• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ukuran Bank,Frifitabilitas,Likuiditas,dan Leverang Terhadap Pengungkapan Islamic Sosial Reporting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ukuran Bank,Frifitabilitas,Likuiditas,dan Leverang Terhadap Pengungkapan Islamic Sosial Reporting"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING

(Studi Empiris Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun oleh: FIRDA ISTIANI NIM. 1111046100075

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

FIRDA ISTIANI, 1111046100075, Pengaruh Ukuran Bank, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014). Strata Satu (S1), Konsetrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syaif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran bank, profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility bank umum syariah, yang diukur dengan Indeks Islamic Social Reporting (ISR). Populasi penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia. Total sampel yang diuji sebanyak 10 bank umum syariah yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menganalisis ISR melalui laporan tahunan bank menggunakan metode content analysis. Teknik analisis data menggunakan metode regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pengungkapan ISR mengalami peningkatan. Secara simultan, variabel ukuran Bank, profitabilitas, likuiditas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR. Secara parsial variabel ukuran bank dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR, sedangkan likuiditas dan

leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.

Kata Kunci : Islamic Social Reporting (ISR),Ukuran Bank, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage.

(6)

vi

Alhamdulillah wa syukurillah. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju terang benderang.

Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH UKURAN BANK,

PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP

PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (Studi Empiris Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)” telah dapat penulis selesaikan dengan segenap kemampuan penulis. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata satu (S1) Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ditemui beberapa kesulitan. Namun berkat berkat bantuan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(7)

vii

ketua dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak,CPA dan Ibu Aini Masrurah, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran berharga dan bermanfaat.

5. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag. selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan bantuan dan arahan dalam banyak hal.

6. Segenap dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Kasmad Sutisno dan Ibunda Maisaroh. Terima kasih atas kasih sayang, motivasi, nasihat dan doa yang tak pernah usai.

(8)

viii

10.Ma’had Dzinnurain, Ustazah Malih, Teh Risma, Ka Vera, Ka Tia, Sevi, Cahaya, Vanny, Ani, Ica, Iip, Nia, Haifah, Restu, Ida, Eni, Alfi, Nurul, Ni’ma, Rina yang terus menginspirasi penulis.

11.LDK Syahid 18, Big Family Komda FSH, Laskar LiSEnSi, KKN CARE 122, Asma Binti Abu Bakar, Perbankan Syariah B 2011, dan FARIS 6. Terima kasih telah menjadi keluarga kecil yang hangat.

12.Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jakarta, 15 Oktober 2015

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C.Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 15

1.Pengungkapan ... 15

a. Pengertian Pengungkapan ... 15

(10)

x

c. Prinsip Corporate Social Responbility ... 19

d.Manfaat Corporate Social Responbility ... 20

e. Pengungkapan Corporate Social Responbility ... 21

f. Corporate Social Responbility dalam pandangan Islam ... 22

3.Islamic Social Reporting (ISR) ... 25

a. Keuangan dan Investasi (Financial and Investment Theme) ... 25

b.Produk dan Pelayanan (Product and Service Theme) ... 26

c. Tenaga Kerja (Employee Theme) ... 27

d.Masyarakat (Comunity Involvement Theme) ... 28

e. Lingkungan (Environtment Theme) ... 28

f. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance Theme) ... 29

4.Ukuran Bank ... 30

5.Profitabilitas ... 30

6.Likuiditas ... 32

7.Leverage ... 33

B.Review Studi Terdahulu ... 34

C.Kerangka Pemikiran ... 40

(11)

xi

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Metode Pengumpulan Data ... 46

C.Operasional Variabel Penelitian ... 47

1.Variabel Terikat (Dependen) ... 47

2.Variabel Bebas (Independen) ... 48

D. Populasi dan Sampel ... 50

E. Metode Analisis Data ... 52

1. Statistik Deskriptif ... 52

2. Model Regresi Data Panel ... 52

a. Pendekatan Common Effect (Pooling Least Square) ... 53

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)... 53

c. Pendekatan Efek Random (Random Effect) ... 54

3. Pengujian Model ... 54

a. Uji Chow ... 54

b. Uji Haussman ... 55

4. Uji Hipotesis ... 56

a. Uji Hipotesis Secara Simultas (Uji f) ... 56

b. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 57

c. Koefisien Determinasi (R2) ... 58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Content Analysis Islamic Social Reporting (ISR) ... 59

(12)

xii

5. Tema Lingkungan (Environtment Theme) ... 68

6. Tema Tata Kelola Perusahaan (Corporate Government Theme) ... 70

B. Hasil Instrumen Penelitian ... 73

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 73

2. Hasil Uji Data Panel ... 76

a. Uji Chow ... 76

b. Uji Haussman ... 76

3.Pengujian Hipotesis ... 77

a. Koefisien Determinasi (R2) ... 77

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 78

c. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 79

4.Persamaan Model Regresi Data Panel ... 80

5.Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C.Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xiii

Tabel 1.1 Total Asset, Pembiayaan, DPK BUS dan UUS (dalam Triliun Rupiah) ... 5

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian... 50

Tabel 3.2 Daftar Populasi Penelitian ... 50

Tabel 3.3 Tahap Pengambilan Sampel ... 51

Tabel 3.4 Daftar Sampel Bank Umum Syariah ... 51

Tabel 4.1 Pengungkapan Indeks ISR pada BUS Tahun 2011-2014 ... 59

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Chow ... 76

Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman ... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 79

(14)

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 40 Gambar 4.1 Pengungkapan Rata-rata Indeks ISR pada Bank Syariah

di Indonesia Periode 2011-2014 ... 60 Gambar 4.2 Indeks ISR BUS Masing-masing Tema Tahun 2011-2014 ... 61 Gambar 4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Indeks ISR pada Bank Syariah

