• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AMANAT MORAL INTERAKSI ANTAR TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA YUKIO MISHIMA (Melalui Pendekatan Psikologi Sosial)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS AMANAT MORAL INTERAKSI ANTAR TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA YUKIO MISHIMA (Melalui Pendekatan Psikologi Sosial)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

(Melalui Pendekatan Psikologi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Jurusan Sastra Jepang

Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

GITA MEGAWATI NIM. 63802012

JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 5

1.3 Tujuan ……… 5

1.4 Manfaat ……… 6

1.5 Metode dan Teknik Penelitian ………. 6

1.6 Definisi Operasional ……….. 8

1.7 Sistematika Penulisan ………. 9

1.8 Penelitian Terdahulu ……….. 10

BAB II LANDASAN TEORI ……… 11

2.1 Psikologi Sosial ……….. 11

2.1.1 Psikologi Sosial Menurut Plato ……… 12

2.1.2 Psikologi Sosial Menurut Gustave Ie Bon ……… 12

2.1.3 Psikologi Sosial Menurut Emile Durkheim ……….. 13

2.1.4 Psikologi Sosial Menurut William James & Charles H. Cooley ……… 14

2.2 Interaksi Sosial ………. 15

(3)

2.6 Pranata Sosial ………. 19

BAB III STRUKTUR FISIK ……… 21

3.1 Ringkasan Cerita ………. 21

3.2 Penokohan ……… 26

3.2.1 Tokoh Utama ……… 26

3.2.1.1 Shinji ……… 27

3.2.1.2 Hatsue ……… 31

3.2.2 Tokoh Pembantu ……….. 34

3.2.2.1 Nyonya Kubo ……… 35

3.2.2.2 Terukichi Miyata ……… 36

3.2.2.3 Chiyoko ……….. 36

3.2.2.4 Suami Istri Penjaga Mercu Suar ……… 38

3.2.2.5 Jukichi Oyama ……… 40

3.2.2.6 Ryuji ……… 40

3.3 Latar ……… 41

3.3.1 Latar Tempat ……… 41

3.3.1.1. Pulau (Uta Jima) ………. 42

3.3.1.2 Kuil Yashiro ……….. 42

3.3.1.3 Kapal ………... 43

3.3.2 Latar Waktu ………. 43

(4)

3.3.2.2 Malam Hari ……….. 44

3.4 Alur ………... 44

3.4.1 Paparan (Exposition) ……… 45

3.4.2 Rangsangan (Inciting Moment) ……… 47

3.4.3 Gawatan (Rising Ratio) ……… 48

3.4.4 Tikaian (Conflict) ……… 50

3.4.5 Rumitan (Complication) ………. 51

3.4.6 Klimaks ……….. 52

3.4.7 Leraian (Falling Action) ……… 53

3.4.8 Penyelesaian (Denouement) ……… 54

3.5 Tema ……… 55

3.6 Amanat ……… 56

BAB IV ANALSIIS AMANAT MORAL MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI SOSIAL ……… 57

4.1 Bentuk Interaksi ………. 57

4.2 Bentuk Penyimpangan Perilaku ……….. 67

4.2.1 Penyimpangan Terhadap Norma Kesusilaan (Mores) … 67 4.2.2 Penyimpangan Terhadap Norma Kelaziman (Folksway) 74 4.3 Peran Pranata Sosial ……… 76

4.3.1 Organisasi Pemuda ……… 76

4.3.2 Koperasi ………. 77

(5)

DAFTAR PUSTAKA ……… 92 SINOPSIS

LAMPIRAN

(6)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rangkaian kata indah yang merupakan hasil aspirasi, imajinasi dan kreativitas dapat dituangkan dalam sebuah karya seni sastra. Hal tersebut akan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia manusia itu sendiri. Salah satu ciri karya sastra adalah fungsinya sebagai sistem komunikasi. Secara Etimologis komunikasi berarti berhubungan. Menurut Segers melalui buku “Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra” (1978 : 24-25) bahwa komunikasi sastra lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi mesin. Sedangkan menurut Duncan melalui buku “Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra” (1962 : 56) bahwa untuk mempelajari komunikasi, kita mesti mempelajari seni. Dalam karya sastra, melalui medium bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan, keseluruhan perilaku sosial hanya dapat dirasakan adanya.

