• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel 38 Tahun Mencari Ibu Karya Alya Zulfa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel 38 Tahun Mencari Ibu Karya Alya Zulfa"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 38 TAHUN MENCARI IBU KARYA ALYA ZULFA

Oleh :

Indah Fazriani 100701011

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sastra dalam bidang ilmu sastra dan telah disetujui oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum.

NIP 1962095198903 1 017 NIP 19620419 198703 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Psikologi Tokoh Utama dalam Novel 38 Tahun Mencari Ibu Karya Alya Zulfa: Analisis Psikologi Sastra” adalah benar hasil karya penulis. Judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain demi memperoleh gelar kesarjanaan. Semua sumber data yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar sesuai aslinya. Apabila dikemudian hari, pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(3)

PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 38 TAHUN MENCARI IBU KARYA ALYA ZULFA : KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Oleh: Indah Fazriani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Dalam suatu karya terdapat unsur intrinsik, salah satunya adalah tokoh. Kajian Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Psikologi sastra adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Pengarang menampilkan berbagai sikap dan perilaku tokoh sehingga dapat dipahami bagaimanakah kejiwaan tokoh tersebut. Kejiwaan yang terjadi dapat mempengaruhi hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek psikologis tokoh utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu karya alya Zulfa yang diterbitkan pada tahun 2013. Psikologis tokoh utama yang tergambar pada sikap dan perilaku tokoh dilihat dengan teori psikoanalisis Sigmung Freud mengenai struktur kepribadian. Psikologis tokoh utama ini menerapkan metode penelitian kualitatif dan pengumpulan data dengan penelitian perpustakaan. Hasil analisis novel 38 Tahun Mencari Ibu dapat disimpulkan bahwa psikologis tokoh utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu kaya Alya Zulfa adalah komponen struktur kepribadian menurut id, ego, dan superego. Aspek psikologis tokoh utama adalah pada awalnya dia memiliki keadaan jiwa yang ideal (ego) dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dia mampu mengatasi dorongan id nya sampai akhirnya menikah dan bertemu dengan kedua orangtua kandungnya. Dalam taraf perkembangan kejiwaan, Reza selalu mendapat tekanan dari superego yang memberikan kecemasan.. Dia meredakan kecemasannya dengan mekanisme represi, yaitu menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan ke alam bawah sadar. Reza mampu menekan atau mengontrol superego yang didorong kuat oleh ego sehingga Reza mampu bersabar mencari tahu siapa orang tua kandungnya walaupun ada perasaan cemas yang ditimbulkan dari superego.

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Psikologi Tokoh Utama dalam Novel 38 Tahun Mencari Ibu Karya Alya Zulfa : Analisis Psikologi Sastra” disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membantu, memberi saran, dan bersabar dalam memberikan ilmu kepada penulis.

(5)

5. Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Staf pengajar dan Administrasi di Departemen Sastra Indonesia dan Umumnya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tuaku yang terkasih dan tercinta, Ayahanda Erwan Ilyas dan Ibunda Yusnizar S.H yang telah banyak memberikan kasih sayang, pelajaran hidup bagi penulis dan turut serta dalam mendidik, mendoakan dan mendukung baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

8. Saudara-saudaraku Kakak-kakak, Abang, dan Adik, yang selalu mendukung, mendoakan dan menjadi inspirasi bagi penulis dalam keadaan apa pun untuk tetap bersemangat, sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Sahabat-sahabat 2010saya, terima kasih atas cerita suka dan duka yang kita bangun selama ini untuk menuju strata satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi perkembangan ilmu humaniora yang lebih bermanfaat.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………... i

PERNYATAAN ………... ii

ABSTRAK ………... iii

PRAKATA ………... iv

DAFTAR ISI ………... v

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 3

1.3 Batasan Masalah………... 3

1.4 Tujuan Penelitian ………... 4

1.5 Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep ………... 5

2.1.1 Psikologi Sastra…….. ………..…... 6

2.1.2 Tokoh Utama ………... 7

2.1.2 Pendekatan struktural ………. 9

2.2 Landasan Teori ………... 13

2.3 Tinjauan Pustaka ………...17

BAB III METODE PENELITIAN……….. 19

3.1 Metode Penelitian ……….……… 19

3.1.1 Sumber Data ……….. 19

3.1.2 TehnikPengumpulan Data ………. 20

(7)

4.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh Utama Novel 38 Tahun Mencari Ibu ……... 22

4.2 Struktur Novel Yang Membangun Psikologi Tokoh Utama ……… 27

4.2.1 Pendekatan Struktural ……… 27

BAB V PENUTUP ………... 37

5.1 Simpulan ……… 37

5.1 Saran ………... 39

(8)

PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 38 TAHUN MENCARI IBU KARYA ALYA ZULFA : KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Oleh: Indah Fazriani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Dalam suatu karya terdapat unsur intrinsik, salah satunya adalah tokoh. Kajian Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Psikologi sastra adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Pengarang menampilkan berbagai sikap dan perilaku tokoh sehingga dapat dipahami bagaimanakah kejiwaan tokoh tersebut. Kejiwaan yang terjadi dapat mempengaruhi hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek psikologis tokoh utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu karya alya Zulfa yang diterbitkan pada tahun 2013. Psikologis tokoh utama yang tergambar pada sikap dan perilaku tokoh dilihat dengan teori psikoanalisis Sigmung Freud mengenai struktur kepribadian. Psikologis tokoh utama ini menerapkan metode penelitian kualitatif dan pengumpulan data dengan penelitian perpustakaan. Hasil analisis novel 38 Tahun Mencari Ibu dapat disimpulkan bahwa psikologis tokoh utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu kaya Alya Zulfa adalah komponen struktur kepribadian menurut id, ego, dan superego. Aspek psikologis tokoh utama adalah pada awalnya dia memiliki keadaan jiwa yang ideal (ego) dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dia mampu mengatasi dorongan id nya sampai akhirnya menikah dan bertemu dengan kedua orangtua kandungnya. Dalam taraf perkembangan kejiwaan, Reza selalu mendapat tekanan dari superego yang memberikan kecemasan.. Dia meredakan kecemasannya dengan mekanisme represi, yaitu menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan ke alam bawah sadar. Reza mampu menekan atau mengontrol superego yang didorong kuat oleh ego sehingga Reza mampu bersabar mencari tahu siapa orang tua kandungnya walaupun ada perasaan cemas yang ditimbulkan dari superego.

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

Kajian Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Hartoko melalui Endaswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi sastra adalah munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain dianggap belum biasa mewadahi tuntutan praktis. Oleh karena itu, muncullah psikologi sastra yang berfungsi sebagai jembatan dalam interpretasi.

Karya sastra merupakan hasil dari curahan perasaan sentimentaldan abstraksi dari sebuah semesta kejiwaan, baik kesadaran maupun alam bawah sadar dalam memahami kehidupan manusia.Merefleksikan fenomena kejiwaan terdapat indikasi merekam gejolak-gejolak batin sebelum direkam dalam suatu karya sastra.Gejolak batin hadir pada tingkah laku dari seorang tokoh didalam suatu karya sastra, kemudian direkam dalam sebuah struktur narasi.

