsung.
2. Mengetahui pengertian dan penghayatan terhadap
kemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajari bagi
pelaksanaan pembangunan.
3. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa
terhadap kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan.
4. Memberikan pengalaman bekerja dalam melakukan
penalahan perumusan dan memecahkan masalah secara
langsung, akan lebih menumbuhkan sifat profesionalisme
dalam diri mahasiswa untuk melaksanakan program-program
dan proyek pembangunan yang berada dibawah tanggung
1.2.2 Manfaat Teoritis
Melalui Laporan KKL ini dapat menambah pengetahuan tentang
teori dan konsep baru dalam ilmu pemerintahan yang berkaitan
dengan judul yang diteliti sehingga menambah wawasan dan
pengetahuan.
1.2.3 Manfaat Praktis
Melalui Laporan KKL ini dapat mengurangi Tingkat Kemiskinan di
Desa Cibening Kabupaten Purwakarta dengan Melalui Progam
PNPM Mandiri diharapkan masyarakat akan mendapat
pelayanan yang mudah dan terbaik.
1.3 Metode KKL
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam praktek kuliah kerja
lapangan ini adalah metode deskritif analisis, yaitu metode penelitian
berlaku yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu
penelitian dilakukan, dengan cara mencari, mengumpulkan dan menyusun
data secara sistematis. Kemudian data tersebut dianalisis untuk
mendapatkan pemecahan masalah, hal ini sesuai dengan pendapat
Surakhmad yang mengemukakan ciri-ciri metode deskritif analisis adalah
sebagai berikut ;
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang yang aktual,
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisis.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat penulis kemukakan,
bahwa dengan menggunakan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis
tertuju pada masa sekarang yang aktual. Selain itu pula dengan metode
penelitian tersebut penulis dapat mengumpulkan, menguraikan, dan
menggambarkan data-data yang penulis temui selama penelitian, yang
6
kesimpulan untuk mendapat jawaban dari permasalahan yang dihadapi
dalam penelitian tersebut.
1.3.1 Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut ;
a. Studi kepustakaan
Dengan cara mempelajari badan-badan bacaan berupa buku-
Buku, dan bahan-bahan bacaan lainnya secara teoritis yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan secara langsung dan pencatatan peristiwa,
kejadian serta kegiatan yang ada relevansinya dengan
masalah yang diteliti,
c. Wawancara
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan
pertanyaan yang telah ditentukan oleh informan atau nara
sumber yang berkaitan dengan masalah yang telah peneliti
ambil.
1.4 Lokasi KKL
Kuliah kerja lapangan bertempat di Jl.Raya Cibening No.2002
Purwakarta Desa Cibening Kabupaten Purwakarta.
1.4.1 Pelaksanaan KKL
Untuk waktu pelaksanaan kuliah kerja lapangan (KKL) untuk saat
Tabel 1.1
Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
Kegiatan Tahun 2012/2013
Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Feb
Obserpasi awal KKL
Pengajuan Judul KKL
Bimbingan Usulan KKL
Penyusunan Usulan
KKL
Pelaksanaan KKL
Penyusunan Laporan
KKL
Bimbingan Laporan KKL
Pengumpulan Laporan
KKL
7
BAB II LANDASAN TEORI2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti
mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap
sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau
akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah
dalam kehidupan kenegaraan.
Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster
yang dikutip oleh Solihin Abdul Wahab adalah:
“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implemen”t. Dalam kamus besar webster, to implement
(mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu),
(Webster dalam Wahab, 2004:64).
Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam
membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan
tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.
Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan
masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan
tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.
Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi
membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai
berikut:
“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif
yang penting atau keputusan badan peradilan”
(Mazmanian dan Sebastiar).
Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan
kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau
keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan.
Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan
tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output
kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai
perbaikan kebijakan yang bersangkutan.
2.1.2Pengertian Kebijakan
Untuk mewujudkan suatu tujuan atau suatu target, dibutuhkan adanya
pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan,
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Parlata Westa, bahwa:“Aktifitas atau usaha – usaha yang
dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi semua unsur yang
dibutuhkan“.(Marsuki, 2002:19)
Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan bahwa
kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sebuah rencana seharusnya
dilakukan dalam bentuk perumusan terlebih dahulu lalu ditetapkan dan ini
amat terasa didalam sebuah instansi pemerintah di Desa Cibening yang
telah diteliti.
Konsep implementasi dalam penelitian ini juga didasari oleh apa yang
9
kebijakan sebagai :“Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
(Agustino, 2008:149).
Melihat dari uraian diatas penyusun menyimpulkan bahwa konsep
implementasi itu telah digunakan oleh intansi kelurahan cibening untuk
memenuhi sinergitas yang sudah ditetapkan.Edward mengemukakan
adanya 4 (empat) variabel baik langsung maupun tidak langsung yang
mempengaruhi proses implementasi, yaitu:
a. Komunikasi, persyaratan utama bagi komunikasi kebijakan yang efektif adalah para pelaksana kebijakan harus mengetahui apa yang harus mereka kerjakan.Komunikasi berpengaruh besar terhadap berhasilnya implementasi kebijakan.Komunikasi yang baik akan melancarkan penerapan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan pada saat kebijakan itu dibuat. b. Disposisi, atau sikap adalah watak dan karakteristik yang dimilikii
oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis, sehingga sikap yang positif juga akan memberikan pengaruh positif terhadap implementasi kebijakan.
c. Sumber Daya,variabel ini merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumber daya, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, maupun sumber daya finansial. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya akan tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
d. Struktur Birokrasi, struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan .salah satu dari aspek struktur dari setiap organisasi adalah adanya Standar Operasi Prosedur (SOP). Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan Red-Tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.
(Edward, 2001:28)
Melihat dari keempat variabel Edward, penyusun menyimpulkan
bahwa: pertama,komunikasi itu sangat berpengaruh terhadap kelancaran
penerapan suatu kebijakan dalam pembuatan sebuah kegiatan. Kedua,
implementasi kebijakan berpengaruh positif ataupun negatif itu tergantung
daya.Sedangkan menurut Agustino, dalam bukunya,Dasar-Dasar Kebijakan
Publik juga mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai :
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu,pejabat-pejabat, ataupun kelompok-kelompok pemerintah atauswasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yangtelah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan“(Agustino,2008:32).
Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa
definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl Friedrich.
Easton menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai:“kekuasaan
mengalokasikan nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan ”.
Penyusun menyimpulkan bahwa ini mengandung konotasi tentang
kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat.
Tidak ada suatu organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup
seluruh masyarakat kecuali pemerintah.kebijakan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang
diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek.Dari beberapa
teori-teori tersebut di atas, selajutnya penyusun menyimpulkan implementasi
kebijakan menyangkut dalam tiga hal pokok, yaitu:
1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan
2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan
3. Adanya hasil kegiatan.
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang
dijadikan pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha untuk mencapai tujuan,
sehingga setiap kegiatan memiliki kejelasan dalam bergerak. Menurut Lowi
dalam bukunya American Bussines Public Polis memberikan batasan
tentang kebijakan yaitu sebagi berikut :
“Kebijakan adalah pernyataan umum yang dibuat oleh otoritas
pemerintahan dengan maksud untuk mempengaruhi perilaku warga Negara dengan menggunakan sanksi-sanksi yang positif dan negatif
11
Selanjutnya menurut Lowi masihdalambukunya Penelitian Kebijakan
Penelitian Sosial yang sama pula memberikan batasan tentang kebijakan,
yaitu :
“Kebijakan adalah sebagai suatu keputusan yang mencakup suatu
tindakan yang akan datang atau diharapkan, sebagaimana berbeda
dengan suatu keputusan mengenai suatu pelayanan kognitif atau
evaluatif”.Lewi (1980:2)
Melihat dari pendapat bauer di atas penyusun menyimpulkan bahwa
kebijakan adalah yang diharapkan dapat memberikan suatu perbaikan
dimasa yang akan datang dan dapat memeberikan suatu
terobosan-terobosan terbaru
2.1.3 Pengertian Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah adalah pemilihan sebuah alternatife terbaik
dari sekian banyak alternatife yang bersaing satu sama lain untuk
mendominasi yang lainnya, kegiatan ini berlangsung terus menerus. Hal ini
sangat penting untuk mengatasi keadaan pemerintah, pembangunan dan
kemasyarakatan. Masyarakat biasanya lebih menilai apa yang tidak
dilaksanakan oleh ketimbang melakukan penilaian terhadap apa yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah. Dapat dibayangkan apabila pemerintah kita
saat ini berdiam diri terhadap kondisi krisis multi dimensional yang sedang
menimpa bangsa kita atau terhadap meningkatnya angka pengangguran,
kriminalitas, penyakit, musibah bencana alam dan lain-lain.Bahkan
pemerintah dapat menciptakan pengaturan politik untuk mencapai
konsensus, sehingga pada gilirannya pemerintah dapat mengambil
keuntungan dari peran pengendali, penengah dan pelindung atau protektor
dari konflik tersebut. Sampai disini kita dapat mengatakan bahwa kebijakan
pemerintah dapat menciptakan situasi dan kondisi, dapat pula terjadi
sebaliknya bahwa kebijakan pemerintah diciptakan oleh situasi dan kondisi,
situasi dan kondisi.Faried Ali dalam Studi Tentang Kebijakan Pemerintah,
menguraikan defenisi kebijakan secara rinci. Ia mengungkapkan bahwa
“Kebijakan Sebagai studi diartikan sebagai pernyataan kehendak yang diikuti oleh unsur paksaan atau pengaturan, sehingga dalam
pelaksanaanya akan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
(Faried Ali, 2010:2)
Maka dalam kerangka tersebut Ia menekankan perlunya kekuasaan
(power)dan wewenang (autority) dalam pelaksanaan kebijakan yang dapat
dipakai untuk membina kerjasama dan meredam serta menyelesaikan
berbagai kemungkinan terjadinya konflik sebagai akibat dari pencapaian
kehendak.
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi
kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan.
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya
intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses
implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan
oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene Bardach, yaitu:
”Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas.Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang”(Leo Agustino (2008:138).
Dari kutipan tersebut, penulis pahami bahwa memang cukuplah
mudah membuat dan merumuskan suatu kebijakan, namun implementasi
dan pelaksanaannya yang kemudian akan tidak sesuai dengan harapan dan
yang dicita-citakan sebelumnya, terlebih jika berada diatas kepentingan
orang banyak.Inu Kencana Syafie, dalam bukunya Kamus Pemerintahan
13
“Dimana perhatian utama kepemimpinan pemerintah adalah public policy (kebijakan pemerintah), yaitu apapun juga yang dipilih pemerinah, apakah mengerjakan sesuatu itu, ataukah tidak mengerjakan sama sekali (mendiamkan) sesuatu itu“.
(Inu Kencana Syafie,2001:147 )
Penyusun dari paparan Inu Kencana Syafiie diatas, pada hakekatnya
pemerintah telah menjadi lokomotif dalam kegiatan bernegara, apapun yang
dipilih oleh pemerintah adalah kebijakannya dan selalu bernaung dibalik
otoritasnya dan kewenangannya, karena sistem perumusan kebijakan
disuatu negara terdapat beraneka ragam model, tergantung pada situasi
dan kondisi serta sistem pemerintahan yang berlaku pada suatu negara.
Dalam konteks negara demokrasi, mengingat pentingnya masalah
pengambilan kebijakan maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak
melibatkan publik dalam mengambil sebuah kebijakan.Perlu kita ketahui
bahwa kebijakan itu tidak dibuat lebih berupa sebuah akumulasi.
Didalam proses kegiatan politik dengan proses kegiatan administrasi
yaitu proses menggerakkan, menghidupkan dan mengembangkan Negara
dalam mengembangkan ciri-ciri bangsa dan Negara, maka
kebijakan-kebijakan yang merupakan reaksi respon atau tanggapan-tanggapan
keinginan rakyat, kemauan bangsa dan kehendak Negara itu diwujudkan
dalam sikap-sikap, langkah-langkah, dan perbuatan-perbuatan yang
diterapkan dan dilakukan oleh pemerintah.