[image:14.595.112.520.110.366.2]
(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat ditandai dengan munculnya berbagai perusahaan berskala besar, dan bidang-bidang usaha yang tersedia semakin banyak, sehingga lapangan pekerjaan tersedia cukup luas bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan dampak positif dari berkembangnya industri perusahaan. Namun, perusahaan juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungannya. Kasus-kasus seperti banjir lumpur panas Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo, Jawa Timur, pencemaran Teluk Buyat di Minahasa Selatan oleh PT. Newmont Minahasa Raya, pembakaran hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masalah pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport

di Papua, dan konflik masyarakat Aceh dengan Exxon mobil yang mengelola gas bumi di Arun merupakan beberapa kasus entitas bisnis yang tidak memperdulikan lingkungan sosial dan lingkungan alam di sekitarnya.1

Mencermati sisi negatif dari industrialisasi tersebut, maka tidak adil jika masyarakat yang harus menanggung beban sosial. Oleh karena itu, suatu entitas bisnis dituntut untuk memelihara lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya.

1Izza Rufaida, “Pengaruh

(16)

Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap komunitas yang berkaitan dengan kegiatan operasional bisnisnya meliputi aspek ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet) atau biasa disebut

triple bottom line (3P), yang diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Hal tersebut berarti bahwa CSR adalah bentuk kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit)

bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet)

secara berkelanjutan.2

CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada

stakeholdersnya. Stakeholders perusahaan meliputi karyawan, kreditur, pelanggan, pemasok, maupun masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan tersebut. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut tanggung jawab perusahaan atas eksternalitas negatif yang ditimbulkan kepada warga di sekitar operasinya saja, tetapi juga menyangkut kesejahteraan karyawan, pelanggan, dan pemasok yang merupakan bagian dari stakeholders

perusahaan yang turut andil bagi operasi perusahaan.3

Di Indonesia, kesadaran mengenai CSR ini terlihat dari makin banyaknya perusahaan yang mengungkapkan isu CSR dalam laporan keuangan tahunan maupun press release lainnya.4 Pemerintah pun mengakomodirnya dengan mengeluarkan peraturan mengenai kewajiban

2Khusnul Fauziah dan Prabowo Yudho J, “Analisis Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan Islamic Social Reporting Index”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.5, No.1, (Maret 2013), pp.12-20, h.13.

3 Ekkyanshah, “Membangun Program CSR yang Seimbang”,

Akuntan Indonesia, Vol.12 No.2, (Oktober 2008), h.33.

4 Soraya Fitria dan Dwi Hartanti, “

(17)

praktik CSR yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Kemudian dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 66 menyebutkan bahwa laporan tahunan harus memuat beberapa informasi, salah satunya adalah laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Selain sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, terdapat alasan lain yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan CSR. Fakta menunjukkan adanya korelasi postif antara perusahaan yang melaksanakan dan mengungkapkan CSR dalam aktivitas usahanya dengan apresiasi masyarakat.5 Bahkan beberapa penelitian pun menyatakan bahwa peran perusahaan dalam merealisasikan tanggung jawab sosial berkorelasi positif dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan.6 Oleh karena itu penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost semata, melainkan sebagai investasi jangka panjang.

Bila dilihat dari perspektif Syariah, konsep CSR sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam. Kesempurnaan iman seorang muslim tidak dapat hanya dicapai dengan hubungan vertikal kepada Allah saja (Hablumminallah) -kesalehan Individual, tetapi juga harus sejalan dengan hubungan yang baik kepada sesama makhluk ciptaan Allah (Hablumminannas)-kesalehan sosial.7

5

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, cet.II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.6.

6

Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.39.

(18)

Salah satu jenis bisnis yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam adalah bank syariah. Pelaksanaan CSR pada perbankan syariah bukanlah sekedar memenuhi kewajiban yang diamanahkan undang-undang saja, program CSR tidak hanya menjadi keinginan untuk mendapatkan legitimasi dalam beroperasi disuatu kawasan, ataupun menjadi topeng untuk mengejar keuntungan secara maksimal.8

Secara umum fungsi bank syariah yaitu: (1) Manajer investasi; (2) Investor; (3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; dan (4) pengemban fungsi sosial. Tiga fungsi pertama merupakan fungsi bisnis, sedangkan fungsi ke empat adalah fungsi sosial bank syariah.9 Oleh karena itu dalam mengevaluasi kinerja bank syariah harus dilakukan secara komprehensif, yakni kinerja bisnis dan kinerja sosialnya.

Pelaksanaan fungsi sosial bank syariah dipertegas dalam Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah, pada bab II pasal 4 ayat (2), dinyatakan bahwa:

“Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat”.

Bank syariah di Indonesia menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah sampai dengan saat ini, Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah 12, Unit Usaha Syariah (UUS) berjumlah 22, dan Bank Pembiayaan Syariah (BPRS) berjumlah 162. Volume

8

Muhammad Yasir Yusuf, “Model Pelaksanaan CSR Bank Syariah: Kajian Empiris Pembiayaan Mikro Baitul Mal Aceh”, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba, Vol IV, No.2, (Desember 2010), h.199.