Karena karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan kreativitas sebagai hasil kontemplasi secara individual, karya sastra ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sebagai komunikasi. Dunia sastra dapat merekam seluruh permasalahan yang ada dalam dunia ini, kemudian menuangkannya dalam suatu karya sastra dan mengajak setiap pembacanya melihat dunia maya sastra yang sebenarnya adalah cerminan

(7)

dari kehidupan nyata. Kemampuan bahasa terbatas dalam menampilkan citra dan cerita didalamnya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap pembacanya, mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya, maupun menegur dan mengingatkan para pembacanya akan suatu hal melalui amanat yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Karya sastra berkembang atas dasar perkembangan teori, kritik dan sejarah sastra.

Dalam kehidupannya terutama sebagai manusia yang mempunyai naluri selalu merasa tidak puas akan kebutuhannya, manusia akan bersikap cenderung melakukan berbagai hal yang menyenangkan dirinya demi untuk memenuhi keinginannya. Dan terkadang karena adanya naluri tersebut manusia cenderung kurang mempertimbangkan baik dan buruknya sikap yang ia lakukan untuk memenuhi keinginannya. Melalui sastra kemelut dalam kehidupan nyata manusia tersebut dapat terjawab tanpa berkesan menggurui. Pembaca bisa mendapat suatu kepuasan tersendiri dan yang paling utama melalui sastra pula kita dapat mengambil amanat serta hikmah yang terkandung didalamnya, karena dalam dunia sastra sebuah peristiwa nyata dapat diuraikan sebagai pandangan yang umum berdasarkan pengalaman kita sendiri akan kenyataan.

(8)

Mishima karena banyak terdapat nilai dan amanat moral yang cukup baik terkandung didalamnya dan dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel tersebut menceritakan tentang tokoh utama Shinji seorang nelayan yang hidup sederhana bersama ibu dan adiknya, namun ia selalu bekerja keras tanpa mengeluh untuk melangsungkan hidupnya. Termasuk dalam kisah cinta pertamanya dengan Hatsue seorang anak gadis dari Terukichi Miyata, pemilik kapal di pulau itu yang terkenal amat keras wataknya. Yasuo Kawamoto seorang anak dari keluarga terkemuka kampung itu dan memiliki daya untuk menjadikan orang lain menurutinya, yang mencintai Hatsue juga namun karena Hatsue tidak mencintainya dan hanya mencintai Shinji maka ia melakukan hal licik untuk menghancurkan hubungan Hatsue dan Shinji. Yasuo memfitnah mereka agar keluarga dan penduduk di pulau itu tidak merestui serta tidak menyukai mereka. Namun pada akhirnya Hatsue dan Shinji dapat mempertahankan cinta mereka ditengah berbagai konflik dan rintangan serta mereka dapat meyakinkan pada semua orang bahwa mereka tidak seburuk yang digunjingkan orang lain. Karena bagaimanapun suatu kebenaran selalu akan terungkap, dan seberat apa pun suatu masalah pasti akan terselesaikan juga. Seperti yang tercermin dalam kalimat berikut:

฀⊥ϑ∼Η฀ν฀Ηφ฀Σηο฀฀Φ฀Κχη฀฀฀+฀Σαν฀]ΦηΔΦν฀฀฀⇑฀Θιϕ′฀]

฀ϕΣη฀Ωφ฀∏¬ΛϕΔΣη฀฀?Φο?Φγ{χηΟν฀฀°≈฀฀Κ฀ΦΛ฀฀βΛ฀Ν฀฀

(9)

ο?Φ฀ϕΔ฀χΩΔ฀νηχΩΔΟϕΔ฀νην฀฀฀ΘΛδΚ฀ΗοϕΔ฀฀+οκχφϑΘ฀

χΩΔ฀νΛΠ≅7Δν฀฀χφ฀

฀ν฀ ฀138฀139฀

“… Aku tahu benar apa yang tengah kalian pikirkan. Kalian merencanakan hendak memukul Yasuo. Tapi dengarlah apa kataku, hal itu tidak baik. Seorang tolol akan tetap tolol, maka biarkanlah ia sendirian. Mungkin hal ini terlalu berat untuk seorang Shinji, tapi kesabaran merupakan alat utama. Karena itu, ibarat menangkap ikan. Setiap hal akan membaik dengan sendirinya. Kebenaran akan senantiasa menang, walaupun tanpa digembar-gemborkan sedikit pun. Paman Teru tidak dungu, dan janganlah kalian pikir bahwa ia tidak bisa membedakan seekor ikan yang segar dari yang busuk. Biarlah Yasuo sendirian. Kebenaran akhirnya akan menang juga.”

