• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Software al-Maktabah al-Syamilah terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Software al-Maktabah al-Syamilah terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Revisi Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Mochammad Sabilil Muttaqin NIM 1110011000034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Mochammad Sabilil Muttaqin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2014.

Judul: Pengaruh Penggunaan Software Al-Maktabah Al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci: Software Al-Maktabah Al-Syâmilah, Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś.

Takhrîj al-Hadîś merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan Pendidikan

Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta. Mata Kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menilai kualitas suatu hadis, apakah berkualitas shahîh, hasan atau đa’îf. Dalam pelaksanaannya, penelitian Takhrîj al-Hadîś membutuhkan kitab-kitab induk hadis untuk mencari matan hadis secara lengkap dan kitab-kitab tarâjum untuk meneliti kualitas sanad hadis. Namun, pencarian melalui kitab-kitab tersebut dirasa kurang praktis, dan membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya, sehingga banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dan kurang termotivasi dalam penelitian Takhrîj al-Hadîś tersebut.

Namun demikian, terdapat beberapa software islami sebagai media pembelajaran yang dapat mempermudah penelitian Takhrîj al-Hadîś, salah satunya adalah Software Al-Maktabah Al-Syâmilah. Oleh karena itu, perlu diadakannya pengenalan dan pelatihan penggunaan software tersebut. Dengan demikian, siswa akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien dan menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Penelitian pendidikan dalam skripsi ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan Software

Al-Maktabah Al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś Mahasiswa.

(6)

ii

ميحرلا نمرلا ه مسب

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Penggunaan Software Al-Maktabah Al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hinggá akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii penulis.

5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan keahlian kepada penulis dan turut melancarkan usaha pembuatan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta yaitu Ibu, Abah, Mbak Ana, Isna, dan Mbak Arik. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah mendukung saya. Meskipun mereka jauh, namun senantiasa mengontrol keadaan saya disini. 7. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku di Jurusan Pendidikan Agama

Islam khususnya kelas A angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasi yang telah mereka berikan, semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu. 8. Seluruh Mahasantri Darussunnah, terutama angkatan 13 “Fushilat” yang

telah mendukung dan memotivasi penulis dan yang pasti adalah perhatiannya di saat suka dan duka, terima kasih atas segalanya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, semoga Allah SWT. Membalas segala amalnya dengan lebih baik.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Apabila terdapat kesempurnaan itu berasal dari Allah.

Jakarta, 7 September 2014

(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Al-Maktabah al-Syâmilah ... 10

1. Pengertian al-Maktabah al-Syâmilah ... 10

2. Landasan Penerbitan al-Maktabah al-Syâmilah ... 11

3. Manfaat Software al-Maktabah al-Syâmilah ... 11

B. Takhrîj al-Hadîś ... 12

1. Pengertian Takhrîj al-Hadîś ... 12

2. Manfaat Takhrîj al-Hadîś ... 14

3. Metode Takhrîj al-Hadîś ... 15

C. Penggunaan Software al-Maktabah al-Syâmilah dalam Penelitian Takhrîj al-Hadîś ... 19

D. Motivasi Belajar ... 22

1. Pengertian Motivasi ... 22

2. Macam-Macam Motivasi ... 25

3. Hal-Hal yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 27

(9)

v

Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś ... 35

E. Kerangka Berfikir ... 37

F. Hipotesis Penelitian ... 37

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ... 51

1. Sejarah Singkat Universitas ... 51

2. Pimpinan ADIA/IAIN/UIN Jakarta ... 51

3. Visi, Misi, dan Tujuan ... 52

B. Profil Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ... 53

1. Visi, Misi, dan Tujuan ... 53

2. Standar Kompetensi Lulusan ... 54

3. Kurikulum ... 55

4. Tenaga Pengajar ... 57

C. Deskripsi Data Penelitian ... 57

D. Pengujian Instrumen Penelitian ... 60

1. Uji Validitas ... 60

(10)

vi

2. Intepretasi Data ... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 90

(11)

vii

Tabel 1 : Besarnya Sampel Menurut Besarnya Populasi... 41

Tabel 2 : Matriks dan Kisi-kisi Angket Penelitian ... 42

Tabel 3 : Pengukuran Secara Deskriptif ... 48

Tabel 4 : Interpretasi Data ... 49

Tabel 5 : Pimpinan ADIA/IAIN/UIN Jakarta ... 52

Tabel 6 : Distribusi Mata Kuliah Per Semesterdi Jurusan Pendidikan Agama Islam ... 55

Tabel 7 : Tenaga Pengajar Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 8 : Sampel Penelitian ... 58

Tabel 9 : Data Sampel ... 58

Tabel 10 : Hasil Uji Validitas Pengaruh Penggunaan Software al-Maktabah al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś ... 60

Tabel 11 : Saya menggunakan Software al-Maktabah al-Syâmilah dalam mencari matan hadis ke Kutubussittah ... 62

Tabel 12 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk mengetahui ketersambungan sanad para perawi ... 63

Tabel 13 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk menyimpulkan bahwa hadis tersebut boleh diamalkan atau tidak 63 Tabel 14 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk mengetahui komentar para ulama mengenai ke-śiqah-an para perawi hadis... 64

Tabel 15 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya dalam membuat pohon sanad hadis ... 65

Tabel 16 : Saya menggunakan Software al-Maktabah al-Syâmilah untuk mencari tahun wafat para perawi hadis ... 65

Tabel 17 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk mengetahui bahwa para perawi memiliki hubungan guru dan murid ... 66

(12)

viii

Tabel 20 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk menyimpulkan apakah hadis yang diteliti berkualitas shahih, hasan, atau đa’îf. ... 68 Tabel 21 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk

mengetahui adanya korelasi makna hadis dengan hadis lain ... 69 Tabel 22 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk

mengetahui makna kontekstual hadis dalam kehidupan sehari-hari ... 69 Tabel 23 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk

mengetahui tempat tinggal para perawi hadis ... 70 Tabel 24 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk

memahami korelasi hadis dengan hukum fikih yang berlaku. ... 71 Tabel 25 : Software al-Maktabah al-Syâmilah membantu saya untuk

mengetahui arti dari kata-kata sulit dalam matan hadis ... 72 Tabel 26 : Saya sangat ingin bisa men-takhrîj hadis secara mandiri ... 72 Tabel 27 : Saya selalu menghadiri materi perkuliahan Takhrîj al-Hadîś ... 73 Tabel 28 : Saya selalu mencatat penjelasan penting dari dosen dalam

perkuliahan Takhrîj al-Hadîś ... 74 Tabel 29 : Saya selalu bertanya kepada teman apabila terdapat kesulitan

dalam penelitian takhrîj ... 74 Tabel 30 : Saya berusaha menyelesaikan takhrîj tepat waktu ... 75 Tabel 31 : Saya berusaha mencari data para perawi hadis selengkap

mungkin ... 76 Tabel 32 : Saya mengulang materi Takhrîj al-Hadîś di luar jam pelajaran ... 76 Tabel 33 : Saya sangat fokus dalam mengerjakan takhrîj ... 77 Tabel 34 : Saya ingin kualitas hasil makalah takhrîj saya lebih baik

daripada hasil penelitian takhrîj teman-teman saya ... 77 Tabel 35 : Saya bertanya kepada dosen apabila terdapat kesulitan dalam