9

(19)

1,42% 1,48%

1,67% 1,79%

2,14%

2,00%

0,85% 1,13%

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

[image:19.595.130.525.153.363.2]

usaha perbankan syariah dalam waktu satu tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, perkembangan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Total Asset, Pembiayaan, DPK BUS dan UUS (dalam Triliun Rupiah) Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

Asset 49,56 66,10 97,52 145,47 195,02 242,28 272,34 269,47

Pembiayaan 38,20 46,89 68,18 102,66 147,50 184,12 199,33 201,53

DPK 36,85 52,27 76,04 115,41 147,51 183,53 217,86 218,98 *Sampai bulan April 2015

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015

Kinerja keuangan pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kinerja keuangan dapat dilihat melalui rasio Return on Asset

(ROA). ROA BUS dan UUS terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012, namun pada tahun 2013 ROA BUS dan UUS menurun, hal ini disebabkan seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi10. Sampai dengan bulan Maret 2015 ROA meningkat kembali menjadi 1,13%.

Gambar 1.1

Rasio ROA BUS dan UUS

*Sampai bulan Maret 2015

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015

10

[image:19.595.136.500.539.716.2]
(20)

Dengan perkembangannya yang terus meningkat disertai persaingan yang cukup ketat, mengharuskan bank syariah terus memperbaiki kinerjanya. Tantangan utama bagi bank syariah saat ini adalah mewujudkan kepercayaan dari para stakeholders, karena kepercayaan stakeholders akan memberikan dampak positif bagi perkembangan bank itu sendiri. Ekpektasi stakeholders

terhadap bank syariah tentunya berbeda dengan bank konvensional. Hal ini karena bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip syariah, yaitu tidak hanya bertujuan komersil yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat.11

Salah satu upaya bank syariah untuk meningkatkan kepercayaan

stakeholders-nya adalah dengan menginformasikan aspek sosialnya melalui laporan pertanggungjawaban sosial, karena stakeholder perbankan syariah sebagai bagian dari masyarakat memiliki hak informasi tentang seluruh kegiatan operasional perbankan, termasuk aspek sosial.12

Namun, menurut Maali (2006) beberapa perbankan syariah di dunia terdapat kebebasan dalam menyajikan informasi sosial dalam laporan tahunan karena para regulator tidak mengatur dan mewajibkan secara tegas agar masing-masing perbankan syariah menyediakan informasi tanggung jawab

11 Azis Budi Setiawan,“Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”,

(Seminar Ilmiah Kerjasama Magister Bisnis Keuangan Iskam Univ. Paramadina, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Juli 2009), h.1.

(21)

sosial, sehingga terdapat tingkat variasi yang tinggi dalam pelaporan sosial antara satu bank syariah dengan lainnya.13

Sejauh ini pegungkapan CSR pada perbankan syariah mengacu pada

Global Reporting Initiative Index (Indeks GRI). Jika melihat prinsip atau pedoman GRI yang bersifat konvensional, maka kurang tepat bila digunakan sebagai tolok ukur pengungkapan CSR pada perbankan syariah.14

Pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan pada sistem konvensional hanya berfokus pada aspek material dan moral. Untuk itu, perlu adanya kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip syariah, dengan menjadikan aspek spiritual sebagai fokus utama dalam pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan karena para pembuat keputusan muslim memiliki ekspektasi agar perusahaan mengungkapkan informasi secara sukarela guna membantu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual mereka. Kerangka tersebut tidak hanya berguna bagi para pembuat keputusan muslim, tetapi juga berguna membantu perusahaan Islam dalam pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat. Kerangka ini dikenal dengan sebutan Islamic Social Reporting (ISR).15

Indeks ISR berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti

13

Bassam Maali dkk., “Social Reporting by Islamic Banks”, Abacus Vol.42 No.2 (2006), h.281

14Haris Fifa Putra, “Analisis Pelaksanaan dan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perbankan Syariah di Indonesia Berdasarkan Indeks Islamic Social Reporting (ISR)”, Jurnal Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, (t.th), h.3.

15Ros Haniffa, “Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective”, Indonesian Management &

(22)

mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam.16

Fitria (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa bank syariah di Indonesia masih terbatas atau hanya dapat memenuhi 50 % dari skor maksimal jika semua item diungkapkan secara sempurna pada ISR indeks.17 Fauziah (2013) menyatakan bahwa tingkat kinerja sosial yang diukur dengan ISR pada perbankan syariah di Malaysia lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah di Indonesia.18

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ISR telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan memperoleh hasil yang beragam. Faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan ISR yaitu ukuran bank. Othman (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ISR, begitu juga dengan penelitian Lucyanda (2012), Putri (2014) dan Febriany (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Namun, penelitian Widayuni (2014) menyatakan bahwa ukuran bank tidak mempengaruhi pengungkapan ISR.

Penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa tingkat pengungkapan perusahaan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya profitabilitas. Othman (2009), Rizkianingsih (2012), Lucyanda (2012), dan Widayuni (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

16

Soraya Fitria dan Dwi Hartanti, “Islam dan Tanggung Jawab Sosial”, h.4.

17

Ibid, h.15.

(23)

positif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun, Febriany (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Sementara Kurniawansyah (2013), Putri (2014), dan Iswandika (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh.

Faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan ISR lainnya yaitu likuiditas. Putri (2014) dan Kurniawansyah (2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR, sementara Iswandika (2014) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh.

Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan ISR yaitu leverage.

Rizkianingsih (2012) dan Widayuni (2014) menyatakan bahwa leverage

berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan Lucyanda (2012)dan Iswandika (2014) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

(24)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan untuk menerangkan masalah-masalah yang mungkin muncul pada objek yang akan diteliti sebelum dibuatkan pembatasan dan perumusan masalahnya. Identifikasi masalah yang ditemukan antara lain:

1. Pertumbuhan perbankan syariah yang terus meningkat dengan tingkat kompetitif bank yang cukup ketat, perlu diikuti dengan meningkatkan aspek kepatuhan terhadap prinsip Islam, dan meningkatkan kinerja sosial yang dalam hal ini yaitu tanggung jawab sosial (CSR).