(10)

beberapa unsur dalam kehidupan psikis yaitu, das es yaitu ketidaksadaran, das ich yang memiliki unsur kesadaran, danuber ich atau “aku ideal” yang berfungsi sebagai hati nurani, yang mengkritik dan mengontrol kehidupan sendiri.

Pendekatan psikologi adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan dan tingkah laku manusia.Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam.Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi.

Penelitian psikologi sastra disini juga memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan.Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).

Peristiwa atau kejadian dapat mempengaruhi hidup seseorang.Hal ini diakibatkan adanya rasa tidak bahagia, salah satunya adalah rasa cemas, seperti tokoh utama pada novel 38 Tahun Mencari Ibuyang menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang bernama Reza mencari ibu kandungnya. Reza adalah anak kandung dari pasangan Ani Lova dan Binsar.Waktu demi waktu telah berlalu dan Reza pun beranjak dewasa.Pada saat itulah Reza merasakan ada hal yang ganjil yang sangat membuat dia penasaran tentang statusnya sebagai anak.Hal ini mengakibatkan timbulnya kecemasan yang menyelimuti perasaan anak tersebut tentang siapa sebenarnya jati dirinya.

(11)

keluarga yang membesarkannya. Ketidaktenangan ini membuat Reza memberontak dan terus berjuang mencari nashabnya tanpa berbekal informasi yang jelas.

Reza Purwanti adalah tokoh utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu.Tokoh Reza sendiri merupakan tokoh protagonis dalam cerita karena merupakan tokoh yang mendukung jalannya cerita.Tokoh Reza juga mengungkapkan semua hal tentang kehidupan Reza mulai dari kecil hingga menemukan sosok ibu kandungnya sendiri.

Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu tokoh Reza digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang tidak suka diatur.Dia cenderung ingin melakukan hal-hal yang memang dia inginkan.

“Reza tidak suka dengan pilihan sekolah yang telah diberikan oleh orang tua angkatnya.Ia merasa tak nyaman belajar di sekolah yang bukan pilihannya.Di usianya yangpubertas ini Reza mulai banyak berontak pada orang tua angkatnya.Ia merasa orang tua angkatnya terlalu banyak mengatur kehidupannya” (38TMI, 2013:52).

Karena Reza merasa tidak nyaman di sekolahnya, akhirnya ia bolos sekolah. Dan orang tua tidak tau apa-apa dimana keberadaan Reza saat ia bolos.

“Cecep kedatangan tamu seorang ibu.Dan ibu itu ternyata wali kelas Reza di sekolah.Sang wali kelas melaporkan bahwa angka kehadiran Reza di sekolah rendah” (38TMI, 2013:53).

(12)

mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU) di Padang.Karena ketertarikannya dengan hal-hal yang berbau minang.Reza mengambil jurusan Psikologi Pedidikan Bahasa dan Bahasa jerman.Orangtua angkat Reza Pak Cecep dan Erlina tidak menyetujui Reza berkuliah di Padang.Akhirnya muncul lah pengumuman SIPENMARU yang menyatakan reza tidak lulus.Cecep menawarkan Reza kuliah di jurusan Akuntansi tetapi tetap saja Reza menolak tawaran kedua orantuanya. Akhirnya ia memutuskan kuliah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Bandung.

“Pah, mah, maafkan aku karena tidak memenuhi keinginan dan harapan Papa dan Mama. Andaikan aku tau identitasku yang sebenarnya, mungkin apapun yang Papa Mama harapkan akan aku usahakan demi membalas jasa dan kasih sayang yang sudah kalian berikan kepadaku di masa kecil hingga aku bisa mengenal kehidupan yang penuh dengan aneka ragam pilihan” (38TMI, 2013:59).

Diyakini bahwa pribadi manusia itu pada dasarnya dapat berubah-ubah.Perubahan itu terjadi akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya a) faktor dari dala yang dibawa sejak lahir (berwujud benih, bibit, keturunan, atau kemampuan-kemampuan dasar, b) faktor dari luar atau pengaruh lingkungan (Endraswara, 2008:190-191).Faktor keturunan yang dibawa sejak lahir sangat berpengaruh pada jiwa anak. Hal ini terlihat jelas pada tokoh Reza, yaitu ia mempunya jiwa pemberontak yang menolak semua permintaan orangtua angkatnya.

(13)

dinamakan id, ego, dan superego.Dalam diri seseorang yang mempunyai jiwa sehat ketiga sistem ini merupakan satu susunan yang bersatu dan harmonis.

Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu tokoh utama merupakan karakter yang keras, apapun keinginan yang ingin ia capai harus bisa ia penuhi. Ia merasa bukan anak kandung dari orangtua yang bernama Cecep dan Erlina. Hal ini membuat Reza penasaran tentang siapa kedua orangtua sebenarnya.

Dalam novel ini, pengarang banyak bercerita tentang aspek psikologi para tokoh dan struktur-struktur novel yang membangun aspek psikologi tersebut.Permasalahan yang menarik untuk dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah aspek psikologis tokoh dalam novel 38Tahun Mencari Ibu.Psikologis merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan para tokoh yang ada di dalam cerita.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimanakah psikologi tokoh utama 38 Tahun Mencari Ibu karya

Alya Zulfa?.

2. Bagaimanakah struktur novel yang membangun psikologi tokoh utama 38TahunMencari Ibu karya Alya Zulfa?.

1.3 Batasan Masalah

(14)

ingin dikemukakan penulis dalam novel ini adalah tentang bagaimanakah psikologis tokoh utama tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori psikologi sastra.

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas karena penelitian harus mempunyai arah dan tujuan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalahuntuk :

1. Mendeskripsikan psikologis tokoh 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa.

2. Mendeskripsikan struktur novel yang membangun psikologis tokoh utama 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa.

1.4.2 Manfaat

Penelitian terhadap novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:

1. Untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai kajian psikologi sastra terutama Bidang Sastra Indonesia.

(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Konsep memiliki arti sebagai berikut: (1) rancangan, (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, (3) gambaran mental dari objek, proses, atau pun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2007:588). Dengan kata lain konsep merupakan unsur penelitian yang menentukan arah pemikiran.

(16)

2.1 Psikologi sastra

Dalam menganalisis novel ini, dipergunakan teori psikologi sastra. Teori psikologi bukanlah hal yang baru dalam sastra, karena tokoh dalam sebuah karya sastra memiliki jiwa yang dibahas dalam psikologi. Jiwa itu sendiri bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh, dan hanya timbul melalui reaksi sebagai hasil observasi. Hasilnya itu dapat kita lihat dalam bentuk tingkah laku seseorang, seperti seseorang sedang menangis, tertawa, ataupun marah. Ekspresi sangat penting meskipun tidak semua hal dapat dilihat dari tingkah laku.

Dalam prosesnya penelitian dengan mempergunakan teori psikologi sastra melalui pendekatan psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Freud meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan atau dipenuhi.

Karya sastra dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan khususnya dalam kaitannya dengan psike (Endraswara, 2008:9-12).

(17)

unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

Endraswara dalam bukunya Metode Penelitian Sastra menjelaskan tujuan psikologi sastra sebagai berikut:

“Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang

terkandung dalam suatu karya sastra. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadapmasyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya misalnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi

dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike” (Endraswara,

2008:11-12).