(13)

ix

Tabel 38 : Saya mengerjakan takhrîj tanpa menunggu waktu deadline ... 80 Tabel 39 : Mengerjakan Takhrîj al-Hadîś merupakan tugas yang menarik

bagi saya ... 80 Tabel 40 : Saya bertanya kepada teman atau dosen apabila ada materi

Takhrîj al-Hadîś yang tidak saya pahami ... 81 Tabel 41 : Perhitungan untuk mencari data Variabel X dari hasil

penyebaran angket ... 82 Tabel 42 : Perhitungan untuk mencari data Variabel Y dari hasil

penyebaran angket ... 83 Tabel 43 : Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara

(14)

x

Gambar 1 : Tampilan Muka al-Maktabah al-Syâmilah ... 11

Gambar 2 : Tampilan Menu Bahś al-Maktabah al-Syâmilah ... 19

Gambar 3 : Hasil Pencarian Hadis dalam al-Maktabah al-Syâmilah ... 20

Gambar 4 : Hasil Biografi Perawi dalam Menu Tarâjum ... 20

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifat beliau.1 Hadis juga merupakan sumber pedoman umat islam kedua setelah al-Qur’an.2 Seorang muslim tidak akan sesat selamanya apabila hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada al-Qur’an dan sunnah. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

ِهِ يِبَن َةنُسَو , ِه َباَتِك :اَمِِِ ْمُتْكسَََ اَم اولِضَت ْنَل ،ِنْيَرْمَأ ْمُكيِف ُتْكَرَ ت

لَص

.ملَسَو هيَلَع ه ى

“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.”3

Nabi tidak pernah memerintahkan sesuatu kecuali atas petunjuk dari Allah SWT. Kehujahan sunnah sebagai konsekuensi ke-ma’shum-an (terpelihara) Nabi SAW dari sifat bohong dari segala apa yang beliau sampaikan. Kebenaran al-Qur’an sebagai mukjizat disampaikan oleh sunnah.

1 Mahmûd al-ıahhân, Taisîr Musţalâh al-Hadiś, (Surabaya: Al-Hidayah, 1985), h. 18;

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 29; Ahmad Bakkâr, Bulûġ al-Amâl

min Musţalah al-Hadîś wa al-Rijâl, (Kairo: Dâr al-Salâm, 2012), h. 42.

2 Ahmad Bakkâr, op. cit., h. 42.

3 Malik bin Anas, Muwaţţha’ al-Imam Mâlik, jilid II, (Beirut: Mu’assasah al-Risâlah,

(16)

Demikian juga kebenaran pemahaman al-Qur’an juga dijelaskan oleh sunnah dalam praktik hidup beliau.4

Namun, tidak semua hadis yang kita temui benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. Ada yang berkualitas şahîh,5 hasan,6 đa’îf,7 bahkan Mauđû’,8 yang disandarkan kepada beliau.

Hadis yang dapat kita jadikan hujjah adalah hadis yang berkualitas

şahîh atau hasan.9 Sedangkan untuk hadis đa’îf dan mauđû’ tidak bisa

dijadikan hujjah bagi pelaksanaan ibadah.10 Barangsiapa yang melakukan suatu ibadah dengan berlandaskan hadis yang bukan berasal dari nabi, maka amal ibadahnya akan tertolak, sebagaimana sabda beliau:

دَر َوُهَ ف ،ِهيِف َسْيَل اَم اَذَه ََِرْمَأ ِِ َثَدْحَأ ْنَم

.

"Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak

ada perintahnya maka perkara itu tertolak."11

4 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 29.

5 Hadis Şahîh adalah hadis yang muttaşil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh yang

‘âdil dan đâbiţ (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syażż), dan cacat (‘illat). Lihat Ibid., h. 168; Jalâl al-Dîn al-SuyûIJî; Tadrîb Râwî fi Syarh Tadrîb al-Nawâwî,(Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h. 40; Abu al-Hasan al-Sulaimânî, al-Jawâhir al-Sulaimâniyyah Syarh al-Manżûmah al-Baiqûniyyah, (Riyađ: Dâr al-Kayyan, 2005), h. 32.

6 Kriteria hadis hasan hampir sama dengan hadis şahîh. Perbedaannya hanya terletak

8Hadis Mauđu’ adalah hadis yang diada-adakan, dibuat, dan didustakan seseorang pada

Rasulullah SAW. Lihat Khon, op. cit., h. 225; Mahmûd al-ıahhân, op. cit., h. 89; al-SuyûIJî, op. cit., h. 205.

9 Ahmad Bakkâr, op. cit., h. 185.

10Pendapat ini sebagaimana yang diberitakan oleh Abu Bakar Ibnu al-Arabi, al-Bukhari,

Muslim, dan Ibnu Hazam. Adapun menurut Ibnu Hajar al-Asqalani hadis dha’if dapat diamalkan dalam fađâil al-a’mâl, mau’iżah, tarġîb (janji-janji yang menggemarkan) dan tarhîb (ancaman yang menakutkan) jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: Para perawinya tidak terlalu đa’îf, masuk ke dalam kategori hadis yang dapat diamalkan (ma’mûl bih), dan tidak diyakini mutlak bahwa hadis tersebut benar dari Nabi. Lihat Khon, op. cit., h. 184; Mahmûd al-ıahhân, op. cit., h. 65-66.

11Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhâri, Muslîm, Abu Dâwud, Ibnu Mâjah dan Ibnu

Hibbân. Lihat al-Imam Al-Bukhâri, Şahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h. 492; Muslîm bin al-Hajjaj, Şahîh Muslîm, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008), h. 682; Abu Dâwud, Sunan Abi Dâwud, (Beirut: Dâr Kutub ‘Ilmiyyah, 2010), h. 726; Ibnu Mâjah

(17)

Oleh karena itu, sangat perlu adanya kritik sanad dalam menguji

ke-şahîh-an hadis tersebut.12 Kritik sanad merupakan ciri khas dalam suatu hadis

yang menggambarkan keotentikan sumber hukum islam. ‘Abdullah bin al-Mubarak berkata:

ُداَنْسِْْا ََْوَل ،ِنيِ دلا َنِم ُداَنْسِْْا

َءاَش اَم َءاَش ْنَم َلاَقَل

“Sanad itu adalah bagian dari agama. Jika tidak karena sanad, Orang

akan bebas berkata sesuka hatinya.”13

Bahkan sistem sanad itu merupakan salah satu keistimewaan umat Islam, dimana sistem itu tidak dimiliki umat-umat yang lain. Maka sejak saat itu, para ulama ahli hadis membuat persyaratan-persyaratan yang sangat ketat untuk rawi-rawi yang dapat diterima hadisnya.14

Pada zaman modern ini, penelitian sanad terus dilakukan karena masih terdapat kemungkinan tersebarnya hadis yang diragukan berasal dari Rasulullah SAW. Salah satu upayanya, Penelitian sanad ini telah menjadi mata kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tersedianya mata kuliah Takhrîj al-Hadîś.

Takhrîj al-Hadîś merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Mata kuliah ini diberikan pada semester lima, setelah para mahasiswa mendapatkan materi Ulumul Hadis I (Musţalâh al-

al-Hadîś) yang merupakan dasar pengenalan istilah-istilah dalam mempelajari

suatu hadis, baik dari segi sanad maupun matan.

Mata kuliah Takhrîj al-Hadîś ini bertujuan agar para mahasiswa mampu untuk menelusuri hadis kepada sumber aslinya, dan mampu untuk menganalisa dan bisa menghukumi bahwa hadis ini şahîh atau tidak şahîh.15 Penelitian ini dimulai dengan mencari satu hadis yang tersebar di masyarakat atau sesuai dengan instruksi dosen. Hadis yang telah dipilih itu kemudian dicari di seluruh kitab hadis. Jika sudah ditemukan sumbernya, maka kita dapat mengetahui dari mana hadis itu berasal beserta sanadnya. Dilanjutkan

12 Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus), h. 2.

13Ibnu Şalâh al-Syahruzûry, Muqaddimah Ibnu Şalah, (Kairo: Dâr al-Hadîs, 2010), h. 241; al-SuyûIJî, op. cit., h. 380.

14 Ya’qub, op. cit., h. 4.

(18)

dengan meneliti sifat para perawi hadis tersebut, apakah mereka termasuk orang yang ahli hadis, berilmu, orang biasa atau bahkan seorang pendusta.

Kenyataannya, penelitian Takhrîj al-Hadîś dengan cara di atas masih dirasakan sulit oleh para mahasiswa. Masalah pertama adalah pencarian hadis secara manual dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras. Apabila kata yang terdapat dalam hadis yang kita teliti hanya muncul satu alamat kitab hadis, maka kita dapat langsung merujuknya. Namun apabila kata yang dimaksud umum, maka di kitab al-Mu’jam al-Mufahras akan tertulis dalam banyak kitab mana saja terdapat hadis dengan suku kata tersebut, sehingga kita harus mencari satu-persatu dari kitab-kitab tersebut. Seperti kata يتأ dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras, kata tersebut dapat ditemui di banyak tempat, yaitu 200 tempat,16 Maka kita harus menelusuri satu-persatu dalam kitab induk hadis, sesuai yang dialamatkan oleh al-Mu’jam al-Mufahras tadi.

Selain itu, pencarian bi al-lafżi dengan kitab al-Mu’jam al-Mufahras

kitab lain, yang bisa jadi memiliki kualitas şahîh.

Masalah utama selanjutnya adalah kitab-kitab sumber pencarian yang dibutuhkan dalam penelitian Takhrîj al-Hadîś sangat banyak dan berjilid-jilid, membuat sulit dalam mencari tokoh yang akan kita teliti. Ditambah lagi jika kita sedang mencari biografi tokoh di perpustakan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Seringkali satu jilid kitab yang

16A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâż al-Hadîś al-Nabawi, jilid I, (Leiden:

Maktabah Brill, 1936), h. 6-9.

17 Hasan Asy’ari Ulama’i, Melacak Hadis Nabi SAW Cara Cepat Mencari Hadis dari

(19)

memuat tokoh yang kita cari ternyata hilang atau sedang dipinjam mahasiswa lain, maka kita tidak akan menemukan biografi tokoh tersebut.

Kitab-kitab rujukan yang besar dan begitu banyak itu menyebabkan turunnya motivasi mahasiswa dalam meneliti dan mengerjakan tugas Takhrîj al-Hadîś mereka. Pada akhirnya, banyak diantara mereka yang mengerjakan kualitas penelitian Takhrîj al-Hadîś mereka jauh dari yang diharapkan, bahkan menurut Abdul Majid Khon, selaku dosen pengampu mata kuliah ini, hanya lima persen dari mahasiswa yang hasil Takhrîj al-Hadîś-nya memuaskan.18

Tidak sedikit pula mahasiswa yang sangat kesulitan mengerjakan penelitian tersebut, hingga pada akhirnya mereka menjiplak tugas takhrîj dari kelas lain atau meng-copy dari kakak tingkatnya dulu. Hal ini tentunya sangat tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa yang sejak awal dididik untuk bekerja secara mandiri dan menghindari plagiarism.

Berbagai permasalahan tersebut menyebabkan kurangnya motivasi para mahasiswa dalam melakukan penelitian Takhrîj al-Hadîś secara mandiri. Dalam ilmu pendidikan, motivasi merupakan faktor yang sangat penting bagi peserta didik, dan merupakan salah satu pendorong utama dalam proses belajar mengajar.19 Oleh karena itu, perlu diberikan berbagai cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar potensi keilmuan mereka berkembang secara optimal.

Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan peran tersendiri dalam memudahkan proses pembelajaran. Pentingnya pendekatan teknologis dalam proses pendidikan turut membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan.20 Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat sebagai media pembelajaran, akan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami isi pelajaran.21

Secara esensial media pengajaran menggantikan peranan guru, dan siswa berperan sebagai anak didik yang mempelajari semua data serta

18Wawancara Pribadi dengan Abdul Majid Khon, Ciputat, 8 Juli 2014. 19Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2011), h.60.

(20)

keterampilan yang berguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang. Dalam proses belajar mengajar, model pendidilan teknologis dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individual di mana materi pelajaran disusun ke tingkat kesiapan sehingga siswa mampu mempertunjukkan perilaku tertentu yang diharapkan. 22 Manfaatnya yang sangat besar dari model pembelajaran berbasis teknologi ini adalah, materi pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam berbagai bentuk multimedia. Para siswa menerima pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistis, serta lebih impersif.23

Dalam mata kuliah Takhrîj al-Hadîś, sudah seharusnyalah kita menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan Takhrîj al-Hadîś, sehingga dapat membantu para mahasiswa dalam memahami teori dan langkah-langkah penyusunan takhrîj secara mandiri.