2. Standar pelaporan CSR syariah yang belum baku menjadikan pelaporan CSR perbankan syariah menjadi tidak seragam. Pengungkapan CSR pada perbankan syariah masih mengacu pada Global Reporting Initiative Index (Indeks GRI). Praktik pengungkapan CSR berdasarkan perspektif Islam seharusnya berbeda dengan perspektif konvensional karena jenis informasi yang perlu disajikan pun berbeda.

3. Pengungkapan CSR syariah telah dikeluarkan AAOIFI dan dikembangkan oleh beberapa peneliti yaitu Islamic Social Reporting,

namun belum banyak diungkapkan dalam laporan tahunanan bank syariah.

(25)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkupnya agar penelitian lebih terarah, fokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitia, serta dapat mempermudah proses analisa itu sendiri. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji, antara lain:

1. Sampel penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria sebagai berikut: a. Obyek yang diteliti adalah Bank Umum Syariah yang laporan

tahunannya dipublikasikan.

b. Periode penelitian yaitu tahun 2011-2014 dengan menggunakan data laporan tahunan masing-masing bank syariah.

2. Ukuran Bank dalam penelitian ini diproksikan oleh nilai total aset bank syariah.

3. Rasio Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh Return On Asset (ROA).

4. Rasio Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan oleh Financing to Deposit Ratio (FDR).

5. Rasio Leverage dalam penelitian ini diproksikan oleh Debt to Asset Ratio (DAR).

D. Perumusan Masalah

(26)

dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah di Indonesia?

2. Apakah ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah di Indonesia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Menganalisis pengaruh ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, dan

leverage secara simultan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah di Indonesia.

b. Menganalisis pengaruh ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, dan

leverage secara parsial terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank syariah di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

(27)

b. Bagi Perbankan Syariah

Membantu memberikan saran dan masukan bagi kinerja manajer dalam melakukan kegiatan tanggung jawab sosial. Dan juga pengevaluasian kinerja tanggung jawab sosial bank melalui pengungkapan yang dilakukan.

c. Bagi Akademisi

Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh U ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial bank umum syariah yang diukur dengan Indeks Islamic Social Reporting. Dan menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.

d. Bagi investor

Membantu untuk mengetahui competitive adventage suatu perusahaan perbankan syariah dengan melihat kinerja keuangan maupun non- keuangan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

(28)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang menguraikan tentang landasan teori Pengungkapan, Corporate Social Responsibility, Islamic Social Reporting, ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, leverage, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN, yang menguraikan tentang ruang lingkup penelitian, metode pengumpalan data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, serta metode analisis.

BAB IV HASIL PENELITIAN, menjelaskan tentang analisis data dan hasil pembahasan yang dilakukan sesuai dengan alat analisis yang digunakan.

(29)

15

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengungkapan (Disclosure) a. Pengertian Pengungkapan

Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi. Istilah pengungkapan dalam arti luas mencakup keluarnya setiap informasi mengenai suatu perusahaan tertentu, meliputi semua informasi yang tercantum dalam pelaporan tahunan perusahaan, media massa, majalah dan sebagainya.1

Istilah pengungkapan dalam akuntansi mengacu pada penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan dalam proses pelaporan keuangan adalah analisis terhadap model aktivitas untuk mengikhtisarkan , mengorganisir, dan mengungkapkan hubungan timbal balik antara aktivitas-aktivitas dan untuk dapat melihat gambar status atau peta dari entitas. Secara tradisional, proses analisis ini dipandang sebagai proses pengembangan laporan-laporan akuntansi untuk menyediakan pemahaman mengenai sifat dari aktivitas-aktivitas entitas.2

1

Helen Gernon dan Gary K Meek, Akuntansi Perspektif Internasional, Penerjemah Agung Saputro (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h.91.

2Frederick D.S. Choi & Gerhard G. Mueller, Akuntansi Internasional,Edisi Kedua(Jakarta: Salemba

(30)

b. Jenis Pengungkapan

Pengungkapan dalam pelaporan keuangan seringkali dikelompokkan menjadi informasi keuangan dan non keuangan. Pengungkapan keuangan (financial) terdiri dari item-item informasi yang disajikan dalam satuan moneter. Sedangkan pengungkapan non keuangan (non financial) dapat berupa:3

1) Deskripsi naratif, merupakan fakta atau opini yang tidak dinyatakan dalam satuan moneter.

2) Item informasi yang dikuantifikasikan dalam satuan selain satuan moneter. Contohnya pernyataan misi perusahaan, data mengenai jumlah karyawan dalam suatu perusahaan.

Sedangkan jenis pengungkapan menurut Darrough (1993), dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu:4 1) Pengungkapan Wajib (Mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.

3

Helen Gernon dan Gary K Meek, Akuntansi Perspektif Internasional,h.93.

4 Priyesta Rizkianingsih, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Social Reporting

(ISR): Studi Empiris pada Bank Syariah Di Indonesia, Malaysia, dan Negara-Negara Gulf Cooperation

(31)

2) Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan komponen – komponen yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

2. Corporate Social Responsibility (CSR) a. Pengertian Corporate Social Responsibility

CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitiberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.5

The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) mendefinisikan CSR yaitu:6

“The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to eonomic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large to improve their quality of life.”

Artinya tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan sebagai pelaku bisnis untuk dapat berperilaku etis dan turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya, serta masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya.

Sementara World Bank mendefinisikan CSR: 7

5

Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h.1

6 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, cet.II, (Jakarta:

(32)

”the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employess and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”.

CSR merupakan komitmen bisnis dengan tujuan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama antara karyawan dan perwakilan anggota, komunitas lokal serta masyarakat luas guna meningkatkan kualitas hidup, dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, dan pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas dalam pasal 1 butir 3 menyebutkan bahwa:

Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Ruang lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan kepada masyarakat meliputi hal-hal berikut:8

1) Perlindungan konsumen (product safety), bahwa produk yang diberikan kepada masyarakat harus menjamin aman untuk digunakan.

2) Pengendalian polusi (pollution control), dalam hal ini bahwa kegiatan perusahaan tidak akan merusak lingkungan, baik

7

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, h.20.

8 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama Cetakan Kedua, (Jakarta: Kencana,2010),

(33)

terhadap air, tanah, maupun udara. Keterlibatan perusahaan dituntut untuk mengontrol dan mengatasi terhadap masalah lingkungan yang mungkin atau telah terjadi akibat aktivitas perusahaan.

3) Reinvest Profit, perusahaan perlu melakukan investasi dari laba yang mereka peroleh kepada dunia pendidikan, pemberdayaan masyarakat sekitar usaha serta dukungan terhadap pelestarian lingkungan alam.

c. Prinsip Corporate Social Responsibility

David menguraikan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial diantaranya yaitu:9

1) Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainibility berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. 2) Accountability, adalah upaya perusahaan terbuka dan bertanggung

jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan

9

(34)

dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal.

3) Transparency, merupakan prinsip yang penting bagi pihak eksternal. Transparansi berperan mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

d. Manfaat Corporate Social Responsibility Manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:10

1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. 5) Membuka peluang pasar yang lebih luas.

6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.

8) Memperbaiki hubungan dengan regulator.

9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10) Peluang mendapatkan penghargaan

10

(35)

e. Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pada umumnya pengungkapan CSR dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan. Namun, ada pula beberapa perusahaan yang memisahkan pelaporan CSR yang dilakukan dalam sustainibility reporting. Di Indonesia, salah satu regulasi mengenai pengungkapan CSR diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) Nomor 1 paragraf sembilang secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut:

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”

(36)

harus diungkapkan di dalamnya, sehingga setiap perusahaan dapat melakukan pengungkapan CSR yang berbeda-beda.11

Beberapa standar pengungkapan CSR diantaranya adalah

Organization for Economic Cooperation and Development guidlines

for multinasional enterprise (diterbitkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)), Social Accountability 800 (diterbitkan oleh Social Accountability International), Greenhouse gas Protocol (diterbitkan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBSCD) dan World Resources Institute), Global Reporting Initiative Sustainability Reporting Guidlines (diterbitkan oleh Global Reporting Initiative

(GRI), serta sistem manajemen lingkungan (ISO 14001, EMAS). Diantara standar pengungkapan tersebut yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia adalah

Sustainability Reporting Guidelines yang telah diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) pada tahun 2000, 2002, 2006, 2010 dan yang terbaru 2012 (GRI 4).12

f. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pandangan Islam Dalam Islam adanya suatu tanggung jawab sosial seperti tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 177:

11

Hendrik Budi Untung, Corporate Social responsibility, h. 18.

12 Sari Hadiyanti, “Analisis Hubungan Shari’a Governance Stru

cture terhadapTingkat Pengungkapan

Corporate Social Responsibilitypada Perbankan Syariah di Indonesia.” (Skripsi Universitas Indonesia, 2012),

(37)

                                                                              

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.

(38)

Konsep CSR dalam aktivitas lingkungan pun di atur dalam Islam. Lingkungan dan pelestariannya (habliminalam-hubungan dengan alam) merupakan salah satu inti ajaran Islam. Allah berfirman dalam QS Al A’raf ayat 56:

                        

“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia tidak diperkenankan untuk melakukan kerusakan di bumi. Tanggung jawab memelihara dan melestarikan ciptaan Allah SWT merupakan wujud konsep akuntabilitas dalam ekonomi Islam.

Akuntabilitas dimaksudkan untuk menghasilkan pengungkapan yang benar, adil dan transparan. Akuntabilitas tidak hanya ditujukan kepada para pemangku kepentingan, tetapi juga kepada Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki otoritas tertinggi dalam memberikan keberkahan dan kesuksesan.13 Dari pemaparan diatas menunjukan bahwa Islam telah mengatur tentang prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam CSR.

(39)

3. Islamic Social Reporting (ISR)

Penelitian dalam ranah CSR syariah umumnya menggunakan model indeks Islamic Social Reporting yang dikembangkan dengan dasar standar pelaporan dari Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI). Peneliti yang mengembangkan ISR antara lain yaitu Ross Haniffa (2002), Bassam Maali (2006), Rohana Othman, Azlan Md Thani, dan Erlane K Ghani (2009), dan saat ini ISR masih terus dikembangkan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Berikut tema-tema pengungkapan dalam Islamic Social Reporting yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Keuangan dan Investasi (Finance and Investment Theme)

Pengungkapan pada tema ini adalah praktik operasional yang mengandung riba, gharar, dan aktivitas pengelolaan zakat.14 Salah satu bentuk riba di dunia perbankan adalah pendapatan dan beban bunga. Untuk menjunjung tinggi nilai transparansi kepada masyarakat, seluruh sumber pembiayaan dan investasi yang mengandung riba dan gharar harus diidentifikasi dan dilaporkan secara jelas.

Aspek lain yang diungkapkan adalah praktik pembayaran dan pengelolaan zakat. Bank syariah wajib untuk melaporkan laporan sumber dan penggunaan dana zakat selama periode dalam laporan keuangan. Bahkan di dalam PSAK 101 dinyatakan jika bank syariah

(40)

belum melakukan fungsi zakat secara penuh, bank syariah tetap menyajikan laporan zakat.

Aspek lain yang diungkapkan adalah kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang. Terkait dengan kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan kebangkrutan klien Untuk meminimalisir resiko pembiayaan, Bank Indonesia mengharuskan bank untuk mencadangkan penghapusan bagi aktiva-aktiva produktif yang mungkin bermasalah, praktik ini disebut pencadangan penghapusan piutang tak tertagih (PPAP).

Item selanjutnya adalah jenis investasi yang dilakukan oleh bank syariah dan proyek pembiayaan yang dijalankan, aspek ini cukup diungkapkan secara umum.

b. Produk dan Pelayanan (Product and Service Theme)

Aspek yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah status kehalalan produk yang digunakan dan pelayanan atas keluhan konsumen. Dalam konteks perbankan syariah, maka status kehalalan produk dan jasa baru yang digunakan adalah melalui opini yang disampaikan oleh DPS untuk setiap produk dan jasa baru. Identifikasi mengenai halal atau haram suatu produk atau jasa harus diungkapkan dalam laporan. Secara logis, tujuannya agar para pemangku kepentingan mengetahui apakah barang atau jasa tersebut diperbolehkan (halal) atau dilarang (haram) dalam ajaran Islam.15

(41)

Selain itu pelayanan atas keluhan nasabah juga menjadi prioritas bank syariah dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah. Hal ini merupakan peraturan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 mengenai hak konsumen untuk didengar pendapat dan keluhannya.Hal lain yang harus diungkapkan adalah glossary atau definisi setiap produk serta akad yang melandasi produk tersebut. Hal ini mengingat akad-akad di bank syariah menggunakan istilah-istilah yang masih asing bagi masyarakat, sehingga perlu informasi terkait definisi akad-akad tersebut agar mudah dipahami oleh pengguna informasi.16

c. Tenaga kerja (Employee Theme)

Konsep dasar yang mendasari tema ini adalah etika amanah dan keadilan. Karyawan harus diperlakukan secara adil dan dibayar secara wajar, pemberi kerja juga harus memenuhi kewajiban terhadap karyawan dalam hal kebutuhan spiritual mereka.17 Selain itu masyarakat ingin mengetahui apakah perusahaan menangani para karyawan dengan adil, yaitu melalui informasi seperti gaji, karakteristik pekerjaan, hari kerja dan hari libur, jaminan kesehatan dan kesejahteraan, kebijakan terkait waktu dan tempat ibadah, pendidikan dan pelatihan kepada karyawan, kesempatan yang sama dan lingkungan kerja, dan apresiasi terhadap karyawan berprestasi.18

16

Roszaini Haniffa dan Muhammad Hudaib, “Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via

Communication in Annual Reports”, Journal of Business Ethics, 2007, h. 107

17Ros Haniffa, “Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective”, h.139 18

(42)

Aspek lain yang adalah kebijakan remunerasi untuk karyawan, kesehatan dan keselamatan kerja, tempat ibadah yang memadai, waktu atau kegiatan keagamaan.19

d. Masyarakat (Community Involvement Theme)

Konsep dasar yang mendasari tema ini adalah ummah, amanah, dan adl, yang menekankan pada pentingnya saling berbagi dan saling meringankan beban masyarakat. Bentuk saling berbagi dan tolong-menolong bagi bank syariah dapat dilakukan dengan sedekah, wakaf, dan qard.20 Aspek lain yang diungkapkan adalah sukarelawan dari kalangan karyawan, pemberian beasiswa pendidikan, pemberdayaan kerja para lulusan sekolah atau mahasiswa berupa magang, pengembangan generasi muda, peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat miskin, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau sosial, dan dukunga terhadap kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan agama.21

e. Lingkungan (Environtment Theme)

Perusahaan tidak seharusnya terlibat dalam setiap jenis kegiatan yang mungkin menghancurkan atau merusak lingkungan. Dengan demikian, informasi yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya dan program yang dilakukan untuk melindungi lingkungan harus diungkapkan. Perbankan tidak mungkin menyebabkan kerugian

19Rohana Othman dan Azlan Md Thani, “Islamic Social Reporting Of Listed Companies In Malaysia”,

International Business and Economics Research Journal Vol.9, No.4 (April 2010).h,19

20Ros Haniffa, “Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective”, h.140

(43)

langsung bagi lingkungan, namun bank syariah tidak diharapkan untuk membiayai kegiatan yang mengarah pada perusakan lingkungan karena proyek-proyek tersebut akan merugikan masyarakat. Selain itu, bank syariah bisa memberikan sumbangan untuk membantu melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, diharapkan bagi bank-bank syariah untuk melaporkan sifat dan jumlah setiap sumbangan atau kegiatan yang dilakukan untuk melindungi lingkungan, dan juga mengungkapkan apakah bank telah membiayai proyek-proyek yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.22

f. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance Theme)

Tata kelola perusahaan tidak bisa dipisahkan guna memastikan pengawasan pada aspek syariah. Informasi yang diungkapkan dalam tema tata kelola perusahaan adalah status kepatuhan terhadap syariah,

rincian nama dan profil direksi, DPS dan komisaris, laporan kinerja

komisrais, DPS, dan direksi, kebijakan remunerasi komisaris, DPS, dan

direksi, struktur kepemilikan saham, kebijakan anti korupsi, dan anti

terorisme. Dalam implementasinya di disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).