Selain itu, banyak definisi lain yang dibuat oleh para ahli untuk
menjelaskan arti kebijakan, Agustino dalam bukunyaDasar-dasar Kebijakan
Publikmenyebutkan kebijakan sebagai: “Pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to
do or not to do)“, (Agustino, 2008:42).
Penyusun menyimpulkan dari pendapat di atas yaitu mengandung
konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan
kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain yang wewenangnya
dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah. Sementara
tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan
berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals,
values and practices).Carl Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok
bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective), atau
kehendak (purpose).
Selanjunya Thomas R. Dye lebih lanjut yang kiranya sesuai dengan
jalan pikiran ini dalam bukunya Understanding Public Policy edisi V yang
mengatakan “Public Policyadalah :“Keadaan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu”. (Dye 1999:42)
Berangkat dari defenisi tersebut ditegaskan bahwa apa yang
diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan itulah
Public Policy atau kebijakan pemerintah. Untuk itu berdasarkan fenomena
tarsebut penulis menggunakan kebijakan pemerintah untuk menerjemahkan
Public Policy.berkenaan dengan aturan main yang terdapat dalam
kehidupan bersama baik dalam hubungan antar warga masyarakat maupun
hubungan antar masyarakat dengan pemerintah, “kerja” hubungan suatu
pemilihan keputusan oleh pemerintah yang meliputi aktivitas perumusan,
pelaksanaan dan penilaian kebijakan pemerintah, kemudian “pemerintah”
menurut Riant adalah Negara.
Selanjutnya Thomas R. Dye, masih didalam bukunya berjudul “Public
Policy Making” mengemukakan pula defenisi Public Policy dari Robert
Eyestone sebagai berikut :“Kebijakan Pemerintah adalah hubungan suatu
lembaga pemerintah terhadap lingkungan”.(Soenarko, 2005:42), Ini merupakan defenisi yang sangat luas, yang tentu saja baru memberikan
kejelasan yang masih samar-samar dan orang masih perlu banyak
mencari-cari pengertiannya”.Berdasarkan defenisi-defenisi diatas yang telah dikemukakan beberapa ahli tersebut, maka akan ditemukan konsep inti
kebijakan pemerintah, yaitu:
a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan pemerintah adalah
tindakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh badan pemerintah yang
15
b. Sebuah reaksi kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijkan
pemerintah berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkrit yang
sedang berkembang di masyarakat.
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijkan
pemerintah biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan
terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategis yang dibuat untuk
mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan pemerintah pada umumnya merupakan tindakan kolektif
untuk memecahkan masalah sosial.
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan pemerintah berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap
langka-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan.
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh
Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:
“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur danteknikyang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraihdampak atau tujuan yang
diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno,2002:101-102). Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk
mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam
bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau
turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu,
implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua
pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk
Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka Edward III
mengemukakanbeberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
implementasi, yaitu:
1. Comunication (Komunikasi) 2. Resources (Sumber Daya) 3. Disposition (Disposisi)
4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)
Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses
penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga
dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran
kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut
dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.
Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain
dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi
(consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik
dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan
pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki
agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group
dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung
terhadap kebijakan dapat diterimadengan jelas sehingga dapat diketahui
yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran.
Kedua, sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap terlaksanakanya keberhasilan terhadap suatu implementasi,
walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber
daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud,
seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya
peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.
Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang
17
sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan
demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping
harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk
melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena
itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah
staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas
pekerjaan yang di tanganinya. Sumber daya anggaran merupakan sumber
daya yang mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya
menusia, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas
pelayanan terhadap publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga
terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi parapelaku rendah
bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Sumber daya peralatan juga merupakan sumber daya yang
mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi,
menurut Edward III yaitu :
“Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanahdan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan”. (Edward III, 1980:102)
Terbatasnya fasilitas peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kebijakan menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan, karena dengan
terbatasnya fasilitassulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat,
andal, dan dapat dipercayaakan sangat merugikan pelaksanaan
akuntabilitas. Sumber daya informasi dan kewenangan juga menjadi faktor
penting dalam implementasi, informasi yang relevan dan cukup tentang
berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan.
Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang
terlibatdalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana
tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang
Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh
pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat
demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau
watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik
sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Menurut
Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam elemen yang dapat
mempengaruhi disposisi, antara lain:
“Tiga elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, yaitu:
pengetahuan(cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection), intensitas terhadap
kebijakan”(Van Meter dan Van Horn dalam Widodo,2007:105). Elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah pengetahuan,
dimanapengetahuan merupakan elemen yang cukup penting karena dengan
pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat membantu
pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga
dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai
dengan tujuan yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat
menentukan keberhasilan suatu implementasi, karena dapat menentukan
sikap apakah masyarakat menerima, netral atau menolak.
Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering
terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur
Organisasi merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki
pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Didalam struktur birokrasi
terdapat dua hal penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek
struktur birokrasi yang penting dari dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar (standard operatingprocedures atau SOP).
SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak
atau menjalankan tugasnya. Selain SOP yang mempengaruhi
strukturbirokrasi adalah fragmentasi yang berasal dari luar organisasi.
Menurut Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:
19
2. Sumber-sumber kebijakan.
3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana.
4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.
5. Sikap para pelaksana, dan
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik. (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79)
Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat
dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu:
Kesatu yaitu ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam
melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan
program yang sudah direncanakan.
Kedua, sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang
dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan
proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan
sumber daya manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino,
2006:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk
keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber
penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran
pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan.
Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan.
Sumber daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan
dan melaksanakan kebijakan.
Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri
badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja
implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri
yang tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya.
Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya
koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang
dikutip oleh Wahab bahwa:
“Koordinasi bukanlah sekedarmenyangkut
menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik
pelaksanaan kebijakan” (Hogwood dan Gunn dalam Wahab,
2004:77).
Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka
terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu
pula sebaliknya.
Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo,
bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi,
norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter
dan Horn dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus
dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat
mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi
pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya
masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan
menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh
mana lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik
yang telah ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial,
dan politik(Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:144). Lingkungan
ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan suatu implementasi.
Menurut Teori implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial
karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan
direncanakan dengan baik implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan
kebijakan publik tidak akan terwujud (George Edward III 1980: 1).
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan
agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi
kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi
21
diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna
meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
2.1.5 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka
diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M.Irfan Islamy
1997:102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:
a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.
b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.
(Islamy 1997: 102-106)
Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul
Wahab (1991:36) dalam buku analisis kebijakan: dari formulasi ke
implementasi kebijakan negara mengemukakan sejumlah tahap
implementasi sebagai berikut:
Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan
tujuan secara jelas
b. Menentukan standar pelaksanaan
c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu
pelaksanaan.
Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan
mendayagunakanstruktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.
Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan:
a. Menentukan jadwal b. Melakukan pemantauan
c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.
Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan
penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan
Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah
senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan.
Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses
pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk
mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada
masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga
yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan
berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada
impelementasi kebijakan negara.
2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan
Menurut Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam
pengertian yang luas, merupakan:
“Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi,
prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang
diinginkan” (Winarno 2002:102).
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan
dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus
dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.
Berdasarkan teori diatas bahwa faktor pendukug implementasi kebijakan
harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat
mengikuti dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi
kebijakan akan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada
hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Setelah membaca dan mengutip beberapa definisi menurut para ahli
diatas saya dapat mengerti dan menganalisi apa itu implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
pemerintah untuk menjalankan suatu keputusan atau program yang dibuat
dan dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri untuk memperbaiki atau
mengatasi masalah yang ada.
Implementasi kebijakan dapat berhasil apabila empat faktor dapat
23
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur birokrasi
Dengan komunikasi masyarakat atau pemerintah yang mengimplementasi
mengetahui apa yang harus dilakukan, dapat terhubung dengan semua
elemen yang ada.
Sumber daya juga merupakan hal yang penting dalam implementasi.
Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, sumber daya
anggaran, sumber daya peralatan, dan juga sumber daya informasi.
Disposisi merupakan faktor selanjutnya agar suatu kebijakan dapat
diimplementasikan dengan baik. Disposisi merupakan watak yang dimiliki
oleh pelaksana kebijakan itu sendiri.