Selain men-takhrîj hadis secara konvensional seperti yang telah dipaparkan di atas, ada juga pen-takhrij-an hadits dengan software komputer sebagai media pembelajaran digital. Diantara software-software yang bisa digunakan adalah Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist, Mausû’ah

al-Hadîś Al-syarîf, Jawâmi’ al-Kalîm dan al-Maktabah al-Syâmilah.

Diantara keempat software tersebut, al-Maktabah al-Syâmilah merupakan software yang paling komprehensif. Selain dapat meneliti biografi para perawi dalam sanad hadis, software ini juga memuat berbagai kitab yang dapat menjadi keterangan pendukung dalam penelitian, seperti adanya berbagai syarah hadîś, asbâb al-wurûd, dan biografi para perawi. Software ini juga memuat berbagai disiplin ilmu agama islam, seperti fiqih, aqidah, tafsir, sejarah, nahwu sharaf, dan lain-lain. Kitab-kitab didalam al-Maktabah al-Syâmilah juga dilengkapi dengan identitas kitabnya, mulai dari nama pengarang, tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit, sehingga tidak mengurangi keilmiahan dalam penulisan makalah.

22 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1989),

h. 25.

(21)

Berdasarkan pengamatan sementara penulis, para mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kesulitan dalam melakukan Takhrîj al-Hadîś secara manual, sehingga mereka kurang termotivasi dalam men-takhrij hadis secara mandiri. Seperti yang telah kami jelaskan diatas, bahwa motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam mencapai hasil belajar. Maka, penulis berinisiatif untuk melakukan pelatihan sekaligus penelitian dalam pemanfaatan software

al-Maktabah al-Syâmilah sebagai media pembelajaran dalam penulisan Takhrîj

al-Hadîś. Sehingga, dari latar belakang masalah diatas, kami termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penggunaan Software Al-Maktabah al-Syâmilah terhadap Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang kami temukan dalam perkuliahan Takhrîj al-Hadîś antara lain:

1. Hasil pencarian dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras kadang terlalu banyak. Apabila kata yang terdapat dalam hadis yang kita teliti hanya muncul satu alamat kitab hadis, maka kita dapat langsung merujuknya. Namun apabila kata yang dimaksud umum, maka di kitab al-Mu’jam al -Mufahras akan tertulis dalam banyak kitab mana saja terdapat hadis dengan suku kata tersebut, sehingga kita harus mencari satu-persatu dari kitab-kitab tersebut.

2. Kitab al-Mu’jam al-Mufahras hanya memberi petunjuk alamat di dalam 9 kitab hadis saja. Padahal masih banyak kitab hadis selain 9 kitab tersebut yang bisa kita teliti.

(22)

4. Kurangnya pelatihan penggunaan software al-Maktabah al-Syâmilah. Sebenarnya dosen sudah memberikan anjuran untuk menggunakan

al-Maktabah al-Syâmilah sebagai alat bantu untuk penelitian Takhrîj

al-Hadîś. Namun karena kurangnya pelatihan, para mahasiswa tetap kesulitan dalam memanfaatkan software ini.

5. Banyak mahasiswa yang mengerjakan penelitian Takhrîj al-Hadîś dengan asal-asalan saja.

6. Beberapa mahasiswa hanya menyalin hasil penelitian teman atau kakak tingkat mereka dan tidak meneliti kualitas hadis tersebut secara mandiri.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, masalah yang ada hanya akan dibatasi sebagai berikut :

1. Software al-Maktabah al-Syâmilah disini adalah versi 3.47 dengan

kapasitas 11,4 GB dengan menu tarâjum dan menu pencarian buku yang bermanfaat untuk penelitian takhrîj.

2. Penggunaan software al-Maktabah al-Syâmilah dalam penelitian ini adalah sejauh mana para mahasiswa menggunakan fitur-fitur dalam

software al-Maktabah al-Syâmilah, dan sejauh mana software ini

membantu mereka untuk melakukan penelitian takhrîj. Hal dapat diketahui melalui angket yang disebarkan kepada mereka sesuai matriks dan kisi-kisi angket penelitian.

(23)

4. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta ini dibatasi pada mahasiswa semester dua tahun pelajaran 2013/2014 yang sedang menempuh mata kuliah Takhrîj al-Hadîś.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah penggunaan software al-Maktabah al-Syâmilah berpengaruh terhadap motivasi belajar Takhrîj al-Hadîś mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan software al-Maktabah al-Syâmilah terhadap motivasi belajar pada mata kuliah Takhrîj al-Hadîś mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi dosen Takhrîj al-Hadîś khususnya dan dosen Pendidikan Agama Islam lainnya, dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang sesuai.

2. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara lebih cepat dan lengkap tentang mata kuliah Takhrîj al-Hadîś.

3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya pengaruh pemanfaatan software al-Maktabah al-Syâmilah

terhadap motivasi belajar mahasiswa, serta dapat dijadikan bahan untuk

(24)

10 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Al-Maktabah al-Syâmilah

1. Pengertian al-Maktabah al-Syâmilah

al-Maktabah al-Syâmilah adalah sebuah program komputer yang berisi puluhan ribu kitab berbahasa Arab. Program ini memiliki banyak fungsi yang canggih sehingga sangat memudahkan kita dalam mencari ilmu. Al-Maktabah al-Syâmilah sudah dipakai di banyak negara dan kalangan cendekiawan muslim, baik di kampus, pesantren, sekolah, perpustakaan, komputer pribadi, laptop pribadi dan lain-lain.1

Software ini diprakarsai oleh al-Maktabah al-Ta’âwunî li al -Da’wah wa al-Irsyâd wa al-Tau’iyyah al-Jâliyyât, Rauđah, Arab Saudi.2 Muncul dari sebuah situs internet e-book berjudul Maktabah

al-Syâmilah. E-book yang berisi ratusan ribu jilid buku ini sifatnya gratis

dan dipersilahkan kepada semua orang untuk mendownload dari situs situs yang ada, sehingga semakin terwujud mimpi semua orang untuk mendapatkan lautan ilmu dari al-Qur’an, sunnah dan para ulama.3 Perpustakaan ini bisa didownload langsung secara gratis dari situs resminya: http://www.shamela.ws.4

1 Ahmad Zainuddin, Panduan al-Maktabah al-Syâmilah, (Solo: Pustaka Ridwana, 2008),

Cet. I, h. 5.