22Bassam Maali dkk., “Social Reporting by Islamic Banks”,

(44)

4. Ukuran Bank

Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam perusahaan tersebut semakin banyak.23

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara, antara lain jumlah karyawan, nilai total aset, dan volume penjualan. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan volume penjualan maka semakin besar pula ukuran perusahaan.24 Dalam penelitian ini ukuran bank diproksikan dari total asset. Perhitungan total aset dapat di rumuskan sebagai berikut:

5. Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.25

Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari

23Siregar & Utama, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management)”, (Solo: Simposium Nasional Akuntansi VII,

15-16 September 2005), 475-490

24

M. Hossain, et al, “Corporate Social and Environtmental Disclosure in Developing Countries: Evidence from Bangladesh”, Asian Pasific Conference on International Accounting Issues, Research Online

University of Wollongong, Hawaii, (Oktober 2006), h.4.

25

Sofyan Safri Harahap, Analitis Kritis atas Laporan Keuangan (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), h.304.

(45)

penjualan dan pendapatan investasi, penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.26

Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:27 a. Return on Investment (ROI)

Hasil Pengembalian Investasi atau lebih dikenal dengan nama

Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets (ROA), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva, sehingga akan memperbesar laba.28

Rumus untuk menghitung ROA yaitu:

b. Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin

26

Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama Cetakan Kedua, h.115

27

Ibid, h.115-116

28 Frederick S.Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat,

2008), h.306

ROA = � � � �

(46)

baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung ROE yaitu:

6. Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih, artinya bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan.29

Likuiditas perbankan syariah diukur dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Menurut kamus BI, FDR adalah Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.

Bank Indonesia menetapkan batas aman untuk rasio FDR yaitu antara 80% - 110%. Semakin rasio FDR mendekati angka 110% berarti fungsi intermediasi bank syariah tersebut semakin baik. Berarti hampir semua DPK bank syariah tersebut disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap ke sektor riil, sebaliknya jika FDR bank syariah masih jauh di bawah 110% maka berarti bank syariah tersebut belum menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Akan tetapi, jika FDR suatu bank syariah jauh di atas 110%, hal tersebut juga mengindikasikan bank

29

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h.133-134

ROE =

(47)

syariah belum bisa menghimpun DPK yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan. FDR di atas 110% juga mengindikasikan pembiayaan bank syariah lebih besar dari DPK sehingga menunjukkan bahwa uang yang digunakan bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan berasal dari sumber lain seperti modal atau hutang.

7. Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity) maupun aset.30

Adapun jenis-jenis rasio leverage antara lain:31 a. Debt to Assets Ratio (DAR)

Debt to Assets Ratio atau Debt Ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus untuk menghitung DAR yaitu:

30

Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.306

31

Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama Cetakan Kedua, h. 112

DAR =

X100%

Rumus FDR = P y y

(48)

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus untuk menghitung DER yaitu:

B. Review Studi Terdahulu

Dalam rangka penentuan fokus penelitian, penulis telah membandingkan dengan penelitian terdahulu.

1. Rohana Othman, dkk., Determinants of Islamic Social Reporting Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia, Research Journal of International Studies- Issue 12, Universitas Teknologi MARA, Malaysia, (Oktober, 2009). Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Islamic Social Reporting (ISR) pada Top perusahaan syariah yang tercantum dalam bursa Malaysia. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda. Hasil penelitian yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,

DER =

(49)

komposisi dewan pengurus berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun tipe industri tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan ISR. Persamaan dengan penulis yaitu menggunakan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas. Perbedaannya yaitu menambahkan likuiditas dan leverage, obyek penelitian yaitu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, metode penelitian yaitu analisis regresi data panel.

(50)

(BUS) di Indonesia, dan metode penelitian yaitu analisis regresi data panel.

3. Priyesta Rizkianingsih, Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR): Studi Empiris pada Bank-bank Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Negara-negara Gulf Cooperation Council, Skripsi Universitas Indonesia, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks ISR bank-bank syariah di Indonesia, Malaysia, dan negera GCC, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ISR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tekanan politik dan pemerintah, jumlah penduduk muslim, profitabilitas dan leverage secara signifikan mempengaruhi tingkat ISR, namun Islamic Governance Score tidak berpengaruh signifikan. Persamaan dengan penulis yaitu menggunakan profitabilitas, dan leverage sebagai variabel independen. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis regresi data panel. Perbedaannya yaitu menambahkan variabel independen yaitu ukuran bank dan likuiditas. 4. Sheilla Monica Kuncoro Putri, Pengaruh Karakteristik Perusahaan

(51)

signifikan terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan variabel ROA, ROE, dan CAR tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Persamaan dengan penulis yaitu menggunakan ukuran bank, profitabilitas, likuiditas, sebagai variabel independen. Obyek penelitian yaitu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Perbedaannya menambahkan variabel independen yaitu leverage (DAR), metode penelitian yang digunakan yaitu analisis regresi data panel.

(52)

6. Novita Febriany, dkk. Analisis Islamic Social Reporting Pada Bank Umum Syariah di Indonesia, Prosiding Universitas Sriwijaya, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks ISR bank umum syariah di Indonesia dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ISR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan, ROE berpengaruh negatif signifikan pengungkapan ISR. Sedangkan variabel kepatuhan syariah yang merupakan porsi pembiayaan murabahah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Persamaan dengan penulis yaitu menggunakan ukuran bank dan profitabilitas sebagai variabel independen. Obyek penelitian yaitu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Perbedaannya menambahkan variabel independen yaitu likuiditas dan leverage , metode penelitian yang digunakan yaitu analisis regresi berganda.

(53)

Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Persamaan dengan penulis yaitu menggunakan profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel independen. Perbedaannya menambahkan variabel independen yaitu ukuran bank dan leverage (DAR), metode penelitian yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, dan obyek penelitian yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 8. Nisrina Widayuni, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(54)
[image:54.595.124.536.136.685.2]

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

.

Berlanjut ke halaman berikutnya

UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengharuskan perusahaan melaksanakan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial, namun belum ada standar baku pengungkapan CSR untuk perusahaan syariah. AAOIFI telah

mengeluarkan standar awal pengungkapan dan dikembangkan

oleh beberapa peneliti yaitu

Islamic Social Reporting (ISR).

ISR belum banyak diungkapkan dalam laporan tahunanan bank

syariah, perkembangan indeks ISR di Indonesia

masih sangat lambat dibandingkan perkembangan indeks ISR

di negara-negara Islam lainnya

GAP AO

Penelitian ini diteliti:

Pengaruh Ukuran Bank, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Pengunkapan Islamic Social Reporting pada Bank Syariah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Likuiditas(X3)

Kurniawansyah (2013), Putri (2014), Iswandika (2014) Ukuran Bank (X1)

Othman et al. (2009), Lucyanda (2012), Putri (2014), Febriany (2014), Widayuni (2014)

Profitabilitas (X2)

Othman et al. (2009),Lucyanda (2012) Rizkianingsih (2012), Kurniawansyah (2013), Putri (2014),

Iswandika (2014), Widayuni (2014)

Leverage (X5)

Lucyanda (2012) Rizkianingsih (2012), Widayuni (2014)

Pengungkapan Islamic Social

(55)

Lanjutan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Perumusan Hipotesis

1. Ukuran Bank, Profitabiltas, Likuiditas dan Leverage dengan Pengungkapan Islamic Social Reporting

Othman (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar adalah perusahaan yang memiliki sumber daya lebih banyak daripada perusahaan yang lebih kecil, perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak sehingga perusahaan besar melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam.

Selain itu perusahaan yang memiliki tingkat profit lebih tinggi akan menarik para investor, sehingga upaya perusahaan untuk memberikan

Model

ISRit = β+ β Total Aset + β ROA + β FDR − β DAR +

Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinas,

Uji f, Uji t

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

Purposive Sampling

(56)

informasi yang lebih baik kepada masyarakat serta calon investornya, yaitu dengan meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosialnya.

Kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat likuiditas sesuai batas aman peraturan Bank Indonesia, sehingga perusahaan yang sehat akan lebih luas mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Terdapat pengaruh negatif antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial. sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Ukuran Bank, Profitabiltas, Likuiditas, dan Leverage berpengaruh

terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Ukuran Bank dengan Pengungkapan ISR

Semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam perusahaan tersebut semakin banyak.32 Othman (2009), Rizkianingsih (2012), Putri (2014), dan Febriany (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ISR, begitu pula Lucynda yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR.

32

Siregar & Utama, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate

Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management)”, (Solo: Simposium Nasional Akuntansi

(57)

Namun, Widayuni (2014) menyatakan bahwa ukuran bank tidak mempengaruhi pengungkapan ISR. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha2: Ukuran bank berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting Bank Umum Syariah di Indonesia

3. Profitabilitas dengan Pengungkapan ISR

Adanya indikasi yang kuat bahwa profitabilitas berkaitan erat pada keefektifan manajemen suatu perusahaan dalam mengatur keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profit

lebih tinggi akan menarik para investor, sehingga upaya perusahaan untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat serta calon investornya, yaitu dengan meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosialnya, sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. 33

Othman (2009), Rizkianingsih (2012), dan Widayuni (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ISR, begitu pula Lucyanda (2012) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Febriany (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun kurniawansyah (2013), Putri (2014), dan Iswandika (2014) menyatakan bahwa profitabilitas

33Septi Widiawati, “Analisis Faktor

(58)

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah sebagai

Ha3: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting Bank Umum Syariah di Indonesia

4. Likuiditas dengan Pengungkapan Islamic Social Reporting

FDR merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas. Dengan FDR yang sesuai dengan batas aman Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Ketika laba perusahaan meningkat, diharapkan dana yang dimiliki bank untuk melakukan kegiatan CSRnya akan semakin besar. Sehingga bank akan semakin banyak melakukan kegiatan CSR kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga pengungkapan CSR akan semakin luas.

(59)

Ha4: Likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting Bank Umum Syariah di Indonesia

5. Leverage dengan Pengungkapan Islamic Social Reporting

Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Sembiring (2005) terdapat pengaruh negatif antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial. sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. tingkat leverage yang besar kemungkinan perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi, supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial Hasil penelitiannya menunjukkan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan tanggu

Gambar

Gambar 1.1 Rasio ROA BUS dan UUS ....................................................................
Tabel 1.1 Total Asset, Pembiayaan, DPK BUS dan UUS (dalam Triliun Rupiah)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa harga lahan berpengaruh signifikan akibat adanya kebijakan penataan ruang Kota Baru Pattallassang terhadap kondisi

Dilihat dari nilai adjusted R square menunjukkan bahwa nilai adjusted R square yang dimiliki metode akuntansi persediaan rata- rata lebih tinggi dibandingkan dengan

Ikhtisar pengertian jurnalistik profetik adalah dakwah oleh jurnalis muslim, baik melalui tulisan maupun lisan, menggunakan sarana komunikasi massa (cetak maupun elektronik),

b) Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang pengaruh Kreativitas Mengajar Guru terhadap minat belajar Al- Qur’an Hadis pada siswa Madrasah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan Cita Poultry Shop

Bagaimana mewujudkan eksistensi manusia yang lebih manusiawi? Ini adalah sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. Sebab manusia dengan

Membaca dan memahami beberapa contoh lirik yang disiapkan guru terkait Lirik lagu1. Menggaris bawahi beberapa kata kunci yang menjadi topik

PA/KPA mengajukan Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat Berharga (SP3HL-BJS) dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPU c.q. Direktur Evaluasi