2.2 Tokoh Utama

Novel adalah media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya (Nursisto, 2000:168). Fananie(2001:86) mengatakan dalam novel sudah tentu ada tokoh yang akan menjalankan cerita. Sebagian besar tokoh-tokoh di dalam fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati pun hanya berupa rekaan atau imajinasi tetapi tokoh adalah hal yang penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh – tokoh tersebut tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007:165) :

“Tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca.Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita”.

(18)

utama, sedangkan tokoh kedua, tokoh ketiga dan seterusnya kurang mendapat penekanan. Untuk memahami tokoh dalam sastra tentu saja diperlukan teori psikologi khusus. Seperti pernyataan Wright (dalam Endraswara, 1998:9) bahwa untuk mengungkapkan unsur psikologi dalam karya sastra diperlukan bantuan teori-teori psikologi. Teori ini disesuaikan dengan hal yang akan digali dari tokoh. Dalam novel-novel tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dijumpai dalam setiap halaman novel yang bersangkutan. Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu tokoh Rezayang selalu mengalami kejadian yang sangat mengharukan yaitu ditinggal oleh sang ibu yang baru berusia lima hari. Hingga pada akhirnya Reza dirawat oleh keluarga angkatnya. Di ceritakan tokoh utama yang bernama Reza mempunya usaha dan kemauan yang sangat keras untuk mencari tau siapa dan dimana kedua orangtua kandung dan saudara kandungnya.

Tokoh utama dalam cerita pada novel ini adalah Reza. Reza adalah tokoh yang paling banyak memerlukan penceritaan. Reza bertemu dengan kedua kakak kandungnya yang tak pernah ia kenal akibat konflik rumah tangga kedua orang tua kandung mereka.Sedangkan tokoh tambahan lainnya hadir karena kehadirannya sangat diperlukan untuk memperkuat karakter tokoh utama.

(19)

Unsur penokohan mencakup pada tokoh, perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009: 166). Menurut Suroto, (1989:92) ada dua hal yang penting dalam penokohan, yaitu teknik penyampaian dan kepribadian tokoh yang ditampilkan. Keduanya memiliki hubungan yang erat karena penggambaran tokoh harus sesuai dengan watak atau kepribadian tokoh itu sendiri.

Pendekatan psikologi menekankan analisis terhadap karya sastra dari segi inttrinsik, khususnya pada penokohan atau perwatakannya. Penekanan ini diutamakan, karena tikoh ceritalah yang banyak mengalami gejala kejiwaan (Semi, 1993:79).

2.3 Pendekatan Struktural

Tema adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita. Tema adalah pandangan hidup mengenani kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membangun dasar dan gagasan utama dari suatu karya sastra. Tema memberi gambaran tentang pandangan hidup yang dapat diperoleh setelah membaca atau memberi makna karya sastra tersebut.

Suatu cerita akan baik dan berbobot apabila ada tema atau topik yang dibicarakan. Dalam menganalisis cerita, pengarang tidak hanya sekedar bercerita tetapi juga mengatakan sesuatu kepada pembaca agar si pembaca mengerti apatopik yang ada di dalam cerita tersebut.

(20)

peristiwa sehingga menjalin sebuh cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan terbagi menjadi lima bagian:

1. Tahap penyituasian (Situation)

Tahap yang terutama, berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar serta tokoh-tokoh cerita.

2. Tahap pemunculan konflik (Generating Circumstances)

Tahap pemunculan konflik (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

3. Tahap peningkatan konflik (Rising Action)

Tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan dalam tahap sebelumnya semakin berkembang.

4. Tahap klimaks

Konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui kepada para tokoh cerita mencapai puncaknya. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh para tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dari penderita terjadinya konflik utama.

5. Tahap penyelesaian (Denoument)

Tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian dan ketegangan.

(21)

1. Latar tempat

Latar adalah tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

2. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan di dalam karya sastra.

3. Latar sosial

Latar sosial adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu karya sastra. Dari suatu cerita dapat diambil suatu pesan atau kesan yang disebut amanat. Nilai-nilai yang ada di dalam cerita bisa di lihat dari diri si sastrawan dan pembacanya.

Pendekatan struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar, dan amanat merupakan satu langkah awal untuk melakukan penelitian karya sastra. 2.2. Landasan teori

Teori adalah alat, berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek secara maksimal (Ratna, 2004:95).Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud mengenai teori kepribadian.

Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu: 1. Das Es (id) yaitu aspek biologis.

(22)

3. Das Ueber Ich (super ego) yaitu aspek sosiologis.

Ketiga aspek tersebut masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya sangat berhubungan sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek itu.

Id adalah sistem kepribadian yang asli yang dibawa sejak lahir.Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu berusaha untuk memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Prinsip kenikmatan diproses dengan dua cara, yaitu tindak refleks adalah reaksi spontan yang dibawa sejak lahir, dipakai untuk menangani pemuasan sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan seperti mengejapkan mata bila terkena debu. Proses primer adalah reaksi membayangkan atau menghayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, seperti orang lapar yang membayangkan makanan. Proses membayangkan yang dapat menghilangkan tegangan ini disebut pemenuhan hasrat. Dalam proses menghayal ini idtidak mampu memperoleh khayalan itu secara nyata, sehingga dibutuhkan peranan ego (Alwisol, 2009: 14-15).

(23)

berupa dua macam proses. Proses yang pertama tindakan refleks yaitu suatu bentuk atau tingkah laku atau tindakan yang mekanisme keranya otomatis. Proses yang kedua adalah proses primer yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit (Koswara, 1991:32)

Ego berkembang dari id yang tidak mampu memperoleh khayal dalam proses primer. Ego beroperasi dengan menggunakan prinsip realita, yaitu berusaha memperoleh kepuasan dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata yang dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita ini dikerjakan melalui proses sekunder, yaitu berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud (Alwisol, 2009: 15-16).

Ego sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu pada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id (Feist, 2010:33).

Superego adalah kekuatan moral dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik, prinsip ini mempunyai dua subprinsip, yaitu conscience (menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (menghadiahi tingkah laku yang benar), yang memiliki tujuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah (Alwisol, 2009:16).

(24)

mengembalikan dorongan agresif melalui proses represi. Superego memang tidak bisa memproduksi represi sendiri tetapi superego memerintahkan ego untuk melakukan hal tersebut.Superego mengawasi ego dengan ketat serta menilai tindakan dan niat dari ego.

Rasa bersalah muncul pada saat ego bertindak atau berniat untuk bertindak bertentangan dengan standar moral superego Feist, (2010:34). Menurut Poduska, (1990:77) mengatakan bahwa psikoanalisa memberikan sumbangan yang lebih besar, langsung ataupun tidak langsung dalam mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal daripada pendekatan psikologi lainnya.

Selanjutnya menurut (Milner dalam Endaswara, 2008:101) ada dua hal yang dinyatakan sebagai hubungan antara sastra dan psikoanalisa, pertama ada kesamaan antara hasrat–hasrat yang tersembunyi pada setiap manusia yang menyebabkan kehadiran karya sastra yang mampu menyentuh perasaan kita,karena karya sastra itu memberikan jalan keluar terhadap hasrat–hasrat

rahasia tersebut. Kedua, ada kesejajaran antara mimpi dan sastra, dalam hal ini kita menghubungkan kolaborasi karya sastra dengan proses mimpi, yang oleh Freud disebut “pekerjaan mimpi”.