2 Maktabah al-Da’wah, ‘an al-Maktabah al-Syâmilah, 2014, (www.shamela.ws). 3 Zainuddin, loc. cit.

(25)

Gambar 1

Tampilan Muka al-Maktabah al-Syâmilah 2. Landasan Penerbitan Software al-Maktabah al-Syâmilah

Tujuan dari perpustakaan lengkap ini bukan hanya mengumpulkan buku-buku gratis dari situs-situs internet dalam satu buah perpustakaan digital, namun yang lebih penting adalah dimungkinkannya penambahan dan pengaturan agar menjadi perpustakaan pribadi bagi para penuntut ilmu.

Software al-Maktabah al-Syâmilah pada saat ini pun sudah

berkembang dari waktu ke waktu, dari mulai versi 2.06, versi 2.09, versi 2.11 hingga sekarang sudah versi 3.61. Software Maktabah

al-Syâmilah termasuk freeware yang boleh disebarluaskan untuk kemajuan

dan kelancaran dakwah umat islam selama tidak bertentangan dengan

manhaj ahlussunah wa al-jamâ’ah.5

3. Manfaat Software al-Maktabah al-Syâmilah

Software al-Maktabah al-Syâmilah ini memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya:

1) Al-Maktabah al-Syâmilah adalah sebuah perpustakaan digital yang

berisi kitab-kitab arab yang sangat banyak. Dengan memiliki

(26)

software ini, kita seperti memiliki sumber-sumber rujukan pengetahuan dunia islam.

2) Kita bisa mencari penjelasan ayat-ayat al-Qur’an dari beberapa kitab tafsir sekaligus. Hanya dengan memasukkan ayatnya, kita bisa mengetahui tafsir suatu ayat dan membandingkan antara keterangan ayat pada kitab tafsir satu dengan kitab yang lain. Pencarian ini bisa dilakukan dengan menggunakan menu al-Qur’ân al-Karîm wa

tafsîruhu .

3) Kita bisa mencari penjelasan suatu kata pada seluruh kitab yang ada di al-Maktabah al-Syâmilah dari beberapa kategori kitab. Pencarian ini bisa dilakukan dengan menu bahś .

4) Kita bisa mengetahui data asli kitab secara lengkap, yaitu nama kitab, pengarang, kota terbit, penerbit dan tahun terbit, sehingga tidak mengurangi keotentikan data. Cara melihat informasi buku ini bisa dilakukan dengan menggunakan menu bithâqah al-kitâb . 5) Kita bisa membuka Matan dan syarh kitab dalam satu tampilan

dengan menu syarh .

6) Kita dapat mengetahui dengan mudah nama lengkap para perawi hadis, tahun wafat, tempat tinggal dan data biografi lain secara lengkap, komentar para ulama tentang tokoh tersebut, hingga nama-nama guru dan murid beliau. Cara mencari biografi para perawi ini bisa dilakukan dengan menggunakan menu tarâjum .6

B. Takhrîj al-Hadîś

1. Pengertian Takhrîj al-Hadîś

Secara etimologis, takhrîj berasal dari kata kharraja yang berarti tampak atau jelas. Arti lain dari term ini adalah al-istinbâth (mengeluarkan), al-tadrîb (melatih), al-tawjîh (memperhadapkan).7

6Ibid., h. 8-11.

7 Mahmûd al-ıahhân, Uşul at-Takhrîj wa Dirâsât al-Asânîd, (Riyadh: Maktabah

(27)

Menurut istilah ada beberapa definisi takhrîj yang dikemukakan oleh para ulama, diantaranya sebagai berikut:

a. Takhrîj menurut ulama hadis adalah:

ِهِباَتِك ِِْ ِِداَْسِِِ َثْيِدَْْا ِفِ لَؤُمْلا ُرْكِذ

Penyebutan seorang penyusun bahwa hadis itu dengan sanadnya terdapat dalam kitabnya.

Seperti kata

يِرَخُبلا

ُهَجَرَخ

atau

يِراَخُبْلا

ُهَجَرْخَا

= disebutkan oleh al-Bukhari hadis itu bersama sanadnya dalam kitabnya. Al-Bukhari sebagai orang yang melakukannya disebut

Mukharrij.8

b. Arti takhrîj lain:

ِفِ لَؤَم َعَم يِقَتْلَ ي ِهِسْفَ ِل ِدْيِناَسَِِ اَم َباَتِك َثْيِداَحَأ ِفِ لَؤُمْلا ُداَرْ يِإ

ِلْصأا

ُهَقْوَ ف ْنَم ْوَا ِهِخْيَش ِِ

Seorang penyusun mendatangkan beberapa hadis dari sebuah kitab dengan menyebutkan sanadnya sendiri, maka ia bertemu dengan penyusun asal pada syaikhnya (gurunya) atau orang di atasnya.

Contoh kedua disebut Mustakhraj seperti kitab:

مِلْسُم ِحِيْيِحَص ىَلَع َةَناَوُع َِِا ُجَرْخَتْسُم

Maksud ungkapan di atas, Muslim menyebutkan hadis-hadis dengan sanad-nya dalam kitabnya, kemudian Abu Uwanah datang mengeluarkan hadis-hadis tersebut dengan menggunakan sanad-nya sendiri, Abu Uwanah bertemu dengan Muslim pada gurunya, atau orang diatasnya sampai dengan sahabat. Dengan demikian, takhrîj dan istikhrâj maknanya sama sebagaimana di atas.9

8 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 127-128; Mahmûd

al-ıahhân, op. cit., h. 9-10.

(28)

c. Sedangkan arti , menurut ulama’ mutaakhirin adalah:

ِبُتُكْلا ََأ ِثْيِداَحأا ُوْزَع

اَهْ يَلَع ِمْكُْْا ِناَيَ ب َعَم اَهْ يِف ِةَدْوُجْوَمْلا

Menunjukkan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada

(kitab induk hadis) dengan menerangkan hukum/kualitasnya.10

Definisi pertama dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain yang ingin menyebutkan sumber pengambilan suatu hadis, seperti di berbagai buku hadis atau syarah-nya. Misalnya seseorang yang mengutip sebuah hadis dari kitab al-Bukhari mengatakan pada awal atau akhir penukilan:

يِراَخُبْلا ُهَجَرْخَا

, yang berarti hadis di-takhrîj

oleh al-Bukhari dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu hadis dikatakan dengan kata:

يِراَخُبْلا ُاَوَر

(hadis diriwayatkan

oleh al-Bukhari). Definisi kedua sudah langka dilakukan orang pada era sekarang, karena menyangkut keterbatasan dan kemampuan para ahli hadis, di samping keterputusan predikat sebagai periwayat hadis. Kecuali jika dilakukan sesama Muhaddiś atau Thâlib al-hadîś dalam arti yang sederhana. Sedangkan definisi ketiga masih terbuka lebar kesempatan bagi para peneliti hadis untuk mengadakan penelusuran dari sumber aslinya, atau dari buku induk hadis untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadis riwâyah dan dirâyah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang

sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu hadis.11

2. Manfaat Takhrîj al-Hadîś

Takhrîj al-Hadîś ini memiliki banyak sekali manfaat, antara lain:

a. Melalui takhrîj seseorang dikenalkan sumber-sumber hadis, kitab asal dari suatu hadis itu berada berikut dengan rawi-rawi yang terlibat dadalam periwayatannya.