Dan faktor terakhir yang mempengaruhi suksesnya implementasi kebijakan
adalah struktur birokrasi. Struktur birokrasi merupakan yang bertugas
melaksanakan kebijakan dan sangat berpengaruh besar terhadap kebijakan.
2.1.7 Model Kebijakan Pemerintah
Membuat kebijakan pemerintah ini merupakan studi tentang proses
pembuatan keputusan, karena bukankah kebijakan pemerintah (public
policy) itu merupakan pengambilan keputusan (Decision Making) dan
pengambilan kebijkan (Policy Making), yaitu memilih dan menilai informasi
yang ada untuk memecahkan masalah. menurut Harold Laswell dalam
bukunya The Dicision Proces bahwa ada beberapa tugas intelektual dalam
persoalan tesebut di atas, yaitu:“Penjelasan tujuan, penguraian
kecenderungan, penganalisaan keadaan, proyeksi pengembangan masa
depan penelitian, penilaian penelitian, serta penilaian dan pemilihan
kemungkinan “.(Laswell 1986:54). Selain daripada itu, ada beberapa model
yang dipergunakan dalam pembuatan public policy, yaitu sebagai berikut di
1. Model Elit
Pembentukan public police hanya berada pada sebagian kelompok
orang-orang tertentu yang sedang berkuasa. Walaupun pada
kenyataannya mereka sebagai preferensi dari nilai-nilai elit tertentu
tetapi mereka masih saja berdalih mereflesikan tuntutan-tuntutan rakyat
banyak.Oleh karena itu mereka cenderung mengendalikan dengan
kontinyu, dengan perubahan-perubahan hanya bersifat tambal
sulam.Masyarakat banyak dibuat sedemikian rupa tetap miskin
informasi.
2. Model Kelompok
Berlainan dengan model elit yang dikuasai oleh kelompok tertentu yang
berkuasa, maka pada model ini terdapat beberapa kelompok
kepentingan (interest group) yang saling berebutan mencari posisi
dominan.Jadi dengan demikian model ini merupakan fakta sentral dari
politik serta pembuatan public police.Antar kelompok mengikat diri
secara formal atau informal dan menjadi penghubung pemerintah
dengan individu.Antar kelompok berjuang mempengaruhi pembentukan
public police, bias membentuk koalisi mayoritas, tetapi juga dapat
menimbulkan check and balance dalam persaingan antar kelompok
untuk menjaga keseimbangan.
3. Model Kelembagaan
Yang dimaksud dengan kelembagaan disini adalah kelembagaan
pemerintah.Yang masuk dalam lembaga-lembaga pemerintah seperti
eksekutif (presiden, menteri-menteri dan departmentnya), lembaga
legislative (parlemen) lembaga yudikatif, pemerintah daerah dan
lain-lain.Dalam model ini public police dikuasai oleh lembaga-lembaga
tersebut, dan sudang barang tentu lembaga tersebut adalah
satu-satunya yang dapat memaksa serta melibatkan semua pihak.Perubahan
25
4. Model Proses
Model ini merupakan rangkaian kegiatan politik mulai dari identifikasi
masalah, perumusan usul pengesahan kebijakan, pelaksanaan dan
evaluasinya.Model ini akan memperhatikan bermacam-macam jenis
kegiatan pembuatan kebijakan pemerintah (public polic).
5. Model Rasialisme
Model ini bermaksud untuk mencapai tujuan serta efisien, dengan
demikian dalam model ini segala sesuatu dirancang dengan tepat, untuk
meningkatkan hasil bersihnya. Seluruh nilai diketahui seperti kalkulasi
semua pengorbanan politik dan ekonomi, serta menelusuri semua
pilihannya dan apa saja konsekuensinya, perimbangan biaya dan
keuntungan (cost and benefit).
6. Model Inkrimentalisme
Model ini berpatokan pada kegiatan masa lalu dengan sedikit
perubahan.Dengan demikian hambatan seperti waktu, biaya dan tenaga
untuk memilih alternative dapat dihilangkan.Dalam arti model ini tidak
banyak bersusah payah, tidak banyak resiko, perubahan-perubahannya
tidak radikal tidak ada konflik yang meninggi kestabilan terpelihara tetapi
tidak berkembang (konsentratif) karena hanya menambah dan
mengurangi yang sudah ada.