( Shiosai :138-139) Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan gejala-gejala yang sedang terjadi dalam kehidupan nyata, dimana hampir setiap orang hidup dalam dunianya sendiri tidak mengindahkan norma-norma yang ada, berprasangka buruk terhadap seseorang sehingga terjadi kesalahpahaman, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan, tidak memperdulikan orang lain dan terjadi persaingan yang tidak sehat dimana-mana sehingga kerap kali menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam masyarakat.

Maka dari itu penulis ingin menggali lebih dalam tentang amanat-amanat tersebut dalam karya ilmiah yang berjudul ANALISIS AMANAT MORAL INTERAKSI ANTAR TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA YUKIO MISHIMA ( Melalui Pendekatan Psikologi Sosial ). 1.2 Rumusan Masalah

(10)

1. Amanat moral apa yang terkandung dalam novel Shiosai karya Yukio Mishima yang tercermin melalui tokoh-tokohnya ?

2. Bagaimana bentuk–bentuk dari interaksi antar tokoh yang tercermin dalam novel Shiosai, jika ditinjau secara psikologi sosial ?

3. Dalam novel Shiosai, dalam bentuk apa penyimpangan terhadap norma terjadi, faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap norma tersebut dan bagaimana upaya untuk menanggulangi bentuk penyimpangan tersebut ?

Pembahasan masalah akan dibahas berdasarkan teori dan pendekatan psikologi sosial.

1.3 Tujuan

Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran dari masalah yang telah dirumuskan, diantaranya :

1. Untuk mengetahui amanat moral yang terkandung dalam novel Shiosai karya Yukio Mishima yang tercermin melalui tokoh - tokohnya.

2. Untuk mengetahui bentuk–bentuk dari interaksi antar tokoh yang tercermin dalam novel Shiosai secara psikologi sosial.

3. Untuk mengetahui bentuk penyimpangan, faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dan upaya penanggulan dari penyimpangan terhadap norma yang tersirat dalam novel Shiosai.

(11)

Karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi penulis, maupun bagi pembaca dalam hal :

1. Bagi pembaca diharapkan dapat lebih menambah khazanah tentang sastra dan kecintaan terhadap karya sastra, terutama kesusastraan Jepang.

2. Diharapkan juga agar amanat moral yang tersirat dalam cerita tersebut dapat tersampaikan dan dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam kehidupan kita.

1.5 Metode dan Teknik Penelitian

Peneliti menganalisis salah satu karya sastra, yaitu novel. Untuk menelaah amanat moral yang terkandung dalam novel tersebut, peneliti menggunakan metode deskriftif. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Penelitian ini menggunakaan pendekatan psikologi sosial yang membahas tentang hubungan antar individu dan tanggapan masyarakat terhadap individu.. Karena dalam penelitian ini peneliti mencoba menguraikan amanat moral yang terkandung dalam sebuah novel.

Sumber data diperoleh dari novel Shiosai karya Yukio Mishima yang diterbitkan Shonen Shoju Nihon Bungakukan tahun 1988.

(12)

Dalam peneltian ini penulis akan menganalisis amanat moral yang tercermin melalui tokoh dalam novel Shiosai, melalui pendekatan psikologi sosial.

Novel sebagai salah satu karya sastra yang merupakan cerminan dari kehidupan nyata manusia yang dapat mempengaruhi terhadap pembacanya, mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya, maupun menegur dan mengingatkan para pembacanya akan suatu hal melalui amanat yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Untuk memahami amanat moral yang terkandung didalamnya, kita memerlukan sebuah pendekatan yang menguraikan tentang kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial. Penulis menggunakan pendekatan psikologi sosial untuk memahami amanat moral tersebut, karena psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan situasi sosial dan hasil kebudayaannya. Dalam menganalisis data, penulis menerapkan teori-teori tentang psikologi sosial, interaksi sosial, penyimpangan perilaku, norma dan moral, serta pranata sosial.