10 Khon, op. cit., h. 129; Muhammad Mahmûd Ahmad Bakkâr, Bulûgh al-Amâl min

MusIJalâh al-Hadîś wa al-Rijâl, (Kairo: Dâr al-Salâm, 2012), h. 48.

(29)

b. Melalui takhrîj dapat memperjelas keadaan sanad suatu hadis, apakah şahih, hasan atau đaîf, marfû’ atau munqathî’ dan sebagainya

c. Melalui takhrîj juga dapat diperoleh aneka pendapat ulama tentang status suatu hadis tersebut

d. Melalui takhrîj dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam suatu sanad

e. Melalui takhrîj dapat dipahami kapan dan di mana kejadian yang ada di dalam hadis itu timbul

f. Melalui takhrîj dapat dipahami sebab-sebab timbulnya hadis tersebut g. Secara global melalui takhrîj ini dapat diperoleh sejumlah perawi

dan kualitas sanad sebuah hadis berikut sejumlah redaksi dari sebuah matan hadis.12

3. Metode Takhrîj al-Hadîś

Sebelum seseorang melakukan takhrîj suatu hadis, terlebih dahulu ia harus mengetahui metode atau langkah-langkahdalam takhrîj sehingga akan mendapatkan kemudahan. Hal pertama yang perlu dimaklumi adalah bahwa teknik pembukuan buku-buku hadis yang telah dilakukan para ulama dahulu memang beragam dan banyak sekali macam-macamnya. Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku hadis, sangat diperlukan beberapa metode takhrîj yang sesuai dengan teknik buku hadis yang ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode takhrîj dalam arti penelusuran dari sumber buku hadis, antara lain:

1) Takhrîj dengan Kata (Bi al-Lafżi)

Yaitu penelusuran melalui kata/lafal matan hadis, baik dari permulaan, pertengahan, dan atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode takhrîj ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâť al-Hadiś al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck dan kawan-kawan sebanyak 8 jilid. Lafal-lafal hadis

(30)

yang dimuat dalam kitab al-Mu’jam ini bereferensi pada kitab induk hadis sebanyak 9 kitab (kutub al-tis’ah).13

Al-Mu’jam hanya menunjukkan tempat hadis tersebut dalam 9 kitab hadis diatas. Maka tugas peneliti berikutnya menelusuri hadis tersebut ke dalam berbagai kitab hadis sesuai dengan petunjuk al-Mu’jam untuk dihimpun dan dianalisis perbandingan.

Metode takhrîj dengan lafal ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihannya adalah hadis dapat dicari melalui kata mana saja yang diingat peneliti, tidak harus dihafal seluruhnya dan dalam waktu relatif singkat seorang peneliti akan menemukan hadis yang dicari dalam beberapa kitab hadis. Sedangkan diantara kesulitannya adalah seorang peneliti harus menguasai ilmu şaraf tentang asal-usul suatu kata.14

2) Takhrîj dengan Tema (Bi al-Mauđu’)

Arti takhrîj kedua ini adalah penelusuran hadis yang didasarkan pada topik (mauđû’), misalnya bab Khatam,

al-Khadîm, al-ƶusl, al-đahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti

hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadis kemudian ditelusuri melalui kamus hadis tematik. Salah satu kamus hadis tematik adalah Miftâh min Kunûz al-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan

dari aslinya berbahasa Inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J Wensink pula. Kitab-kitab yang menjadi referensi Kamus Miftâh tersebut sebanyak 14 Kitab, lebih banyak daripada takhrîj bi

al-lafżi diatas, yaitu 9 kitab sebagaimana diatas ditambah 6 kitab

lain, yaitu Musnad Abu Dâwud al-ıayalisî, Musnad Zaid bin ‘Ali,

Sîrah Ibnu Hisyam, MaƷazi al-Waqidi dan Thabaqât Ibnu Sadin.15

Diantara kelebihan metode ini, peneliti hanya mengetahui makna hadis, tidak diperlukan harus mengingat permulaan matan teks hadis, tidak perlu harus menguasai asal usul kata, dan tidak perlu juga mengetahui sahabat yang meriwayatkannya. Disamping

13 Khon, Ulumul Hadis, h.132-133. 14Ibid., h. 134.

(31)

itu, peneliti terlatih berkemampuan menyingkap makna kandungan hadis. Sedangkan diantara kesulitannya adalah terkadang peneliti tidak memahami kandungan hadis atau kemungkinan hadis memiliki topik ganda.16

3) Takhrîj dengan Permulaan Matan (Bi Awwal al-Matan)

Takhrîj menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari pada bab mim, jika diawali dengan huruf ba maka dicari pada bab

ba, dan seterusnya. Takhrîj seperti ini diantaranya dengan

menggunakan Kitab al-Jâmi’ al-ŞaƷîr atau al-Jâmi’ al-Kabîr karangan as-Suyuthi dan Mu’jam Jâmi’ al-Uşul fi Ahadiś al-Rasûl, karya Ibnu al-Atsir.

Diantara kelebihan metode ini adalah dapat menemukan hadis yang dicari dengan cepat dan mendapatkan hadisnya secara utuh atau keseluruhan, tidak penggalan saja sebagaimana metode-metode sebelumnya. Akan tetapi, kesulitannya bagi seseorang yang tidak ingat permulaan hadis. Khawatir yang diingatnya itu sebenarnya penggalan dari pertengahan atau akhiran hadis, bukan permulaannya.17

4) Takhrîj Melalui Perawi yang Paling Atas (Bi al-Râwi al-A’lâ)

Takhrîj ini menelusuri hadis melalui perawi yang paling atas

dalam sanad, yaitu dikalangan sahabat (muttaşil isnâd) atau tabi’in (dalam hadis mursal). Artinya, penelitui harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi’in. Diantara kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Musnad atau

al-AIJrâf. Seperti Musnad Ahmad bin Hanbal, Tuhfat al-Asyrâf bi

Ma’rifat al-AIJraf karya al-Mizzi, dan lain-lain. Kitab Musnad adalah pengkodifikasian hadis-hadis yang sistematikanya didasarkan pada nama-nama sahabat atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan sifat tertentu. Adapun al-AIJrâf adalah kitab hadis yang menghimpun

16Ibid., h.137.