Itulah sebabnya proses kreativitas penulis dalam menciptakan karyanya sangat dipengaruhi oleh sistem sensor interen yang mendorongnya untuk menyembunyikan atau memutarbalikkan hal–hal penting yang ingin dikatakan

(25)

b) memakai objek mimpi, fantasi, dan mite, yang dalam sastra ketiganya merupakan sumber imajinasi.

Teori Freud tentang alam bawah sadar memang penting bagi pembahasan psikologi sastra karena mampu mempengaruhi kejiwaan siapa saja termasuk tokoh-tokoh sastra.Psikoanalisa juga sering merangsang kepada “keadaan jiwa’ pencipta sehingga muncul ide teks sastra. Peneliti psikologi sastra pada akhirnya juga akan mampu membaca rentetan psikologi pembaca. Teks sastra merupakan rangsangan bawah sadar pada pembaca. Semakin tinggi tingkatan sebuah teks dapat mempengaruhi jiwa pembaca, maka semakin berkualitas pula karya sastra itu.

2.3 Tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.

(26)

Sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian sastra dengan menggunakan analisis psikosastra. Penelitian dengan pendekatan psikosastra tetapi dengan objek yang berbeda telah dilakukan oleh Lissa Ernawati dalam skripsinya yang berjudul Novel Rojak karya Fira Basuki : Analisis Psikosastra. Lissa menganalisis keadaan psikologis tokoh-tokohnya dari segi kesepian, frustasi, dan kepribadian.

Penelitian lain mengenai perilaku psikis tokoh dilakukan oleh Favorita Kurwidania dalam skripsinya yang berjudul Aspek Penokohan Dalam Cerita Bersambung Ledhek Kethek Karya Sugeng Wardi : Sebuah Pendekatan Psikologi

Sastra pada tahun 2006. Dari hasil penelitiannya tersebut, Favorita menyimpulkan dan mengungkapkan tentang kehidupan seseorang yang melatarbelakangi pekerja seni kaum masyarakat sosial bawah.

Penelitian berikutnya adalah oleh Pipiet dalam tulisannya yang berjudul Konflik dan Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Pertemuan Dua Hati karya

NH.Dini.Dalam tulisannya Pipiet mengungkapkan bagaimana kepribadian tokoh utama dalam novel dan bagaimana konflik psikologis dari tokoh tersebut terhadap interaksinya dengan dunia luar.

Selanjutnya Arina Destinawati dalam tulisannya yang berjudul Konflik Psikologis Tokoh Utama Perempuan Dalam Novel Sebuah Cinta Yang Menangis

mengungkapkan bahwa faktor-faktor apa saja yang dapat mendeskripsikan karakter tokohutama.

(27)

Man’sOrange Karya Ruth Park.Dalam skripsinya, Ririn membahas tentang

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam mengkaji novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa adalah deskriptif kualitatif. Menurut Aminuddin (Fitriannie, 2009:20) metode deskriptif kualitatif artinya menganalisis bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar variable. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka.Hasil penelitian berisikan kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi. Pengkajian deskriptif menyarankan pada pengkajian yang dilakukan hanya berdasarkan pada fakta atau fenomena. Penelitian ini juga mengutamakan kedalaman penghayatan yang menghasilkan hasil data deskriptif berupa kata-kata (Endraswara, 2008:5).

3.1.1 Sumber Data

Sumber data yang akan dianalisis adalah sebagai berikut : Judul : 38 Tahun Mencari Ibu

Pengarang : Alya Zulfa

Penerbit : PT. Elex Media Komputindo Jumlah Halaman : 388

Cetakan : Pertama

Tahun terbit : 2013

(29)

Gambar sampul : Gambar seorang anak kecil yang sedang berdiri.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakna cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Noor. 2013:138). Karya sastra sebagai dunia yang otonom dan sebagai aktivitas pengarang dengan berbagai unsur yang berhasil diciptakan dapat dianalisis secara ilmiah, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik studi pustaka, yaitu menyimak dan mencatat (Ratna, 2004:39).

Data berupa teks dikumpulkan dengan teknik simak dan catat.Teknik simak yaitu teknik yang focus penelitiannya ialah data primer peneliti. Dalam hal ini data primer berupa sebuah novel berjudul 38 Tahun Mencari Ibu yang disimak secara cermat dan teliti pada setiap bagiannya. Mengumpulkan data berupa kalimat dan paragraf yang mewakili struktur dan aspek psikologis tokoh utama, data yang telah terkumpul dikelompokkan menjadi indikator yang meliputi struktur kepribadian yaitu id, ego, dan superego.

3.1.3 Teknik Analisis Data

(30)

deskriptif merupakan teknik analisis dengan mendeskripsikan data yang sudah ada kemudian diidentifikasi melalui proses membaca dan menyimak.

(31)

BAB IV

PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 38 TAHUN MENCARI IBU KARYA ALYA ZULFA

.

4.1 Tokoh Utama novel 38 Tahun Mencari Ibu

Tokoh adalah figur yang dikenal dan sekaligus berhubungan mengenai dengan tindakan psikologis. Dia adalah “eksekutor” dalam sastra. Jutaan rasa akan

hadir lewat tokoh. Aspek psikologi ini tidak terbatas. Tokoh terkadang juga merepresentasikan psikis pengarangnya.

Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan dalam suatu cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun ditengah kejadian.Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu, tokoh utamanya ialah Reza Purwanti. Berdasarkan perwatakannya. Tokoh Reza Purwanti dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu menggambarkan dirinya sendiri yang memiliki kemauan keras.

“Saat SIPENMARU, Reza mengambil jurusan Psikologi Pendidikan dan Bahasa

Jerman. Tetapi Ayah dan Ibu angkatnya tidak setuju. Setelah menunggu beberapa bulan, akhirnya muncul pengumuman SIPENMARU.Ternyata Reza tidak lulus Cecep lalu menawarkan Reza kuliah di Jurusan Akuntansi Universitas Islam Bandung (UNISBA), tetapi Reza tidak menyutujuinya” (38TMI, 2013:58).

(32)

Dengan kata lain, tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi dari ketiga sistem tersebut. Meskipun ketiga sistem kepribadian itu berhubungan dengan rapat sehingga sulit untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, namun Freud menggaris bawahi bahwa ketiga sistem kepribadian tersebut tidaklah dipisahkan secara tegas. Perkembangan ketiga sistem itu bervariasi pada setiap individu yang berbeda. Berikut akan dijelaskan hubungan antara id, ego, dan super ego pada tiga tipe individu menurut pakar psikologi.

Pada individu pertama, id mendominasi ego yang lemah dan super ego yang plinplan sehingga ego tidak mampu menyeimbangkan antara gigihnya tuntutan id. Akibatnya, individu ini terus-menerus memuaskan kesenangannya tanpa memandang apa yang mungkin atau tidak layak. Individu kedua, yang memiliki rasa bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah, akan mengalami sederetan konflik karena ego tidak bisa mengendalikan tuntutan antara super ego dan id yang saling bertentangan, tetapi sama kuat. Sedangkan individu ketiga, yang memiliki ego kuat dan merangkul tuntutan-tuntutan, baik dari id maupun super ego, sehat secara psikologis dan mampu memegang kendali atas prinsip kesenangan dan prinsip moralistis (Feist dan Feist, 2010: 35).

Tokoh Reza Purwanti dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu adalah tokoh utama. Berdasarkan wataknya, tokoh Reza juga merupakan tokoh bulat yang menampilkan berbagai sisi baik dan buruknya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga unsur. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego, dan superegoyang bekerja sama untuk menciptakan prilaku manusia.

(33)

id nya sampai akhirnya menikah dan bertemu dengan kedua orangtua kandungnya. Dalam taraf perkembangan kejiwaan, Reza selalu mendapat tekanan dari superego yang menimbulkan kecemasan. Dia meredakan kecemasannya dengan mekanisme represi, yaitu menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan ke alam bawah sadar, sehingga menguras energi psikis di dalam id nya dan menyebabkan ego mampu menguasai dan dia menjadi orang yang baik.

Reza Purwanti menjalankan sistem id yaitu kepribadian yang asli yang dibawa sejak lahir. Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya dilandasi oleh maksud menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan menyenangkan.

1. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari prilaku naluriah. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis sehingga komponen utama adalah kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk menggapai kepuasan dari semua keinginan dan kebutuhan.

2. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis.

(34)

Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu dijelaskan bahwa tokoh Reza adalah seorang anak angkat yang diasuh oleh keluarga Cecep dan Erlina. Pada awal Reza diasuh dari kecil dia tidak mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Keluarga Cecep juga menyembunyikan identitas Reza yang sebenarnya anak kandung dari Ani Lova dan Binsar. Pada masa-masa remajanya Reza sudah mulai mencium siapa dia sebenarnya. Dia mulai mencari tahu, kenapa minat yang digemarinya tidak sejalan dengan karakter orangtuanya pada saat itu. Reza memiliki niat agar segera mencari tahu siapa orangtua kandungnya, batinnya seakan mengajak untuk segera mencari orangtuanya.

Pada bab selanjutnya dalam novel diceritakan bahwa pada saat Reza mengetahui bahwa dia bukan anak kandung dari keluarga Cecep, dia sangat terpukul. Karena selama yang dia tahu, dia adalah anak kandung dari ayah yang bernama Cecep dan ibu yang bernama Erlina.

“Reza mengambil dan membuka map biru, ya Allah ternyata isinya sura twaris. Reza sangat terkejut hingga matanya terbelalak ketika melihat namanya tak tercantum dalam surat waris, hanya adiknya yangnomor dua dan tiga?”(38TMI, 2013:68).

Pada saat itu Reza merasa orang tuanya pilih kasih. Dia memasukkan lagi surat waris itu ke dalam map dan menyimpannya di lemari pakaian orang tuanya.

“Mestinya, yang paling berhak menjadi ahli waris adalah anak sulung, gerutunya dalam hati”(38TMI, 2013:68).

(35)

“Wajah Reza kok enggak mirip sama adik-adiknya? Lain sendiri, gumam salah seorang temannya penuh tanda Tanya. Sama orangtuanya juga enggak mirip”(38TMI, 2013:62).

Reza adalah seorang anak yang baik dan sangat rajin. Kemauannya untuk belajar mulai timbul sewaktu duduk di bangku SD. Semasa duduk di sekolah dasar, Reza rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dia rajin mengikuti latihan pencak silat. Reza bahkan menjadi salah satu utusan SDN Ciujung 2 untuk mengikuti pentas seni.

Reza juga sangat dekat dengan adik-adiknya. Mereka sering bermain di kebun belakang rumah kakeknya. Reza dan adik-adiknya sangat suka bermain di kebun yang ditanami pohon coklat dan singkong.

Kemauan Reza selalu bertentangan dengan kedua orangtua angkatnya. Pada tahun 1985 Reza mulai memasuki bangku SMP.

“Cecep sibuk mencarikan sekolah untuk Reza.Reza ingin sekali masuk SMPN

35,sementara Cecep menginginkan Reza sekolah di SMPN 27. Reza tidak suka sekolah itu. Dia merasa tak nyaman belajar di sekolah yang bukan

pilihannya”(38TMI, 2013:52).

Karena merasa tidak nyaman di sekolah yang bukan pilihannya, Reza mulai malas belajar, bolos sekolah. Berhari-hari, berminggu-minggu Reza jarang masuk kelas.

“Baginya semua menyebalkan. Dia belum bisa berdamai dengan keadaan. Tidak ada pelajaran yang disukai Reza selama menjadi siswi SMP”(38TMI, 2013:52).

(36)

Reza menerima ultimatum ayahnya dengan baik. Namun, dari kampus itu pula cerita cinta bersemi.

“Reza tidak menyadari mujib memberi perhatian lebih. Reza baru menyadari saat

saat berlibur ke Ciamis bersama teman kuliahnya Cartiwi. Saat itu sebuah surat datang kerumah Cartiwi, surat itu ternyata dari Mujib isi suratnya berupa pernyataan cinta dan ketertarikan kepada Reza. Cecep akhirnya mengetahui hal

tersebut”(38TMI, 2013:61).

Setelah menyelesaikan kuliahnya Reza berencana untuk menikah. Karena keinginan Jami yang sangat baik. Jami sangat menyayangi Reza. Maka dari itu Jami sudah siap untuk meminang Reza setelah kuliah selesai.

“Usai belanja, mereka berdua duduk di taman alun-alun dekat Masjid Agung,

Bandung. Reza duduk santai sambil membeli Koran. Secara tiba-tiba Jami bertanya, kamu mau tidak menikah dengan saya? Reza terkejut dia menatapi Jami. Reza menjawab asal saja, siapa takut kalau serius kenapa enggak lamar saya saja besok? Oke tandas jami singkat”(38TMI, 2013:72).

Hari pernikahan Reza dan Jami telah ditetapkan. Sayangnya Cecep ayah angkat Reza berhalangan hadir. Dia harus menghadiri acara penting yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu peresmian Kantor Pos dan Giro yang baru di Bandung. Kini Reza dan Jami sudah mulai membangun rumah tangga mereka. Setelah menikah Reza dinyatakan postif hamil. Ketegangan mulai terjadi saat Cecep pulang melaksanakan Ibadah Haji nya. Cecep terserang batuk yang hebat.

(37)

rame-rame. Waktu itu Cecep yang langsung memimpin pengajian. Cecep memberikan nasihat kepada putra putri nya.

“Selesai mengaji, Cecep berkata kepada istrinya dan anak-anaknya, mah papa

sudah enggak ada sampai ketiga kalinya. Papa mau istirahat dulu

Assalamu’alaikum. Pada pukul 03.00 dini hari Cecep pun menyerah pada

penyakitnya. Cecep wafat usai memimpin pengajian anak-anak dan istrinya

dirumah”(38TMI, 2013:102).

Proses pemakaman telah usai. Desember 1999 Erlina ibu angkat Reza dan anak-anaknya berencana berkunjung ke rumah orang tua Erlina di Gunung Terang, Lampung. Erlina juga mengajak Reza dan anaknya. Kunjungan ke Lampung dimanfaatkan untuk berziarah ke makam orangtua Erlina. Reza ikut ke Lampung dengan misi mencari dua kakak kandungnya.