Dalam teknik pengolahan data, hal pertama yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan sumber data, penulis mencari arti dari kata dan kanji yang tidak di mengerti, lalu setelah arti dari kata dan kanji ditemukan penulis mencoba mengartikan serta memahami isi dari cerita dalam novel Shiosai tersebut. Kemudian menganalisa setiap kalimat dan mengaitkannya

(13)

1.6 Definisi Operasional

Analisis adalah suatu penelitian terhadap satu kejadian atau peristiwa untuk mengetahui kebenarannya.

Amanat adalah suatu pesan yang terkandung pada suatu hal.

Moral adalah ajaran tentang baik atau buruk dalam perbuatan, susila, dan akhlak.

Interaksi adalah hubungan antara dua orang atau lebih, dimana perilakunya dapat mempengaruhi satu dengan lainnya.

Jadi yang dimaksud dengan Analisis amanat moral interaksi antar tokoh dalam novel Shiosai dalam penelitian ini adalah suatu penelitian

terhadap satu peristiwa untuk mengetahui kebenaran dan pesan yang terkandung pada novel Shiosai, tentang baik atau buruknya perbuatan, susila, dan akhlak tokoh novel Shiosai dalam berinteraksi satu dengan lainnya.

Psikologi sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam suatu situasi sosial, terutama interaksinya dengan sesama manusia.

1.7 Sistematika Penulisan

(14)

BAB I adalah pendahuluan. Dalam BAB I ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah dalam penelitian. Dalam rumusan masalah terdapat tiga poin yaitu tentang amanat moral yang terkandung dalam novel Shiosai, lalu tentang bentuk interaksi sosial yang tercermin melalui tokoh, dan tentang penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh tokoh. Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian mempunyai tiga poin yang sama dan mengacu pada rumusan masalah. Dalam metode penelitian dipaparkan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti. Dalam definisi operasional dipaparkan tentang definisi judul karya ilmiah secara sistematis. Di bagian terakhir dalam BAB I adalah sistematika penulisan, dalam sistematika penulisan dibahas mengenai penulisan secara sistematis mulai dari BAB I hingga BAB V.

Selanjutnya pada BAB II akan dibahas mengenai teori yang dipakai peneliti selama penelitian Diantaranya adalah teori psikologi sosial, moral, norma dan interaksi sosial.

BAB III yaitu struktur fisik. Dalam BAB ini akan dibahas mengenai seluruh unsur instrinsik dalam novel mulai dari ringkasan cerita, penokohan, latar, tema, alur serta amanat.

(15)

BAB terakhir adalah BAB V yang akan membahas rangkuman mengenai hal-hal yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

1.8 Penelitian Terdahulu

Novel ini pun pernah dibahas dan menjadi karya ilmiah oleh penulis yang sebelumnya, diantaranya :

• Agustina Miawati.1991. Dalam penelitiannya yang berjudul

“Kecenderungan Berperilaku Tokoh–Tokoh Dalam Novel Shiosai

Karya Yukio Mishima (Suatu Tinjauan Sosiologis)” menyimpulkan

(16)

LANDASAN TEORI

2.1 Psikologi Sosial

Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti “jiwa” dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata “ilmu”. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari istilah psikologi. Istilah ilmu jiwa merujuk pada ilmu jiwa pada umumnya. Sedangkan istilah psikologi merujuk pada ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma ilmiah modern. Menurut psikologi modern, jiwa manusia bersama raganya merupakan satu kesatuan jiwa raga yang tidak dapat dipisah– pisahkan. Istilah psikologi merujuk pada ilmu pengetahuan yang sekaligus bercorak ilmu rohaniah, ilmu eksakta, dan ilmu sosial zaman modern.

Psikologi adalah cabang dari ilmu pengetahuan psikologi, dimana psikologi dapat dibagi menjadi psikologi umum (yang bertujuan untuk menyelidiki dan menerangkan kegiatan–kegiatan manusia pada umumnya) dan psikologi khusus (yang bertujuan untuk menerangkan dan menyelidiki segi–segi khusus dari kegiatan jiwa). Di antara beberapa cabang psikologi khusus terdapat psikologi sosial yang menguraikan dan menerangkan kegiatan–kegiatan manusia dan khususnya kegiatan–kegiatannya dalam hubungannya dengan situasi sosial. Situasi sosial itu sendiri adalah situasi di

(17)

mana terdapat interaksi antar manusia maupun antara manusia dan hasil kebudayaannya.

2.1.1 Psikologi Sosial Menurut Plato

Plato (± 400 sM) berpendapat bahwa jiwa manusia itu terbagi atas dua bagian, yaitu jiwa rohaniah dan badaniah. Jiwa rohaniah berpangkal pada rasio dan logika manusia dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi sebab

tidak pernah akan mati. Jiwa badaniah dibagi ke dalam dua bagian, yaitu bagian jiwa yang disebut kemauan dan bagian jiwa yang disebut nafsu perasaan. Kemauan adalah jiwa badaniah yang berusaha untuk mentaati

rasio kecerdasan, sedangkan nafsu perasaan merupakan jiwa badaniah yang senantiasa melawan ketentuan–ketentuan dari rasio kecerdasan manusia. Dengan demikian maka jiwa manusia mempunyai tiga macam daya atau kemampuan, yaitu kecerdasan, kemauan, dan nafsu perasaan. Selain itu, menurut Plato setiap kemampuan tersebut melahirkan kebajikan–kebajikan yang khas, yaitu kebajikan kecerdasan adalah budi, kebajikan kemauan adalah keberanian, dan kebajikan nafsu perasaan adalah kesederhanaan. (W.A. Gerungan, 2004 : 5-6).

2.1.2Psikologi Sosial Menurut Gustave Ie Bon

(18)

dan mengadakan hubungan karena adanya minat atau kepentingan bersama yang bersifat sementara. Menurut Ie Bon, suatu massa seakan–akan mempunyai satu jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dari sifat–sifat jiwa individu satu persatu yang termasuk dalam massa itu.

Beberapa sifat yang berbeda antara jiwa massa dan jiwa individu di antaranya adalah jiwa massa lebih impulsive, lebih mudah tersinggung, ingin bertindak dengan segera dan nyata, lebih mudah terbawa–bawa oleh sentiment, kurang rasional, lebih mudah dipengaruhi (suggestible), lebih

mudah mengimitasi daripada jiwa individual satu per satu orang–orang yang sama tetapi dalam situasi kehidupan sehari–hari yang bukan situasi massa.

Namun saat ini, sudah timbul kritik terhadap pandangan ilmu jiwa massa Ie Bon tersebut karena pendapatnya hanya menonjolkan sifat–sifat negatif dari suatu massa, padahal massa juga dapat membangun dan menjadi sumber semangat yang dapat meningkatkan derajat manusia serta mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang susila. (W.A. Gerungan, 2004 : 35-36).

2.1.3Psikologi Sosial Menurut Emile Durkheim

(19)

tanggapan yang kolektif, dan hanya kehidupan kolektif ini yang dapat menerangkan gejala–gejala sosial maupun gejala–gejala kemasyarakatan.

Pada hakikatnya, Durkheim telah menunjukkan dengan jelas kepada ahli–ahli ilmu–ilmu sosial bahwa jiwa kolektif serta tanggapan–tanggapan kolektifnya seperti norma–norma dan cita–cita sosial suatu masyarakat memang memegang peranan penting dalam pergaulan sosial kita.

Namun pendapatnya mendapatkan kritik, karena ia sama sekali mengabaikan peranan individu dalam gejala–gejala sosial dan memperbesar peranan ide–ide tanggapan–tanggapan dan jiwa kolektif. (W.A. Gerungan, 2004 : 38-39).

2.1.4Psikologi Sosial Menurut William James & Charles H. Cooley

Ilmu jiwa William James maupun ahli sosiologi Charles H. Cooley yang hidup dan bekerja pada awal abad ke-20 menegaskan bahwa perkembangan individu manusia berhubungan sangat erat dengan perkembangan masyarakat di lingkungannya.

Makin wajar hubungan sosial individu dalam kelompok–kelompoknya yang dimulai dengan berinteraksi bersama orang tua, maka makin terkembanglah kecakapan–kecakapan, keseimbangan pripadinya, dan makin produktif pula ia dalam kegiatan–kegiatannya dalam kelompok–kelompok kelak.

Terutama pandangan dan penghargaan terhadap diri sendiri

(20)

anggapan orang lain terhadap dirinya. Self-concept seorang individu merupakan suatu refleksi dari konsep–konsep orang lain terhadap dirinya. (W.A. Gerungan, 2004 : 41-42).

2.2 Interaksi Sosial

Menurut H. Bonner dalam bukunya Social Psychology, interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarperseorangan, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi–sendi kehidupan sosial, karena tanpa interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial. Manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (W.A.

Gerungan, 2004 : 62).

Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk–bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Menurut Gillin dan Gillin bentuk interaksi sosial dapat digolongkan menjadi dua macam sebagai berikut :

1. Proses asosiatif (process of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk khusus, yaitu :

(21)

individu dengan kelompok yang berhubungan dengan norma–norma sosial dan nilai–nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.

b. Asimilasi, yaitu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha– usaha untuk mengurangi perbedaan antara individu atau kelompok yang meliputi kesatuan tindak sosial dan proses–proses mental dengan memperhatikan kepentingan–kepentingan dan tujuan–tujuan bersama.

c. Akulturasi, yaitu perbauran dua unsur yang berbeda tanpa menghilangkan kepribadian asal masing–masing.

2. Proses disosiatif (process of disociation) yang mencakup :

a. Persaingan (competition), yaitu suatu proses sosial atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi (contravention), yaitu suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Bentuk kontravensi

menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker yaitu :

1) Kontravensi bersifat umum misalnya tindak kekerasan, mengacaukan rencana pihak lain, protes, gangguan–gangguan. 2) Kontravensi sederhana misalnya mencerca, memfitnah,

(22)

3) Kontravensi intensif misalnya penghasutan, menyebarkan desas–desus, dan mengecewakan pihak lain.

4) Kontravensi rahasia misalnya mengumumkan rahasia orang lain, berkhianat.

5) Kontravensi taktis misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain.

c. Pertentangan (conflict), yaitu suatu proses sosial yang dilakukan oleh perseorangan atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuan yang disertai ancaman atau kekerasan. (Lukman Hakim, 1999:15 – 20)

2.3 Moral

Kata moral selalu mengacu pada baik–buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma–norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul–salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik–buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. (Franz Magnis-Suseno,1987:19)

2.4 Norma Sosial Dalam Masyarakat

(23)

satu bentuk kebudayaan. Norma dan nilai merupakan bagian dari kebudayaan ideasional (berwujud gagasan–gagasan) yang menentukan apa yang harus dan atau seharusnya kita lakukan.

Norma adalah aturan–aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disertai dengan sanksi atau ancaman bila tidak melakukannya. Norma merupakan pedoman hidup dan mengikat setiap anggota masyarakat. Dalam upaya mencari nilai–nilai sosialnya. (Lukman Hakim, 1999:35)

Norma Yang Berdasarkan Kekuatan Mengikatnya Dalam Masyarakat 1. Norma kesusilaan (Mores)

Mores atau norma kesusilaan adalah salah satu aturan yang erat kaitannya dengan norma agama. Sanksi yang melanggar norma ini adalah mendapatkan gunjingan, sindiran, ejekan, bahkan dapat diisolir (dikucilkan) oleh masyarakat.( Lukman Hakim, 1999:36)

2. Norma kelaziman (Folkways)

Folkways atau norma kelaziman adalah tata aturan seseorang atau

kelompok dalam melakukan suatu kegiatatan yang didasarkan pada tradisi dan kebiasaan. Orang yang melanggar norma akan mendapatkan cacian atau celaan dari orang lain atau masyarakat pada umumnya.

2.5 Penyimpangan Perilaku

(24)

normatif maupun dari harapan–harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. (Lukman Hakim, 1999:63 )

Sosialisasi erat kaitannya dengan perilaku. Setiap individu senantiasa berusaha untuk mengadakan proses sosialisasi sehingga dirinya merasa diterima keberadaannya dalam masyarakat. Namun apabila proses sosialisasi tidak berjalan mulus, individu merasa gagal dan tidak mempunyai kemampuan untuk memahami norma–norma yang berlaku dan akan terjadi ketidaktaatan terhadap norma tersebut.

Setiap individu mempunyai pola tingkah laku, keinginan dan latar belakang sosial yang beranekaragam. Untuk mencapai proses sosialisasi yang sempurna diperlukan adanya penyesuaian pola tingkah laku individu dengan norma yang belaku dalam masyarakat. Secara sederhana, terjadinya perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kesulitan–kesulitan sosialisasi meliputi hal–hal sebagai berikut :

1. Kesulitan komunikasi

2. Adanya perbedaan pola tingkah laku

3. Individu tidak memiliki konsep tentang dirinya (Lukman Hakim, 1999:63-67 )

2.6 Pranata Sosial

(25)

terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman), yang menggambarkan bentuk dan susunan sosial institusi tersebut.

Social institution menunjukkan adanya unsur–unsur yang mengatur

perilaku warga masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas– aktivitas untuk memenuhi komplek–komplek kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah– masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. 2. Menjaga kebutuhan masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian

sosial (social control), artinya sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota–anggotanya. (Lukman Hakim, 1999:109-118 )

(26)

Djojosuroto, Kinayati dan Sumaryati, M. L. A. 2004. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Penerbit Nuansa.

Faridl Ma’ruf, Ahmad. 2004. Senandung Ombak. Yogyakarta: Diva Press. Gerungan, Dr. W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hakim, Lukman, Drs. 1999. Sosiologi Untuk SMU Kelas II. Bandung: PT

Grafindo Media Pratama.

Kutha Ratna, Nyoman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryati, Enok, Dra, M. S. 2000. Antropologi Untuk SMU Kelas III. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.

Mishima, Yukio. 1988. Shiosai. Tokyo: Shonen Shoju Nihon Bungakukan. M, Echols, Jhon, Shadily Hassan. 1989. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta: PT.

Gramedia.

Nelson, Andrew N. 2003. Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia. Terjemahan Tim Redaksi Kesaint Blanc. Jakarta: PT. Kesaint Blanc Indah Corp.

Poerwadarminta, W. J. S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sukasworo, Ign, Drs, Suwignyo, Raymundus dan Sartini, Caecilia. 2002. Bahasa Indonesia Untaian Gramatika dan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Piranti Darma Kalokatama.

Sulaeman, Dadang, 1995. Dr. Psikologi Remaja. Bandung: CV. Mandar Maju. Suseno, Frans Magnis, Dr. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok

Filsafat Moral.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Taniguchi, Goro. 1982. Kamus Standar Bahasa Indonesia-Jepang. Tokyo: Japan Indonesia Association, Inc.

(27)

Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, objek penelitian adalah aspek moral tokoh Angel dalam novel Ayah Mengapa Aku Berbeda. karya Agnes Davonar,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, objek penelitian adalah aspek moral tokoh Angel dalam novel Ayah Mengapa Aku Berbeda?. karya Agnes Davonar,

Penelitianinibertujuanuntukmengetahui aspek komunikasi yang menyebabkan terjadinya konflik antar tokoh dalam novel Memburu Matahari karya Nadjib Kartapati Z dan bagaimana

Berdasarkan pembahasan di atas, dalam novel Calabai karya Pepi Al- Bayqunie mengandung kecerdasan moral yang direpresentasikan oleh tokoh utama bernama

Hasil penelitian presuposisi percakapan antar tokoh dalam Novel Kembang Turi Karya Budi Sardjono terdapat 195 tuturan yang termasuk tuturan praanggapan eksistensial,

Objek material penelitian ini adalah novel karya Ernest Prakasa berjudul Ngenest, sedangkan objek formalnya adalah konflik batin tokoh utama yang akan dikaji menggunakan teori

tokoh utama yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto;(2) nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto;dan (3) skenario

Psikologi aspek moral tokoh Ayyas dalam novel Bumi Cinta, dapat ditemukan hasil analisis penelitian ini yaitu: tokoh Ayyas merupakan seorang laki-laki yang