(32)

beberapa hadisnya para sahabat atau tabi’in sesuai dengan urutan alphabet Arab dengan menyebutkan sebagian dari lafal hadis.

Diantara kelebihan metode takhrîj ini adalah memberikan informasi kedekatan pembaca dengan pen-takhrîj hadis dan kitabnya. Berbeda dengan metode-metode lain yang hanya memberikan informasi kedekatan dengan pen-takhrîj-nya saja tanpa kitabnya. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah jika seorang bpeneliti tidak ingat atau tidak tahu nama sahabat atau tabi’in yang meriwayatkannya, disamping campurnya berbagai masalah dalam satu bab dan tidak terfokus pada satu masalah.18

5) Takhrîj dengan Sifat (Bi al-Şifah)

Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan di atas tentang metode takhrîj. Seseorang dapat memilih metode mana yang tepat untuk ditentukannya sesuai dengan kondisi orang tersebut. Jika suatu hadis telah dapat diketahui sifatnya, misalnya Mauđu’19, Şahih,

Qudsî20, Mursal21, Masyhûr22, Mutawâtir23 dan lain-lain, sebaiknya

di-takhrîj melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut. Misalnya, hadis mauđu’ seperti al-Mauđu’ât karya Ibnu al-Jauzi, mencari hadis mutawatir, Takhrîj-lah melalui kitab al-Azhâr

al-Mutanâśirah ‘an Al-Akhbâr al-Mutawâtirah, karya al-Suyuthi,

dan lain-lain. Di sana seseorang akan mendapatkan informasi tentang Jawahir al-Sulaimaniyyah Syarh al-Manżûmah al-Baiqûniyyah, (Riyâđ: Dâr al-Kayyan, 2005), h.

373.

20 Hadis Qudsî adalah Hadis yang dipindahkan dari Nabi s.a.w. serta penyandarannya

kepada Allah s.w.t. Lihat Khon, op. cit., h. 247; al-ıahhân, op. cit., h. 127.

21 Hadis Mursal adalah hadis yang diriwayatkan oleh tabi’in dari Nabi, baik dari

perkataan, perbuatan, atau persetujuan, baik tabi’in senior atar junior tanpa menyebutkan penghubung antara seorang tabi’in dan Nabi s.a.w. yaitu seorang sahabat. Lihat Khon, op. cit., h. 191; Bakkâr. op. cit., h. 245; al-SuyûIJî, op. cit., h. 140; al-Sulaimânî, op. cit., h. 210.

22 Hadis Masyhûr adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi, namun

tidak sampai kepada derajat mutawâtir. Lihat Khon, op. cit., h. 151; Bakkâr. op. cit., h. 88, al-SuyûIJî, op. cit., h. 389; al-Sulaimanî, op. cit., h. 167.

23 Hadis Mutawâtir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak yang

(33)

kedudukan suatu hadis, kualitasnya, sifat-sifatnya, dan lain-lain terutama dapat dilengkapi dengan kitab-kitab syarah-nya.24

Pada bab takhrîj ini baru metode-metodenya dalam penelusuran hadis dari buku-buku induk hadis yang merupakan langkah awal dalam takhrîj. Langkah berikutnya akan men-takhrîj dari segi sanad dan matan, yaitu menjelaskan kualitas matan dan sanad suatu hadis dengan memberikan kritik, baik internal (matan) dan eksteral (sanad).25

C. Penggunaan Software al-Maktabah al-Syâmilah dalam penelitian Takhrîj

al-Hadîś

Dalam memanfaatkan al-Maktabah al-Syâmilah sebagai alat bantu dalam penelitian takhrîj al-hadîś, ada beberapa menu yang bisa kita manfaatkan:

1. Langkah pertama adalah mencari letak hadis yang kita cari di dalam kitab induk hadis. Dengan cara manual, langkah ini biasa dilakukan dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahrâs li alfaż ahadîś al-Nabawî. Di dalam software al-Maktabah al-Syâmilah, kita bisa menggunakan menu pencarian umum (bahś) , dengan menuliskan kata kunci hadis yang akan kita cari, dan dipilih kategori mutûn al-hadîś.

Gambar 2

Tampilan Menu Bahśal-Maktabah al-Syâmilah

(34)

2. Setelah langkah pertama selesai, hadis yang kita cari akan muncul beberapa tempat dalam kitab hadis yang sesuai dengan kata kunci yang telah dimasukkan. Lalu kita hanya perlu satu klik saja untuk mengetahui hadis tersebut secara lengkap beserta sanadnya.

Gambar 3

Hasil Pencarian Hadis dalam al-Maktabah al-Syâmilah 3. Langkah selanjutnya adalah meneliti kualitas para perawi sanad hadis

tersebut dengan menu tarâjum/biografi . Maka akan kita ketahui nama lengkap tokoh, tahun wafat, tempat tinggal dan data biografi lain secara lengkap, komentar para ulama tentang tokoh tersebut, hingga nama-nama guru dan murid beliau.

Gambar 4

(35)

4. Kemudian mencari nama guru dari perawi tersebut, dengan menekan ikon syuyûkh . Lalu kita cari nama guru dari perawi tersebut. Jika ketemu, kita klik nama guru tersebut, dan akan kita ketahui biografi guru tersebut. Kemudian terus dicari biografi gurunya, sampai yang terakhir, yaitu Nabi SAW.

Gambar 5

Hasil Penelusuran Guru-Murid dalam al-Maktabah al-Syâmilah

5. Apabila ada kemungkinan bertemu antara guru dan murid, dan tiap perawinya śiqah (kredibel), maka kita bisa menyimpulkan bahwa hadis tersebut berkualitas şahîh. Jika ada kurang sedikit ke-śiqah-annya, maka hadis tersebut hasan. Apabila ada rawi yang lemah, meskipun satu rawi saja, maka hukum hadis tersebut menjadi đa’îf.

6. Selanjutnya untuk mencari penjelasan isi hadis tersebut, kita membutuhkan kitab syarah. kita bisa menggunakan menu pencarian umum , dengan menuliskan kata kunci hadis yang akan kita cari, dan dipilih kategori Şurûkh al-Hadîś. Lalu kita pilih kitab-kitab penjelasan/ syarah hadis, diantaranya yang terkenal adalah Fath al-Bâry

(36)

-Ma’bûd Syarah Sunan Abî Dâwud, Tuhfah al-Ahważî Syarh Jâmî’ a

t-Tirmiżî, Sunan an-Nasâ’î bi Hasyiyah al-Sindî, dan Sunan Ibnu Mâjah bi

Hâsyiyah al-Sindî.