7. Model Sistem
Model ini beranjak dari memperhatikan desakan-desakan lingkungan
yang antara lain berisi tuntutan, dukungan, hambatan, tantangan,
rintangan, gangguan, pujian, kebutuhan, atau keperluan dan lain-lain
yang mempengaruhi public police.Dan setelah di proses akan
mengeluarkan jawaban. Desakan lingkungan sebagaimana yang
penulis sampaikan di atas, dianggap masukan (input) sedangkan
jawabannya dianggap keluaran (output), yang berisi
keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, tidakan-tindakan,
2.2 Pengertian PNPM Mandiri Pedesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) adalah
peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin
pedesaan secara mandiri melalui peningkatan pastisipasi masyarakat
(terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan
komunitas/kelompok yang terpinggirkan), meningkatkan kapasitas
kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatkan modal social
masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
2.2.1 Latar Belakang PNPM
Program yang dinamakan PNPM Mandiri (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri), merupakan salah satu mekanisme
program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
di wilayah pedesaan.
PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI
pada 30 April 2007 di kota Palu, Sulawesi Tengah. Program Pemberdayaan
Masyarakat ini dapat dilakukan sebagai program pemberdayaan masyarakat
terbesar di tanah air.Dalam pelaksanaannya program ini memusatkan
kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di pedesaan. Program ini
menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat / kelembagaan local
seperti: pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk
Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM
yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 milliar per kecamatan,
tergantung daripada jumlah penduduk tersebut.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan berada di bawah naungan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam
Negeri.Program ini didukung dengan pembiyaan yang berasal dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih memfokuskan pada dana
hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank
27
Pada permasalahan PNPM ini lebih menggunakan model kebijakan
prosedural karena kebijakan prosuderal ini lebih menampilkan hubungan
yang dinamis diantara variable-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu
masalah kebijakan dengan membuat sebuah prediksi-prediksi dan
melahirkan beberapa solusi yang optimal. PNPM Mandiri Pedesaan juga
memiliki beberapa prinsip lainnya, yakni:
1. Bertumpu pada pembangunan manusia.
2. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia seutuhnya dan prinsip demokratis.
3. Setiap pengambilan keputusan pengambilan keputusan pembangunan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi
pada kepentingan masyarakat miskin.
2.2.2Prinsip – prinsip pokok siKompak PNPM Mandiri Pedesaan
Pada pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan menekankan prinsip –
prinsip pokok siKOMPAK, yang terdiri dari :
1. Transparansi dan Akuntabilasi. Masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan
keputusan, sehingga pengelola kegiatan dapat dilaksanakan secara
terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal
maupun administratif.
2. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau
masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.
3. Keberpihakan pada orang/masyarakat miskin dan kelompok masyarakat
yang kurang beruntung.
4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan
pembangunan secara swakelola.
5. Partisipasi atau penglibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara
aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan secara
6. Prioritas Usulan. Pemerintah dan Masyarakat harus memproirotaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengetasan kemiskinan, kegiatan
mendesak bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
7. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil dan bermanfaat.
8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi
antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9. Keberlanjutan.Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk
saat ini juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
2.2.3 Sosialisasi Dan Penyebaran Informasi PNPM
Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM Mandiri
pedesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan
informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan
kepada masyarakat.Upaya ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran
mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, tahapan, pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan PNPM Mndiri Pedesaan kepada masyarakat luas.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat penerima manfaat
langsung kegiatan, yakni Rumah Tangga Miskin : para pelaku Program :
instansi atau lembaga pendukung pelaksana PNPM Mndiri Pedesaan
lainnya, baik dari kalangan pemerintah dan swasta : serta kelompok
masyarakat umum lainnya.
Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi dan penyebaran
informasi adalah dimengerti dan dipahaminya konsep, prinsip, prosedur,
kebijakan dan tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan secara utuh,
khususnya masyarakat di lokasi program sebagai pelaku sekaligus sasaran
29
Dengan demikian, upaya pelembagaan dan pengintegrasian prinsip serta
prosedur program dalam masyarakat dan sistem pemerintahan regular,
dapat berjalan optimal.
Guna mencapai pemahaman yang utuh tentang PNPM Mndiri
Pedesaan di lokasi program, serta dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat luas terhadap keberadaan
program, maka dalam pelaksanaannya, proses sosialisasi dan penyebaran
informasi ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan oleh
berbagai pihak. Baik dalam berbagai kesempatan dan kegiatan yang
khususnya dibuat oleh program maupun kesempatan dan kegiatan terhadap
setiap lokasi program.
2.2.4 Jenis Dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan
Lingkup KegiatanPNPM Mandiri Pedesaan pada prinsipnya adalah
peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin
perdesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat
miskin pedesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat
(terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan
komunitas/kelompok yang terpinggirkan), meningkatnya kapasitas
kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal social
masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Pedesaan
dapat diklarifikasikan atas 4 jenis kegiatan yang meliputi :(1) kegiatan
pembangunan atau perbaikan prasarana dan sarana dasar yang dapat
memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara
ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin, (2) peningkatan
bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan
pengembangan keteranpilan masyarakat, (3) kegiatan peningkatan
kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok
usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya local, (4)
penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan
Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat
dalam musyawarah antar desa dengan menetapkan sejumlah kriteria yang
meliputi aspek manfaatn, berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan,
dapat dikerjakan masyarakat, didukung sumber daya yang ada dan upaya
pelestarian kegiatan.
Prasaran dan sarana yang dipilih harus mendukung pengembangan
kegiatan ekonomi masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan dalam bidang kesehatan dan pendidikan.PNPM Mandiri
Pedesaan tidak diperbolehkan untuk membiayai beberapa kegiatan
sebagaimana dicantumkan dalam daftar larangan (negative list).Pelarangan
ini didasarkan atas komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk
mendukung pelestarian lingkungan hidup, perlindungan hak anak, dan lebih
memberikan perhatian kepada masyarakat umum terutama masyarakat
21
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan
Aktifitas penyusun dalam pelaksanaan kuliah kerja lapangan (KKL)
di Kantor Desa Cibening Kabupaten Purwakarta yang dilaksanakan pada
tanggal Sembilan juli tahun 2012 sampai dengan tanggal tigapuluh satu
bulan juli 2012, yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh program
studi ilmu pemerintahan Unikom Bandung.
1. Pada minggu pertama 09-07-2012 / 13-07-2012 :
a. Pada tanggal 09-07-2012 Saya mengajukan permohonan ijin untuk
melaksanakan KKL kepada Kepala Desa yang bersangkutan.
b. Pada tanggal 10-07-2012 Saya memulai berorientasi kepada
seluruh staff / pegawai kelurahan dan sekaligus saya memohon
bimbingan dari para staff / pegawai kelurahan, terutama pada staff
/ pegawai yang bertanggung jawab dalam kegiatan PNPM Mandiri
Pedesaan.
c. Pada tanggal 11/12-07-2012 Saya di suruh Pembimbing dari pihak
kelurahan yang bertanggung jawab dalam kegiatan PNPM Mandiri
Pedesaan, memerintahkan saya untuk mengunjungi kantor PNPM
Mandiri Pedesaan dan memperkenalkan tentang kegiatan PNPM
Mandiri Pedesaan.
d. Pada tanggal 13-07-2012 Pembimbing membawa saya pada
kantor tersebut untuk mengamati proses kerja kegiatan PNPM
Mandiri Pedesaan, sekaligus saya memilih program apa yang akan
saya amati dan teliti di dalam kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan.
2. Pada minggu kedua 16-07-2012 / 20-07-12 :
a. Pada tanggal 16/17-07-2012 Saya mengikuti pada awal MAD &
MUSDES Sosialisasi mengenai kegiatan PNPM Mandiridalam
program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) kepada masyarakat
khususnya kaum perempuan. yang dilaksanakan oleh pihak
Kelurahan Cibening, Kecamatan Bungursari, Kabupaten