Setelah sibuk dengan urusan kodratinya sebagai ibu rumah tangga, semangat mencari ibu kandungnya tersulut lagi. Reza bertemu dengan Pipit, Pipit adalah putri Nonsari sepupu Erlina. Nonsari pernah mengasuh Reza kecil saat di Cikaso bandung. Sekian tahun berlalu, akhirnya Reza bertemu dengan abang kandungnya yang bernama Rahman.

“Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahuakbar Sungguh

keajaiban besar bagi Reza dan rusman, inilah pertemuan yang Allah janjikan. Inilah jawaban atas doa Reza selama bertahun-tahun. Ya Allah Engkau telah memberiku karunia yang begitu besar. Mampukah aku mensyukurinya? bisik Reza dalam hati. Semua yang menyaksikan pertemuan Reza dan Rusman ikut larut dalam keharuan. Mereka pun memangis. Usai melepas keharuan, barulah Reza bertanya tentang keberadaan ibu dan ayahnya. Bunda dimana bang? Oh mamih di Jakarta, di Kalibaru. Kalau Bapak udah meninggal, dikubur di Surian Solok. Abang tertua siapa namanya? Dimana tinggal? Namanya Wawan Hermawan, dipanggil bang Wawan tinggal di Bekasi, sahut Rusman”(38TMI, 2013:194).

(38)

Ego menurut Freud berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis.

Superego komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Dalam hal ini ego yang berkembang dari id telah memuaskan keinginan Reza untuk bertemu dengan kedua kakak kandungnya dan kedua orangtuanya. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas sehingga superego dapat memberikan penilaian dari hasil yang telah didapat oleh id dan ego.

Reza memiliki kepuasan tersendiri setelah tahu tentang kabar siapa kakak kandungnya dan orantua kandungnya. Hatinya sangat berbahagia seraya mengucap syukur kepada Allah Swt.

4.2 Struktur novel yang membangun psikologis Tokoh Utama dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu

(39)

Tokoh menurut (Nurgiyantoro, 1995:173) adalah pelaku sekaligus penderita kejadian dan penentu perkembangan cerita baik itu dalam cra berfikir, bersikap, berperasaan, berprilaku, dan bertindak secara verbal maupun non verbal.

4.2.1 Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan obyektif. Analisis struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian terhadap karya sastra. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra. Diharapkan melalui analisis struktural dapat diketahui keterkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar, dan amanat yang membangun sebuah karya sastra secara utuh.

1. Tema

Tema sebagai sebagai suatu gagasan dasar pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastranya, merupakan salah satu unsur penting yang membangun sebuah cerita. Tema dalam 38 Tahun Mencari Ibu tergolong dalam tema sosial yang terjadi di kehidupan masyarakat, yaitu kisah seorang anak yang tidak mengetahui siapa ayah dan ibu kandungnya. Kisah ini juga sering kali terjadi di kehidupan nyata. Hal ini juga sering menimbulkan konflik yang banyak karena berhubungan juga dengan percintaan yang terjadi di dalam cerita tersebut.

(40)

tokoh utama.Namun, perasaan tidak bisa dibohongi, Reza lama-lama mengetahui jati dirinya sendiri yang bukan aak kandung dari kedua orang tuanya.

Secara umum, tema yang menjadi latar belakang cerita 38 Tahun Mencari Ibu ini dapat penulis simpulkan bahwa mengasuh anak angkat bukan berarti memutuskan hubungan tali silaturahmi antar anak dan orang tua kandung yang sering terjadi di dunia nyata. Sikap terbuka dan kejujuran adalah solusi untuk kita menjalani hubungan antar sesama manusia.

2. Alur/Plot

a. Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan)

Dalam tahap ini pengarang mulai memperkenalkan tokoh yang bernama Reza. Reza adalah seorang anak yang periang, Reza juga seorang mahasiswa di STKIP Bandung dia mengambil Fakultas Ilmu Pendidikan. Dia adalah seorang mahasiswa yang aktif dalam kegiatan perkuliahan. Tokoh lain yang mengisi cerita ini adalah Cecep. Cecep adalah seorang ayah yang memiliki keinginan anak-anaknya harus sukses, tidak hanya anak kandungnya saja tetapi pada Reza yang berstatus anak angkat.

b. Generation Circumstances (peristiwa mulai bergerak)

(41)

mengambil dan membuka map biru itu. “Ya Allah ternyata isinya adalah surat

waris”. Para calon jemaah haji biasanya memang membuat surat waris sebelum

berangkat ke Tanah Suci untuk mengantisispasi kejadian yang tidak diinginkan. Reza mulai terkejut hingga matanya terbelalak ketika melihat namanya tak tercantum dalam daftra ahli waris yang tertulis dalam surat tersebut.

Reza merasa orangtuanya pilih kasih. Dia memasukkan lagi surat waris itu ke dalam map lalu menyimpannya di lemari pakaian orangtuanya. Perasaannya mulai campur aduk, tak mengerti.

c. Rising Action (keadaan mulai memuncak)

Keadaan mulai memuncak yaitu ketika Cecep mengungkapkan sebuah rahasia besar kepada Jami calon suami Reza. Sebelum mereka menikah Cecep mengatakan bahwa Reza bukan anak kandungnya. Pada saat itu Cecep mulai sakit-sakitan, dia divonis mengidap sakit kanker paru-paru. Cecep mengatakan bahwa Reza bukan anak kandungnya tetapi anak angkat, dari bayi sudah saya asuh seperti anak kandung saya sendiri. Tolong jaga rahasia ini jangan sampai Reza mengetahuinya.

Karena tidak tahan dengan rahasia besar yang disimpannya itu jami memutuskan untuk memberitahu Reza. Dia ingin mengungkapkannya kepada Reza. Dan pada akhirnya Reza mulai mengetahui rahasia besar itu. Jami mengungkapkan bahwa dia bukan anak kandung dari orangtuanya yang sekarang.

(42)

Keadaan yang mencapai klimaks pada saat Jami mengungkapkan bahwa Reza bukanlah anak kandung dari bapak Cecep. Air mata Reza seketika berderai. Dia terbangun dari posisi tidurnya, pikirannya tiba-tiba kacau dia gelisah dan marah.

“Ya allah tega banget sih semua orang nyembunyiin ini, Reza terus menangis sambil menanyakan kepada Jami. Trus, siapa orangtua Reza, say? Saya tidak mengetahuinya, saya tidak diberitahu pak Cecep siapa orangtua kandung kamu” (38TMI, 2013:93).

Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya perasaan Reza pada malam itu.Hatinya hancur, semalam dia terus menangis dan tidak bisa tidur. Reza ingin sekali mala mini berganti pagi dengan segera. Dia ingin menemui orangtua kandungnya di Bandung untuk menginformasi kebenaran informasi yang didapat dari suaminya.

Jami sedikit reda setelah mengungkapkan identitas Reza yang sebenarnya. Dia bukan tipe orang yang suka menyembunyikan kebohongan berlama -lama. Dia memang sudah tidak tahan menyembunyikan kebohongan ini kepada istrinya. Semakin lama dipendam semakin tidak tenang hidupnya.

3. Penokohan a. Reza Purwanti

(43)

“Saat SIPENMARU, Reza mengambil jurusan Psikologi Pendidikan dan Bahasa Jerman. Cecep dan Erlina tidak menyetujui kemauan anak angkat tersebut, dengan alasan tidak mau anaknya kuliah di IKIP Padang karena terlalu jauh dari Bandung. Setelah menunggu beberapa bulan, Reza tidak lulus. Cecep menyarankan Reza untuk berkuliah di Fakultas Ekonomi UNISBA Bandung, tetapi tetap saja Reza tidak mau. Hingga pada akhirnya dia memutuskan sendiri pilihannya yaitu berkuliah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Bandung“(38TMI, 2013:59).

Sosok Reza juga diketahui sebagai seorang yang periang, rajin, dan sangat menyayangi adik-adiknya, walaupun bukan adik kandung. Reza juga seorang anak yang rajin mengikuti pelajaran yang memang disukai olehnya. Semasa duduk di sekolah dasar, Reza rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dia rajin mengikuti latihan pencak silat. Bahkan Reza menjadi salah satu utusan SDN Ciujung 2 untuk mengikuti pentas pencak silat yang diliput TVRI.

Ketika duduk di kelas enam, Reza mulai menyukai kegiatan keagamaan. Dia rajin belajar agama di Masjid Istiqomah. Dia sangat suka sekali mengikuti kegiatan pesantren kilat. Pada masa inilah dia mulai mengenal jilbab dan tertarik untuk mengenakannya.

Saat masih kelas enam, Reza pun mulai menyukai lagu-lagu minang. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba begitu terpesona dengan alunan musik Minang. Inikah isyarat hubungan batin Reza kecil dengan Bisai bin Rapek ayah kandungnya yang memang asli berdarah Minang?

b. Pak Cecep

(44)

anak asuhnya. Pak Cecep juga seorang yang taat dengan agama. Dia menekankan anak-anaknya untuk mempelajari agama mulai dari kecil.

“Cecep dan Erlina sangat memperhatikan pendidikan agama untuk putri mereka.

Di rumah mereka ada ibu Opo guru mengaji yang datang setiap hari untuk mengajari Reza dan adik-adik angkatnya membaca Al-Qur’an. Selain Ibu Opo, ada juga Ibu Uju, guru mengaji pengganti”(38TMI, 2013:46).

c. Jami

Jami yang bernama lengkap Abdul Jami adalah seorang PNS yang bekerja di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Jakarta. Jami adalah pria pilihan Erlina yang dijodohkan untuk Reza. Jami adalah orang yang baik, yang menyayangi Reza selain kedua orangtua angkatnya. Karena sayangnya terhadap Reza, Jami mengajak Reza untuk cepat-cepat mengakhiri masa lajang mereka. Jami tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan kebohongan berlama-lama.

4. Latar atau setting

Latar atau setting memiliki fungsi utama sebagai penyokong alur dan penokohan. Selain merupakan salah satu sarana untuk mengaitkan peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita.

(45)

a. Latar Tempat 1. Terminal bus

Terminal bus yang dimaksud disini adalah Terminal Leuwi Panjang.Dari terminal ini Reza dan Jami kembali ke Jakarta setelah selesai melaksanakan nujuh hari Cecep ayah angkatnya yang telah meninggal.

2. SDN Ciujung 2

SDN Ciujung yang dimaksud disini adalah, disekolah ini Reza dan adik-adiknya menempuh pendidikan dasar. Dan dari sinilah Reza mulai kelihatan sebagai anak yang rajin mengikuti kegiatan di sekolah.

“Semasa duduk di sekolah dasar, Reza rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dia juga rajin mengikuti kegiatan pencak silat. Reza juga mulai menyukai kegiatankeagamaan”(38TMI, 2013:45).

3. SMPN 27

SMPN 27 disini maksudnya, disinilah masa-masa awal Reza yang mulai malas-malasan untuk bersekolah. Karena Reza tidak suka dengan sekolah itu. Akibat dari malasnya Reza yang bersekolah, memberikan dampak negatif baginya dan keluarga.

“Tidak ada pelajaran yang disukai Reza, Reza mulai bolos sekolah, berhari-hari bahkan berminggu-minggu Reza jarang masuk kelas”(38TMI, 2013:52).

(46)

“Rona wajahnya seketika memerah, jantungnya berdegup cepat, matanya terbelalak, dan pikirannya kacau.Sekolah dimana Yu?Tanya Cecep seraya menyuruh Reza duduk”(38TMI, 2013:53).

4. Klinik Husada

Klinik husada disini maksudnya adalah Reza pergi ke klinik husada di Pondok Betung, Tangerang, karena perutnya mulas.Di klinik husada Reza melahirkan seorang anak laki-laki.

5. Rumah Makan

Rumah makan disini dimaksudkan, di rumah makan inilah menjadi tempat persinggahan bus-bus antarprovinsi yang menuju pulau jawa.

“Selepas magrib, mobil meluncur ke RM Bareh Solok. Reza beserta teman dan supirnya mencari Ani Lova yang tidak lain adalah ibu kandung dari Reza Purwanti”(38TMI, 2013:186).

6. Mess BATAN

Mess Batan disini dimaksudkan penginapan yang ditempati oleh Jami. “Jami ditetapkan bertugas sebagai PNS di kantor BATAN Jakarta. Oleh karena itu, Jami sering menginap di Mess tersebut apabila ada hal-hal yang mendadak”(38TMI, 2013:81).

5. Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan dapat dipandang sebagai wawasan yang diberikan pengarang terhadap suatu pokok persoalan yang ditampilkan dalam karyanya yang kemungkinan diharapkan berguna bagi pembacanya.

(47)

terdapat konflik antar individu yang intinya menyoroti masalah kehidupan yang terjadi diantara tokoh utama dan tokoh-tokoh lainnya.

(48)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Analisis psikologi sastra terhadap novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa dengan analisis penokohan dan tokoh dalam novel tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai proses atau perkembangan kejiwaan dari masing-masing tokohnya yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam faktor dari luar.

Analisis psikologi sastra ini mampu memberikan gambaran perwatakan proses kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pandangan teori Sigmund Freud (id, ego, dan superego).

Tokoh utama adalah Reza Purwanti. Pada awalnya dia memiliki keadaan jiwa yang ideal (ego dapat menjalankan fungsinya dengan baik). Dia mampu mengatasi dorongan id nya sampai akhirnya menikah dan bertemu dengan kedua orangtua kandungnya. Dalam taraf perkembangan kejiwaan, Reza selalu mendapat tekanan dari superego yang menimbulkan kecemasan. Dia meredakan kecemasannya dengan mekanisme represi, yaitu menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan ke alam bawah sadar, sehingga menguras energi psikis di dalam id nya dan menyebabkan ego mampu menguasai dan dia menjadi orang yang baik.

(49)

tidak tahu siapa ayah dan ibu kandungnya menjadi tahu bahwasanya dia bukan anak kandung dari orang tua yang mengasuhnya sejak kecil disinilah proses id mulai muncul. Melalui prosesnya akhirnya Reza bertemu dengan orang tua kandung dan saudara-saudara kandungnya. Seperti yang sudah dijelaskan idyaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.

Ego mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Prinsip realita yang dikembangkan oleh ego akhirnya membuahkan hasil, Reza akhirnya menikah dan mampu menemukan kedua orang tua kandungnya. Dalam hal ini ego mampu berfikir realistik menyusun rencana dan menguji rencana berhasil atau tidak.

Dalam taraf perkembangan Reza selalu mendapat tekanan dari superegoyang menimbulkan kecemasan. Dia meredakan kecemasannya dengan mekanisme represi yaitu menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan ke alam bawah sadar. Peneliti menyimpulkan bahwa Reza mampu menekan atau mengontrol superegoyang di dorong kuat oleh ego. Reza mampu bersabar mencari jawaban siapa orang tua kandungnya, walaupun ada perasaan cemas yang ditimbulkan superego. Reza mampu mengontrol tekanan superego. Hingga pada akhirnya dia menemukan saudara dan orang tua kandungnya.

(50)

antar sesama manusia, bahwa saling terbuka antar kepada manusia tidak akan menimbulkan sakit hati satu sama lain. Kejujuran saling dibutuhkan untuk menjalin komunikasi antar manusia, terutama anatar anak dan orangtua kandung maupun orangtua angkat.

Amanat yang disampaikan terdapat pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan pribadi masing-masing tokoh dan hubungan antar tokoh. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur novel 38 Tahun Mencari Ibu tersebut saling terkait mempunyai perwatakan dan alur yang saling mendukung dan dapat menimbulkan keterkejutan bagi pembaca.

5.3 Saran

Penelitian Novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa ini menggunakan teori Sigmund Freud. Sigmund Freud memiliki teori kepribadian yang memiliki tiga unsur yaitu id, ego, dan superego. Sebelumnya telah ada beberapa skiripsi yang menggunakan teori yang sama tapi dengan objek yang berbeda.

(51)

1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemauan kepada penikmat atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan dan harus dihadapi dengan lebih arif dan bijaksana.

(52)

Daftar Pustaka

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Endraswara, Suardi. 2008. Metode Penelitian Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: Media Presisindo. Jakarta: Pustaka Pelajar. Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University

Press.

Feist, Jess. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Freud, Sigmund. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Primasophie.

Hall, Calvi S. 1995. Seks, Obsesi, Trauma, dan Katarsis dalam FREUD Jakarta: Delapratasa.

Hadi, Halem, dan Agus Sujanto. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Koeswara, E. 1991.Teori-Teori Kepribadian. Bandung: ERESCO Anggota IKAPI.

Noor, Juliansyah. 2013. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak :Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(53)

Poduska, Bernard. 1990. Eksistensialis, Behavioris, Psikoanalitik, dan Aktualisasi Diri dalam Empat Teori Kepribadian. Jakarta : Tulus Jaya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga Press.

Zulfa, Alya. 2013. 38 Tahun Mencari Ibu. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sumber internet:

Setiawan,Ebta.2012-2014.“Kamus Besar Bahasa Indonesia Online”. www.kbbi.web.id/definisi. Diakses. 19 November 2014.

Adinda. 2014. “Dinamika Emosi Tokoh Utama Dalam Novel Nayla Karya Djenar

Maesa Ayu”. www.skriptorium855ddac2full.pdf. Diakses. 19 November 2014.

Tanpa Nama. Tanpa Tahun. Pengertian Alur dan Plot.

www.rumpunnektar.com/2013/02/pengertianalurplot.html. Diakses 14 April 2015.

Sumber Skripsi:

Ambarini, Ririn. 2008. Konflik Batin Tokoh Utama Pendekatan Psikoanalisis Freud Terhadap Tokoh Utama dalamNovel Poor Man’s Orange karya

(54)

Bintang, Muhammad. Tanpa Tahun. Konflik Batin. http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html?m Destinawati, Erina. 2012. Konflik Psikologis Tokoh Utama Perempuan Dalam

Novel Sebuah Cinta Yang Menangis Karya Herlinatiens. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ernawati, Lissa. 2009. Novel Rojak Karya Fira Basuki Analisis Psikosastra. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tanpa Nama. Tanpa tahun.Konflik Batin Novel Bumi dan cinta.

http://oktad.blogspot.com/2013/11/konflik-batin-novel-bumi-cinta.html?m=1

Favorita, Kurwidania. 2013. Aspek Penokohan Ledhek Kethek Karya Sugeng Wiyadi (Tesis). Semarang: Universitas Semarang.

Pipiet. Tanpa Tahun. Konflik dan Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH.Dini.

(55)

Lampiran Sinopsis

Novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa menceritakan kehidupan tokoh utama yaitu Alya Zulfa yang sudah ditinggal oleh orang tua kandungnya sejak berumur lima hari dan mulai diasuh oleh keluarga angkatnya. Reza berjuang sendiri tanpa berbekal informasi dimana keberadaan kedua orang tuanya berada.

Hari demi hari ia lewati bersama dengan kedua orang tua angkatnya yang sangat mencintainya dan keempat saudara tirinya. Hari demi hari terlewati sampai pada akhirnya Reza memiliki perasaan kalau ia adalah bukan seorang anak dari bapak Cecep. Sewaktu-waktu tiba-tiba saja Reza memasuki kamar kedua orang tuanya.Betapa terkejutnya Reza melihatsurat yang berisi tentang pembagian harga warisan keluarganya itu. Di dalam surat ini nama Reza tidak tercantum sebagai anak. Alangkah tersentaknya hati Reza melihat isi surat tersebut. Reza lalu menanyakan perihal tersebut kepada kedua orang tuanya.

Waktu terus berlalu, akhirnya Reza akan segera menikah dengan kekasih hatinya. Sebelum menikah, Cecep yang berstatus sebagai ayah angkatnya Reza menitipkan sebuah pesan kepada calon suaminya Reza.Cecep mengatakan kepadanya bahwa Reza bukanlah anak kandungnya. Jami tersontak tidak menyangka bahwa selama ini kekasih yang ia kenal bukanlah anak kandung dari keluarganya sendiri.

(56)

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan Pegawai Subag Umum dan Kepegawaian Subag Umum dan Kepegawaian Setiap ada perubahan Soft copy dan hard copy v Selama berlaku website. Ringkasan Kinerja Program dan

Organisasi dan Tata Kerja Pengadilan Negeri Muara Teweh Kelas II telah diatur dalam undang undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum Jo Undang undang Nomor 8 tahun 2004 Jo

[r]

Dalam banyak hal lain sering diperlukan suatu jawaban apakah suatu bilangan habis atau tidak jika dibagi oleh bilangan tertentu.. Ciri-ciri habis dibagi dikembangkan dan

i English Department Student Association State University of Yogyakarta. 08th - 11th of August,

Adanya hambatan berupa cuaca yang tidak bersahabat dan sulitnya medan yang harus ditempuh ini menyebabkan pihak PT PLN (Persero) Rayon Gombong tidak mampu menjanjikan

Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 tahun 2013 membuat gerak langkah kursus Pra Nikah semakin jelas, ditambah dengan Surat Edaran

Jika bawahan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, maka pemimpin memberikan pengakuan melalui pujian, hadiah (reward and punishment) atau keuntungan – keuntungan