7. Kita pilih informasi-informasi yang memuat penjelasan hadis yang akan kita teliti, kemudian menyusunnya menjadi laporan penelitian takhrîj al-hadîś.

D. Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś 1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.26 Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang.27

Sedangkan untuk motivasi, Para ahli telah mengajukan beberapa definisi motivasi diantaranya adalah :

Menurut M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.28

Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah:

“Suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.”

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk

26 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali,

1990), Cet. XII, h. 73.

27 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2011),

Cet. XXV, h. 60.

28 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : CV.

(37)

melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu : a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.29

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.30

29 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 74.

30 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),

(38)

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut dalam Agama Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:

ىَوَ ن اَم ئِرْما ِ لُكِل اَََِإَو ، ِتاَيِ لِِ ُلاَمْعَأا اَََِإ

“Sesungguhnnya semua amal itu tergantung dari niatnya, dan

setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya”.31

Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi yang akan mendorong orang untuk bekerja atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh.32

Motivasi sebagai faktor intern (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu dikelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.33

31 Al-Imam al-Bukhâri, Şahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), h.

13.

32 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 48. 33 Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

(39)

2. Macam-macam Motivasi Belajar

Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing.

Diantaranya menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu :

a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya. b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong

(emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari bahaya, motif berusaha mengatasi suatu rintangan.

c. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.34

Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif bawaan, (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.35

Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut:

a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat

fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.

(40)

b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti: dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya.36

Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti, belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memproleh nilai tinggi, yang semua itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.37

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan ingin berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.38

Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung

(41)

pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.

Dengan demikian bahwa motivasi yang berasal dari diri sendiri (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), kedua-duanya sangatlah berpengaruh pada tindakan seseorang. Dengan adanya kedua motivasi tersebut, maka seseorang dapat melakukan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.39

3. Hal-hal yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya:

a. Cita-cita dan aspirasi siswa

Di sini dapat dikatakan bahwa cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa. Misalnya cita-cita siswa untuk menjadi pemain bulu tangkis akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar, ia akan rajin berolah raga, melatih nafas, berlari, meloncat, disamping tekun berlatih bulutangkis. b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Contoh: seorang anak yang tidak biasa mengucapkan huruf .r. di beri latihan berulang kali sehingga mampu mengucapkan huruf .r., keberhasilan atau kemampuan ini memuaskan dan menyenagkan hatinya, secara perlahan-lahan, terjadilah kegemaran membaca pada anak ini. Secara ringkas

(42)

dapatlah dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi-kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Contoh: seorang siswa yang sedang sakit akan mempengaruhi perhatian belajar, sebaliknya seorang siswa yang sehat akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan menganggu kesunguhan belajar. Di dalam sumber tersebut tidak diuraikan tentang sarana dan prasarana. Menurut hemat penulis, sarana dan prasarana itu termasuk di dalam kondisi lingkungan siswa yang menjadi subyek pembahasan penulis pada pembahasan makalah ini. e. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

(43)

memiliki pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dapat dibanggakan. 40

4. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat perilaku siswa seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa.

Menurut Sardiman, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Memberi angka

Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang kuat. Namun perlu diingat bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, karena yang terkandung di dalam setiap pengetahuan diajarkan kepada siswa tidak sekedar kognitif tetapi afektif dan psikomotorik.41

b. Hadiah

Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan hadiah sebagai alat untuk menumbuhkan motivasin belajar siswa. tetapi perlu diingat bahwa hadiah tidak selalu dapat dijadikan sebagai alat motivasi, karena bisa saja hadiah yang diberikan tidak menarik bagi siswa dan bisa saja siswa akan termotivasi apabila sang guru memberikan hadiah kepada siswa, misalnya seorang siswa ingin

40Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. III, h. 97-100.

(44)

menjawab pertanyaan guru apabila guru memberikan hadiah kepadanya, dan begitu pula sebaliknya, apabila guru tidak memberikan hadiah kepada siswa tersebut maka siswa tersebut tidak akan menjawab pertanyaan guru.42

c. Saingan dan Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa. Dengan persaingan siswa akan giat untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan ia akan berusaha untuk menjadi pemenang dalam kompetisi ini.43 d. Ego-involement

Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan, sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Dengan demikian, para siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh bisa jadi karena harga dirinya.

e. Memberi Ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mereka mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Namun perlu diingat, seorang guru jangan terlalu sering memberikan ulangan karena akan membuat siswa merasa jenuh dan membosankan.

f. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mndorong siswa untuk lebih giat belajar. Sebagai contoh, jika siswa merasa hasil belajarnya selalu mengalami peningkatan, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, begitu pula sebaliknya jika siswa mengetahui hasil belajarnya mengalami penurunan, maka ia akan berusaha lebih giat lagi untuk memperbaikinya.44

(45)

g. Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Oleh karena itu, guru harus pintar-pintar memberi pujian secara tepat.

h. Hukuman

Hukuman ini adalah kebalikan dari pujian. Hukuman adalah sebagai reinforcement yang negatif , tetapi kalau diberi secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi yaitu memberikan hukuman yang mendidik bukan memberikan hukuman yang dapat menjadikan siswa tidak termotivasi dalam belajar.

i. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat. Sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan belajar dengan lancar apabila disertai dengan minat.

j. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.45

k. Tujuan yang diakui.

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Dengan demikian, dengan adanya bentuk-bentuk atau cara motivasi belajar di atas dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi dalam kegiatan belajar siswa agar siswa bersemangat dan gairah untuk

Gambar

Tabel 1 Besarnya Sampel Menurut Besarnya Populasi
Tabel 3
Tabel 4 Interpretasi Data
Tabel 5 Pimpinan ADIA/IAIN/UIN Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Saudara tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kegiatan berbelanja yang dilakukan oleh mahasiswa kos tidak terlepas dari lingkungan sosial di kampus dan di rumah kos serta

Sedangkan konteks dari Kebijakan Grindle (1980) : a) dalam penataan PKL pemerintah menggunakan kekuasaan dalam penataan PKL dengan tujuan kepentingan untuk membuat Kota

During August 2016, the Tribunnews.com broadcasted 14 news related to the cigarette price raise.. discourse which might reach the amount of Rp.50.000,- news

Erni : Ye, batol juak sebagai bintang terkenal pastinye saye harus memiliki imej yang baik lah bukan hanye di depan layar kace ajak tapi dibelakang layar kace pun saye gaye..

Namun terdapat perbedaan pengunduh dari layanan ini yang tidak stabil dari bulan ke bulan sehingga menarik perhatian peneliti untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap

D1.45 Terus apakah kamu juga berpikir bahwa kamu adalah siswa yang aktif. D2.46

Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap